terapi cairan dan elektrolit
DESCRIPTION
erewrewTRANSCRIPT
Page 1
TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLITPERIOPERATIF
Page 2
• Tujuan utama terapi cairan perioperatif
adalah untuk mengganti defisit pra, selama dan pasca bedah.
Page 3
• Terapi dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan hipoperfusi atau
tanda-tanda kelebihan cairan.
Page 4
• Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan
kompartemen ekstraselular.
Kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial.
Selain air, cairan tubuh mengandung elektrolit (Na+,K+,Cl-,HCO3-, PO4) dan non elektrolit (kreatinin, bilirubin).
Page 5
• Pada periode pasca bedah kadang-kadang perdarahan dan atau kehilangan cairan (dehidrasi) masih berlangsung, yang tentu saja memerlukan perhatian khusus.
• Puasa pra-bedah selama 12 jam atau lebih dapat menimbulkan defisit cairan (air
dan elektrolit) sebanyak 1 liter.
Page 6
Anatomi Cairan Tubuh
• Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang
Page 7
BODY FLUID VOLUME
Body fluid60% water
Intracelluler2/3(40%)
(28 lt in 70 kg young adult)
Plasma5% (3.5 lt in
70 kg young adult)
Transcelluler1-3%
(Cerebrospinal)(aqueous humor)
Interstitial15% (10.5 lt in 70 kg
young adult)
extracelluler1/3(20%)
(14 lt in 70 kg young adult)
Page 8
Usia Kilogram Berat(%)• Bayi prematur 80• 3 bulan 70• 6 bulan 60• 1-2 tahun 59• 11-16 tahun 58• Dewasa 58-60• Dewasa dengan obesitas 40-50• Dewasa kurus 70-75
Page 9
Cairan intraselular
• Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular.
• Pada orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram).
• Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular
Page 10
Cairan ekstraselular
• Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular.
• Jumlah relatif cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular.
Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.
Page 11
Cairan ekstraselular dibagi menjadi :
o Cairan Interstitial
• Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11-12 liter .
• Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial.
Page 12
Cairan Intravaskular
• Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume plasma).
• Rata-rata volume darah sekitar 5-6L dimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
Page 13
Cairan transeluler
• Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.
Page 14
• Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit.
Elektrolit
• Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
• Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
Page 15
o Kation
• Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan
kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+)
Page 16
o Anion
• Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3)
Page 17
Natrium
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah.
Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan
keringat 58mEq/liter.
Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).
Page 18
• Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare)
sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium
Page 19
Kalium
• Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan
penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB
Page 20
• Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.
Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter.
Page 21
Kalsium
• Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake,besarnya tulang, keadaan endokrin.
Page 22
Magnesium
• Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk pertumbuhan +10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces
Page 23
Karbonat
• Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil
akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal.
Sedikit sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa
Page 24
Page 25
Electrolyte Composition of Body Fluid ElectolyteElectolyte Plasma(mEq/LPlasma(mEq/L InterstetielInterstetiel
(mEq/KgH(mEq/KgH22o)o)IntracellulerIntracelluler
(mEq/KgH(mEq/KgH22o)o)
Cation:Cation:
NaNa++ 142142 145145 1010
KK++ 44 44 159159
CaCa2+2+ 55 33 11
MgMg2+2+ 22 22 4040
TotalTotal 153153 154154 210210
Anion:Anion:
ClCl-- 103103 117117 33
HCO3HCO3-- 2525 2828 77
ProteinProtein 1717 -- 4545
OthersOthers 88 99 155155
TotalTotal 153153 154154 210210
Page 26
FUNGSI CAIRAN TUBUHSarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke
sel-selMengeluarkan buangan-buangan selMembantu dalam metabolisme selSebagai pelarut untuk elektrolit dan non
elektrolitMembantu memelihara suhu tubuhMembantu pencernaanMempemudah eliminasiMengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim)
Page 27
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
• Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme transpor pasif dan aktif.
• Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.
Page 28
• Difusi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan
pompa Na-K yang memerlukan ATP
Page 29
Osmosis
• Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama.
Page 30
Larutan dengan tekanan
osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat).
• Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (aquades), sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik
Page 31
Difusi
• Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori
Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik
Page 32
Pompa Natrium Kalium• Pompa natrium kalium merupakan suatu
proses transpor yang memompa ion
natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam.
• Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.
Page 33
Page 34
Asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit pada keadaan normal
• Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah oleh
stres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera pada paru-paru, kulit atau traktus gastrointestinal
Page 35
Fluid Gains Fluid Loses
• Oxidative 300 ml Kidneys 1200-1500 ml
Metabolism Skin 500-600 ml• Oral fluids
1100-1400 ml Lungs 400 ml• Solid foods
800-1000 ml GI tract 100-200 ml• TOTAL :
2200-2700 ml 2200-2700 ml
Page 36
Insensible Loss (IWL)Merupakan Kehilangan cairan melalui kulit
(difusi) & paru Untuk mengetahui “Insensible Loss (IWL)”
dapat menggunakan penghitungan sebagai berikut :
o DEWASA = 15 cc/kg BB/hario ANAK = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari
Jika ada kenaikan suhu :o IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)
Page 37
indikator Penurunan berat badan
No Penurunan
Berat Badan Akut
Keparahan Defisit
1 2 – 5 % Ringan
2 5 – 10 % Sedang
3 10 – 15 % Berat
4 15 – 20 % Fatal
Page 38
Perubahan cairan tubuh
• Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
• 1. Perubahan volume
a : Defisit Volume
Page 39
• Penyebab paling umum adalah kehilangan cairan di gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula.
• Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cedera jaringan lunak, infeksi,inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar.
Page 40
Dehidrasi
• Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari
natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L),
• hiponatremik (<139 mEq/L) atau
• hipernatremik (>150 mEq/L).
Page 41
Dehidrasi Isotonis (isonatremik)
• Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama
dengan konsentrasi natrium terhadap darah.
Kehilangan cairan dan natrium besarnya
relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular
Page 42
Dehidrasi hipotonis (hiponatremik)
• Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis).
Page 43
Dehidrasi hipertonis (hipernatremik)
• Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis).
Page 44
Derajat dehidrasi
• Dehidrasi Dewasa Anak
• Ringan 4 % 4 % - 5 %
• Sedang 6 % 5 % - 10 %
• Berat 8% 10 % - 15 %
• Shock 15-20% 15-20%
Page 45
Page 46
• Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan, cairan rumatan yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung disesuaikan
Page 47
1. Nilai status rehidrasi,
banyak cairan yang diberikan
(D) = derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24 jam)
atau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)
3. Pemberian cairan :
o 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot )
o 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot )
Page 48
b. Kelebihan volume
• Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenik
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagal jantung kongestif
Page 49
2. Perubahan Konsentrasi
- Hiponatremia
• Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi,
iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka
akan timbul gejala kejang, koma
Page 50
• Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh
euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal,
diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis).
• Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ ≥ 125 mg/L) atau NaCl 3% ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
Page 51
Na= Na1 – Na0 x TBW
• Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
• Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
• Na0 = Na serum yang aktual
• TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)
Page 52
- Hipernatremia
• Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah.
• Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan.
Page 53
• Terapi keadaan ini
adalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak :
{(X-140) x BB x 0,6}: 140
Page 54
- Hipokalemia
• Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total
kalium tubuh.
Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural,kelemahan otot)
Page 55
K = K1 – K0 x 0,25 x BB
• K = kalium yang dibutuhkan
• K1 = serum kalium yang diinginkan
• K0 = serum kalium yang terukur
• BB = berat badan (kg)
Page 56
- Hiperkalemia• Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi
karena insufisiensi renal atau
obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin,
diuretik).
Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat
(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG)
Page 57
• Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium klorida 10% dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik, hemodialisis
Page 58
Perubahan komposisi-
Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk menurunkan
ventilasi alveolar pada pasien bedah.
Page 59
Kejadian akut merupakan akibat dari
ventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis,
pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi abdomen dan
penggunaan narkose yang berlebihan.
Page 60
• Manajemennya melibatkan koreksi yang
adekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis bila
perlu.
Page 61
- Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)
• Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi yang
dibantu.
Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosis
terjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat
Page 62
• Terapi ditujukan untuk mengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai, analgesia,penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit potasium yang terjadi
Page 63
- Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
• Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilangan
bikarbonat. Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula usus
kecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat
Page 64
• Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang mendasari.
• Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan hanya setelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan
Page 65
- Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
• Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan bikarbonat dan diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi pada pasien bedah adalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume ekstraselular
Page 66
• Terapi yang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan penggantian kekurangan potasium.
• Koreksi alkalosis harus gradual selama periode 24 jam dengan
pengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit.
Page 67
Faktor-faktor preoperatif
1. Kondisi yang telah ada
2. Prosedur diagnostik
3. Pemberian obat
4. Preparasi bedah
5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada
6. Restriksi cairan preoperatif
7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya
Page 68
Faktor Perioperatif1. Induksi anestesi
2. Kehilangan darah yang abnormal
3. Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space (contohnya kehilangan cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat operasi)
4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada luka operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan
Page 69
Faktor Postoperatif
1. Stress akibat operasi dan nyeri pasca operasi
2. Peningkatan katabolisme jaringan
3. Penurunan volume sirkulasi yang efektif
4. Risiko atau adanya ileus postoperatif
Page 70
Dasar-Dasar Terapi Cairan Elektrolit Perioperatif
1. Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian
2. Defisit cairan dan elektrolit pra bedah
3. Kehilangan cairan saat pembedahana. Perdarahan
b. Kehilangan cairan lainnya
4. Gangguan fungsi ginjal
Page 71
Surgical trauma
Type of Surgery Fluid replacement
Minimal Inguinal hernia repair 1-2 mlkg-1hr-1
Moderate Ureteral implantation 4 mlkg-1hr-1
SevereScoliosis, bowel
obstruction> 6 mlkg-1hr-1
Intravenous fluid requirements in InfantsDay 1 of life 2 ml/kg per hourDay 2 of life 3 ml/kg per hourDay 3 of life 4 ml/kg per hourIntravenous fluid requirements in children<10 Kg 10 ml/kg per day10-20 Kg 1000 ml + (50 ml/kg per day for each kg over 10 kg)>20 Kg 1500 ml + (20 ml/kg per day for each kg over 20 kg)Wt. 10 12 14 16 18 20 30mL/h 40 45 50 55 60 65 70
Page 72
Pengganti Defisit Pra Bedah
• Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa, lavement) harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa pra-bedah sebelum induksi.
Page 73
• Defisit karena perdarahan atau kehilangan cairan (hipovolemik, dehidrasi) yang
seringkali menyertai penyulit bedahnya harus segera diganti dengan melakukan resusitasi cairan atau rehidrasi sebelum induksi anestesi
Page 74
Terapi Cairan Selama Pembedahan
• Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan (perdarahan, translokasi cairan
dan penguapan atau evaporasi)
Page 75
1. Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis cukup hanya diberikan cairan rumatan saja selama pembedahan.
2.Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan.
3. Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk pembedahannya.
Page 76
Penggantian darah yang hilang
Kehilangan darah sampai sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood Volume = taksiran volume darah), akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan vena sentral.
