blood new

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteremia adalah adanya bakteri dalam peredaran darah. Kondisi ini menyebabkan implikasi klinis yang signifikan ketika berlanjut menjadi infeksi peredarandarah (blood stream infection), sepsis dan syok septik. Implikasi untuk pasien yaitu lama rawat inap yang lebih lama, peningkatan pembiayaan rumah sakit, morbiditas dan mortalitas (Diekema et al., 2003, Salomao et al., 1999, Rodriguez-Creixems et al., 2008). Baku emas diagnosis bakteremia dan sepsis adalah kultur darah (Magadia and Weinstein, 2001). Diagnosis yang cepat dan tepat tentang etiologi beserta profil kepekaan kuman terhadap antibiotika sangat penting untuk keberhasilan penanganan bakteremia dan sepsis. Keterlambatan dalam memberikan antibiotika yang tepat dan adekuat terbukti merupakan faktor risiko independen untuk mortalitas serta dapat menyebabkan resistensi kuman penyebab (Schwaber and Carmeli, 2007, Erbay et al., 2009, Boucher et al., 2009). Kultur darah dan pemeriksaan kepekaan kuman dengan metode standar di RSUP Dr. Kariadi Semarang memerlukan waktu paling cepat tiga hari. Satu hari atau lebih untuk pertumbuhan di botol BACTEC dengan DIII Analis Kesehatan – Laporan Bakteriologi Klinik | 1

Upload: wahyu-saputro

Post on 14-Sep-2015

288 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBakteremia adalah adanya bakteri dalam peredaran darah. Kondisi ini menyebabkan implikasi klinis yang signifikan ketika berlanjut menjadi infeksi peredarandarah (blood stream infection), sepsis dan syok septik. Implikasi untuk pasien yaitu lama rawat inap yang lebih lama, peningkatan pembiayaan rumah sakit, morbiditas dan mortalitas (Diekema et al., 2003, Salomao et al., 1999, Rodriguez-Creixems et al., 2008). Baku emas diagnosis bakteremia dan sepsis adalah kultur darah (Magadia and Weinstein, 2001). Diagnosis yang cepat dan tepat tentang etiologi beserta profil kepekaan kuman terhadap antibiotika sangat penting untuk keberhasilan penanganan bakteremia dan sepsis. Keterlambatan dalam memberikan antibiotika yang tepat dan adekuat terbukti merupakan faktor risiko independen untuk mortalitas serta dapat menyebabkan resistensi kuman penyebab (Schwaber and Carmeli, 2007, Erbay et al., 2009, Boucher et al., 2009).Kultur darah dan pemeriksaan kepekaan kuman dengan metode standar di RSUP Dr. Kariadi Semarang memerlukan waktu paling cepat tiga hari. Satu hari atau lebih untuk pertumbuhan di botol BACTEC dengan mesin BACTEC 9050 (Becton Deckinson Microbiology Systems, Sparks, Md) (Gopi et al., 2011). Satu hari untuk mengisolasi kuman pada media agar darah dan MacConkey, dan satu hari untuk melakukan tes biokimiawi dan tes kepekaan di media Mueller Hinton (Clinical and Laboratory Standards Institute,2010, Clinical and Laboratory Standards Institute, 2007). Hal itu menyebabkan hasil pemeriksaan kultur darah paling cepat bisa didapatkan dalam 3 hari. Terdapat berbagai upaya untuk mempercepat diagnosis kuman beserta kepekaannya, antara lain dengan metode berbasis PCR (Paolucci et al., 2010), tetapi metode ini memerlukan peralatan canggih dan biaya mahal yang belum terjangkau untuk dilakukan di sebagian besar laboratorium mikrobiologi walaupun hasilnya dapat diketahui dalam hitungan jam. Metode alternatif lainnya yaitu dengan pemeriksaan langsung dari botol BACTEC yang positif untuk dilakukan diagnosis kuman dan kepekaan tanpa menunggu isolasi kuman (Barman et al., 2010). Metode langsung ini bisa dilakukan dengan cara manual ataupun dengan mesin (Barman et al., 2010, Lupetti et al., 2010). Upaya ini dapat memberikan hasil satu hari lebih cepat. Kelemahan metode ini adalah hanya bisa digunakan untuk kultur darah yang memperlihatkan hasil morfologi tunggal pada pengecatan Gram. Pada pasien dengan bakteremia oleh polimikroba, metode ini tidak dapat digunakan karena bakteremia polimikroba memerlukan isolasi tiap-tiap kuman pada media agar darah dan MacConkey (Barman et al., 2010).

