e-paper madani

15
FOKUS >> Ketua MA Apresiasi Warga Peradilan Agama WAWANCARA >> Tukul Arwana Jadi Cakim Ad Hoc Tipikor DAERAH>> Mengintip Hakim di Daerah

Upload: aldi-monbusho

Post on 23-Mar-2016

249 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Informasi Seputar Hukum dan Peradilan

TRANSCRIPT

Page 1: e-paper MADANI

FOKUS >>Ketua MA ApresiasiWarga Peradilan Agama

WAWANCARA >>Tukul Arwana JadiCakim Ad Hoc Tipikor

DAERAH>>Mengintip Hakimdi Daerah

Page 2: e-paper MADANI

Penerbit : MADANI. Dewan Pakar: Dr. H. Andi Syamsu Alam, SH, MH, Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH. S.Ip. M.Hum, Prof. Dr. H. Bagir Manan, SH, MCL, Prof. Dr. H. Hasballah Thaib, MA, Prof. Dr. H. Ahmad Hamid Sarong, SH, MH, Dr. Iman Jauhari, SH. M.Hum, Dr. Iwan Kesumajaya, SH, M.Hum. Dewan Redaksi : Drs. H. Wahyu Widiana, MA, Drs. H. Purwosusilo, SH, MH, Drs. H. Sayed Usman, SH, MH, Drs. H. Hidayatullah, SH. MH, Drs. H. Farid Ismail, Drs. H. Soufyan M. Saleh, SH, Tukiran, SH, Dra. Hj. Rosmawardani, SH, Drs. H. Muhsin Halim, SH, MH, Drs. Muslim, SH, MA, Drs. Ifdal, SH. Pemimpin Redaksi: Alimuddin, SHI. Redaktur Pelaksana: Drs. Muhammad Amin, SH, MH, H. Edi Hudiata, Lc, Dr. H. Faisal Saleh, Lc, MA. Redaktur: Andri Irawan, SHI, Hermanto, SHI, M. Yunadi, S.Ag. Citizen Journalist: Romi Maulana, SHI (Tarempa), M. Lukman Hakim, S.Ag (Mempawah), Maswari, SHI (Gunung Sugih), Nurhadi, SHI (Aceh), Saipul Anwar, SH (Idi), Deni Irawan, SHI, M.Ag (Sulawesi), Hermansyah (Jakarta), Sulyadi, SHI (Yogyakarta), Barliansyah (Palembang). Korespondensi: [email protected] atau [email protected]

Fokus Utama>>Ketua MA ApresiasiWarga Peradilan Agama

Liputan Khusus>>

Dicari Hakim Jurnalis!

Wawancara Tokoh>>

Tiga Pesan Penting Tuada Uldilag

Wawancara Khusus>>

Memimpin Peradilan Agamaseperti menulis buku

Wawancara Imajiner>>

Tukul ArwanaCalon Hakim Ad Hoc Tipikor

Liputan Daerah>>

Apakah inicobaan WakilTuhan?

Edisi Perdana | September 2012

Page 3: e-paper MADANI

Liputan Khusus

2

DICARI

HAKIM JURNALIS !!!

irektur Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung RI DDrs. H. Wahyu Widiana, MA

pernah berujar, edukasi melalui informasi pada jajaran Peradilan Agama harus dimulai dari dalam. Caranya melalui publikasi dan dokumentasi yang tertib (19/9).

Wahyu Widiana juga dalam kesempatannya berkunjung ke Sumatera Utara menegaskan hal yang sama, dalam acara peringatan 130 tahun Peradilan Agama di Indonesia yang diselenggarakan oleh PTA Medan (5/9), Wahyu Widiana menyatakan bahwa tantangan informasi begitu berat dan peradilan agama harus menghadapi tantangan itu.

"Caranya dengan memahami dan belajar informasi, belajar menulis berita dan belajar menyebarkan informasi itu," tegasnya di Pengadilan Agama Medan. Alasan Wahyu Widiana bukan tanpa bukti, kemajuan PA dalam bidang TI dan pelayanan publik sudah diketahui dunia internasional,

percepatan itu harus diiringi pula dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.Wahyu Widiana berharap, hakim harus paham hukum dan juga paham jurnalistik. Kaidah hukum harus dikuasai hakim dan ilmu jurnalistik sebagai ilmu bantu dalam menuangkan data-data lapangan menjadi sebuah informasi. "Kalau hakim paham hukum, penyelesaian perkara cepat, dan kalau hakim paham jurnalistik, informasi akan cepat beredar," jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Medan Soufyan M. Saleh, hakim harus juga jurnalis masih langka di Indonesia. Tetapi, bukan berarti tidak ada. Menurut Soufyan, masing-masing PTA berusaha mencari dan mendata hakim-hakim PA di wilayahnya yang hakim dan jurnalis.

