bronkopneumonia

44
LAPORAN KASUS BRONCHOPNEUMONIA Disusun Oleh : Rebekka Pita Uli 030.09.197 Pembimbing : Dr. Daniel Effendi, Sp.A KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK PERIODE 24 MARET 2014 – 31 MEI 2014 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH 0

Upload: yuanita-lavinia

Post on 21-Jul-2016

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Bronkopneumonia

LAPORAN KASUS

BRONCHOPNEUMONIA

Disusun Oleh :

Rebekka Pita Uli

030.09.197

Pembimbing :

Dr. Daniel Effendi, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 24 MARET 2014 – 31 MEI 2014

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2014

0

Page 2: Bronkopneumonia

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

STATUS PASIEN KASUS I

Nama Mahasiswa : Rebekka Pita Uli Pembimbing : Dr. Daniel Effendi Sp.A

NIM : 030.09.197 Tanda tangan:

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. S Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 8 bulan Suku Bangsa : Jawa

Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 24 September 2013 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Duren Sawit Pendidikan : -

Orang tua / Wali

Ayah: Ibu :

Nama : Tn B

Umur :38 tahun

Alamat : Duren Sawit

Pekerjaan : Wiraswasta

Penghaslan: Rp. 4.000.000,00

Pendidikan : STM

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Kristen Protestan

Nama : Ny. I

Umur :34 tahun

Alamat : Duren Sawit

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghaslan: -

Pendidikan : SMA

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Kristen Protestan

Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung

I. RIWAYAT PENYAKIT

A. ANAMNESIS

Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. I (ibu kandung pasien)

Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 611

1

Page 3: Bronkopneumonia

Tanggal / waktu : 29 Maret 2013 pukul 11.30

Tanggal masuk : 29 Maret 2013 pukul 11.00

Keluhan utama : Sesak nafas sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Keluhan tambahan : demam, batuk, pilek, nafus makan berkurang

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

OS datang ke IGD RSUD Budhi Asih dihantar oleh ibunya dengan keluhan sesak nafas

sejak 5 hari SMRS. Sesak nafas semakin ini biasanya muncul pada pukul 03.00-05.00 pagi hari,

biasanya anak terbangun batuk batuk lalu menangis dan terlihat sesak. Ibu OS merasakan OS

tidak menyusu sekuat biasanya dikarenakan setelah kurang lebih 2 kali menghisap OS akan

melepaskan hisapan lalu tampak terengah-engah lalu OS kembali menghisap ASI kembali.

Selain itu sejak 5 hari SMRS OS juga mengalami demam, saat di rumah ibu OS hanya

mengukur dengan perabaan tangan. Ibu OS menyangkal adanya menggigil dan kejang saat

demam muncul. OS sudah sering batuk batuk selama 1 bulan terkahir ini, batuk lebih sering

tidak mengluarkan dahak tetapi pernah mengelurakan dahak yang berwarna hijau, darah

disangkal. OS juga mengalami pilek awalnya ingus yang keluar dari hidung OS encer tetapi

menjadi kental.

OS mengalami penurununan untuk nafsu makan dan minum menurut ibu OS. OS juga

menjadi sering muntah setelah makan dan minum. Buang air kecil diakui oleh ibunya tidak ada

masalah dan tampak seperti biasanya. OS sempat buang air besar cair disertai ampas warna

kuning kehijauan,lender disangkal selanjutnya OS belum bisa BAB semenjak 3 hari SMRS.

Ibu OS mengaku sudah pergi ke Puskemas untuk berobat mengaku hanya diberikan obat

panas dan 1 obat yang tidak diingat namanya oleh ibu OS, tetapi ibu OS tidak melihat adanya

perbaikan dan tampak semakin sesak anaknya.

B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN

KEHAMILANMorbiditas kehamilan Tidak ada

Perawatan antenatal Rutin kontrol ke bidan 1 bulan sekali

2

Page 4: Bronkopneumonia

KELAHIRAN

Tempat persalinan Rumah Bidan

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinanSpontan

Penyulit : -

Masa gestasi Cukup Bulan

Keadaan bayi

Berat lahir : 3500 gram

Panjang lahir : 51 cm

Lingkar kepala : (tidak tahu)

Langsung menangis (+)

Kemerahan (+)

Nilai APGAR : (tidak tahu)

Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Masa

Kehamilan

D. RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi I : Umur - bulan(Normal: 5-9 bulan)

Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

Psikomotor

Tengkurap : Umur 5 bulan (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : Umur - bulan (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : Umur - bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : Umur - bulan (Normal: 13 bulan)

Bicara : Umur - bulan (Normal: 9-12 bulan)

Perkembangan pubertas

Rambut pubis : -

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : baik (sesuai usia)

3

Page 5: Bronkopneumonia

E. RIWAYAT MAKANAN

Umur

(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

0 – 2 ASI - - -

2 – 4 ASI - - -

4 – 6 ASI - - -

6 – 8 ASI - + -

8 – 10 - - - -

10 -12 - - - -

Kesulitan makan : menurut pengakuan ibu sebelumnya OS tidak sulit makan

Kesimpulan riwayat makanan : pasien tidak sulit, asupan cukup baik.

