budi santoso / estimasi tanggal hari-hari besar islam...
TRANSCRIPT
Budi Santoso / Estimasi Tanggal Hari-Hari Besar Islam Secara Numerik 129
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN : 0853-0823
Estimasi Tanggal Hari-Hari Besar Islam Secara Numerik
Budi Santoso Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional Jakarta
Jl. Sawo Manila, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta 12520
Abstrak – Estimasi tanggal hari-hari besar islam dapat diperhitungkan secara numerik menggunakan suatu program
yang disusun dalam bahasa FORTRAN77 dalam bentuk EXE dan dinamakan HBI.EXE. Perhitungan-perhitungan untuk
menentukan tanggal 1 Ramadan dan 1 Syawal telah dilakukan oleh Lembaga Hisab, dengan teliti, mencakup sudut
elongasi, ketinggian hilal dan lain-lain yang hanya dapat dimengerti oleh para ahli hisab. Perhitungan numerik yang
diusulkan oleh Budi Santoso dan Puji Hartoyo lebih mudah modelnya dan telah memberikan bukti akurasi yang
berdasar pengalaman sesuai dengan i tanggal keputusan pemerintah. Model yang telah disusun adalah menentukan
kapan terjadi konjungsi (newmoon), dengan asumsi matahari terbenam jam 18.00, serta umur terbitnya bulan akan
terjadi setelah lebih 8 jam dari saat konjungsi. Asumsi berikutnya adalah hilal terjadi bila saat konjungsi waktu
menunjukkan kurang dari jam 10 pagi. Makin awal konjungsi dari jam 10 padgi makin tepat ramalan terjadinya hilal.
Namun dekat sekitar jam 10 pagi terjadi ketidak pastian. Perhitungan sangat teliti memang tidak diperlukan karena
ketidak pastian terhadap penampakan hilal terjadi juga oleh faktor -faktor cuaca, posisi geografis, posisi astronomis,
dan kecanggihan pengamat pada daerah abu-abu ini. Dalam hal demikian program komputer akan memberitahuan
ketidakpastian apakah maju atau mundur satu hari, tergantung hilal berdasar pengamatan. Metode penentuan 1
Ramadan dan 1 Syawal yang telah kami kembangkan diperluas untuk estimasi hari-hari besar islam. Detil dari program
diurai dalam makalah. Hasil-hasil perhitungan numerik sesuai dengan kalender yang ada, sedangkan ramalan sampai
tahun 2088 masih menunggu data mendatang.
Kata kunci: komputasi, konjungsi, hilal, kalender, Islam
Abstract – Estimate of holy Islamic calendar can be programmed numerically using FORTRAN77 in the EXE format
named HBI.EXE. Numerical estimation in determining the Ramadhan (fasting month) and Ied Fitri dates have been done
by Hisab Institute with a rigorous method, covering the elongation, hilal (crescent moon) position and other parameters,
the method of which is digestible only by those expert concerns. Numerical method presented by Budi Santoso and Puji
Hartoyo shown to be simpler model, but gives a good accuracy compared to available data. The model assumed the
following: the sunset at 18.00 (PM), the hilal observed only if the difference between new moon and the sunset is more
then 8 hours. An accuracy in numerical calculation, if it happens the new moon at around 10.00 (AM) is not needed,
since at that time the hilal by observation is more dominant. In that case of various factors such as geographic,
astronomic positions and method of observations interfere the success of observations. In this uncertainty, the computer
program will indicate, the computed date is forwarded or delayed by one day. The method presented here is an extension
of estimating the dates of one Ramadhan and one Ied Fitri days covering all the holy dates of Islamic calendar.
Explanation of the FORTRAN program is presented. Results of the program run are in agreement with observed data.
Key words: computation, conjunction, hilal, calendar, Islam
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk
mengetahui tempat dan waktu. Adanya nama kota,
wilayah dusun dan sebagainya adalah penanda tempat,
yang dalam perkembangan secara ilmiah dan tekonologi,
posisi suatu tempat ditetentukan berdasar garis lintang
dan bujur. Pengorganisasian waktu di lain pihak digunaan
kalender. Menggunakan fenomena alam yaitu waktu edar
matahari dan bulan, manusia menentukan sistematika
waktu yang dikenal dengan kalender tersebut. Dalam
peradaban manusia kalender berkembang ,untuk
menetapkan saat yang baik untuk berburu, bertani dan
berpindah-pindah tempat (bermigrasi), beribadat, dan
menyelenggarakan tradisi budaya, perayaan-perayaan
keagamaan dan sebagainya.
