blok gastroenterohepatologi 2013 fix (1)
DESCRIPTION
blokTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi singkat blok
Blok ini merupakan blok ketujuh yang diberikan pada mahasiswa semester 3 dalam
kurikulum pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara (UMSU).Blok ini berdurasi 7 minggu dengan muatan 6 sks.
Blok sistem gastroenterohepatologi mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan ilmu
kedokteran klinik dalam memahami patofisiologi dan pengobatan dan pencegahan berbagai
kelainan/penyakit sistem gastroenterohepatologi.
Pada akhir blok ini, mahasiswa semester 3 diharapkan dapat mencapai learning outcome
yang diinginkan dengan berbagai strategi pembelajaran yang disiapkan selama
berlangsungnya blok ini.
1.2 Ketentuan mengikuti blok
1.2.1 Prasyarat mengikuti blok
Untuk mengikuti blok ini mahasiswa harus sudah lulus pada blok - blok sebelumnya,
terutama penguasaan ilmu dasar seperti Anatomi, Fisiologi, Biokimia, Histologi dan
Farmakologi, hal ini mengingat blok sistem gastroenterohepatologi merupakan salah satu
blok yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi.
Blok 7, sistem gastroenterohepatologi, merupakan bagian dari kurikulum berbasis
kompetensi FK UMSU yang diperuntukkan bagi mahasiswa semester 3 tahun ajaran
2014/2015.
1.2.2 Syarat mengikuti blok
Mahasiswa wajib untuk menandatangani kontrak belajar pada saat kuliah pengantar
blok
2
1.3 Tujuan Blok
1.3.1 Tujuan Pembelajaran (Learning Outcome)
Setelah menyelesaikan blok gastroenterohepatologi, mahasiswa mampu
menganalisis data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan epidemiologik penyakit
dan kelainan gastroenterohepatologi serta mampu menerapkannya dalam langkah
pemecahan masalah yang baku termasuk tindakan pencegahan dan rujukan terhadap kasus
gastroenterohepatologi, dengan menggunakan teknologi kedokteran dan teknologi
informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan konsep dan pertimbangan etik.
1.3.2 Sasaran Pembelajaran (Learning Objective)
Secara lebih terinci maka setelah menyelesaikan blok gastroenterohepatologi
,mahasiswa mencapai hal sebagai berikut :
1. Apabila diberi data sekunder tentang kasus kelainan/penyakit gastroenterohepatologi,
mahasiswa mampu:
a. merumuskan masalah kesehatan pasien
b. menjelaskan faal organ dan jaringan gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu
kedokteran dasar.
c. menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaan patologi
dalam gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.
d. menjelaskan tanda dan gejala klinis dari kelainan/penyakit gastroenterohepatologi
sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.
e. menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding
kelainan/penyakigastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.
f. menjelaskan tentang pemeriksaan medis dan penunjang untuk mendiagnosa
kelainan/penyakit gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
g. menjelaskan tentang penatalaksanaan kelainan/penyakitgastroenterohepatologi
sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
h. menjelaskan sifat farmakologi obat yang digunakan untuk kelainan
gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
3
i. Menjelaskan prognosis dan komplikasi suatu kelainan/penyakit
gastroenterohepatologi dan alasan yang mendasarinya sesuai dengan ilmu
kedokteran dasar
j. Menjelaskan prevalensi dan insiden dari kelainan/penyakit gastroenterohepatologi
sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
k. menjelaskan prinsip-prinsip kedokteran keluarga didalam pengelolaan
penyakit/kelainangastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
l. menjelaskan tentang usaha promotif dan preventif pada kelainan/penyakit
gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
m. memanfaatkan sumber informasi mengenai kelainan/penyakit
gastroenterohepatologi sesuai dengan Evidence Based Medicine
n. menjelaskan tentang permasalahan keIslaman yang berhubungan dengan
gastroenterohepatologi sesuai dengan alquran dan hadist
o. melakukan analisis etik tentang prosedur, tindakan dan sikap perilaku terhadap
pasien, keluarga, sejawat dan masyarakat dalam lingkup gangguan
gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu etika dan hukum kedokteran.
1.3.3 Area Kompetensi Area kompetensi yang terkait dengan blok adalah sebagai berikut:
1. Area kompetensi 1 : Profesionalitas yang luhur 2. Area kompetensi 2: Mawas diri dan pengembangan diri 3. Area kompetensi 4: Pengelolaan Informasi 4. Area kompetensi 5: Landasan ilmiah ilmu kedokteran 5. Area kompetensi 6: Keterampilan klinis 6. Area kompetensi 7: Pengelolaan masalah kesehatan
1.4 Evaluasi
Sistem Evaluasi dilakukan dengan metode running process, artinya penilaian
terhadap seorang mahasiswa dilakukan secara terus menerus sepanjang 1 (satu)
semester dengan memberikan bobot pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa.
Evaluasi terhadap mahasiswa terdiri dari:
a. Nilai tutorial melalui pengamatan proses tutorial
b. Penilaian blok melalui ujian minitest dan final.
c. Penilaian praktikum (practical test)
d. Penilaian Keterampilan Klinik Dasar melalui ujian KKD dan ujian OSCE (Objective
Structured Clinical Examination)
e. Penilaian non blok melalui UTS dan UAS
4
Jenis Ujian Waktu Soal Bentuk Ujian Bobot
Blok
Minitest Akhir modul Sesuai dengan topik pembelajaran
MCQ
20%
Final Akhir blok Sesuai dengan topik pembelajaran
MCQ
40%
Praktikum Akhir Praktikum
Sesuai materi praktikum
Spot test atau ujian tulis
10%
Tutorial
Pada saat tutorial oleh masing-masing tutor
Pengamatan proses tutorial
Knowledge, attitude, skills
20%
Keluarga Binaan Kesehatan (KBK)
Pertemuan II Sesuai dengan LI
Kehadiran, responsi, buku kesehatan keluarga, video kegiatan serta portofolio
10%
KKD
Ujian KKD Akhir blok
Seluruh keterampilan klinik pada setiap blok
Praktik keterampilan klinis
OSCE Akhir semester
Soal kasus integrasi KKD dari tiap blok
Praktik ketrampilan klinis
NON BLOK
UTS Tengah semester
Sesuai materi sampai tengah semester
Tertulis
UAS Akhir semester
Sesuai materi sampai akhir semester
Tertulis
Tabel. Jenis dan Pelaksanaan Ujian
5
No. Jenis Penilaian Bobot
BLOK
1. Pengamatan Proses Tutorial
20%
2. Ujian Minitest 20%
3. Ujian Final 40%
4. Ujian Praktikum 10%
5. KBK 10%
Total 100%
KKD
1. Ujian KKD
2. OSCE
NON BLOK
1. Ujian non blok
Tabel 4. Bobot Penilaian
1.4.2 Evaluasi Program Pendidikan
Evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi blok baik dalam proses pembelajaran, maupun hasil akhir pembelajaran. Kriteria keberhasilan blok: 1. Kehadiran seluruh mahasiswa memenuhi 75% syarat kehadiran 2. Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai jadwal (minimal 10% perubahan) 3. Kelulusan mahasiswa mencapai >60
6
BAB II
METODE PEMBELAJARAN
Aktivitas belajar dirancang dalam bentuk PBL dengan beberapa aktivitas belajar yang disiapkan untuk mencapai kompetensi di blok ini, yaitu :
1. Kuliah/Diskusi Panel 2. Tutorial 3. Belajar mandiri 4. Praktikum 5. Keterampilan medik (skills lab)
BENTUK AKTIVITAS BELAJAR Bentuk aktivitas belajar dalam blok ini meliputi :
1. Kuliah Kuliah/Diskusi panel adalah pertemuan tatap muka interaktif antara mahasiswa
dengan dosen untuk menyampaikan materi perkuliahan yang mendukung tujuan pembelajaran blok, memberikan hal-hal yang bersifat konseptual, mutakhir dan menambah pengayaan pengetahuan bagi mahasiswa.
2. Tutorial
Tutorial adalah diskusi kelompok kecil di mana setiap kelompok beranggotakan sekitar 8-10 mahasiswa dan dibantu oleh satu tutor yang bertugas sebagai fasilitator. Dalam skenario modul terdapat tujuan belajar dalam bentuk tujuan instruksional yang harus dicapai oleh mahasiswa selama proses tutorial. Tutor akan membantu mahasiswa dalam diskusi untuk mencapai tujuan belajar tanpa harus banyak mengintervensi diskusi maupun memberikan penjelasan panjang lebar. Dalam tutorial mahasiswa akan dihadapkan pada masalah-masalah dari skenario yang ada dalam modul sebagai trigger/pemicu untuk berdiskusi. Satu skenario dalam modul akan diselesaikan dalam dua kali pertemuan dengan selang waktu 2 hari. 3. Praktikum
Praktikum bertujuan selain untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan yang sudah didapat, serta untuk menambah keterampilan mahasiswa bekerja di laboratorium. Kegiatan praktikum di setiap blok ini mendukung modul dan skenario. Jadwal praktikum dan ujian praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
4. Keterampilan klinik Dasar Keterampilan Klinik Dasar (KKD) bertujuan untuk melatih keterampilan klinis
mahasiswa dengan menggunakan model-model pembelajaran yang ada seperti manekin,
7
phantom, pasien simulasi, dan lain-lain. Kegiatan ini dilaksanakan secara dini, berkesinambungan dan terintegrasi dalam setiap bloknya.
5. Belajar Mandiri Belajar mandiri, yakni kegiatan mandiri terjadwal yang dilaksanakan mahasiswa
dengan tujuan melatih mahasiswa untuk mampu memahami, menguraikan, mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga mahasiswa memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat. Kegiatan belajar mandiri mancakup membaca referensi yang dianjurkan, mencari dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di perpustakaan, dapat berupa handout, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, atau informasi dari sumber terpercaya di internet, serta diskusi dengan narasumber apabila diperlukan. 6. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan perkuliahan MKDU pada blok ini, terdiri atas:
Al Islam dan Kemuhammadiyahan : 2 x 50 menit per minggu
Bahasa Inggris : 1 x 50 menit perminggu
Bioetik dan Humaniora : 1 x 50 menit
8
BAB 3 TOPIK PEMBELAJARAN
3.1Lingkup Bahasan 3.1.1 Pohon Topik 3.1.2 Lingkup Bahasan kuliah Materi-materi kuliah blok sistem gastroenterohepatologi adalah:
No Topic Sub topik Departemen
Durasi (jam)
1. Pengantar blok Penjelasan singkat isi konten blok : a. Deskripsi blok b. Syarat mengikuti blok c. Penilaian blok d. Konten blok e. Kontrak belajar
Penjab blok
1x50’
2. Struktur makroskopik sistem organ
Struktur sistem saluran cerna dari mulut hingga anus,
Anatomi 1x50’
Sistem gastroenterohepatologi
dasar
Anatomi Gastroenterohepatologi
Fisiologi Gastroenterohepatologi
Histologi Gastroenterohepatologi
Biokimia Gastroenterohepatologi
Farmakologi
Gastroenterohepatologi
Sistem gastroenterohepatologi
klinis
Ganguan klinis
gastrointestinal
Ganguan klinis
hepatobiliari
Integrasi nilai Islam dan
kedokteran komunitas
9
pencernaan
3. Struktur makroskopik sistem organ pencernaan
Peredaran darah dan persarafan saluran cerna
Anatomi 1x50’
4. Kuliah Struktur mikroskopik sistem gastroenterohepatologi 1
Histologi : a. rongga mulut, b. oesofagus, c. usus halus, d. usus besar, e. rektum f. dan anus
Histologi 1x50’
5. Kuliah Struktur mikroskopik sistem gastroenterohepatologi 2
Histologi kelenjar pencernaan : a. hati, b. empedu, c. pankreas
Histologi 1x50’
6. Pengaturan fungsi sistem gastrointestinal
a. Lambung: pengaturan sekresi lambung, motilitas dan pengosongan lambung b. Pankreas: Pengaturan sekresi pankreas
Fisiologi 2x50’
7. Pengaturan fungsi sistem gastrointestinal
c. Hepar: proses sintesis protein plasma, pengaturan sekresi empedu d. Usus halus: motilitas/peristalsis, sekresi dan absorpsi e. Kolon: motilitas, sekresi, absorpsi, bakteri kolon, dan proses defekasi
Fisiologi 2x50’
8. Kuliah biokimia gastroenterohepatologi
Enzim dalam penyerapan dan pencernaan makanan
Biokimia 1x50’
9. Kuliah biokimia gastroenterohepatologi
Porfirin dan pigmen empedu Biokimia 1x50’
10. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum dan apendiks serta farmakoterapi
Farmakologi obat peptik ulser; a. antasida b. antisekresi lambung c. agen pelindung mukosa
Farmakologi
1x50’
11. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum dan apendiks serta farmakoterapi
Antiemetik; a. antihistamin H1 b. antagonis dopamin c. antagonis 5-HT3
Farmakologi
1x50’
12. Gangguan motilitas saluran pencernaan dan farmakoterapi
Farmakologi antidiare; a. antikolinergik b. adsorben Farmakologi laxantia;
Farmakologi
1x50’
10
a. stimulan b. bulking agent c. pelunak feses
13. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum dan apendiks serta farmakoterapi
Patogenesis gambaran mikroskopis kelainan esofagus, lambung, usus dan appendiks, dan kelenjar ludah
Patologi Anatomi
1x50’
14. Penyakit hepar Patogenesis gambaran mikroskopis kelainan hepar
Patologi anatomi
1x50’
15. Penyakit hepar
1. Patogenesis gambaran mikroskopis anomali kongenital, infeksi, lesi jinak dan lesi ganas pada hati dan empedu
2. Gastrointestinal Stromal Tumor (GIST)
Patologi Anatomi
1x50’
16. Penyakit hepar
1. Diagnosa laboratorium penyakit hepatitis dan gangguan hati dan pankreatitis serta karsinoma pankreas
Patologi Klinik
1x50’
17. Penyakit akibat parasit pada sistem organ pencernaan
1. Penyakit cacing tambang 2. Strongilodiasis 3. Askariasis 4. Skistosomiasis 5. Taeniasisi
4A 4A 4A 4A 4A
Parasitologi
1x50’
18. Penyakit akibat parasit pada sistem organ pencernaan
Protozoa usus (amuba); 1. Amebiasis hati/abses hepar
amoba 2. Disentri basiler, disentri
amuba
3A 3B
Parasitologi
1x50’
19. Penyakit akibat parasit pada sistem organ pencernaan
Intestinal flukes; 1. Giardiasis 2. Balantidiasis
Parasitologi
1x50’
20. Penyakit akibat parasit pada sistem organ pencernaan
Pencegahan penyakit kecacingan IKM 1x50 ’
21. Kuliah ilmu penyakit dalam : Penyakit/kelainan esofagus
1. Esofagitis refluks 2. Lesi korosif esofagus 3. Akalasia 4. Varises esofagus
3A 3B 2 2
Ilmu Penyakit Dalam
1x50’
22. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum
1. Dispepsia dan gastritis 2. Refluks gastroesofagus 3. Tukak gaster dan
duodenum
4A 4A 3A
Ilmu Penyakit Dalam
1x50’
11
23. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum
Gastroenteritis 4A Ilmu Penyakit Dalam
1x50’
24. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum
1. Malabsorpsi 2. Intoleransi
3A 4A
Ilmu Penyakit Dalam
1x50’
25. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum
1. Keracunan makanan 2. Botulisme
4A 3B
Ilmu Penyakit Dalam
1x50’
26. Penyakit/kelainan pada kolon
1. Irritable bowel syndrome 2. Diverkulitis/divertikulosis 3. Kolitis 4. Kolitis ulseratif 5. Penyakit Crohn 6. Polip/adenoma 7. Karsinoma kolon
3A 3A 3A 1 1 2 2
Ilmu Penyakit Dalam
2x50’
27. Pendarahan pada sistem pencernaan
1. Pendarahan Saluran Makanan Bagian Atas (PSMBA)
2. Pendarahan Saluran Makanan Bagian Bawah (PSMBB)
3B Ilmu Penyakit Dalam
2x50’
28. Gangguan motilitas saluran pencernaan
1. Diare akut gastroenteritis 2. Diare kronik gastroenteritis
Ilmu Penyakit Dalam
1x50’
29. Penyakit hepar
1. Hepatitis A 2. Hepatitis B 3. Hepatitis C
4A 3A 2
Ilmu penyakit dalam
1x50’
30. Penyakit hepar 1. Perlemakan hati 2. Sirosis hepatis 3. Hepatoma 4. Gagal hepar
3A 2 2 2
Ilmu penyakit dalam
2x50’
31. Penyakit kandung empedu, saluran empedu dan pankreas
1. Kolesistisis 2. Kole(doko)litiasis 3. Pankreatitis 4. Karsinoma pankreas
4 2 2 2
Ilmu penyakit dalam
1x50’
32. Gangguan motilitas saluran pencernaan
1. Diare akut dan pada anak dan intolenrasi lactosa
2. Konstipasi
Ilmu Kesehatan Anak
1x50’
33. Gangguan motilitas saluran pencernaan
Konstipasi Ilmu kesehatan anak
1x50’
34. Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum
Alergi makanan 4A Ilmu Kesehatan Anak
1x50’
35. Pendekatan a. Pencegahan diare IKM 2x50’
12
komunitas dalam pencegahan penyakit
b. Pencegahan hepatitis
