buku panduan kuliah lapangan terbang
TRANSCRIPT
BUKU PANDUAN KULIAH
LAPANGAN TERBANGOleh : Ir. H. Djoko Susilo Adhy, MT
Fakultas Teknik Jurusan Teknik SipilUniversitas Islam Sultan Agung
S e m a r a n g
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 SEJARAH TRANSPORTASI
Sejarah penerbangan komersial di Indonesia dirintis setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan sebuah pesawat terbang DC 3 ( Dacota ) sumbangan dari masyarakat Aceh dengannomor registrasi RI – 001 “ SEULAWAH “ sebagai modal pesawat angkutan penumpang pertama dikembangkan perusahaan pemerintah “ GARUDA INDONESIA AIRWAYS “. Setelah memiliki pesawat terbang diresmikan dengan nama PT GARUDA INDONESIA dan MERPATI NUSANTARA AIRLINES.Sejarah kemudian mencatat pendirian Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang kemudian berganti dengan nama Industri Pesawat Terbang Nusantara yang menghasilkan pesawat C- 212 kemudian CN-235, N-250, helicopter BO-105 dan Puma.
1.2 ORGANISASI PENERBANGAN
Lembaga yang berwewenang mengatur transportasi udara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan. Organisasi penerbangan internasional dimana Indonesia telah menjadi anggota adalah :
a. NTERNATIONAL CIVIL AVIATIOIN ORGANIZATION ( ICAO ) yang berkedudukan di Mountreal Kanada. Organisasi ini didirikan di Chicago pada tahun 1944, dengan demikian maka lapangan terbang di Indonesia mengikuti Standarisasi penerbangan sedunia yang meliputi :
1. Standarisasi lapangan terbang, tanda-tanda, Air Trafffic Control dan SAR ( Search and Rescue )
2. Organisasi dan Ekonomi penerbangan3. Tenaga terdidik4. Keuangan dan Maintenance penerbangan
b. FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION ( FAA ), menetapkan peraturan-peraturan yang diberlakukan di Amerika Serikat, namun di Indonesiasecara keseluruhan tidak diikuti, tetapi bagian-bagian dari peraturan FAA direkomendasikan oleh ICAO untuk dilaksanakan di Indonesia sejauh bagian-bagian peraturan tersebut sesuai dengan kebutuhan keadaan setempat.
1.3 KLASIFIKASI BANDAR UDARA
Yang dinamakan Bandar Udara adalah Lapangan Terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat kargo dan atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi
Tabel : Kode-kode Acuan Aerodrome ( ICAO )
Unsur Kode 1 Unsur kode 2
No kode
Panjang Runway ( L )
Huruf
kode
Bentang Sayap( B )
Bentang rodaPendaratan utama
luar
2
1 L < 800 m A < 15 m < 4,5 m2 800 m < L < 1200 m B 15 m < B < 24 m 4,5 m < B < 6 m3 800 m < L < 1200 m C 24 m < B < 36 m 6 m < B < 9 m4 L > 1800 m D 36 m < L < 52 m 9 m < L < 14 m
E 52 m < L < 65 m 9 m < L < 14 m
Tabel : Kode-kode Acuan Bandar Udara ( FAA )
Kode 1 Kode 2
No Kode Panjang Runway Nomor kode Lebar Sayap
A S < 91 knot I < 15 m
B 91 knot < S < 121 knot II 15 m < B < 24 m
C 121 knot < S < 141 knot III 24 m < B < 36 m
D 141 knot < S < 166 knot IV 36 m < B < 52 m
E S > 166 knot V 52 m < B < 65 m
VI 65 m < B < 80 m
1.4 BANDAR UDARA INDONESIA
1.4.1 Pengelolaan Bandar Udara
Tahun 1996 terdapat 179 bandar udara, 12 diantaranya dikelola oleh PT (persero) Angkasa Pura I dan 9 bandar udara dikelola oleh PT (persero) Angkasa Pura II yang merupakan BUMN di lingkungan Departemen Perhubungan. Selain itu terdapat Bandar udara khusus yang dikelola oleh Ditjend. Perhubungan Udara dan Bandar udara non kelas yang dikelola oleh Pemda setempat terutama di Papua / Irian Jaya
1.4.2 Bandar Udara berdasarkan kemampuan
Jumlah Bandar udara sebanyak 179 buah berdasarkan kemampuan untuk didarati pesawat udara dapat diperinci sbb :
Mampu didarati pesawat Boeing 747 sebanyak 7 buah Mampu didarati pesawat DC-10 / A-300 sebanyak 6 buah Mampu didarati pesawat DC-9 / B-737 sebanyak 14 buah Mampu didarati pesawat F-28 sebanyak 11 buah Mampu didarati pesawat F-27/ CN 235 / C 160 Transall sebanyak 22 buah Mampu didarati pesawat Cassa 212 / DHC 6 sebanyak 119 buah
Adapun nama – nama lokasi Bandar udara yang mampu didarati pesawat B-747 adalah
Polonia / Medan Hang Nadim / Batam Soekarno Hatta / Jakarta Halim Perdana Kusuma / Jakarta Juanda / Surabaya Ngurah Rai / Denpasar Frans Kasiepo / Biak
3
BAB IISISTEM BANDAR UDARA
Bandar udara dibagi menjadi 2 ( dua ) bagian utama yaitu :
2.1 AIR SIDE
Adalah meliputi Runway, Taxiway, Apron dan elemen-elemen penunjang lainnya bagi pesawat selama pendaratan maupun tinggal landas.
2.1.1 RUNWAY
Runway adalah Area yang dipergunakan untuk take-off dan landing pesawat terbang yang sedang beroperasi, Jumlahnya tergantung dari volume lalu lintas yang dilayani oleh Lapngan terbang yang bersangkutan dan Orientasinya tergantung kepada antara lain oleh luas lahan yang tersedia untuk pengembangan lapangan terbang dan arah angin dominan yang bertiup.
A. KONFIGURASI RUNWAY
a. Runway tunggal
Merupakan konfigurasi yang paling sederhana dan mempunyai kapasitas berkisar antara 50 – 100 operasi perjam pada kondisi VFR dan 50 – 70 operasi perjam pada kondisi IFR. Kapasitasnya dipengaruhi oleh komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat bantu navigasi yang tersedia
Gambar Runway tunggal
b. Runway sejajar
Terdiri atas dua atau lebih Runway yang mempunyai orientasi sama, kebanyakan dua Runway sejajar hanya sedikit beberapa lapngan terbang yang mempunyai tiga Runway sejajar didunia, sedangkan untuk yang empat atau lima Runway sejajar belum ada. Kapasitas Runway sejajar tergantung pada jumlah runway dan jarak diantaranya. Jarak antar dua Runway digolongkan dalam jarak yang rapat. menengah dan renggang
Gambar Runway sejajar
Jarak pemisah antara Runway sejajar sangat bervariasi, seperti terlihat pada tabel
Tabel : Klasifikasi Jarak Pemisah Runway sejajar
4
Code Number Konstanta700 – 2500 Dekat2500 – 4300 Sedang
3 15.000≥ 4300 Renggang
Kapasitas Runway sejajar dapat bervariasi antara 100 hingga operasi per jam pada kondisi VFR, bergantung pada komposisi pesawat terbang. Pada kondisi IFR kapasitas Runway sejajar Dekat antara 50 – 60 operasi perjam, dan kapasitas Runway sejajar Renggang antara 100 – 125 operasi perjam bergantung pada komposisi campuran pesawat terbangKadang-kadang posisi Runway sejajar dibuat tidak satu garis tetapi agak bergeser (lihat gambar)
c. Runway berpotongan
Runway berpotongan ini diperlukan apabila terdapat angin yang relative kuat ( prevalling Wind ) bertiup lebih dari satu arah, sehingga mengakibatkan angin sisi ( Cross Wind ) yang terjadi berlebihan dan lebih besar daripada Presmisible Crosswind, serta akan berbahaya apabila dibuat hanya satu Runway saja. Kapasitas dua Runway tergantung pada letak perpotongannya (misal ditengah atau dekat ujung), makin jauh letak titik potong dari ujung lepas landas Runway dan ambang pendaratan ( threshold ) kapasitasnya semakin rendah.Bila angin yang bertiup sangat kuat maka ada kemungkinan hanya satu Runway yang dapat dioperasikan, sebaliknya bila tidak kuat maka kedua Runway dapat dipergunakan.
