bronkitis akut

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus berserta cabang – cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpasputum yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainan radiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk pada bronkitis akut harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran pernapasan lainnya. (Gonzales,2008). Gambar 1.

Upload: widariniharuno

Post on 02-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bronkhitis akut

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISIBronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus berserta cabang cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpasputum yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainan radiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk pada bronkitis akut harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran pernapasan lainnya. (Gonzales,2008). Gambar 1.

B. ETIOLOGIBronkitis akut dapat disebabkan oleh : Infeksi virus : influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytialvirus (RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain. Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis,Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella) Jamur Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain.Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10% (Jonsson, 2008).

C. PATOGENESISSeperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah virus,namun organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum dapatdiketahui, oleh karena kultur virus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan.Adapun beberapa virus yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akutadalah virus virus yang banyak terdapat di saluran pernapasan bawah yakniinfluenza B, influenza A, parainfluenza danrespiratory syncytial virus (RSV).Influenza sendiri merupakan virus yang timbul sekali dalam setahun danmenyebar secara cepat dalam suatu populasi. Gejala yang paling sering akibatinfeksi virus influenza diantaranya adalah lemah, nyeri otot, batuk dan hidungtersumbat. Apabila penyakit influenza sudah mengenai hampir seluruh populasi disuatu daerah, maka gejala batuk serta demam dalam 48 jam pertama merupakan prediktor kuat seseorang terinfeksi virus influenza. RSV biasanya menyerangorang orang tua yang terutama mendiami panti jompo, pada anak kecil yangmendiami rumah yang sempit bersama keluarganya dan pada tempat penitipananak. Gejala batuk biasanya lebih berat pada pasien dengan bronkitis akut akibatinfeksi RSV (Zambon 2009)Virus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atasseperti rhinovirus, adenovirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut. Gejalayang dominan timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung tersumbat, keluar sekret encer dari telinga (rhinorrhea) dan faringitis (Gonzales, 2008).Bakteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis akut, antara lain,Bordatella pertusis, bordatella parapertusis, Chlamydia pneumoniae danMycoplasma pneumoniae. Infeksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi dilingkungan kampus dan di lingkungan militer. Namun sampai saat ini, perananinfeksi bakteri dalam terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi masih belum pasti, karena biasanya ditemukan pula infeksi virus atau terjadi infeksi campuran(Sidney 2008).Pada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis bahwa bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis dan Haemophilus influenzae mempunyai peranan dalam timbulnya gejala batuk dan produksi sputum. Namun begitu, kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteritersebut dapat mendiami saluran pernapasan atas dan keberadaan mereka dalamsputum dapat berupa suatu koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda infeksiakut (Sidney, 2008).Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai penyebab dan biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Padakeadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliarydefence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari.Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-parumengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksitimbul, akan terjadi pengeluaran mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkandinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalannormal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akanmenghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napasterutama selama ekspirasi.Jalan napas selanjutnya mengalami kolap sdan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis (Melbye, 2009). Pada bronkitis akut akibat infeksi virus, pasien dapat mengalami reduksinilai volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang reversibel. Sedangkan pada infeksi akibat bakteri M. pneumoniae atau C. Pneumoniae biasanya mempunyai nilai reduksi FEV1 yang lebih rendah serta nilai reversibilitas yang rendah pula (Melbye, 2009)

D. MANIFESTASI KLINISGejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan, atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertaigejala berikut ini : Demam, Sesak napas, Bunyi napas mengi atau ngik Rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala gejala infeksi saluran respiratori seperti rhinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3 4 harisetelah rhinitis. Batuk pada mulanya keras dan kering, kemudian seringkali berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan produktif. Karena anak anak biasanya tidak membuang lendir tapi menelannya, maka dapat terjadi gejalamuntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada anak yang lebih besar,keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk serta nyeri dada padakeadaaan yang lebih berat.Karena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dandapat membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahuisecara jelasa karena kurangnya ketersediaanjaringan untuk pemeriksaan. Yangdiketahui adalah adanya peningkatan aktivitas kelenjar mucus dan terjadinyadeskuamasi sel sel epitel bersilia. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalamdinding serta lumen saluran respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen.Akan tetapi karena migrasi leukosit ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus menunjukkanadanya superinfeksi bakteri.Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium awal.Seiring perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar berbagai macamronki, suara napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara kombinasi. Hasil pemeriksaan radiologist biasanya normal atau didapatkan corakan bronchial. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10 -14 hari. Bila tanda tanda klinis menetap hingga 2 3 minggu, perlu dicurigai adanya infeksi kronis. Selain itudapat pula terjadi infeksi sekunder.

E. DIAGNOSISDiagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesa pasienmempunyai gejala batuk yang timbul tiba tiba dengan atau tanpa sputum dantanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold , asma akut,eksaserbasi akut bronkitis kronik dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukanadanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dadadapat terdengar ronki,wheezing , ekspirasi diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah (Sidney, 2008). Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkankemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut: Denyut jantung > 100 kali per menit Frekuensi napas > 24 kali per menit Suhu > 38C Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara napas.Bila keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapatdisingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax (Sidney S.Braman, 2006).Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitisharus ditemukan untuk kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karenasebagian besar penyebabnya adalah virus.Pemeriksaan radiologis biasanya normalatau tampak corakan bronkial meningkat. Pada beberapa penderita menunjukkanadanya penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat. (Sidney, 2008).

F. DIAGNOSIS BANDINGBatuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada commoncold. Common cold sendiri merupakan istilah konvensional dari infeksi saluran pernapasan atas yang ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok dan batuk serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot danlemas. Seringkali common cold dan bronkitis akut memiliki gejala yang sama dansulit dibedakan. Batuk pada common cold merupakan akibat dari infeksi saluran pernapasan atas yang disertai postnasal drip dan pasien biasanya sering berdeham Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawahyang dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab itumempersulit penegakkan diagnosis penyakit ini. (Sidney, 2008).Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan eksaserbasi akut bronkitiskronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam suatu penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu bronkitis akut pada1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh karena kedua penyakit inimemiliki gejala yang serupa, maka satu satunya alat diagnostik adalah denganmengevaluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiriatau merupakan awal dari penyakit kronik seperti asma. (Sidney S,2008).Bronkitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat sembuhsendiri dan bila batuk lebih dari 3 minggu maka diagnosis diferensial lainnyaharus dipikirkan. Pasien dengan riwayat penyakit paru kronik sebelumnya seperti bronkitis kronik, PPOK dan bronkiektasis, pasien dengan gagal jantung dandengan gangguan sistem imun seperti AIDS atau sedang dalam kemoterapi,merupakan kelompok yang beresiko tinggi terkena bronkitis akut dan dalam halini kelompok tersebut merupakan pengecualian. (Sidney 2008).

G. TATALAKSANASuatu studi penelitian menyebutkan bahwa beberapa pasien dengan bronkitis akut sering mendapatkan terapi yang tidak tepat dan gejala batuk yangmereka derita seringkali berasal dari asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik atau common cold. Beberapa penelitian menyebutkan terapi untuk bronkitis akuthanya untuk meringankan gejala klinis saja dan tidak perlu pemberian antibiotik dikarenakan penyakit ini disebabkan oleh virus (Sidney S. Braman, 2006). Pemberian antibiotik Beberapa studi menyebutkan, bahwa sekitar 65 80 % pasien dengan bronkitis akut menerima terapi antibiotik meskipun seperti telah diketahui bahwa pemberian antibiotik sendiri tidak efektif (Linder J, 2007). Pasien dengan usia tua paling sering menerima antibiotik dan sekitar sebagian dari merekamenerima terapi antibiotik dengan spektrum luas (Steinman M, 2008). Tren pemberian antibiotik spektrum luas juga dapat dijumpai di praktek dokter pada umumnya (Steinman M, Landefeld C, Gonzales R,2008).Pada pasien bronkitis akut yang mempunyai kebiasaan merokok, sekitar 90% menerima antibiotik, dimana sampai saat ini belum ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa pasien bronkitis akut yang merokok dan tidak mempunyairiwayat PPOK lebih perlu diberikan antibiotik dibandingkan dengan pasien dengan bronkitis akut yang tidak merokok. Terdapat beberapa penelitian mengenai kegunaan antibiotik terhadap pengurangan lama batuk dan tingkatkeparahan batuk pada bronkitis akut. Kesimpulan dari beberapa penelitian itu adalah pemberian antibiotik sebenarnya tidak bermanfaat pada bronkitis akut karena penyakit ini disebabkanoleh virus (Gonzales R,2009)Dalam praktek dokter diklinik, banyak pasien dengan bronkitis akut yang minta diberikan antibiotik dan sebaiknya hal ini ditangani dengan memberikan penjelasan mengenai tidak perlunya penggunaan obat tersebut dan justru pemberian antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan kekebalan kuman (resistensi) terhadap antibiotik (Snow V, 2009).