36. Kuliah ilmu bedah : Penyakit lambung, duodenum, jejunum, ileum dan apendiks
Apendisitis; 1. Akut appendicitis 2. Abses appediks
3B 3B
Bedah 1x50’
37. Kuliah ilmu bedah : Penyakit/kelainan pada kolon
1. Hemoroid grade 1-2 2. Hemoroid grade 3-4 3. Prolaps rektum, anus 4. Abses (peri)anal 5. Proktitis 6. Fistula dan fisura anus
4A 3A 3A 3A 3A 2
Bedah 2x50’
38. Kuliah ilmu bedah : Penyakit/kelainan pada dinding, rongga abdomen dan hernia
1. Perforasi usus 2. Malrotasi traktus
gastrointestinal 3. Peritonitis
2 2 3B
Bedah 2x50’
39. Kuliah ilmu bedah : Penyakit/kelainan pada dinding, rongga abdomen dan hernia
Hernia (femoralis, inguinalis dan skrotalis);
1. strangulata dan inkarserata 2. reponibilis dan ireponibilis 3. diafragmatika (hiatus) 4. umbilikalis
3B 2 2 3A
Bedah 2x50’
40. Kuliah ilmu bedah : Kelainan bawaan sistem organ pencernaan anak
Kelainan gastroenterohepatologi pada anak:
1. invaginasi/intusepsi 2. hirschsprung’s disease, 3. malformasi rektal/ atresia
ani
3B 2 2
Bedah 1x50’
41. Kuliah ilmu forensik Toksikologi forensik Forensik 1x50’
42. Kuliah kedokteran Islam
Makanan halal vs makanan haram DKI 1x50’
43. Kuliah kedokteran Islam
Taharah pada kasus bedah DKI 1x50’
44. Kiliah Gastroesopha-geal reflux disease (GERD)
1. Memahami medical nutrition therapy pada GERD
2. Memahami general principles dari medical nutrition therapy
3. Memahami strategy to manage reflux
4. Memahami micronutrient yang dibutuhkanberupa B12, iron, calcium
5. Memahami peranandari n-3 and n-6 fatty acids
Gizi 1x50’
13
6. Memahami parameters for nutrition evaluation
7. Memahami medical nutrition therapy berupa energy, carbohydrate, lipid, protein, viatmin and minerals, herbal supplement
8. Memahami medical nutritiontherapy pada IBS
9. Memahami nutrient intake 10. Memahami diet for specific
GI pattern of IBS 11. Memahami role of foods in
the management of the symptoms
45. Keluarga Binaan Kesehatan
1. Deskripsi tujuan blok 2. Evaluasi hasil kegiatan blok
7 3. Pemecahan masalah PHBS 4. Pemecahan masalah MDG’s
KBK/IKM 1x50’
46. Kuliah radiologi Gambaran radiologi sistem gastroenterohepatologi
Radiologi
1x50’
47. Penyakit gigi dan mulut
1. Kandidiasis oral 2. Ulkus mulut; aphtosa dan
herpes 3. Glositis 4. Karies gigi 5. Angina Ludwig 6. Parotitis
4A 4A 3A 3A 3A 4A
Gimul 2x50’
48. Mikrobiologi Mikroorganisme penyebab infeksi gastrointestinal
Mikro 1x50’
Total 57x50’
14
3.1.3 Lingkup Bahasan Praktikum
No Materi Sub topik Penanggungjawab
Durasi (jam)
1 Praktikum anatomi Anatomi sistem gastroenterohepatologi
Anatomi 2x50’
2 Praktikum histologi 1
Histologi sistem gastroenterohepatologi 1
Histologi 2x50’
3 Praktikum histology 2
Histologi sistem gastroenterohepatologi 2
Histologi 2x50’
4 Praktikum biokimia Pemeriksaan urobilin dan profil lemak
Biokimia 2x50’
5 Praktikum parasitologi
Nematoda usus Parasitologi 2x50’
6 Praktikum farmakologi
Binatang percobaan Farmakologi 2x50’
7 Praktikum patologi klinik
Pemeriksaan fungsi hati Patologi klinik 2x50’
8 Praktikum patologi anatomi
Gambaran patologis sistem gastroenterohepatologi I
Patologi anatomi 2x50’
9. Mikroorganisme Mikroorganisme penyakit gastrointestinal : Enterobaktericiae, salmonella sp, klebsiela sp
Mikrobiologi 2x50’
Total 9 x50’
3.1.4 Lingkup Keterampilan Klinis Materi-materi Keterampilan Klinik Dasar (KKD) blok gastroenterohepatologi:
No Materi Sub topik Penanggungjawab
Durasi(jam)
1 Pemeriksaan Fisik Abdomen 1
Pemeriksaan fisik gastrointestinal dan hepatobiliary
Peny. Dalam 2x50’
2 Pemeriksaan Fisik Abdomen 2
Palpasi abdomen I dan II ( hepar, limpa, dan apendiks
Peny. Dalam 2x50’
3 Pembacaan Foto Polos
Interpretasi foto polos abdomen
Radiologi 2x50’
15
Abdomen
4 Anamnesis dan Pemasangan NGT
Anamnesis Gastroenterohepatologi Teknik pemasangan NGT
Peny. Dalam 2x50’
3.2Daftar Masalah dan Penyakit terbanyak Daftar Masalah gastroenterohepatologi
Berikut ini daftar penyakit yang berhubungan dengan sistem gastroenterohepatologi dan level kompetensi yang harus dicapai oleh dokter indonesia sebagai standar kompetensi
Mouth
Cleft lip and palate 1 2 3A 3B 4
Micrognatia and macrognatia 1 2 3A 3B 4
Leukoplakia 1 2 3A 3B 4
Candidiasis 1 2 3A 3B 4
Mouth ulcer (apthous, herpes) 1 2 3A 3B 4
Glossitis 1 2 3A 3B 4
Esophagus
Esophageal atresia 1 2 3A 3B 4
Achalasia 1 2 3A 3B 4
Corrosive lessions of esophagus 1 2 3A 3B 4
Esophageal varices 1 2 3A 3B 4
Esophagela rupture 1 2 3A 3B 4
Reflux esophagitis 1 2 3A 3B 4
Diaphragma
Diaphragmatic hernia 1 2 3A 3B 4
Hiatus hernia 1 2 3A 3B 4
Abdominal wall and hernia
Inguinal hernia, direct and indirect 1 2 3A 3B 4
16
Femoral hernia 1 2 3A 3B 4
Epigastric hernia 1 2 3A 3B 4
Incisional hernia 1 2 3A 3B 4
Umbilical hernia 1 2 3A 3B 4
Acute abdomen
Peritonitis 1 2 3A 3B 4
Abcess in pouch of Douglas 1 2 3A 3B 4
Ileus 1 2 3A 3B 4
Perforation 1 2 3A 3B 4
Salphingitis 1 2 3A 3B 4
Acute appendicitis 1 2 3A 3B 4
Appendicular abcess 1 2 3A 3B 4
Mesenteric lymphadenitis 1 2 3A 3B 4
Stomach and duodenum
Gastritis 1 2 3A 3B 4
Gastric/duodenal ulcer 1 2 3A 3B 4
Gastrointestinal bleeding 1 2 3A 3B 4
Zollinger-ellison syndrome 1 2 3A 3B 4
Mallory-weiss syndrome 1 2 3A 3B 4
Gastroenteritis 1 2 3A 3B 4
Liver
Fatty liver 1 2 3A 3B 4
Hepatitis A 1 2 3A 3B 4
Uncomplicated hepatitis B 1 2 3A 3B 4
Active hepatitis C 1 2 3A 3B 4
Cirrhosis hepatic 1 2 3A 3B 4
Amoebic liver abcess 1 2 3A 3B 4
Liver failure 1 2 3A 3B 4
Gall bladder, bile duct and pancreas
Chole(docho)lithiasis 1 2 3A 3B 4
Acute cholecystitis 1 2 3A 3B 4
Hydrops of gall bladder 1 2 3A 3B 4
Empyema of gall bladder 1 2 3A 3B 4
Pancreatitis 1 2 3A 3B 4
Jejunum, ileum
Intestinal atresia 1 2 3A 3B 4
Meckels’s diverticulum 1 2 3A 3B 4
Umbilical fistula, omphalocoele-gastrochisis 1 2 3A 3B 4
Malrotation 1 2 3A 3B 4
Enteritis 1 2 3A 3B 4
Colon
Irritable bowel syndrome 1 2 3A 3B 4
Necrotizing enterocolitis 1 2 3A 3B 4
Siverticulosis/diverticulitis 1 2 3A 3B 4
Colitis 1 2 3A 3B 4
Rectal, anal prolapsed 1 2 3A 3B 4
17
Proctitis 1 2 3A 3B 4
Hemorrhoids 1 2 3A 3B 4
(peri)anal abcess 1 2 3A 3B 4
Fistula 1 2 3A 3B 4
Anal fissure 1 2 3A 3B 4
Pediatrics
Esophageal atresia 1 2 3A 3B 4
Intestinal atresia 1 2 3A 3B 4
Anal atresia 1 2 3A 3B 4
Diaphragmatic hernia (congenital) 1 2 3A 3B 4
Pyloric stenosis 1 2 3A 3B 4
Gastro-esophageal reflux 1 2 3A 3B 4
Gasto-enteritis 1 2 3A 3B 4
Gasto-enteritis dengan dehidrasi 1 2 3A 3B 4
Worms 1 2 3A 3B 4
Dehydration 1 2 3A 3B 4
Malabsorbsion 1 2 3A 3B 4
Food intolerance 1 2 3A 3B 4
Acute abdomen 1 2 3A 3B 4
Ileus 1 2 3A 3B 4
Peritonitis tuberculosis 1 2 3A 3B 4
Peritonitis pancreatitis 1 2 3A 3B 4
Intussussception 1 2 3A 3B 4
Malrotation 1 2 3A 3B 4
Umbilical hernia 1 2 3A 3B 4
Meckell’s divertikulum 1 2 3A 3B 4
Crohn’s 1 2 3A 3B 4
Ulcerative colitis 1 2 3A 3B 4
Hischsprung’s disease 1 2 3A 3B 4
Biliary atresia 1 2 3A 3B 4
Hepatitis 1 2 3A 3B 4
Reye’s syndrome 1 2 3A 3B 4
Cirrhosis of the liver 1 2 3A 3B 4
Food allergy 1 2 3A 3B 4
(Indonesian Medical Council, 2012)
3.3Rekomendasi Bacaan
1. Text Book
Barbara Bates,1995, A guide to Physical Examination & History Taking, Lippincort.
Granner, D.K., Mayes D.A., Rodwell V.W., 2004, Harper’s Biochemistry, Lange Medical
Book ed 24.
18
Ganong W.P., 2003, Review of Medical Physiology, Prentice Hall International
Englewood, New Jersey.
Guyton A.C. & hall J.E., 2005,ed 11, Texbook of Medical Physiology, W.B. Saunders
Company, USA.
Harrisons 17th ed, 2007
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, PAPDI, 2006
Katzung B.G., 1998, Basic and Clinical Pharmacology, 7 ed, Appleton & lange,
Conneticut.
Markum 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI , Jakarta
Nelsons, 2001, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta.
R. Samsuhidayat, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Robbin Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi, EGC, Jakarta.
Snell, Richard, 1997, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Vol 1,2,3, EGC,
Jakarta
2. Journal
1. BMJ
2. NEJM
3. PubMed
3.4 Daftar Narasumber
Staf Pengajar pada blok sistem gastroenterohepatologi merupakan dosen-dosen FK UMSU dan dosen-dosen Luar Biasa yang akan mengisi kuliah expert, tutorial maupun skills lab
Referensi 1. Konsil Kedokteran Indonesia, Standar Kompetensi Dokter, KKI, Jakarta: 2006 2. Devlin. 2006. Textbook of Biochemistry with clinic correlation, 6`" edn. Wiley Liss. 3. Ganong WE 2004. Buku ajar fisiologi kedokleran, 20th edn. 4. Katzung B. Basic & Clinical Pharmucology 5. Lodish, et al. 2004. Molecular cell blologry, 4th edn. 6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, 2th edn. 7. Guyton A.C. & hall J.E., 1997, Texbook of Medical Physiology, W.B. SaundersCompany,
USA. 8. PDGKI. 2008. Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik. Jakarta
19
Lampiran Cuplikan Skenario
Minggu 1 Mulut kering dan berbau
Seorang laki – laki 65 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mulut kering dan berbau
Minggu 2 Mulut terasa asam
Seorang perempuan usia 23 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mulut terasa asam
Minggu 4 Mencret
Seorang bayi usia 8 bulan dibawa ibunya dengan keluhan mencret
Minggu 5 Mata kuning
Seorang laki – laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mata kuning
Minggu 6 Tidak bisa buang angin
Seorang laki – laki berusia 27 tahun datang ke RS dengan keluhan tidak bias buang angin
20
PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Penyusun : dr. Hendra Sutysna, M. Biomed
DEPARTEMEN ANATOMI UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
21
2015
Penuntun Praktikum Anatomi Blok Gastroenterohepatologi Peraturan Praktikum Laboratorium AnatomI
Ditetapkan oleh Departemen Anatomi FK UMSU dr. HENDRA SUTYSNA, M.Biomed
PRAKTIKUM SISTEM PENCERNAAN PADA BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI Cara Kerja : Mencari dan Mengidentifikasi :
1. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan Atas 2. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan Bawah 3. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan
Aksesories Peraturan Praktikum anatomi :
1. Mahasiswa/I yang akan mengikuti praktikum anatomi diharapkan hadir minimal 15
menit sebelum jadwal praktikum dimulai, apabila terlambat maksimal setelah 15
menit praktikum dimulai maka akan dikenakan sanksi atau tidak diperbolehkan
mengikuti praktikum dan akan dianggap absen dalam praktikum tersebut.
2. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi diharapkan mempelajari
materi praktikum terlebih dahulu karena akan diadakan kuis di 15 menit awal
praktikum.
3. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi wajib memakai baju
praktikum lengkap dengan papan nama sendiri disisi kanan atas dan lambang FK
UMSU disisi kiri atas.
4. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi wajib memakai pakaian
busana muslim yang telah diatur oleh FK UMSU.
5. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi tidak dibenarkan membawa
makanan/minuman kedalam laboratorium anatomi dan makan/minum didalamnya.
6. Mahasiswa/i yang tidak mengikuti praktikum (absen) maka tidak diperkenankan
mengikuti ujian praktikal test pada Blok yang dijalani.
22
7. Apabila mahasiswa/i yang tidak mengikuti praktikum diperbolehkan mengikuti
praktikum susulan apabila beralasan sakit dibuktikan dengan Surat Keterangan Sakit
atau alasan lain yang dapat diterima menurut peraturan akademik di FK UMSU,
dan diharapkan untuk segera melapor ke Kepala Departemen Anatomi untuk
tindakan selanjutnya sebelum jadwal praktikal test dilaksanakan.
Demikianlah peraturan praktikum anatomi ini diperbuat, apabila dijumpai ada
mahasiswa yang melanggar ketentuan diatas maka akan diberi sanksi dapat berupa
pemberian tugas perorangan bahkan sampai tidak diizinkan untuk mengikuti praktikum
pada laboratorium anatomi oleh dosen pembimbing praktikum.
Ditetapkan pada oleh,
Departemen Anatomi FK UMSU
Dr. Hendra Sutysna,M.Biomed
Kepala Departemen
23
Kriteria Sistem Penilaian dan Evaluasi Praktikum
Laboratorium Anatomi FK UMSU
I. Nilai akhir praktikum Anatomi setiap blok ditentukan berdasarkan Bobot
persentase dari kegiatan selama praktikum,
antara lain :
1. Hasil ujian Praktikal Test Bobot : 70%
2. Hasil ujian Pre Test Bobot : 30%
II. Nilai Akhir adalah nilai evaluasi yang akan dilaporkan kepada Divisi Assesmen
MEU.
III. Hasil ujian Praktikal Test adalah nilai evaluasi dari ujian utama yang diadakan
Departemen Anatomi untuk menguji kemampuan knowledge mahasiswa/i
terhadap pemahaman materi dan pendalaman materi setelah praktikum
dilaksanakan.
IV. Hasil ujian Pre Test adalah nilai evaluasi dari ujian penunjang yang diadakan oleh
Departemen Anatomi untuk menguji pengetahuan dasar mahasiswa/i terhadap
pemahaman materi sebelum praktikum dilaksanakan.
V. Nilai akhir praktikum yang dinyatakan Lulus dan direkomendasikan oleh
Departemen Anatomi adalah 65 atau lebih .
VI. Apabila nilai akhir praktikum mahasiswa/i lebih kecil dari 65, maka dinyatakan
Tidak Lulus.
VII. Nilai-nilai tersebut akan dilaporkan kepada divisi Assesment MEU FK UMSU
24
CAVUM ORIS
PHARYNX (PHARYNG)
25
OESOPHAGUS
GASTER (VENTRICULUS)
26
INTESTINUM TENUE & INTESTINUM CRASUM
27
PANCREAS
28
LIEN
29
HEPAR & VESICA FELLIA
30
31
PENUNTUN PRAKTIKUM HISTOLOGI BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Penyusun : dr Des Suryani, M. Biomed
DEPARTEMEN HISTOLOGI UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
32
PRAKTIKUM 1. SALURAN CERNA.
Dalam praktikum ini akan dipelajari seluruh saluran cerna mulai dari bibir mulut
sampai anus.
1. Bibir
Sediaan: bibir bayi
Tujuan Praktikum :
1. Mempelajari dan mencari bagian Kulit luar bibir :epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk, rambut dan folikelnya, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
2. Mempelajari dan mencari bagian Merah bibir: epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk, stratum lusidum tebal (pada dewasa), papil jaringan ikat di bawah epitel (khas).
3. Mempelajari dan mencari bagian Mukosa (kulit dalam) bibir : epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk lamina propria, m. orbikularis oris dan kelenjar labialis.
Gambar 1. Potongan melintang bibir (Pembesaran 10×).
33
Gambar 2. Merah bibir (Pembesaran 40×).(1) Epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin, (2) Kapiler
kapiler darah, (3) M. orbikularis oris
2. Pertumbuhan Gigi
Sediaan : gigi embrio
Tujuan Praktikum:
1. Menentukan Organ email: lamina dentis, epitel email luar, pulpa email/retikulum
stelata, epitel email dalam, ameloblas, email, predentin, odontoblas, pulpa dentis,
Sediaan ini adalah potongan-potongan penampang gigi yang sedang tumbuh. Dengan
objektif 40X, akan terlihat susunan :
Gambar 3. Organ email (Pembesaran 40×). (1) Epitel email luar; (2) Lapisan reticulum stelata, (3) Lapisan tengah (stratum intermedium), (4) Epitel email dalam, (5) Predentin,(6)
Odontoblas, (7) Pulpadentis. Landasan Teori:
Permukaan luar organ email diliputi epitel email luar yang selnya kuboid. Di bawah
epitel email luar terdapat sel-sel berbentuk bintang yang membentuk lapisan retikulum
stelata atau lapis bintang (stratum stelatum). Di bawah lapis bintang adalah lapis tengah
34
(stratum intermedium) yang sel-selnya umumnya gepeng dan kalau diikuti lapisan ini akan
menyatu dengan epitel email luar di tepi, ujung bawah organ email. Di bawah lapis tengah
terdapat epitel email dalam yang akan berdiferensiasi menjadi ameloblas yang berupa sel
berbentuk silindris.