Page 77
Perkiraan volume darah
Usia Volume darah
Neonatus
• *Prematur 90 ml/kgBB
• *full term 85 ml/kgBB
Bayi 80 ml/kgBB
Dewasa
• *Laki-laki 75 ml/kgBB
• *Wanita 65 ml/kgBB
Page 78
Pemberian transfusi darah tetap harus menjadi
bahan pertimbangan
Berdasarkan :
a. Keadaan umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum pembedahan
b. Jumlah/penaksiran perdarahan yang terjadic. Sumber perdarahan yang telah teratasi
atau belum.d. Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi)
Page 79
e. Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan
f. Hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.
g. Usia penderita
Page 80
• Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah:
1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar hemoglobin
sebesar 1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa.
Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar hemoglobin 3gr%
Monitor organ-organ vital dan diuresis, berikan cairan secukupnya sehingga diuresis
± 1 ml/kgBB/jam.
Page 81
Blood & Blood by- productsBlood & Blood by- products
Whole blood Packed red blood cells (PRBCs) Leukocytes depleted blood Fresh frozen plasma Platelets Factors
Freeze dried factor VII (infection) Cryoprecipitate (VIII) antihemophilic Christmas (IX) concentrate
Page 82
Terapi Cairan dan Elektrolit Pasca Bedah
1. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan
air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar ± 50 ml/kgBB/24jam
Page 83
• Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian kalium karena
adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan
transfusi darah.
Page 84
Akibat stress pembedahan, akan dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3 hari
pasca bedah tidak perlu pemberian natrium
Page 85
• Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis.
• Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan
Page 86
2. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:
- Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan 1°C suhu tubuh
- Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.
- Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomy
Page 87
PILIHAN JENIS CAIRAN
1. Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF).
Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama
Page 88
• Heugman et al (1972) mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah sedikit
larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga timbul edema perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi jaringan dan edema jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9%.
Page 89
• Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan
untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai
cairan intravaskuler.
Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati menjadi bikarbonat
Page 90
• Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida
Page 91
Page 92
Electrolyte contents Electrolyte contents (Commonly used IV (Commonly used IV fluids)fluids)
Solution Electrolyte contents (mEq /l) * g/L
R/Plasma Osmolarity(mOsmol.L-1)
Na+ Cl _ K+ Ca 2+ Glucose*
Lactate
Dextrose 5% (D5W)
50 Hypotonic 253
½ NS 77 77 Hypotonic 154
Lactated Ringer
130 109 4 3 28 !! Isotonic 273
N saline 154 154 Isotonic 308
D5 ¼ NS 38.5
38.5 50 !! Isotonic 335
D5 ½ NS 77 77 50 !! Hypertonic
432
3% S 513 513 Hypertonic 1026
Page 93
2. Cairan Koloid• Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma
atau biasa disebut “plasma
substitute” atau “plasma expander”
Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler
Page 94
Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:
a. Koloid alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan 2,5%).
Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C selama 10 jam untuk
membunuh virus hepatitis dan virus lainnya
Page 95
b. Koloid sintesis yaitu:
1. Dextran:
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70
(Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri
Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa.
Page 96
Selain itu dextran mempunyai efek anti trombotik
yang dapat mengurangi platelet adhesiveness,
menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan
fibrinolisis dan melancarkan aliran darah.
Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari
dapat mengganggu cross match,waktu perdarahan
memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal.
.
Page 97
Dextran dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan
Memberikan dextran 1 (Promit) terlebih
dahulu
Page 98
2. Hydroxylethyl Starch (Heta starch)• Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul
10.000 – 1.000.000, rata-rata
71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 30 mmHg
Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat
urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari.
Page 99
Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan
reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan
kadar serum amilase ( walau jarang).
Page 100
Low molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip Heta starch,
mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang diberikan
dan berlangsung selama 12 jam.
Page 101
3. Gelatin• Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced
electrolyte dengan berat molekul rata-rata
35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang.
Ada 3 macam gelatin, yaitu:
- modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)
- Urea linked gelatin
- Oxypoly gelatin
Page 102
Page 103
TERIMA KASIH