ca mamae
DESCRIPTION
caTRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS
STASE BEDAH
KARSINOMA MAMMAE
Oleh
Hana Rizka Ananda
20100310207
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA
Nama dan No Mhs : HANA RIZKA ANANDA/ 20100310207
Rumah Sakit : RSUD Panembahan Senopati Bantul
1. Pengalaman
Seorang wanita usia 49 tahun datang sadar ke poli bedah dengan keluhan benjolan pada
payudara kiri sejak 4 bulan SMRS. Benjolan dirasakan nyeri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD: 150/90, Suhu 36, Nadi : 72x/menit, Nafas : 20x/menit, terdapat massa pada
payudara sebelah kiri dengan diameter ± 5 cm, konsistensi kenyal, immobile, batas tidak
tegas, terdapat retraksi putting namun tidak terdapat peau d’orange, tidak teraba masa pada
axila. Riwayat penyakit keluarga : Nenek dari pasien memiliki riwayat tumor payudara.
Pada pemeriksaan sebelumnya pasien di instruksikan untuk melakukan AJH, dan saat dating
kepoli ini pasien sudah membawa hasil pemeriksaan AJH dari laboratorium. Kesan pada
pemeriksaan AJH adalah karsinoma duktal infiltrative.
2. Masalah yang dikaji
Bagaimana cara mendiagnosis Ca Mamae pada pasien ini dan bagaimana menentukan
stadiumnya?
3. Analisa Kritis
Karsinoma payudara pada wanita menduduki menduduki tempat nomor dua setelah
karsinoma serviks uterus. Kurva insidensi-usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun.
Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi
terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidensi karsinoma mamma pada lelaki hanya 1 % dari
kejadian pada perempuan
Penyebab tumor payudara tampaknya multifaktorial, tetapi faktor penting yang
memulai hiperplasia adalah hiperestrinisme. Juga faktor genetika dan hormonal. Faktor
risiko kejadian kanker payudara menurut Zwaveling (1985), Parakrama Chandrasoma
(1997) Rossa dan Harvey (1994) dibagi menjadi :
a. Umur wanita lebih dari 40 tahun.
b. Riwayat keluarga.
c. Riwayat kanker payudara sebelumnya.
d. Penyakit payudara jinak.
e. Diit tinggi lemak.
f. Primigravida atau multipara lebih dari 30 tahun.
g. Menopause lebih dari 55 tahun.
Tingkat Penyebaran Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah
itu baru menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen karsinoma
payudara bersifat multisentris. Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan
potensi metastasis. Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16 – 22 %,
sedangkan ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1 – 5 %. Ketahanan hidup tergantung pada
tingkat penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor estrogen
yang bila positif lebih baik. Prosentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada
penderita yang diobati lengkap. Pada tingkat I ternyata 15 % meninggal dunia karena
penentuan TNM dilakukan secara klinik, yang berarti metastasis kecil dan metastasis mikro
tidak dapat ditemukan. Pada 85 % orang yang hidup setelah lima tahun, tentu termasuk
penderita yang tidak sembuh dan menerima penanganan karena kambuhnya penyakit atau
karena metastasis. Demikian juga pada mereka dengan tingkat penyebaran II-III. Klasifikasi
penyebaran TNM :
T N M
Tx Tumor primer tidak dapat
ditentukan
Tis Karsinoma in situ dan
penyakit paget pada papila
tanpa teraba tumor
To Tidak ada bukti adanya
tumor primer
T1 Tumor < 2 cm
T2 Tumor 2 – 5 cm
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor dengan
penyebaran langsung ke
dinding thoraks atau ke kulit
Nx Kelenjar regional tidak
dapat ditentukan
No Tidak teraba kelenjar
aksila
N1 Teraba kelenjar aksila
homolateral yang tidak
melekat
N2 Teraba kelenjar aksila
homolateral yang melekat
satu sama lain atau melekat
pada jaringan sekitarnya
N3 Terdapat kelenjar
mamaria interna homolateral
Mx Tidak dapat ditentukan
metastasis jauh
Mo Tidak ada metastasis
jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
termasuk ke kelenjar
supraklavikuler
dengan tanda udem, tukak,
atau peau d’orange
Keterangan :
Lekukan pada kulit, retraksi papila, atau perubahan lain pada kulit, kecuali yang terdapat
pada T4, bisa terdapat pada T1, T2, atau T3 tanpa mengubah klasifikasi. Dinding thoraks
adalah iga, otot interkostal dan m. serratus anterior, tanpa otot pektoralis.