Pada beberapa sajian sudah terlihat pembentukan email yang merupakan lapisan
homogen gelap di bawah deretan ameloblas. Lebih ke bawah lagi terdapat lapisan
homogen; yang berwarna merah tua adalah dentin; dan di bawahnya yang berwarna merah
muda adalah predentin. Di bawah lapisan yang merah muda ini terdapat deretan
odontoblas yang juga merupakan sel berbentuk silindris. Deretan odontoblas tadi melapisi
ceruk di bagian bawah organ email. Ceruk ini berisi jaringan mesenkim yang membentuk
papila dentis yang nantinya akan menjadi pulpa dentis.
3. Lidah
Sediaan: lidah
Tujuan praktikum :
1. mengenal Papila sirkumvalata kuncup kecap, kelenjar Ebner.
2. mengenal Papila filiformis, papila fungiformis, kuncup kecap.
Landasan Teori:
Lidah terdiri dari :
1. Tunika mukosa
a. Lapisan epitel yaitu epitel berlapis pipih dengan zat tanduk dan dijumpai putting
pengecap (taste buds).
b. Lapisan propria adalah berupa aponeurosis lidah, dibangun oleh jaringan ikat
yang padat. Pada lapisan ini ditemukan venula, arteriol, asini serusa dari kelenjar
ebner bersama-sama dengan salurannya terutama di bawah papil sirkumvalata
dan serabut otot bergaris.
2. Tunika muskularis yang dibangun oleh otot bergaris, terdiri atas m. horizontalis
linguae (m.Longitudinalis linguae), m.vertikalis linguae dan m.transversalis
linguae.
Papila sirkumvalata. Papila ini besar dan hanya terdapat pada pangkal lidah,
berderet di sepanjang line terminalis (Gambar 4) Badan papila ini terbenam dan dikelilingi
parit sehingga puncaknya sama tinggi dengan garis permukaan lidah. Jadi, papil ini tidak
35
menonjol ke permukaan lidah. Dasar parit merupakan tempat muara kelenjar Ebner, suatu
kelenjar liur serosa yang ada di dalam teras (bagian tengah) lidah. Permukaan papila ini
diliputi epitel gepeng berlapis yang dapat mempunyai lapisan tanduk tipis. Pada permukaan
lateral papil, yang terbenam di dalam parit, terdapat banyak kuncup kecap (taste bud), yang
merupakan badan akhir saraf sensoris sebagai indera pengecap. Kadang-kadang kuncup
kecap itu tidak terpotong, tetapi umumnya terlihat jumlahnya lebih dari satu pada setiap
sisi.
Gambar 4. Ppapilla sirkumvalata: 1. Epitel berlapis gepeng dengan keratin, 2. lamina
propria, 3. Kuncup kecap Papila filiformis. Papila ini berbentuk mirip kerucut dengan ujung runcing Hampir
seluruh permukaan atas lidah dipenuhi papila jenis ini. Epitel yang melapisinya berupa epitel
berlapis gepeng yang ujungnya membentuk lapisan keratin.
Gambar 5. Papilla filiformis pembesaran 40X
Papila fungiformis. Bentuk papila ini mirip jamur (Gambar 6). Terdapat di antara
papilpapil filiformis. Papila ini juga menonjol di atas permukaan lidah seperti papila
filiformis, epitel permukaannya juga sama dengan epitel papila filiformis, tetapi tidak
mempunyai lapisan keratin. Pada papil ini kadang-kadang ditemukan adanya kuncup kecap.
Baik papil filiformis maupun fungiformis mempunyai papil (jaringan ikat sekunder).
36
Gambar 6.papila fungi formis pembesaran 40x. 1. Epitel berlapis gepeng tanpa keratin, 2. Lamina propria, 3. Kuncup kecap
Kuncup kecap (taste bud). Badan akhir saraf sensorik ini bentuknya mirip bawang
sehingga pada sajian tampak sebagai sebuah bangunan yang terdiri atas sel-sel yang
tersusun mirip lapis-lapis pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya . Badan
akhir serat saraf sensorik ini dulu diduga terdiri atas dua macam sel, yaitu sel pengecap dan
sel penyokong yang keduanya berbentuk gelendong langsing. Tapi saat ini dikenal 4 jenis sel
yaitu sel gelap, sel jernih, sel intermedia, Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir
sama dengan tebal epitel.sedangkan sel yang keempat adalah sel basal yang
memilikikemampuan regenerasi. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak
berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas
mikrovilus.
3. Kerongkongan (esofagus)
Dalam mempelajari saluran cerna mulai dari esophagus sampai anus dipelajari tata
bangun dinding saluran yang terdiri atas empat lapisan utama, yaitu tunika mukosa, tunika
submukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia atau tunika serosa. Masing-masing
segmen saluran cerna dapat dikenali lewat ciri setiap lapisan yang terdapat pada segmen
yang bersangkutan. Oleh karena itu, kenalilah keempat lapisan dindingnya itu agar dapat
dengan mudah membedakan bagian-bagian saluran cerna satu sama lainnya.
a. esophagus potongan melintang :
Sediaan : esofhagus potongan melintang
Tujuan Praktikum:
1. Menentukan Tunika mukosa: epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk, lamina
propria, muskularis mukosa.
2. Tunika submukosa: kelenjar esofagus.
3. Tunika muskularis: melingkar/sirkular, memanjang/longitudinal.
4. Tunika adventisia.
Perhatikan gambar 8 (Esophagus pml)
37
Gambar 8. Dinding esophagus pml. 1. Epitel berlapis gepeng tak bertanduk, 2. Kelenjar esophagus, 3. Lamina propria, (4) Tunika submukosa, (5) Tunika muskularis.
b. Esofagus kardia :
Tujuan Praktikum:
1. menentukan Peralihan dari epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk menjadi
epitel silindris selapis.
2. menentukan Kelenjar kardia di dalam lamina propria.
Landasan Teori
Tunika mukosa esofagus dilapisi epitel gepeng tak bertanduk. Di bawah epitel terdapat
lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Di bawah lamina propria terdapat
lapisan otot mukosa yang membentuk tunika muskularis mukosa yang hanya terdiri atas
berkas serat otot polos yang tersusun memanjang.
Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar. Di sini lapisan ini terisi oleh kelenjar
esofagus yang bersifat mukosa atau mukoserosa. Pada beberapa sajian, di dalam lapisan ini
dapat ditemukan pleksus saraf Meissner yang biasanya terdiri atas sel saraf dan seratnya.
Tunika muskularis terdiri atas dua lapisan. Lapisan yang sebelah dalam merupakan berkas
serat otot polos tersusun melingkar disebut tunika muskularis sirkular, sedangkan yang
sebelah luar merupakan berkas serat otot polos tersusun memanjang dan disebut tunika
muskularis longitudinal. Di antara kedua lapis otot ini kadang-kadang dapat ditemukan
pleksus saraf Auerbach.
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar. Di sini disebut lapis adventisia karena
tidak diliputi peritoneum.
4. Lambung
a. Sediaan: fundus gaster:
38
Tujuan praktikum:
1. menentukan Tunika mukosa: foveola gastrika, lamina propria, kelenjar fundus,
sel mukosa leher (muscous neck cells), parietal (HCL), prinsipal, dan lapisan
muskularis mukosa.
4. menentukan Tunika submukosa.
5. menentukan Tunika muskularis melingkar dan memanjang.
6. menentukan Tunika serosa.
Perhatikan gambar berikut:
Gambar 9. Fundus lambung pembesaran 40x. 1. Tunika mukosa, 2. Tunika sub mukosa 3.
muskularis mukosa, 4. Tunika serosa.5. Faveola gastrika, 6. Epitel permukaan, kelenjar
mukosa perhatikan juga bahwa perbandingan parit dengankelenjar disini parit hanya 1/4
dari mukosa sedangkan kelenjar 3/4nya.
Landasan Teori
Dalam kelenjar lambung ini dapat dibedakan 3 jenis sel yaitu:
1. Sel mukus leher atau muscous neck cell. Bentuk sel ini torak atau tak teratur, mirip sel
epitel mukosa. Terdapat pada leher kelenjar. Inti sel lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma
bagian puncak kadang-kadang mengandung granula .
2. Sel HCL atau sel parietal atau oxyntic cell. Sel ini bentuknya mirip segitiga atau bulat
(dalam sediaan histologi). Sitoplasmanya merah dengan inti bulat, biru di tengah, dengan
kromatin padat. Terdapat di seluruh kelenjar lambung.
3. Sel zimogen atau sel prinsipal atau chief cell. Sel ini bentuknya torak. Di antara sel-sel ini
dapat juga dilihat sel HCL. Sitoplasma sel zimogen tampak agak basofil di bagian basal dan
39
daerah puncaknya kadang-kadang terlihat bergranula merah. Inti sel bulat dan terletak
mengarah basal. Sel ini banyak terdapat di bagian basal kelenjar. Lihatlah gambar berikut:
Gambar 10. Sel mucus leher pembesaran 100x. 1. Sel mucus permukaan, 2. Faveola gastrika, 3. Sel mucus leher, 4. Sel HCL(sel parietal)
b. sediaan pylorus lambung:
Tujuan Praktikum:menentukan
1. Tunika mukosa: idem gaster fundus, foveola yang lebih dalam.
2. Tunika submukosa.
3. Tunika muskularis: sfingter pilorus.
Gambar 11. Pylorus gaster pembesaran 40x, 1. Fovea gastrika lebih dalam 2/3 tebal
tunika mukosa, 2. Kelenjar pylorus, 3. Tunika submukosa, 4. Tunika muskularis
3
4
40
5. Duodenum
Sediaan: duodenum
Tujuan praktikum menentukan:
1. Tunika mukosa epitel silindris selapis, mikrovilus (paras sikat/brush border), sel
goblet, lamina propria, vilus intestinalis, muskularis mukosa.
2. Tunika submukosa kelenjar Brunner, pleksus Meissner, plika sirkular Kerckring.
3. Tunika muskularis sirkular, pleksus Auerbach,
4. tunika muskularis longitudinal.
5. Tunika serosa. Lihatlah gambar berikut:
Gambar 12. Duodenum , kelenjar brunner pembesaran 40x. 1. Epitel selapis torak
dengan mikrovili yang menutupi vilus intestinal, 2. Kelenjar intestinalis, 3.Tunika
muskularis mukosa, 4. Kelenjar brunner di tunika submukosa, 5. Tunika muskularis
Landasan Teori :
1. Tunika mukosa pada duodenum membentuk jonjot-jonjot (villi intestinalis) 40 buah/ mm2 berbentuk seperti daun. Disini terdapat : a. Lapisan epitel yang disusun oleh epitel selapis silindris, dengan sedikit sel piala
(sel goblet). b. Lapisan propria, pada lapisan ini ditemukan kelenjar usus (crypts of Lieberkuhn)
dalam potongan longitudinal atau tranversal, kelenjar mucus Bruner (Glandula duodenalis Brunneri) dan disusun oleh serabut kolagen disertai dengan serabut elastic, limfosit, sel plasma, eosinofil dan sel mast hal ini dapat dilihat dengan objektif 40 X.
c. Lapisan muskularis mukosa yang tampak tebal dan tidak teratur seperti lambung dan susunannya sebelah dalam sirkuler, sebelah luar longitudinal dan beberapa serabut menjorok ke dalam lamina propria pada jonjot usus yang disebut otot Bruecke.
1. Tunika submukosa dibangun oleh jaringan areolar longgar dan dijumpai sel lemak. Dalam lapisan ini dijumpai kelenjar-kelenjar :
41
- Kelenjar Brunneri (glandula duodenalis Brunneri) 2. Tunika muskularis dengan susunan serabut otot polos :
a. Sebelah dalam sirkuler b. Sebelah luar longitudinal
Diantara kedua lapisan ini ditemukan sel ganglion plexus Auerbachi. 3. Tunika serosa disusun oleh :
- Lapisan mesotel
6. Yeyunum dan ileum Sediaan : ileum dan yeyunum Tujuan Praktikum Menentukan:
1. Tunika mukosa: idem duodenum, cari sel Paneth. 2. Tunika submukosa: pleksus Meissner, plika sirkular Kerckring. 3. Tunika muskularis: idem duodenum. 4. Tunika serosa 5. Perbedaan yeyunum dan ileum
Perhatikan gambar berikut:
Gambar 13 atas .Dinding yeyunum (Pembesaran 40×). (1) Vilus intestinalis, (2) Tunika mukosa, (3) Tunika submukosa, (4) Tunika muskularis, (5) Tunika muskularis mukosa.
Gambar 13 bawah Dinding yeyunum (Pembesaran 40×). (1) Plika semisirkularis Kerckring (2) Vilus intestinalis,(3) Tunika mukosa, (4) Tunika muskularis mukosa, (5) Tunika submukosa
1
2
42
Gambar 14. Dinding ileum pembesaran 40x. (1)Tunika mukosa terdiri atas epitel selapis silindris dengan sel goblet, lamina propria, dan tunika muskularis mukosa,(2) Tunika
submukosa, (3) Plakat Peyer (Plaque Peyer), (4) Tunika muskularis. Landasan Teori :
Pada yeyenum Tunika mukosa bagian usus ini mirip duodenum, tetapi vilus intestinalnya lebih langsing dan sel pialanya lebih banyak. Sel Paneth lebih mudah dikenali pada sajian ini.Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan ikat longgar dengan pleksus Meissner di dalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk plika sirkular Keckring. Tunika muskularis susunannya sama seperti pada duodenum. Tunika serosa berupa jaringan ikat longgar dilapisi mesotel
Pada Illeum Tunika mukosa mirip dengan yeyunum, tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di dalam lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus (agregasi nodulus limfatik) permanen yang membentuk bangunan khusus disebut plakat Peyer. Kelompokan nodulus limfatik ini sering terlihat meluas ke dalam submukosa sehingga sering menjadikan tunika muskularis mukosa terpenggal-penggal. Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan pleksus Meissner di dalamnya. Di sini juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkular Kerckring tampak lebih pendek dibandingkan yang terdapat pada duodenum maupun yeyunum. Tunika muskularis strukturnya sama seperti duodenum dan yeyunum. Tunika serosa juga terdiri atas jaringan ikat longgar dilapisi mesotel.
7. Apendiks (umbai cacing)
Sediaan: apendik
Tujuan Praktkum mempelajari:
1. Tunika mukosa kriptus Lieberkuhn, kelompokan nodulus limfatikus.
2. Tunika submukosa.
3. Tunika muskularis.
43
4. Tunika serosa.
Perhatikanlah gambar berikut:
Gambar 16. Dinding apendik (Pembesaran 40×). (1) Kriptus Lieberkuhn, (2) Nodulus limfatikus.
Landasan Teori :
Tunika mukosa seperti juga usus lainnya, epitel mukosanya adalah epitel selapis torak yang mempunyai sel piala sangat banyak. Bagian usus ini tidak mempunyai vilus, yang ada hanya kriptus Lieberkuhn saja. Di dalam lamina propria terdapat banyak nodulus limfatikus, memenuhi sekeliling dindingnya. Tunika muskularis mukosa juga dapat dikenali di sini. Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan limfosit yang berasal dari lamina propria. Tunika muskularis tetap tampak membentuk dua lapisan seperti pada usus lainnya sekalipun garis tengah apendiks lebih kecil. Tunika adventisia/serosa organ ini juga sepadan dengan yang lain
8. Usus Besar
a. Kolon dan rectum
Tujuan Praktikum: mempelajari 4 lapisannya pada gambar berikut:
Gambar 17. Dinding kolon rektum (Pembesaran 40×). (1) Kriptus Lieberkuhn, (2) Tunika
mukosa terdiri atas epitel selapis silindris dengan sel goblet, lamina propria, dan tunika
muskularis mukosa, (3) Nodulus limfatikus, (4) Tunika submukosa.
Landasan Teori :
44
1. Tunika mukosa dengan karakteristik tidak ditemukan plika ataupun jonjot dan
permukaannya tidak rata :
a. Lapisan epitel, adalah berupa epitel selapis silindris dan banyak infiltrasi limfosit
juga ditemukan sel piala (goblet) terutama pada kelenjar usus.
b. Lapisan propia, yang lebih terorganisir dengan banyak infiltrasi limfosit juga
ditemukan limfonodulus.
c. Lapisan muskularis mukosa yang mempunyai dua lapisan sebelah dalam sirkuler
dan sebelah luar longitudinal.
2. Tunika submukosa, yang berupa jaringan ikat longgar dan tidak ditemukan suatu
keistimewaan.
3. Tunika muskularis dengan susunan :
a. Sebelah dalam sirkuler
b. Sebelah luar longitudinal dan ini membentuk tiga bentukan pita yang disebut
Taenia Coli, sehingga antara bentuk pita tersebut lapisan otot longitudinal ini
lebih tipis.
4. Tunika serosa yang berupa lapiasan dari peritoneum yang dilapisi oleh lapisan
mesotel.
b. Peralihan Rektum-Anus
Tujuan mempelajari:
1. Tunika mukosa: peralihan epitel mukosa, lamina propria, v. hemoroidalis, kelenjar sirkum analis.
2. Tunika submukosa: menyatu dengan lamina propria. 3. Tunika muskularis m. sfingter ani internus dan eksternus. 4. Tunika adventisia.
Perhatikanlah gambar berikut:
Gambar 18. Peralihan rektum-anus (Pembesaran 40×). (1) Epitel selapis torak dengan sel
Goblet,(2) Kriptus Lieberkuhn,(3) Peralihan epitel selapis torak dengan epitel berlapis gepeng , (4) Dermis, (5) Epitelberlapis gepeng.
1
2
45
Landasan Teori :
Tunika mukosa, perhatikan perubahan jenis epitel, dari epitel selapis torak dengan sel
goblet menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang pada bagian distal dapat
dijumpai lapisan tanduk (Gambar 18). Kriptus tidak terlihat lagi di daerah anus. Kelompokan
nodulus limfatik juga terdapat dalam lapisan ini.
Tunika muskularis, mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk daerah anus. Lamina propria
digantikan oleh dermis. Carilah di dalam dermis, kelenjar apokrin yang disebut kelenjar
sirkum anal (kelenjar kitar dubur).
Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar yang bersatu dengan jaringan ikat longgar
lamina propria pada tempat pertemuannya dengan anus dan akhirnya digantikan oleh
dermis dan hipodermis.
Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rektum menebal membentuk otot lingkar
yaitu m. sfingter ani internus. Lapis otot memanjang tidak mengalami perubahan. Pada
beberapa sajian dapat dikenal otot sfingter ani eksternus yang terdiri atas jaringan otot
lurik.
