bpkm
TRANSCRIPT
-
BUKU PEDOMAN KERJA MAHASISWA (BPKM)
MODUL PENGINDERAAN
SEMESTER VI TA. 2013/2014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
2
LINGKUP BAHASAN
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Subpokok bahasan Isi Ajaran (content) I Proses
penginderaan normal
1. Anatomi dan histologi organ indera 1.1.
Anatomi dan histologi mata dan organ adneksa mata; telinga luar, tengah, dan dalam; serta organ vestibuler.
Struktur makroskopik dan mikroskopik mata dan adneksanya; telinga luar, tengah dan dalam; serta organ vestibuler.
1.2.
Lokasi dan struktur organ penghidu, dan organ pengecap.
Topografi organ penghidu dan pengecap serta struktur histologiknya.
2. Aspek fisiologi organ indera. 2.1.
Penglihatan
Mekanisme pembiasan cahaya,visus dan refraksi,transmisi impuls cahaya, penglihatan warna.
2.2.
Pendengaran
Mekanisme konduksi mekanik bunyi; proses transduksi energi mekanik menjadi energi listrik; transmisi impuls ke pusat pendengaran; sensasi pendengaran.
2.3.
Keseimbangan
Mekanisme pengaturan keseimbangan, koordinasi dengan organ lain yang berperan dalam keseimbangan.
2.4.
Penghiduan
Mekanisme reseptor olfaktorik, sensasi penghiduan.
2.5 Pengecapan Mekanisme reseptor kecap, sensasi pengecapan.
II Infeksi 1. Mata 1.1. Etiologi: bakteri, virus, parasit (Loa-loa, Onchocerca volvulus, Toxocara, Gnathostoma spirigerum); protozoa (Toxoplasma gondii, Acanthamoeba); Athropoda penyebab infeksi pada mata (Demodex folliculorum, Hylesia sp)
Epidemiologi; daur hidup penyebab; patogenesis; gejala klinis.
1.2. Imunopatologi Respons imun; inflamasi.
1.3. Perubahan struktur Perubahan makroskopik dan mikroskopik pada organ/sistem terkait.
1.4. Patogenesis & patofisiologi Perubahan parameter laboratorium klinik berdasarkan patogenesis & patofisiologi
1.5. Pemeriksaan penunjang Dasar diagnostik. Bahan pemeriksaan. Pemeriksaan radiologik. Pemeriksaan lain/khusus.
1.6. Tata laksana Obat (antimikroba, antiparasit, antijamur, simtomatik) dan Non-obat.
1.7. Kesehatan masyarakat Epidemiologi, faktor lingkungan, gaya hidup dan the 5 level of prevention, kecacatan dan kompensasi akibat kerja.
2. Telinga (luar, tengah, dalam) 2.1. Etiologi Bakteri; virus; jamur
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
3
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Subpokok bahasan Isi Ajaran (content) 2.2. Patogenesis OMSK tipe jinak.
OMSK tipe bahaya.
2.3. Patofisiologi Gangguan pendengaran dan keseimbangan pada OMSK.
2.4. Perubahan struktur Perubahan makroskopik dan mikroskopik telinga dan jaringan sekitarnya.
2.5. Diagnosis
Pemeriksaan penunjang: laboratorik & radiologik.
2.6. Tata laksana Obat dan non-obat.
2.7. Kesehatan masyarakat Epidemiologi, faktor lingkungan, gaya hidup dan 5 level of prevention,
III. Gangguan penglihatan
1. Gangguan refraksi 1.1. Etiologi Faktor genetik dan faktor lingkungan
1.2. Underlying factors Visual hygiene. Nutrisi.
1.3. Patogenesis Perkembangan dan gangguan perkembangan sistem penglihatan.
1.4. Patofisiologi Pembiasan cahaya .
1.5. Diagnosis Gejala dan tanda (anamnesis dan pemeriksaan jasmani). Pemeriksaan refraksi.
1.6. Tata laksana Koreksi optik. Koreksi non-optik.
1.7. Kesehatan Masyarakat Epidemiologi, faktor lingkungan, gaya hidup, the 5 level of prevention, kecacatan dan kompensasi akibat kerja.
IV Penyakit Degeneratif
1. Penyakit degeneratif mata
1.1. Katarak
Pengertian; patogenesis; klasifikasi; tindak diagnostik; tata laksana
1.2. Degenerasi makula Pengertian; underlying factors; gambaran klinis; diagnosis; tatacara rujukan
1.3. Retinopati Pengertian; underlying factors; gambaran klinis; diagnosis; tata cara rujukan
1.4. Kesehatan masyarakat (katarak)
Morbiditas; case finding; program nasional/WHO untuk penanggulangan katarak
1.5. Rehabilitasi Rehabilitasi penglihatan pasca tindakan bedah katarak
2. Penyakit degeneratif telinga 2.1. Presbiakusis
Pengertian; klasifikasi; patogenesis; pemeriksaan; tata laksana
2.2. Presbiastasis Pengertian; klasifikasi; patogenesis; pemeriksaan; tata laksana
V Neoplasma 1.