Langkah untuk mempercepat pelaporan hasil pemeriksaan kepekaan terhadap antibiotika akan membimbing pemberian antibotika yang tepat dan hal ini dapat menghindarkan pemakaian antibiotika yang tidak perlu, mencegah resistensi, menurunkan lama rawat di rumah sakit, serta menurunkan kematian akibat infeksi (Schwaber and Carmeli, 2007, Erbay et al., 2009, Kerremans et al., 2008).Oleh sebab itu sangat penting melakukan pemeriksaan blood culure ini karena dengan melakukan pemeriksaan ini akan diketahui apakah seseorang terinfeksi bakteri atau tidak di dalam darah. Sehingga pengobatan untuk seseorang juga akan cepat dilakukan.B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pembiakan darah ?

2. Apakah tujuan dari pemeriksaan blood culture ?

3. Bakteri apa saja yang terdapat dalam darah ?

4. Bagaimana cara melakukan prosedural pemeriksaan blood culture ?

5. Jelaskan apa saja media yang dibutuhkan dalam pemeriksaan blood culture ?

C. Tujuan1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan pembiakan darah

2. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan blood culture3. Untuk mengetahui bakteri apa saja yang terdapat dalam darah4. Untuk mengetahui cara melakukan prosedural pemeriksaan blood culture5. Untuk mengetahui media yang dibutuhkan dalam pemeriksaan blood cultureD. Batasan MasalahDalam makalah ini, penulis hanya membatasi pada tujuan yang dilakukannya pemeriksaan Blood Culture. Selain dari tujuan tidak akan di bahas dalam laporan ini.E. Manfaat

1. Bagi Instansi

Untuk menambah referensi tentang ilmu bakteriologi sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan benar lagi bakteriologi.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah kemampuan tentang cara melakukan identifikasi dalam pemeriksaan Blood Culture sehingga tidak akan mengalami ketertinggalan zaman yang kian maju

3. Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan tentang Blood Culture sehingga masyarakat senantiasa berhati hati disetiap tindakan keseharianBAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Tentang Bakteremia, Septikemia

Bakteremia adalah suatu gambaran pada beberapa penyakit infeksi, misalnya brucellosis, leptospiro- sis, dan demam tifoid. Bakteremia persisten adalah gambaran infeksi endovaskular, misalnya endo- karditis, aneurisma terinfeksi, dan tromboflebitis . (Vandepitte, 2010).

Bakteremia transien sering menyertai infeksi lokal seperti artritis, bedsores, kolesistitis, enterokolitis, meningitis, osteomyelitis, peritonitis, pneumonia, pyelonefritis, dan infeksi luka 'traumatik atau bedah. Bakteremia transien dapat timbul dari berbagai manipulasi bedah, tetapi biasanya sembuh sendiri pada subjek yang sehat . (Vandepitte, 2010).

Bakteremia dan fungemia dapat disebabkan karena masuknya mikroorganisme secara iatrogenik melalui jalur intravena: melalui cairan intravena yang terkontaminasi, kateter, atau tempat tusukan jarum. Kedua jenis infeksi tersebut dapat terjadi pada pengguna obat intravena dan subjek dengan imunosupresi, mencakup pengidap virus imunodefisiensi manusia/sindrom imonodefisiensi akuisita (HIVIAIDS). Infeksi ini seringkali disebabkan oleh mikroorganisme "oportunistik" dan mungkin mempunyai konsekuensi yang serius (Vandepitte, 2010).

Septikemia adalah istilah klinis yang digunakan pada bakteremia dengan manifestasi klinis infeksi berat, yang meliputi menggigil, demam, malaise, toksisitas, dan hipotensi; bentuk ekstrimnya berupa . renjatan. Renjatan dapat disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh batang Gram-negatif atau kokus Gram-positif (Vandepitte, 2010).

B. Pengambilan sampel darah bakteremia

Sedapat mungkin, pengambilan darah dilakukan sebelum antibiotik diberikan. Waktu terbaik adalah pada saat pasien diperkirakan menggigil atau suhunya naik. Disarankan pengambilan dua atau lebih baik tiga biakan darah dengan selang waktu kira-kira 1 jam (atau kurang jika pengobatan tidak bisa ditunda). Jarang diindikasikan lebih dari tiga biakan darah. Keuntungan biakan berulang adalah (Vandepitte, 2010):

1. Mengurangi kemungkinan terlewatnya suatu bakteremia transien

2. Peran isolat "saprofit" (misalnya, Staphylococcus epidermidis) sebagai patogen dapat dipastikan bila organisme tersebut didapatkan dari beberapa kali pengambilan darah vena.