"Saya selalu mendata para hakim yang mampu menulis, membuat buku, jurnalis yang mampu menguraikan narasi berita, reportase, dan hakim yang juga pandai IT, kalau hakim pandai hukum acara banyak hampir semuanya, dan hakim pandai ceramah, rata-rata hakim PA bisa," terang Soufyan M. Saleh. (AM)

Page 4: e-paper MADANI

3

Fokus Utama

Ketua MA Apresiasi Warga PA

etua Mahkamah Agung RI Dr. H. M. Hatta Ali, SH, MH menegaskan sikapnya mengenai kedudukan dan perkembangan Kperadilan agama.

Sikap itu disampaikannya ketika memberi sambutan pada acara puncak peringatan 130 tahun peradilan agama, Senin malam (17/9), di Jakarta.

“Selaku pimpinan Mahkamah Agung RI, saya senantiasa mendukung langkah-langkah taktis dan strategis yang dilakukan oleh peradilan agama,” ujar Hatta Ali. Berbagai pencapaian yang berhasil diraih oleh peradilan agama ternyata tidak pernah luput dari perhatian Ketua MA.

“Sejauh ini saya mengamati sudah begitu banyak peningkatan yang dilakukan oleh lingkungan peradilan agama,” ungkap Ketua MA.

Menurut Ketua MA, peningkatan peradilan agama terutama dalam bidang keterbukaan informasi, kemudahan akses dan transparansi, serta penggunaan teknologi informasi dalam memudahkan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan.

Dengan segenap pencapaian itu, Ketua MA yakin ke depan peradilan agama akan semakin eksis di nusantara. “Saya percaya bahwa dengan komitmen dan kerja keras peradilan agama dapat semakin eksis menjadi peradilan yang modern,” ujarnya.

Meski demikian, Ketua MA mengingatkan kepada warga peradilan agama untuk tetap mawas

diri. Sebab, menurutnya, setiap langkah menuju perubahan yang baik pasti mendapat tantangan dan ujian. “Pepatah mengatakan, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa,” Hatta Ali menambahkan.Bukan hanya seremoni

Ketua MA tidak datang sendiri ke acara puncak peringatan 130 tahun peradilan. Ia dibarengi Wakil Ketua Muda Bidang Non-Yudisial, beberapa Ketua Muda dan sejumlah hakim agung. “Atas nama pimpinan sekaligus keluarga besar Mahkamah Agung RI, saya mengucapkan selamat kepada peradilan agama yang genap berusia 130 tahun,” ucap Ketua MA.

Menurut Ketua MA, peringatan kali ini terasa istimewa sebab tidak hanya bersifat seremonial, namun dibarengi dengan berbagai macam kegiatan, terutama pemberian penghargaan dalam berbagai bidang kepada institusi dan warga peradilan agama yang berprestasi.

Ketua MA mengaku sangat berbahagia, karena peringatan ini juga tidak terkesan hanya formalistik. “Tetapi lebih dari itu kita dapat bersilaturrahmi dengan para alim ulama, para tokoh serta mantan pejabat di Mahkamah Agung dan lingkungan peradilan agama,” tuturnya.(hermansyah)