Gambar Runway berpotongan
d. Runway – V terbuka
Adalah Runway yang terbentu dengan arah yang memencar ( divergen ) tetapi tidak berpotongan. Dioperasikan bila pada angin yang bertiup dari satu arah tertentu menghasilkan Crosswing pada salah satu Runway yang lebih
5
besar daripada Permessible Crosswind, bial angina bertiup lemah maka kedua Runway dapat dipergunakan
Gambar Runway V terbuka Gambar Runway V tertutup
B. KARAKTERISTIK RUNWAY
Karakteristik Runway pada dasarnya terdiri dari :1. Struktur perkerasan, untuk menahan beban pesawat secara langsung.2. Bahu disamping kiri-kanan perkerasan, untuk menahan erosi yang
ditimbulkan oleh adanya Jet-blast , dan juga untuk mengakomodasikan lalu lintas peralatan bagi pesawat dan pengontrolan
3. Strip Runway, yang mencakup perkerasan, bahu dan daerah diluar itu yang diratakan dan diatur drinasenya. Areal ini harus mampu menahan jika ada pesawat yang tergelincir
4. Blast pad, yaitu untuk menahan erosi permukaan disekitar ujung Runway akibat adanya Jet-blast, bentuknya dapat dengan perkerasan atau dengan rumput biasa
5. Runway end safety area yaitu daerah yang sengaja dikosongkan untuk menghindari kecelakaan pada saat pesawat melakukan pendaratan Over-shooting
6. Stopway, yaitu daerah tambahan diujung Runway yang diperkeras dan harus mampu menahan beban pesawat yang berhenti
7. Clearway, adalah areal diujung Bandar udara yang tidak mempunyai struktur perkerasan dan dibawah pengawasan pengelola Bandar udara dan digunakan hanya apabila dalam keadaan darurat
C. PERENCANAAN RUNWAY
a. Klasifikasi Lapangan terbang
Berhubungan dengan lebar bentangan sayap (Wing span) dan jarak tepi luar roda-roda pendaratan (Outer main gear wheel span) Untuk menetapkan Standar perencanaan suatu Lapangan terbang, International Civil Aviation Organization (ICAO) menetapkan Aerodrome Reference Code suatu llapangan terbang. Dengan sistim klasifikasi ini suatu lapangan terbang akan mempunyai Reference Code yang terdiri atas Code Number (kode angka) dan Code Letter (kode huruf). Code Number yang digunakan terdiri atas angka 1 sampai dengan 4, dimana angka ini berhubungan dengan panjang Runway pada kondisi standar (Aeroplane Reference Field Length) sedangkan Code letter yang digunakan adalah A sampai dengan E, dimana
6
huruf-huruf ini berhubungan dengan lebar bentangan sayap ( Wing Span ) dan jarak tepi luar roda pendaratan ( Outer main gear wheel span )
Tabel : Klasifikasi Lapangan Terbang
Code Numbe
r
Aeroplane Reference Field Length (ARFL)
(L0)
Code Lette
r
Lebar Bentangan
Sayap (B1)
Jarak Tepi Luar Roda-
roda Pendaratan
(B2)1 L0 < 800 m A B1< 15 m B2 < 4,5 m2 800 m < L0 < 1200
mB 15 m<B1<24 m 4,5 m<B2< 6 m
3 800 m < L0 < 1200 m
C 24 m<B2<36 m 6 m< B2< 9 m
4 800 m < L0 < 1200 m
D 36 m<B2<52 m 9 m<B2<14 m
E 52 m<B2<60 m 9 m<B2<14 m
Aeroplane Reference Code yang dipilih dipengaruhi Karakteristik pesawat terbang rencana yang dilayani lapangan terbang tersebutAeroplane Reference Field Length (ARFL) adalah Panjang Field Length minimum yang diperlukan oleh pesawat terbang untuk dapat Take Off dengan maksimum Take of Weight, dimana kondisi lapangan terbang adalah Mean Sea Level (MSL), pada kondisi atmosfir standar Runwaynya tidak mempunyai kelandaian (Zero Runway Slope) serta tidak ada angin. Code Number dipengaruhi oleh bentangan sayap atau jarak tepi luar roda-roda pendaratan. Sebagi contoh bila bentangan sayap berhubungan dengan Code Letter C sedangkan jarak tepi luar roda-roda pendratanberhubungan dengan Code Letter D maka yang harus dipilih adalah D
b. Koreksi Panjang Runway
Untuk mendapatkan panjang Runway aktual untuk Take Off, ARFL perlu dikoreksi akibat pengaruh kondisi lingkungan misalnya Elevasi, temperatur dan kelandaian Runway.
Makin tinggi suatu tempat, makin berkurang kepadatan (density) udara ditempat tersebut. Karena itu untuk mendapatkan Gaya angkat yang memadai pada daerah tersebut pesawat terbang harus bergerak lebih cepat. Akibatnya Runway yang diperlukan harus lebih panjang dengan koreksi bahwa ARFL harus diperpanjang untuk setiap kenaikan sebesar 300 m (1000 ft) dari Mean Sea Level (MSL)
Makin tinggi suatu temperatur akan mengurangi kapadatan udara, karena itu makin tinggi Airport Reference Temperature (ART) akan makin panjang Runway yang diperlukan dan ARFL yang telah dikoreksi Runway akibat pengaruh elevasi akan dikoreksi lagi akibat pengaruh temperatur. Panjang yang telah dikoreksi harus diperpanjang 1 % untuk setiap derajat celsius naiknya ART terhadap temperatur standar lapangan terbang tersebut
Setiap panjang Runway yang dibutuhkan untuk Take Off harus dikoreksi terhadap kelandaian memanjang Runway. Untuk itu digunakan Effective Gradient, yaitu Rasio antara selisih tinggi dan titik terendah pada Runway terhadap panjang Runwaynya. Untuk setiap 1 % Effective Gradient, Runway harus diperpanjang 1 %
7
c. Orientasi Runway
Orientasi Runway dibuat dengan arah sedemikian rupa sehingga pesawat terbang dapat didaratkan sekurang-kurangnya 95 % dari waktu dengan komponen Cross wind ( angin samping ) 20 knot ( 23 mph ) untuik Runway klas A dan B, 13 knot ( 15 mph ) untuk Runway klas C dan 10 knot utnuk Runway klas D dan E. setelah maximum cross wind component dipilih sesuai dengan kelas Runway yang dibangun maka diperlukan data mengenai arah angin dan kecepatannya selama kurun waktu yang lama dilokasi untuk menentukan orientasi Runway bedasar arah angin.