Spesimen darah untuk biakan hams diambil sebelum memulai terapi antimikroba empiris. Jika perlu, pemilihan antimikroba dapat disesuaikan setelah hasil uji kepekaan didapatkan (Vandepitte, 2010).Penyebab bakteremia atau fungemia yang sering ditemukan diantarnya (Vandepitte, 2010):

1. Organisme Gram-negatif Organisme Gram-positif a. Eschericia coli

b. Klebsiella spp.

c. Enterobacter spp d. Proteus spp. e. Salmonella spp f. Neisseria meningitidis g. Haemophilus influenzae

h. Bacteroides fragilis (anaerob) 2. Organisme Gram-positifa. Staphylococcus aureus

b. Staphytlococcus epidermidis

c. Streptococcus a-haemolyticus (viridans)

d. Streptococcus pneumoniae

e. E. faecalis (grup D)

f. Streptococcus pyogenes (grup A)g. Streptococcus agalactiae (grup B)

h. Listeria monocytogenes

i. Peptostreptococcus spp. (anaerob)Oleh karena jumlah bakteri per mililiter darah biasanya rendah, jumlah darah yang diambil harus cukup banyak: 10 m1 tiap pungsi vena untuk orang dewasa; 2-5 m1 mungkin mencukupi untuk anak, yang biasanya mempunyai tingkat bakteremia yang lebih tinggi; untuk bayi dan neonatus, 1-2 m1 seringkali merupakan volume maksimal yang bisa diperoleh. Untuk tiap pungsi vena hams digunakan dua tabung: tabung pertama adalah tabung berventilasi untuk isolasi optimal mikroorganisme obligat aerob, tabung kedua yang kedap udara untuk biakan anaerob (Vandepitte, 2010).C. Beberapa hal dalam melakukan pemeriksaan blood culture (Vandepitte, 2010).

1. Antikoagulan

Penggunaan natrium polianetol sulfonat (SPS) sebagai antikoagulan dianjurkan karena SPS juga menghambat efek antibakteri serum dan fagosit. Jika darah langsung ditambahkan ke dalam kaldu dengan volume cukup (50 ml) dan dicampur dengan seksama untuk mencegah pembekuan, antiko- agulan tidak diperlukan. Dianjurkan semua rumah sakit dan pusat kesehatan yang besar menyediakan botol biakan darah. Jika botol biakan darah tidak tersedia, darah dapat dibawa ke laboratorium dalam tabung yang mengandung larutan antikoagulan steril (sitrat, heparin, atau SPS). Begitu diterima di laboratorium, bahan darah yang demikian harus segera dipindahkan ke botol biakan darah menggunakan teknik aseptik yang ketat.

2. Pemilihan media kaldu

Kaldu biakan darah dan tryptic soy broth (TSB) seharusnya mampu mendukung pertumbuhan semua bakteri yang penting secara klinis.

3. Jumlah kaldu

Idealnya, darah harus dicampur kaldu dengan volume 10 kali lipatnya (5 ml darah dalam 50 ml kaldu) untuk mengencerkan antibiotik yang ada dan mengurangi efek bakterisidal serum manusia.

4. Botol biakan darah

Harus digunakan botol biakan darah (125 ml) dengan tutup ulir yang telah dilubangi sebelumnya serta diafragma karet. Isilah botol dengan 50 ml media, lalu longgarkan tutup ulir setengah putaran. Tutuplah tutup botol dengan kertas aluminium berbentuk bujursangkar dan autoklaf botol tersebut selama 20 menit pada suhu 120"C . Segera setelah diautoklaf, selagi botol dan media masih panas, kencangkan tutupnya tanpa melepas kertas aluminium (jika tidak, tutupnya akan menjadi tidak ste- ril). Saat media mendingin, akan tercipta kedap udara sebagian di dalam botol, yang akan memudah- kan injeksi bahan darah melalui diafragma.

Bagian atas tutup hams didesinfeksi dengan cermat, tepat sebelum botol diinokulasi.Sebelum distribusi dan sebelum dipakai, semua botol biakan darah hams diperiksa kejernihannya dengan cermat. Media yang keruh jangan digunakan.

Jika dicurigai adanya bakteri obligat aerob (Pseudornonas, Neisseria) atau sel ragi, botol harus diberi ventilasi segera setelah diterima di laboratorium, dengan memasukkan jarum yang disumbat kapas melalui diafragma yang telah didesinfeksi. Jarum dapat dicabut begitu tekanan dalam botol mencapai tekanan atmosfer. Botol biakan darah komersialsering kali juga mengandung karbon dioksida, yang mempunyai efek merangsang pertumbuhan.

Di negara-negara tempat brucellosis sering ditemukan, dianjurkan untuk menggunakan botol biakan darah bifasik dengan fase kaldu dan fase agar padat miring pada salah satu permukaan botol yang datar (botol Castaneda) untuk membiakkan Brucela spp. Keberadaan karbon dioksida diperlukan untuk isolasi sebagian besar galur Brucela abortus.

5. Waktu Inkubasi

Botol biakan darah harus diinkubasi pada suhu 35-37" C dan diperiksa secara rutin dua kali sehari (setidaknya 3 hari pertama) untuk melihat tanda-tanda pertumbuhan bakteri. Biakan yang steril biasanya menunjukkan selapis endapan eritrosit yang tertutup oleh kaldu kuning muda yang tembus pandang. Adanya pertumbuhan ditandai oleh:

a. Endapan flokular di atas lapisan darah

b. Kekeruhan yang merata atau di bawah permukaan

c. Hemolisis

d. Penggumpalan kaldu

e. Pelikel di permukaan

f. Produksi gas

g. Bulir-bulir putih pada permukaan atau dalam lapisan darah.