Tunuka adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar
46
Praktikum 2. Kelenjar Saluran Cerna
( Hati, Kandung empedu dan Pankreas)
Ketiga organ ini disebut kelenjar besar saluran cerna yang bersama dengan saluran
cerna menjadi bagian dari sistem pencernaan. Hati dan pankreas memang kelenjar dan
bahkan kelenjar ganda eksokrin dan endokrin. Akan tetapi, kandung empedu sebenarnya
bukan kelenjar melainkan sebuah kantong tempat menyimpan empedu sementara. Namun
demikian, kandung empedu tetap dibahas bersama dengan kelenjar besar pencernaan
karena fungsi ketiganya saling berkaitan.sedangkan kelenjar kecil saluran cerna tidak
dibahas lagi karena sudah dipraktikumkan pada topic kelenjar karena itu kelenjar
submandibula, submaksila dan parotis coba diingat lagi pada pelajaran sebelumnya.
1. Hati
Sediaan: hati babi:
Tujuan praktikum mempelajari:
1. Lobulus klasik hati: v. sentralis, sinusoid, sel endotel sinusoid, sel Kupffer, deretan sel
hati, kanalikulus biliaris, saluran Herring, jaringan interlobular.
2. Segitiga Kiernan, cabang v. porta, cabang a. hepatika duktus biliaris, pembuluh limf,
dan jaringan interlobular.
3. V. sublobularis.
Landasan Teori:
Lobulus klasik hati yang pada sajian histology biasanya berbentuk bidang bersudut
banyak (poligonal). Sisi bidang ini merupakan batas lobulus yang dibentuk oleh jaringan ikat
longgar (jaringan interlobular). Jaringan ikat pembatas lobulus tidak selalu jelas pada setiap
sajian. Pada sajian hati babi, jaringan ini sangat jelas terlihat, tetapi pada sajian hati manusia
atau tikus, batas atau jaringan ini seakan-akan tidak ada jika tidak diperiksa dengan cermat.
Carilah sebuah lobulus dan cobalah mencari batas-batasnya. Kenalilah vena sentralis yang
biasanya terletak di tengah lobulus. Di luar vena sentralis ini terdapat deretan sel hati yang
tersusun mirip jari-jari mengarah ke jaringan interlobular. Di antara deretan sel hati tersebut
terdapat sinusoid hati yang bermuara ke dalam vena sentralis tadi. Muaranya ini tidak selalu
terlihat jelas karena tidak selalu terpotong. Dinding sinusoid berupa selapis sel endotel yang
terlihat melekat pada deretan sel hati. Sel endotel ini berbentuk gepeng dengan inti yang
gepeng pula dan mempunyai kromatin padat. Pada beberapa sajian dapat dilihat sebuah sel
47
dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat; bila terlihat, tampak sitoplasmanya
becabang cabang dan menempel pada dinding-dinding sinusoid di seberangnya. Di dalam
sitoplasmanya mungkin dapat dilihat benda-benda asing yang telah dilahapnya (fagositosis).
Sel ini disebut sel Kupffer. Tanpa adanya benda asing ini sulit untuk memastikan bahwa yang
terlihat itu benar-benar sel Kupffer.
Sel hati atau hepatosit berbentuk poligonal dengan inti bulat atau sedikit lonjong dan
kromatin agak padat. Sel hati berinti ganda dapat ditemukan cukup banyak. Dengan
pembesaran objektif 45×, kadang-kadang dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua
dinding sel hati yang bersebelahan. Saluran ini terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja
terjepit di antara kedua dinding sel itu. Cobalah cari sel hati yang bersebelahan, carilah
lubang ini di antara dinding yang
saling melekat itu. Dengan memainkan fokusnya, biasanya saluran ini dapat terlihat.
Perhatikanlah gambar berikut:
Gambar 1. Struktur lobules hati: 1 lokasi segitiga Kiernan
lobulus hati ( hepatic lobulus) Pada sediaan dari pada lobulus hati ( lobuli hepatis ) dengan objektif 10x, dapat dopelajari bagian-bagianya sebagai berikut :
1. Vena sentralis, berada ditengah-tengah suatu lobulus hati. 2. Lempengan hati yang dibangun oleh sel hati 3. Areal portal dengan bentuk polygonal dan dijumpai segitiga hati,(trigonum
hepatis/ segitiga kiernan) yang terdiri dari : arteri, vena hepatica dan saluran empedu ( duktus biliaris, bile duct ) yang dibangun oleh epitel selapis kuboid, saluran ini pada sediaan tampak pucat
4. Septa interlobular yang disusun oleh jaringan ikat.
Dengan pembesaran 40x pelajari sifat/strukturnya dan hubungan sel-sel pembangun dari lempengan hati, yaitu :
1. Vena sentralis, pembuluh darah yang berada ditengah-tengah lobulus hati.
48
2. Sel hati, bentuk hexsagonal dengan inti berada ditengah. 3. Sinusoid, berada celah-celah diantara barisan susunan sel hati 4. Saluran empedu ( ductus biliaris, bileduct ) terlihat berupa saluran yang dibentuk
oleh epitel kubus yang pucat. 5. Vena interlobular, dijumpai pada septa interlobular 6. Septa interlobular dibentuk oleh suatu jaringan ikat 7. Arteri interlobular, dijumpai pada seta interlobular
Dengan pembesaran 200x dapat dilihat struktur berikut:
Pada sediaan hati manusia dapat dipelajari struktur seperti gambar berikut:
.
2. KANDUNG EMPEDU ( VESICA FELLEA )
Sediaan : kandung empedu
Tujuan Praktikum mempelajari dan mencari:
1. Lapisan mukosa epitel selapis torak, lamina propria, Lipatan mukosa, sinus
Rokitansky-A schoff.
2. Lapisan muskularis.
3. Lapisan jaringan ikat.
4. Duktus aberans Luschka
Gambar 2. Hati, lobules klasik
(Pembesaran 40×). (1) Hepatosit
tersusun secara radier,
(2) Vena sentralis, (3) Segitiga
Kiernan
Gambar 3. Hati, vena sentralis,
endotel sinus (Pembesaran 200×). (1)
Hepatosit, (2) Sinusoid, (3) Endotel
sinusoid, (4) Vena sentralis
Gambar 4. Hati manusia, segitiga Kiernan
(Pembesaran 400×). (1) Jalur Portal = segitiga
Kiernan, di sini tampak berbentuk segitiga. (2)
Sinusoid hati, (3) Sel Kupffer, (4) Hepatosit,
(5) Cabang A.Hepatika, (6) Cabang duktus
biliaris, (7) Cabang V. Porta, (8) Sel
endothelium
49
Gambar 7. Dinding kandung empedu (Pembesaran 40×). (1) Lipatan mukosa (rugae), (2) Sinus Rokitansky- Aschoff, (3) Lamina propria, (4) Tunika muskulari Landasan Teori :
Dinding organ ini disusun oleh : Tunika mukosa yang mempunyai lipatan-lipatan ( bedakan
dengan jonjot usus ) dan terkadang membentuk lekukan (divertikulum crypti mucosae ).
Lapisan epitel disusun oleh epitel selapis silindris tinggi dengan inti yang terletak didaeah
basal. Lapisan propia terdapat bangunan bulat/lonjong yang memiliki epeitel sama dengan
epitel permukaan mukosa yang disebut sinus rokitanskay aschoof. Ini sebenarnya potongan
lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-Aschoff. Dinding kandung empedu tidak
mempunyai tunika muskularis mukosa.
Tunika muskularis yang dibangun oleh serabut otot polos
Tunika serosa /adventisia dibangun oleh jaringan ikat longgar dan berlanjut menjadi kapsula
interlobular dari hati. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati, kadang-kadang
dapat dijumpai sisa saluran keluar empedu yang rudimemter dan disebut duktus aberans
Luschka.
3. PANKREAS ( PANCREAS )
Sediaan : pankreas
Tujuan Praktikum mencari dan mempelajari:
1. Bagian eksokrin, asinus, sel sentroasiner, duktus interkalaris.
2. Bagian endokrin: pulau Langerhans.
50
Landasan Teori:
Sepintas, kelenjar ini mirip kelenjar parotis. Kelenjar pankreas merupakan kelenjar
ganda, terdiri atas bagian eksokrin yang pada pewarnaan HE terpulas lebih gelap dan bagian
endokrin yang lebih pucat. Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip dengan kelenjar parotis
karena pars terminalisnya berupa asinus. Di dalam asinus sering dapat dijumpai sel
sentroasiner yang membatasi lumen asinus. Sel ini merupakan awal dinding duktus
interkalaris, yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil. Pada awalnya, dinding saluran ini
berupa epitel kuboid selapis atau kuboid rendah.Duktus sekretorius (intralobular) lebih
sedikit jumlahnya daripada yang terdapat pada kelenjar parotis. Adanya sel sentroasiner dan
sedikitnya duktus sekretorius pada kelenjar pankreas dapat digunakan untuk
membedakannya dari kelenjar parotis.
Bagian endokrin disebut juga pulau-pulau Langerhans yang terdiri atas kelompok sel
yang pada pewarnaan HE terpulas lebih pucat daripada sel asinus di sekitarnya (bagian
eksokrin). Sel pulau Langerhans itu juga lebih kecil daripada sel asinus. Pada umumnya,
bentuknya kelihatan bulat dan dinding selnya tidak mudah dilihat. Di antara sel-sel itu
terdapat pembuluh kapiler darah. Kelompok sel ini pun tidak mempunyai simpai jaringan
ikat yang jelas. Dengan pulasan HE sulit membedakan sel alfa, sel beta, dan sel delta yang
ada di dalamnya.
Gambar 3. Pankreas (Pembesaran 10×). (1) Pulau Langerhans (bagian endokrin), (2) Asinus
pancreas (bagian eksokrin).
51
PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Penyusun : dr. Meizly Andina, M.Biomed
Emni Purwoningsih, S.Pd, M.Kes
dr.Isra Thristy, M.Biomed
DEPARTEMEN BIOKIMIA UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
52
PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILIN
PROTOKOL KERJA PRAKTIKUM BIOKIMIA PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILINOGEN DALAM URIN
1. Alat Yang Digunakan 2. Bahan Yang Digunakan
1. Tabung Reaksi panjang (5 BuaH) 1. Iodium 1%
2. Pipet Mohr (2 Buah) 2. Lugol
3. Kertas Saring 3. Reagensia schlesinger
4. Pipet Tetes 4. Urin
5. Pot Urin
Prosedur Kerja Tabung 1 : 5 ml urin + iodium 1% sebanyak 10 tetes melalui dinding tabung (amati hasilnya)
Jika terbentuk 2 lapisan cincin dan diaatsnya berwarna hijau maka positif urin mengandung uroblin
Tabung 2 : 5 ml urin + lugol sebanyak 10 tetes dmelalui dinding tabung (amati Hasilnya)
Jika terbentuk 2 lapisan cincin dan diaatsnya berwarna hijau maka positif urin mengandung uroblin
Tabung 3 : 3 ml urin + 3 tetes lugol tanpa dimerengkan diaduk hingga merata
Didiamkan selama 5 menit + 3 ml schlesinger lalu diaduk. Kemudian disaring
Amati Hasilnya, jika terdapat fluoresensi hijau maka hasil positif
53
PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Penyusun : dr. Humairah Sp. PA
DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
54
PERATURAN MENGIKUTI PRAKTIKUM
BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK – UMSU
1. Peserta praktikum diwajibkan hadir tepat waktu (15 menit sebelum praktikum
dimulai), dengan toleransi keterlambatan maksimal 10 menit. Peserta
praktikum yang terlambat tidak akan diperkenankan masuk untuk mengikuti
kegiatan praktikum.
2. Peserta praktikum diwajibkan untuk berpakaian sopan dan rapi. Peserta praktikum
yang mengenakan kaos oblong, celana jeans, sandal / sepatu sandal tidak
diperkenankan masuk untuk mengikuti kegiatan praktikum.
3. Sebelum memasuki ruangan praktikum, peserta praktikum diwajibkan mengenakan
jas laboratorium berwarna putih beserta identitas peserta (Nama dan NIM) pada
dada sebelah kiri dan menunjukkan kelengkapan alat tulis (pinsil merah biru) kepada
pembimbing praktikum.
4. Sebelum melaksanakan praktikum, peserta praktikum wajib mengikuti Pre Test
dengan nilai kelulusan minimal 65. Peserta yang tidak lulus Pre Test wajib mengikuti
ujian ulangan dan lulus dengan nilai tersebut. Bila 2 kali ujian tulis tidak lulus,
mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan wajib mengulang
praktikum pada waktu yang ditentukan berikutnya.
5. Dalam mengikuti kegiatan praktikum, peserta praktikum diwajibkan untuk menjaga
sikap yang baik dan mematuhi seluruh peraturan yang berlaku di Bagian Patologi
Anatomi FK – UMSU.
6. Dalam mengikuti kegiatan praktikum, peserta praktikum diharuskan memahami
seluruh pembelajaran yang diberikan serta memenuhi tugas yang diinstruksikan oleh
pembimbing praktikum.
7. Peserta praktikum tidak dibenarkan untuk mengaktifkan handphone dan sejenisnya
selama mengikuti kegiatan praktikum.
8. Penilaian ujian akhir praktikum berdasarkan nilai Pre Test (25%), jurnal praktikum
(25%), Post Test (50%) (Skill, Knowledge dan Attitude).
55
PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Humairah Medina Liza Lubis, Delyuzar, Susi Lusanna Lubis
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mengetahui gambaran histopatologi dan patogenesis kelainan pada sistem
gastrointestinal dan hati.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa menandatangani absen yang telah disediakan.
2. Memperhatikan objek praktikum dan beri keterangan pada kertas yang telah disediakan.
3. Diskusi dan jurnal pelaporan praktikum.
SEDIAAN MIKROSKOPIS
1. Karsinoma sel skuamosa lidah
2. Gastritis kronik
3. Adenokarsinoma lambung
4. Hepatocellular carcinoma
Deskripsi dan diskusikan kelainan yang tampak pada sediaan
Beri keterangan gambar pada jurnal praktikum yang telah disediakan
56
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
Sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang berawal di rongga mulut
dan berakhir di anus. Sistem ini terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan liang anus. Organ yang berhubungan dengan saluran cerna ini, yaitu
organ-organ tambahan kelenjar liur, hati dan pankreas.Organ-organ ini menghasilkan
banyak sekret yang disalurkan ke dalam saluran cerna melalui duktus ekskretorius.Sekret-
sekret ini membantu pencernaan materi yang dimakan dan penyerapannya.
Gambar 1.Sistem pencernaan manusia
Untuk menentukan kelainan/penyakit yang diderita seseorang akibat
gangguansaluran pencernaan perlu dilakukan anamnesis, baik auto maupun allo anamnesis
yang teliti dan sistematis, sesuai dengan kronologis kejadian.
Anamnesis dimulai dengan keluhan utama,yakni keluhan yang diderita
seseorang,membawa dia untuk meminta pertolongan/pengobatan kepada dokter. Gejala
Keterangan Gambar :
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah
rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Amandel
7. Lidah
8. Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. Duodenum
15. Saluran empedu
16. Kolon
17. Kolon transversum
18. Kolon ascenden
19. Kolon descenden
20. Ileum
21. Sekum
22. Appendiks
23. Rektum
24. Anus
57
klinis gangguan sistem pencernaan dapat berupa nyeri epigastrium, mual muntah,
kembung, diare dan lain-lain.
Anamnesis untuk kelainan sistem pencernaan secara garis besar dapat dibagi atas
3bagian, yaitu:
a. gangguan asupan (intake)
b. gangguan penyerapan (absorpsi)
c. gangguan struktur lainnya pada sistem pencernaan, baik pada sistem
pencernaan bagian atas maupun sistem pencernaan bagian bawah.
Gangguan asupan dapat disebabkan oleh kelainan pada sistem pencernaan itu
sendiriataupun yang berasal dari luar sistem pencernaan. Gangguan pada sistem
pencernaan misalnya:
- Adanya gangguan menelan. Gangguan menelan, dapat akibat adanya
kelainan pada orofaring, seperti faringitis akut, tonsilitis, tumor.
- Gangguan pada esofagus meliputi esofagitis, striktur esofagus, atresia
esofagus,akhalasia, tumor dan lain-lain.
- Kelainan pada lambung juga akan mengakibatkan makanan yang sudah
ditelankembali dikeluarkan akibat mual dan muntah. Hal ini misalnya dapat
ditemukan pada ulkus ventrikuli, gastritis,penyakit refluk gastroesofageal,gangguan
pada spinkter gastro-duodenum,penyakit hepatobilier,gangguan pada pankreas.
- Gangguan diluar sistem pencernaan yang dapat mengganggu asupan/ intakedimana
hal tersebut mengakibatkan mual dan muntah, misalnya:hiperemesis
gravidarum,penyakit ginjal kronik,diabetes melitus dengan ketoasidosis,gangguan
pada susunan saraf pusat.
Gangguan penyerapan dapat terjadi, baik disebabkan oleh kelainan pada sistem
pencernaan bagian atas, maupun kelainan pada sistem pencernaan bagian bawah.
Gangguan pada sistem pencernaan bagian atas misalnya: gastritis kronik,
gangguansekresi enzim pankreas, gangguan sekresi bilirubin ke usus halus, infeksi pada usus
halus, penyakit “celiac”. Sedangkan gangguan pada sistem pencernaan bagian, bawah
meliputi infeksi pada colon, toksin bakteri, penyakit autoimun pada sistem pencernaan,
58
tumor dan lain-lain.Gangguan penyerapan akibat kelainan diluar sistem pencernaan,
misalnya penderita dengan hipertiroid, gangguan elektrolit dan lain-lain.
Gangguan lainnya yang ditemukan pada sistem pencernaan, meliputi perdarahan pada
sistem pencernaan, baik yang bersumber dari sistem pencernaan bagian atas, maupun dari
sistem pencernaan bagian bawah, tumor sistem pencernaan, primer ataupun sekunder,
hemorhoid, kelainan kongenital, misalnya atresia ani dan lain-lain.
Pada praktikum Patologi Anatomi Blok Gastroenterohepatologi ini dititikberatkan
pada kondisi-kondisi non neoplastik dan neoplasma yang banyak ditemukan di masyarakat.
1. Karsinoma sel skuamosa lidah
Sembilan puluh lima persen dari semua jenis kanker oral merupakan karsinoma sel
skuamosa. Penyakit ini sering didiagnosis pada usia antara 50 dan 70 tahun dan paling sering
ditemukan pada dasar mulut, lidah, palatum mole, serta bagian pangkal lidah. Lesi dapat
menonjol, keras berulkus atau verukosa.Secara histologik, kanker tersebut merupakan
karsinoma skuamosa yang tipikal dengan berbagai diferensiasi.Kanker ini cenderung
mengadakan infiltrasi lokal sebelum bermetastasis, khususnya ke limfonodi, paru-paru, hati
dan tulang.Prognosis yang paling baik terlihat pada lesi bibir dan yang paling buruk pada lesi
dasar mulut serta bagian pangkal lidah (angka kelangsungan hidup 5 tahun adalah 20%-
30%).
