budaya demokrasi menuju msyarakat madani
TRANSCRIPT
BUDAYA DEMOKRASI
menuju MASYARAKAT
MADANI
A. Pengertian Budaya Demokrasi
Budaya Politik Demokrasi dapat kita pahami sebagai pola-pola sikap dan orientasi politik yang bersumber dari nilai-nilai dasar demokrasi yang seharusnya dimiliki oleh setiap warga dari sistem politik demokrasi.
Inti Budaya Demokrasi adalah kerja sama, saling percaya, menghargai keanekaragaman, toleransi, kesamaderajatan, dan kompromi.
Sedangkan Budaya Politik non-demokratis atau totalitarian ditandai oleh konflik, kecurigaan, keseragaman, tidak toleran, ketidakpercayaan, kebencian, hirarki, dan ketidaksamaan derajat.
Branson menyebutkan bahwa setiap warga negara dalam negara demokrasi semestinya memiliki civics virtues alias kebajikan-kebajikan kewarganegaraan, sebab tanpa hal itu sistem pemerintahan demokrasi tidak mungkin berjalan sebagaimana mestinya.
Inti Kebajikan kewarganegaraan adalah tuntutan agar semua warga negara menempatkan kebaikan bersama di atas kepentingan pribadi. Hal itu meliputi dua aspek, yaitu :
a. Disposisi Kewarganegaraan
adalah sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan warga negara yang menopang perwujudan kebaikan bersama serta berfungsinya sistem demokrasi secara sehat.
b. Komitmen Kewarganegaraan
adalah kesetiaan kritis warga negara terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi. Komitmen itu dapat dipilih menjadi :
Komitmen kepada prinsip-prinsip dasar demokrasi (kedaulatan rakyat, persamaan politik, konsultasi pada rakyat, majority rule-minority right, pembagian kekuasaan negara, sistem check and balances, dsb).
Komitmen kepada nilai-nilai dasar demokrasi (kemerdekaan, persamaan, solidaritas/persaudaraan, dsb).
Quigley, menyebut contoh-contoh kebajikan kenegaraan yaitu : hormat pada harkat dan martabat setiap orang, keberadaban, integritas, disiplin diri, toleransi, kasih sayang, dan patriotisme.
Sedang komitmen-komitmen kenegaraan antara lain mencakup : dedikasi kepada hak asasi manusia, kebaikan bersama, kesamaderajatan, dan rule of law.
Dari uraian di atas dapat kita sarikan nilai-nilai demokrasi meliputi kebebasan, persamaan, persaudaraan, menghormati kebenaran, menghormati penalaran, dan keberadaban.
B. Unsur-unsur Budaya Demokrasi
1. KebebasanKebebasan adalah keluasan untuk membuat pilihan terhadap beragam pilihan atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan bersama atas kehendak sendiri, tanpa tekanan dari pihak manapun. Kebebasan harus digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat, dan dengan cara yang tidak melanggar tata aturan yang sudah disepakati bersama.
2. PersamaanPersamaan itu berarti tiadanya keistimewaan bagi siapapun dan pemberian kekesempatan yang sama kepada setiap dan semua orang.
Sebagai nilai, persamaan menjadi pedoman perilaku rakyat berdaulat sehingga mereka mampu menghargai harkat martabat sesamanya.
3. SolidaritasSolidaritas atau kesetiakawanan adalah kesediaan untuk memperhatikan kepentingan dan bekerja sama dengan orang lain.
Sebagai nilai, solidaritas ini dapat menumbuhkan sikap batin dan kehendak untuk menempatkan kebaikan bersama di atas kepentingan pribadi, mengasihi sesama dan murah hati terhadap sesama warga masyarakat.
4. ToleransiToleransi adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian ( pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri.
Sebagai nilai, toleransi dapat mendorong tumbuhnya sikap toleran terhadap keanekaragaman, sikap saling percaya dan kesediaan untuk bekerja sama antarpihak yang berbeda-beda keyakinan, prinsip, pandangan, dan kepentingannya.
5. Menghormati KejujuranKejujuran adalah keterbukaan untuk menyatakan kejujuran. Kejujuran diperlukan agar hubungan antar pihak berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan benih-benih konflik di masa depan.
Sebagai nilai, penghormatan terhadap kejujuran akan menumbuhkan integrasi diri, sikap disiplin diri, dan kesetiaan pada aturan-aturan.
