blood promise bahasa indonesia chapter 1-2

21
duestinae89.blogspot.com translate by Enoey duestinae89.blogspot.com

Upload: duestinae89

Post on 01-Jul-2015

208 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com

translate by Enoey

duestinae89.blogspot.com

Page 2: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com

Prolog SAAT AKU DUDUK di kelas sembilan, aku harus menulis sebuah laporan mengenai sebuah puisi. Satu dari barisnya berbunyi, “Jika matamu tidak terbuka, kau tidak akan pernah tahu bedanya bermimpi dan bangun.” Puisi ini sama sekali tidak berarti apa-apa bagiku saat itu. Apalagi, ada seorang cowok yang aku suka di kelas, jadi bagaimana mungkin aku bisa berharap untuk bisa memperhatikan pelajaran analisis sastra? Sekarang, tiga tahun kemudian, aku sangat memahami apa maksud puisi itu sebenarnya. Sebab akhirnya, kehidupanku benar-benar terlihat seperti berada di tepian curam mimpi. Ada beberapa hari dimana aku merasa aku sudah terbangun dan menemukan kalau apa yang baru saja terjadi dalam hidupku tidak benar-benar terjadi. Pastinya aku adalah seorang putri dalam tidur yang mempesona. Beberapa hari kemudian, mimpi ini – bukan, mimpi buruk – akan berakhir, dan aku akan mendapatkan pangeranku hingga mendapatkan akhir yang bahagia. Tapi tidak ada akhir yang bahagia yang bisa ditemukan, paling tidak, tidak ada pada masa depan yang sudah bisa ditebak. Dan pangeranku? Sebenarnya, ceritanya panjang. Pangeranku sudah berubah menjadi vampir – seorang Strigoi secara spesifik. dalam duniaku, ada dua jenis vampir yang tinggal dalam kerahasiaan dari manusia. Moroi adalah vampir yang hidup, vampir baik yang mempunyai sihir elemen dan tidak membunuh ketika meminum darah yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Strigoi adalah vampir kekal, abadi, dan tidak berperasaan, yang membunuh siapa saja yang menjadi mangsa mereka. Moroi terlahir, Strigoi dibuat – dipaksa atau keinginan sendiri – melalui jalan setan. Dan Dimitri, pria yang aku cintai, telah dirubah menjadi Strigoi dengan paksaan. Dia dirubah ketika pertarungan terjadi, sebuah misi penyelamatan dimana aku juga menjadi salah satu bagian di dalamnya. Strigoi menculik Moroi dan dhampir dari sekolahku, dan kami dijebak untuk menyelamatkan mereka. Dhampir adalah makhluk setengah vampir-setengah manusia – diberkahi dengan kekuatan dan daya tahan tubuh manusia, dan gerak refleks dan indra yang tajam dari Moroi. Dhampir dilatih untuk menjadi pengawal, pengawal eksklusif untuk melindungi Moroi. Itulah aku. Itulah Dimitri sebelumnya. Setelah perubahannya, Moroi yang tersisa menganggapnya sudah mati. Dan untuk keberadaannya, memang begitu adanya. Siapapun yang berubah menjadi Strigoi akan kehilangan semua rasa kebaikan dan kehidupan yang pernah ia miliki sebelumnya. Meskipun jika mereka berubah karena keinginan mereka sendiri, tidak akan berpengaruh. Mereka akan tetap menjadi setan dan kejam, seperti Strigoi seharusnya. Seseorang dalam diri itu sudah tidak ada lagi, dan sejujurnya, lebih mudah membayangkan mereka pindah ke surga atau ke kehidupan selanjutnya dari pada membayangkan mereka mengendap-endap di malam hari untuk mengambil korban. Tapi aku tidak bisa melupakan Dimitri, atau menerima bahwa esensi kehidupannya sudah mati. Dia adalah pria yang aku cintai, seseorang yang dengannya begitu seirama denganku sehingga sangat sulit untuk mengetahui kapan aku memulai dan kapan dia mengakhiri. Hatiku menolak untuk merelakan

Page 3: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com kepergiannya – meski secara teknis dia sudah menjadi monster, dia masih ada disuatu tempat di luar sana. Aku juga tidak bisa melupakan percakapan yang pernah kami lakukan berdua. Kami berdua setuju kalau kami lebih baik mati – benar-benar mati – daripada berjalan di dunia sebagai Strigoi. Dan sekali aku berduka cita untuk kebaikan yang hilang dari dalam dirinya, aku sudah memutuskan kalau aku harus menghargai keinginannya. Meski jika dia tidak mempercayai kata-kata itu lagi. aku harus menemukannya. Aku harus membunuhnya dan membebaskan jiwanya dari kegelapan, kehidupan yang tidak alami. Aku tahu bahwa itulah yang Dimitri yang aku cintai inginkan. Membunuh Strigoi tidaklah mudah. Mereka sangat cepat dan kuat. Mereka tidak memiliki rasa belas kasihan. Aku sudah membunuh beberapa dari mereka – sangat gila untuk seseorang yang baru berusia delapan belas tahun. Dan aku tahu berhadapan dengan Dimitri akan menjadi tantangan terbaikku, secara fisik maupun emosi. Faktanya, konsekuensi emosi sudah kutendang secepat mungkin saat aku memutuskan tindakannku. Mengejar Dimitri berarti melakukan beberapa hal yang bisa merubah kehidupan ( dan bahkan tidak dihitung dengan fakta kalau bertarung melawan Dimitri bisa saja seperti menghasilkan kegagalan dalam hidupku). Aku masih sekolah, hanya beberapa bulan sebelum aku lulus dan menjadi pengawal sesungguhnya. Setiap hari aku terjebak di Akademi St. Vladimir – sekolah terpencil dan terlindungi untuk kaum Moroi dan dhampir – yang berarti satu hari lagi yang berlalu dengan Dimitri yang masih berada di luar sana, hidup dalam pola hidup yang tidak ia inginkan. Aku sangat mencintainya sehingga membiarkannya. Jadi aku harus meninggalkan sekolah secepatnya dan keluar diantara para manusia, menyerahkan kehidupanku disaat hidupku hampir mendapatkan tujuan sepenuhnya. Meninggalkan juga berarti menyerahkan sesuatu yang lain – atau lebih, seseorang ; sahabatku, Lissa, yang juga dikenal sebagai Vasilisa Dragomir. Lissa adalah Moroi, yang terkahir dari garis keturunan kebangsawanannya. Aku sudah dipersiapkan untuk menjadi pengawalnya setelah kami lulus, dan keputusanku untuk memburu Dimitri benar-benar menghancurkan masa depanku dengan Lissa. Aku tidak punya pilihan lain selain meninggalkannya. Selain persahabatan kami, Lissa dan aku memiliki koneksi yang unik. Setiap Moroi masing-masing memiliki spesialisasi sihir elemen – tanah, udara, air, atau api. Hingga selanjutnya, kami mempercayai kalau hanya ada empat elemen. Sampai kemudian kami menemukan elemen kelima: roh. Itulah elemen Lissa, dan dengan beberapa pengguna roh di dunia ini, kami berusaha keras mencari tahu mengenai semua ini. Untuk bagian terbanyak, seperti terikat terhadap suatu energi. Lissa memiliki kekuatan kompulsi yang mengaggumkan – kemampuan untuk memaksakan kehendaknya terhadap hampir semua orang. Dia juga bisa menyembuhkan, dan disitulah dimana sesuatu yang aneh terjadi diantara kami. Kau lihat, aku secara teknis sudah meninggal dalam kecelakaan mobil yang membunuh keluarganya. Lissa sudah membawaku kembali dari dunia kematian tanpa ia sadari, membentuk ikatan terhadap diantara kami berdua. Aku bisa merasakan apa yang ia pikirkan dan merasakan ketika ia dalam masalah. Kami juga baru-baru saja mengetahui kalau aku bisa melihat hantu dan roh yang belum meninggalkan dunia ini, sesuatu yang tidak ingin aku pikirkan dan kuperjuangkan untuk kuhalangi. Seluruh fenomena ini disebut sebagai dicium bayangan.