Data angin
Gerak pesawat terbang baik untuk Take Off atau Landing diusahakan untuk melawan Arah pergerakan angin, atau dengan kata lain menuju datangnya arah angin. Karena itu Runway disuatu lapangan terbang harus terletak sedemikian rupa sehingga searah atau mendekati arah angin yang dominan (Prevalling Wind) di lapangan terbang tersebut yang didapat dari BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA Permissible Crosswind
Tidak selamanya arah angin bertiup sejajar denag arah Runway. Angin yang bertiup pada saat pesawat Take Off atau Landing harus diuraikan menjadi Komponen yang sejajar dengan arah gerak pesawat dan Komponen yang tegak lurus arah gerak pesawat. Komponen yang sejajar dan berlawanan arah gerak pesawat disebut Headwind, sedangkan yang tegaklurus disebut Crosswind.Agar pesawat dapat bermanuver dengan aman, Crosswind tidak boleh terlalu besar Maksimum Crosswind agar aman disebut dengan Permissible Crosswind
Tabel : Permissible Crosswind
ARFL(m)
Permissible Crosswind
< 1200 10 knots (11,5 mph)1200 - 1500 13 knots (15 mph)
≥ 1500 20 knots (23 mph)
Usability
Pada saat angin bertiup dengan Crosswind yang lebih besar dari pada Permissible Crosswind suatu pesawat terbang, maka pada saat itu pesawat tidak diperkenankan untuk terbang dan Runway tidak dapat dipergunakan, hal ini akan mengakibatkan kerugian Pengelola lapangan terbang maupun Perusahaan penerbangan, sehingga arah Runway harus dibuat mendekati arah angin yang dominan.Probabilitas / kemungkinan suatu Runway dapat beroperasi, karena Crosswind yang bertiup lebih kecil daripada Permissible Crosswind dinamakan Usability Runway tersebut. Makin besar Usability suatu Runway makin besar pula Probabilitas Runway tersebut dapat dipergunakan (karena Crosswind < Permissiblewind). ICAO mengisyaratkan suatu lapangan terbang mempunyai Usability minimal 95 %, jika kurang dari angka itu maka diperlukan Runway tambahan yang tidak harus sejajar dengan arah Runway yang ada Penomoran Runway
8
Nomor Runway berhubungan dengan dengan arah (orientasi) Runway tersebut. Nomor Runway dituliskan diujung-ujung Runway dan harus dapat dibaca oleh pilot pesawat terbang pada saat akan Landing, sehubungan dengan arah angin yang bertiup Geometri Runway
Persyaratan lebar Runway minimum dapat dilihatpada tabel sbb:
Tabel : Lebar minimum Runway (meter)
Code Number
Code LetterA B C D
1 1,8 18 23 -2 23 23 30 -3 30 30 30 -4 - - 45 45
Runway perlu diberikan kemiringan melintang agar air hujan yang jatuh dipermukaan dapat cepat mengalir. Besarnya kemiringan yang direkomendasikan ICAO dapat dilihat pada tabel sbb :
Tabel : Kemiringan Melintang Runway
Code Number Kemiringan melintangA 2 %B 2 %C 1,5 %D 1,5 %E 1,5 %
Runway dengan Code Letter D dan E yang lebarnya kurang dari 60 meter harus diberi bahu dikanan - kiri (Runway Shoulder), sehingga lebar minimum total Runway termasuk bahunya adalah 60 meter, kemiringan bahu adalah 2,5 %. Runway terletak pada suatu area yang disebut Area Strip yang dimaksudkan untuk :
1. Memperkecil resiko kerusakan pada pesawat terbang bila pesawat terbang terpaksa harus keluar dari Runway
2. Melindungi pesawat yang meluncur diatasnya pada saat Take Off maupun Landing
Tabel : Panjang Runway Strip (meter)
Code Number Panjang Strip1 60 (instrument)
30 (non – instrument)2 603 604 60
Tabel : Lebar Runway Strip (meter)
Code Number Panjang Strip
9
1. Non – instrument Instrument
3075
2. Non – instrument Instrument
4075
3 & 4. Non instrument Instrument
75150
Biasanya 3 meter terluar dari Runway Strip diberi kemiringan melintang yang lebih besar (5%) agar air dapat mengalir dengan cepat (drainase)
Tabel : Kemiringan Melintang Runway Strip
Code Letter Kemiringan melintang1 3 %2 3 %3 2,5 %4 2,5 %
Runway datar (Level Runway) lebih disukai,tetapi kondisi Topografi sering tidak memungkinkan membuat Runway yang datar sehingga Runway harus mempunyai perubahan kelandaian (Longitudinal Slope)
Tabel : Kelandaian Runway
Code Numbe
r
Maximum
Average Longitud
inal Slope
Maximum Slope in
Any Portion of Runway
Maximum Longitudin
al Slope Change
Transition from
One Slope to Another
Minimum
Radius
(Curve)
1 2 % 2 % 2 % 0,4 % per 30 m
7500 m
2 2 % 2 % 2 % 0,4 % per 30 m
7500 m
3 1 % 1,5 % (a) 1,5 % 0,2 % per 30 m
1500 m
4 1 % 1,25 % (b) 1,5 % 0,1 % per 30 m
3000 m
Catatan :
a. Kelandaian pada seperempat panjang pertama dan seperempat panjang terakhir Runway yang termasuk Precisiion Appproach dengan kategori II dan III tidak boleh melebihi 0,8 %
b. Kelandaian pada seperempat panjang pertama dan seperempat panjang terakhir Runway tidak boleh melebihi 0,8 %
Jarak antara dua titik tempat terjadi perubahan kelandaian tidak boleh kurang 45 m
2.1.2 TAXIWAY
A. Tata Letak Taxiway
10
Adalah yaitu jalur yang menghubungkan antara Runway dan Apron dengan fungsi utama adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari Runway ke bangunan terminal dan sebaliknya atau dari Runway ke Hanggar pemeliharaan yang dipersiapkan dimana pesawat terbang dapat bergerak dipermukaan bumi (taxiing) dari satu tempat ketempat lain dilapangan terbang Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat yang baru mendarat tidak mengganggu pesawat lain yang siap menuju ujung lepas landas.
B. Geometri Taxiway
agar Lebar Taxiway dipengaruhi oleh Code Letter, dan untuk beberapa jenis pesawat terbang tertentu dipengaruhi oleh Wheelbase dan lebar main gear. Tujuan penentuan lebar minimumTaxiway dengan memperhatikan Wheelbase atau lebar Main gear dimaksudkan roda Main gear tidak keluar dari perkerasan di tikungan.