6. Menghormati PenalaranPenalaran adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan tertentu, membela tindakan tertentu, dan menuntut hal serupa dari orang lain.
Sebagai nilai, penghormatan pada penalaran dapat mendorong tumbuhnya keterbukaan pikiran, termasuk sikap skeptis yang sehat dan pengakuan terhadap sifat ambiguitas (kemenduaartikan) kenyataan sosial dan politik.
7. Keadaban
Keadaban adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir-batin atau kebaikan budi pekerti.
Perilaku yang beradab adalah perilaku yang mencerminkan penghormatan dan mempertimbangkan pihak lain sebagaimana dicerminkan oleh sopan santun dalam bertindak.
Sebagai nilai, keadaban akan menjadi pedoman perilaku warga negara demokrasi yang serba santun, mencapai mufakat, menghindari penggunaan kekerasan seminimal mungkin dalam menyelesaikan persoalan bersama, dan kepatuhan pada norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bersama.
Menurut Henry B. Mayo ,ada sejumlah nilai operasional yang menjadi landasan pelaksanaan demokrasi, yaitu :
a.Menyelesaikan perselisihan secara damai dan melembaga.
b.Menjamin terselenggaranya perubahan masyarakat secara
damai.
c.Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
d.Membatasi penggunaan kekerasan seminimal mungkin.
e.Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman
dalam masyarakat, yang tercermin dalam keanekaragaman
pendapat, keanekaragaman kepentingan dan tingkah laku.
f.Menjamin tegaknya keadilan.
Menurut Budiarjo, nilai-nilai yang terkandung dalam komunisme antara lain :
1)Monisme ,yaitu pandangan yang menolak adanya
golongan-golongan atau keanekaragaman dalam
masyarakat.
2)Kekerasan ,yaitu alat yang sah untuk mencapai tujuan
negara, yaitu terwujudnya masyarakat tanpa kelas.
3)Negara ,yaitu alat untuk mencapai komunisme
sehingga semua alat negara (polisi, tentara, kejaksaan, dsb)
digunakan untuk mewujudkan komunisme.
Dalam pembangunan demokrasi paling tidak ada empat bidang yang harus mendapat perhatian, yaitu :
Pertama ,lembaga-lembaga negara termasuk birokrasi pemerintah di dalamnya.
Kedua ,partai-partai politik. Partai-partai politik harus dibangun agar mampu berperan sebagai pemadu aspirasi masyarakat.
Ketiga ,pelaku ekonomi. Perilaku ekonomi yang merusak seperti suap, korupsi, kolusi, dan nepotisme harus dihindari.
Keempat ,civil society / masyarakat madani. Kehidupan masyarakat juga harus dibangun agar mampu menjadi kekuatan pengontrol terhadap penyelenggara negara.
C. Masyarakat Madani /civil society
Menurut Pattrick, civil society adalah konsep yang pengertiannya dapat diperdebatkan walaupun telah digunakan banyak kalangan sejak ±300 tahun lalu.
Mohammad A.S. Hikam, mendefinisikan civil society sebagai wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan, antara lain : kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-genereting) dan keswadayaan (self-supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.
Menurut Lary Diamond, civil society melingkupi kehidupan sosial terorganisasi yang terbuka, sukarela, lahir secara mandiri, setidaknya berswadaya secara parsial, otonom dari negara, dan terikat pada tatanan legal atau seperangkat nilai bersama.
Civil Society mempunyai ciri-ciri :a. Lahir secara mandiri, warga masyarakat sendiri membentuknya,
bukan penguasa negara.
b. Keanggotaannya bersifat sukarela, atau atas kesadaran masing-masing anggota.
c. Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya), paling tidak untuk sebagian.
d. Bebas atau mandiri dari kekuasaan negara.
e. Tunduk pada aturan hukum yang berlaku atau seperangkat nilai/ norma yang diyakini bersama.
Civil Society memang berbeda dari pemerintahan dan negara, namun itu tidak berarti civil society harus selalu bertentangan dengan pemerintah dan negara. Di dalam negara demokrasi, ada berbagai macam organisasi yang melakukan kegiatan secara mandiri dan bebas dari kontrol pemerintah.
Tujuan mereka adalah mewujudkan kebaikan bersama (public good)
Menurut Beetham dan Boyle, gagasan civil society menunjukan bahwa demokrasi perlu ditopang oleh segala macam kelompok sosial yang diorganisasi secara independen.