F. RIWAYAT IMUNISASI

Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )

BCG 2 bulan - -

DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Campak - - x

Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan

Kesimpulan riwayat imunisasi : imunisasi dasar belum lengkap tetapi sesuai jadwal.

G. RIWAYAT KELUARGA

a. Corak Reproduksi

No Tanggal lahir (umur)

Jenis kelamin Hidup Lahir

mati Abortus Mati (sebab)

Keterangan kesehatan

1. 12 April 2001 Perempuan + - - -Sehat (kakak pasien)

2. 10 Januari 2004 Perempuan + - - -Sehat(kakak pasien)

3. 13November2009 Perempuan + _ - - Sehat4

Page 6: Bronkopneumonia

(kakak pasien)

4. 24September2013 Laki – laki + - - - Pasien

b. Riwayat Pernikahan

Ayah / Wali Ibu / Wali

Nama Tn. A Ny. R

Perkawinan ke- 1 1

Umur saat menikah 24 tahun 22 tahun

Pendidikan terakhir Tamat STM Tamat SMA

Agama Kristen Protestan Kristen Protestan

Suku bangsa Jawa Jawa

Keadaan kesehatan Sehat Sehat

Kosanguinitas - -

Penyakit, bila ada - -

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu OS sudah batuk berdahak kurang lebih 1 bulan ini dan minum obat batuk herbal sudah

ada perbaikkan yang dirasakan tetapi belum sembuh. Demam dan pilek disangkal oleh Ibu

OS. Ibu OS menyangkalnya ada keringat pada malam dan turunnya berat badan. Ibu OS

juga belum pernah memeriksakan dahaknya dan pengobatan TBC paru disangkal. Ibu dan

ayah tidak menderita penyakit hipertensi, pembengkakan jantung, kencing manis, asma

maupun riwayat alergi

Kesimpulan Riwayat Keluarga : Ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama

dengan pasien yaitu ibu pasien.

5

Page 7: Bronkopneumonia

H. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)

Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)

DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)

Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)

Parotitis (-) Operasi (-)Lain-lain: patah tulang

di daerah bahu kiri (6 bulan)

Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : OS tidak pernah sakit seperti ini

sebelumnya.

I. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN

Pasien tinggal bersama ayah dan ibu serta kakaknya di rumah berlantai satu yang

merupakan rumah kontrakkan. Rumah memiliki ventilasi yang cukup baik. Sinar matahari dapat

masuk ke dalam rumah dengan bukti siang hari tidak memerlukan lampu sebagai penerangan.

Air yang digunakan berasal dari jet sanyo. Daerah perumhan merupakan rumah kontrak padat

antara 1 rumah yang satu dengan yang lain. Terdapat tempat pembuangan sampah kolektif yang

diakui tempatnya agak jauh dari rumah dan tukang sampah datang 1 minggu sekali untuk

mengambilnya. Daerah rumah merupakan daerah bebas banjir.

Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Cukup baik

J. RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI

Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan Rp.4.000.000,- /bulan.

Sedangkan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Sehari-hari pasien diasuh oleh ibunya.

Kesimpulan sosial ekonomi: Cukup baik

6

Page 8: Bronkopneumonia

II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 29 Maret 2014 jam 11.30 WIB)

A. Status Generalis

Keadaan Umum

Kesan Sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Kesan Gizi : Baik

Data Antropometri

Berat Badan sekarang : 8,1 kg

Panjang Badan : 70 cm

Status Gizi

Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (+)

- BB / U = 8,1/8,8 x 100 % = 90,04 % (Gizi baik)

- TB / U = 70 / 70 x 100 % = 100 % (Tinggi normal)

- BB / TB = 8,1 / 8,8 x 100 % = 92,04 % (Gizi normal)

- Kehilangan BB = -

Tanda Vital

Tekanan Darah : - mmHg

Nadi : 152 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular

Nafas : 52 x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 2

Suhu : 37,5 °C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)

KEPALA : Normocephali, ubun-ubun besar belum menutup

RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tipis

WAJAH : wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut

MATA :

Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-

Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-

Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-

7

Page 9: Bronkopneumonia

Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+

Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+

Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor

Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+

Cekung : -/-

TELINGA :