Page 4: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com Ikatan dicium bayangan kami membuatku menjadi pilihan ideal untuk menjaga Lissa, sejak aku bisa tahu kapan saja saat Lissa dalam masalah. Aku berjanji melindunginya dengan seluruh hidupku, tapi kemudian Dimitri – Dimitri yang tinggi, tampan, dan kuat – merubah segalanya. Aku berhadapan dengan pilihan yang sulit: melanjutkan kehidupanku dengan melindungi Lissa atau membebaskan jiwa Dimitri. Memilih diantara mereka berdua menghancurkan hatiku, meninggalkan rasa nyeri di dadaku dan air mata. Kebersamaanku dengan Lissa akan menjadi sangat menyakitkan. Kami sudah menjadi sahabat sejak taman kanak-kanak, dan keberangkatanku adalah pukulan bagi kami berdua. Adilnya, dia tidak pernah tahu akan hal ini. Aku menyimpan kisah cintaku dengan Dimitri sebagai rahasia. Dimitri adalah Instrukturku, tujuh tahun lebih tua dariku, dan ditugaskan sebagai pengawal Lissa juga. Seperti yang sudah seharusnya, kami sudah berusaha untuk melawan ketertarikan diantara kami, menyadari kalau kami harus fokus terhadap Lissa daripada hal yang lain dan kami juga akan mendapatkan banyak maslah dengan hubungan guru-murid ini. Tapi menjauhi Dimitri – meski aku juga sudah menyetujuinya – membuatku membangun dendam tak terkatakan terhadap Lissa. Aku mungkin seharusnya mengatakan semua ini kepada Lissa dan menjelaskan rasa frustasiku mengenai rencana kehidupanku. Terkadang , semua ini tidak terlihat adil, ketika Lissa bebas hidup dan mencintai kapanpun ia mau, sedang aku harus selalu mengorbankan kebahagiaanku sendiri untuk memastikan dia aman. Dia sahabatku, dan aku tidak bisa mempertimbangkan pikiran yang bisa menyakitinya. Lissa sangat labil karena menggunakan sihir roh bisa membuatnya memunculkan sisi negatif yang bisa membuatnya gila. Jadi aku tetap menahan pikiranku hingga akhirnya mereka meledak, dan aku meninggalkan Akademi – dan Lissa – tinggal untuk kebaikannya. Satu dari hantu yang aku lihat – Mason, seorang teman yang terbunuh karena Strigoi – mengatakan padaku kalau Dimitri sudah kembali ke kampung halamannya: Siberia. Jiwa Mason sudah menemukan kedamaian dan meninggalkan dunia ini setelah kejadian itu, tanpa memberikan padaku pertanda apapun di Siberia bagian mana Dimitri berada. Jadi aku harus memikirkannya secara buta, memberanikan diri ke dalam dunia manusia dan bahasa yang tidak kukenal untuk memenuhi janji yang kubuat dengan diriku sendiri. Setelah beberapa minggu sendirian, aku akhirnya berada di St. Petersburg. Masih mencari, masih menggelepar – memutuskan untuk menemukannya, meski aku ketakutan disaat yang sama. Sebab jika aku benar-benar menjalankan rencana gila ini, jika aku benar-benar membunuh pria yang aku cintai, ini berarti Dimitri benar-benar akan menghilang dari dunia ini. dan sejujurnya aku tidak yakin untuk tetap hidup dalam dunia tanpa dirinya. Tidak satupun dari semua ini terlihat nyata. Siapa yang tahu? Mungkin tidak. Mungkin ini sebenarnya pernah terjadi pada orang lain. Mungkin ini hanyalah sesuatu yang aku bayangkan. Mungkin aku akan segera bangun dan menemukan segalanya tenta Lissa dan Dimitri baik-baik saja. Kami semua bersama-sama, dan dia ada disana memelukku dan mengatakan kalau segalanya akan baik-baik saja. Mungkin semua ini hanyalah sebuah mimpi belaka. Tapi kurasa tidak.

Page 5: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com

Satu AKU SEDANG DIIKUTI. Sangat ironis, mengingat aku telah mengikuti yang lain selama beberapa minggu terakhir. Paling tidak ini bukan Strigoi. Aku sudah mengetahuinya. Efek terbaru menjadi seseorang yang dicium-bayangan adalah kemampuan untuk merasakan mereka yang belum sepenuhnya mati – sayangnya selalu diiringi rasa mual. Aku masih menghargai sistem peringatan pertama dari tubuhku itu dan aku sudah mengurangi perkiraankku mengenai penguntit yang membuntutiku malam ini bukanlah seorang yang begitu cepat, bukanlah vampir gila yang ganas. Aku sudah cukup berdebat dengan diriku sendiri tentang semua hal ini dan keinginan untuk beristirahat malam ini. Aku menduga penguntitku adalah seorang dhampir seperti aku, mungkin satu dari orang di klub. Kuakui, orang ini bergerak tidak terlalu tersembunyi seperti yang aku harapkan dari seorang dhampir. Jejak langkah terdengar jelas menapaki jalan aspal dari sisi jalan yang gelap dimana aku tengah berjalan, dan aku menangkap kilasan singkat sebuah sosok bayangan. Masih mempertimbangkan aksi gegabahku malam ini, seorang dhampir yang paling banyak melakukan kejahatan. Semua ini berawal di Nightingale. Itu bukanlah nama sebenarnya dari klub tersebut, hanya sebuah terjemahan. Nama sebenarnya berasal dari bahasa Rusia yang penyebutannya berada jauh dari kemampuanku untuk mengucapkannya. Kembali ke Amerika, Nightingale terkenal diantar kaum Moroi kaya yang berkeliling dunia, dan sekarang aku bisa mengerti kenapa. Tidak peduli jam berapa di setiap harinya, orang-orang berpakaian seolah mereka ingin ke pesta dansa kerajaan. Dan, seluruh tempat tersebut sebenarnya terlihat seperti berasal masa lampau, hari kerajaan dari Rusia, dengan dinding-dinding berwarna gading yang ditutupi oleh perkamen kerja dan papan hias tembok berwarna emas. Semua ini mengingatkanku pada Istana Musim Dingin, kediaman kerajaan yang berasal dari zaman ketika Rusia masih diperintah oleh raja. Aku mempelajarinya sejak datang di Saint Petersburg. Di Nightingale, tempat lilin yang rumit dipenuhi oleh lilin-lilin sungguhan bergemerlapan di udara, menerangi seluruh desain ruangan bernuansa emas, sehingga meskipun cahaya begitu suram, seluruh ruangan berkilauan. Ada sebuah ruang makan besar yang dipenuhi oleh meja dan meja pojok yang tertutup tirai beludru, sebaik tempat bar dan kursi panjang dimana orang-orang bisa bergaul. Saat tengah malam, sebuah band dipersiapkan disana, dan para pasangan bisa menari di lantai dansa. Aku tidak terlalu peduli dengan Nightingale ketika aku baru tiba di kota beberapa minggu yang lalu. Aku menjadi cukup sok tahu dengan berpikir kalau aku bisa menemukan langsung seorang Moroi yang bisa menunjukkanku dimana kampung halaman Dimitri di Siberia. Dengan ketidakpunyaan petunjuk apapun mengenai keberadaan Dimitri yang menghilang di Siberia, menuju kota tempat dimana dia tumbuh adalah kesempatan terbaikku untuk bisa semakin dekat dengannya. Hanya saja aku tidak tahu dimana tempatnya, yang mengapa membuatku mencoba menemukan Moroi untuk membantuku. Ada banyak kota dan komunitas yang