Prognosis dan tingkat penyebaran tumor :
Tingkat penyebaran secara klinik Ketahanan hidup lima tahun (%)
I. T1 N0 M0 (kecil, terbatas pada mammae) 85
II. T2 N1 M0 (tumor lebih besar; kelenjar terhinggapi tetapi terbebas dari sekitarnya) 65
III. T0-2 N2 M0 T3 N1-2 M0 (kanker lanjut dan penyebaran ke kelenjar lanjut, tetapi
semuanya terbatas di lokoregional) 40
IV. T (semua) N (semua) M1 (tersebar di luar lokoregional) 10 Lokoregional
dimaksudkan untuk daerah yang meliputi struktur dan organ tumor primer, serta
pembuluh limfe, daerah saluran limfe dan kelenjar limfe dari struktur atau organ yang
bersangkutan.
Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam
jaringan payudara yang normal
Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar
payudara
Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke
struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara
atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada
dan tulang dada
Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya
ke hati, tulang atau paru-paru.
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter. Benjolan ganas
yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba
benjolan yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah besar, paerlekatan lebih
jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya
mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan nyeri lebih mengarah ke
kelainan fibrokistik. Tabel 1. Gejala dan tanda penyakit payudara
Tanda atau Gejala Interpretasi
a. Nyeri
Berubah dengan daur menstruasi Penyebab fisiologi seperti pada tegangan
pramenstruasi atau penyakit fibrokistik
Tidak tergantung daur menstruasi Tumor jinak, tumor ganas atau infeksi.
b. Benjolan di payudara
Keras Permukaan licin dan fibroudenoma atau kista Permukaan keras, berbenjol
atau melekat pada kanker atau inflamasi non-infektif
Kenyal Kelainan fibrokistik
Lunak Lipoma
c. Perubahan kulit
Bercawak Sangat mencurigakan karsinoma
Benjolan kelihatan Kista, karsinoma, fibroadenoma besar
Kulit jeruk Di atas benjolan : kanker (tanda khas)
Kemerahan Infeksi jika panas
Tukak Kanker lama (terutama pada orang tua)
d. Kelainan puting atau aerola
Retraksi Fibrosis karena kanker
Infeksi baru Retraksi baru karena kanker (bidang fibrosis karena pelebaran
duktus)
Eksema Unilateral : penyakit paget (tanda khas kanker)
e. Keadaan cairan
Seperti susu Kehamilan atau laktasi
Jernih Normal
Hijau Perimenopause
Kanker payudara biasanya mempunyai gambaran klinik sebagai berikut :
a. Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir.
b. Tarikan pada kulit di atas tumor.
c. Ulserasi atau koreng.
d. Peau de’orange.
e. Discharge dari puting susu
f. Asimetris payudara.
g. Retraksi puting susu.
h. Elevasi dari puting susu.
i. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.
j. Satelit tumor di kulit.
k. Eksim puting susu dan edema.
Pemeriksaan Klinik
Pada pemeriksaan klinik dilakukan langsung pada penderita dengan pertumbuhan
neoplasmanya, menurut cara-cara yang lazim dilakukan juga terhadap penyakit lain pada
umumnya :
a. Anamnesis
Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari penderita. Pada
mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan selanjutnya akan timbul
keluhan sakit. Pertumbuhan cepat tumor merupakan kemungkinan tumor ganas.
Batuk atau sesak nafas dapat terjadi pada keadaan dimana tumor metastasis pada
paru. Tumor ganas pada payudara disertai dengan rasa sakit di pinggang perlu
dipikirkan kemungkinan metastasis pada tulang vertebra. Pada kasus yang meragukan
anamnesis lebih banyak diarahkan pada indikasi golongan resiko
Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sesudah haid dan dirasakan pada
kedua payudara. Tumor-tumor jinak seperti kista retensi atau tumor jinak lain, hampir
tidak menimbulkan nyeri. Bahkan kanker payudara dalam tahap permulaanpun tidak
menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke sekitar sudah mulai
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan dengan cara gentle dan tidak boleh kasar
dan keras. Tidak jarang yang keras menimbulkan petechlenecehymoses dibawah
kulit.orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang diperiksa oleh dokter
atau mahasiswa karena kemungkinan penyebaran
Harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan ke
atas, dengan posisi pasien duduk. Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-
pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah
kulit
Dapat dilihat :
- Puting susu tertarik ke dalam.
- Eksem pada puting susu.
- Edema.
- Peau d’orange.