Bentuk : normotia Tuli : -/-

Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-

Liang telinga : sempit Membran timpani : sulit dinilai

Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai

Cairan : -/-

HIDUNG :

Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-

Sekret : -/- Deviasi septum : -

Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi : -

BIBIR : mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)

MULUT : trismus (-) , oral hygiene baik, belum tumbuh gigi

LIDAH : Normoglotia, lidah kotor (-)

TENGGOROKAN : hiperemis -

LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun

KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun

KGB, trakea teraba di tengah

THORAKS :

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan yang

tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, terdapat retraksi sela iga dan retraksi di

epigastrium

ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi abnormal (-)

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri,

vocal fremitus sulit dinilai, teraba ictus cordis pada ICS V linea midclavicularis kiri,

denyut kuat

8

Page 10: Bronkopneumonia

Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal

Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi (+/+), wheezing (-/-), bunyi jantung I-

II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea midclavicularis kiri, murmur (-),

gallop (-)

ABDOMEN :

Inspeksi : perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun

benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-)

Palpasi : supel, nyeri tekan (-) hampir menyeluruh di regio abdomen, turgor kulit baik.

Hepar tidak teraba membesar. Lien tidak teraba membesar

Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut

Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 3 x / menit

GENITALIA : tidak ditemukan adanya kelainan

KGB :

Preaurikuler : tidak teraba membesar

Postaurikuler : tidak teraba membesar

Submandibula : tidak teraba membesar

Supraclavicula : tidak teraba membesar

Axilla : tidak teraba membesar

Inguinal : tidak teraba membesar

ANGGOTA GERAK :

Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas

STATUS NEUROLOGIS

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Biseps + +

Triceps + +

Patella + +

9

Page 11: Bronkopneumonia

Achiles + +

Refleks Patologis Kanan Kiri

Babinski + +

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

Rangsang meningeal

Kaku kuduk -

Kanan Kiri

Kerniq - -

Laseq - -

Bruzinski I - -

Bruzinski II - -

B. Saraf cranialis

- N. I (Olfaktorius)

Tidak dilakukan pemeriksaan

- N. II dan III (Opticus dan Occulomotorius)

Pupil bulat isokor 3mm / 3mm, RCL +/+, RCTL +/+

- N. IV dan VI (Trochlearis dan Abducens)

baik

- N. V (Trigeminus)

baik

- N. VII (Facialis)

Wajah simetris

10

Page 12: Bronkopneumonia

Motorik: baik

Sensorik: baik

- N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)

Tidak dilakukan pemeriksaan

- N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)

baik

- N. XI (Aksesorius)

baik

- N. XII (Hipoglosus)

baik

KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik,

lembab, pengisian kapiler < 2 detik, petechie (-)

TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(Lab. Dari IGD pada tanggal 29 Maret 2013)

Hematologi Hasil Nilai Normal

Leukoist 8.5 ribu/ / μL 4.5 - 13.5

Eritrosit 5.2 jt // μL 3.6 - 5.8

Hemoglobin 11,6 g/ dL 10,7-14,7

Hematokrit 36 % 33-45

Trombosit 259 ribu / μL 181 – 521

MCV 69.0 fL 69 – 93

MCH 22.2 pg 22 – 34

MCHC 32,2 g/dL 32 – 36

11

Page 13: Bronkopneumonia

RDW 15,7 % <14

Kimia Klinik

Metoblisme Karbohidrat

Glukosa Darah

Sewaktu

122 mg/dL 60 – 100

Elektrolit Serum

Natrium (Na) 142 mmol /L 135-155

Kalium 4,3 mmol/L 3,6-5,5

Chlorida 106 mmol/L 98-109

Foto Thoraks :

Kesan : Bronchopneumomia, cor baik, tulang tulang intak

IV. RESUME12

Page 14: Bronkopneumonia

By. S, laki laki, usia 8 bulan datang ke IGD RSUD Budi Asih bersama ibunya dengan

keluhan sesak nafas sudah 5 hari SMRS. Sesak nafas biasanya muncul pada pukul 03.00-05.00

pagi hari, biasanya anak terbangun batuk batuk lalu menangis dan terlihat sesak. Ibu OS

merasakan OS tidak menyusu sekuat biasanya dikarenakan setelah kurang lebih 2 kali menghisap

OS akan melepaskan hisapan lalu tampak terengah-engah lalu OS kembali menghisap ASI

kembali. Selain itu sejak 5 hari SMRS OS juga mengalami demam, saat di rumah ibu OS hanya

mengukur dengan perabaan tangan. OS sudah sering batuk batuk selama 1 bulan terkahir ini

pernah mengelurakan dahak yang berwarna hijau, darah disangkal. . OS juga mengalami pilek

awalnya ingus yang keluar dari hidung OS encer tetapi menjadi kental. OS mengalami

penurununan untuk nafsu makan dan minum menurut ibu OS. OS juga menjadi sering muntah

setelah makan dan minum. Ibu OS mengaku sudah pergi ke Puskemas untuk berobat mengaku

hanya diberikan obat panas dan 1 obat yang tidak diingat namanya oleh ibu OS, tetapi ibu OS

tidak melihat adanya perbaikan dan tampak semakin sesak anaknya. Ibu Os juga memiliki

keluhan yang sama yaitu batuk – batuk kurang lebih 1 bulan dan ibu Os sakit dahulu baru Os.