Patogenesis
Tembakau dan alkohol merupakan korelasi yang paling sering ditemukan; pada merokok
resikonya 15 kali lipat lebih besar (daripada bukan perokok) untuk mengalami keganasan.
Human papillomavirus (HPV) tipe 6, 16 dan 18 turut terlibat pada 10% hingga 15% kasus.
Kebiasaan mengunyah gambir atau menyirih merupakan penyebab penting di India dan
sebagian negara Asia.
Faktor genetik dapat ikut memainkan peranan (delesi pada kromosom 18q, 10p, 8p dan
3p turut terkait).
Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada stadium awal sering tidak
menunjukkan gejala yang jelas.Tidak ada keluhan dan tidak sakit.Umumnya berupa
59
leukoplakia, eritroplakia ataupun erosi dan pada stadium lanjut dapat berbentuk eksofitik
yang berupa papula dan nodul, ataupun endofitik yang dapat berupa ulser, erosi maupun
fisur.Gambaran klinis kanker rongga mulut pada berbagai lokasi rongga mulut mungkin
memiliki beberapa perbedaan.Gejala yang dialami penderita karsinoma lidah tergantung
pada letak kanker tersebut. Bila terletak pada bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya
adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit (disfagia). Bila timbul pada
1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang
dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.
Gambar 2.Karsinoma sel skuamosa pada lidah
Karsinoma sel skuamous secara histologis menunjukkan proliferasi sel-sel epitel
skuamosa. Terlihat sel-sel yang atipia disertai perubahan bentuk retepeg processus,
pembentukan keratin yang abnormal, pertambahan proliferasi sel basaloid, susunan sel
menjadi tidak teratur, dan membentuk tumor nest (anak tumor) yang berinfiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau membentuk anak sebar ke organ lain (metastasis).
WHO mengklasifikasikan karsinoma sel skuamosa secara histologis menjadi:
1. Well differentiated (Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana sel-sel basaloid
tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin (keratin pearl).
2. Moderate differentiated (Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di manasebagian sel-
sel basaloid tersebut masih menunjukkan diferensiasi, membentuk keratin.
60
3. Poorly differentiated (Grade III) : yaitu proliferasi sel sel tumor di mana seluruh sel-sel
basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sel sulit dikenali lagi.
2. Gastritis kronik
Gastritis merupakan keadaan inflamasi pada mukosa lambung, terbagi atas akut dan
kronik tergantung pada lamanya proses penyakit. Gastritis kronik diartikan sebagai keadaan
dimana dijumpai perubahan inflamatorik kronik pada mukosa lambung sehingga akhirnya
terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel.Keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya
displasia dan karsinoma.
Patogenesis
Infeksi kronik oleh Helicobacter pylori merupakan penyebab utama. Penyebab
lainnya meliputi :
Imunologi (autoimun)
Antibodi terhadap sel-sel parietal (yang meliputi H+/K+-ATPase) atau faktor intrinsik yang
mengikat vitamin B12.
Destruksi atau atrofi kelenjar.
Berkurangnya sekresi faktor intrinsik oleh sel-sel parietal sehingga terjadi anemia
pernisiosa.
Toksik : penggunaan alkohol dan merokok.
Pasca bedah : refluks getah empedu pasca antrektomi.
Mekanik/motorik : obstruksi, atonia.
Radiasi.
Keadaan granulomatosa : penyakit Chron.
Penyakit graft-versus-host, uremia, amiloidosis.
Gastritis kronik biasanya asimptomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau keluhan
tidak nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang-kadang ditemukan anemia
pernisiosa yang manifes.Hasil laboratoriumnya meliputi hipoklorhidria lambung dan
hipergastrinemia serum.Resiko terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2% hingga
4%.
61
Secara makroskopik, gastritis kronik memperlihatkan mukosa lambung yang
berwarna merah dan memiliki konsistensi yang lembek (boggy) dengan tekstur yang
kasar.Distribusi lesi bergantung pada etiologi.Penyebab lingkungan (termasuk Helicobacter
pylori) menghasilkan distribusi yang bervariasi dan berbentuk bercak-bercak pada antrum
atau pilorus, sedangkan apabila penyebabnya autoimun menghasilkan lesi yang difus pada
korpus dan fundus lambung.
Gambar 3.Gastritis kronik yang disebabkan H. pylory
Secara histologik terlihat :
Limfosit dan sel plasma yang menginfiltrasi ke dalam lamina propria.
Infiltrasi sel-sel neutrofil intraepitelial.
Perubahan regeneratif pada sel-sel kolumnar permukaan.
Atrofi kelenjar mukosa yang bervariasi.
Metaplasia epitel kolumnar permukaan menjadi epitel intestinal.
Displasia, pada sebagian kasus gastritis kronik yang sudah berlangsung lama.
Jika gastritis kronik diinduksi oleh adanya Helikobakter pylori maka pada permukaan
mukosa gaster dapat kita jumpai H.pylori yang sebagian berbentuk batang maupun spiral
dan akan terlihat dengan pewarnaan Giemsa.
62
Gambar 4.Mikroskopik Gastritis Kronik dengan infiltrasi limfosit dan sel plasma
3. Adenokarsinoma Lambung
Dari semua keganasan lambung, 90% hingga 95% merupakan karsinoma (sisanya
limfoma, karsinoid atau tumor sel kumparan).Distribusi di seluruh dunia sangat bervariasi,
insidens di AS telah mengalami penurunan sebanyak empat kali lipat selama 60 tahun
terakhir. Prognosisnya buruk, dengan angka kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 20%; 2,5%
dari semua kematian karena kanker merupakan kematian karena karsinoma lambung.
Patogenesis
Karsinoma lambung bisa terjadi dengan tipe intestinal atau difus. Faktor resiko untuk kanker
yang difus tidak diketahui dengan jelas; faktor yang turut menyebabkan tumor tipe
intestinal meliputi :
Lingkungan
- Diet : tidak adanya refrigerasi (lemari es); penggunaan zat-zat pengawet, tidak
adanya buah dan sayuran segar.
- Kebiasaan merokok (meningkatkan resiko sebesar 1,5 hingga 3 kali lipat).
Hospes
- Infeksi oleh H. pylori dengan gastritis kronik.
- Gastritis autoimun.
- Gastrektomi parsial, yang memungkinkan refluks gastroduodenal.
63
Displasia mukosa lambung merupakan hasil yang sering ditemukan pada keadaan
instabilitas genetik pada gen perbaikan DNA, ekspresi telomerase dan kelainan c-met, K-sam
dan c-ERB-B2 (lintasan reseptor faktor pertumbuhan).
Gambaran klinik
Karsinoma lambung tersembunyi dan asimptomatik sampai akhir perjalanan penyakit.
Gejala : berat badan menurun, nyeri abdomen, anoreksia, muntah-muntah, pola buang
air besar terganggu, disfagia, anemia, perdarahan.
Dapat bermetastasis ke hati, kelenjar supraklavikula (Virchow), ovarium (Krukenberg
tumor).
Di Amerika Serikat angka ketahan hidup lima tahun adalah 5 sampai 15%.
Program skrining yang agresif untuk mendeteksi lesi dini adalah satu-satunya jalan untuk
memperbaiki prognosis.
Morfologi
Kurvatura minor sering terkena pada 40% kasus dan kurvatura mayor pada 12% kasus. 50%
hingga 60% penyakit kanker terjadi pada pilorus dan antrum; 25% pada kardia dan 15%
hingga 25% pada korpus dan fundus.
Klasifikasinya dibuat berdasarkan :
Kedalaman invasi
Karsinoma lambung dini terbatas pada mukosa dan sub mukosa, tanpa bergantung ada
tidaknya metastasis limfonodi.
Karsinoma lambung lanjut meluas hingga di luar lapisan sub mukosa.
Pola pertumbuhan makroskopik
Tumor bersifat eksofitik, terlihat rata atau cekung atau menonjol.Kadang-kadang, invasi
yang difus lewat dinding lambung menghasilkan lambung yang tebal dan kaku sehingga
keadaan ini dinamakan linitis plastika.
Subtipe histologik (klasifikasi Lauren) :
- Intestinal
64
Epitelium kolumnar yang membentuk kelenjar; biasanya memproduksi musin;
memiliki pola pertumbuhan ekspansif yang polipoid; hampir selalu berkaitan dengan
metaplasia mukosa intestinal; usia rata-rata pengidapnya 55 tahun; rasio laki-laki
terhadap wanita 2:1; insiden tipe ini tengah mengalami penurunan.
- Difus
Sel-sel berbentuk signet yang tunggal dengan diferensiasi buruk; memproduksi
musin; pola pertumbuhan infiltratif; usia rata-rata pengidapnya 48 tahun; rasio laki-
laki terhadap wanita 1:1; tidak terlihat hubungan dengan faktor lingkungan. Kanker
lambung familial memperlihatkan tipe histologik ini.
Gambar 5.Makroskopik karsinoma lambung telihat massa tumor eksofitik dan menonjol
Gambar 6. Adenokarsinoma lambung tipe intestinal dan difus
4. Hepatocellular carcinoma
Karsinoma hepatoseluler (hepatocelluler carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas
hati primer yang berasal dari hepatosit. Tumor ganas hati lainnya ialah kolangiosarkoma
(Cholangiosarcoma = CC) dan sitoadenomakarsinoma berasal dari sel epitel bilier,
sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel mesenkim. Dari seluruh
65
tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC; dan 5% adalah
jenis lainnya.
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah
hepatoma.Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari seluruh
karsinoma yang ada.Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah karsinoma yang paling
sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000 populasi.
Lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis hati.Hepatoma biasa dan sering
terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.
Hepatitis virus kronik adalah faktor resiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah
virus hepatitis B dan C. Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus ini lebih mempunyai
kecenderungan menderita hepatitis virus kronik daripada dewasa yang terinfeksi virus ini
untuk pertama kalinya. Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus hepatitis B atau C. Tampaknya
virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma.
Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) sangat berguna untuk menegakkan diagnosis
penyakit hepatoma ini. Penggunaan ultrasonografi (USG), ComputedTomographic Scanning
(CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan
mengetahui ukuran tumor.
Kebanyakan pasien dengan karsinoma hepatoseluler (HCC) meninggal dalam waktu 1
tahun setelah didiagnosis.Kelangsungan hidup tergantung pada ukuran tumor dan
penyakitnya saat didiagnosis.Pasien dengan sirosis memiliki kelangsungan hidup yang lebih
pendek.Penatalaksanaan secara bedah dapat menyembuhkan hanya kurang dari 5%
pasien.Penyebab kematian ialah perdarahan (varises, intraperitoneal) dan cachexia.
Morfologi
Mungkin terdapat massa yang soliter, nodul multifokal atau kanker infiltratif difus
dengan pembesaran hati yang masif dan sering dengan latar belakang sirosis. Terlihat tumor
yang berwarna kuning hingga merah muda pucat atau bernoda empedu; penyebaran
intrahepatik dan invasi vaskular sering ditemukan.
66
Secara histologis terlihat lesi berkisar dari lesi tumor berdiferensiasi baik hingga lesi
tumor yang sangat anaplastik tanpa adanya diferensiasi.
HCC dengan diferensiasi baik hingga sedang
Hepatosit tersusun dengan pola pseudoglanduler yang trabekuler (sinusoidal) atau asiner
(tubuler).
HCC dengan diferensiasi buruk
Karsinoma ini ditandai oleh sel-sel raksasa pleomorfik yang nyata; sel yang sama sekali
tidak menunjukkan diferensiasi; sel kumparan; atau sel-sel yang sepenuhnya anaplastik.
Sel-sel tumor yang membentuk empedu (lewat pemeriksaan mikroskop cahaya) atau
kanalikuli empedu (lewat pemeriksaan mikroskop elektron); inklusi sitoplasmik
menyerupai badan Mallory; terdapat hasil yang positif dengan pewarnaan untuk α-
fetoprotein dan α1-antitripsin.
Gambar 6.Hepatocellular carcinoma, terlihat tumor berbatas tegas dan fokus perdarahan
kecil yang banyak
Gambar 7. Hepatocellular carcinoma tipe trabekular dan tubular
67
REFERENSI
1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL,Gastrointestinal Robbins Basic Pathology. Eight ed.
Philladephia. WB Saunders Company.New Delhi; 2010.
2. Underwood.J.C.E. Sistem in : Patologi Umum dan Sistemik. Ed 2.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta ; 1996 : p523-5.
3. Buku Ajar Patologi II (Sistemik). Editor Sudarto Pringgoutomo dkk (Guru Besar FK
UI).Penerbit Sagung Seto. Rev. 2006.
4. Buku Patologi Gastrointestinal, Prof Gani W.Tambunan, Sp.PA (K),Penerbit EGC,
2001.
68
PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Penyusun : dr. Siti Hajar, Sp. PK
DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
69
PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
PRAKTIKUM I
PEMERIKSAAN FAECES LENGKAP
Bahan : Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaaktu yang berasal dari defeksi spontan.
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan kemungkinan
unsur-unsur dalam tinja itu dapat rusak. Wadah yang baik adalah yang terbuat dari
kaca, plastik atau wadah karton berlapis paraffin, wadah harus bermulut lebar.
Asas : Memeriksa secara makroskopis serta mencari kelainan-kelainan yang pada tinja
Cara pemeriksaan :
a. Makroskopi
1. Warna
Warna tinja yang dibiarkan diudara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih
banyak urobilin dan urobilinogen. Selain urobilin, warna tinja dipengaruhi oleh jenis
makanan, oleh kelainan dalam saluran usu dan oleh obat-obat yang diberikan.
Warna abu-abu mungkin disebabkan ikterus obstruktif (tinja acholik) dan juga setelah
dipakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Merah segar biasanya oleh
perdarahan bagian proksimal. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan
yang mengandung besi dan mungkin juga karena melena.
2. Bau
Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skadol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau
busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isi, yaitu protein yang tidak dicerna atau
dirombak oleh kuman usus. Tinja akan beraksi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau asam : dapat disebabkan oleh peragian zat-zat gula yang tidak
dicerna sempurna, misalnya pada diare tinja akan bereaksi asam.
3. Konsistensi
Konsistensi tinja pada keadaan normal agak lunak dan berbentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konsistensi
didapat tinja keras
4. Lendir
70
Lendir akan dapat diartikan rangsangan atau radang dinding usus, kalau lendir itu
hanya didapat dibagian luar tinnja. Lokalisasi iritasi itu mungkin usu besar, kalau
bercdampur dengan tinja mungkin sekali usu kecil. Pada disentri, ileocolitis mungkin
didapat lendir saja tanpa tinja.
5. Darah
Perhatikanlah apa darah itu segar (merah segar), coklat atau hitam dan apakah
bercampur baur atau hanya dibagian luar tinja saja. Makin proximal terjadinya
perdarahan, makin bercampurlah darah dengan tinjadan makin hitamlah warnanya.
Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulks, varices dalam oesophagus,
carninoma atau hemorrhoid.
6. Parasit
Cacing ascaris, ankilostoma, taenia dan lain-lain mungkin terlihat
b. Mikroskopi
Mencari protozoa dan telur cacing merupakan yang terpenting. Untuk mencari protozoa
sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer tinja atau juga larutan lugol 1-
2%. Sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya untuk
pemeriksaan rutin.
1. Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat
ditemukan dalam keadaan normal.
2. Makrofag
Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat
sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain, dalam preparatnatif sel-sel
seperti amuba yang tak dapat bergerak.
3. Leukosit
Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam asetat
10%
4. Eritrosit
Bila dikemukakan eritrosit dalam tinja dianggap selalu abnormal
5. Kristal-Kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya. Pada tinja normal dapat dijumpai kristal-kristal
tripelfosfat, kalsiumoksalat dan asam lemak.
71
6. Sisa makanan
Dalam keadaan normal, dapat ditentukan dalam tinja dalamjumlah tertentu. Sisa
makan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan
berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik dan lain-lain.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja
7. Sel Ragi
Khusus Blastosistis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya
ialah jangan dianggap kista amuba
8. Telur cacing
Telur cacing Ascaris lumbricoides Necator americanus, enterobius vermicularis,
Trichuris trichura, Strongyloides Stercoralis mungkin ditemukan.
DARAH SAMAR
Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara mskroskopik
atau mikroskopik.
Sekarang ini cara benzidine basa telah ditinggalkan karena bersifat karsinogenik.
Cara Guajac:
1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam asetat
glasial lalu dicampur
2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95%
lalu dicampur
3. Tuanglah berhati-hari isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga
kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah
4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.
Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Cara Tablet:
Cara pemeriksaan mengikuti petunjuk kit yang dikeluarkan oleh pabriknya.
Biakan : Biakan kuman salmonella, Shigella, E Coli, V Clorera dan lain-lain.
72
PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN FAAL HATI
1. BILIRUBIN
Bahan : Serum
Alat : Spektrofotometer 578 nm (Bilirubin Total)
Spektrofotomter 546 nm ( Bilirubin Direct)
Prosedur :
1. Bilirubin Total
Sampel Blanko
Sodium nitrit (2) 1 tts -
Sulfanilic acid (1) 200 µl 200 µl
Acceletorator (3) 1000 µl 1000 µl
Serum 200 µl 200 µl
Campur dan biarkan selama 10-60 menit pada suhu ruangan (20-300) kemudian
tambahkan fehling II (4) 1000 µl
Campurkan dan sesudah 5-30 menit ukur absorbansi sampel terhadap blank
Perhitungan :
Konsentrasi bilirubin total = A x 10,5 mg/dl
2. Bilirubin Direct
Sampel Blanko
Sodium nitrit (2) 1 tts (0,02 ml) -
Sulfanilic acid (1) 200 µl 200 µl
Acceletorator (3) 2000 µl 2000 µl
Serum 200 µl 200 µl
Campur dan inkubasi pada suhu (20-300C) tepat 5 menit. Baca absorbance sampel
terhadap banko tepat sesudah 5 menit penambahan serum
Perhitungan :
Konsentarsi bilirubin direct = A x 14,0 mg/dl
73
74
75
2. GOT
Bahan : Serum, plasma heparin / EDTA
Alat : Spektrofotometer 340 nm
Prosedur :
1. Dengan Start reagen
Serum, plasma 100 µl
Lar. Reagent 1000 µl
Campur, sesudah i menit tambahkan :
Start reagent 250 µl
Perhitungan :
Aktivitas enzym = (ΔA/min) x F IU/1 (F::2143)
2. Dengan Start sampel
Serum, plasma 100 µl
Lar. Reagent 1000 µl
Campur, sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit
Perhitungan :
Aktifitas enzym = (ΔA/min) x F IU/L (F::1746))
Larutan reaksi : campur reagent (1) dan reagen (2) dengan ratio 4:1
Misal 20 ml larutan ragent 1 + start reagent (reagent 2
76
77
78
3. GPT
Bahan : Serum, plasma Heparin / EDTA
Alat : Spektrofotometer 340 nm
Prosedur :
Serum, plasma 100 µl
Lar. Reagent 1000 µl
Campur dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit
Perhitungan :
Aktifitas enzym = (ΔA/min) x F (F : 1905)
79
80
81
PENUNTUN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Penyusun : dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
82
Cara Pemberian Obat Pada Binatang Percobaan
Disusun Oleh
Dr. Ilham Hariaji
Tujuan : Memperlihatkan bahwa cara pemberian obat yang berbeda akan
menyebabkan mula kerja obat yang berbeda pula.