Terbit terbenamnya matahari dan bulan secara
periodik, menjadi acuan dalam pengorganisasian waktu,
sehingga barkembang dua macam kalender yaitu kalender
berdasarkan waktu edar bumi mengelilingi matahari
(solar calender, kalender syamsiyah) yang lamanya 365,
2422 hari, dan kalender berdasarkan waktu edar bulan
mengelilingi bumi (lunar calender, kalender qamariyah)
yang lamanya 29, 5306 hari [1].
Kalender Qamariyah dikenal juga sebagai kalender
Hijriyah dengan menetapkan tahun pertama, tahun
hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke
Madinah. Periodisitas bulan lebih mudah dikenali
sehingga kalender bulan lebih tua dari kalender matahari.
Bangsa Cina menggunakan istilah Yanglek untuk
kalender matahari dan imlek untuk kalender bulan.
Bangsa Mesir kuno menggunakan kalender matahari
4236 sebelum Masehi. Bangsa Indian Maya, Aztec, dan
Olmec di Mexico menggunakan kalender matahari
semenjak 580 tahun sebelum Masehi. Bangsa Jawa
130 Budi Santoso / Estimasi Tanggal Hari-hari Besar Islam Secara Numerik
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN : 0853-0823
menggunakan Kalender matahari dengan nama Tahun
Saka karya Aji Saka (Prabu Syaliwahono) sejak 14
Maret 78 Masehi. Kalender ini masih digunakan oleh
orang-orang di Pulau Bali. Kalender matahari dikenali
melalui perubahan musim, sedangkan kalender bulan
dikenali dari perubahan bentuk bulan.
Kalender bulan lebih tua dari kalender matahari,
karena perubahan bulan lebih mudah dikenali. Hari-hari
besar islam pun menggunakan kalender bulan/qamariyah.
Sultan Agung di Jawa berhasil mengubah tahun Saka
1555 (Masehi 1633, Hijriah 1043), menjadi kalender
Jawa yang berdasar peredaran bulan.
Hari-hari besar islam dalam kaitan ibadah adalah
tanggal 1 Muharam sebagai tahun baru Hijriah, tanggal
27 Rajab peringatan Isra’ Mi’raj, tanggal 1 Ramadan
awal ibadah puasa, 1 Syawal hari raya Idul Fitri, 17
Ramadan peringatan Nuzul Qur’an, 8 Dzulhijah wukuf
haji di padang Arafah, 13 Dzulhijah hari raya Idul Adha
dan adanya hari-hari tasyrik 13,14,15 Dzulhijah dan 1
Syawal [2].
Penentuan satu Ramadan dan satu Syawal khususnya
merupakan isu penting terkait dengan perbedaan asumsi
/dalil yang diacu. Secara astronomi bila pada hari ini
terjadi konjungsi sebelum matahari terbenam berarti
sudah bulan baru (new moon). Mulai saat matahari
terbenam (sekitar jam 6 petang) sudah tanggal satu bulan
baru. Inliah yang menjadi dasar sebagian umat islam
dalam menentukan 1 Ramadan maupun 1 Syawal. Pada
penelitian penentuan tanggal-tanggal tersebut Budi
Santoso Cs telah dilakukan menggunaan model
komputasi numerik untuk memperkirakan bulan
konjungsi (new).
II. LANDASAN TEORI
Pada dasarnya hitungan hari itu tidak terlalu sulit.
Setiap 7 hari akan terulang hari yang sama Bila kita
gunakan urutan hari Senen (1) sampai Minggu (7), dan
pasaran Legi (1), Pahing (2), Pon (3), Wage (4), Kliwon
(5), kemudian kita mengetahui awal tanggal ID0-IM0-
IY0, maka pada tanggal ID-IM-IY dapat dihitung jumlah
hari N=tanggal(ID-IM-IY)-tanggl(ID0-IM0-IY0). Hari
yang dimaksud adalah hari (I), dan pasaran (J) di mana
I=MOD(N,7) dan J=MOD(N,5). Telah tersedia kalender
Julian dalam bentuk SOFTWARE dinamakan kalender
Julian di mana kalender ini hanya menghitung umur hari
dihitung dari titik awal tanggal 1 Januari tahun 4713 SM
yang jatuh hari Ahad Legi. Umur pada tanggal 1-1-1900
adalah 2431685 atau tanggal Julian yang jatuh pada hari
Senen Pahing. Hari ini tanggal 26-4-2014 adalah
2456774 Sabtu Kliwon, 25-6-1435 Hijriah. Untuk
menghitung umur Julian (JD) cukup dengan memanggil
fungsi JD=FUNCTION JULDAY(ID,IM,IY), di mana
ID-IM-IY adalah tanggal yang dimaksud. Sebaliknya
untuk menentukan tanggal Masehi saat tanggal Julian J,
digunakan SUBROUTINE CALDAT(J,ID,IM,IY).