.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum OS tampak sakit sedang, dengan status gizi baik,

tanda vital suhu 37,5 C, nadi 152x/menit, RR 52x/menit. Pada thoraks didapatkan retraksi sela-

sela ida dan retraksi epigastrium. Suara paru didapatkan ronchi pada ke dua lapang paru. Dari

hasil laboratorium didapatkan RDW 15,7% dan glukosa darah sewaktu 122 mg/dL. Foto thoraks

didapatkan kesan bronchopneumonia.

V. DIAGNOSIS BANDING

- Bronchopnuemonia

- Bronkioloitis

- Bronchitis Akut

- TB paru

VI. DIAGNOSIS KERJA

- Bronchopneumonia

13

Page 15: Bronkopneumonia

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Pemeriksaan darah : darah lengkap, Analisa Gas Darah (AGD)

- Tes Mantoux

VIII. PENATALAKSANAAN

A. Non medika Mentosa

1. Edukasi ibu pasien untuk memberikan minum atau makanan dengan posisi anak sambil

di pangku atau dalam posisi duduk.

B. Medika Mentosa

1. O2 1L/menit

2. IVFD Kaen 1B 3cc/kgBB/jam

3. Paracetamol 90mg 3X1

4. Inj. Ampisilin 4 x 200 mg

5. Inj Gentamisin 1 x 40 gr

6. Inj Dexamethason 3 x 1,5 mg

7. Ambroksol 5 mg dan salbutamol 0,5 mg 3 x 1 bungkus

IV. PROGNOSIS

Ad Vitam : Ad Bonam

Ad Functionam : Ad Bonam

Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

14

Page 16: Bronkopneumonia

FOLLOW UP

Tgl S O A P

30/3/2014 - Batuk

(+),dahak -

- Makan

minum

masih

belum mau

- Demam (-)

- Muntah (-)

- BAB belum

4 hari

KU : tampak sakit

sedang

Kesadaran: CM

TTV :

Nadi : 122x/m

Suhu : 36,4 0 C

RR : 28 x/ m

Kepala : normocephali

Mata : CA -/- SI -/-

Hidung : nch -/-

Mulut :

kering - sianosis –

Tho : simetris, retrasksi

(+)

P:sn vesikuler, rh +/+,

wh -/-

J: BJ I-II reg, m (-),

gallop (-)

Abdomen : supel, bu

(+)

Ekstremitas : akral

hangat

Brochopen

umonia

- O2 1L/menit

- IVFD Kaen 1B

3cc/kgBB/jam

- Paracetamol 90mg

3X1

- Inj. Ampisilin 4 x

200 mg

- Inj Gentamisin 1 x

40 gr

- Inj Dexamethason

3 x 1,5 mg

- Ambroksol 5 mg

dan salbutamol 0,5

mg 3 x 1 bungkus

-

31/3/2014 - Batuk (+)

dirasa

berkurang,

dahak –

- Makan dan

KU : tampak sakit

sedang

Kesadaran: CM

TTV :

Suhu : 36,6 0 C

Bronchop

neumonia

- O2 1L/menit

- IVFD Kaen 1B

3cc/kgBB/ja

m

- Paracetamol

15

Page 17: Bronkopneumonia

minum

belum mau

- Demam –

- Muntah –

- Belum BAB

5 hari

RR : 28x/ m

Nadi 100x

Kepala : normocephali

Mata : CA -/- SI -/-

Hidung : nch -/-

Mulut : kering -

sianosis –

Tho : simteris, retraksi

+

P: sn vesikuler, rh -/-,

wh -/-

J : BJ I-II reg, m (-),

gallop (-)

Abdomen : supel, bu

(+)

Extremitas : akral

hangat

90mg 3X1

- Inj. Ampisilin 4

x 200 mg

- Inj Gentamisin

1 x 40 gr

- Inj Dexa 3 x 1,5

mg

- Ambroksol 5

mg dan

salbutamol

0,5 mg 3 x

1 bungkus

01/4/2014 - Batuk +,

dahak-

- Sesak

berkurang,

jika

menyusu

tidak

dilepas-

lepas lagi

- Muntah 1 x,

dahak +

warna hijau

KU : tampak sakit

sedang

Kesadaran: CM

TTV :