Page 5: e-paper MADANI

4

Wawancara Tokoh

Tiga Pesan Penting

Tuada Uldilagalam silaturrahim warga peradilan agama yang digelar dalam rangka M

peringatan 130 tahun peradilan agama merupakan malam yang monumental. Pada momen inilah para pejabat teras dan hakim-hakim peradilan agama dapat bersua dengan tokoh-tokoh dan sesepuh peradilan agama atau keluarganya.Sebagian tokoh peradilan agama mengungkapkan bahwa acara itu sukses besar, mewah, elegan, dan bermakna. Semua warga peradilan agama bekerja, berfikir, dan berkarya, turut menyukseskan peringatan 130 tahun peradilan agama di Indonesia. Namun, tidak banyak yang mengetahuinya, di balik suksesnya acara tersebut ada sosok yang bersahaja ikut berfikir merumuskan konsep acara peringatan 130 tahun PA di Indonesia, dan sosok itu adalah Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI Dr. H. Andi Syamsu Alam, SH, MH.Di sela acara peringatan 130 tahun peradilan agama, tim liputan e-paper MADANI sempat mewawancarai Tuada Uldilag, berikut petikannya:Assalamu'alaikum, apa kabar pak Tuada?Wa'alaikumussalam, Alhamdulillah saya sehat, seperti yang saudara lihat.Bapak memang kelihatan sehat, apa resepnya?Alhamdulillah, sehat, bahagia, sejahtera semuanya karunia I lahi. Kita hanya mempertanggung jawabkan karunia itu dan yang lebih penting lagi, perlu mensyukuri semua karunia yang Allah berikan. Ya, itu resepnya, banyak-banyak bersyukur dan bersedekah kepada sesama, hidup ikhlas, dan berkarya dengan tulus.

Apa yang perlu kita syukuri?D a l a m b i d a n g i b a d a h , semuanya kita syukuri. Dalam bidang muamalah, saya berpendapat kita bersyukur jangan pilih-pilih.Lalu, Apakah malam ini juga kita harus bersyukur?Ya, tentu, inilah malam puncak rasa syukur kita kepada Allah. Atas rahmatNya kita warga peradilan agama b i s a m e n y u k s e s k a n

peringatan 130 tahun usia PA di Indonesia, sungguh luar biasa dan saya juga bersyukur bisa melihat dan merasakannya.Apa yang bapak rasakan?Saya merasakan apa yang saudara rasakan, apa yang mereka rasakan, dan apa yang warga peradilan agama rasakan. Dalam kesempatan bersejarah ini saya ingin mengajak seluruh warga peradilan agama untuk bersungguh-sungguh bersyukur kepada Allah SWT, tidak semudah yang kita pikirkan, peringatan ini bersejarah dan akan dikenang selamanya oleh warga PA se-Indonesia, baik yang masih aktif menjabat, maupun yang sudah purnabakti.Bagaimana mempertahankan rasa syukur ini?Selain mengajak untuk bersyukur, saya juga ingin menyampaikan tiga pesan penting untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh warga peradilan agama. Pertama, warga peradilan agama tidak boleh tercerabut dari akarnya. Yang kedua, saya berpesan agar peringatan 130 tahun peradilan agama ini dijadikan s e b a g a i m o m e n t u m u n t u k

Page 6: e-paper MADANI

mempertahankan dan meingkatkan prestasi. Yang ketiga, saya mengajak warga peradilan agama untuk senantiasa menjaga kekompakan. Dari dahulu, warga peradilan agama terkenal dengan keguyuban dan kerukunannya. Warga peradilan agama juga identik dengan perjuangan.Bagaimana menjabarkan pesan bapak yang pertama?Sejarah mencatat, peradilan agama sesungguhnya telah eksis di nusantara sejak berabad-abad silam, lalu diformalkan oleh berbagai kerajaan Islam di nusantara, s epe r t i Ke ra jaan I s l am Mataram pada abad ke-17 yang menye lenggarakan Pengadilan Surambi karena sidang-sidangnya dilakukan di serambi masjid. Berganti-ganti z a m a n , b e r g a n t i - g a n t i penguasa, berganti-ganti sistem politik, nyatanya peradilan agama tetap ada. Ya, peradilan agama eksis dan akan terus eksis, sepanjang umat Islam masih ada.Bagaimana relevansi Dari Serambi Masjid ke Serambi Dunia Menuju Badan Peradilan Indonesia yang Agung dengan pesan bapak yang pertama?Itu tema peringatan 130 tahun PA, saya berpendapat bahwa dengan tema itu bukan berarti warga peradilan agama lantas meninggalkan masjid sebagai simbol akar sejarahnya. Justru dengan tema itu, warga peradilan agama dituntut untuk bisa berkiprah di kancah global dengan tetap mempertahankan nilai-nilai keislamannya dan tetap menjadikan para ulama sebagai teladan, baik dalam melaksanakan pekerjaan di kantor maupun ketika berada di lingkungan masyarakat.Bagaimana pesan bapak yang kedua?Saat ini, bila berbicara tentang teknologi informasi di lembaga peradilan, orang-orang langsung teringat peradilan agama. Ini membuktikan bahwa peradilan agama memang unggul dalam bidang ini. Dengan demikian, ke depan, imej atau label yang