Page 6: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com dipenuhi kaum dhampir di Rusia tapi sangat susah ditemukan di Siberia, yang membuatku percaya kalau lebih banyak Moroi lokal yang mungkin mengenal tempat kelahirannya. Sayangnya, semua ini menjadi sia-sia karena Moroi yang hidup di kota manusia sangat hebat dalam menyembunyikan diri mereka sendiri. Aku memeriksa apapun yang bisa kupikirkan sebagai kebiasaan Moroi ketika keluar, ternyata hanya menghasilkan kesia-siaan. Dan tanpa Moroi, aku tidak memiliki jawaban. Jadi, aku mulai mengintai Nightingale, yang ternyata tidaklah mudah. Sangat sulit untuk seorang gadis delapan belas tahun untuk berbaur dalam satu dari klub ter-elit di kota. Aku segera mengetahui kalau pakaian mahal dan tips yang banyak akan mempermudah jalanku. Pelayan mendatangiku untuk mengenaliku dan jika mereka berpikir kalau kehadiranku mencurigakan, mereka tidak akan memperdulikannya dan sangat senang memberikanku meja di sudut ruang yang aku inginkan. Kurasa mereka mengira aku adalah anak perempuan dari seorang pengusaha kaya atau politisi. Apapun latar belakangku, aku punya uang untuk berada disana, dan hanya itu yang mereka pedulikan. Meskipun begitu, malam pertamaku disana sangat mengecewakan. Nightingale mungkin memang merupakan sebuat tempat kaum Moroi kaya bergaul, tapi tempat itu juga terisi oleh banyak manusia. Dan pertamanya, mereka terlihat seperti para pelanggan klub ini. Kerumunan semakin banyak seiring malam yang semakin larut, dan memandang melalui kumpulan meja dan orang-orang yang masih duduk-duduk di bar, aku tidak melihat satupun Moroi. Satu-satunya hal yang bisa kucatat adalah aku melihat seorang wanita dengan rambut pajang pirangnya berjalan ke maja panjang dengan gengnya. Untuk sesaat, jantungku berhenti berdetak. Wanita itu mebelakangiku, tapi dia terlihat sangat mirip dengan Lissa yang membuatku merasa yakin kalau aku telah ditemukan. Hal yang aneh adalah, aku tidak tahu apakah aku harus merasa senang atau ketakutan. Aku sangat merindukan Lissa, sangat – dan saat yang sama, aku tidak ingin dia masuk dalam perjalanan berbahayaku ini. Kemudian wanita itu berbalik. Dan dia bukan Lissa. Dia bahkan bukan seorang Moroi, hanya manusia. Perlahan, nafasku kembali normal. Akhirnya, satu minggu atau rasanya memang seperti itu, aku menemukan incaran pertamaku. Satu kelompok Moroi wanita datang di waktu jam makan siang yang sudah sangat terlambat, didampingi oleh dua pengawal, satu laki-laki satu perempuan, yang duduk dengan sangat resmi dan sunyi di meja saat Moroi mereka sedang bergosip dan tertawa bersama sampanye siang. Mengenali para pengawal itu adalah bagian yang bisa mengelabui. Untuk seseorang yang tahu bagaimana rupa mereka, Moroi sangat mudah dikenali: lebih tinggi dari kebanyakn manusia, pucat, dan sangat ramping. Mereka juga memiliki cara senyum yang lucu karena menahan bibir mereka agar taring mereka tidak terlihat. Dhampir, dengan darah manusia dalam tubuh kami, terlihat, ... sangat manusia. Begitulah aku terlihat dari mata manusia yang tidak terlatih. Aku setinggi 5,7 kaki dan ketika para Moroi cenderung terlihat tidak nyata, tubuh seperti model, tubuhku terbentuk atletis dan berbentuk dibagian dada. Bentuk genetik yang berasal dari ayah tak dikenal yang berasal dari Turki. Terlalu banyak berada di bawah matahari memberikanku kulit kecoklatan yang berpasangan dengan rambut hitam yang panjang sehitam warna mataku.

Page 7: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com Tapi bagi mereka yang dibesarkan di dalam dunia Moroi pasti bisa langsung mengenaliku sebagai dhampir melalui jarak dekat. Aku tidak yakin apa itu – mungkin semacam insting yang menarik kami kepada karakter kami dan mengenali campuran darah Moroi yang ada dalam diri kami. Bagaimanapun juga, hal itu sangat penting ketika aku terlihat seperti manusia bagi kedua pengawal itu, jadi aku tidak membunyikan tanda peringatan bagi mereka berdua. Aku duduk di sudut ruangan, mencomot kaviarku dan berpura-pura sedang membaca buku. Sebagai catatan, aku rasa kaviar sangat menjijikkan, tapi makanan ini ada dimanapun di Rusia, khusunya di tempat-tempat berkelas. Kaviar dan borscht – sejenis sup gula. Aku hampir tidak pernah menghabiskan makananku di Nightingale dan dengan rakus akan membabat habis McDonald setelah itu, meskipun restoran McDonald di Rusia sedikit berbeda dengan tempat aku tumbuh di Amerika. Tapi tetap saja, seorang gadis harus makan. Jadi hal ini menjadi tes untuk kemampuanku, mempelajari Moroi ketika pengawal mereka sedang tidak memperhatikan mereka. Tak dapat disangkal, para pengawal memang sedikit santai selama siang hari, mengingat tidak mungkin ada Strigoi di bawah matahari. Tapi merupakan kebiasaan bagi para pengawal untuk memperhatikan apapun, dan mata mereka selalu menyapu seluruh ruangan tanpa henti. Aku sudah berlatih mengenai hal itu dan aku tahu trik mereka, jadi aku mengatur diriku untuk memata-matai mereka tanpa terdeteksi. Wanita itu sering datang, biasanya menjelang sore. St. Vladimir memiliki jam malam sendiri, tapi Moroi dan dhampir yang hidup diantara manusia sama-sama beraktivitas pada siang hari atau diantara malam dan siang. Untuk beberapa saat aku memutuskan untuk mendekati mereka- atau bahkan mendekati para pengawal mereka. Sesuatu menahanku untuk tidak melakukannya. Jika seseorang mengetahui dimana kota tampat dhampir tinggal, itu pastilah Moroi laki-laki. Sebagian besar dari mereka mengunjungi kota para dhampir dengan harapan bisa mendapatkan sejumlah dhampir wanita murahan. Jadi aku berjanji pada diriku sendiri untuk menunggu beberapa minggu lagi untuk melihat Moroi laki-laki yang mungkin datang. Jika tidak, aku akan lihat informasi apa yang bisa diberikan oleh Moroi wanita itu padaku. Akhirnya, beberapa hari berlalu, dua Moroi pria mulai menampakkan diri. Mereka cenderung datang setelah malam tiba, ketika pesta sebenarnya dimulai. Pria itu sekitar sepuluh tahun lebih tua dariku dan sangat tampan, mengenakan setelan gaya dan dasi sutra. Mereka membuat diri mereka terlihat berkuasa, orang penting, dan aku bertaruh semua uangku kalau mereka adalah keluarga bangsawan – khusunya ketika satu dari mereka membawa pengawal. Pengawalnya berpenampilan sama seperti mereka, lelaki muda yang mengenakan setelan untuk berbaur tapi masih tetap berhati-hati mengawasi ruangan sebagai kebiasaan pengawal yang rajin. Dan ada wanita – selalu wanita. Kedua Moroi itu benar-benar penggoda ulung, terus saja mencari kesempatan dan menggoda setiap wanita yang mereka lihat – bahkan manusia. Tapi mereka tidak pernah pulang ke rumah bersama manusia. Itu adalah hal yang terlarang yang melekat kuat dalam dunia kami. Moroi harus menjaga dirinya terpisah dari manusia selama berabad-abad, deteksi rasa takut dari kaum yang tumbuh melimpah dan sangat berkuasa.

