makalah bronkopneumonia

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami bronchopneumonia. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3 tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi

Upload: nurul-hidayah

Post on 20-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bp

TRANSCRIPT

Page 1: makalah BRONKOPNEUMONIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai

penerus keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena

itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya

mengalami bronchopneumonia.

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3

tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan,

sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi

pada anak di bawah umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan

masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun

yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia

merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di

Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan

WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di

dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah

menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik,

membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000,

kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab

kematian ketujuh di negara itu.

Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.

Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga

kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh

tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita

bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit

tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan

sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

Page 2: makalah BRONKOPNEUMONIA

1.2TUJUAN

·            Tujuan umum :

1. Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai penyakit bronkopneumoni

·            Tujuan khusus :

1.      makalah ini mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi,

Pathofisiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan medik, penatalaksanaan keperawatan, pencegahan dan komplikasi

bronkopneumoni

2.    makalah ini dapat menambah wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit

bronkopneumoni

Page 3: makalah BRONKOPNEUMONIA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  DEFINISI

Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran

berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke

parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001).

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus

paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda

dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G.

Bare, 1993).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994). Dari

beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia adalah radang paru-paru

yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-

bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur dan benda asing

2.2 ETIOLOGI

Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh

penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Penyebab

Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:

1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,

Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium

Tuberculosis.

2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.

3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,

Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.

4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah

a) Faktor predisposisi

-usia /umur

-genetik

b) Faktor pencetus

Page 4: makalah BRONKOPNEUMONIA

-gizi buruk/kurang

-berat badan lahir rendah (BBLR)

-tidak mendapatkan ASI yang memadai

-imunisasi yang tidak lengkap

-polusi udara

-kepadatan tempat tinggal

2.3 EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) sejak 1986 sampai era 2000

an hampir 80 sampai 90 persen kematian balita akibat serangan ISPA dan pnemonia.4 Angka

kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan

meningkatnya umur.

Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh Pneumococcus, ditemukan pada

orang dewasa dan anak besar, sedangkan Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak

kecil dan bayi. Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya

menyerang sekitar 1% penduduk amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang

antibiotik, pneumonia tetap sebagai penyebab terbanyak dari kematian di Amerika.

2.4 ANATOMI FISIOLOGI

a. Anatomi

Sistem pernapasan terdiri atas :

• Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru.

Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan

udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.

• Faring atau tenggorokan

Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.faring dibagi

menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.

• Laring atau pangkal tenggorokan

Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah

untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi,melindungi jalan napas bawah dari obstruksi

benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak suara. Dan

terdiri atas : epiglotis , glotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid,kartilaago aritenoid dan pita

suara.

Page 5: makalah BRONKOPNEUMONIA

• Trakea atau batang tenggorokan

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang

rawan.

• Bronkus atau cabang tenggorokan

Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.

• Paru-paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Paru-paru

dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari

3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.

b. Fisiologi

Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang

terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :

a. Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam

alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang terjadi sewaktu

pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif

yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas

sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke

kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran

otot dan karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-

gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya

perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks dan paru pada

alveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk dan muntah.

b. Difusi gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan

CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi

O2.

c. Transportasi gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan

CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.

Page 6: makalah BRONKOPNEUMONIA

Secara anatomis, system respirasi dibagi menjadi dua yaitu saluran pernafasan dan parenkim

paru. Saluran pernafasan dimulai dari organ hidung, mulut, trakea, bronkus, dan bronkiolus.

Didalam rongga toraks bronkus bercabang menjadi dua yaitu : kanan dan kiri. Bronkus

kemudian bercabang menjadi bronkiolus, bagi parenkim paru berupa kantong-kantong yang

menempel diujung bronkiolus yang disebut alveoli ( bila banyak ).

2.5 PATOFISIOLOGI

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus

penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan

broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya

penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.

Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi

empat stadium, yaitu :

A. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada

daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-

mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.

Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga

mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan

prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas

kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium

sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan

karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

B. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan

fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus

yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara

alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini

berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

C. Stadium III/hepatisasi kelabu (3 – 8 hari)

Page 7: makalah BRONKOPNEUMONIA

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah

paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera

dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus

masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan

kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

D. Stadium IV/resolusi (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,

sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali

ke strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga

terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.

Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps

alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan

jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru

dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan

rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak

lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,

hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan

mengakibatkan terjadinya gagal napas.

2.6 MENISFESTASI KLINIK

• Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas

• Demam (390 – 400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi

• Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan oleh

bernapas dan batuk

• Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar

hidung dan mulut.

• Kadang-kadang disertai muntah dan diare

• Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.

• Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

• Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelektasis

absorbsi.

2.7 KLASIFIKASI

Page 8: makalah BRONKOPNEUMONIA

Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia

yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi

pneumonia.

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

1. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).

2. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial

pneumonia).

3. Pneumonia aspirasi.

4. Pneumonia pada penderita immunocompromised.

2. Berdasarkan bakteri penyebab:

1. Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella

pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan

chalamydia.

2. Pneumonia virus.

3. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama

pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).

3. Berdasarkan predileksi infeksi:

1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan

besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi

pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus

atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.

3. Pneumonia interstisial.

2.8 GAMBARAN KLINIS

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama

beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai

kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal

Page 9: makalah BRONKOPNEUMONIA

disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya

tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana

pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada  bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang

terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin

hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia

menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara

pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar

lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

2.9 TANDA DAN GEJALA

1.        Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

a.         Nyeri pleuritik

b.        Nafas dangkal dan mendengkur

c.         Takipnea

2.        Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

a.         Mengecil, kemudian menjadi hilang

b.        Krekels, ronki,

3.        Gerakan dada tidak simetris

4.        Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium

5.        Diafoesis

6.        Anoreksia

7.        Malaise

8.        Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi

kemerahan atau berkarat

9.        Gelisah

10.    Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan

11.    Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

Page 10: makalah BRONKOPNEUMONIA

2.10 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada bronkopneumonia untuk menegakkan diagnosis

diantaranya yaitu :

1. Rontgen Dada : Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural; dapat

juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau

terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia

mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. Foto thorax bronkopeumoni terdapat

bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris

terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

2. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung,

biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini

tidak rutin dilakukan karena sukar.

3. Pemeriksaan fungsi paru. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan volume paru

mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin

meningkat dan komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.

4. Analisa Gas Darah. Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil yang

tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit

paru yang ada.

5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus

yang berbercak-bercak infiltrate

6. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.

7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami

imunodefiensi.

8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang

berhubungan dengan oksigen.

9. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk

mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.

2.11 DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai

dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada

Page 11: makalah BRONKOPNEUMONIA

bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto

rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru,

pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai.

Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena

pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab

tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata

laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan

berdasarkan :

Pneumonia sangat berat :

→ bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di

rumah sakit dan diberi antibiotika.

Pneumonia berat :

→ bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus

dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

Pneumonia :

→ bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :

-         > 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

-         > 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun

-         > 40 x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun

Bukan Pneumonia :

→ hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak

perlu diberi antibiotika.

2.12 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000 / mm3 dengan

pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi

virus atau mycoplasma.

2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

3. Peningkatan LED.

Page 12: makalah BRONKOPNEUMONIA

4. Kultur  dahak dapat positif pada 20 – 50 % penderita yang tidak diobati. Selain kultur

dahak, biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).

5. Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium

lanjut dapat terjadi asidosis meyabolik.

2.13 PEMERIKSAAN RONTGEN

Pemeriksaan ini dapat menunjukan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara

pemeriksaan fisik. Pada bronkopneumoni bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau

beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis,

abses paru, perikarditis dll

2.14 PENATALAKSANAAN

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini

tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek

diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau

diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan

sampai anak bebas demam selama 4 – 5 hari.

Pengobatan dan penatalaksaannya meliputi

Bed rest

Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt).

Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah

larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.

Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :

Untuk kasus pneumonia community base :

-         Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

-         Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :

-         Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

-         Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

Page 13: makalah BRONKOPNEUMONIA

Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri

Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral

Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang

nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan.