Jika tampak pertumbuhan yang kasat mata, botol harus dibuka secara aseptik, ambil sedikit kaldu dengan sengkelit steril atau pipet Pasteur, dan periksa sediaan hapus yang dipulas Gram untuk me- lihat adanya mikroorganisme.

Subkultur dilakukan dengan menggurat satu sengkelit penuh pertumbuhan pada media yang sesuai:

a. Untuk batang Gram negatif: agar Macconkey, Kligler iron agar, media motilitas-indol-urease (MIU), agar Simmons sitrat

b. untuk batang Gram negatif kecil: agar darah

c. untuk stafilokokus: agar darah, mannitol salt agar

d. untuk streptokokus: agar darah dengan cakram' optochin, basitrasin, dan cakram tellurite, agar darah domba untuk uji CAMP, serta agar bile-aesculin.

Untuk pemeriksaan rutin, tidak perlu melakukan inkubasi biakan darah lebih dari 7 hari. Dalam beberapa kasus, inkubasi dapat diperpanjang 7 hari lagi, misalnya jika dicurigai terdapat Brucella atau organisme sulit tumbuh (fkstidious) lainnya, pada kasus-kasus endokarditis, atau jika pasien telah mendapat antimikroba.

6. Subkultur buta dan biakan akhir

Beberapa mikroorganisme dapat tumbuh tanpa menimbulkan kekeruhan atau perubahan kaldu yang kasat mata. Organisme lain, misalnya pneumokokus, cenderung mengalami autolisis dan sangat cepat mati. Oleh karena itu, beberapa laboratorium melakukan subkultur rutin pada agar coklat setelah inkubasi 18-24 jam. Subkultur buta dapat dilakukan pada akhir masa inkubasi 7 hari, dengan memindahkan beberapa tetes biakan darah yang telah dicampur rata (menggunakan pipet Pasteur steril) ke dalam tabung berisi kaldu thioglikolat, yang kemudian diinkubasi dan diobservasi selama 3 hari.

7. Antibiogram

Jika dicurigai adanya stafilokokus atau batang Gram negatif, waktu yang berharga dapat dipersingkat dengan melakukan antibiogram langsung yang tidak baku, menggunakan kaldu yang positif sebagai inokulum. Lidi kapas steril dicelupkan ke dalam kaldu yang keruh, cairan berlebih diperas, dan lidi kapas digunakan untuk menginokulasi media Mueller-Hinton sesuai dengan metode yang baku (lihat hal. 102). Pembacaan awal sering kali dapat dilakukan setelah inkubasi selama 6-8 jam. Pada r 95% kasus, hasil yang diperoleh dengan cara ini sesuai dengan hasil dari uji yang telah baku.

8. Pencemar

Pencemaran biakan darah dapat dihindari dengan persiapan kulit yang cermat dan mengikuti prose- dur aseptik secara ketat untuk inokulasi dan subinokulasi. Walaupun demikian, bahkan dalam kondisi ideal sekalipun, pada 3-5% biakan darah, tumbuh "pencemar" yang berasal dari kulit (S. epidermidis, I! acnes, Clostridium spp., difteroid) atau dari lingkungan (Acinetobacter spp., Bacillus spp.). Meski- pun begitu, organisme demikian dapat sesekali bertindak sebagai patogen dan bahkan menyebabkan endokarditis. Infeksi yang sesungguhnya harus dicurigai pada keadaan-keadaan berikut ini:

a. Jika organisme yang sama tumbuh dalam dua botol spesimen darah yang sama

b. Jika organisme yang sama tumbuh pada biakan yang berasal dari lebih dari satu spesimen

c. Jika pertumbuhannya cepat (dalam 48 jam)

d. Jika isolat yang berbeda dari satu spesies menunjukkan biotipe dan profil kepekaan antimikroba yang sama.

Semua hasil biakan hams dilaporkan kepada klinisi, termasuk pencemar yang terduga. Walaupun demikian, tersangka pencemar tidak perlu dilakukan antibiogram, dan keterangan yang sesuai harus dibuat pada lembar laporan, misal Propionibacterium acnes (komensal kulit), Staphylococcus epider- midis (kemungkinan pencemar). Untuk kepentingan semua pihak terkait, perlu dibina komunikasi yang baik antara dokter dan petugas laboratorium.

Identifikasi dua atau lebih organisme dapat menunjukkan suatu bakteremia polimikrobial yang dapat ditemukan pada pasien yang lemah (debilitated), tetapi dapat pula disebabkan oleh pencemar. Bakte- remia "anaerob" sering disebabkan oleh patogen multipel; misalnya, satu atau lebih kuman anaerob . dapat disertai satu atau lebih kuman aerob pada bakteremia fulminan berat yang menyertai trauma berat atau pembedahan yang melibatkan usus besar.