Materi Praktikum
Hewan coba : Pada praktikum ini binatang percobaan digunakan adalah marmut
(Caviagunea pig).
Obat yang dipakai :
1. Obat penekan SSP ( Golongan Barbiturat/diazepam ),
larutan 1% yang steril dan tidak steril.
2. Obat prangsang SSP ( Amfetamin, Cafein), Larutan 1 %
steril.
Alat- alat :
1. Timbangan (untuk marmut).
2. Jam
3. Stetoskop
4. Termometer
5. Gastric tube/ jarum suntik
6. Jepitan (aligator klem)
7. Spuit (semprit untuk menyuntik)
8. Kapas
9. Lampu pemanas
10. Alkohol
11. Parafinum liquidum
Pelaksanaan :
Larutan pentotal 1 % ( merupakan sedativa/hipnotika yang
bekerja mendepresi SSP ) digunakan untuk mendapatkan
keadaan tidur (hipnosis ) dari binatang percobaan dengan
berbagai cara pemberian.
Pada percobaan ini disediakan 2 ekor marmut untuk setiap
grup meja praktikum :
1. Marmut I : Diberikan obat secara peroral.
2. Marmut II : Diberikan obat secara intraperitoneal.
Larutan caffein 1% disediakan untuk menanggulangi
depresi pernafasan yang ditimbulkan oleh
sedativa/hipnotika diatas.
Timbang berat marmut percobaan, catat berat badan
marmut tersebut.
Lakukan observasi atas binatang percobaan tersebut
sebanyak 2 kali masing-masing 30 menit dan 15 menit
sebelum binatang tersebut diberi pentotal ) yang meliputi :
1. Frekwensi dan sifat pernafasan per menit (dilihat
dari cuping hidung ataupun dari abdomen)
2. Denyut jantung permenit (dengan stetoskop)
3. Aktivitas atau gerakan.
4. Refleks kornea (dengan kapas).
83
5. Sensasi terhadap rasa nyeri (dengan aligator klem).
6. Temperatur rektal ( termometer dibasahi dengan
parafinum liquidum atau gliserin).
7. Hipnosis/narkosis
Berikan larutan pentotal 1 % pada binatang percobaan :
o Marmut (masing-masing dengan dosis 50 mg/kg BB
binatang). Jadi dengan mengetahui berat badan
binatang, konsentrasi larutan obat, maka kita dapat
menetukan berapa jumlah larutan yang akan
diberikan pada marmut I ( secara peroral) dan
marmut II secara intraperitoneal).
o Setiap mahasiswa harus dapat menghitung dosis
yang diberikan pada binatang percobaan
Lakukan observasi sekurang-kurangnya 6 kali dengan jarak
15 menit. Observasi ini dibandingkan dengan observasi
sebelum siklobarbital diberikan. Dengan
memperbandingkan ini , akan terlihat adanya perbedaan
onset of action dari cara pemberian obat yang berbeda
ataupun diantara binatang percobaan sendiri.
Bila pada percobaan didapati penurunan temperatur rektal
melebihi 2 ( dua) derajat celcius, segera lakukan pemanasan
dengan menggunkan lampu pemanas.
Bila terjadi depresi pernafasan, segera berikan suntikan
intraperitoneal larutan caffein 1 % dengan dosis 5 mg/kg
BB binatang percobaan . Catatlah hasil observasi atas ke- 7
hal di atas pada kolom dari tabel yang telah tersedia di buku
penuntun ini .
Pelaporan :
Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum
untuk tiap cara pemberian obat yang dilakukan, seperti
aturan pembuatan makalah.
Jangan lupa membuat grafik yang menggambarkan
hubungan frekwensi pernafasan permenit, denyut jantung
per menit dengan waktu, akibat pemberian obat pentotal
baik diberikan secara oral ataupun peritoneal.
84
LAPORAN PRAKTIKUM CARA PEMBERIAN OBAT (ROUTE OF DRUG’S
ADMINISTRATION)
LAPORAN
Tanggal :........................... Kelompok :.........................
Asisten Penangggungjawab :..........................
Binatang percobaan :
Nomor meja :..........................
Berat binatang I (oral) :..............
Pentotal (1%) Dosis =......... Volume =...........
Kelompok :.........................
Caffein (1%) Dosis =......... Volume =............
Nama praktikan :.........................
Berat binatang II (Intraperitoneal) :.............
Tanda tangan instruktur :.........................
Pentotal (1%) Dosis =......... Volume=............
Caffein (1%) Dosis =......... Volume=.............
Wakt
u
Frekwensi
Pernafasan/me
nit
Denyut
jantung/me
nit
Gerakan Sensasi
rasa
nyeri
Refleks
kornea
Temperat
ur rektal
Narkosa
Oral I.P Oral I.P Ora
l
I.
P
Ora
l
I.
P
Ora
l
I.
P
Oral I.P Ora
l
I.
P
-30’
-15’
0’
C.P.
O
15’
30’
45’
60’
75’
90’
85
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Penyusun : dr. Tegar Ardiansyah Putra Siregar, M. Biomed
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
86
KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
Pendahuluan Setiap laboratorium memiliki potensi bahaya, begitu pula laboratorium mikrobiologi. Mahasiswa hendaknya memahami dan menyadari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan dirinya atau orang-orang di sekitarnya. Tujuan Setelah membaca materi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
Memahami berbagai potensi bahaya di laboratorium mikrobiologi
Memahami prosedur keamanan kerja di laboratorium mikrobiologi
Memahami dan dapat melakukan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan di dalam laboratorium
Pedoman Umum
Kecelakaan adalah kejadian saat praktikum yang berkaitan dengan luka/terkena benda tajam, terkena percikan/tumpahan materi infeksius/ bahan kimia, terbakar/kebakaran, jatuh, atau terkena arus listrik.
Bahan-bahan di laboratorium yang berpotensi bahaya meliputi: Bahan biologis (misal: biakan kuman, spesimen klinis) Bahan kimia (misal: zat warna, bahan asam) Bahan fisika (misal: api, arus listrik, benda tajam)
Ketika memasuki dan berada di ruang praktikum: Menggunakan jas lab yang terkancing rapi serta menggunakan sepatu. Bagi wanita, rambut diikat dan jilbab dimasukkan ke dalam jas lab. Hanya membawa alat tulis dan buku praktikum ke meja kerja, tas dan barang lain yang tidak
diperlukan diletakkan di tempat yang tersedia. Memastikan dan mengetahui letak pintu keluar dan alat pemadam kebakaran. Tidak meletakkan barang yang dapat menghalangi orang untuk keluar ruangan. Tidak meletakkan barang menutupi fasilitas pemadam kebakaran. Tidak meletakkan barang seperti alat tulis dan buku di atas meja praktikum pada posisi yang
dapat terkontaminasi oleh bahan infeksius. Dokumentasi harus seijin pembimbing.
• Untuk mencegah kecelakaan, ikutilah pedoman berikut ini: Jas lab selalu digunakan dengan rapi, kancing terpasang dengan baik, rambut panjang
terikat/dijepit rapi ke belakang dan dimasukkan dalam jas lab, ujung jilbab dirapikan di dalam jas lab selama praktikum. Jangan membiarkan rambut atau jilbab terurai karena bahaya terkena api atau bahan lain.
Tidak bercanda ketika bekerja dan tidak menggunakan bahan-bahan infeksius, bahan kimia dan api untuk bercanda.
Setiap spesimen klinik dan alat yang digunakan untuk penanganan spesimen haruslah dianggap infeksius.
Dilarang menggunakan telepon genggam/ HP selama praktikum. Tidak makan, minum, merokok, atau mengunyah permen karet serta menyimpan
makanan/minuman di dalam laboratorium. Tidak membubuhkan kosmetik di dalam laboratorium.
87
Tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung sewaktu bekerja di laboratorium, bila terpaksa cucilah tangan terlebih dahulu dengan sabun antiseptik dan alkohol.
Duduk tegak dan menjaga jarak dengan spesimen/meja kerja saat bekerja. Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun antiseptik dan disinfektan sewaktu
menangani bahan infeksius baik yang memiliki risiko percikan atau tidak. Jas laboratorium yang digunakan dalam pekerjaan di laboratorium dibawa pulang
terbungkus, dicuci terpisah dengan merendamnya terlebih dulu dengan pemutih. Tidak diperkenankan membawa pulang bahan praktikum (preparat, biakan, dll). Gunakan sepatu tertutup.
Cara kerja yang aman saat bekerja dengan biakan bakteri
Jas lab harus selalu digunakan.
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik setiap selesai bekerja.
Dekontaminasi permukaan meja sebelum mulai dan sesudah pekerjaan selesai.
Perhatikan posisi duduk. Duduklah dengan nyaman dan tegak, jangan mendekatkan wajah ke meja.
Selalu menggunakan rak untuk meletakkan tabung yang berisi spesimen atau medium kultur.
Menggunakan sengkelit dengan lingkaran penuh yang telah disediakan. Menggunakan pembakar gas atau bunsen untuk membakar sengkelit dengan penuh kehati-hatian untuk menghindari percikan bahan infeksius.
Transfer/mengambil biakan mikroorganisme dari kultur dengan cara yang benar.
Bekerja dengan api dan gas
Berhati-hati dalam penggunaan gas untuk menyalakan api.
Cara menyalakan dan mematikan api (gas dan bunsen)
Menyalakan bunsen dengan korek api, jangan mengambil api dari bunsen yang menyala.
Mematikan api segera bila tidak diperlukan lagi. Mematikan api dengan cara menutup aliran gas atau menutup Bunsen.
Bila tercium gas sebagai akihat kebocoran pipa gas, segera mematikan api (baik yang menggunakan pembakar bunsen atau gas) yang sedang menyala dan tutup aliran gas serta buka jendela-jendela. Melaporkan kebocoran gas kepada pembimbing.
Tidak menyalakan api ketika terjadi kebocoran gas.
Berhati-hati menggunakan alat listrik bila dipakai berdekatan dengan bahan-bahan cair untuk menghindari terjadinya arus pendek.
Pembuangan Limbah
Membuang sampah sisa/ bahan bekas kerja pada tempat yang telah disediakan.
Membuang kaca preparat, lidi dan benda tajam lain ke wadah berisi disinfektan.
Kertas, tissue, kapas bekas dibuang ke kantong plastik khusus yang tersedia. Prosedur Darurat Umum Bila terjadi kecelakaan atau kondisi darurat seperti kebakaran, ledakan, banjir dan sebagainya di laboratorium maka perlu dilakukan prosedur sebagai berikut: 1. Mahasiswa satu kelompok/yang berdekatan dengan lokasi kecelakaan
Memastikan pembimbing mengetahui kecelakaan tersebut.
88
Bila ada mahasiswa yang menjadi korban, memberi pertolongan pertama kepada orang yang mengalami kecelakaan, segera pindahkan orang tersebut ke tempat yang lebih aman (bila tidak menyebabkan keadaan yang lebih buruk pada si penderita).
Bila kecelakaan disebabkan oleh api, segera mematikan aliran gas. Bila terdapat luka, segera menghubungi dokter untuk menangani luka. Memberi peringatan kepada orang-orang di sekitar lokasi kecelakaan. Segera meminta bantuan orang lain jika merasa tidak mampu mengatasi
kecelakaan/bencana. Bila terjadi kebakaran segera memadamkan api secepat mungkin menggunakan alat
pemadam kebakaran yang tersedia. Bila kondisi laboratorium memburuk akibat bencana, tinggalkan laboratorium
sesegera mungkin. Jangan panik. Pembimbing segera melaporkan kecelakaan pada penanggung jawab praktikum atau
koordinator pcndidikan S1 departement atau biosafety officer. 2. Mahasiswa yang berada jauh dari lokasi kecelakaan:
Tetap berada di kelompoknya. Jangan panik. Bila kecelakaan berupa kebakaran/ terbakar dan bencana alam, matikan api, tutup
aliran gas. Bila keadaan memburuk, segera tinggalkan ruangan.
3. Bila terjadi tumpahan bahan infeksius: Menutup segera tumpahan dengan tissue. Melaporkan pada pembimbing. Memberitahu orang di sekitarnya. Menjauhi tempat tumpahan tersebut, untuk memberi kesempatan pada teknisi
laboratorium untuk segera menanganinya dengan spill kit yang sesuai. Bila bahan infeksius mengenai kulit, segera membasuh bagian yang terkena
tumpahan dengan alkohol 70% dan dilanjutkan mencuci dengan sabun antiseptik dan air mengalir.
Bila bahan infeksius mengenai mata atau selaput lendir, maka segera dibilas dengan air mengalir.
Jika bahan infeksius tertelan atau tertusuk jarum, segera melapor ke pembimbing praktikum
89
MIKROBIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Pada praktikum mikrobiologi system pencernaan ini akan diperlihatkan berbagai mikroorganisme pathogen dan pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi untuk mendukung diagnosis penyakit infeksi saluran cerna. Selain mendukung diagnosis penyakit infeksi, pemeriksaan mikrobiologi pada makanan dan minuman juga diperlukan baik untuk menilai kualitas makanan/minuman atau untuk pembuktian kasus atau kejadian luarbiasa akibat keracunan makanan. Pembuktian kasus keracunan makanan harus dilakukan dengan deteksitoksin pada spesimen yang tidak dilakukan secara rutin di laboratorium mikrobiologi. Saluran cerna mengandung banyak flora normal sehinggai nterpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi feses sangat penting untuk dapat menentukan bakteri pathogen penyebab infeksi. Bakterienterik yang sampai saat ini diketahui menjadi penyebab gangguan gastrointestinal adalah: Salmonella Typhi, Salmonella Paratyphi, Salmonella enteritidis, Shigelladysentriae, Shigellaflexneri, Shigellasonnei, Escherichia coli, Yersinia enterocolitica, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus, Campylobacter jejuni, Helicobacter pylori, Bacteroidesfragilis. Virus penyebab infeksi saluran cerna diantaranya rotavirus dan norovirus (virus Norwalk).Penyakit infeksi di saluran cerna juga dapat disebabkan oleh beberapa flora normal akibat penggunaan antibiotika berspektrum luas yang tidakrasional (antibiotic-associated diarrhea = AAD) atau penurunan imunitas seseorang, contohnya diare yang disebabkan oleh Clostridium difficile dan Candida albicans. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menjelaskan cara pengumpulan, penanganan dan pengiriman spesimen saluran cerna.
Mahasiswa memahami berbagai pemeriksaan untuk mengidentifikasi mikroorganisme patogen penyebab infeksi sistem pencernaan dan keracunan makanan.
Mahasiswa memahami karakteristik mikroorganisme patogen yang sering menyebabkan penyakit infeksi saluran ccrna pada manusia.
Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi saluran cerna untuk menentukan tatalaksana pasien.
Pengelolaan Spesimen Bila pengambilan spesimen saluran cerna (misalnya feses) dilakukan di luar laboratorium, maka digunakan medium transpor untuk mencegah kematian bakteri patogen. Contoh medium transpor yang sering digunakan antara lain Cary-Blair, Amies dan Stuart. Spesimen paling baik untuk dugaan infeksi traktus gastrointestinal adalah feses segar. Apabila feses segar sulit diperoleh, sebagai alternatif dapat digunakan usap rektum (rectal swab). Untuk mendapatkan spesimen feses yang benar, penting untuk memberikan penjelasan pada pasien tentang cara pengambilan spesimen feses, yaitu:
Feses tidak boleh tercampur dengan urin dan air kloset.
Sediakan wadah yang bersih, kering dan dapat ditutup rapat
Bila memungkinkan, feses langsung ditampung pada wadah. Bila tidak, feses ditampung di alas plastik, lalu diambil sebanyak 10 gram atau satu sendok teh dari tinja yang berlendir atau berdarah dan masukkan ke dalam wadah.
90
Ber i label pada wadah
Feses langsung dikirim dalam suhu dingin dan sampai di laboratorium dalam 2 jam. Bila terjadi penundaan sampai 6 jam, feses dimasukkan ke medium transpor.
Feses dikirim bersama formulir permintaan pemeriksaan.