Mata 1.1. Retinoblastoma Faktor risiko & etiopatogenesis; diagnosis; tata laksana
2. THT 2.1. Karsinoma nasofaring Faktor risiko & etiopatogenesis; skrining; diagnosis; tata laksana
2.2. Neuroma akustik Faktor risiko & etiopatogenesis; diagnosis; tata laksana
VI Penyakit Lain 1. Gangguan sirkulasi cairan mata 1.1. Glaukoma Dinamika cairan bola mata & pemeriksaan tonometri
1.2 Neuritis optik Etiologi; patogenesis/patofisilologi;diagnosis; tata laksana
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
4
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Subpokok bahasan Isi Ajaran (content) obat dan non-obat
2. Gangguan vestibuler 2.1. Kelainan degeneratif
Patogenesis/patofisilologi; faktor risiko; diagnosis; tata laksana
2.2. Gangguan vaskuler Patogenesis; diagnosis; tata laksana obat dan non-obat.
2.3. Infeksi Etiologi; diagnosis; tata laksana obat dan non-obat
VII Kegawat-daruratan
1. Mata 1.1. Trauma tajam mata Gejala dan tanda; tata laksana
1.2. Trauma tumpul mata Gejala dan tanda; tata laksana
1.3. Trauma kimia mata Etiologi; gejala dan tanda; tata laksana
1.4. Central retinal artery occlusion Gejala dan tanda; tata laksana 1.5. Glaukoma akut Gejala dan tanda; tata laksana
2. Telinga 2.1. Trauma tumpul telinga Etiologi; gejala dan tanda; tata laksana
2.2. Benda asing Etiologi; gejala dan tanda; tata laksana
2.3 Sudden deafness Etiologi; gejala dan tanda; tata laksana
10 Penyakit terbanyak THT
01. Otitis media supuratif kronik 06. Rinitis kronis
02. Otitis media efusi 07. Sinusitis 03. Otitis media akut 08. Tonsilofaringitis
04. Tuli konduktif 09. Kanker nasofaring 05. Gangguan keseimbanagn 10. Disfagia
10 Penyakit terbanyak Oftalmologi 01. Katarak 06. Konjungtivitis
02. Glaukoma 07. Keratitis/ulkus kornea
03. Gangguan refraksi 08. Pterigium 04. Retinopati diabetik 09. Peradangan intraokular (uveitis/endoftalmitis)
05. Ablasio retina 10. Lekoria (pada anak)
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
5
RUJUKAN Anatomi 1. Agur AMR, Dalley AF. Grants Atlas of Anatomy. 11th ed. , Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 2005. 2. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone;2005. 3. Marieb EN, Mallat J. Human Anatomy. 3rd ed. San Fransisco: Benjamin Cummings; 2001 4. Snell, R.S. Clinical neuroanatomy for medical students. 5th ed. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 2001.
Histologi 1. Abraham L, Zenbaum K. Sensory organs: Vision and hearing. In: Histology and cell biology, 2nd ed.
Philadelphia:Mosby Inc. on affiliate of Elsevier Inc.; 2007. P.251 90. 2. Gartner LP, Hiatt J. Special sense. In: Concise histology. Philadelphia, USA:W.B. Saunders Company on print of
Elsevier Inc.; 2011. P.304 3023 3. Roos MM, Pawlina W. Eye in histology a text and atlas with correlated cell and moleculer biology. Baltimore:
Lippincott; 2006. P.834 - 87 4. Victor PE. Organs of special senses in diseases atlas of aistology with functional correlations. 11st ed. Baltimore:
Lippincot; 2008. P.491 508 5. Young B, Lowe JS, Stevens A, Heath JW. Special sense organs. In: Wheaters fuctional Histology. A Text and
Color Atlas, 5th ed. Philadelphia:Elsevier; 2006. P.400 - 25 6. Wonodirekso S. Praktikum bola mata dalam Penuntun Praktikum Histologi, Jakarta:Dian Rakyat; P.161-66. 7. Wonodirekso S. Praktikum Telinga dalam Penuntun Praktikum Histologi. Jakarta:Dian Rakyat; P.167-72
Fisiologi 1. Bear MF, Connors BW, Paradiso MA. Neuroscience exploring the brain, 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins. 2007. P. 251-422 2. Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22th ed. CA:Lange Medical publication; 2005. P. 138-91 3. Sherwood L. Human physiology from cells to system, 7th ed. Australia: Brooks/Cole Cengange Learning; 2011. P.
183-236 4. Silverthorn DU. Human physiology: an integrated approach. 5th ed. San Francisco:Pearson Education, Inc.;2010.