BAB III

METODOLOGIA. Tempat Praktikum

: Laboratorium Media dan Bakteriologi

B. Waktu Praktikum

: 08 April 2015C. Alat & BahanAdapun alat yang digunakan untuk pemeriksaan Blood Culture yaitu : ose bulat, ose jarum, rak tabung, korek api, lampu spirtus.

Berikut ini adalah bahan yang digunakan pada pemeriksaan Blood Culture yaitu : darah anti koagulan, media TSB, media BAP, media MCA, biokimia reaksi. D. Prosedur & Skema Kerja

1. Prosedur :a. Hari PertamaDarah anti koagulan sebanyak 7-10 ml 1/2 volume di tanam pada media TSB(Trypticase Soy Broth) / HIB (Heart Infussion Broth) untuk diinkubasi secara aerob dan 1/2 volume di tanam pada media Thiogly cholate Broth untuk diinkubasi secara anaerob.b. Hari Kedua

1) Melakukan pengecetan dari hasil pertumbuhan media TSB (Trypticase Soy Broth)2) Jika tidak ada pertumbuhan , inkubasi 37C 24 jam dalam suasana aerob jika ada pertumbuhan. 3) Coccus gram positif Tanam pada media BAP di inkubasi 37C 24 jam suasana aerob. Selanjutnya seperti pada identifikasi kuman coccus gram positif. 4) Coccus gram negativeTanam pada media BAP di inkubasi 37C 24 jam. Satu media pada suasana aerob dan satunya pada suasana fakultatif anaerob / CO2 5-10%. 5) Batang gram positif Bila ukurannya besar Maka ditanam pada media BAP plate, media semi solid, media penicilia, di inkubasi 37C 24 jam dalam suasana aerob ( Curiga B, anthraxis )Bila ukurannya kecil Maka ditanam pada media Thyoglicolate, cooked meat, media inkubasi 37C 24 jam dalam suasana aerob (curiga kuman gas gangrene)6) Batang gram negative

Ditanam pada media diferensial (Mac Conkey ) dan media selektif (SS agar) inkubasi 37C 24 jam dalam suasana aerob (curiga kuman enterobaktericeae) selanjutnya seperti identifikasi kuman golongan enterobaktericeae.

c. Hari Ketiga1) Jika setelah inkubasi 2 x 24 jam tetap tidak ada pertumbuhan ( dilihat dengan pengecatan ) dilakukan inkubasi lagi observasi tiap hari, jika sampai hari ke-10 tidak ada pertumbuhan , maka tanam pada 2 media plate inkubasi 37C 24 jam dalam satu suasana aerob dan yang satu lagi dalam suasana fakultatif anaerob ( CO2 10 % ) jika sampai tiap minggu tetap tidak ada pertumbuhan maka darah diidentifikasi sesuai dengan hasil pengecatan gram .

2) Mengevaluasi hasil penanaman pada media-media

3) Coccus gram negative

Pada BAP perhatikan sifat koloni , bentuk koloni dan hemolisa, lakukan pengecatan gram dan penanaman pada media CAP dan CAS di inkubasi 37C 24 jam suasana (CO2 10 % )4) Batang gram positifKuman ukuran besar lakukan evaluasi pada BAP sifat bentuk koloni dan hemolisa. Lakukan pemgecetan gram can scafer fulton, dari media semisolid dilihat pergerakan dan dari media penelitian dilihat adanya bentukan seperti rangkaian mutiara. Kemudian dilakukan penanaman pada media NAS di inkubasi 37C 24 jam dalam suasana aerob. Kuman ukuran kecil Lakukan evaluasi pada media BAP, sifat, bentuk koloni, dan sifat hemolisa, lakukan pengecatan scafer fultondan gram Dari media cooked meat dan thyoglicolate dilakukan evaluasi , dilihat pertumbuhan yang terjadi kemudian BAP dilakukan penanaman pada media NAS di inkubasi 37C 24 jam dalam suasana aerob. d. Hari Keempat

1) Coccus gram negative

Dari hasil penanaman pada media CAP dan CAS dilakukan pengecatan gram. Bila hasilnya tetap coccus gram negative pada CAP ditetesi dengan para amino dimetil HCl 1% , bila positif , maka koloni yang membentuk oksidasi mula-mula membentuk warna merah muda kemudian merah dan akhirnya hitam. Dari CAS dilakukan penanaman media gula-gula untuk melihat reaksi fermentasi yaitu pada media I glukosa, sakarida, maltosa, laktosa inkubasi 37C 24 jam dalam suasana fakultatif anaerob CO2 10 %.2) Kuman batang gram positif

Kuman ukuran besar dari NAS dilakukan penanaman pada gula-gula maltosa , manosa dan sakarose inkubasi 37C 24 jam dalam suasana aerob.

e. Hari Kelima1) Coccus gram negative

Mengevaluasi hasil penanaman pada media gula-gula dari hasil test yang dilakukan dapat diambil kesimpulan spesies kuman Neiseria yang diketemukan.2) Batang gram positif Kuman ukuran besar : mengevaluasi hasil penanaman pada media gula-gula , kemudian dari hasil tes-tes yang dilakukan diambil kesimpulan , dicurigai adanya kuman golongan Clostridium ditemukan.