sudah tertanam kuat itu hendaknya terus dipertahankan.Peradilan agama juga unggul dalam bidang pelayanan dan transparansi publik, khususnya melalui website dan meja informasi. Beberapa survei yang dilakukan oleh pihak eksternal telah membuktikan itu. Tentu saja ini juga harus dipertahankan, bahkan semampu-mampunya ditingkatkan.Di samping itu, peradilan agama juga telah

d e n g a n s u n g g u h -sungguh memberikan akses yang lebih luas kepada masyaraka t miskin untuk menggapai k e a d i l a n . D i m a s a mendatang, program justice for the poor yang terdiri dari layanan prodeo, sidang keliling dan pos bantuan hukum harus terus digalakkan. Baga imana dengan peningkatan karir warga peradilan agama?Nah, itu pertanyaan bagus. Satu lagi yang tidak kalah penting, saya berpesan, kini makin banyak warga peradilan

agama yang meningkatkan pengetahuan dan keterampi lannya mela lu i berbagai pendidikan dan pelatihan, baik di dalam mapun luar negeri. Ke depan, ini juga perlu di t ingkatkan. Saya justru terus menghimbau agar para hakim PA kuliah lagi, baik S2 dan S3, yang bukan hakim tambah pengetahuannya sesuai dengan basis keahliannya.Menjaga kekompakan, bagaimana menerapkannya?Yang ketiga, saya mengajak warga peradilan agama untuk senant iasa menjaga kekompakan. Dari dahulu, warga peradilan agama terkenal dengan keguyuban dan kerukunannya. Warga peradilan agama juga identik dengan perjuangan. Mari kita bersatu padu untuk menjadikan peradilan agama semakin maju. Sekaranglah era kebangkitan peradilan agama. (AM)

5

Wawancara Tokoh

Page 7: e-paper MADANI
Page 8: e-paper MADANI

7

Wawancara Khusus

"Seandainya saya masih lama menjabat, maka saya akan membangun peradilan agama secara intensif," ujar Ketua Pengadilan Tinggi Agama Medan Drs. H. Soufyan M. Saleh, SH ketika menjawab pertanyaan spontan e-paper MADANI. Sosok yang sa tu in i termasuk petinggi Peradilan Agama yang top, terkenal, dan populer. Kiprahnya dalam bidang penegakan hukum patut diberikan j e m p o l , l a n g k a h n y a memimpin PTA Medan mendapat apresiasi banyak pihak, termasuk Dirjen Badilag Wahyu Widiana dan Hakim Agung Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH, S.Ip, M.Hum.Dalam kacamata Prof. Abdul Manan, sosok Soufyan M. Saleh adalah pemimpin yang kharismatik, berbeda, dan produktif. Di bawah kepemimpinannya, PTA Medan dikenal masyarakat dan menasional. Banyak prestasi yang diraih oleh Pengadilan Agama wilayah hukum PTA Medan pada tingkat n a s i o n a l , s a l a h s a t u n y a b i d a n g pengembangan IT, SIADPA, penerbitan buku, dan penegakan hukum.Sebenarnya, siapakah Drs. H. Soufyan M. Saleh, SH? Bagaimana kunci suksesnya dalam memimpin Peradilan Agama? Berikut petikan wawancaranya:Bagaimana awal ketertarikan Anda sendiri di bidang hukum?Orang tua berpesan, saya ingin engkau nanti menjadi hakim. Sekolah di bidang hukum.

Jadi waktu saya menjadi mahasiswa, saya berdoa. Ada pesan orangtua saya dahulu, kalau sekarang saya mendaftar untuk masuk ka l au benar kabulkanlah, jadikan saya menjadi seorang sarjana hukum. Dan ternyata dikabulkanNya, maka saya ingatlah doa saya, harapan orangtua saya.

Boleh dibilang dari segi peran, ketulusan hati nurani.Anda seorang sesepuh juga di bangsa ini. Sebagai seorang sesepuh mungkin ada pesan untuk pimpinan MA?

Kalau boleh saya kutip contoh dalam Islam. Ada seorang khalifah namanya Umar Ibnu Abdul Azis. Waktu ia akan ditunjuk, ia berkata aku tidak ingin. Tapi karena kuat arus, apa katanya?

S iapa lah nan t i yang akan membebaskan daku dari rintihan mereka yang diperlakukan tidak adil. Siapakah nanti yang membebaskan daku dari tangisan mereka yang menderita kelaparan. Siapakah nanti yang m e m b e b a s k a n d a k u d a r i y a n g diperlakukan kezaliman, dari janda yang ditinggal tidak mendapat santunan, anak yatim, dan seterusnya. Siapa? Tidak siapa-siapa, kecuali aku sendiri.