Pemeriksaan anaerob pada feses tidak dianjurkan kecuali pada dugaan kasus keracunan makanan, namun harus disertai uji deteksi toksin. Apabila dicurigai bakteri penyebab penyakit adalah bakteri anaerob, seperti pada keracunan makanan yang diduga disebabkan oleh kuman anaerob Clostridium botulinumatau pada penyakit kolitis pseudomembran akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional yang diduga karena Clostridium difficile, maka spesimen harus dimasukkan ke dalam medium transpor khusus untuk kuman anaerob yaitu medium cair tioglikolat atau medium transpor komersial khusus bakteri anaerob. Perlu diingat bahwa sebagian besar flora normal di dalam feses adalah bakteri anaerob, sehingga interpretasi hasil kultur anaerob dari spesimen feses tidak mudah dilakukan kecuali bila disertai uji deteksi toksin yang dihasilkan oleh bakteri anaerob tersebut. Bahan pemeriksaan untuk tujuan kultur bakteri anaerob, harus dimasukkan ke dalam medium transpor dan dikirim ke laboratorium menggunakan kantong plastik yang dapat ditutup (sealed) dan didalam kantung tsb disertakan anaerogen pack. Medium transpor dan kantong plastik anaerob dapat dimintakan ke laboratorium sebelum pengambilan spesimen. Spesimen feses segar tanpa dimasukkan ke dalam medium transport harus disimpan pada suhu dingin(2-8oC) dan sampai di laboratorium dalam 2 jam. Sedangkan spesimen fesesyang dimasukkan ke dalam medium transpor sebaiknya dikerjakan di laboratorium dalam 6 jam setelah pengambilan spesimen. Feses fase akut digunakan untuk pemeriksaan rotavirus. Feses langsung ditempatkan pada wadah yang bersih tanpa penambahan pengawet atau medium. Bila feses cair pengambilan spesimen dapat menggunakan popok sekali pakai yang dibalik agar feses tidak terserap atau sisi dalam popok dilapisi dengan plastik; atau dapat juga ditampung menggunakan kantong urin pediatrik yang direkatkan pada daerah anus. Usap rektal tidak dianjurkan untuk pemeriksaan deteksi rotavirus. Pengiriman spesimen laboratorium dilakukan sesegera mungkin pada suhu 4oC. Pada pemeriksaan kasus keracunan makanan harus dilakukan deteksi toksin langsung pada feses. Pemeriksaan kultur bakteri saja tidak dapat digunakan untuk pembuktian kasus keracunan. Pada kelainan lambung, seperti dispepsia, gastritis kronis, atau ulkus peptikum, spesimen berupa biopsi lambung. Transportasi bahan biopsi ke laboratorium menggunakan medium transpor MIU yang sekaligus berfungsi sebagai medium pengayaan penyebab tersering infeksi lambung yaitu Helicobacter pylori. Spesimen berupa pus atau biopsi yang diambil intra-operatif langsung dimasukkan ke dalam 2 tabung tioglikolat, 1 tabung disimpan pada suhu ruang dalam kondisi aerob, tabung yang lain langsung dimasukkan ke dalam kantong anaerob dan disimpan juga pada suhu ruang. Kedua tabung secepatnya (dalam 2 jam) dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Bahan biopsi dapat diuji menggunakan medium MIU ( Motility indole urease )untuk melihat adanya urease yang dihasilkan oleh mikroba yang terdapat di bahan biopsi.
91
Pemeriksaan antigen H. pylorilangsung dari feses dapat dilakukan juga, sudah tersedia kit untuk pemeriksaan ini. A. Pemeriksaan Mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram pada feses segar tidak mempunyai makna diagnostik, sedangkan pemeriksaan yang dilakukan langsung dari spesimen pus (intra-operatif) biopsi atau koloni kuman/isolat yang tumbuh pada medium dapat membantu identifikasi. B. Pembiakan dan pertumbuhan bakteri Untuk tujuan isolasi bakteri tertentu dapat dibuat medium selektif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara selektif. Sebagai contoh medium selektif adalah agar Salmonella Shigella (SS). Pada medium ini, bakteri enterik lain dihambat pertumbuhannya kecuali bakteri Salmonella dan Shigella. Medium lain yang digunakan untuk membedakan beberapa jenis bakteri disebut medium diferensial. Medium ini dapat ditambah berbagai komponen untuk menghasilkan medium dengan sifat tertentu. Sebagai contoh, penambahan zat warna dapat digunakan untuk indikator aktivitas metabolisme bakteri. Contoh medium tersebut adalah agar Endo dan Eosin Methylene Blue (EMB). C. Medium Pertumbuhan Bakteri C.1. Media Agar Padat adalah media pertumbuhan bakteri yang mengandung 1,5-2 % agar. C.1.a. Agar Lempeng
Agar Endo adalah medium diferensial untuk membiakkan bakteri enterik, untuk membedakan bakteri peragi dan bukan peragi laktosa.
Agar Salmonella Shigella (SS) yaitu medium selektif untuk membiakkan Salmonella dan Shigella, sekaligus medium diferensial untuk membedakan peragi dan bukan peragi laktosa.
Agar Thiosulphate Citrate Bile Sucrose (TCBS) merupakan medium selektif untuk membiakkan Vibrio cholerae dan Vibrio sp. lainnya, sekaligus medium diferensial untuk membedakan Vibrio sp.peragi dan bukan peragi sukrosa.
Manitol Salt Agar(MSA) merupakan medium selektif yang mengandung garam 7,5% untuk menghambat bakteri lain tapi dapat menumbuhkan Staphylococcus sp. dan medium diferensial untuk membedakan peragi/bukan peragi manitol.
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan medium standar yang mengandung mycological pepton, gula dekstrosa, agar dan antibiotika sebagai penghambat pertumbuhan bakteri untuk pembiakan jamur.
C.l.b. Agar Miring
Triple Sugar Iron Agar(TSIA) bermanfaat untuk melihat kemampuan bakteri dalam meragi 3 macam gula (laktosa, glukosa, dan sukrosa) dan membentuk H2S.
C.1.c. Medium Transpor
Carry Blair berfungsi sebagai medium transpor bakteri enterik, terutama bila digunakan swab rectum
92
MIU berfungsi sebagai medium transport, sekaligus pengayaan Helicobacter pylori
C.2. Media Agar Semisolid adalah media yang mengandung 0,5 % agar. Semisolid digunakan untuk melihat gerak bakteri dan dapat juga digunakan untuk melihat reaksi indol. C.3. Media Cair
Air Pepton Alkali merupakan perbenihan persemaian untuk Vibrio sp.
Selenit merupakan perbenihan persemaian untuk bakteri enterik terutama Salmonella sp.
Perbenihan Empedu bermanfaat untuk biakan bakteri enterik terutama untuk Salmonella sp.
Thioglikolat merupakan medium cair untuk tranpor bakteri anaerob.
BacTalert® atau Bactec® berguna untuk kultur darah atau cairan tubuh steril lainnya. Penumbuhan bakteri dideteksi dari kadar CO2 yang terdeteksi oleh monitor Bactec.
Gula Air Pepton berrnanfaat untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasi karbohidrat (gula).
D. Identifikasi Mikroorganisme Dua bakteri yang sangat serupa baik morfologi maupun sifat-sifat biakannya dapat menunjukkan perbedaan yang sangat berarti dalam reaksi metabolismenya. Kemampuan metabolik ini digunakan untuk identifikasi maupun klasifikasi bakteri. Identifikasi mikroorganisme sampai pada strain maupun genotipe dapat dilakukan secara lebih akurat menggunakan metode molekular. E. Sifat-sifat biokimia
Peragian karbohidrat (gula) Sejumlah bakteri dapat meragi gula dengan atau tanpa pembentukan gas, dan ada pula yang tidak meragi gula sama sekali.
T e s I n d o l Tes ini menunjukkan kemampuan bakteri untuk mengoksidasi asam amino triptofan menjadi indol. Hasil positif memperlihatkan cincin berwarna merah muda.
Tes Voges-Proskauer (VP) Pembentukan asetilmetilkarbinol (asetoin) sebagai hasil metabolisme glukosa dari bakteri golongan Enterobacteriaceae dapat ditunjukkan dengan tes ini. Lima ml biakan bakteri dalam pepton glukosa fosfat, ditambahkan 3 ml larutan 5% naftol dalam alkohol absolut. Kemudian tambahkan 1 ml KOH 40% dan kocok. Jika VP positif akan terbentuk warna merah setelah 5-15 menit.
Tes Merah Met i l Tes ini menggunakan merah metil sebagai indikator untuk memperlihatkan penurunan pH akibat terbentuknya asam pada peragian gula. Tes ini dilakukan dengan menambahkan beberapa tes merah metil pada biakan bakteri berumur 1-2 hari dalam kaldu glukosa fosfat. Warna merah akan terlihat jika pH perbenihan di bawah 5.
T e s S i t r a t Beberapa jenis bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan akan menghasilkan suasana basa. Keadaan ini akan menyebabkan indikator biru brom timol dalam perbenihan sitrat berwarna biru.
Tes TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
93
Tes ini digunakan untuk melihat kemampuan bakteri meragi gula dan membentuk H2S. Medium ini mengandung laktosa, glukosa dan sukrosa. Peragian gula terjadi secara aerobik pada lereng/slant dan anaerobik pada tusukan/butt. Pola peragian gula yang terlihat pada medium TS1A setelah inkubasi 18 — 24 jam terdiri dari:
- Hanya meragi glukosa (basa/asam) Lereng bersifat basa (merah) sedangkan tusukan bersifat asam (kuning). Suasana pada lereng menunjukkan glukosa telah habis dipakai dan bakteri mulai menggunakan pepton yang terdapat dalam medium untuk pertumbuhannya. Pepton akan terurai dan menghasilkan NH3 yang dengan indikator merah fenol akan menunjukkan pH basa. Pada tusukan juga terjadi penguraian glukosa. Namun kadaryang rendah (anaerobik) menyebabkan suasana asam dapat tetap dipertahankan.
- Meragi glukosa dan laktosa (asam/asam) Konsentrasi laktosa dalam medium TSIA 10 kali lebih besar dibandingkan glukosa (1% : 0,1%). Dengan demikian setelah inkubasi 18-24 jam, laktosa akan tetap terdapat dalam konsentrasi yang cukup sehingga suasana asam dapat dipertahankan.
- Tidak meragi glukosa atau laktosa (basa/basa); (basa/tidak ada perubahan) Beberapa bakteri tertentu tidak mampu meragi glukosa atau laktosa, bakteri-bakteri tersebut menggunakan pepton yang terdapat dalam medium untuk pertumbuhannya. Dua reaksi penguraian pepton yang dapat terjadi adalah: o secara aerobik dan anaerobik (basa/basa) o hanya secara aerobik (basa/tidak ada perubahan)
Tes Urease Beberapa jenis bakteri memiliki kemampuan memecah urea dan membentuk amonia dengan bantuan enzim urease. Dengan indikator merah fenol. suasana basa yang ditimbulkan oleh amonia akan menghasilkan warna merah jambu.
Set tes biokimiawi API Tes biokimiawi API® terdiri dari berbagai tes yang sangat lengkap untuk identifikasi spesies bakteri dan khamir.
F. Reaksi Serologi Reaksi serologi digunakan sebagai penunjang diagnosis. Sebagai pendukung diagnosis demam tifoid dapat digunakan berbagai reaksi serologi antara lain tes Widal, tes Typhi dot dan tes Tubex®. Tes Widal paling banyak digunakan, namun tes ini sering memberikan hasil positif palsu, karena Indonesia merupakan salah satu negara endemis demam tifoid di Asia Tenggara. Interpretasi hasil tes Widal sebaiknya dikaitkan dengan gejala klinis, dan dilakukan pada akhir minggu pertama demam. Pemeriksaan tes Widal sangat dianjurkan dilakukan dua kali untuk melihat kenaikan titer antibodi pada tubuh penderita yang menunjukkan adanya infeksi akut. Uji serologi yang dipergunakan untuk penunjang diagnostik demam tifoid antara lain tes widal, Typhi dot, Tubex.
Tes Widal (slide dan tabung): adalah reaksi imunoaglutinasi antara serum penderita yang didugamenderita demam tifoid dengan antigen 0 (somatik) dan antigen H (flagel) bakteri penyebab demam tifoid. Sampai saat ini Salmonella Typhi,
94
Salmonella Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B dan Salmonella Paratyphi C merupakan penyebab demam tifoid yang sering dijumpai. Tes Widal dianjurkan untuk dilakukan 2 kali berjarak 10-14 hari. Kenaikan titer 4 kali atau lebih menunjukkan adanya infeksi Samonella. Nilai cut off Widal bervariasi tergantung daerah endemik atau bukan.
Tes Typhi dot: reaksi Typhi dot dikembangkan setelah ditemukannya antibodi spesifik terhadap protein membran luar bakteri Salmonella Typhi. Pada tes ini dapat diketahui titer IgG dan IgM di dalam serum penderita. Titer IgM yang tinggi menunjukan adanya infeksi demam tifoid akut.
Tubex: ditujukan untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM pada infeksi yang disebabkan oleh Salmonella Thypi dan Salmonella Paratyphi.
Pemeriksaan rotavirus. Rotavirus sulit ditumbuhkan pada biakan sel. Deteksi rotavirus pada feses dapat dilakukan dengan deteksi antigen virus menggunakan EIA, rapid membran EIA/ imunokromatografi, aglutinasi lateks atau deteksi asam nukleat virus (RT-PCR).
Referensi: StafpengajarDepartemenMikrobiologi FKUI. PenuntunPraktikumMikrobiologiKedokteran. BadanPenerbit FKUI, Jakarta, 2012
95
96
JADWAL KULIAH BLOK GASTRO TAHUN 2015
Hari
Jam
Kelas A Kelas B
Tanggal Materi Sub Pokok Bahasan
Pemberi materi
Materi Sub Pokok Bahasan
Pemberi materi
Minggu I
Senin 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 9/7/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
Kuliah pengantar blok
Deskripsi blok, syarat, penilaian, konten dan kontrak belajar
dr. Robitah asfur,M.Biomed
kuliah pengantar KBK
deskripsi tujuan blok, evaluasi, PHBS dan MDG's
dr. Elman Boy,M. Kes
11.00-12.00
kuliah pengantar KBK
deskripsi tujuan blok, evaluasi, PHBS dan MDG's
dr. Yulia Aprina
kuliah pengantar blok
Deskripsi blok, syarat, penilaian, konten dan kontrak belajar
dr. Elman Boy,M. Kes
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD A1
Instruktur KKD
Kuliah anatomi 1
sistem saluran cerna dari mulut hingga anus
dr. Hendra sutisna, M.Biomed
14.30-15.30
Kuliah histologi 1
histologi : Rongga mulut, oesofagus, usus halus, usus besar, rektum dan anus
dr. Des Suryani, M. Biomed
15.30-16.00
ISHOMA
97
16.00-17.00
Kuliah anatomi 1
sistem saluran cerna dari mulut hingga anus
dr. Hendra sutisna, M.Biomed
KKD Kelompok B1
Instruktur
KKD
17.00-18.00
Kuliah histologi 1
histologi : Rongga mulut, oesofagus, usus halus, usus besar, rektum dan anus
dr. Des Suryani, M. Biomed
Selasa 08.00-09.00
kuliah IPD
refluks esofagus, lesi korosif esofagus, akalasia, varises esophagus
DR. Dr. Sahrul Rahman , Sp.PD
Kuliah Histologi 2
histologi : hati, empedu dan pankreas
dr. Des Suryani, M. Biomed
9/8/2015 09.00-10.00
Kuliah Histologi 2
histologi : hati, empedu dan pancreas
dr. Des Suryani, M. Biomed
Kuliah anatomi 2
peredaran darah dan persyarafan saluran cerna
dr. Hendra sutisna, M.Biomed
10.00-11.00
Al Islam Kemuhammadiyah
Maulana, MA
Kuliah fisiologi 1
lambung : pengaturan sekresi, motilitas dan pengosongan lambung
dr. Robitah asfur,M.Biomed
11.00-12.00
Pangkreas : pengaturan sekresi pankreas
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD A2 Instruktur KKD
Kuliah biokimia 1
enzim dalam
dr. Meizli Andina, M.
98
penyerapan dan pencernaan makanan
Biomed
14.30-15.30
IPD
refluks esofagus, lesi korosif esofagus, akalasia,varises esofagus
DR.Dr. Sahrul Rahman, Sp. PD
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Kuliah fisiologi 1
Lambung : pengaturan sekresi, motilitas dan pengosongan lambung
dr. Robitah asfur,M.Biomed
KKD B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Pangkreas : pengaturan sekresi pancreas
Rabu 08.00-09.00
Kuliah biokimia 1
enzim dalam penyerapan dan pencernaan makanan
dr. Meizli Andina, M. Biomed
KKD B1
instruktur KKD
9/9/2015 09.00-10.00
Kuliah Anatomi 2
peredaran darah dan persyarafan saluran cerna
dr. Hendra Sutysna, M. Biomed
10.00-11.00
KKD A2
Instruktur KKD
Kuliah Gigi Mulut
Kandidiasis oral, ulkus
mulut, aphtosa, herpes,
drg. Hasbina Wildani
11.00-12.00
99
glositis, karies gigi,
angina ludwig
dan parotitis
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Kuliah Fisiologi 2
Hepar : proses sintesis protein plasma,
pengaturan sekresi empedu.