Tabel : Lebar Minimum Taxiway
Code Lette
r
Lebar Keterangan
A 7,5 -B 10,5 -C 15
18Untuk pesawat terbang dengan Wheelbase < 18 mUntuk pesawat terbang dengan Wheelbase ≥ 18 m
D 1823
Untuk pesawat terbang denagn Outer Main gear Wheelspan< 9 mUntuk pesawat terbang dengan w outer Main gear wheelspan ≥ 9 m
E 23 -
Lebar minimum Taxiway lebih kecil dengan lebar minimum Runway dengan Code Letter yang sama, karena diatas Taxiway pesawat terbang bergerak dengan kecepatan yang lebih rendah sehingga pilot dapat lebih mudah untuk mengusahakan agar Nose gear tetap di sumbu Runway. Taxiway juga diberi kemiringan melintang agar dapat meninggalkan Taxiway tersebut
Tabel : Kelandaian dan Kemiringan melintang Taxiway
Code Letter Kelandaian KemiringanA 3 % 2 %B 3 % 2 %C 1,5 % 1,5 %D 1,5 % 1,5 %E 1,5 % 1,5 %
C. Taxiway berdasarkan letaknya :
Entrance Taxiway
Adalah Taxiway yang terletak diujung Runway sebagai jalan masuk pesawat terbang yang akan menuju Runway, disini juga dapat berfungsi sebagai Exit
11
Taxiway terakhir untuk pendaratan yang berawal dari ujung Runway yang lain bila digunakan Runway operasi dua arah
Gambar EntranceTaxiway
Exit Taxiway
Adalah Taxiway yang berfungsi untuk memperpendek masa penggunaan Runway pada saat pendaratan pesawat di Runway,sudut beliknya sekitar 30o – 45o . Penetuan letaknya tergantung pada komposisi pesawat yang dilayani, jumlah, kecepatan dan perlambatan pesawat, jumlahnya direncanakan mampu mengakomodasi lalu lintas pergerakan pesawat pada jam puncakA. Parallel Taxiway
Adalah Taxiway yang sejajar dengan Runway dan menghubungkan Taxiway biasa dengan Apron, yang panjangnya sama maupun kurang dari panjang Runway
B. Apron Taxiway
Adalah Taxiway yang terletak didekat Apron yang dibedakan atas dua jenis yaitu : yang terletak dekat Apron sebagai jalan pintas pesawat dari Apron ketempat pesawat akan diparkir dan Taxilane yaitu bagian dari Apron yang diperuntukkan bagi jalan hubung ke areal parkir.
C. Cross Taxiway
Adalah Taxiway yang berfungsi untuk menghubungkan 2 ( dua ) Runway yang berdekatan sehingga pemanfaatan kedua Runway dapat dilakukan secara optimal. Jenis Taxiway ini biasanya baru diadakan jika memang ada dua Runway sejajar
Gambar Exit Taxiway yang Tegak lurus Runway
12
Runway
Entrance Taxiway
Apron
Runway sejajar
Taxiway
Runway sejajar
2.1.3 APRON
Adalah sarana parkir / menyimpan pesawat yang posisinya terletak diantara Bangunan terminal dan Taxiway yang dimaksudkan untuk menempatkan pesawat terbang agar capat memuat dan menurunkan penumpang, angkutan surat, barang atau kargo, kegiatan pemeliharaan pesawat, melayani arus pesawat ke dan dari pintu dan arus peralatan yang melayani pesawat didarat. Sehubungan dengan efisiensi dari Bandara, adalah sangat penting untuk menempatkan Apron dengan bangunan terminal. Dibuat cukup luas sehingga bila pesawat yang tidak melakukan proses llepas landas pesawt lain dapat menyalipnya. Posisi parkir pesawat terbang di terminal disebut Aircraft stand
Luas Area Apron
Dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :a. Ukuran dan karakteristik manuver pesawat terbangb. Volume lalu litas di Apronc. Persyaratan ruang bebasd. Cara pengaturan Aircraft stande. Bentuk (lay out)f. Persayaratan bagi aktivitas fasilitas pendukung (Aircraft ground activity)g. Taxiway dan jalan-jalan lain (service road)
Gambar Apron – Taxiway - Runway
13
Taxiway
Runway
Apron
Terminal
Tipe Apron :
A. Apron Cargo
Adalah Apron yang berdekatan dengan gedung kargo utnuk melayani pesawat-pesawat yang khusus mengangkut kargo dan dialokasikan areal yang cukup luas untuk mengakomodasi sebanyak mungkin pesawat-pesawat yang diparkir
B. Apron Terminal
Adalah Apron yang diperuntukkan bagi manufer pesawat dan juga parker pesawat dekat terminal, dan areal ini merupakan daerah dimana penumpang dapat naik turun pesawat. Areal ini juga dilengkapi dengan fasilitas pengisian bahan baker ataupun fasilitas perawatan kecil
C. Apron Parkir
Kadang suatu bandara memerlukan Apron parkir yang agak terpisah, disini pesawat dapat parker dalam waktu yang lebih lama, digunakan selama Crew pesawat beristirahat atau karena diperlukan perbaikan kecil terhadap pesawat.
D. Apron Hanggar dan Apron Service
Adalah areal didekat hangar perbaikan yang digunakan untuk perbaikan ringan. Sedangkan Apron hangar adalah areal tempat dimana pesawat masuk keluar hangar
E. Isolated Apron
Adalah Apron yang diperuntukkan pesawat-pesawat yang perlu diamankan, misalnya yang dicurigai membawa bahan peledak, lokasinya agak diletakkan jauh dari Apron biasa ataupun dari Bandar udara dan bangunannya.
APRON UTILITY
Instalasi-instalasi tetap harus ada pada Apron untuk melayani pesawat diposisi parkirnya, fasilitas-fasilitas tersebut adalah :A. Pengisian Bahan bakar pesawat
Disini dilakukan oleh Truck tangki, untuk Bandara yang besar pengisian dengan sistim pipa. Keuntungan dengan Truck adalah bahwa pesawat dapat diisi diposisi manapun pada Apron, jumlah Truck dapat disesuaikan dengan kebutuhan akan tetapi juga mempunyai kelemahan terutama utnuk pengisian pesawat-pesawat besar yang sampai 8000 liter untuk pesawat Boeing 747-100 sehingga harus disiapkan Truck dalam jumlah yang banyak sehingga mengganggu lalu lintas penumpang dan kemungkinan adanya bahaya kebakaran.
B. Tenaga Listrik
Tenaga listrik dibutuhkan untuk melayani pesawat selama mesin bekerja, bahkan juga sering diperlukan tenaga listrik eksternal utnuk menghidupkan mesin.
C. Fasilitas Grounding Pesawat
Fasilitas hubungan tanah harus disediakan di Apron utnuk melindungi pesawat dan truck tangki.
D. Penandaan dan Penerangan Apron
Disini sangat penting penerangan dengan lokasi yang ditinggikan dan diletakkan pada daerah yang sedemikian rupa sehingga memberikan
14
penerangan yang merata kepada daerah Apron agar dalam melayani pesawat dapat terjangkau sampai agak jauh.
2.1.4 Konfigurasi Parkir Pesawat
Konfigurasi parkir pesawat berhubungan dengan bagaimana pesawat ditempatkan berkenaan dengan gedung terminal dan manuver pesawat cara masuk dan keluar Taxiway, hal ini sangat penting yang mempengaruhi posisi parkir pesawat, utnuk itu mempengaruhi luas daerah Apron. Pesawat dapat ditempatkan dengan berbagai sudut terhadap gedung terminal dan dapat keluar masuk Taxiway dengan kekuatan sendiri atau dengan bantuan alat pendorong / penarikBerbagai bentuk Konfigrasi Parkir pesawat :
A. Konfigurasi Parkir Hidung Kedalam / Pesawat mengarah ke
Terminal
Disini pesawat diparkir tegak lurus gedung terminal dengan hidung berjarak sedekat mungkin.
Memudahkan penumpang naik pesawat karena letaknya yang dekat dengan Terminal
Tidak menimbulkan suara bising yang menimpa bangunan terminal Harus menyediakan alat pendorong pesawat utnuk memungkinkan
pesawat bergerak dengan kekuatan mesin sendiriB. Konfigurasi Parkir Hidung kedalam besudut / mengarah
kedalam tapi bersudut
Disini sama dengan konfigurasi diatas tetapi pesawat tidak diparkir tegak lurus gedung terminal
Disini menimbulkan polusi suara yang lebih tinggi dan memerlukan luas Taxiway yang lebih luas.