Page 8: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com Tapi tentu saja itu bukan berarti laki-laki mau pulang ke rumah sendirian. Setiap malam, dhampir wanita biasanya muncul – selalu berbeda di setiap malamnya. Mereka datang dengan mengenakan gaun pendek dan riasan yang tebal, minum banyak dan selalu tertawa pada setiap apa yang dikatakan pria – meskipun mungkin hal tersebut sama sekali tidak lucu. Wanita- wanita itu selalu membiarkan rambut mereka tergerai, tapi sesekali, mereka merubah posisi kepala mereka untuk menunjukkan leher mereka, yang terlihat memiliki banyak luka. Mereka adalah pelacur darah, dhampir yang membiarkan kaum Moroi meminum darah mereka ketika sedang bercinta. Hal itu juga terlarang – meskipun terjadi secara diam-diam. Aku masih ingin mendapatkan satu Moroi pria yang sendirian, jauh dari pengawasan pengawal mereka sehingga aku bisa menanyainya. Tapi itu tidak mungkin. Para pengawal tidak pernah meninggalkan Moroi mereka tanpa pengawasan. Aku bahkan berniat untu mengikuti mereka, tapi setiap kali kelompok itu meninggalkan klub, mereka hampir selalu melompat ke dalam limosin – membuatku tidak mungkin untuk melacak mereka hanya dengan berlari. Ini sangat menganggu pikiranku. Aku akhirnya memutuskan malam ini untuk mendekati kelompok itu dan mengambil resiko terdeteksi sebagai dhampir. Aku tidak yakin jika ada orang yang berasal dari kampus sedang mencariku, atau bahkan kelompok ini peduli siapa aku. Mungkin aku hanya berpikir terlalu jauh. Jelas sangat mungkin kalau tidak ada satu orang pun yang peduli tentang seseorang yang dikeluarkan dari sekolah dan melarikan diri. Tapi jikapun ada seseorang yang mencariku, menurutku sangat diragukan jika itu berasal dari para pengawal. Meskipun aku sudah delapan belas tahun, aku tidak mungkin masuk ke dalam kondisi dimana seseorang ditugaskan khusus untuk mencariku dan mengangkutku kembali ke Amerika. Dan tidak ada kemungkinan bagiku untuk kembali sebelum menemukan Dimitri. Lalu, seperti yang sudah kurencanakan sebelumnya, saat aku bergerak ke kelompok Moroi itu, satu dari dhampir wanita meninggalkan meja dan berjalan ke bar. Para pengawal mengawasinya, tentu saja, tapi terlihat yakin tentang keselamatannya dan kembali memperhatikan Moroi mereka. Selama ini, aku selalu berpikir kalau Moroi pria adalah jalan terbaik untukku mendapatkan informasi mengenai perkampungan para dhampir dan pelacur darah – tapi mana yang lebih baik untuk mengetahui lokasi ini dengan menanyakannya langsung kepada pelacur darah yang sebenarnya? Aku berjalan santai dari mejaku dan menuju bar, seolah aku ingin mengambil minuman. Aku berdiri disamping wanita yang sedang menunggu bartender dan mempelajarinya dalam pengamatanku. Dia pirang dan mengenakan gaun panjang yang ditutupi oleh perhiasan perak. Aku tidak bisa memutuskan kalau pakaiannya membuat gaun satin hitamku terlihat berkelas atau membosankan. Semua pergerakannya – bahkan caranya berdiri – sangat anggun, seperti seorang penari. bartender sedang melayani yang lain, dan aku tahu ini lah saatnya atau tidak sama sekali. Aku menghadap ke arahnya. “Apa kau bisa berbahasa Inggris?” Dia terlonjak kaget dan melihat ke arahku. Dia lebih tua dari yang aku kira, usianya sepertinya tertutupi oleh riasannya. Mata birunya menebak jati diriku dengan cepat, mengenaliku sebagai dhampir.

Page 9: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com “Ya,” jawabnya berhati-hati. Bahkan satu kata itu keluar dengan aksen yang khas. “Aku sedang mencari sebuah kota ... sebuah kota dimana banyak dhampir tinggal, di daerah Siberia. Apa kau mengerti apa yang aku bicarakan? Aku harus menemukannya.” Lagi, dia mempelajariku, dan aku tidak bisa membaca ekspresinya. Dia mungkin pernah menjadi pengawal dari apa yang ditunjukkan melalu wajahnya. Mungkin dia pernah dilatih sekali dalam hidupnya. “Jangan,” katanya kasar. “Relakan saja.” dia berpaling, perhatiannya kembali kepada bartender yang sedang membuatkan koktail biru dengan ceri untuk seseorang. Aku menyentuh tangannya. “Aku harus menemukannya. Ada seorang pria ...” aku tersendat untuk melanjutkan. Terlalu banyak untuk sesi introgasiku. Hanya memikirkan Dimitri saja sudah membuat jantungku tersangkut ditenggorokanku. Bagaimana bisa aku menjelaskannya kepada wanita ini? Kalau aku mengikuti petunjuk yang sedikit, keluar mencari seorang pria yang paling aku cintai di dunia ini – seorang pria yang sudah berubah menjadi Strigoi yang aku ingin bunuh sekarang? Bahkan sekarang, aku bisa membayangkan kehangatan dari mata cokelatnya dengan sempurna dan bagaimana tangannya yang pernah menyentuhku. Bagaimana bisa aku melakukan apa yang aku lakukan sekarang dengan menyebrangi lautan? Fokus. Fokus. Fokus. Dhampir perempuan itu menatapku balik. “Dia tidak layak untuk itu,” katanya, salah mengartikan maksudku. Tidak diragukan lagi dia mengira aku adalah gadis yang sedang patah hati, sedang mengejar pacarku - maksudku pernah menjadi pacarku. “Kau terlalu muda ... belum terlambat untuk tidak memperdulikan semua hal itu.” Wajahnya mungkin terlihat dingin, tapi ada kesedihan yang terasa dari balik suaranya. “Pergi dan lakukan hal lain dengan hidupmu. Menjauhlah dari tempat itu.” “Kau tahu dimana tempatnya!” aku berseru, terlalu bersemangat sehingga menunjukkan kalau aku pergi kesana bukanlah untuk menjadi pelacur darah. “Tolonglah – kau harus katakan padaku. Aku harus kesana!” “Ada masalah?” Baik dia maupun aku berbalik dan menatap wajah tegas dari salah satu pengawal. Sial. Dhampir wanita ini memang bukan prioritasnya, tapi mereka harus memperingatkan seseorang yang menggangunya. Pengawal itu hanya sedikit lebih tua dariku, dan aku memberikan senyuman manis padanya. Aku mungkin tidak mengenakan gaun semenarik wanita itu, tapi aku tahu rok pendekku menunjukkan bagian terbaik dari kakiku. Tentu saja seorang pengawal tidak memiliki kekebalan terhadap itu kan? Sebenarnya, ia kebal. Ekspresi kerasnya menunjukkan kalau pesonaku tidak bekerja. Masih, aku berpikir sebaiknya aku mencoba keberuntunganku dengan pengawal ini sebagai penyelidik.

Page 10: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com “Aku mencoba menemukan sebuah kota di Siberia, sebuah kota tempat dimana para dhampir tinggal. Apa kau tahu?” Dia tidak berkedip. “Tidak.” Luar biasa. Mereka berdua bermain sulit. “Ya, baiklah, mungkin bos mu tahu?” Aku bertanya sopan, berharap aku terdengar seperti seseorang yang ingin menjadi pelacur darah. Jika para dhampir itu tidak mau bicara, mungkin satu dari Moroi itu mau. “Mungkin dia perlu teman dan mau berbicara denganku.” “Dia sudah punya teman bicara,” pengawal itu menjawab tegas. “Dia tidak perlu lagi.” Aku masih tetap tersenyum. “Apa kau yakin?” aku mendesah. “Mungkin kita harus menanyakan kepadanya.” “Tidak,” jawab pengawal. Dalam satu kata, aku mendengar tantangan dan perintah. Mundur. Dia tidak akan ragu untuk melawan siapa pun yang ia pikir sebagai pengganggu tuannya – bahkan seoarang gadis dhampir kecil. Aku mempertimbangkan untuk tetap bersikeras terhadap keinginanku tapi dengan cepat memutuskan untuk mengikuti peringatan dan langsung mundur. Aku mengangkat bahu. “Dia yang rugi.” Dan tanpa kata lain, aku berjalan santai ke mejaku, seolah penolakan itu bukan masalah besar. Sementara itu aku menjaga nafasku, setengah berharap pengawal itu akan menarikku keluar dari klub dengan menjambak rambutku. Itu tidak terjadi. Akhirnya setelah aku mengenakan jaketku dan meletakkan uang di meja, aku melihatnya mengawasiku, mata yang curiga dan menduga-duga. Aku meninggalkan Nightingale dengan sikap tidak peduli yang sama, keluar menuju jalanan yang ramai. Ini sabtu malam, dan ada banyak klub lain dan restoran di sekitarnya. Para penggemar pesta memenuhi jalanan, sebagian berpakaian mewah seperti para pelanggan Nightingale; yang lain, remaja seumuranku berpakaian santai. Antrian panjang diluar klub, suara musik dansa terdengar nyaring dan berat dengan bunyi bass. Restoran dengan dinding kaca menunjukkan makan malam elegan dengan meja mewah. Sepanjang jalanku melalui kerumunan orang-orang itu, aku dikelilingi oleh percakapan dengan bahasa Rusia, aku menolak keinginan untuk menengok ke belakang. Aku tidak ingin meningkatkan kecurigaan jika dhampir itu masih mengawasiku. Ketika aku berputar di jalan yang sepi yang merupakan jalan pintas ke hotelku, aku bisa mendengar suara pelan dari langkah kaki. Aku dengan pasti memiliki cukup peringatan dalam diriku kalau pengawal itu memutuskan mengikutiku. Sebenarnya, tidak ada jalan bagiku untuk membiarkannya mengalahkanku. Aku mungkin lebih kecil darinya – dan mengenakan gaun dan hak tinggi – tapi aku sudah sering melawan laki-laki, termasuk Strigoi. Aku bisa menangani laki-laki ini, khususnya jika aku menggunakan elemen kejutan. Setelah berjalan di sekitar tempat itu cukup lama, aku menyadarinya dan kejutan itu berputar dan berbalik dengan baik. Aku