Alexis de’ Tocqueville, bahkan menyatakan bahwa civil society-lah yang menjadikan demokrasi di Amerika mempumyai daya tahan.
Dengan terwujudnya pluralitas (kemajemukan), kemandirian, dan kemampuan politik di dalam civil society, maka warga negara akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
D. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia1. Demokrasi di Masa Orde Lama
Masa Orde Lama sering dimaksudkan sebagai masa pemerintahan Presiden Soekarno pada era Demokrasi Terpimpin.
\
a. Demokrasi Perlementer di masa RIS dan masa berlakunya UUDS 1950
Selama masa berlakunya konstitusi RIS dan UUDS 1950, Indonesia menjalankan sistem demokrasi parlementer.
Cara kerja sistem pemerintahan parlementer adalah, sebagai berikut :
1. Kekuasaan legislatif dijalankan oleh DPR.
2. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Kabinet / Dewan Menteri, yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Kabinet dibentuk dan bertanggung jawab kepada DPR.
3. Presiden hanya berperan sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri.
4. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan
yang bebas.
5. Jika DPR menilai kinerja menteri / beberapa menteri / kabinet
kurang bahkan tidak baik, DPR dapat memberi mosi tidak
percaya kepada seorang atau beberapa menteri atau bahkan
kabinet secara keseluruhan
6. Jika kabinet bubar, presiden akan menunjuk Formatur Kabinet
untuk menyusun Kabinet baru.
7. Jika DPR mengajukan mosi tidak percaya lagi kepada kabinet
yang baru itu, maka DPR dibubarkan dan diadakan pemilihan
umum.
Menurut Herbert faith ,masa demokrasi liberal sebenarnya juga mencatat hal-hal positif dan baik dari segi cita-cita negara. Hal positif itu adalah:
1. Badan-badan pengadilan menikmati kebebasan dalam menjalankan fungsinya.
2. DPR berfungsi dengan baik.
3. Pers bebas sehingga banyak variasi isi media massa, ada banyak kritik surat kabar terutama dalam kolom kartun dan pojok.
4. Selama masa itu pemerintah berhasil pula melaksanakan progam- progam seperti dalam bidang pendidikan peningkatan ekspor ataupun dalam mengendalikan inflas.
5. Jumlah sekolah bertambah pesat sehingga terjadi peningkatan status social yang cepat pula.
6. Kabinet dan ABRI berhasil mengatasi pembrontakan-pembrontakan
seperti gerakan merapi -merbabu compleks,(RMS)dan DI/TII jawa
barat
7. Sedikit sekali terjadi ketegangan diantara umat beragama.
8. Minoritas tionghoa mendapat perlindungan dari pemerintah
9. Indonesia mendapat nama baik didunia internasional sebagai
pemimpin gerakan Non-Blok,sebagaimana tampak dari
keberhasilan penyelenggaraan konferensi Asia-Afrika (KAA) di
bandung bulan April 1955.
2. Demokrasi terpimpin: 5 juli 1959-1966.
Demokrasi terpimpin mulai dijalankan sejak dekrit presiden
5 juli 1959.demokrasi ini memberlakukan kembali UUD 1945.sesuai
dengan ketentuan UUD 1945 pada waktu itu, bentuk negara kita
adalah negara kesatuan,bentuk pemerintahannya adalah
republik,sedangkan system pemerintahannya adalah
demokrsi.menurut UUD 1945, Indonesia juga menjadi negara
hukum,bukan negara kekuasaan.
MPR harus berfungsi sebagai lembaga tertinggi negara
yang memilih dan mengangkat presiden.
Kenyataannya, pelaksanaan demokrasi terpimpin itu
justrun menyimpang dari prinsip negara hukum dan negara
demokrasi berdasarkan pancasila dan UUD
1945.penyimpangan itu tampak dalam hal-hal berikut:
1. Pelanggaran prinsip “kebebasan kekuasaan kehakiman”
2. Pengekangan hak_hak asasi warga negara di
bidang politik (berserikat ,berkumpuldan mengeluarkan
pendapat)
3. Pelampauan batas wewenang
4. Pembentukan lembaga negara
ekstrakonstitusional
5. Pengutamaan fungsi pimpinan (presiden)
2. Demokrasi di masa Orde Baru : 11 Maret 1966 – 21 Mei 1998
Pengalaman yang amat menonjol selama masa demokrasi
terpimpin (orde lama) adalah bahwa penyimpangan terhadap
aturan dasar hidup bernegara (pancasila dan UUD 1945)
menimbulkan kekacauan atau ketidak tertiban dalam
masyarakat.