Keuntungannya adalah pesawat dapat memasuki dan keluar dari Taxiway dengan kekuatan sendiri
C. Konfigurasi Parkir Hidung keluar bersudut ? Pesawat mengarah
keluar
Disini pesawat diparkir dengan hidung yang menjauhi Terminal Keuntungannya disini adalah pesawat dapat memasuki atau keluar
dari Taxiway dengan kekuatan mesin sendiri, Kerugiannya adalah menimbulkan kebisingan suara yang lebih tinggi.
D. Konfigurasi Parkir Sejajar ( Paralel )
Konfigurasi ini adalah yang paling mudah dipandang dari sudut manuver pesawat,
Kebisingan dikurangi karena tidak diperlukan gerakan memutar yang tajam
Gambar Konfigurasi Parkir Pesawat
15
D A B C
Gedung Terminal
2.2 LAND SIDE
2.2.1 AREAL TERMINAL
A. Fungsi utama terminal adalah :
Pertukaran moda
Perjalanan udara merupakan perjalanan campuran berbagai moda yaitu mencakup perjalanan akses darat dan dilanjutkan dengan perjalanan udara, dalam hal ini tidak banyak perjalanan udaranya.
Pemrosesan perjalanan udara
Terminal adalah tempat untuk pengurusan perjalanan udara diantaranya pembelian tiket, pendaftaran penumpang, loket pemeriksaan, rumah makan, ruang tunggu, pelayanan taxi, telpon dsb.
Operator Bandar Udara
Disini berfungsi sebagai tempat penampungan yang mengumpulkan penumpang secara kontinyu baik yang datang maupun yang pergi. Perancangan bangunan terminal harus menyediakan daerah pelayanan terpisah untuk menjaga kemacetan bagi penumpang dan barang, juga harus menyediakan kemudahan sirkulasi penumpang baik yang naik maupun yang turun.
B. Tujuan Perancangan Terminal
Ada 3 (kelas) pemakai yang menggunakan terminal yaitu :1) Penumpang dan pengantar / penjemput2) Perusahaan penerbangan3) Operator Bandara
Volume penumpang jauh lebih besar dibandingkan dengan junlah staf perusahaan dan staf Bandara selain perusahaan penerbangan sendiriSedang tujuan perancangan terminal meliputi :
1. Memaksimalkan akomodasi penumpang.2. Memberikan pelayanan yang baik bagi perusahaan penerbangan.3. Memberikan dukungan yang memadai bagi personil Bandar udara
walaupun dalam kondisi yang sangat sibuk.
C. Fasilitas yang diperlukan di Terminal,
Terminal merupakan daerah pertemuan antara sisi udara (Air side) dan sisi darat (Land side) daerah ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk pemrosesan penumpang dan bagasi. Sistem ini merupakan penghubung utama antara jalan masuk darat dengan pesawat.Ada 3 (tiga) bagian utama yang perlu diperhatikan :
a) Jalan Masuk ( Acces Interface )Daerah pertemuan jalan masuk dimana penumpang naik turun ke bagian pemrosesan penumpang, sirkulasi, parkirFasilitas yang disediakan pada jalan masuk terdiri dari parkir dan jalan penghubung yang memungkinkan penumpang, pengunjung dan barang untuk masuk dan keluar terminalJalan masuk mempunyai fasilitas :
16
Peralatan depan bagi penumpang untuk naik turun dari kendaraan yang menyediakan bongkar muat baik kendaraan untuk menuju atau meninggalkan gedung terminal
Fasilitas parkir mobil yang menyediakan tempat parkir untuk jangka pendek dan panjang
Pelataran parkir dan jaringan jalan umum serta jalan bebas hambatan Fasilitas untuk penyeberangan bagi pejalan kaki termasuk terowongan,
jembatan dan peralatan otomatis yang memberikan jalan masuk antara fasilitas parkir dan terminal.
Jalan khusus bagi kendaraan pemadam kebakaran, truck pengangkut bahan bakar, kantor pos dll yang menuju terminal
b) Sistem Pemrosesan Penumpang diproses dalam persiapan untuk memulai atau mengakhiri suatu perjalanan melalui udara maupun kegiatan-kegiatan utama dalam bagian ini adalah penjualan tiket, lapor masuk bagasi, pengambilan bagasi, pemesanan tempat duduk, pelayanan pengawasan dan keamanan.Seperti dijelaskan bahwa Terminal digunakan untuk memproses penumpang dan barang untuk menghubungkan pesawat dan model trasportasi darat yang meliputi : Penjualan tiket, lapor masuk bagasi, informasi penerbangan Fasilitas penumpang dan pengunjung, tempat perbaikan truck,
ruangan untuk menyiapkan makanan serta gudang bahan makanan dan barang-barang lain yang merupakan daerah pelayanan umum
Lobi untuk sirkulasi penumpang dan ruang tunggu bagi tamu Pendaftaran untuk memproses bagasi atau pilihan tempat duduk Gerbang pemeriksaan dan pengawasan (kontrol imigrasi) bagi
penumpang yang baru datang dari penerbangan internasional Bea cukai ( custom ) untuk masuk dan keluar Pengecekan keamanan Pengambilan bagasi
c. Kawasan Penampungan (Holding)
Sebagian besar waktu penumpang di Bandara dihabiskan diluar kawasan pemrosesan yaitu pada saat penumpang menunggu sewaktu penumpang menunggu di kawasan penampungan serta pada saat penumpang Bandara berada pada periode antara berbagai kegiatan pemrosesan
Waktu yang diperlukana) Ruang tunggu penumpang : Umum, Keberangkatan dan Ruang
tunggu disekitar gerbang-gerbang (gate lounge)b) Kawasan pelayanan penumpang : kamar cuci, telepon umum,
kantor pos, informasi pertolongan pertama, penyimpanan barang (storage), salon kecantikan dan juga dapat mengakomodasi penumpang cacat (handicaped passenger)
c) Konsesi, bar, restoran, novellis, toko bebas pajak, pemesanan hotel, bank / penukaran valuta asing, asuransi, sewa mobil, mesin-mesin otomatis utnuk pelayanan
d) Lobi pengunjung dan anjungan termasuk fasilitas VIPd. Sirkulasi terminal
Gerakan penumpang menggunakan sistem sirkulasi internal yang mudah dicari dan diikuti dan mudah untuk dinegosiasi. Sirkulasi internal dipenuhi dengan koridor, jalan penghubung dan Taxiway dan memerlukan fasilitas menaikkan penumpang seperti tangga, jembatan belalai/garbarata dan mobil lounges
e. Perusahaan penerbangan dan fasilitas pendukung
17
a) Kebutuhan perusahaan penerbanganPerlu diperhatikan kebutuhan Perusahaan penerbangan dan pekerja yang bekerja dikawasan terminal, fasilitas yang dimaksud adalah :1) Kantor perusahaan penerbangan2) Tempat penyimpanan gerobak barang dan kursi roda3) Kantor Manajemen Bandar udara dan kantor untuk SATPAM4) Kantor pemerintah dan kawasan pendukung utnuk petugas Bea
cukai, Imigrasi, kesehatan, kontrol lalu lintas udara dan fasilitas istirahat personil
5) Sistem pemberitahuan umum, rambu tanda petunjuk, informasi penerbangan
6) Kantor personil pemeliharaan dan kawasan pendukung, penyimpanan, perawatan pemeliharaan