P. 333-84
Biokimia 1. Devlin TM. Textbook of biochemistry with clinical correlations. New York: Wiley-Liss;2002.P1002-16 2. Halliwell B, Gutteridge JMC. Free radicals in biology & medicine. 3rd ed. Oxford University Press;1999.P.516-24 3. Voet D, Voet JG. Biochemistry. John Willey & Sons Inc;2004.P. 620-1 4. Murray R, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harpers Illustrated Biochemistry. 26th ed. McGraw Hill Education
(Asia). 2003; P.17 Mikrobiologi 1. Brooks GF, Butel JS, Morse S.A. (eds)., Jawetz, Melnick, and Adelbergs: Medical Microbiology. 24th ed,
international edition. California:Appleton and Lange;2007 2. Tortora GJ, Funke BR., Case CL. Microbiology an Introduction. 9th ed. San Francisco: Pearson. Benjamin
Cummings;., 2007 3. Chin, RL (edited): Diamond MS, Teri, AR. Emergency management of infectious diseases. New York:Cambridge
UP; 2008. P.33 51
Farmakologi 1. Dukes MNG. Meylers side effects of drugs. Amsterdam-Oxford:Excerpta Medica;1975 2. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology, 11th ed. Boston:Mc-Graw-Hill Lange;2009. P.95-126 3. Henderer JD, Rapuano CJ. Ocular pharmacology. In: Brunton LL, Lazo JS, Parker KL, eds. The Pharmalogical
basis of therapeutics, 11th ed, NY: McGraw-Hill; 2006; 1707-37 Patologi Anatomik 1. Underwood JCE (editor). General and Systematic Pathology. 3rd ed. Edinburgh:Churchill- Livingstone;
2000.P.325-60 2. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins Basic Pathology. 7th ed. International edition. Saunders; 2003. P.453-
508 3. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease, 7th ed. Philadelphia:Elsevier
Saunders; 2005. P.787-788, 1421-1447.
Patologi Klinik 1. McPherson RA, Pincus MR. (eds). Henrys clinical diagnosis and management by laboratory methods. 22nd ed. Philadelphia:Elsevier- WB Saunders;2011.P..527-30, 1048-52 2. Baim BJ. Blood cells. Practical guide. 4th ed. Massachusetts:Blackwell;2006. P.20-59
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
6
Ilmu Penyakit Mata 1. Berson FG. Basic ophtalmology for medical students and primary care residents. American Academy of
Ophthalmolgy;1993 2. Vaughan DG. General Ophthalmology, 15th ed. Connecticut:Appleton & Lange; 1999. 3. Binkesmas DepKes. Pedoman usaha kesehatan masyarakat- Penanggulangan kebutaan (UKM-PK) 4. Artini W, Hutauruk J, Yudisianil. Pemeriksaan dasar mata. Jakarta:Badan Penerbit FKUI;2011. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok
1. Soepardi EA, Iskandar N (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok-kepala leher. edisi 6; 2007 2. World Health Organization. Chronic suppurative otitis media burden of illness and management options. Child and
adolescent health and development prevention of blindness and deafness. Switzerland:WHO Geneva;2004
3. Adams GL, Boies LR, Higler PH. Boies fundamentals of otolaryngology. Philadelphia; W.B. Saunders Company;1989.
Radiologi 1. Som PM, Curtain HD. Head and neck imaging, Philadelphia, Mosby. 2004. 2. Departemen Radiologi FKUI/RSCM. Buku ajar radiologi. Jakarta;2006 Neurologi 1. Misbach J, Sitorus F. Dewati. Neuro-oftalmologi. pemeriksaan klinis dan interpretasi. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;
1999 2. Dejong. The neurologic examination. 6th ed. Baltimore:Lippinccott William Wilkins; 2005 3. A victors principles of neurology, 8th ed. McGraw Hill, 2004 4. Lindsay. Neurology and neurosurgical illustrated. Churchil Livingstone, 2007 Ilmu Rehabilitasi Medik 1. Schein JD, Miller MH. Diagnosis and rehabilitation of auditory disorders. In: Kottke, Lehmann. Krusenss
Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. 4th ed. Philadelphia, WB Saunders; 1990. P.935-66 2. Owens RE. Metz DE, Haan A. Comunication disorders a life span perspective. Boston: Allyn and Bacon;200 P.455-
97 3. Allinders JEJ. Sensory Loss: Deafness and blindness. In: Hopkins HL, Smith HD. Williard and Spackmans
Occupational Therapy. Philadelphia: JB Lippincott Company; 1993. P.706-15 Kedokteran Komunitas 1. Colenbrander A. Visual impairment. In: Demeter SL, and Anderson GBJ Editors. Disability Evaluation. Chicago:
Mosby; 2003. P. 495-511 2. Jeyaratnam J, Koh D. Text book of occupational medicine practice. 2nd Ed, Singapore, World Scientific; 2003. 3. Palmer KT, Cox RAF, Brown I. Fitness for work, The medical aspects. 4th Ed. Faculty of Occupational Medicine of
the Royal College of Physicians, Oxford, Oxford University Press. 2007. 4. Sataloff RT. Otolaryngolgical impairment. In: Demeter SL, and Anderson GBJ Editors. Disability Evaluation.