Usus halus :
motilitas/peristalsis,
sekresi dan
absobsi. Kolon:
motilitas, sekresi,
absorbsi, bakteri
dan proses
defekasi
dr. Robitah asfur,M.Biomed
Kuliah mikrobiologi
mikroorganisme pada pencernaan
dr. Tegar M.Biomed
14.30-15.30
Kuliah IPD
dispepsia, gastritis, tukak gaster dan duodenum
DR. Dr. Sahrul Rahman , Sp.PD
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Kuliah Gigi Mulut
Kandidiasis oral, ulkus
mulut, aphtosa, herpes, glositis,
karies gigi, angina ludwig
dan parotitis
drg. Hasbina Wildani
KKD B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Kamis 08.00- SGD Tutor SGD Tutor
100
09.00
9/10/2015 09.00-10.00
10.00-11.00
Kuliah biokimia 2
porfirin dan pigmen empedu
dr. Meizli Andina, M. Biomed
Praktikum Anatomi B3/Histologi 1 B1/Biokimia B2
Dept. anatomi/histologi/ biokimia
11.00-12.00
Kuliah Kedokteran Islam
Makanan halal VS makanan haram
Div. Kedokteran Islam
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Kuliah mikrobiologi
mikroorganisme pada pencernaan
dr. Tegar M.Biomed
Kuliah Kedokteran Islam
Makanan halal VS makanan haram
Div. Kedokteran Islam
14.30-15.30
Kuliah IPD
dispepsia, gastritis, tukak gaster dan duodenum
DR. Dr. Sahrul Rahman , Sp.PD
Kuliah biokimia 2
porfirin dan pigmen empedu
dr. Meizli Andina, M. Biomed
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
KKD A1
Instruktur KKD
Praktikum Anatomi B1/Histologi 1B2/Biokimia B3
Dept. Anatomi/histologi/Biokimia
17.00-18.00
Jumat 08.00-09.00
Praktikum Anatomi A1/Histologi 1A2/Biokimia A3
AIK
Maulana, MA
9/11/2015 09.00-10.00
10.00-11.00
Kuliah Bahasa Inggris
DR. Bambang Panca
Kuliah bioetika
dr.Yety Machrina, M.Kes
11.00-12.00
Kuliah bioetika
dr.Yety Machrina, M.Kes
Kuliah Bahasa Inggris
DR. Bambang Panca
12.00-13.30
ISHOMA
101
13.30-14.30
Praktikum Anatomi A2/Histologi 1A3/Biokimia A1
Diskusi Panel
Ekspert
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Diskusi Panel
Ekspert
Praktikum Anatomi B2/Histologi1 B3/Biokimia B1
17.00-18.00
Minggu II
Senin 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 9/14/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
Praktikum anatomi A3/Histologi 1 A1/Biokimia A2
Dept. Anatomi/histologi/Biokimia
Kuliah Fisiologi
Hepar : proses sintesis protein plasma,
pengaturan sekresi empedu.
dr. Robitah asfur,M.Biomed
11.00-12.00
Usus halus : motilitas/peristalsis, sekresi dan absobsi. Kolon: motilitas, sekresi, absorbsi, bakteri dan proses defekasi
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD A1 Instruktur KKD
Kuliah IPD perdarahan saluran
DR. Dr. Sahrul
102
cerna bagian atas
Rahman , Sp.PD
14.30-15.30
perdarahan saluran cerna bagian bawah
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Kuliah IPD
perdarahan saluran cerna bagian atas
DR. Dr. Sahrul Rahman , Sp.PD
KKD B1
Instruktur KKD
17.00-18.00
perdarahan saluran cerna bagian bawah
Selasa 08.00-09.00
Kuliah Farmako 1
Obat Peptik ulcer : antasida, antisekresi lambung, agen pelindung mukosa
dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
Kuliah IPD Gastroenteritis
DR. dr. Sahrul Rahman, Sp.PD
9/15/2015 09.00-10.00
Kuliah IPD Gastroenteritis
DR. dr. Sahrul Rahman, Sp.PD
Kul Farmako 1
Obat Peptik ulcer : antasida, antisekresi lambung, agen pelindung mukosa
dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
10.00-11.00
Al Islam Kemuhammadiyah
Maulana, MA
Kuliah Patologi anatomi 1
patogenesis gambaran mikroskopis esofagus, lambung, usus,
dr. Humairah Sp,PA
103
apendiks dan kelenjar ludah
11.00-12.00
Kuliah gizi
Kiliah
Gastroeso
pha-geal
reflux
disease
(GERD)
Dept. Gizi
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD A2
Instruktur KKD
Belajar Mandiri
14.30-15.30
15.30-16.00
16.00-17.00
Kuliah
gizi
Kiliah
Gastroeso
pha-geal
reflux
disease
(GERD)
Dept. Gizi
KKD B2
instruktur KKD
17.00-18.00
Kuliah Patologi anatomi 1
patogenesis gambaran mikroskopis esofagus, lambung, usus, apendiks dan kelenjar ludah
dr. Humairah Sp,PA
Rabu 08.00-09.00
Kuliah IPD
malabsorbsi dan aintoleransi
DR. Dr. Sahrul Rahman, Sp.PD KKD B1
instruktur
KKD
9/16/2015 09.00-10.00
Kuliah IKA 1
diare akut dan GE pada anak
Dept. Ilmu Kesehatan Anak
10.00-11.00
KKD A2
instruktur KKD
Kuliah IPD malabsorbsi dan aintoleran
DR. Dr. Sahrul Rahman,
104
si Sp.PD
11.00-12.00
Kuliah IKA 1
diare akut dan GE pada anak
Dept. Ilmu Kesehatan Anak
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Ujian Prak Anatomi
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Belajar Mandiri
KKD B2 instruktur KKD
17.00-18.00
Kamis 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 9/17/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
kuliah IPD Diare akut dan kronis
Dept. Radiologi
Kuliah PA 2
Patogenesis gambaran mikroskopis kelainan hepar
dr. Humairah Sp,PA
11.00-12.00
Kuliah PA 2
Patogenesis gambaran mikroskopis kelainan hepar
dr. Humairah Sp,PA
Kuliah IPD Diare Akut dan Kronis
DR. Dr. Sahrul rahman, Sp. PD
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Praktikum histologi 2 A1 /Mikrobiologi A2/Patologi anatomi A3
Kuliah IKA 2
alergi makanan
Dept. Ilmu Kesehatan Anak
14.30-15.30
Kuliah Bioetik
etika kedokteran
dr. Yeti Machrina, M. Kes
15.30-16.00
ISHOMA
105
16.00-17.00
KKD A1
Instruktur KKD
Prak His 2 B1/Mikrobiologi B2/Patologi anatomi B3
dept. Histologi/mikrobiologi/PA
17.00-18.00
Jumat 08.00-09.00
Kuliah IPD keracunan makanan, botulisma
DR. Dr. Sahrul Rahman, Sp.PD
Al Islam Kemuhammadiyah
Maulana, MA
9/18/2015 09.00-10.00
Kuliah IKA 2
alergi makanan
Dept. Ilmu Kesehatan Anak
10.00-11.00
Kuliah bahasa Inggris
DR. Bambang Panca
Kuliah Parasit 1
protozoa usus
dr. Nurfadli, MKT
11.00-12.00
Kuliah bioetika
Kuliah bahasa Inggris
DR. Bambang Panca
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Diskusi Panel
Kuliah Farmakologi 2
antiemetik: antihistamin H1, antagonis dopamin, antagonis 5-HT3
dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
14.30-15.30
Kuliah IPD keracunan makanan, botulisma
DR. Dr. Sahrul Rahman, Sp.PD
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Kuliah Parasit 1
protozoa usus
dr. Nurfadli, MKT
Diskusi Panel
17.00-18.00
Kuliah Farmakologi 2
antiemetik: antihistamin H1, antagonis dopamin, antagonis 5-HT3
dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
106
Minggu III
Senin 08.00-09.00
Kuliah IPD Hepatitis A, B dan C
DR. Dr. Sahrul Sp,PD
Kuliah Patologi Klinik
diagnosa Lab peny. Hepatitis, gangguan hati dan pankreatitis serta karsionoma pankreas
dr. Siti Hajar, Sp.PK
9/21/2015 09.00-10.00
Kuliah Patologi Klinik
diagnosa Lab peny. Hepatitis, gangguan hati dan pankreatitis serta karsionoma pankreas
dr. Siti Hajar, Sp.PK
Kuliah IPD Hepatitis A, B dan C
DR. Dr. Sahrul Sp,PD
10.00-11.00
Praktikum Histo2 A2/Mikrobiologi A3/PA A1
dept. Histologi/Mikrobiologi
Kuliah farmakologi 3
antidiare dan laxantia: antikolinergik, adsorben. Stimulan, bulking agent, pelunak feses
dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
11.00-12.00
Kuliah parasitologi 2
intestinal flukes : giardiasis dan balantidiasis
dr. Nurfadli, MKT
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD BM A1
Instruktur KKD
Praktikum Histo2 B2/Mikrobiologi B3/PA B1
14.30-15.30
15.30- ISHOMA
107
16.00
16.00-17.00
Praktikum Histo2 A3/Mikrobiologi A1/PA A2
KKD BM B1
Instruktur KKD
17.00-18.00
Selasa 08.00-09.00
Kuliah farmakologi 3
antidiare dan laxantia: antikolinergik, adsorben. Stimulan, bulking agent, pelunak feses
dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
Kuliah IPD
Perlemakan hati, sirosis
hepatis, hepatoma
, gagal hepar
DR. Dr. Sahrul Sp,PD
9/22/2015 09.00-10.00
Kuliah parasitologi 2
intestinal flukes : giardiasis dan balantidiasis
dr. Nurfadli, MKT
10.00-11.00 Al Islam
Kemuhammadiyah
Maulana, MA
Praktikum Histo2 B3/Mikrobiologi B1/PA B2
Dept. Histologi/Mikrobiologi
11.00-12.00
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30 KKD BM
A2
Instruktur KKD
Kuliah farmakologi 3
antidiare dan laxantia: antikolinergik, adsorben. Stimulan, bulking agent, pelunak feses
dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
14.30-15.30
Kuliah IKA 3
Konstripasi
Dept. IKA
15.30-16.00
ISHOMA
108
16.00-17.00
Kuliah IPD
Perlemakan hati, sirosis
hepatis, hepatoma
, gagal hepar
DR. Dr. Sahrul Sp,PD
KKD BM B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Rabu-Kamis
LIBUR IDUL ADHA 1436 H
Jumat 08.00-09.00
Kuliah farmakologi 3
antidiare dan laxantia: antikolinergik, adsorben. Stimulan, bulking agent, pelunak feses
dr. Ilham Hariaji, M. Biomed
Al Islam Kemuhammadiyah
Maulana, MA
9/25/2015 09.00-10.00
Kuliah IKA 3
Konstripasi
Dept. IKA
10.00-11.00
Kuliah bahasa Inggris
DR. Bambang Panca
Kuliah bioetika
dr. Yety Machrina, M.Kes
11.00-12.00
Kuliah bioetika
dr. Yety Machrina, M.Kes
Kuliah bahasa Inggris
DR. Bambang Panca
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Ujian Praktikum Histologi
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Ujian Praktikum Patologi Anatomi
17.00-18.00
109
Minggu IV
Senin 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 9/28/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
Ujian Praktikum Biokimia
11.00-12.00
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD LO1 A1
Instruktur KKD
Praktikum PK
B1/Farmako
B2/Parasitologi B3
dept. PK/Farmak
ologi/ parasitolog
i
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Kuliah IPD
kolesistitis, kole
(doko) litiasis,
pankreatitis dan
karsinoma pankreas
DR. Dr. Sahrul Sp,PD
KKD LO1 B1
Instruktur KKD
17.00-18.00
Selasa 08.00-09.00 Praktiku
m PK A1/Farma
ko A2/Parasitologi A3
dept. PK/Farmakologi/Paras
itologi
Kuliah IPD
kolesistitis, kole
(doko) litiasis,
pankreatitis dan
karsinoma pankreas
DR. Dr. Sahrul Sp,PD 9/29/2015
09.00-10.00
10.00-11.00 Al Islam
Kemuhammadiyah
Maulana, MA
Praktikum PK
B2/Farmako
B3/Parasitologi B1
dept. PK/ Farmakologi/Parasitol
ogi
11.00-12.00
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD LO 1 A2
Instruktur KKD
Praktikum PK
dept. PK/
Farmakolo
110
14.30-15.30
B3/Farmako
B1/Parasitologi B2
gi/Parasitologi
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Praktikum PK
A2/Farmako
A3/Parasitologi A1
dept. PK/Farmakologi/Paras
itologi
KKD LO 1 B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Rabu 08.00-09.00
Kul IPD
Irritable bowel
syndrome, diverkuliti
s, divertikul
osis, kolitis, kolitis
ulseratif, penyakit Chorn,
polip/adenoma,
karsinoma kolon
DR. Dr. Sahrul Sp,PD
KKD LO 1 BM B1
Instruktur KKD
9/30/2015 09.00-10.00
10.00-11.00
KKD LO 1 BM A2
Instruktur KKD
Kul IPD
Irritable bowel
syndrome, diverkuliti
s, divertikul
osis, kolitis, kolitis
ulseratif, penyakit Chorn,
polip/adenoma,
karsinoma kolon
DR. Dr. Sahrul Sp,PD
11.00-12.00
12.00-13.30
ISHOMA
111
13.30-14.30
Praktikum PK
A3/Farmako
A1/Parasitologi A2
dept. PK/Farmako/Parasitolog
i
Kuliah IKM 1
Pencegahan diare
dr. Elman Boy, M. Kes
14.30-15.30
Kuliah Ilmu Bedah 1
apendisitis akut dan abses apendisitis
dr. Asrul, Sp.B
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Kuliah Ilmu Bedah 1
apendisitis akut dan abses apendisitis
dr. Asrul, Sp.B KKD BM LO
1 B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Kuliah IKM 1
Pencegahan diare
dr. Elman Boy, M. Kes
Kamis 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 10/1/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
MINITES
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Kuliah forensic
toksikologi forensik
Dept. Forensik
Kuliah IKM 2
Pencegahan STH
dr. Elman Boy, M. Kes
14.30-15.30
Kuliah IKM 2
Pencegahan STH
dr. Elman Boy, M. Kes
Kuliah forensic
toksikologi forensik
Dept. Forensik
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
KKD LO1 BM A1
Instruktur KKD
Kuliah bioetika
17.00-18.00
Kuliah DKI
Thaharah pada kasus bedah
DKI
Jumat 08.00-09.00
Kuliah bioetika
Al Islam Kemuham
Maulana, MA
112
10/2/2015 09.00-10.00
Kuliah DKI
Thaharah pada kasus bedah
DKI
madiyah
10.00-11.00
Kuliah bahasa inggris
DR. Bambang Panca
Belajar Mandiri
11.00-12.00
Kuliah radiologi
gambaran radiologi sistem gastroenterohepatologi
Departemen Radiologi
Kuliah bahasa inggris
DR. Bambang Panca
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Diskusi Panel
Expert Kuliah Ilmu
Bedah 2
Hemoroid, prolaps rektum
dan anus, proktitis
dan fisura (anus)
dr. Asrul, Sp.B
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Kuliah Ilmu
Bedah 2
Hemoroid,
prolaps rektum
dan anus, proktitis
dan fisura (anus)
dr. Asrul, Sp.B
Diskusi Panel
Expert
17.00-18.00
Minggu V
Senin 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 10/5/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
Kuliah Ilmu
Bedah 3
perforasi usus,
malrotasi traktus
gastrointestinal
dr. Asrul, Sp.B
Kuliah Radiologi
gambaran radiologi sistem gastroenterohepatologi
Departemen Radiologi
113
11.00-12.00
dan peritoniti
s
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD LO2 A1
Instruktur KKD
Kuliah Ilmu Bedah 3
perforasi usus,
malrotasi traktus
gastrointestinal dan peritonitis
dr. Asrul, Sp.B
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Kuliah Parasitolo
gi 3
KKD LO2 B1
Instruktur KKD
17.00-18.00
Selasa 08.00-09.00
Kuliah Ilmu
Bedah 4
Hernia : femoralis
, inguinalis
, skrotalis. Strangula
ta, inkarsera
ta, reponibili
s, ireponibil
is, diafragm
a, umbilikus
dr. Asrul, Sp.B
Kuliah parasitologi 3
10/6/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
Al Islam Kemuhammadiyah
Maulana, MA
Kuliah Ilmu Bedah 4
Hernia : femoralis, inguinalis, skrotalis.
Strangulata,
inkarserata,
reponibilis,
ireponibili
dr. Asrul, Sp.B
11.00-12.00
114
s, diafragma
, umbilikus
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30 KKD LO2
A2
Instruktur KKD
Belajar Mandiri
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00 Belajar
mandiri
KKD LO2 B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Rabu 08.00-09.00 Belajar
Mandiri
KKD LO2 BM B1
Instruktur KKD
10/7/2015 09.00-10.00
10.00-11.00
Evaluasi KKD LO2 A2
Instruktur KKD
Belajar Mandiri
11.00-12.00
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Ujian Praktikum Patologi Klinik
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00 Belajar
Mandiri
KKD LO2 BM B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Kamis 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 10/8/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
Ujian Praktikum Farmakologi
11.00-12.00
115
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
Ujian Praktikum Parasitologi
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00 KKD
LO2BMA1
Instruktur KKD
Belajar Mandiri
17.00-18.00
Jumat 08.00-09.00 Diskusi
Panel
ekspert
Al Islam Kemuhammadiyah
Maulana, MA
10/9/2015 09.00-10.00
10.00-11.00
Kuliah bahasa inggris
DR. Bambang Panca
Kuliah bioetika
dr. Yety Machrina, M.Kes
11.00-12.00
Kuliah bioetika
dr. Yety Machrina, M.Kes
Kuliah bahasa inggris
DR. Bambang Panca
12.00-13.30
ISOMA
13.30-14.30 Belajar
Mandiri
Diskusi Penel
ekspert
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00
Ujian Praktikum Mikrobiologi
17.00-18.00
Minggu VI
Senin 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 10/12/2015
09.00-10.00
10.00-11.00 Kuliah
Ilmu Bedah 5
Kelainan gastroenterohepatologi pada
dr. Asrul, Sp.B
Belajar Mandiri
11.00-12.00
116
anak : invaginasi/intusepsi, hirschprung disease, malformasi rektal/atresia ani
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30
KKD LO3 A1
Instruktur KKD
Kuliah Ilmu Bedah 5
Kelainan gastroenterohepatologi pada anak : invaginasi/intusepsi, hirschprung disease, malformasi rektal/atresia ani
dr. Asrul, Sp.B
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00 Belajar
Mandiri
KKD LO3 B1
Instruktur KKD
17.00-18.00
Selasa 08.00-09.00 BelajarM
andiri
Belajar mandiri
10/13/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
Al Islam Kemuhammadiyah
Maulana MA
Belajar mandiri
11.00-12.00
12.00-13.30
ISOMA
13.30-14.30
KKD LO3 A2
Instruktur KKD
Belajar mandiri
14.30-
117
15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00 BelajarM
andiri
KKD LO3B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Rabu LIBUR 1 MUHARRAM 1437 H
Kamis 08.00-09.00
SGD
Tutor SGD
Tutor 10/15/2015
09.00-10.00
10.00-11.00 Belajar
Mandiri
Belajar Mandiri
11.00-12.00
12.00-13.30
ISOMA
13.30-14.30 Belajar
Mandiri
Belajar Mandiri
14.30-15.30
15.30-16.00
ISO
16.00-17.00
Belajar Mandiri
17.00-18.00
Jumat 08.00-09.00
Al Islam Kemuhammadiyah
Maulana, MA 10/16/201
5 09.00-10.00
Kuliah Bioetik kedokteran
dr.Yetty Machrinna, M.Kes
10.00-11.00
Kuliah Bahasa Inggris
DR. Bambang Panca
Kul Bioetik kedokteran
dr.Yetty Machrinna, M.Kes
11.00-12.00
Belajar Mandiri
Kuliah Bahasa Inggris
DR. Bambang Panca
12.00-13.30
ISOMA
13.30- Diskusi ekspert
118
14.30 Panel
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00 Belajar
Mandiri
Diskusi Panel
ekspert
17.00-18.00
Minggu VII
Senin 08.00-09.00
Evaluasi KKD LO 3 A1
Instruktur KKD
Diskusi Bioetik
10/19/2015
09.00-10.00
10.00-11.00
Evaluasi KKD LO3 A2
Instruktur KKD
Belajar Mandiri
11.00-12.00
12.00-13.30
ISHOMA
13.30-14.30 Belajar
Mandiri
Evaluasi KKD LO3 B1
Instruktur KKD
14.30-15.30
15.30-16.00
ISHOMA
16.00-17.00 Diskusi
Bioetik
Evaluasi KKD LO3 B2
Instruktur KKD
17.00-18.00
Selasa 08.00-16.00
10/20/2015
Rabu 08.00-09.00
UJIAN BLOK 10/21/2015
09.00-10.00
16.00-18.00
Kamis
10/22/201
119
5
Jumat Batas Akhir Pengumpulan Nilai KBK
10/23/2015