Page 11: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com mengambil langkahku dan menatap tajam ke beberapa sudut jalan, satu dari sudut itu mengarahkanku pada pemandangan gelap, gang yang sepi. Menakutkan, ya, tapi itu menjadikannya tempat penyergapan yang baik ketika aku masuk ke dalam jalan keluar. Aku diam-diam melepaskan sepatu hak tinggiku. Mereka berwarna hitam dengan bahan kulit yang cantik tapi tidak pantas untuk berkelahi, kecuali jika aku berencana untuk mencongkel mata seseorang dengan tumitnya. Sebenarnya, bukan ide yang buruk. Tapi, aku tidak semenyedihkan itu. Tanpa sepatu-sepatuku, trotoar terasa sangat dingin terasa di bawah telapak kakiku yang telanjang mengingat hujan turun tadi pagi. Aku tidak perlu menuggu lama. Beberapa saat kemudian, aku mendengar langkah kaki dan melihat bayangan panjang penguntitku muncul di tanah, muncul di bawah lampu jalan yang berkedap-kedip di tepian trotoar. Penguntitku berhenti, tidak diragukan sedang mencariku. Sungguh, kurasa, pria ini tidak waspada. Tidak ada pengawal yang dalam pengejaran mereka bisa terlihat jelas. Dia harusnya bergerak dengan lebih sembunyi-sembunyi dan tidak menunjukkan dirinya dengan mudah. Mungkin latihan pengawal di Rusia tidak sebaik latihan ditempat dimana aku dilatih. Tidak, itu tidak benar. Tidak dengan cara Dimitri membasmi musuh-musuhnya. Mereka memanggilnya dewa di Akademi. Penguntiku mengambil beberapa langkah, dan saat itulah aku mengambil gerakanku. Aku melompat keluar, tinjuku sudah siap. “Baiklah,” aku berseru. “Aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan, jadi mundur atau – “ Aku membeku. Pengawal dari klub itu tidak berdiri disana. Seorang manusia. Seorang gadis, tidak lebih tua dariku. Dia setinggi aku, dengan rambut pirang pendek dan jaket panjang berwarna biru laut yang terlihat mahal. Dibalik itu, aku bisa melihat gaun yang bagus dan sepatu bot kulit yang terlihat mahal seprti jaketnya. Dari awal aku bisa mengenalinya. Aku pernah melihatnya dua kali di Nightingale, berbicara dengan Moroi pria. Aku menduga dia hanyalah wanita kebanyakan yang mereka goda dan dengan cepat mereka tinggalkan. Selebihnya, apa gunanya manusia untukku? Wajahnya sebagian tertutup bayangan, tapi bahkan dengan penerangan yang remang-remang, aku bisa melihat ekspresi kesal di wajahnya. Ini jelas bukan hal yang aku harapkan. “Itu kau, kan? dia bertanya. Mengisyaratkan keterkejutan yang lain. Bahasa Inggrisnya beraksen Amerika sepertiku. “Kau lah yang meninggalkan sederet tubuh Strigoi di sekitar kota. Aku melihat punggungmu di klub malam ini dan aku tahu kalau itu kau.” “Aku ...” Tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari bibirku. Aku tidak tahu harus merespon seperti apa. Seorang manusia berbicara biasa mengenai Strigoi? Tidak pernah kudengar sebelumnya. Ini bahkan lebih mengherankan dari pada kebenaran

Page 12: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com dikejar Strigoi disini. Aku tidak pernah memiliki pengalaman seperti ini sepanjang hidupku. Dia terlihat tidak peduli dengan diriku yang heran terbius membatu. “Dengar, kau tidak bisa semudah itu melakukannya, ok? Apa kau tahu seberapa banyak masalah yang aku terima karena berhadapan dengan semua kejadian itu? Semuanya sudah cukup buruk tanpa kau tambahkan kekacauan lagi di dalamnya. Polisi menemukan mayat yang kau tinggalkan di taman, kau tahu. Kau tidak bisa membayangkan berapa banyak alasan yang kubuat untuk menutupinya.” “Siapa ... Siapa kau? Aku bertanya akhirnya. Itu benar. Aku meninggalkan mayat di taman, tapi serius, apa yang memangnya harus kulakukan? Menyeretnya kembali ke hotelku dan mengatakan kepada penjaganya kalau temanku kebanyakan minum? “Sydney,” gadis itu berkata dengan letih. “Namaku Sydney. Aku ahli kimia yang ditugaskan disini.” “Ahli apa?” Dia mendesah nyaring. Dan aku sangat yakin dia memutar matanya. “Tentu saja. Itu menjelaskan semuanya.” “Tidak, tidak terlalu,” jawabku, akhirnya bisa mendapatkan ketenanganku kembali. “Sebenarnya, kurasa kau lah yang harus memberikan banyak penjelasan disini.” “Dan sikap juga. Apa kau adalah bagian dari tes yang dikirimkan kesini untukku? Oh, Tuhan. Tentu saja.” Aku mulai marah sekarang. Aku tidak suka dibuat bingung. Aku jelas tidak suka dibuat bingung oleh seorang manusia yang membuatku terdengar telah melakukan kejahatan karena membunuh Strigoi. “Dengar, aku tidak tahu siapa kau atau bagaimana kau bisa tahu mengenai semua hal ini, tapi aku tidak ingin berdiri disini dan – “ Rasa mual memenuhiku dan aku menegang, tanganku serta merta memegang pasak perak yang kusimpan di kantong jaketku. Sydney masih memasang tampang kesal, tapi ekspresinya tercampur dengan kebingungan sekarang seiring perubahan dalam posisiku. Dia menilaiku, aku membiarkannya. “Ada apa?” tanyanya. “Kau akan memiliki urusan dengan tubuh Strigoi lagi,” kataku, tepat di saat Strigoi menyerangnya.

Page 13: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com

Dua LEBIH MEMILIH SYDNEY SEBAGAI INCARANNYA ketimbang aku merupakan serangan yang buruk bagi seorang Strigoi. Akulah yang merupakan lawannya; dia harusnya membasmiku dulu. Posisi kami menempatkan Sydney di hadapannya, jadi dia harus membunuh Sydney dulu sebelum dia dapat membunuhku. Dia mencengkram bahu Sydney dan menyetakkanya ke arahnya. Dia cepat – mereka memang cepat – tapi aku sedang semangat bermain sekarang. Tendangan cepat menyentaknya ke arah dinding bangunan di dekatnya dan membebaskan Sydney dari cengkramannya. Dia mengeram saat terbanting dan merosot ke tanah, membeku dan terkejut. Bukan hal yang mudah untuk menjatuhkan seorang Strigoi, tidak dengan gerak refleks mereka yang cepat. Ia tidak lagi mengincar Sydney dan mengalihkan perhatiannya padaku, mata merah yang penuh amarah dan bibir yang mengerucut untuk menunjukkan taringnya. Dia bangkit dari posisi jatuhnya itu dengan kecepatan yang tidak biasa dan menyerbuku mendadak. Aku menghindarinya dan mencoba memukulnya saat ia mencoba mmenghindar sebagai balasannya. Serangannya selanjutnya adalah memerangkapku dalam tangannya, dan aku tersandung, sedikit menjaga keseimbanganku. Pasakku masih kugenggam di tangan kanan, tapi aku butuh kesempatan untuk menusuk dadanya. Strigoi yang pintar akan membelokkan dirinya ketika menyerang untuk melindungi jantungnya dari penglihatan penyerang. Pria ini hanya melakukan perkerjaan separuh-separuh, dan jika aku bisa hidup cukup lama, aku lebih menyukai mendapatkan sebuah kesempatan terbuka. Sesaat kemudian, Sydney datang dan memukulnya dari belakang. Bukanlah pukulan yang cukup kuat, tapi itu mengganggu Strigoi itu. Ini adalah kesempatanku. Aku melompat sekeras yang aku bisa, melemparkan seluruh beratku ke arahnya. Pasakku menikam jantungnya ketika kami terhempas menabrak dinding. Selalu sangat sederhana. Kehidupan – atau kehidupan bagi yang telah mati atau apalah itu – menghilang darinya. Dia berhenti bergerak. Aku menyetakkan pasakku keluar setelah aku yakin dia benar-benar telah mati dan melihat tubuhnya berderak di tanah. Sama seperti semua Strigoi yang sudah kubunuh sebelumnya, aku mendapatkan perasaan yang aneh. Bagaimana kalau dia adalah Dimitri? aku mencoba membayangkan wajah Dimitri di tubuh Strigoi ini, mencoba membayangkannya terbaring sebelum aku. Jantungku terbelit dalam dadaku. Untuk sejenak, gambaran hal itu muncul disana. kemudian – hilang. Dia hanyalah Strigoi lain. Dengan cepat ku hilangkan ketidakfokusan ini dan mengingatkan diriku sendiri kalau aku memiliki hal yang lebih penting untuk kukhawatirkan sekarang. Aku harus memeriksa Sydney. Bahkan dengan manusia, perasaan alamiku untuk melindungi tidak bisa kuhilangkan begitu saja. “Apa kau baik-baik saja?”