Chicago: Mosby; 2003. P. 512-530 5. PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero). Kumpulan Peraturan Perundangan Program Jamsostek. Jakarta;2007 Kedokteran Forensik dan Medikolegal 1. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. 2. Forensic Pathology, Bernard Knight. 1999 3. Forensic pathology Vincent. Maio. 2001 4. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Cetakan kedua. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1994
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
7
METODE PENGAJARAN
A. METODE PENGAJARAN
Metode pengajaran yang digunakan pada Modul Penginderaan ialah pengajaran aktif (student-centered), menggunakan pendekatan metoda Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Dalam metode ini mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok 12 orang.
Metode Pengajaran meliputi : 1. Orientasi
Materi perkuliahan 44 jam Materi kuliah Modul penginderaan
- Pengantar modul (K-01) 1 jam
- Anatomi penginderaan (K-02) 2 jam - Tinjauan histologis bola mata, alat pendengaran dan
keseimbangan
(K-03) 2 jam
- Fisiologi penginderaan I (K-04) 2 jam
- Fisiologi penginderaan II (K-05) 2 jam - Aspek biokimia mata (K-06) 2 jam
- Gangguan N. II dan keseimbangan (K-07) 2 jam
- Masalah kesehatan mata I (K-08) 3 jam - Masalah kesehatan mata II (K-09) 2 jam
- Penciteraan mata dan telinga (K-10) 2 jam - Aspek patologi alat indera (K-11) 2 jam
- Masalah kesehatan alat pendengaran dan keseimbangan I (K-12) 2 jam
Masalah kesehatan alat pendengaran dan keseimbangan II (K-13) 2 jam - Mikrobiologi penginderaan (K-14) 2 jam
- Penginderaan dan aspek medikolegalnya (K-15) 2 jam - Rehabilitasi penginderaan (K-16) 2 jam
- Farmakologi sistem indera I (K-17) 2 jam - Farmakologi sistem indera II (K-18) 2 jam
- Penginderaan dalam perspektif Kedokteran Komunitas (K-19) 1 jam
- Pengantar KKD Pemeriksaan Mata (K-20) 2 jam - Pengantar KKD Pemeriksaan Telinga dan Keseimbangan (K-21) 2 jam
- Pengantar Praktikum Fisiologi (KP-1) 1 jam - Pengantar Praktikum Parasitologi (KP-2) 1 jam
- Pengantar Praktikum Patologi Klinik (KP-3) 1 jam
Diskusi Kelompok
- Pemicu 1 : 2 kali diskusi kelompok @ 2 jam
- Pemicu 2 : 2 kali diskusi kelompok @ 2 jam
- Pemicu 3 : 2 kali diskusi kelompok @ 2 jam - Pemicu 4 : 2 kali diskusi kelompok @ 2 jam
2. Latihan
a. Keterampilan klinik dasar penginderaan
1. Pemeriksaan Mata (KKD 1) 2 jam 2. Pemeriksaan Telinga (KKD 2) 2 jam
b. Praktikum : 1. Histologi (Pr.H) 2 jam
2. Fisiologi Penginderaan 1 (Pr.F 1) 2 jam 3. Fisiologi Penginderaan 2 (Pr.F 2) 2 jam
4. Patologi Anatomik (Pr.PA) 2 jam
5. Parasitologi + Mikrobiologi (Pr.P-M) 2 jam 6. Patologi Klinik (Pr.PK) 2 jam
7. Farmakologi (Pr.Far) 2 jam
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
8
3. Umpan Balik
a. Laporan praktikum
b. Penilaian diskusi kelompok oleh fasilitator c. Laporan Diskusi Kelompok
B. SUMBER PEMBELAJARAN
Sumber pembelajaran berupa: Buku Teks
Narasumber
Sumber lain seperti jurnal ilmiah, internet, dll.