Nadi : 76x/m

Suhu : 36,6 0 C

RR : 30 x/ m

Kepala : normocephali

Mata : CA -/- SI -/-

Hidung : nch -/-

Mulut : kering -

sianosis –

Bronchop

neumonia

- O2 1L/menit

- IVFD Kaen 1B

3cc/kgBB/jam

- Paracetamol 90mg

3X1

- Inj. Ampisilin 4 x

200 mg

- Inj Gentamisin 1 x

40 gr

- Inj Dexamethason

3 x 1,5 mg

- Ambroksol 5 mg

16

Page 18: Bronkopneumonia

dan jernih,

makanan +

- Demam (-)

Tho : simetris, retraksi -

P :sn vesikuler, rh +/+,

wh -/-

J: BJ I-II reg, m (-),

gallop (-)

Abdomen : supel, bu+

Extremitas : akral

hangat

dan salbutamol 0,5

mg 3 x 1 bungkus

Boleh pulang

Obat pulang

Syr Amoksisilin 3x1cth

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA17

Page 19: Bronkopneumonia

BRONCHOPENUMONIA

A. Definisi

Bronchopneumonia atau pneumonia lobularis merupakan bagian dari pneumonia, yang

merupakan suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang mengenai parenkim paru,

yang dapat disebabkan baik oleh bakteri, virus, jamur maupun benda asing lainnya.

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh gejala – gejala peradangan saluran nafas bagian

atas seperti batu pilek selama beberapa hari yang kemudian diikuti dengan kenaikan suhu

yang tiba – tiba. Batuk yang terjadi mula – mula bersifat kering, lama kelamaan batuk

menjadi produktif. Hal tersebut umumnya membuat anak menjadi gelisah, dispneu,

pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung. Bila

hal ini terus berlanjut maka akan terdapat sianosis disekitar mulut dan hidung.1

B. Epidemiologi

Pnuemonia dan infeksi saluran pernafasan bawah merupakan penyebab utama kematian

dunia. The WHO Child Health Epidemiology Reference Group memperkirakan bahwa

insidensi dari pneumonia setiap tahunnya terdapat 150,7 juta kasus baru dan 11-20 juta

diantaranya merupakan kasus berat yang memerlukan rawat inap. Lalu 95% dari kasus

pneumonia pada anak-anak di seluruh dunia terjadi di negara yang berkembang. Sekitar

150 juta kasus baru setiap tahun muncul pada anak-anak yang berusia dibawah 5 tahun.2

Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare diantara balita di

Indonesia pada tahun 2007. Rata-rata 83 balita meninggal setiap hari akibat pneumonia.3

C. Etiologi

Adapun mikroorganisme penyebab pneumonia ialah Streptococcus pneumonia ( paling

sering ), kemudian Chlamidia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia. Selain itu juga

dapat disebabkan oleh Streptococcus pyogenes¸ Sraphylococcus aereus, Hemophyllus

influenza, Mycobacterium tuberculosis, Salmonella, Escheria coli, Pneumocytis jiroveci.

Pada anak bayi dan anak umur < 5 tahun 45% dari pneumoni disebabkan oleh virus dan

18

Page 20: Bronkopneumonia

yang terbanyak yaiut virus influenza dan respiratory syncytial virus, dan penyebab yang

lain ialah parainfluenza virus, adenovirus, rhinovirus, dan metepneumovirus.4

Tabel 1. Etiologi Pneumonia5

Bakeri Sering : Streptococcus peneumonia, Group B streptococci, Group A

streptococci, Mycoplasma pneumonia, Chlamydia trachomatis

Jarang : Heomophillus influenxa type B, Staphylococcus aureus,

Moraxella cataralis

Virus Sering : Respiratory syntical virus, Parainfluenza types 1-3, Influenxa A,

B, Adenovirus, Metapneumovirus

Jarang : Rhinovirus, Enterovirus, Herpes simplex, Cytomegalovirus,

Measles, Varicellas

Fungal Histoplasma capsulatum, Crytpcoccus neoformans, Aspergillus species,

Macomycosis

Ricketssial Coxiella burnetti, Ricketsia rickettsia

Mycobacterial Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium-intracellulare

Pasasitic Pneumocytis tuberculosis, Eosinophilic

D. Faktor Resiko

World Halth Organisation (WHO) menyatakan bahwa ada beberapa faktor resiko yang

berhubungan dengan terjadinya pneunonia. Faktor resiko tersebut terkait antara host

dengan lingkungannya. Terdapat 3 kategori faktor resiko yaitu6:

a. faktor resiko yang pasti (definite risk factor)

i. Malnutrisi ( berat badan berdasarkan umur Z score < 2 )