Berdasarkan itulah dia menentukan sikap, sebagai khalifah, walaupun tentu kita tidak perlu mencontoh kayak demikian. Waktu dia diberikan kendaraan

Drs. H. Soufyan M. Saleh, SH :

“Memimpin Peradilan Agama

Seperti Menulis Buku”

Page 9: e-paper MADANI

8

Wawancara Khusus

kerajaan berlapiskan emas, ketika hendak dinaikinya, dia tolak untuk kemudian juallah, kembalikan hasilnya ke b a i t u l m a l l u n t u k dimanfaat oleh rakyat. Dia berjalan kaki seperti rakyat biasa.

Kemudian di istana dia tinggalkan istana, dia buat rumah seperti tempat tinggalnya istana yang berlantai tanah. Kemudian waktu ditanya kenapa? Takut saya nanti, kalau ditanya oleh Tuhan, kenapa kamu hidup bukan seperti rakyatmu yang paling miskin, takut

saya.Mengapa kita tidak mampu untuk bersikap seperti itu. Kenapa kita sekarang ini kalau sudah menjadi pejabat selalu berpikir mumpung, mumpung, dan mumpung. Kalau itu kita jadikan dan kemudian peringatan kepada mereka, tolonglah ingat siapa nanti yang membebaskan engkau dari ini, itu dan seterusnya, barangkali tertahan nafsu dia untuk mengejar kekayaan dan kekuasaan.Lalu pesan Anda untuk lembaga legislatif, DPR dan DPD?

Ada tulisan saya, masihkah aku percaya pada mereka? Kenapa saya tidak percaya pada mereka? Dulu waktu Pemilu berjanji akan berjuang untuk rakyat, tetapi setelah duduk di situ untuk kepentingan partainya. Sehingga sekarang pun malunya sudah tidak ada lagi. Sudah bicara ketua nya. Akan ditagih oleh rakyat. Dan itulah menurut hemat saya, kelirulah umat Islam yang memaksakan hal itu. Sampai-sampai ulama ikut memfasilitasi demo.

Itulah dalam Islam. Celakanya satu umat ialah bila ulamanya sudah koalisi dengan umaro, celakalah. Mestinya ulama harus berdiri di depan, dia harus melihat apa tindakan dari umaro, salah ingatkan. Tapi sayang, ulama berkata, kalau kita ingatkan ndak didengar, bagaimana? Loh itu sudah lazim, jangan paksakan. Ini

ulama ikut juga memaksakan. Sudah tidak benar itu.Pesan Anda untuk praktisi hukum?

Kepada para praktisi hukum, tolonglah jangan berpikir bahwa hukum itu bukan hanya soal hukum, tapi berpikirlah bahwa hukum itu adalah sebagai sarana untuk menegakkan keadilan.

Tangan itu aparat, tapi ubahlah dengan mulutmu itulah kewajibanmu. Kalau tidak, ubahlah dengan hatimu, hati dengan setengah iman. Kita sekarang ini dalam keadaan demikian, hanya iman saja, tidak berani ngomong. Kalau ngomong menimbulkan masalah yang menyakiti hati orang lain. Bagaimana metode Anda memimpin Peradilan Agama?

Metodenya seperti menulis buku, rencanakan tema, rumuskan masalah, dan jawab masalah itu dengan pelbagai penelitian dan literatur. Banyak mendengar dan melihat kondisi yang sebenarnya, lakukan perjalanan ke dalam jiwa, merasakan alam bawah sadar. Lakukan pula perjalanan ke luar dengan melihat situasi di lapangan, meskipun laporan selalu ada saja, tapi saya lebih yakin melihat langsung.

Banyak persoalan yang dihadapi Peradilan Agama, terutama mereka yang berada jauh dari ibukota Propinsi. Saya merasakan itu, oleh sebab itu saya memberikan perhatian khusus bagi mereka yang berjuang dan berkarya.Apa program Anda yang belum tercapai?

K a l a u m a s i h a d a w a k t u d a n kesempatan, saya ingin menerbitkan banyak buku, hasilnya untuk gerakan wakaf pesantren, perpustakaan, dan gerakan maju bangsa dengan membaca. Terutama buku hasil terjemahan dari kitab-kitab kuning yang isinya sangat berharga dan bermanfaat untuk umat.