b) Pertimbangan-pertimbangan RancanganTujuan rancangan ini mencakup :1) Pengembangan dan penetapan ukuran untuk memenuhi tujuan
dari lapangan terbang yang dinyatakan dalam parameter-parameter yang ditetapkan dalam rencana induk
2) Kemampuan untuk memenuhi permintaan jangka panjang dan menengah
3) Kelayakan keuangan finansial 4) Memaksimalkan penggunaan fasilitas-fasilitas yang ada5) Pencapaian keseimbangan arus lalu lintas diantaranya jalan
masuk, terminal dan fasilitas lapangan terbang selama jam puncak
6) Pertimbangan mengenai kepekaan lingkungan pemeliharaan flesibilitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masa depan
7) Kemampuan untuk memperkirakan dan menerapkan perkembangan-perkembangan yang penting dalam teknologi masa depan
f. Proses Perencanaan TerminalPengembangan suatu terminal dilakukan dalam suatu rangkaian langkah terpadu meliputi pengembangan konsep, rencana skematis dan pengembangan rancangan. Fasilitas terminal dikembangkan selaras dengan rencana pengembangan fasilitas sisi udara dengan mempertimbangkan penggunaan lapangan terbang yang paling efektif, kemampuan untuk memperluas fisik dan keluwesan operasional, keterpaduan dengan sistem jalan masuk dan kesesuaian dengan tata guna lahan yang sudah direncanakan disekitar lapangan terbang. Pada tahap penyusunan ditetapkan tujuan dan ruang lingkup pekerjaan dasar pemikiran bagi awal penelaahan. Rancangan skematik menjabarkan konsep dan hubungan fungsional ke dalam gambar-gambar denah yang menunjukkan ukuran keseluruhan bentuk dan letak ruangan yang dibutuhkan untuk setiap fungsi. Perkiraan biaya yang terinci disiapkan dalam rancangan skematik sehingga dapat dibuat perbandingan antar kebutuhan ruangan dan biaya. Tahap ini merupakan merupakan dasar bagi persiapan dokumen-dokumen konstruksi, proses permintaan penawaran, pengerjaan dan pelaksanaan proyek akhir
g) Konsep pengembanganLokasi Terminal sangat ditentukan oleh proses perencanaannya, alternatf-alternatif pertimbangan yang harus diperhatikan adalah :
a. Kemampuan untuk menangani permintaan yang diharapkanb. Kesesuaian dengan tipe pesawat yang diharapkan
18
c. Keluwesan terhaap pertambahan dan perubahan teknologid. Kesesuaian dengan rencana induk Bandar udara keseluruhane. Kesesuaian dengan tata guna lahan didalam dan disekitar Bandar udaraf. Kemunuran orientasi dan pemrosesan penumpangg. Analisis rute-rute manuver pesawat dan pertentangan-pertentangan yang
mungkin terjadi pada sistem landas hubung dan daerah Apronh. Penundaan kendaraan darat, penumpang pesawat terbang yang mungkin
terjadi i. Kelayakan keuangan dan ekonomi
Ditetapkan Kriteria rancangan seperti :a. Biaya pemrosesan penumpangb. Jarak berjalan kaki untuk berbagai tipe penumpangc. Penundaan penumpang dalam pemrosesand. Tingkat pengisian dan kemacetane. Penundaan dan biaya manuver pesawat terbangf. Pemakaian bahan bakar pesawat terbang dalam melakukan manuver
dilapangan terbang antar Runway dan Terminalg. Biaya konstruksih. Biaya-biaya administrasi, operasi dan pemeliharaani. Sumber-sumber pendapatan yang potensial dan tingkat pendapatan yang
diharapkan dari setiap sumberh) Pengembangan Konsep Terminal
Pemrosesan dilakukan secara terpusat yang berarti seluruh fasilitas terdapat dalam satu gedung dan digunakan memproses semua penumpang yang menggunakan gedung itu, hal ini akan lebih ekonomis karena banyak fasilitas bersama dapat digunakan untuk melayani sejumlah besar posisi (gate) ke pesawat terbang. Terdapat 4 konsep distribusi horisontal dasar, dari konsep-konsep dasar tersebut dapat dibuat berbagai kombinasi. Setiap konsep dapat digunakan dengan tingkat pemusatan yang berbeda
i) Penentuan Fasilitas-fasilitas Terminal PenumpangYang perlu disediakan pada suatu terrminal penumpang dapat diperkirakan dengan menggunakan bermacam-macam cara.A. Kerb Keberangkatan (Departure Kerb)B. Anjungan Keberangkatan (Departuses Concourse) C. Tempat Check InD. Area Antrean untuk Check InE. Pemeriksaan Paspor Keberangkatan (Pasport Control) F. Tempat Menunggu untuk Keberangkatan (Departure lounge)G. Pemeriksaan Keamanan (Security Check)H. Ruang Tunggu (Gate Hold Room) I. Pemeriksaan Kesehatan Kedatangan (Arrival Health Check) J. Pemeriksaan Paspor Kedatangan (Pasport Control Arrival)K. Area Antrian Pemeriksaan Pasport KeberangkatanL. Area Pengambilan BagasiM. Pemeriksaan Pabean untuk KedatanganN. Area Antrean Pemeriksaan PabeanO. Jumlah Alat Pengambilan BagasiP. Anjungan KedatanganQ. Kerb Kedatangan
D. Jalan masuk dan parkir kendaraan
Jalan Masuk Bandar Udara
19
Jalan masuk ke Bandara bukan saja diperlukan oleh penumpang pesawat, tetapi juga oleh pemakai jalan lain seperti karyawan, pengunjung, truk pengangkut barang dan kegiatan yang berhubungan dengan Bandara. Data menunjukkan mobil pribadi adalah kendaran terbanyak yang masuk ke bandara, termasuk didalamnya penumpang dan karyawan, hal ini akan terus berlanjut dimasa depan meskipun telah tersedia angkutan masal.Langkah awal untuk memperkirakan lalu lintas darat oleh penumpang pesawat adalah ramalan perjalanan udara dimasa depan, sehingga diperlukan ramalan distribusi harian dari jumlah penumpang pada jam sibuk setiap hari. Kemudian memperkirakan jumlah mobil pribadi, taxi, bus, minibus dan angkutan masal. Dari data-data diatas maka dapat ditentukan / direncanakan dimensi jalan masuk ke Bandara sesuai dengan standar Bina Marga
Parkir Kendaraan Tersedianya parkir kendaraan sangat penting bagi Bandara walaupun angkutan umum akan dikembangkan, namun pemakaian mobil pribadi tetap merupakan hal yang penting dimasa datang. Pertimbangan utama untuk menentukan lokasi parkir adalah jarak jalan kaki sedekat mungkin ke Terminal.Lapangan parkir di Bandara digunakan oleh :
a. Penumpang pesawatb. Pengunjung yang menemani penumpangc. Pengunjung Bandara untuk rekreasid. Taxi, Minibus, persewaan mobile. Orang yang berkepentingan di Bandaraf. Karyawan Bandara ( sebaiknya disendirikan )
Gambar Parkir danTerminal
20
GEDUNG TERMINAL
BAB IIIKARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG
Bagian pesawat, karakteristik, jenis – jenis dan olah gerak pesawat terbang akan sangat menentukan dimensi / ukuran dalam perancangan prasana Bandara.