Pedoman diskusi khusus dan praktikum
C. MEDIA INSTRUKSIONAL Media instruksional yang digunakan:
Tayangan power point Tayangan video pemeriksaan klinis
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
9
SUMBER DAYA Daftar Narasumber Kuliah
Kuliah Topik Narasumber Materi Waktu (jam)
K-01 Pengantar dr. Mitra Handini, M.Biomed Tata laksana modul: prasyarat sampai dengan evaluasi 1
K-02 Anatomi penginderaan dr. Arif Wicaksono, M.Biomed
Anatomi penginderaan
2
1. Mata:
a. Embriologi mata
b. Struktur anatomi mata
c. Struktur asesorius mata
d. Otot-otot ekstrinsik bola mata
e. Jaras visual
2. Telinga:
a. Embriologi telinga
b. Anatomi telinga luar dan tengah
c. Jaras pendengaran dan jaras keseimbangan
3. Jaras penghiduan
4. Jaras pengecapan
5. Jaras asendens (Aferen Sensorik Umum)
6. Saraf kranial (yang terkait mata, telinga, dan lidah)
K-03 Tinjauan histologis bola mata, alat pendengaran dan keseimbangan
dr. Heru Fajar Trianto, M.Biomed
1. Histologi mata
2
a. Histofisiologi kelopak mata
b. Histofisiologi kelenjar lakrimal
c. Histofisiologi bola mata
2. Histologi pendengaran dan keseimbangan
a. Histofisiologi telinga luar
b. Histofisiologi telinga tengah
c. Histofisiologi telinga dalam
K-04 Fisiologi penginderaan I dr. Mitra Handini, M.Biomed
1. Prinsip Faal Indera
2. Penglihatan
a. Sifat-sifat cahaya yang dapat dilihat
b. Proses transmisi cahaya melalui media optik
c. Proses tranduksi cahaya menjadi potensial aksi di retina
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
10
d. Penglihatan warna
e. Pusat-pusat penglihatan
f. Gangguan refraksi mata dan pemeriksaannya
K-05 Fisiologi penginderaan II dr. Willy Handoko, M.Biomed
1. Pendengaran dan keseimbangan
2
a. Sifat-sifat bunyi yang dapat didengar
b. Proses transmisi mekanik bunyi dari telinga luar ke telinga tengah
c. Proses transduksi bunyi menjadi potensial aksi di telinga dalam
d. Peran pusat-pusat pendengaran di Susunan Saraf Pusat
e. Gangguan pendengaran dan pemeriksaan dengan garpu tala
f. Proses transduksi rangsang menjadi potensial aksi di telinga dalam
2. Keseimbangan
a. Rangsang-rangsang untuk keseimbangan
b. Pemeriksaan keseimbangan menggunakan kursi Barany
3. Penghidu
4. Pengecapan
5. Sensorik Umum dan Nyeri
K-06 Aspek biokimia mata dr. Andriani, M.Biomed
Aspek Biokimia Mata
2 1. Metabolisme mata (glikolisis aerob, anaerob, sorbitol pathway, metabolisme galaktosa)
2. Kelainan metabolisme yang menyebabkan gangguan pada mata
3. Pengaruh radikal bebas terhadap mata dan peranan antioksidan
K-07 Gangguan N.II & Keseimbangan pada kelainan intraserebral
dr. An An, M.Sc, Sp.S
1. Gangguan Nervus II & Keseimbangan pada Kelainan Intraserebral
2
2. CVD, stroke
3. Trauma
4. Infeksi akut dan kronis
5. Tumor
6. Epilepsi lobus temporal
7. Migren basilar
8. Neuropati
9. Mielopati
K-08 Masalah kesehatan mata I dr. Muhammad Iqbal, Sp.M, M.Kes
1. Katarak
3 2. Glaukoma
3. Gangguan refraksi
4. Retinopati diabetikum
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
11
5. Ablasio retina
K-09 Masalah kesehatan mata II dr., Liesa Zulhidya, Sp.M
1. Konjungtivitis
2
2. Keratitis/ulkus kornea
3. Pterigium
4. Peradangan intraokular
5. Lekokoria (pada anak)
K-10 Penciteraan mata dan telinga dr. M. Zainuddin, Sp.Rad
1. Pemeriksaan radiologis konvensional orbita dan sinus paranasalis
2 2. Pencitraan bola mata konvensional, USG, CT, MRI
3. Pencitraan OMSK konvensional, CT
K-11 Aspek patologi alat indera dr. Muh. Inam Ilmiawan, M.Biomed 1. Infeksi pada alat indera
2 2. Tumor di alat indera
K-12 Masalah kesehatan alat pendengaran dan keseimbangan I
dr. Noviati, Sp.THT
1. Otitis media supuratif kronik
2
2. Otitis media efusi
3. Otitis media akut
4. Tuli konduktif
5. Gangguan keseimbangan
K-13 Masalah kesehatan alat pendengaran dan keseimbangan II
dr. Noviati, Sp.THT
1. Rhinitis kronis
2
2. Sinusitis
3. Tonsilofaringitis
4. Kanker nasofaring
5. Disfagia
K-14 Mikrobiologi penginderaan dr. Delima Fajar Liana Mikrobiologi Penginderaan 2
K-15 Penginderaan dan aspek medikolegalnya
dr. Edgar Hutajulu
Aspek medikolegal dalam masalah kesehatan penginderaan
2 1. Dasar-dasar aspek medikolegal
2. Dasar-dasar prmbuatan Visum et Repertum
K-16 Rehabilitasi penginderaan dr. Gina Zahara, Sp.KFR
Rehabilitasi penginderaan
2
a. Kebutaan dan gangguan penglihatan
b. Gangguan pendengaran
c. Peranan penglihatan dan pendengaran dalam aktivitas sehari-hari, kegiatan produktif, dan rekreasi
d. Rehabilitasi penginderaan
K-16 Farmakologi sistem indera I dr. Ita Armyanti
Obat-obatan yang memengaruhi organ penginderaan:
2 1. Penglihatan :
a. Etambutol
b. Obat anti kolinergik
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
12
c. Quiinine, chloroquine
2. Pendengaran:
a. Aminoglikosida
b. Loop diuretics
c. Quiinine, chloroquine
3. Pengecap:
a. Disgusia: ACE inhibitors
b. Metallic taste: iron dextran
c. Burning sensation: sublingual glyceryil trinitrate
4. Peraba: Anestetik lokal
K-17 Farmakologi sistem indera II dr. Iit Fitrianingrum Obat-obat topikal untuk mata dan telinga 2