Namun begitu, penggunaan antibiotik diperlukan pada pasien bronkitisakut yang dicurigai atau telah dipastikan diakibatkan oleh infeksi bakteri pertusis atau seiring masa perjalanan penyakit terdapat perubahan warna sputum.Pengobatan dengan eritromisin (atau dengan trimetroprim/sulfametoksazol bilamakrolid tidak dapat diberikan) dalam hal ini diperbolehkan. Pasien juga dianjurkan untuk dirawat dalam ruang isolasi selama 5 hari (Sidney S.2008). BronkodilatorDalam suatu studi penelitian dari Cochrane, penggunaan bronkodilator tidak direkomendasikan sebagai terapi untuk bronkitis akut tanpa komplikasi.Ringkasan statistik dari penelitian Cochrane tidak menegaskan adanyakeuntungan dari penggunaan -agonists oral maupun dalam mengurangi gejala batuk pada pasien dengan bronkhitis akut (Hueston WJ, 2008). Namun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis akutdengan gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing , penggunaan bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.Efek samping dari penggunaan -agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar (Smucny J, 2007). Penggunaan antikolinergik oral untuk meringankan gejala batuk pada bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti dan oleh karena itu tidak dianjurkan (Sidney S. 2008). Antitusif Penggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi batuk dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum ditelitisecara sistematis. Dikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan keduaobat tersebut terbukti efektif untuk mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik, maka penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan memilikinilai kegunaan. Suatu penelitian mengenai penggunaan kedua obat tersebut untuk mengurangi gejala batuk pada common cold dan penyakit saluran napas akibatvirus, menunjukkan hasil yang beragam dan tidak direkomendasikan untuk seringdigunakan dalam praktek keseharian (Lee P, 2008) Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kedua obat ini juga efektif dalam menurunkan frekuensi batuk per harinya. Dalam suatu penelitian, sebanyak 710 orang dewasa dengan infeksi saluran pernapasan atas dan gejala batuk, secaraacak diberikan dosis tunggal 30 mg Dekstromethorpan hydrobromide atau placebo dan gejala batuk kemudian di analisa secara objektif menggunakanrekaman batuk secara berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa batuk berkurang dalam periode 4 jam pengamatan (Pavesi L, 2009)Dikarenakan pada penelitian ini disebutkan bahwa gejala batuk lebih banyak berasal dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapiempiris untuk batuk pada bronkitis akut dapat digunakan (Sidney S,2008) Agen mukokinetik Penggunaan ekspektoran dan mukolitik belum memilki bukti klinis yangmenguntungkan dalam pengobatan batuk pada bronkitis akut di beberapa penelitian, meskipun terbukti bahwa efek samping obat minimal (Sidney, 2008). Lain lainAnalgesik & antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. Pada penderita,diperlukan istirahat dan asupan makanan yang cukup, kelembaban udara yangc ukup serta masukan cairan ditingkatkan.

H. PROGNOSISPerjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat ataumengatasi setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang terjadi berasal dari penyakit yang mendasari.

DAFTAR PUSTAKA1. Gonzales R, Sande M. Uncomplicated acute bronchitis. Ann Intern Med 2008;133: 9819914.2. GonzalesR, Brrtlett J, Besser R,et al. Principles of appropriate antibiotic usefor treatment of uncomplicated acute bronchitis: background. Ann Intern Med2009; 134:5215295.3. Gonzales R, Wilson A, Crane L, et al. Whats in a name? Public knowledge,attitude and experiences with antibiotic use for acute bronchitis. Am J Med2009; 108:83856.4. Jonsson J, Sigurdsson J, Kristonsson K, et al. Acute bronchitis in adults.Howclose do we come to its aetiology in generalpractice? Scand J Prim HealthCare. 2008; 15:1561609.5. Lee P, Jawad M, Eccles R. Antitussive efficacy of dextromethorphan in coughassociated with acute upper respiratory infection. J Pharm Pharmacol 2008;52:11391142.6. Melbye H, Kongerud J, Vorland L. Reversible airflow limitation in adultswith respiratory infection. Eur Respir J 2009 7:123912457. .Pavesi L, Subburaj S, Porter Shaw K. Application and validation of acomputerized cough acquisition system for objective monitoring of acutecough. Chest 2009; 120: 11211128.8. Sidney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis :ACCP Evidence-Based Clinical Practice Guidelines. Chest Journal. 2008;129;95S-103S.9. .Snow V, Mottur-Pilson C, Gonzales R. Principles of appropriate antibiotic usefor treatment of acute bronchitis in adults. Ann Intern Med 2009; 134:518 520.10. .Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006. hal 737-740.21. 11. .Zambon M, Stockton J, Clewley J, et al. Contribution of influenza andrespiratory syncytial virus to community cases of influenza like illness: anobservational study. Lancet 2009; 358:14101416