3.1 BAGIAN – BAGIAN PESAWAT TERBANG
Pesawat terbang terdiri dari :a. Mesin
Berguna utnuk memberikan gaya pada pesawat pada waktu diudara, dibedakan sebagai berikut :a. Piston
Masa udara akan bergerak kearah belakang dengan mendorong pesawat kedepan dan menimbulkan daya angkat pada sayap. Pesawt yang menggunakan piston mempunyai kecepatan yang sedang dan ketinggian yang rendah
b. Turbo jet Disini terdapat compressor yang menekan udara yang dihisap dalam ruang tekan dan dinyalakan dengan bahan bakar. Udara panas mengembang dan melewati fan seperti suhu dalam turbin, turbin menyimpan tenaga yang cukup dapat memutar compressor
c. Turbo Prop Seperti Turbo jet hanya ditambah Propeller
d. Turbo Fan Ditambahkan kipas (fan) dibelakang atau didepan turbinnya sehingga dengan bahan bakar yang sama dengan turbo jet didapat tenaga yang lebih besar
e. Ram jet Suatu mesin tanpa bagian-bagian yang bergerak, pada umumnya sesuai untuk Pesawat dengan kecepatan yang tinggi
21
f. Mesin rocket Menghasilkan gaya dorong seperti pada Ram jet, biasanya pesawat ini membawa oksigen sendiri dengan ketinggian yang tak terbatas.
b. Propeller (baling-baling)Pada pesawat bermesin piston dan turbo prop terdapat baling-baling yang terdiri dari dua lembar atau lebih yang berputar dan menarik udara kebelakang sehingga mendorong pesawat kedepan
c. Fusalage (badan)Merupakan bagian utama yang memberikan ruangan utnuk tempat penggerak alat-alat, bahan bakar, cockpit, penumpang, barang dsb
d. Wing (sayap)Gunanya untuk terbang dan menahan pesawat agar tetap diudara bila pesawat bergerak maju oleh mesinnya, karena adanya daya angkat (lift). Gaya angkat terjadi karena bentuk potongan yang aerodinamic
e. Three Controls (pengendali gerak)Pengendali mengatur gerak kearah sumbu x, sumbu y dan sumbu z
f. Flap Digunakan utnuk memperbesar daya angkat, dipasang pada bagian pesawat, gerakannya kiri dan kanan bersama-sama kebawah kalau diperlukan
g. Vertical Fin Bagian ini akan membuat pesawa terbang stabil pada saat terbang dengan kecepatan tinggi
h. Leading edgeAdalah bagian depan dari pesawat terbang, karena bentuk pesawat yang aerodinamic maka akan timbul daya angkat yang mampu mengangkat pesawt terbang
Gambar Bagian-bagianPesawat terbang
3.2 KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG
Karakteristik yang sering digunakan adalah : Ukuran dan bobot pesawat serta konfigurasi roda pendaratan pesawat
3.2.1Ukuran Pesawat terbang
22
Wingspan Lebar rentang pesawat diukur dari ujung kiri sayap sampai ujung sayap kanan yang akan mempengaruhi dimensi Apron.
Length Panjang badan pesawat diukur dari ujung hidung sampai ujung ekor yang akan mempengaruhi dimensi Apron.
Height Tinggi pesawat terbang, diukur dari muka lapis keras tempat berdiri sampai bagian tertinggi dari pesawat (ekor) yang mempengaruhi ukuran lebar Taxiway.
Wheel base Jarak antara as roda utama (main wheel) sampai as roda depan (nose wheel) yang akan mempengaruhi ukuran lebar Taxiway.
Wheel tread Jarak antara as roda utama kiri dan as roda utama kanan yang akan mempengaruhi lebar Taxiway
3.2.2 Bobot pesawat terbangTerdiri dari :
Bobot pesat terbang kosong termasuk air crew (OWE) Bobot bahan baker untuk terbang (Fuel) Bobot bahan bakar cadangan (Reserve fuel) Bobot penumpang barang dan barang pos (Payloads)
Macam-macam Bobot pesawat : Operating Weight Empty (OWE)
Bobot pesawat terbang kosong termasuk air crew = OWE Maximum Landing Weight (MTOW)
Bobot pesawat terbang maksimumyang diperkenankan pada saat lepas landas/take off = OWE – Fuel – Reserve fuel – Payloads
Maximum Landing Weight (MLW)Bobot pesawat terbang maksimum yang diperkenankan pada waktu pendaratan = OWE – Reserve Fuel - Payloads
Maximum Ramp WeightBobot pesawat terbang pada saat Star Up (menghidupkan mesin) di Apron sebelum lepas landas = MTOW – Fuel untuk taxining ke ujung landas pacu
3.2.2 Konfigurasi roda pendaratan
Bentuk beberapa konfigurasi roda pendaratan :
Single wheel Dual wheel Dual tandem wheel
0 00 00
0………………0 00…………….00 00………….00 00………….00
Complex configuration :
Pada DC 10 Pada B-747
23
00 00
00 00 00 00
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
3.3 JENIS – JENIS PESAWAT TERBANG
3.3.1 BERDASARKAN MESIN PENGGERAK
Dibedakan atas :A. Piston Engine Air CraftB. Turbo PropC. Turbo JetD. Turbo FanE. Ram JetF. Pesawat dengan menggunakan mesin roket
3.3.2 BERDASARKAN PANJANG RUNWAY
Dibedakan menjadi 5 golongan yaitu :
Golongan Jenis-jenis Pesawat Panjang
Runway
Jumbo Jet B-747, B-1011, DC-10 > 2500 M
Medium Jet A-300, B-767, B-727, DC-9-80 2000 – 2500 m
Small Jet B-737,DC-9-30, F-100 1800 – 2500 m
Propeller YS-11, F-27 1500 m
STOL Dash-7 800 m
3.4 GERAK PESAWAT DLM. TRANSPORTASI UDARA
Gerakan pesawat adalah maju, vertikal dan lateral sesuai dengan koordinat sehingga gerakan dapat dinyatakan dalam 3 sumbu yaitu :
A. Gerak maju searah dengan sumbu landasanB. Gerak vertikal searah dengan sumbu vertikalC. Gerak lateral searah dengan dengan sumbu horisontal
Adapun putaran terhadap ketiga sumbu tadi dinamakan sbb :a) Pitch ; berputar terhadap sumbu horisontalb) Yaw ; berputar terhadap sumbu sejajar (sejajar sumbu landasan)c) Roll ; berputar terhadap sumbu vertikal
24
Ketika akan mendarat pilot harus mengontrol serta mengkoordinir ketiga gerakan (Pitch, Yaw, Roll) tersebut sehingga pesawat bisa mengikuti jalur pendaratan dengan benar.Guna mengatur tiga gerakan tersebut perlu menginformasikan posisi pesawat setiap saat dalam hubungannya dengan tiga ordinat yaitu ketinggian pesawat, jarak dari titik yang dituju serta posisi sayap horisontal atau miring, hubungannya untuk mengatur Pitch, Yaw dan Roll. Perlu juga informasi tingkat penurunan, tingkat kedekatannya dengan jalur pendaratan
Gambar Three Axes Movement
25
Sumbu vertical Sumbu landasan
Sumbu horisontal
BAB IVRENCANA INDUK BANDAR UDARA
4.1 MASTER PIN
Tujuan pembuatan Rencana Induk Bandar Udara adalah Untuk menyiapkan penunjuk pelaksanaan pembangunan setiap tahap agar dapatmemenuhi :
A. Demand (permintaan jasa angkutan udara)B. Dapat sesuai dengan lingkungan sekitarnyaC. Dapat sesuai dengan perkembamngan sekitarnyaD. Dapat sesuai perkembangan moda transportasi lain misal angkutan daratE. Dapat sesuai dengan perkembangan perkembangan Bandara lain