- Ulserasi, satelit tumor di kulit.
- Nodul pada axilla (Zwaveling, 1985).
Palpasi
Palpasi harus meliputi seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke
belakang, dari subklavikular ke arah paling distal (Hanifa Wiknjosastro, 1994).
Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 telapak jari. Palpasi lembut dimulai dari
bagian perifer sampai daerah areola dan puting susu.
I. Pemeriksaan Sitologi Kanker Payudara
II. Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa kanker payudara melalui tiga cara:
- Pemeriksan sekret dari puting susu.
- Pemeriksaan sedian tekan (Sitologi Imprint).
- Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration)
III. Biopsi
Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering dipergunakan
untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal
ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. apabila pemeriksaan histopatologi
positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk tindakan bedah
terapetik.
Pemeriksaan Penunjang
Dengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa
mikrokalsifikasi tidak khas untuk kanker. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan
pada mamografi tidak ditemukan apa-apa, pemerikasaan harus dilanjutkan dengan
biopsi sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya, bila
mamografi positif dan secara klinis tidak teraba tumor, pemeriksaan harus dilanjutkan
dengan pungsi atau biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut.
Mammografi pada masa pramenopause umumnya tidak bermanfaat karena gambaran
kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak. Ultrasonografi berguna terutama
untuk menentukan adanya kista; kadang tampak kista sebesar 1-2 cm.
Pemeriksaan sitologi pada sediaan yang diperoleh dari pungsi dengan jarum halus
(FNA=fine needle aspiration biopsy) dapat dipakai untuk menentukan apakah akan
segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan lain atau langsung akan dilakukan ekstirpasi. Hasil positif pada
pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal karena hasil positif palsu
selalu dapat terjadi, sementara hasil negatif palsu sering terjadi. Sediaan jaringan
untuk pemeriksaan histologik dapat diperoleh secara pungsi jarum besar yang
menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik
biokimia. Biopsi secara ini, yang biasa disebut core biopsi, dapat digunakan untuk
biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada foto mamma. Digunakan
pendekatan secara stereofaksi USG atau pencitraan lain yang juga digunakan pada
FNA
4. Dokumentasi
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Sadar penuh
Pernafasan : Normal
Vital sign
TD : 150/90 mmhg
Respirasi : 20x/menit
Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kiri
Riwayat Penyakit : -
Riwayat Alergi : -
Pernafasan (B) : Spontan, Reguler, Gerakan dada Simetris, Tipe pernafasan
normal
Sirkulasi ( C ) : Nadi Radialis Reguler Kuat, kulit / mukosa normal, akral
hangat
Neurologi (D) : GCS 4 5 6, pupil isokor (+/+)
Diagnosis : Ca Mamae
Hasil pemeriksaan AJH :
Diagnosa Klinis : Tumor mamae sinistra susp ca
Makroskopis : Masa di mamae sinistra kwadran lateral superior, diameter 5 cmm
padat fiksit.
Mikroskopis : Sediaan sitologi menunjukan kelompok kelompok sel-sel berukuran
besar. Atipia dan polimorfi, bulat, oval, sitoplasma sedikit sampai
cukup, inti bulat dan oval hiperkromatis, latae belakang banyak eritrosis.
Kesimpulan : AJH masa di mamae sinistra kwadran lateral superior ditemukan sel
ganas.
Pendapat : Karsinoma duktal infiltrate.
5. Referensi
1. Marina, L. Sartono, Mungkinkah Kanker Menjadi Penyakit Turunan, dalam Medika Maret (3) 16; FK-UI, Jakarta, 1990; 245.
2. Ramli, M., Kanker Payudara dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah Staf Pengajar FK-UI, Jakarta, 1995.
3. Copelnd, E.M dan Bland, F.I., Payudara dalam Buku Ajar Bedah, Sobiston Bagian 1, EGC, Jakarta, 1995.
4. Gani, W.T., Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia, EGC, Jakarta, 1995; 25-50.
5. Aryandono, T., Prinsip Oncologi dan Kanker Payudara dalam Hand Out Bedah Tumor, FK-UGM, Yogyakarta, 1997.
6. Moersadik, S., Seratus Pertanyaan Mengenai Kanker, Wanita Sejahtera, Jakarta, 1981, 51-60.
7. Djamaloeddin, Kelainan pada Mammae dalam Ilmu Kandungan, ed. 2, Wiknjosastro H, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997.
8. Sjamsuhidayat R dan Jong W, Dinding Toraks, Pleura dan Payudara dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2005.