Page 14: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com Dia mengangguk, terlihat gemetar tapi tidak terluka. “Kerja bagus,” katanya. Suaranya seperti berusaha untuk terdengar percaya diri. “Aku tidak pernah ... aku tidak pernah melihat satu pun dari mereka terbunuh secara langsung ...” Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya, tapi kemudian, aku masih belum bisa mengerti bagaimana dia mengetahui segala sesuatu mengenai semua ini terlebih dahulu. Dia terlihat syok, jadi kuraih tangannya dan mulai membimbingnya. “Ayolah, ayo kita pergi ke tempat lebih banyak orang.” Kurasa Strigoi yang bersembunyi disekitar Nightingale bukanlah ide gila. Tempat apa yang lebih baik untuk menguntit Moroi selain di tempat mereka sering bergaul? Semoga saja sebagian besar pengawal memiliki insting yang cukup untuk menjaga tugas mereka di tempat seperti ini. Saran untuk pergi menyentak Sydney dari kesadarannya. “Apa?” dia berteriak. “Kau akan meninggalkanya juga?” Aku melemparkan tanganku. “Apa yang kau harapkan dariku? Kurasa aku bisa memindahkannya ke belakang tong sampah dan kemudian biarkan sinar matahari membasminya. Itulah yang biasa kulakukan.” “Benar. Dan bagaimana jika seseorang datang untuk mengambil sampah? Atau keluar dari pintu-pintu belakang ini?” “Baiklah, aku bisa menghancurkannya. Atau membakarnya. Barbeque Vampire, sejenis hal yang bisa menarik perhatian, kan?” Sydney mengangguk dengan gusar dan berjalan mengelilingi tubuh itu. Dia membuat mimik wajah yang aneh ketika dia menatap ke bawah ke arah Strigoi itu dan meraih dompet kulit besarnya. Dari benda itu, dia membuat sebuah botol kecil. Dengan gerakan terampil, dia menyiramkan isi botol kecil itu keseluruh tubuh Strigoi itu kemudian dengan cepat mundur. Ketika tetesannya menyentuh mayat itu, asap kuning mulai melayang-layang. Asap itu mulai bergerak lambat, menyebar secara horizontal bukannya vertikal hingga menyelimuti selurut tubuh Strigoi itu. Kemudian ia mengerut dan mengerut hingga tidak tersisa apa-apa selain sekepal bola. Beberapa detik kemudian, asap itu benar-benar hilang, meninggalkan tumpukan debu yang tidak berbahaya. “Terimakasih kembali,” kata Sydney datar, masih memberikan tatapan tidak menerima padaku. “Apa-apaan itu tadi?” aku memekik. “Tugasku. Bisakah kau memanggilku lain kali jika hal ini terjadi lagi?” Dia mulai berpaling menjauh. “Tunggu! Aku tidak bisa memanggilmu – aku tidak tahu siapa dirimu.”

Page 15: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com Dia melirik ke arahku dan menyapukan rambut pirangnya dari wajahnya. “Benarkah? Kau serius, kan? Kupikir kalian sudah diberitahukan mengenai kami setelah kalian lulus.” “Oh, lucu. Aku sebenarnya, mm, belum lulus.” Mata Sydney melebar. “Kau melakukan hal...hal itu ...tapi tidak pernah lulus?” Aku mengangkat bahu dan dia terdiam selama beberapa saat. Akhirnya dia menarik nafas lagi dan berkata, “ Kurasa kita harus bicara.” Seolah kami belum pernah melakukannya saja. Bertemu dengannya pastilah hal yang paling aneh yang pernah terjadi padaku sejak datang ke Rusia. Aku ingin tahu mengapa dia berpikir kalau aku seharusnya berhubungan dengannya dan bagaimana dia menghancurkan mayat Strigoi. Dan, saat kami kembali ke jalan yang padat dan berjalan ke arah sebuah kafe yang ia suka, membuatku terpikir jika dia tahu mengenai dunia Moroi, berarti ada kemungkinan dia juga tahu dimana desa Dimitri berada. Dimitri. Dia lagi, sekilas mucul di pikiranku. Aku tidak punya petunjuk jika dia benar-benar bersembunyi di dekat kampung halamannya, tapi aku tidak punya tujuan lain. Lagi, perasaan yang aneh melingkupiku. Pikiranku mengabur dengan wajah Dimitri yang terpasang ditubuh Strigoi yang baru kubunuh: kulit pucat, mata merah yang kejam .... Tidak, dengan keras kukatakan pada diriku sendiri. Jangan fokus pada hal itu. Jangan panik. Sebelum aku bertemu dengan Dimitri yang telah berubah menjadi Strigoi, aku harus mengeluarkan kekuatan dari ingatanku mengenai dirinya yang kucintai, dengan mata cokelat teduhnya, tangannya yang hangat, pelukannya yang membara ... “Apa kau baik-baik saja ... um, apapun namamu?” Sydney menatapku aneh, dan aku baru sadar kalau kami sudah berhenti di depan sebuah restoran. Aku tidak tahu terlihat seperti apa wajahku, tapi pastilah cukup untuk meningkatkan perhatiannya. Hingga sekarang, kesanku selama perjalanan kami adalah kalau dia ingin berbicara sedikit mungkin denganku. “Ya, ya, baik,” jawabku kasar, memasang tampang pengawal di wajahku. “Dan aku Rose. Apa ini tempatnya?” Memang ini tempatnya. Dekorasi restoran cerah dan ceria, sekalipun sebuah tangisan yang jauh dari kemewahan Ninghtingale datang. Kami duduk di kursi kulit hitam – yang maksudku plastik kulit palsu – di pojokan, dan aku sangat senang melihat menunya berisikan baik makanan Amerika maupun makanan Rusia. Daftarnyanya sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan aku hampir menitikkan air liurku ketika aku melihat ayam goreng tepung. Aku sedang kelaparan setelah tidak makan di klub, dan pikiran daging goreng kering adalah makanan termewah setelah berminggu-minggu makan dengan kol dan sekarang dikenal sebagai McDonald‟s. Seorang pelayan datang, dan Sydney memesan dengan bahasa Rusia yang fasih. Saat itu aku hanya menunjuk ke menu saja. Huh. Sydney penuh dengan kejutan. Mempertimbangkan sikap kasarnya, aku berharap dia menanyaiku langsung sekarang juga, tapi ketika pelayan itu pergi, Sydney tetap diam, malah memainkan serbetnya dan menghindari kontak mata. Sangat aneh. Dia sangat terlihat tidak