Semangat yang menjiwai kelahiran orde baru adalah tekad
untuk melaksanakan pancasila dan UUD 1945, secara murni
dan konsekuen.
Pada masa orde baru terjadi hal-hal berikut:
☻ Pembatasan hak-hak politik rakyat
☻ Pemusatan kekuasaan ditangan Presiden
☻ Pemilu yang tidak demokratis
☻ Pembentukan lembaga ekstrakonstitusional
☻ Korupsi, kolusi, dan Nepotisme (KKN)
3. Demokrasi di Masa Transisi (22 Mei 1998 - sekarang)
Mundurnya Soekarno diikuti dengan pengangkatan B.J
Habibie sebagai presiden.
Pemilu yang relatif demokratis berhasil di laksanakan
pada tanggal 7 juni 1999, diikuti oleh 48 parpol.
Melalui pemilu itu dipilih anggota DPR/MPR. Dalam
sidang MPR, hasil pemilu 1999 Aburrahman Wahid dipilih
sebagai presiden menggantikan Habibie. Pada tahun 2001
Gus Dur digantikan oleh Megawati Sukarnoputri
F. Pemilu sebagai Sarana Pengembangan Budaya Demokrasi
1. Fungsi pemilu• Sebagai sarana memilih pejabat publik
(pembentukan pemerintah)• Sebagai sarana penanggungjawaban
pejabat publik• Sebagai sarana pendidikan politik rakyat
2. Ciri-ciri pemilu demokratis :
a. Hak pilih umumb. Kesetaraan bobot suarac. Tersedianya pilihan yang signifikand. Kebebasan nominasie. Persamaan hak kampanyef. Kebebasan memberikan suarag. Kejujuran dalam pengitungan suarah. Penyelanggaraan secara periodik
3. Perkembangan Pelaksanaan Pemilu di Indonesia
Pada masa orde baru, telah diselenggarakan lima kali
pemilu. Selain itu juga, diselenggarakan pemilihan umum di
tingkat desa, yaitu untuk pemilihan kepala desa. Dengan
demikian, hanya ada tiga lembaga pemerintahan yang
pengisiannya dilakukan melalui pemilu, yaitu MPR/DPR, DPR
Daerah, dan kepala desa.
Pemerintahan lain yang diisi melalui proses pemilihan
namun, pemilihan itu tidak dilakukan langsung oleh rakyat,
melainkan oleh para wakil rakyat. Presiden RI dipilih oleh MPR,
Gubernur dipilih oleh DPRD tingkat I, dan Bupati/Wali Kotamadya
dipilih oleh DPRD tingkat II.
Pemilihan menganut sistem proporsional (multy-
member constituency) sehingga diharapkan seluruh suara
rakyat diperhitungkan dalam pengisian anggota parlemen.
Jika ada kontestan yang tidak memperoleh suara sama
sekali, kontestan tersebut tetap dijamin mendapatkan lima
kursi di DPR.
Pemilu tahun 1971 diikuti oleh 10 kontestan,
sedangkan pemilu 1977 dan seterusnya diikuti oleh tiga
kontestan. Kontestan pemilu mengajukan calon – calon wakil
rakyat melalui berbagai tahap penyaringan intern partai.
Persamaan hak untuk barkampanye pun dilindungi undang-
undang.
Untuk menjamin kebebasan pemilih dalam memberikan
suara, pemilu Indonesia pun menganut asas LUBER,
singkatan dari Langsung Umum Bebas dan Rahasia.
Kebebasan dijamin melalui asas langsung dan umum.
Dengan demikian, pemilih sendirilah yang memberikan
suaranya tanpa perantara siapapun. Asas rahasia semakin
menjamin kebebasan pemilih untuk menentukan pilihannya
tanpa ketakutan akan resiko apapun.
Perhitungan suara di setiap Tempat Pemungutan Suara
(TPS) bersifat terbuka, dan disaksikan oleh saksi-saksi dari
masing – masing kontestan.
Pemilu di masa Orde Baru telah berlangsung lima kali yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, dan 1992.