K-18 Penginderaan dalam perspektif Kedokteran Komunitas
Agus Fitriangga, SKM, MKM
1. Masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan penginderaan.
1
2. Aplikasi konsep Epidemiologi khususnya Host-Agent Environment dalam penyelesaian masalah kesehatan penginderaan
3. Pengenalan faktor risiko gangguan penginderaan
4. Penerapan tata laksana komprehensif gangguan penginderaan berdasarkan 5 tingkat pencegahan.
5. Pengenalan penilaian kecacatan, kelaikan kerja, dan kembali bekerja (return to work).
K-19 Pengantar KKD Pemeriksaan Mata
dr. M. Asroruddin, Sp.M Teknik pemeriksaan mata 2
K-20 Pengantar KKD Pemeriksaan Telinga
dr. Noviati, Sp.THT Teknik pemeriksaan telinga 2
KP-1 Pengantar Praktikum Fisiologi dr. Willy Handoko, M.Biomed Penglihatan, pendengaran, dan keseimbangan 1
KP-2 Pengantar Praktikum Parasitologi dr. Syf. Nurul Yanti R.S.A Parasitologi penginderaan 1
KP-3 Pengantar Praktikum Patologi Klinik
dr. Justina Maria, Sp.PK Patologi Klinik 1
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
13
Daftar Narasumber Pleno
Penanggung jawab Praktikum
o Histologi : dr. Heru Fajar Trianto, M.Biomed
o Fisiologi : dr. Didiek Pangestu Hadi
o Mikrobiologi : dr. Delima Fajar Liana o Parasitologi : dr. Syf. Nurul Yanti R.S.A
o PA : dr. Muh. Inam Ilmiawan, M.Biomed o Patologi Klinik : dr. Justina Maria, Sp.PK
o Farmakologi : dr. Ita Armyanti
WAKTU KEGIATAN NARASUMBER DEPARTEMEN
Pleno Pemicu 1
& Rangkuman/Umpan
Balik
dr. Mitra Handini, M.Biomed Fisiologi Medik (Moderator)
dr. Arif Wicaksono, M.Biomed Anatomi Medik
dr. Heru Fajar Trianto, M.Biomed Histologi Medik
dr. M. Asroruddin, Sp.M Ilmu Penyakit Mata
Pleno Pemicu 2 &
Rangkuman/Umpan Balik Pemicu 2
dr. Muhammad Iqbal, Sp.M, M.Kes Ilmu Penyakit Mata
Pleno Pemicu 3 &
Rangkuman/Umpan Balik Pemicu 3
dr. Noviati, Sp.THT Ilmu Penyakit THT
Pleno Pemicu 4 &
Rangkuman/Umpan Balik Pemicu 4
dr. Noviati, Sp.THT Ilmu Penyakit THT
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
14
EVALUASI
Evaluasi dilakukan dalam bentuk ujian tulis, observasi, catatan mahasiswa serta pengisian angket oleh mahasiswa dan fasilitator. Ujian terdiri atas ujian sumatif yang dilakukan sebanyak dua kali, berupa ujian
tulis soal pilihan jamak (SPJ/MCQ), ditambah dengan ujian praktikum, dan ujian praktik keterampilan klinik dasar. Observasi dilakukan dengan bantuan borang untuk menilai aktivitas, argumentasi, interaksi,
sopan santun dalam berkomunikasi dan berdiskusi, serta sikap profesional.
Instrumen EHP
a. MCQ b. Observasi Harian
Evaluasi Hasil Pembelajaran Individu
Ditentukan berdasarkan hasil belajar (pengetahuan) dan proses pendidikan mahasiswa. Kriteria awal untuk mengikuti ujian (Prerequisite)
- Setiap mahasiswa wajib mengikuti sedikitnya 75% kegiatan kuliah dan pleno, 75% kegiatan diskusi kelompok, 100% kegiatan praktikum dan KKD.