Oleh karena itu dalam Rencana Induk harus tersedia :a) Gambar rencana tata letak Bandara sampai fase perkembangan terakhir
(ultimate fase) termasuk tata guna lahan disekitarnyab) Jadwal prioritas dan pentahapan unutk melengkapi gambar rencana tata letak
seperti diatasc) Data dan informasi penting yang diperlukan pada pembangunan rencana
tersebutd) Penjelasan bagi masyarakat disekitarnya dan pemerintah daerah dimana
Bandara tersebut akan dibangunRencana Induk dapat dibuat bagi Bandara yang sudah ada atau yang akan dibangun hanya akan berbeda dalam pelaksanaan pembangunannya.Selain itu pembangunan Bandara harus diperhatikan :
Memanfaatkan fasilitas yang sudah ada atau menghindari pembongkaran fasilitas yang sudah ada
Adanya dampak pengembangan Bandara terhadap lingkungan sekitarnya
4.2 PEMILIHAN LOKASI BANDAR UDARA BARU
Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi lapangan terbang adalah sbb :
A. Tipe pembangunan lingkungan sekitar
Diupayakan pembangunan menjauhi pemukiman penduduk dan sekolah, hal ini menyangkut masalah kebisingan yang ada sehingga diprioritaskan pembangunan lingkungan yang selaras dengan aktifitas lapangan terbang
B. Kondisi atmosfir
Seringnya terjadi kabut / asap kebakaran akan mengurangi jarak pandang pilot
C. Kemudahan untuk mendapat transportasi darat Waktu yang dibutuhkan untuk keluar dari tempat penumpang berangkat ke pelabuhan udara perlu diperhatikan sehingga perlu diupayakan kemudahan utnuk mendapatkan angkutan umum misalnya
D. Tersedianya tanah untuk pengembangan
26
Sehubungan dengan meningkatnya frekuensi penerbangan yang harus menyesuaikan permintaan maka perlu tanah untuk pengembangan baik untuk memperluas fasilitas yang ada maupun membangun fasilitas baru
E. Adanya lapangan terbang lain Jarak antar lapangan terbang yang terlalu dekat akan mengurangi kapasitas peralatan pengatur lalu lintas udara dan bagi pesawat yang akan mendarat akan saling merintangi dngan pesawat lain
F. Halangan sekeliling (surounding obstraction)Lokasi pelabuhan udara harus dipilih sedemikian rupa sehingga bila diadakan pengembangan akan bebas halangan misalnya bangunan yang mungkin didirikan didaerah tersebut
G. Perkembangan ekonomi Lokasi yang berada pada dataran rendah membutuhkan penimbunan sehingga akan berdampak pada biaya yang dikeluarkan
H. Tersedianya Utilitas Lapangan terbang yang besar perlu tersedia air minum, tenaga listrik, sambungan telepon, bahan bakar minyak dsb.
4.3 PERKIRAAN LALU LINTAS UDARA
Rancangan Indul Lapangan terbang dikembangkan kepada Prakiraan dan Permintaan (Forecast and Demand)Prakiraan dibagi dalam :
A. Prakiraan jangka pendek sekitar 5 (lima) tahunB. Prakiraan jangka menengah sekitar 10 (sepuluh) tahunC. Prakiraan jangka panjang sekitar 20 (duapuluh) tahun
Untuk prakiraan makin jauh, ketepatan dan ketelitiannya makin menyusut sehingga ini merupakan suatu pendekatan. Prakiraan pergerakan pesawat, jumlah penumpang tahunan jam-jam sibuk sangat diperlukan sedangkan untuk barang cukup prakiraan tahunan saja.Teknik prakiraan yang paling sederhana adalah meramalkan kecenderungan volume lalu lintas dimasa depan, sedangkan prakiraan yang lebih kompleks, rumit adalah meramal yang berhubungan dengan permintaan (demand) dengan mengindahkan faktor-faktor sosial, ekonomi, teknologi serta yang mempengaruhi transportasi udaraDiperhatikan hal-hal sbb :
a) Supaya diamati kecenderungan dari permintaan perjalanan udara (air travel) dimasa lalu
b) Supaya diperinci pengaruh berbagai faktor variasi ekonomi, sosial dan teknologi terhadap permintaan perjalanan udara
c) Buat model-model hubungan permintaan transportasi udara dan rencana induk lapangan terbang
d) Supaya memproyeksikan kebutuhan sebuah lapangan terbange) Supaya memakai model utnuk mendapatkan harga ramalan dari permintaan
transportasi udara dimasa depan.
4.4 BATAS – BATAS HALANGAN BANDAR UDARA ( Opstacle Limitation Surface )
Adalah ruang udara diatas dan disekeliling bandara yang digunakan pesawat terbang untuk manuver sewaktu akan mendarat dan setelah lepas landas. Ruang iini dibatasi oleh bidang-bidang miring dan mendatar pada ketinggian tertentu dimana tidak boleh ada bangunan alam atau yang dibuat manusia mencuat diatas bidang-bidang batas tersebut
27
4.4.1 Ketentuan dan Peraturan Batas-batas HalanganRuangan ini dibuat untuk menjamin keselamatan penerbangan agar manuver pesawat pada saat akan mendarat dan setelahlepas landas akan berlangsung aman
4.4.2 Bidang-bidang Batas MayaA. Take off Climb Surface
Adalah bidang dimulai dari jarak tertentu diulang dari ujung landasan atau ujung clearway (bila ada) diperluas memanjang dan keatas sampai jarak horizontal tertentu
B. Aproach SurfaceAdalah bidang mulai dari dari ujung landasan (threshold) diperluas mengikuti as landasan dan keatas sampai memotong bidang horizontal tertentu
C. Inner Horisontal SurfaceAdalah bidang horizontal setinggi 45 m (150 ft) dari elevasi lapangan terbang yang ditinjau
D. Conical SurfaceAdalah bidang yang diperluas kesamping dan keatas dari batas IHS
E. Transitional SurfaceAdalah bidang yang diperluas keluar dan kesisi Runway Strip (landasan + bahu landas)
F. Outer Horzontal SurfaceAdalah bidang horisontal 150 m(500 ft) diatas elevasi lapangan terbang
4.4.3 Daerah pendekatan (Aproach Zone)Adalah bidang mulai dari ujung landasan (threshold) diperluas mengikuti as landasan dan keatas sampai memotong bidang horisontal tertentu
4.4.4 Daerah Perputaran (Turning Zone) Pada Bandara yang sangat sibuk sering terjadi pesawat terbang yang landing tidak mungkin langsung masuk Final Aproach karena Runway masih digunakan pesawat lain. Dalam keadaan ini ATC (Air Traffic Controller) akan memerintahkan pesawat yang datang untuk antri dengan memasukkannya ke Holding Area ( daerah perputaran)
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Heru Basuki, Ir, Lapangan Terbang, 1986, Alumni Bandung
2. Team Dosen Fakultas Teknik Undip, Lapangan Terbang, 2000
3. Djoko Susilo Adhy, Ir, MT Diktat Kuliah lapangan Terbang, 2001, Unissula
29