E. Skema :

Darah 7-10 ml

AEROB

ANAEROB

TCBS/HIB

Thioglycholate

Inkubasi 37C 24 jam

Inkubasi 37C 24 jam

Dipertahankan dalam

Jika tampak terjadi perubahan

Inkubasi 1-10 hari

warna ditanam pada media BAP

MC

BAP

Inkubasi dalam

Inkubasi 37C24 jam Inkubasi 37C24 jam 1. Anaerobic jar

2. Candle jar

Pewarnaan gram Pewarnaan gram Inkubasi 37C 24 jam

Batang gram (-)

Coccus gram (+)

Pewarnaan Gram

Laktosa (-) Laktosa (+)MSA dan NAS

Inkubasi 37C24 jam Biokimia Reaksi KIA

KIA

Untuk bakteri aerob/

Ink37C24 jam Ink37C24 jam 1. Tes katalase anaerob

2. Tes koagulase

Biokim

Biokim3. Pigmentasi

4. Fermentasi

Identifikasi

IdentifikasiBAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Media TSB

: Terjadi kekeruhan2. Media Cookmeat

: Terjadi kekeruhan3. Media BAP aerob - anaerob: Bentuk : Bulat

Warna: Putih

Hemolisa; Betha

Tepi

: Rata

Permukaan: Cembung

4. Media MCA

: Bentuk : Bulat Warna: Jernih

Fermentasi: Laktosa Konsistesi: Mucoid

Tepi

: Rata

Permukaan: Cembung5. Media Biokimia Reaksi (lampiran)6. Media MSA

: Koloni: Kecil Tepi

: Rata

Permukaan : Cembung

Fermentasi: Manitol

Warna: Putih7. Media NAS

: Koloni: Kecil

Warna: Putih Pigmen: Kuning

Permukaan: Cembung

Tepi

: Rata

B. PembahasanDari pemeriksaan blood culture yang telah dilakukan diketemukan bakteri Pseudomonas dan Staphlococcus albus. Kuman Pseudomonas pada tidak dapat memfermentasi karbohidrat menjadi asam yang terdapat pada media gula gula sehingga pada media gula gula ini akan negatif dalam testnya. Pada media indol tidak dapat memecah asam amino triptophan menjadi indol dengan bantuan enzim triptophanase sehingga pada media indol memberikkan hasil yang negatif. Kemudian pada media MR memberikan hasil negatif karena tidak dapat memfermentasi glukosa fosfat menjadi asam campur sehingga meskipun diberikan reagen MR tidak akan terbentuk cincin berwarna merah. Dan pada media VP juga tidak bisa memfermentasi glukosa fosfat menjadi acetoin, sehingga test pada media ini dengan KoH dan Alfa naftol tidak akan terbentuk cinci merah. Pada media motil memberikan hasil yang positif adanya kabut pada sekitar tusukan karena pada dasarnya kuman ini memiliki flagel polar. Pada media urea kuman ini tidak dapat menghidrolisa urea menjadi NH3 dan CO2 sehingga pada test ini hasilnya negatif. Sedangkan pada media citrat kuman ini dapat menggunakan citrat sebagai karbon tunggal atau hidrat arang, sehingga test media citrat menjadi positif terbentuk warna biru prussian.Sedangkan pada media KIA memfermentasi glukosa dan lactosa menjadi basa yang berwarna merah dengan gas dan H2S negatif

Pada media Centrimid, PAP dan PAF kuman ini akan menghasilkan pigmen dan pigmen akan disebarkan menyeluruh di medium pertumbuhan. Dimana pigmen yanag dihasilkan bisa berwarna pyocyanin dan flouresens. Sedangkan pada media MCA membentuk koloni yang halus dan jernih dengan fermentasi lactosa negatif.

Sedangkan kuman Staphylococcus albus pada media BAP membentuk koloni kecil berwarna putih. Dimana bakteri Staphylococcus dapat menghemolisa sel darah merah sehingga terbentuk zona hemolisa berwarna jernih. Kemudian ketika dilakukan pewarnaan Gram akan berwarna ungu karena Gram positif dan berbentuk coccus. Kuman ini pada media MSA pada Staphylococcus albus dapat memfermentasi manitol menjadi asam akan tetapi sebagian saja.BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dari pemeriksaan Blood culture diketemukan bakteri Pseudomonas dan Staphylococcus albusB. Saran1. Sebaiknya praktikan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebelum melakukan pemeriksaan.

2. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SOP yang diberikan.3. Jagalah kebersihan dalam melakukan praktikum yang ada.

4. Lakukan penanamaan kuman dalaam inkas untuk mengurangi kontaminasi

5. Selalu jaga kesterilan media yang digunakan agar memudahkan ketika melakukan identifikasi

DAFTAR PUSTAKABarman, P., Sengupta, S. & Singh, S. 2010. Study of a novel method to assist in early reporting of sepsis from the microbiology laboratory. J Infect Dev Ctries, 4, 822-7.Diekema, D. J., Beekmann, S. E., Chapin, K. C., Morel, K. A., Munson, E. & DOERN, G. V. 2003. Epidemiology and outcome of nosocomial and community-onset bloodstream infection. J Clin Microbiol, 41, 3655-60.Gopi, A., Ambarish, K., Shwethalatha, N., Shree, S., Ashwini, K. & Arpita, S. 2011. Time to Positivity of Microorganisms with BACTEC 9050: An 18-month Study Among Children of 28 Days to 60 Months in an South Indian Tertiary Hospital. Intl J Microbiol Res, 2, 12-17.

Magadia, R. R. & Weinstein, M. P. 2001. Laboratory diagnosis of bacteremia and fungemia. Infect Dis Clin North Am, 15, 1009-24.

Schwaber, M. J. & Carmeli, Y. 2007. Mortality and delay in effective therapy associated with extended-spectrum beta-lactamase production in Enterobacteriaceae bacteraemia: a systematic review and meta-analysis. J Antimicrob Chemother, 60, 913-20.Vandepitte dkk, 2010. Prosedur Laboratorium Dasar Untuk Bakteriologis Klinis Edisi 2. Jakarta : EGCLAMPIRAN DOKUMENTASI PEMERIKSAAN

Hasil pertumbuhan kuman Staphylococcus albus pada media BAP, MSA dan NAS

Gambar di atas adalah media MCA yang ditumbuhi kuman Pseudomonas

Gambar di atas adalah gambar media biokimia reaksi yang telah ditumbuhi kuman Pseudomonas

LAMPIRAN

PEMBUATAN MEDIA PADA PEMERIKSAAN BLOOD CULTURE1. Media MCA

a. Perhitungan :

100 ml untuk 6 plate

Jadi 100/6 x 6 plate = 100 ml

Standart 50/1000 x 100 = 5 gram

b. Cara pembuatan :

Ditimbang agar sebanyak 5 gram

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 ml

Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 100 ml

Dipanaskan di api bunsen

Di pH

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Keluar dari autocave dituang ke 6 plate yang telah disterilkan di oven

Tunggu beku dan simpan di kulkas

2. Media BAP

a. Perhitungan :

Pelarut : 100/8 x 12 plate = 150 ml aquadest

Agar

: 40/1000 x 150 = 6 gram

Darah

: 7/100 x 150 = 10,6 ml

b. Cara pembuatan :

Ditimbang agar sebanyak 6 gram

Sesembari itu sterilkan erlenmeyer dan 3 kelereng dalam oven

Media agar dilarutkan

Diautoclave 120 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Sampling golongan darah O sebanyak 10,6 ml

Dimasukkan dalam erlenmeyer steril yang berisi 3 kelereng

Diputar angka 8 untuk memisahkan fibrin

Setelah adar hangat hangat kuku darah dituang ke media agar

Dihomogenkan

Dituang ke 12 plate steril

Ditunggu beku dan disimpan di kulkas

3. Media Indol

a. Perhitungan :

Untuk 6 tabung @2,5 ml = 15 ml

Untuk pelarut gula gula = 3 x 5x 6 = 120 ml

Total ml yang dibuat adalah 135 ml

Pepton 25,5/1000 x 135 ml = 3,4 gram

NaCl 5/1000 x 135 ml = 0,7 gram

b. Cara pembuatan :

Ditimbang pepton sebanyak 3,4 gram dan NaCl sebanyak 0,7 gram

Dimasukkan dalam beakerglass 200 ml

Dilarutkan dengan diaduk atau dengan menggunakan magnetik steerer selam beberapa menit hingga larut

Di pH

Diambil 120 ml sebgai pelarut media gula gula

Dituang sisanya sebanyak 15 ml ke 6 tabung khan

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Keluar dari autoclave pembungkus diganti dan disimpan di dalam kulkas

4. Gula gula

a. Perhitungan :

Pertabung sebanyak 4 ml jadi 6 x 4 = 24 ml

Standart 1 /100 x 24 = 0,2 gram

BTB 1/100 x 24 = 0,24 ml

b. Cara pembuatan :