Penilaian: 1. Nilai kehadiran : 10%
2. Nilai Tugas : 20% a. Laporan praktikum
b. Laporan Diskusi kelompok c. Penilaian Diskusi Kelompok
d. Tugas lainnya
3. Nilai UTS : 30% a. Ujian Sumatif 1
b. Ujian praktikum 4. Nilai UAS : 40%
a. Ujian Sumatif 2
b. Ujian KKD
Kriteria kelulusan modul: nilai akhir modul minimal 65 (C+)
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
15
KUMPULAN PEMICU
Pemicu 1 Dodo, 20 tahun, seorang calon mahasiswa fakultas kedokteran selalu berangkat ke kampus
menumpang motor teman satu kosnya atau naik kendaraan umum karena ia tidak berani membawa kendaraan sendiri akibat penglihatannya kabur sehingga sulit membaca rambu lalu lintas. Temannya
menyuruh Dodo untuk memeriksakan penglihatannya ke dokter. Di tempat praktik dokter ia diminta
membaca optotipi Snellen. Tajam penglihatan mata kanan tanpa koreksi adalah 6/60 kemudian setelah dikoreksi dengan lensa S -2.00, C -1.00 X 180O menjadi 6/6 sedangkan tajam penglihatan mata kiri tanpa
koreksi adalah 6/60 kemudian setelah dikoreksi dengan lensa S -1.50, C -1.00 X 180O menjadi 6/6. Dodo bercerita kepada dokter bahwa dua tahun yang lalu, kakak laki-laki kandungnya juga mendaftar di
fakultas kedokteran, tetapi tidak lolos saat tes kesehatan karena dinyatakan buta warna. Ia khawatir akan mengalami buta warna seperti kakaknya tersebut.
Pemicu 2 Seorang perempuan berusia 60 tahun mengeluh pandangannya buram perlahan sejak 1 tahun
yang lalu dan semakin lama semakin memberat, ia takut mengalami hal yang sama dengan tetangganya yang matanya dioperasi karena dinyatakan menderita katarak. Ia minta diantar oleh keluarganya untuk
memeriksakan matanya ke rumah sakit. Saat dilakukan pemeriksaan ia mengatakan jika ia juga
mengeluh sering tersandung jika berjalan, dan kadang-kadang mata terasa pegal. Ibu pasien dulu mengalami kebutaan pada kedua mata tapi pasien tidak mengetahui penyebabnya. Dari hasil
pemeriksaan dokter didapatkan visus kedua mata 3/60 tidak terkoreksi, tekanan mata kanan 25 mmHg dan mata kiri 28 mmHg, dan lapang pandangan kedua mata menyempit jika dibandingkan dengan
pemeriksa serta lensa kedua mata keruh ringan dengan shadow test (+), palpebra konjunctiva tampak tenang, korne jernih, bilik mata depan dalam, gambaran iris baik dan pupil bulat dengan refleks cahaya
baik. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan refleks fundus (+) dengan detail tidak dapat dinilai.
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
16
PROBLEM BASED LEARNING :
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (BDM)
A. FALSAFAH DASAR
Sebagai calon ilmuwan, mahasiswa senantiasa wajib menggunakan ilmu pengetahuan dalam menjelaskan terjadinya suatu masalah serta penanggulangannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran
mahasiswa, perolehan ilmu pengetahuan perlu dilatihkan bersama dengan ketrampilan berpikir analitik yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menanggulangi masalah sesuai dengan metode ilmiah
disiplin ilmu tertentu.
Seorang dokter akan senantiasa menanggulangi masalah kedokteran pasien/masyarakat, karena itu
penerapan langkah penanggulangan masalah secara ilmiah perlu menjadi satu kemahiran, di samping pembinaan sikap kepedulian terhadap lingkungan sejak awal. Secara khusus metode belajar berdasarkan
masalah (BDM/PBL) bertujuan memantapkan pembelajaran dengan cara menghubungkan apa yang telah
diketahui mahasiswa dengan pengetahuan baru, yang dapat menunjukkan kesinambungan pengetahuan yang dipelajarinya. Cara pembelajaran ini sebenarnya akan selalu dapat digunakan bahkan setelah
seseorang lulus dari pendidikan dokter, karena seorang dokter senantiasa akan menghadapi masalah, dan melakukan langkah penanggulangan masalah dengan menerapkan ilmu pengetahuan dasar
kedokteran. Pemantapan pembelajaran terjadi kalau mahasiswa dapat mengadakan elaborasi
pengetahuan yang telah dikuasainya.
B. LANGKAH BDM
1. Identifikasi masalah yang terdapat pada pemicu. Istilah yang tidak jelas diklarifikasi. 2. Analisis masalah, yaitu dengan menguraikan kemungkinan faktor penyebabnya.
3. Penyusunan pertanyaan yang berkaitan dengan tiap faktor penyebab yang memerlukan
penjelasan, yang dilanjutkan dengan membuat hipotesis yang sesuai. 4. Menetapkan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab tiap pertanyaan.
5. Menjawab pertanyaan yang sudah dapat dijawab langsung berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki.
6. Untuk pertanyaan yang belum diketahui jawabannya, dilakukan identifikasi sumber pembelajaran
yang sesuai. 7. Belajar mandiri. Hasil belajar mandiri/tugas baca dicatat dalam buku catatan.