19

Page 21: Bronkopneumonia

ii. Berat badan lahir rendah ( BBLR, ≤ 2500 gram )

iii. Tidak mendapatkan ASI eksklusif (terutama dalam 4 bulan pertama

kehidupan )

iv. Tidak mendapatkan imunisasi campak dalam 12 bulan kehidupan pertama

v. Polusi udara di dalam ruangan

vi. Lingkungan yang padat

b. faktor yang resiko yang lebih mungkin ( likely factor risk )

i. Orang tua yang merokok

ii. Adanya defisiensi zinc

iii. Adanya penyakit penyerta, seperti : diare, penyakit jantung, asma

c. faktor resiko yang mungkin ( possible risk factor )

i. Tingkat edukasi orang tua

ii. Dititipkan di tempat penititpan anak

iii. Curah hujan, kelembaban udara

iv. Defisiensi vitamin A

E. Patogenesis

20

Page 22: Bronkopneumonia

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran

respiratori. Mula mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah

proliferasi dan penyebaran kuman dan jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena

konsolidasi, yaitu serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya

kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi

fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosist PMN di alveoli dan terjadi proses

fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya,

jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan megalami degenerasi, fibrin menipis,

kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem

bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal. Antibiotik yang

diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan penyakit, sehingga stadium khas

yang telah diuraikan sebelumnya tidak terjadi.7

F. Gejala Klinis

Gambran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi,

tetapi secara umum adalah sebagai berikut:

a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malasise, penurunan

napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-

kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulomoner.

b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,

takipnea,napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.7

G. Diagnosis

a. Anamnesis

Pada anamnesis biasanya orang tua akan mengeluhakan anaknya tampak sesak

dan batuk yang hebat. Sebagian besar bayi yang terkena mempunyai riwayat

terpajan pada anak yang lebih tua atau orang dewasa yang menderita penyakit

pernapasan ringan pada minggu sebelum mulainya penyakit. Bayi mula - mula

menderita infeksi ringan pada saluran pernapasan atas disertai dengan ingus yang 21

Page 23: Bronkopneumonia

serous dan bersin. Gejala – gejala ini biasanya berakhir beberapa hari dan dapat

disertai dengan penurunan nafsu makan dan demam 38,5 –39 o C, walaupun

demikian suhu dapat berkisar dari subnormal sampai meningkat dengan jelas.

Perkembangan kegawatan pernafasan secara bertahap ditandai dengan batuk

mengi paroksismal, dispneu, dan iritabilitas. Menyusu – ibu atau – botol dapat

sangat sulit, karena frekuensi pernafasan yang cepat tersebut tidak memberikan

kesempatan untuk menghisap dan menelan.2,7

b. Pemeriksaan fisik

i. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastik,

intercostal, suprasternal dan pernapasan cuping hidung. Tekanaan

intrapleura yang bertambah negatid selama inspirasi melawan resistensi

tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah

terpengaruh pada dinding dada, yaitu haringan ikat interkostal, subkostal

dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikanya, ruang intercostal

yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin

postif. Retraksi lebih muda terlihat pada bayi yang baru lahir dimana

jaringan ikat intercostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak

yang lebih tua. Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitive

akan adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi

memendek secara abnormal. Pengembangan hidung anterior dan

menurunkan resistensi halan napas atas. Selain itu juga dapat menstabilkan

jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.

ii. Pada palpasi ditemukan vocal fremitus yang simetris. Konsolidasi yang

kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama

jalan napas masoh terbuka, namun bila terjadi perluasan infekrsi paru

(kolpas paru) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.

iii. Pada perkusi tidak terdapat kelainan2

iv. Pada aukultasi ditemukan suara nafas melamah dan ronki.7

22

Page 24: Bronkopneumonia

c. Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung

jenis leukosit dapat membantu membedakan pneumonia viral dan

baketerial.Infeksi virus leukosit normal atau meningkat tetapi tidak melebih

20.000.mm3 dengan limfosit premdoninan. Infeksi bakteri leukosit mengingkat

15.000 – 40.000 / mm3 dengan neutrophil yang premodominans serta pada hitung

jenis terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan Laju Endap Darah (LED).