Hakim PA memiliki kemampuan itu, memahami bahasa Inggris dan Arab dan menguasai tekonolgi informasi, mengapa tidak kita berdayakan semaksimal mungkin.Sebagai Hakim dan ulama, apa obsesi Anda untuk Badan Peradilan Agama mendatang?

O b s e s i n y a , m a r i s a m a - s a m a mewujudkan Badan Peradilan Agama yang agung. Nantinya, saya ingin melihat peringatan ke-200 tahun PA di Indonesia, Insyaallah dizinkan Allah. (AM)

Page 10: e-paper MADANI

9

Wawancara Imajiner

elum lama ini tim liputan e-paper MADANI B

secara tidak sengaja bertemu pelawak, presenter, foto model sekaligus tukang ledeng ngetop Tukul Arwana. Kesempatan bertemu di sebuah kedai kaki lima malam Jumat itu menghasilkan sebuah wawancara mengenaskan. Topik juga tidak kalah seru, soal rencana pencalonan dirinya menjadi Hakim Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi. Nah, berikut ini petikan wawancara dengan beliau, silakan dinikmati:Halo, mas Tukul, apa kabar?

Baik, baik, baik, biasanya saya ini selalu hadir di mimpi-mimpi artis-artis cantik kayak Angelina Sondah, Asmirandah, Natalie Sarah, Ike Nurjanah... pokoknya yang belakangnya pake AH, AH...Ooo... berarti termasuk Ida Kusumah, Waljinah dan Jujuk Juwariyah yah...?

Wah... sampeyan ini pinter juga ya? Pasti di sekolah dulu selalu dapet rangking 4 dari 5 murid ya...He he... Mas Tuk, ngomong-ngomong saya ini bintangnya Libra juga, sama seperti sampeyan. Tapi kok kayaknya rejeki kita beda ya?Bukannya berbeda... ini namanya keadilan.

Lihat saja tampang saya sering dijelek-

jelekkan orang, tapi rejekinya.. woowww... Lha sampeyan, kan tampang udah

lumayan... lumayan ancur

juga maksudnya...

tapi rejeki pas-pasan. Ini

sudah sesuai kayak

timbangan, lambangnya

Libra. Tapi jangan

khawatir, meski kutu

kupret, kalau terus berusaha

dan berdoa pasti kamu bakalan sukses juga. Sukses diketawain orang... ha ha...

Enggak malu punya casing yang sering diolok-olok orang?

Jangan salah, meski casing kayak gini, tapi yang penting dalemnya... men sana in corpore sano...Artinya?

Kamu maen ke sana, aku main ke sono...Enggak bosan tiap hari kembali ke laptop?

Bosan gimana? Lha wong dibayar.. he he... Saya kembalikan ke pemirsa yang jumlahnya triliunan itu, kalau mereka masih suka saya why not? Buktinya kontrak saya di Four Eyes bakal

Tukul Arwana

Calon Hakim Ad Hoc Tipikor

Page 11: e-paper MADANI

diperpanjang hingga 3 juta episode.Apa ada rencana menjadi Hakim?

Lho, kok sampeyan tahu saya mau jadi Hakim.Wah, saya kan intel mas?

Intel opo, intel merek lap top saya.Bagaimana rencananya mas?

Maunya langsung jadi Hakim Ad Hoc Tipikor, kalau Hakim Agung saya masuk parpol dulu biar gampang.Kenapa harus Hakim Ad Hoc Tipikor?

Banyak alasannya, pertama saya mau keadilan ditegakkan lurus, selurus bintang saya Libra. Kedua, kalau semua pada korupsi siapa yang jadi hakimnya, makanya mendingan saya jadi hakim biar orang dak mau korupsi karena takut ketemu saya di pengadilan, tak sobek-sobek.Mas, bahasa Inggris Anda termasuk lumayan, apa itu modal menjadi Hakim Ad Hoc Tipikor?

Jangan menghina ya? SOBEK-SOBEK LAMBEMU !! Saya ini sudah lama ngetop di luar negeri, di sini aja telat... baru sekarang aja demam Tukul... Ceritanya begini, waktu itu saya di London melihat anak-anak kecil sana kok pinter-pinter ngomong Inggrisnya, cas cis cus... beneran lho... heran saya... mau tidak mau saya nggak mau kalah dan tertantang belajar bahasa Inggris, mosok kalah sama anak kecil...Soal, calon Hakim?