8. Menyusun pengetahuan baru berdasarkan berbagai hal yang telah dipelajari (pengetahuan lama dan baru).
9. Langkah BDM dapat diulang seluruhnya atau sebagian sebagaimana dibutuhkan. 10. Mengidentifikasi hal-hal yang belum dipelajari.
11. Merangkum hal-hal yang telah dipelajari.
12. Bila mungkin, menguji pemahaman pengetahuan yang didapat dengan menerapkannya pada masalah lain.
C. PANDUAN UNTUK MAHASISWA
Berdasarkan Langkah BDM dalam butir B, Diskusi dapat dibagi menjadi Diskusi Kelompok-1 (DK-1) untuk penerapan langkah 1 s/d 7, serta Diskusi kelompok-2 untuk penerapan langkah 9 s/d 12.
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
17
Panduan Diskusi Kelompok-1 (DK-1)
1. Untuk setiap diskusi kelompok, pilihlah Ketua dan Sekretaris secara bergilir. 2. Bacalah dengan seksama setiap uraian pemicu. Masing-masing mahasiswa membaca sendiri. 3. Identifikasi berbagai masalah dalam pemicu tersebut. 4. Buatlah analisis masalah, yaitu kemungkinan hubungan antara berbagai isu bila ada, atau
kemungkinan mekanisme yang mendasari berbagai hal yang teridentifikasi di butir (3).
Selanjutnya disusun suatu hipotesis berdasarkan analisis masalah.
5. Susunlah sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai kemungkinan hubungan tersebut, atau yang berkaitan dengan kemungkinan mekanisme yang mendasari hal tersebut
yang Saudara belum ketahui.
6. Urutkan pertanyaan tersebut secara sistematik berdasarkan pertanyaan kunci: apa, mengapa, bagaimana dan seterusnya.
7. Tetapkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjawab tiap pertanyaan. 8. Pilih pertanyaan yang sudah dapat dijawab langsung berdasarkan ilmu pengetahuan yang
Saudara miliki.
9. Untuk pertanyaan yang belum terjawab, rencanakan pencarian jawaban secara mandiri. Jika tugas belajar mandiri dibagi dalam kelompok, setiap pertanyaan sedikitnya dijawab oleh 2-3
mahasiswa.
10. Saudara harus mencatat proses diskusi mulai dari analisis masalah (langkah 3) sampai dengan tugas belajar mandiri (langkah 9).
Belajar mandiri (BM)
Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar mahasiswa secara mandiri, yang dilaksanakan setiap selesai diskusi kelompok. Hasil pencarian dalam belajar mandiri dicatat dalam buku catatan Saudara.
Rujukan yang digunakan dalam belajar mandiri wajib dicantumkan, yang dapat disusun dengan sistem nomor rujukan.
Panduan Diskusi Kelompok-2 (DK-2)
1. Pilihlah Ketua dan Sekretaris Diskusi Kelompok. 2. Tiap mahasiswa melaporkan hasil tugas belajar mandirinya dengan menyebut sumber
bacaannya. Mahasiswa lainnya menyimak dan mencatat seperlunya bila ada yang perlu dibahas.
3. Setelah semua melaporkan hasil tugas baca, dilakukan pembahasan bersama. Dalam pembahasan, kaitkan selalu pembahasan dengan pertanyaannya.
4. Gunakan jawaban yang Saudara peroleh untuk menjelaskan masalah yang teridentifikasi dalam pemicu.
5. Setelah seluruh kegiatan diskusi selesai, seluruh peserta kelompok menyusun/merapikan catatan hasil tugas baca yang dikumpulkan dari masing-masing peserta (rangkuman), dalam buku
catatan masing-masing.
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
18
Pengelola MODUL PENGINDERAAN
Ketua: dr. Mitra Handini, M.Biomed
Wakil Ketua 1 : dr. Ranga Putra Nugraha
Wakil Ketua 2 : dr. M. Asroruddin, Sp.M
Sekretariat Siti Rahmadia, S.E., M.M
-
Buku Pedoman Kerja Mahasiswa (BPKM), Modul Penginderaan, FK Untan, 2013/2014
19
PENYUSUN
MODUL PENGINDERAAN
dr. Mitra Handini, M.Biomed
dr. Rangga Putra Nugraha
dr. M. Asroruddin, Sp.M dr. Arif Wicaksono, M.Biomed
dr. Heru Fajar Trianto, M.Biomed dr. Willy Handoko, M.Biomed
dr. Andriani, M.Biomed
dr. An An, M.Sc, Sp.S dr. Muhammad Iqbal, Sp.M, M.Kes
dr. Liesa Zulhidya, Sp.M dr. M. Zainuddin, Sp.Rad
dr. Muh. Inam Ilmiawan, M.Biomed dr. Noviati, Sp.THT
dr. Delima Fajar Liana
dr. Gina Zahara, Sp.KFR dr. Ita Armyanti
dr. iit Fitrianingrum Agus Fitriangga, SKM, MKM
dr. Syf. Nurul Yanti
dr. Justina Maria, Sp.PK dr. Didiek Pangestu Hadi