Page 16: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com nyaman di sekitarku. Bahkan dengan adanya meja diantara kami, seperti dia tidak bisa lebih jauh lagi. Sekalipun begitu sikap bengisnya barusan tidak bisa dipalsukan, dan dia tidak mau menyerah mengenai diriku yang menurutnya harus mengikuti aturan apalah yang dia percayai. Sebenarnya, dia mungkin sedang bermain berpura-pura malu, tapi aku tidak punya keraguan untuk mengeluarkan topik yang tidak mengenakkan sekalipun. Faktanya, itu adalah labelku selama ini. “Jadi, apa kau sudah siap mengatakan padaku siapa dirimu dan apa yang sebenarnya terjadi?” Sydney menengadah. Sekarang kami ada di tempat yang penuh cahaya, aku bisa melihat mata cokelatnya. Aku juga menyadari kalau dia memilike tato menarik di bawah pipi kirinya. Tintanya terlihat seperti emas, sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Tatonya merupakan gabungan motif dari bunga dan daun dan hanya benar-benar terlihat ketika dia memiringkan kepalanya dengan cara yang tepat sehingga warna emas itu berkilau terkena cahaya. “Aku sudah mengatakannya padamu,” katanya. “Aku seorang Alkemis.” “Dan aku juga sudah katakan padamu, aku tidak tahu apa itu. Apa itu salah satu dari kata yang berasal dari bahasa Rusia?” Bahkan tidak terdengar seperti bahasa Rusia. Senyum separuh muncul di bibirnya. “Tidak. Aku yakin kamu belum pernah mendengar mengenai ilmu alkemi juga sebelumnya, kan?” Aku mengangguk, dan dia menyangga dagunya dengan tangannya, matanya menatap ke arah meja lagi. Dia menelan ludah, seolah dia sedang mempersiapkan dirinya sendiri kemudian kata-kata berhamburan keluar. “Kembali ke abad pertengahan, ada beberapa orang yang yakin jika mereka bisa menemukan formula yang benar atau sihir, mereka bisa mengubah timah menjadi emas. Tidak mengejutkan, mereka tidak bisa melakukannya. Hal ini tidak menghentikan mereka untuk terus melanjutkan segala macam hal-hal berbau mistik lain dan semua yang berkaitan dengan kegiatan supernatural, dan bahkan mereka memang menemukan suatu sihir.” Dia mengerutkan dahi. “Vampir.” Aku kembali berpikir mengenai sejarah Moroi di kelas. Abad pertengahan adalah ketika jenis kami benar-benar mulai menarik diri dari manusia, bersembunyi dan menjaga satu sama lain. Saat itu lah ketika Vampir benar-benar menjadi mitos sejauh yang dipercayai dunia, dan bahkan Moroi malah menjadi buruan berharga. Sydney menyadari pikiranku. “ Dan saat itulah ketika Moroi mulai menjauh. Mereka memiliki sihir mereka, tapi manusia mulai melebihi mereka. Kita masih melakukannya.” Kata-kata itu hampir menorehkan senyum di wajahnya. Moroi kadang memiliki masalah kehamilan, ketika manusia terlihat sangat mudah untuk dimiliki sesekali. “Dan Moroi membuat perjanjian dengan para Alkemis. Jika para Alkemis mau menolong Moroi dan dhampir dan komunitas mereka tetap menjadi rahasi dari manusia, Moroi akan memberi kami ini.” dia menyentuh tato emasnya.

Page 17: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com “Apa itu?” tanyaku. “Maksudku, disamping wujudnya yang jelas adalah tato.” Dengan lembut dia mengusap tato itu dengan ujung jarinya dan tidak menyembunyikan nada sarkastik pada suaranya. “Malaikat penjagaku. Ini benar-benar emas dan” - dia menyeringai dan menjatuhkan tangannya – “darah Moroi, sihir air dan bumi.” “Apa?” suaraku keluar terlalu keras, dan beberapa orang di restoran menoleh ke arahku. Sydney terus berbicara, suaranya terdengar lebih rendah - dan terasa pahit. “Aku tidak terlalu takut mengenai hal ini, tapi ini adalah „hadiah‟ untuk kami melindungi kalian. Sihir air dan tanah mengikat emas ke kulit kami dan memberikan kami pembawaan yang Moroi miliki – sebenarnya, kedua sihir itu. Aku hampir tidak pernah sakit. Aku akan hidup dalam waktu yang lama.” “Kurasa itu terdengar bagus,” kataku tidak yakin. “Mungkin beberapa. Kami tidak punya pilihan. „karier‟ ini adalah keturunan keluarga – diturunkan. Kami semua harus belajar mengenai Moroi dan dhampir. Kami bekerja sebagai penghubung diantara manusia yang membiarkan kami menutupi keberadaan kalian karena kami lebih mudah bergerak bebas. Kami mendapatkan trik dan teknik untuk membersihkan tubuh Strigoi – seperti ramuan yang kau lihat. Sebagai balasannya, kami ingin berada jauh dari kalian sebisa mungkin – karena itulah mengapa sebagian besar dhampir tidak diberitahukan mengenai keberadaan kami hingga mereka lulus. Dan Moroi tidak pernah sama sekali.” Dia mendadak berhenti. Kurasa pelajarannya sudah berakhir. Kepalaku terasa pusing. Aku tidak pernah, tidak pernah memikirkan hal seperti ini sebelumnya – tunggu. Pernahkah? Sebagian besar pendidikanku lebih ditegaskan pada aspek fisik untuk menjadi seorang pengawal: menjaga, bertarung, dll. Seringkali aku juga mendengar petunjuk tidak jelas pada sesuatu di luar sana di dunia manusia yang akan menolong menyembunyikan Moroi atau mengeluarkan mereka dari situasi aneh dan berbahaya. Aku tidak pernah terpikir tentang hal ini atau mendengar mengenai Alkemis. Jika aku tetap tinggal di sekolah, mungkin aku akan mendengarnya. Semua ini mungkin bukalah ide yang disarankan oleh diriku sendiri, tapi sifat alamiku tidak bisa kompromi. “Mengapa tetap menjaga sihir di dalam dirimu? Mengapa tidak membaginya dengan dunia?” “Sebab ada bagian lain dari tenaga ini. Ini menghentikan kami untuk mengatakan jenismu yang bisa membahayakan atau menunjukkan identitas mereka.” Sihir yang mengikat mereka untuk bebricara ... terdengar mencurigakan seperti kompulsi. Semua moroi bisa menggunakan sedikit kompulsi, dan sebagian besar bisa menggabungkan komplsi dengan sihir mereka kepada suatu objek untuk memberikan apa yang mereka inginkan. Sihir Moroi sudah berubah setiap tahunnya, dan kompulsi sudah dikaitkan dengan sikap yang tidak bermoral sekarang. Aku rasa tato ini sangat tua, mantera zaman dulu yang turun-temurun selama berabad-abad.

Page 18: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com Aku mengulang apa yang dikatakan Sydney, lebih banyak pertanyaan berputar di kepalaku. “Mengapa ... mengapa kalian ingin tinggal menjauh dari kami? Maksudku, bukankah aku terlihat bisa menjadi sahabat kental selamanya atau apalah ....” “Sebab itu adalah tugas kami dari Tuhan untuk melindungi sisa-sisa kemanusiaan dari makhluk jahat di malam hari.” Secara spontan, tangannya menyentuh kepada sesuatu di lehernya. Benda itu hampir tertutup jaketnya, tapi sebuah bagian dari tulang dadanya dengan berani menunjukkan sebuah salib emas. Reaksi awalku tidak terlalu menyenangkan, mengingat aku tidak terlalu religius. Kenyataannya, aku tidak pernah merasa nyaman berada disekitar orang-orang yang taat dan percaya. Tiga puluh detik kemudian, keseluruhan pengaruh dari kata-katanya yang masuk. “Tunggu sebentar,” aku berseru marah. “Apa kau membicarakan semua tentang kami – dhampir dan Moroi? Kami semua makhluk jahat di malam hari?” Tangannya jatuh dari salibnya, dan dia tidak merespon. “Kami tidak sama dengan Strigoi!” aku memukul meja. Wajahnya tetap terlihat lunak. “Moroi minum darah manusia. Dhampir adalah keturunan tidak alami dari mereka dan manusia.” Tidak ada yang pernah menyebutku tidak alami sebelumnya, kecuali untuk saat ketika aku meletakkan saos diatas taco. Tapi sungguh, kami tidak bisa menari salsa, jadi apa yang harus kulakukan? “Moroi dan dhampir tidak jahat,” kataku pada Sydney. “Tidak seperti Strigoi” “Itu benar,” katanya mengakui. “Strigoi lebih jahat.” “Hey, bukan itu mak –“ Makanan datang kemudian, dan ayam goreng tepung hampir cukup menggangguku dari kemarahan akibat dibandingkan dengan Strigoi. Kebanyakan semua ini menundaku dari respon tiba-tiba untuk kata-katanya, dan aku sedikit demi sedikit memotong lapisanya yang hampir mencair kemudian. Sydney memesan burger keju dan kentang goreng dan mengigit makanannya dengan lembut. Setelah menyelesaikan seluruh paha ayam, aku akhirnya mampu melanjutkan argumen tadi. “Kami sama sekali tidak sama dengan Strigoi. Moroi tidak membunuh. Kau tidak punya alasan untuk takut pada kami.” Lagi, aku bukannya mengutarakan kenyamanan tinggal bersama manusia. Tidak satupun dari jenisku, tidak dengan cara manusia yang terburu-buru senang dan siap bereksperimen terhadap apapun yang mereka tidak mengerti.