Dengan input nilai J akan keluar nilai ID,IM,IY
Jumlah konjungsi sejak awal kalender Julian, dapat
ditentukan beserta dengan fase-fase bulan (new moon,
first quarter, full moon, last quarter, kembali ke new
moon) dengan program SUBROUTINE
FLMOON(N,NPH,JD,FRAC) yang telah tersedia
rumusannya pada acuan (1). Pada subrutin ini N
merupakan bilangan yang harus di inputkan, N adalah
bilangan bulat N kali konjungsi fase bulan dihitung sejak
tahun 1900 waktu Greenwhich, NPH adalah fase bulan,
bila NPH=0 maka luarannya adalah bulan nol, NPH=1
untuk bulan seperempat pertama, NPH=-2 untuk bulan
penuh dan NPH=3 untuk seperempat bulan terakhir,
sedangkan FRAC adalah fraksi hari, saat fase bulan
terjadi.
Rumus pendekatan empirik berapa jumlah N kali fase
bulan untuk tahun IY bulan IM sejak tahun 1900 adalah
N = 12,37*(IY-1900+(IM-0,5)/12.) [3].
III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
Program yang direkayasa adalah memasukkan nilai
IY, maka IM dapat di scan dari 1 sampai 12, sehingga
diperoleh 12 harga N (N1, N2,…..N12), demikian juga
ada 12 niali JD (JD1, JD2,…..JD12). Nilai JD dikonversi
menjadi tanggal masehi dengan menggunakan subrutin
CALDAT diperoleh JD1(ID1-IM1-IY),
JD2(ID2,IM2,IY)…….JD12(ID12,IM12,IY). Tanggal
masehi dikonversi menjadi tangal hijriah. Dengan
demikian pada tahun IY, bulan 8 hijriah (bulan Sya’ban,
Ruwah) dicari konjungsinya dengan program FLMOON.
Dengan diperolehnya tanggal saat konjungsi, maka hari
itu atau esoknya terjadi, menentukan kapan
Ramadan/puasa dimulai [4]. Hari-hari besar Islam
ditentukan dengan logika yang sama. Untuk penetapan 1
Ramadan dan 1 Syawal digunakan program
RAMADAN.EXE, sedangkan untuk hari-hari besar islam
digunakan HBI.EXE
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan run untuk masukan tahun IY dari IY=1988,
sampai IY=2013, di mana data 1 ESTIMASI TANGGAL
1 RAMADAN DAN 1 SYAWAL
PROGRAM DISUSUN OLEH PROF DR H BUDI SANTOSO
TAHUN 1988
BULAN NOL RAMADAN 16- 4-1988 JAM 18.61 1 RAMADAN : 18 4 1988
KEPUTUSAN PEMERINTAH 18- 4-1988
BULAN NOL SYAWAL 7- 8-2013 JAM 4.52 1 SYAWAL : 8 8 2013
KEPUTUSAN PEMERINTAH 8- 8-2013
TAHUN 2014 BULAN NOL RAMADAN 27- 6-2014 JAM 15.34
1 RAMADAN : 29 6 2014
BULAN NOL SYAWAL 27- 7-2014 JAM 5.98 1 SYAWAL : 28 7 2014
BULAN NOL SYAWAL 16- 5-1988 JAM 4.99
1 SYAWAL : 17 5 1988 KEPUTUSAN PEMERINTAH 17- 5-1988
TAHUN 2012
BULAN NOL RAMADAN 19- 7-2012 JAM 10.81 1 RAMADAN : 21 7 2012
BULAN NOL SYAWAL 17- 8-2012 JAM 22.75
1 SYAWAL : 19 8 2012 TAHUN 2013
BULAN NOL RAMADAN 8- 7-2013 JAM 13.86
1 RAMADAN : 10 7 2013 KEPUTUSAN PEMERINTAH 10- 7-2013
Budi Santoso / Estimasi Tanggal Hari-Hari Besar Islam Secara Numerik 131
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN : 0853-0823
TAHUN 2013 1 MHRM MLD NB ISRO/M 1RMDN NUZL QR 1SYWL IDL .
.