Prinsip yang digunakan oleh pemerintah Orde Baru dalam mengatur sistem kepartaian adalah prinsip ‘’masa mengambang’’. Prinsip itu terwujud dalam upaya untuk menjauhkan rakyat dari kegiatan politik kecuali pada saat – saat seputar pemilu. Sementara itu, jumlah partai juga diciutkan dari 10 partai pada pemilu 1971 menjadi 3 partai saja sejak tahun 1973, yaitu Golongan Karya, PPP, dan PDI.
Dalam praktik, ‘’kata akhir’’ mengenai apakah seseorang dapat menjadi calon wakil rakyat ataukah tidak berada di tangan birokrasi keamanan, bukan parpol.
Selama masa Orde Baru juga tercatat adanya pemilu yang relatif demokratis yaitu dalam bentuk Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).
Penghitungan dan pelaporan hasil dilakukan secara terbuka dihadapan warga pemilih. Kemenangan ditentukan berdasarkan suara terbanyak setelah ternyata quorum hadir 2/3 warga pemilih terpenuhi.
Pelaksanaan pilkades selama ini telah menampilkan beberapa fenomena menarik, sebagai berikut:
a.Kemenangan kotak kosong atas calon tunggal.
b.Pilkades gagal karena jumlah pemilih tidak memenuhi quorum.
c.Protes secara tebuka kepada pemerintah mengenai kecurangan yang dilakukan kepala desa terpilih.
d.Pola kampanye yang digunakan masih terpaku pada tradisi.
G. Menerapkan Budaya Demokrasi
Budaya demokrasi haruslah menjadi langgam atau gaya hidup bagi setiap warga baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Budaya demokrasi menjadi jalan hidup bangsa indonesia sebab hanya dengan cara itulah demokrasi berdasarkan pancasila dalam bidang poliyik, ekonomi ataupun sosial benar-benar dapat kita jalankan.
Dalam kehidupan berkeluarga, budaya demokrasi memegang peranan penting. Setiap anggota keluarga mempunyai kebebasan yang sama. Kebebasan ini hendaknya dihormati oleh masing-masing anggota keluarga lainnya, dengan itu setiap anggota keluarga akan merasa nyaman tinggal dirumah.
Dalam kehidupan bermasyarakat, sangat penting
peranannya, jika setiap orang mengutamakan hak-
hak pribadinya maka akan terjadi ketidak tentraman
di dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap
masyarakat harus bertanggung jawab untuk selalu
memperhatikan, mempertimbangkan, dan
memikirkan kepentingan orang lain maupun
bersama, sehingga kemungkinan terjadinya konflik
dapat dihindari.
Budaya demokrasi tidak hanya diterapkan dalam
kehidupan bernegara melainkan juga dalam kehidupan
sehari-hari, hal tersebut dapat kita mulai dari lingkungan
disekitar kita, diantaranya:
1. Lingkungan keluarga
a. Bersikap terbuka terhadap orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
b. Menyampaikan pendapat atau permintaan secara baik
dan sopan.
c. Tidak memaksakan kehendak.
d. Memahami keadaan persoalan keluarga.
2. Lingkungan sekolah
a. Memahami dan menghargai kepentingan serta pendapat teman.
b. Melibatkan semua pihak dalam upaya memecahkan persoalan bersama.
c. Menaati peraturan sekolah.
3. Lingkungan tempat tinggal
a. Menaati peraturan lingkungan.
b. Memahami dan menghargai pendapat orang lain.
c. Melibatkan diri dalam memecahkan persoalan bersama.
Pengendalian diri juga menjadi unsur penting dalam
budaya demokrasi. Pengendalian diri tidak hanya berlaku
dalam kehidupan bernegara melainkan juga dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya:
1. Di dalam keluarga
a)Saling mengingatkan kebutuhan anggota keluarga lainnya.
b)Menghindari perkataan yang menyakiti hati orang tua.
c)Mengatur kegiatan dirumah dengan tertib.
2. Di dalam lingkungan sekolah
a)Menggunakan waktu istirahat untuk kegiatan yang positif.
b)Menghindari perkataan yang menyakiti hati guru atau teman.
c)Tidak membut gaduh ketika pelajaran berlangsung.
3. Di lingkungan tempat tinggal
a)Bergaul dengan tetangga sesuai dengan norma lingkungan.
b)Menghindari perkataan yang menyakiti orang lain.
c)Tidak membuat keonaran di kampung.
By XI PSIS 1 , 2009/2010