Page 19: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com “Setiap manusia yang mempelajari kalian tidak akan terhindari pasti juga akan mempelajari mengenai Strigoi,” katanya. Dia memainkan kentang gorengnya tapi tidak benar-benar memakannya. “Mengetahui tentang Strigoi yang memungkinkan manusia untuk melindungi diri mereka sendiri, pikirkan.” Mengapa aku bermain sebagai pengacara setan disini? Dia berhenti memainkan kentang gorengnya dan menjatuhkannya kembali ke piringnya. “Mungkin. Tapi ada banyak manusia yang akan tergoda dengan pemikiran hidup dalam keabadian – bahkan jika harganya berarti melayani Strigoi sebagai bayarannya agar diubah menjadi makhluk dari neraka. Kau harusnya terkejut bagaimana cara manusia merespon ketika mereka mempelajari tentang vampir. Keabadian adalah daya tarik terbesar – mengesampingkan kekejaman yang ada bersamanya. Banyak manusia yang mempelajari Strigoi mencoba untuk melayani mereka, dengan harapan mereka akan diubah.” “Itu gila –“ aku berhenti. Tahun lalu, kami menemukan bukti kalau manusia membantu Strigoi. Strigoi tidak bisa menyentuh pasak perak, tapi manusia bisa, dan sebagian dari mereka menggunakan pasak itu untuk melawan Moroi. Apakah manusia-manusia itu sudah dijanjikan untuk hidup dalam keabadian? “Jadi,” kata Sydney, “Itulah mengapa ini adalah cara terbaik jika kami memastikan tidak ada yang tahu mengenai satu pun tentang kalian. Kalian ada di luar sana – kalian semua – dan tidak ada apa pun yang bisa diubah mengenai semua ini. Kau melakukan tugasmu dengan mencabik-cabi Strigoi, dan kami akan melakukan pekerjaan kami dan melindungi jenis kami.” Aku mengunyah sayap ayam dan menahan diriku dari maksud tidak langsung kalau dia melindungi jenisnya dari orang-orang seperti kami juga. Dari beberapa hal, apa yang ia katakan menimbulkan sesuatu yang menarik. Tidak mungkin kalau kami bisa bergerak di dunia ini tanpa terlihat, dan ya, aku mengakui, sangat penting ketika seseorang bisa menghilangkan mayat Strigoi. Manusia bekerja bersama Moroi adalah pilihan yang ideal. Beberapa manusia bisa bergerak di dunia dengan bebas, khusunya jika mereka memiliki sejenis hubungan dan jaringan yang dia jaga secara tidak langsung. Aku membeku di tengah kunyahanku, mengingat pikiran terbaruku ketika pertama kali aku datang kesini dengan Sydney. Aku menolak diriku untuk menelan dan kemudian mengambil minum dengan tegukkan panjang. “Ini pertanyaannya. Apa kau punya jaringan di seluruh Rusia?” “Sayangnya,” katanya. “Ketika Alkemis berusia delapan belas tahun, kami dikirim ke dalam sebuah pelatihan untuk mendapatkan pengalaman pertama dalam pertukaran dan membuat koneksi. Aku lebih memilih tinggal di Utah.” Itu adalah hal tergila yang mungkin pernah kudengar dari seluruh hal yang ia katakan padaku, tapi aku tidak ingin menunjukkannya. “Koneksi jenis apa yang sebenarnya kalian lakukan?”

Page 20: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com Dia mengangkat bahu. “Kami mengikuti pergerakan sebagian besar Moroi dan dhampir. Kami juga tahu banyak mengenai tingkat petinggi pemerintahan resmi – diantara manusia dan Moroi. Jika ada seorang vampir terlihat diantar manusia, kami biasanya bisa menemukan seseorang yang penting yang bisa membayar seseorang atau apapun ... semua itu akan membersihkannya di bawah pengamanan.” Mengikuti pergerakan Moroi dan dhampir. Kena. Aku mencondongkan tubuhku mendekatinya dan merendahkan suaraku. Segalanya terlihat berkaitan saat ini. Aku sedang mencari sebuah desa ... sebuah desa yang dihuni oleh kaun dhampir di Siberia. Aku tidak tahu namanya.” Dimitri hanya pernah menyebutkan nama desa itu sekali, dan aku lupa. “Namanya terdengar seperti ... Om?” “Omsk,” dia memperbaiki penyebutanku. Tubuhku tegak. “Kau tahu tentang desa ini?” Dia tidak langsung menjawab, tapi matanya mengkhianatinya. “Mungkin.” “Kau tahu!” aku berseru. “Kau harus mengatakan padaku dimana tempatnya. Aku harus kesana” Wajahnya berubah. “Apa kau akan menjadi ... bagian dari mereka?” Jadi Alkemis tahu mengenai pelacur darah. Tidak mengejutkan. Jika Sydney dan kelompoknya tahu hal lain mengenai dunia vampir, mereka juga pasti tahu tentang hal ini juga. “Tidak,” kataku angkuh. “Aku hanya harus menemukan seseorang.” “Siapa?” “Seseorang.” Jawaban itu hampir membuatnya tersenyum. Mata cokelatnya terlihat berpikir seiring dia mengunyah kentang gorengnya. Dia hanya menggigit dua kali burger kejunya, dan makanan itu hanya menjadi dingin. Aku ingin memakannya dengan dasar yang kuat. “Aku akan segera kembali,” katanya kasar. Dia berdiri dan menyebrangi ruangan ke pojokan yang sepi di kafe itu. Membuat sebuah handphone dari dompet sihir itu, dia membalikkan badannya dari ruangan dan menelepon. Aku menghabiskan ayamku kemudian dan menolong diriku sendiri dengan mengambil kentang gorengnya semenjak benda itu terlihat berkurang dan berkurang seolah Sydney ingin melakukan apapun dengan mereka. Ketika aku makan, aku mempertimbangkan kemungkinan sebelum diriku sadar, mengira aku akan menemukan kota Dimitri tinggal semudah ini. Dan sekali aku berada disana ... apakah akan menjadi semudah ini? Apakah dia ada disana, hidup dalam bayangan dan berburu mangsa? dan ketika berhadapan dengannya, bisakah aku benar-benar menancapkan pasakku ke jantungnya? Gambaran tidak diinginkan itu muncul lagi, Dimitri dengan mata merah dan –

Page 21: Blood Promise Bahasa Indonesia Chapter 1-2

duestinae89.blogspot.com “Rose?” Aku mengerjap. Aku benar-benar sudah menghayal terlalu jauh, dan Sydney sudah kembali. Dia kembali duduk di hadapanku. “Jadi, ini terlihat –“ Dia berhenti sejenak dan menatap ke bawah. “Apa kau memakan kentang gorengku?” Aku tidak punya petunjuk dari mana dia mengetahuinya, mengingat dia memesan dalam porsi yang banyak. Aku hampir tidak membuat jejak sama sekali. Membayangkan aku mencuri kentang goreng mungkin bisa dijadikan bukti bahwa aku bisa menjadi makhluk jahat di malam hari, aku berkata dengan fasih, “Tidak.” Dia merengut sesaat, mempertimbangkan, dan kemudian berkata, “Aku tahu ada dimana kota itu. Aku pernah kesana sebelumnya.” Aku mengejang. Oh Tuhan. Ini semua benar-benar terjadi, setelah seluruh minggu pencarianku. Sydney akan mengatakan dimana tempat itu dan aku bisa pergi dan mencoba lebih dekat dengan bab terkacau dalam hidupku. “Terima kasih, trimakasih banyak –“ Dia mengangkat tangannya untuk membuatku diam dan aku menyadari betapa kacaunya dia terlihat sekarang. “Tapi aku tidak akan mengatakannya padamu dimana tempatnya.” Mulutku menganga. “Apa?” “Aku akan mengantarkanmu sendiri kesana.”