Nah, kalau soal itu modal juga, masak hakim gak bisa ngomong bahasa Inggris, kalau bisa jangan Cuma Inggris, Yunani, Portugis, Jepang, juga Belanda.Kok, kayak pengikut penjajah sampeyan, bahasa yang harus dikuasai bahasa penjajah?

Memang, menguasai bahasa penjajah, kita paham strategi mereka, banyak yang mereka tinggalkan tetapi sedikit yang kita pahami hasil warisannya.Apa motivasi anda mengikuti calon Hakim Ad Hoc Tipikor?

Korupsi sudah merajalela di negeri ini, saya khawatir anak bangsa. Saya juga khawatir

honor teman-teman artis disobek-sobek karena uangnya habis dikorupsi.Apa gak takut ditolak?

Namanya juga usaha, soal tolak atau Kabul, itu kan hak yang punya gawean. Sejauh ini, saya berusaha untuk mencapainya.Andai saja berhasil, apa yang akan anda lakukan?

Memang kalau bicara mimpi enak, andai, andai,,,ya andai bener-bener jadi, saya akan berantas korupsi. Saya ajak kawan-kawan media, kawan-kawan artis, penyanyi, model dan pelawak untuk sama-s a m a m e m b a s m i korupsi.O k e , t e r n y a t a pengalaman Mas Tuk ini hebat banget ya? Saya salut lho sama sampeyan?

Muji-muji... pasti habis ini minta tanda tangan ya? Pengen foto bareng ya? Ndeso tenan kamu ini. Nggak kok Mas, saya malah mau minta modal buat buka usaha, pinjem 100 juta donk?

Emangnya saya ini mesin ATM apa? Ya, memang ATM alias Anda Tukul Manis?

Ammpuun, manis dari monas. Yo wess,,,,makasih

K isah t e rsebut , s enga ja diekspresikan untuk keadilan di Indonesia dalam konteks pembasmian korupsi. Dalam perspektif pelawak sekelas Tukul Arwana, ternyata korupsi sangat mengganggu, bahkan menjijikkan. Terima kasih sebesar-besarnya terhadap Mas Tukul Arwana atas ketidaktahuannya tentang wawancara ini..... (AM)

10

Wawancara Imajiner

Page 12: e-paper MADANI

OPINI

?Redaksi menerima artikel, opini, dan karya tulis

lainnya sesuai tema.

Page 13: e-paper MADANI

13

Liputan Daerah

riiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing..., suara alarm handphone membangunkan KIrawan, "sudah subuh rupanya,"

kilahnya. Sosok bertubuh besar dan tinggi ini menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, menunaikan shalat subuh. Masih pagi, suasana di luar masih gelap, kira-kira pukul 05.05 WIB subuh di wilayah pantai Barat dimulai. Banyak selisih waktu dengan kota Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Irawan adalah seorang Hakim Pengadilan Agama yang relatif lama bertugas di pulau Nias Propinsi Sumatera Utara, pria asal Lampung ini meninggalkan istri dan anaknya karena alasan keamanan dan kesejahteraan. "Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh,,," kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri, mulutnya berucap, lalu kedua tangannya diangkat seraya bedoa. "Alhamdulillah, saya selesai melaksanakan subuh," terang Irawan.

Shalat subuh dengan susana dingin dan gelap, membuat Irawan malas ke luar r u m a h . M e s k i p u n r u m a h y a n g dikontraknya berukuran kecil, tapi kenyamanan dirasakannya. Kakinya bergegas ke arah dapur, menyalakan kompor untuk memasak nasi dan air minum. Maklum saja, biaya hidup yang tinggi dengan variasi masakan ala pulau, membuat Irawan tidak nyaman membeli lauk di luar. "Enak saya masak sendiri,

kalau stok habis opsi terakhir masak mie instan," ungkap alumni MAPK Lampung.

Jam tangan menunjukkan pukul 07.30 WIB, dengan berpakaian semi jas warna biru gelap, Irawan bergegas menuju kantor melewati rumah demi rumah penduduk yang kebetulan berjajar dari kontrakannya. Kantor tidak jauh dari rumah yang ia kontrak. Tepat pukul 07.40 WIB sosok tegap ini sampai juga ke kantor.

************Wajah Irawan termenung, jari-jarinya

sibuk mengetik pesan yang masuk lewat email di facebook. Akun facebooknya menyala dan online, tampak dirinya mengetik pesan singkat di status facebook.