Ditimbang masing masing media gula gula sebanyak 0,14 gram

Dimasukkan pada beakerglass 100 ml yang telah berisi dengan BTB sebanyak 0,24 ml

Dituangkan ke beakerglass yaitu pelarutnya atau indol sebanyak 24 ml

Diaduk hingga homogen

Di pH

Dituang pada tabung khan yang didalamnya telah berisi tabung durham dalam posisi terbalik masing masing 4 ml

Ditutup dengan kapas

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Diganti pembungkusnya dan disimpan di kulkas

5. Media VP / MR

Perhitungan :

Masing masing tabung adalah 4 ml

Untuk media VP 4 x 6 = 24 ml

Untuk media MR 4 x 6 = 24 ml

Total yang dibuat adalah 48 ml

Standart 17/1000 x 48 ml = 0,8 gram

a. Cara pembuatan :

Ditimbang media VP atau MR sebanyak 0,8 gram

Dimasukkan dalam beakerglass 100 ml

Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 48 ml

Diaduk hingga homogen

Di pH

Dituang pada tabung khan sebanyak 4 ml masing masing

Ditutup kapas dan dibunghkus

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Diganti pembungkusnya dan disimpan di kulkas

6. Media Urea

a. Perhitungan :

Untuk 6 tabung @2,5 ml, jadi 6 x 2,5 ml = 15 ml

Base medium 21/1000 x 15 ml = 0,4 gram

Urea 2/100 x 15 = 0,3 gram

b. Cara pembuatan :

Disterilkan spatel, erlenmeyer, dan tabung khan di oven

Ditimbang base medium 0,4 gram dalam erlenmeyer yang tidak disterilkan

Ditambahkan aquadest 15 ml

Dipanaskan di api bunsen dan tunggu hingga larut

Di pH

Dibungkus dan ditutup kapas

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Ditimbang urea 2 % sebanyak 0,3 gram yang dilakukan secara steril dengan lampu spirtus yang menyala spatel,erlenmeyer dan tabung khan yang steril pula

Dituangkan base medium setelah dari autoclave

Dihomogenkan

Dituang pada 6 tabung khan yang steril masing masing 2,5 ml

Dimiringkan penuh selagi masih panas

Ditunggu dingin

Disimpan di kulkas

7. Media KIA

a. Perhitungan :

Untuuk 6 tabung @ 4 ml jadi 24 ml

Standart 55/1000 x 24 = 1,3 gram

b. Cara pembuatan :

Ditimbang media KIA sebanyak 1,4 gram

Dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml

Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 24 ml

Dipanaskan di api bunsen tunggu hingga larut dan di pH

Dituang pada tabung khan @4 ml

Dibungkus dan ditutup kapas

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Dimiringkan dengan membentuk lereng dan dasar setelah keluar dari aotoclave

8. Media Citrat

a. Perhitungan :

Untuk 6 tabung @ 2,5 ml jadi 15 ml

Standart 22,5/1000 x 15 ml = 0,3 gram

b. Cara pembuatan :

Ditimbang media Citrat sebanyak 0,3 gram

Dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml

Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 15 ml

Dipanaskan di api bunsen tunggu hingga larut dan di pH

Dituang dalam tabung khan @2,5 ml

Dibungkus dan ditutup kapas

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Dimiringkan dengan membentuk lereng dan dasar setelah keluar dari aotoclave

9. Media Motil

a. Perhitungan :

Untuk 6 tabung @ 4ml jadi 24 ml

Pepton 25,5/1000 x 24 = 0,6 gram

NaCl 5/1000 x 24 = 0,2 gram

Agar 4/1000 x 24 = 0,1 gram

b. Cara pembuatan :

Ditimbang pepton sebanyak 0,6 gram, NaCl sebanyak 0,2 gram dan Agar sebanyak 0,1 gram

Dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml

Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 24 ml ml

Dipanaskan di api bunsen tunggu hingga larut dan di pH

Dituang pada tabung khan @4 ml

Dibungkus dan ditutup kapas

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Ditunggu beku dan diganti bungkusnya dan disimpan di kulkas

10. Media NAS

a. Perhitungan :

Pelarut : 7ml x 6 tabung = 42 ml

Media NAS: 20/1000 x 42 ml = 0,8 gram

b. Cara pembuatan :

Ditimbang media NAS sebanyak 0,8 gram

Dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml

Ditambahkan aquadest 42 ml

Dipanaskan hingga larut

Dituang pada tabung reaksi @7 ml

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Dimiringkan penuh

11. Media MSA

a. Perhitungan :

Pelarut : 5 x 6 plate = 30 ml

Media MSA: 108/1000 x 30 ml = 3,2 gram

b. Cara pembuatan

Ditimbang media MSA 3,2 gram

Dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml

Ditambahkan aquadest 30 ml

Dipanaskan di api bunsen hingga larut

Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm

Dituang ke 6 plate diameter 5 cm

Ditunggu beku

DIII Analis Kesehatan Laporan Bakteriologi Klinik | 1