Analisa Gas Darah (AGD) menunjukkan hipoksemia dan hipkarbia, pada stadium

lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan

pleura atau darah bersifat invasive sehingga tidak dilakukan.2,7

d. Radiologis

Foto rontgen toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan

gejala klinik distress penafasan seperti takipnea, batuk dan ronki dengan atau

tanpa suara napas yang melemah. Secara umum gambaran foto thoraks terdiri

dari:

i. Infiltrat intersisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,

peribronchial cuffing dan hiperaerasi.

ii. Infiltrat alveolar, merupakan konsilidai paru dengan air bronchogram.

Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut pneumonia lobaris atau

terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis,

berbatas tidak terlalu tefas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal

sebagai round pneumonia.

iii. Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua

paru, berupa bercak – bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah

perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.7

Gambaran foto rontgen toraks pneumonia pada anak meliputi infiltral ringan pada

satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada suatu penelitian 23

Page 25: Bronkopneumonia

ditemukan bahwa lesi pneumona pada anak terbanyak berada di paru kanan,

terutama di lobus atas. Bila ditemukan di paru kiri, dan terbanyak di lobus bawah,

maka hal itu merupakan predictor perjalanan penyakit yang lebih berat dengan

resiko terjadinya pleuritis lebih meningkat.7

WHO mengembangakan pedoman diagnosis secara sederhana. Gejala klinis

sederhana tersebut meliputi nafas cepat, sesak nafas dan berbagai tanda bahaya

agar anak segera dirujuk ke pelayanan kesehatan. Nafas cepat ini dihitung dalam

1 manit dan keadaan pasien dalam kondisi tenang. Sesak nafas dinilai dengan

melihat adanya tarikan dinding dada bagian bawah ked lam ketika menarik nafas

(retraksi epigastrium). Tanda bahaya anak berusia 2 bulan – 5 tahun adalah tidak

dapat minum, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk; tanda bahaya bayi

dibawah 2 bukan adalah malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor,

mengi, dan demam/badan terasa dingin. Beriku ini adalah kalsifikasi pneumonia

berdasarkan perdoman tersebut

Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun

1. Pneumonia berat

a. Bila ada sesak nafas

b. Harus dirawt dan diberikan antibiotik

2. Pnenumonia

a. Bila tidak ada sesak nafas

b. Ada nafas cepat dengan laju napas

i. > 50 x/ menit untuk usia 2 bulan – 1tahun

ii. > 40 x/ menit untuk anak >1 tahun – 5 tahun

c. Tidak perlu rawat inap, diberikan antibiotic oral

24

Page 26: Bronkopneumonia

3. Bukan pneumonia

a. Bila tidak ada nafas cepat sesak nafas

b. Tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotic, hanya

diberikan pengobatan simtomatis.

Bayi berusia di bawah 2 bulan

Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitmya lebih bervarias,

mudah terjadi komplikasi dan sering menyebabkan kematian. Klasifikasi

pneumonia pada kelompok usia ini adalah sebagai berikut

1. Pneumonia

a. Bila ada nafas cepat ( > 60x/ menit) atau sesak nafas

b. Harus dirawat dan diberikan antibiotic

2. Bukan pneumonia

a. Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas

b. Tidak perlu rawat, cukup diberika pengobatan simtomatis.7

H. Pentalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2

macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus

a. Penatalaksaan Umum.

i. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit à sampai sesak nafas hilang atau

PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.

ii. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

iii. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

25

Page 27: Bronkopneumonia

b. Penatalaksanaan Khusus

i. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan

pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi

antibioti awal.

ii. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,

takikardi, atau penderita kelainan jantung

iii. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan

manifestasi klinis. 8

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi antara lain: kuman yang

dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis, berat ringan penyakit,

riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis, dan ada tidaknya penyakit yang

mendasari.

Untuk pneumonia rawat jalan atau pneumonia ringan dapat diberikan antibiotic lini

pertama oral yaitu amoksislin ( dosis 25 mg/ kgBB ) atau kotrikmoksasol ( dosis 4 mg/

kgBB TMP). Untuk pneumonia rawat inap dapat diberikian antibiotic betalaktam atau

klroremafenikol. Terapi antibiotic harus diteruskan selama 7 – 10 hari pada pasien

pneumonia tanpa komplikasi.7

I. Komplikasi

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,

penumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti mengitis purulenta. Empieama torasis

merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri. Ilten F dkk.

Melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sitolik ventrilel kanan meningkat,

kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia

anak beruisa 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka

dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasive seperti EKG,

ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.7

26

Page 28: Bronkopneumonia

J. Prognosis

Secara keseluruhan prognosisnya adalah baik. Hampir semua kasus yang disebabkan oleh

virus dapat sembuh tanpa pengobatan, bakteri patogen dan organisme atipikal

memberikan respon terhadap terapi antimikroba. The United Nations Children's Fund

(UNICEF) 3 juta anak meninggal di seluruh dunia karena pneumonia, kematian ini terjadi

pada anak yang memiliki kondisi khusus yang menyertai saat terkena pneumonia seperti

chronic lung disease of prematurity, penyakit jantung bawaan, dan imunosupresi2

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

By. S, laki laki, usia 8 bulan datang ke IGD RSUD Budi Asih bersama ibunya dengan

keluhan sesak nafas sudah 5 hari SMRS. Keluhan sesak nafas ini menjadi sangat nyata karena

kemampuan anak untuk menyusu menjadi berkurang. Keluhan sesak nafas ini disertai demam,

27

Page 29: Bronkopneumonia

sebelum muncul kedua keluhan ini Os sudah batuk pilek kurang lebih 1 bulan ini. Dari gejala

yang membuat pasien datang ke RS maka bisa dipikirkan diagnosis bandingnya

bronchopneumonia, bronchiolitis, bronchitis akut dan TBC paru. Sebelum Os mulai sakit, ibu

Os sakit terlebih dahulu kemungkinan Os tertular dari ibunya.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum OS tampak sakit sedang, dengan status gizi baik,

tanda vital suhu 37,5 C, nadi 152x/menit, RR 52x/menit. Pada pemeriksaan fisik thoraks

didapatkan retraksi sela-sela iga dan retraksi epigastrium. Suara paru didapatkan ronchi pada ke

dua lapang paru. Dari hasil pemeriksaan fisik ini lebih mengarah kepada bronchopneumonia.

Hal ini sesuai dengan kriteria WHO yang digunakan di Negara berkembang yaitu nafas cepat dan

sesak nafas yang ditandai adanya retraksi epigastrium.

Dari pemeriksaan penunjang, dari foto thoraks didapatkan kesan bronchopneumonia.

Maka untuk diagnosis kerjanya adalah bronchopneumonia dan diberikan tatalaksana

bronchopneumonia. Tetapi masih diperlukan pemeriksaan lanjutan lainnya yaitu pemeriksaan

darah lengkap dan tes mantoux.

Tatalaksana yang diberikan yang pertama adalah oksigenasi (O2 1L/menit) karena Os

sulit untuk bernapasnya. Lalu IVFD Kaen 1b sebanyak 3 cc/ kgBB/ jam diberikan sebagai carian

rumatan dan Os juga kurang untuk intakenya karena Os juga mengalami penurunan makan dan

minum. Paracetamol diberikans sebagai pengobatan simtomatik (antipiterik). Injeksi ampisilin 4

x 200 mg, ampsiilin merupakan golongan penisilin yang berspektrum luas efektif untuk kuman

gram + dan gram -. Injeksi Gentamisin 1 x 40 mg, gentamisin merupakan golongan

aminoglikosida yang efektif terhadap kuman-kuman gram negative. Injeksi dexamethason 3 x1,5

mg, dexamethasone berguna sebagai antinflamasi. Ambroksol 5 mg, ambroksol merupakan obat

mukolitik. Salbutamol 0,5 mg, salbutamol merupakan agonis selektif reseptor β2 yang berguna

untuk membuat relaksasi dari otot polos bronkus. Pasien dipulangkan karena sudah tidak ada

nafas cepat ataupun sesak nafas dan diberi obat sirup amoksisilin. Amoksisilin merupakan

pilihan yang utama untuk pneumonia yang rawat jalan.

28

Page 30: Bronkopneumonia

Daftar Pustaka

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Pneumonia dalam: Buku Kuliah 3 Ilmu

Kesehatan Anak: Percetakan Infomedika: Jakarta, 1985:1228 – 31

29

Page 31: Bronkopneumonia

2. Pediatric Pneumonia. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/967822-

overview#aw2aab6b2b5aa. Diakses 7 April 2014.

3. Pangribowo S, Tryadi A, Indah IS. Situasi Pneumonia Balita di Indonesia.Buletin

Jendela Epidemiologi Vol3. September 2010.

4. Widagdo. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak dengna Batuk/Batuk Darah:CV Sagung

Seto: Jakarta, 2103: 42-3.

5. Sectisch TC, Prober CG.Pnuemonia dalam: Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 18:

Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton: Saunders Elsevier: Philadelphia.2007:1795-6.

6. Rudan I, Pinto CB, Biloglav Z, Mulhollan, Campbell H.Epidemiology and etiology of

childhood pneumonia.World Health Organization.2008;86:408-416

7. Said M, Pneumonia dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1: Rahajoe NN, dkk :

IDAI : Jakarta, 2008:352-1.

8. Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan

S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D., Stockwell J.A., and

Swanson J.T. 2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants

and Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric

Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect

Dis. 53 (7): 617-630

30