Suasana kantor sepi, memang jadwal sidang tidak banyak, daerah Nias memang relatif sedikit umat Islam, perkara yang berhubungan dengan Pengadilan Agama juga sedikit, meskipun hakim yang bertugas di sana relatif banyak dan masih muda-muda termasuk salah satunya Irawan.

Satu pesan mendadak membuat wajah Irawan sumringah, pesan singkat dari ibukota Nega ra . "Wah , in i yang d i tunggu-tunggu,"terang Irawan teriak. Pesan singkat itu bersumber dari salah satu orang penting di Mahkamah Agung RI. Isinya tentang rencana kenaikan tunjangan hakim dan perubahan status hakim sebagai pejabat negara.

Mengintip Hakim di Daerah

Apakah Ini Cobaan Wakil Tuhan?

Page 14: e-paper MADANI

13

Liputan Daerah

I r a w a n m u l a i bersemangat membuka google, mencari kejelasan dari pesan singkat tadi. Berita-berita hukum dari media online ia kumpulkan, koran-koran daerah dan nasional dikliping. Semangatnya mencari dan mendeteksi sejumlah info tentang peningkatan gaji dan tunjangan hakim tidak bisa terbendung, derasnya gelombang jiwa dengan motivasi tinggi mengalahkan gelombang samudera Hindia Belanda dan derasnya ombak pantai Pandan Tapanuli Tengah.

"Saya ingin pulang, mendekati istri dan anak saya, kalaupun belum mungkin, saya ingin mengajak mereka kemari," curhat Irawan. Matanya berkaca-kaca, tertunduk l esu ke t ika t im l iputan MADANI menanyakan kondisi keluarganya di Lampung. Sosok tegap dan badan besar itu menitiskan air mata, mengenang dirinya ketika kumpul bersama keluarga. Hatinya tidak patah arang, ia tidak menyesali dirinya karena ia tahu bahwa kondisi yang terjadi bukan atas kesalahan dan dosa-dosanya kepada negeri ini. "Apakah ini cobaan wakil Tuhan?" tegasnya.

Perubahan sistem dan perubahan sudut pandang yang membuat hakim seperti Irawan merasakan kegundahan, pilu, dan khawatir. Kekuasaan Kehakiman di negeri ini masih mencari jalan lurus setelah sekian lama merdeka dan mereformasi diri. Pola mutasi dan penempatan hakim masih hingar-bingar, elit masih bermain, dan potensi diri belum menjadi alasan pokok promosi.

Alasan demi alasan dan dalih berganti dalih masih menjadi misteri ketika merumuskan kesejahteraan. 6 tahun kesejahteraan hakim Indonesia tidak

kunjung berubah, aksi massa berbasis internet dan demo

para hakim hingga teriakan elit politik sedikit demi sedikit meluluhkan hati pengambil kebijakan.

" K a m i a k a n b e r u s a h a memperjuangkan kesejahteraan hakim Indonesia," ungkap Ketua Komisi Yudisial Eman Suparman kepada awak media s e b a g a i m a n a d i l a n g s i r

. Pernyataan Eman itu sempat menjadi harapan bagi hakim Indonesia, menyusul pernyataan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nurhadi ketika menerima perwakilan hakim Indonesia yang berkunjung ke gedung MA di Jakarta.

Ramadhan, 16 Agustus 2012, pukul 22.25 WIB, di gedung MPR Jakarta, akhirnya Presiden Susilo Bambang Y u d h o y o n o m e m b a c a k a n p i d a t o menyambut HUT RI dan nota keuangan tahun 2013. Di dalamnya, dijelaskan rencana kenaikan gaji PNS dan tunjangan hakim disesuaikan dengan kerjanya. Rencana kenaikan gaji PNS dan tunjangan hakim Indonesia itu masuk dalam kategori program reformasi birokrasi 2013 mendatang.

Wajah bahagia dan harapan dirasakan para hakim Indonesia, sebagai real isasinya Presiden menerbitkan Rancangan Peraturan pemerintah tentang kesejahteraan hakim sebagai pejabat negara. "Mulai berlaku tahun depan," ungkap Irawan. Kini, Irawan bisa mengajak keluarganya datang ke Nias, menikmati pesona Sumatera Utara dan melihat indahnya pantai Pandan dengan irama lagu khas Toba Samosir.(AM)

www.hukumonline.com

Page 15: e-paper MADANI