ADHA 24- 1-2013
6- 6-2013
10- 7-2013 26- 7-2013
8- 8-2013
. 15-10-
2013
5-11-2013
TAHUN 2014
1 MHRM MLD NB ISRO/M 1RMDN NUZL QR 1SYWL IDL . .
ADHA
14- 1-2014 27- 5-2014
29- 6-2014
15- 7-2014 28- 7-2014
. 5-10-
2014 25-10-2014
V. KESIMPULAN
Telah berhasil disusun perangkat lunak (software)
yang dapat mengestimasi kapan terjadinya konjungsi
untuk bulan Ramadan dan Syawal. Dengan demikian
tangal 1 Ramadan dan 1 Syawal dapat ditentukan.
Menggunakan Software FLMOON.EXE dapat sesuai
timezone di Jakarta yaitu timzon=7, ternyata lebih banyak
melesetnya khusunya saat-saat konjungsi yang menuju
hilal dengan beda waktu sekitar 8 jam. Dengan percobaan
empirik ditemukan timzon yang sesuai untuk Jakarta
adalah 6,95. Data estimasi dengan catatan tanggal
keputusan pemerintah sangat sesuai, kecuali pada pada
1997, di mana BULAN NOL RAMADAN terjadi pada
tanggal 9- 1-1997 JAM 11.95, maka computer
menyatakan bahwa 1 Ramadan jatuh pada tanggal 11- 1 -
1997, namun keputusan pemerintah menyatakan tanggal
10- 1-1997. Ini seolah menujukkan bahwa tanggal 9
Januari 1997 sudah terlihat hilal pada sore harinya. Hal
ini tidak sesuai dengan syarat bahwa hilal terlihat
minimum 8 jam setelah konjungsi. Konjungsinya jam
11.95, dapat dibandingkan misalnya pada tahun 1989
terjadi konjungsi pada tanggal 6-4-1989 jam 10.47,
komputer mengestimasi jatuhnya 1 Ramadan pada
tanggal 8-4-1989, sesuai KEPUTUSAN PEMERINTAH
8-4-1989. Pada jam 10.47 saja belum terjadi hilal apalagi
pada jam 11.95 sebagai disitir di atas. Untuk estimasi
lainnya sangat sesuai dengan kenyataan keputusan
pemerintah, mudah-mudahan keputusan ini tidak salah.
Sebagai saran software yang diperluas untuk
menentukan tanggal hari-hari besar Islam lainnya, yaitu 1
Muharam, Maulid Nabi SAW (12 Rabiulawal), Isra
Mi’raj (27 Rajab), dan Idul Adha (10 Zulhijah) diuji
terus-menerus agar dapat ditemukan rumusan empirik
yang tak berubah lagi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih atas bantuan dan dukungan serta
fasilitasi penelitian yang diberikan oleh Universitas
Nasional, Jalan Sawo Manila, Jakarta Selatan.
PUSTAKA [1] M. Ilyas, Astronomy of Islamic Calender, A. S. Noordeen,
Kuala Lumpur, 1997.
[2] R. T. Hidayat, H. E. S. Anshari, T. Djamaluddin, N.
Kurnia, Almanak Alam Islam, Sumber Rujukan Keluarga
Muslim Milenium Baru, Pustaka Jaya, Jakarta, 2000.
[3] W. H. Press, B. R. Fennery, S. A. Teukolsky, W. T.
Vetterling, Numerical Recipes, The Art of Scientific
Computing, Cambridge University Press, Cambrigde,
1986.
[4] B. Santoso, laporan intern, UNAS, 2013.
TANYA JAWAB
Fuad Anwar, UNS
? Apakah program Bapak dapat untuk menghitung/
memperkirakan kapan gerhana terjadi?
Budi Santoso, UNJ @ Program tidak untuk menghitung kapan terjadi
gerhana, karena hanya memperkirakan kapan terjadi new
moon/full moon untuk kalender qomariah.
Rifki R., UNAS
? 1. Jika Bapak katakana tadi bahwa program tersebut
hanya dibangun dengan menggunakan rumus, dari mana
rumus-rumus tersebut diturunkan?
2. Apakah Bapak menggunakan machine learning
untuk mendapatkan rumus tersebut?
Budi Santoso (UNJ) @ 1. Rumus tersebut adalah rumus empirik yang
diberikan berdasar pengamatan data, dari data fullmoon,
sehingga tidak membuat pengamatan tetapi langsung
menggunakan rumus empirik. Data yang diperlukan
hanya untuk mengecek rumus empirik yang sudah ada,
tapi bukan menjadi masalah saya.
2. Tidak menggunakan machine learning karena dari
rumus rumus empirik dapat langsung disajikan hasil yang
benar.