A. Farmakologi

v Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, gentamisin.

v Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita, dan dugaan

kuman penyebab:

1. Umur 3 bulan-5 tahun,bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia, Hemofilus

influenza atau stafilokokus.Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya, maka secara

praktis dipakai :

Kombinasi : penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari dan

Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau kombinasi Ampisilin 50-

100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali

sehari atau kombinasi Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol

(dosis sama dengan diatas).

2. Anak –anak < 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus

pneumonia: o Penisilin prokain IM atau o Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/24 jam

oral, 4 kali sehari o Eritromisin atau o Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali

sehari. o Oksigen 1-2 L/menit. v IVFD dekstrose 5 % ½ NaCl 0,225% 350cc / 24 jam v

ASI/PASI 8 x 20cc per sonde

B. Non farmakologi

1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.

2. Simptomatik terhadap batuk.

3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif

4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.

5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang

paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya.

C . DISCHARGE PLANNING

Hal-hal yang perlu disampaikan kepada keluarga dan pasien sebelum pulang adalah :

ü Memberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk melanjutkan pengobatan di rumah

Page 14: makalah BRONKOPNEUMONIA

sesuai dosis dan instruksi dokter

ü Memberitahukan jadwal kontrol di dokter kepada pasien dan keluarga

ü Mengajarkan kepada keluarga seperti :

-minum air hangat

-istirahat secukupnya

-mencuci tangan dengan sering

-membersihkan mulut dengan sering

ü Memberitahukan keluarga pasien tentang pentingnya memberi ASI eksklusif dan nutrisi

pada anak untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses

penyembuhannya.

ü Memberitahukan pada keluarga pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan

tempat tinggal ,hindari merokok,polusi udara,lingkungan berdebu karena dapat menurunkan

kesehatan dan melemahkan kondisi saluran napas anak.

ü Memberitahukan pentingnya pemberian imunisasi pada anak, karena dengan imunisasi

kekebalan tubuh semakin kuat dan mikroorganisme sulit masuk dalam tubuh.

ü Mengajarkan tindakkan sederhana yang dapat dilakukan bila anak sakit misalnya :

memberikan kompres hangat untuk menurunkan demam, memberikan minuman yang cukup

untuk mencegah dehidrasi, memberikan minuman hangat untuk membantu mengencerkan

sekret yang kental.

2.17 PENCEGAHAN

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau

mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya

bronkopneumonia ini.

Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita

terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi

dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll.

Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:

Vaksinasi Pneumokokus

Vaksinasi H. influenza

Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah

Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

2.18 KOMPLIKASI

Page 15: makalah BRONKOPNEUMONIA

Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga terjadi

bronkopneumonia pada anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit

bronkopneumonia yaitu :

1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru

merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

2. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

3. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura

terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

6. Infeksi sitemik

Page 16: makalah BRONKOPNEUMONIA

BAB III

maka berdasarkan uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan serta memberikan

saran sebagai berikut :

3.1 KESIMPULAN

Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.

Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga

kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh

tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita

bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit

tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan

sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

3.2 SARAN

Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan

pengobatannya pada penderita Bronchopneumonia. Menginformasikan tentang pencegahan-

pencegahan terjadinya Bronchopneumonia dengan cara :

1.      Berhenti merokok

2.      Konsumsi obat secara teratur

3.      Perhatikan berat badan

4.      Hindari zat polusi

5.      Jaga stamina tubuh

6.      Istirahat cukup

7.      Rutin mengikuti rehabilitasi paru-paru

8.      Lakukan latihan bernapas

9.      Tetap beraktivitas

10.  Lakukan terapi oksigen jika keadaan parah

11.  Konsumsi makanan sehat

Page 17: makalah BRONKOPNEUMONIA

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda, 2001. Diagnosis Keperawatan NANDA: Klasifikasi dan Definisi 2001-2002. Alih

Bahasa: Ani Haryani, dkk, Jakarta: PSIKO-BOZ UGM.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Prince, S.A. & Wilson L.M. 1005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi

IV.

Wong, O.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Mcgrow Hill (1995), Perinatal/ Neonatal, USA

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta. Staf Pengajar IKA(1985),

Ilmu Kesehatan Anak UI , Jakarta