blok 29

16
TUGAS BLOK 29 – EYE EMERGENCY Theodora Dolorosa / 102011066 1. Glaukoma Akut Riwayat Klinis : Tekanan intraokular meningkat secara mendadak Nyeri pada mata selama beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar Melihat pelangi (halo) sekitar lampu Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah Sakit hebat pada mata dan kepala Brakikardia (akibat refleks okulokardiak) Tanda-tanda peradangan seperti kelopak mata bengkak dan mata merah Pupil melebar, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf optik hiperemis, lapang pandang menciut berat (akibat tekanan bola mata yang tinggi) Tajam penglihatan sangat menurun Pemeriksaan Mata : Biomikroskopi untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder. Gonioskopi menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut terbuka atau tertutup. Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk. OCT (Optical Coherent Tomography) Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan dapat segera dideteksi sebelum terjadi kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat ditemukan dalam stadium dini

Upload: theodoradolorosa

Post on 19-Feb-2016

32 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

eye emergency

TRANSCRIPT

Page 1: blok 29

TUGAS BLOK 29 – EYE EMERGENCYTheodora Dolorosa / 102011066

1. Glaukoma AkutRiwayat Klinis :

Tekanan intraokular meningkat secara mendadak Nyeri pada mata selama beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar Melihat pelangi (halo) sekitar lampu Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah Sakit hebat pada mata dan kepala Brakikardia (akibat refleks okulokardiak) Tanda-tanda peradangan seperti kelopak mata bengkak dan mata merah Pupil melebar, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf optik

hiperemis, lapang pandang menciut berat (akibat tekanan bola mata yang tinggi) Tajam penglihatan sangat menurun

Pemeriksaan Mata :

Biomikroskopi untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.

Gonioskopi menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut terbuka atau tertutup.

Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk.

OCT (Optical Coherent Tomography) Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan dapat segera dideteksi sebelum terjadi kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat ditemukan dalam stadium dini

Perimetri alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik.

Tonometri pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola mata/tekanan intraokuler/TIO

Working Diagnosis :

Glaukoma akut / glaukoma sudut tertutup akut. Ditandai dengan tekanan intraokular yang meningkat secara mendadak dan biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun dengan sudut bilik mata sempit.

Diagnosis Banding :

Glaukoma sudut terbuka meradang, glaukoma hemolitik, iritis akut, konjungtivitis akut

Terapi :

Non farmakologis :− Pembedahan (iridektomi atau pembedahan filtrasi). Dilakukan setelah tekanan

bola mata sudah terkontrol dan mata tenang

Farmakologis :− Pilokarpin 2% secara topikal setiap 5 menit yang disusul setiap 1 jam selama

satu hari (menurunkan tekanan bola mata)

Page 2: blok 29

− Manitol 1,5-2 mg/kgBB dalam larutan 20% secara intavena (menurunkan tekanan bola mata)

− Asetazolamid 500 mg secara intravena yang disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah mual hilang (menghilangkan rasa mual)

− Anestesi retrobulbar xilokain 2% (mengurangi rasa sakit dan produksi akuos humor)

− Morfin 50 mg secara subkutis (mengurangi rasa sakit yang hebat)

2. Ulkus korneaRiwayat Klinis :

Mata merah ringan – berat Fotofobia Penglihatan menurun Terdapat sekret Kornea keruh berwarna putih Edema dan infiltrasi sel radang pada kornea Penipisan kornea Lipatan descemet Tanda-tanda gangguan vaskularisasi iris seperti adanya suar, hipopion, hifema dan

sinekia posterior

Pemeriksaan Mata :

Ketajaman penglihatan Tes refraksi Tes air mata Pemeriksaan slit-lamp Keratometri (pengukuran kornea) Respon reflek pupil Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

Working Diagnosis :

Ulkus kornea/ tukak kornea. Merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Penyebabnya antara lain : reaksi toksis, alergi, autoimun, radang, infeksi, bakteri, jamur, dll.

Diagnosis Banding :

Keratomalasia, infiltrat sisa karat benda asing, keratitis

Terapi :

Non farmakologis :− Sekret dibersihkan 4 kali per hari− Debridement sangat membantu penyembuhan

Farmakologis :− Siklopegik− Antibiotika secara topikal dan subkonjungtiva− Steroid (untuk menghilangkan peradangan)

3. Endoftalmitis

Page 3: blok 29

Riwayat Klinis : Rasa sakit yang hebat Kelopak mata merah dan bengkak Kelopak sukar dibuka Konjungtiva kemotik Kornea keruh Bilik mata depan keruh kadang disertai hipopion Refleks pupil berwarna putih

Pemeriksaan Mata :

Laboratorium:− Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti

mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis− Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber

infeksi Studi Imaging

− B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting dalam pengelolaan dan prognosis

− Chest x-ray – Mengevaluasi untuk sumber infeksi− USG Jantung – Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi

Periksa visus Slit lamp Tekanan intraocular (tonometri) Melebar funduscopy

Working Diagnosis :

Endoftalmitis. Peradangan berat dalam bola mata eksogen akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.

Diagnosis Banding :

Panoftalmitis, uveitis, keratomikosis

Terapi :

Non farmakologis :− Istirahat cukup− Menggunanakan obat teratur− Tidak menggosok mata− Mencucitangan setelah memegang mata yang sakit− Menggunakan kain lap, handuk, sapu tangan baru− Sementara waktu hindari asap, cahaya atau sinar secara langsung

Farmakologis :− Ampisilin 2 gram/hari secara topikal atau sistemik− Kloramfenikol 3 gram/hari secara topikal atau sistemik− Siklopegik diberikan 3 kali sehari tetes mata− Basitrasin secara topikal dan Metisilin secara subconjungtiva dan IV (kuman

Staphylococcus)− Penisilin G secara topikal, subkonjungtiva, dan IV (kuman Pneumococcus,

Streptococcus, Staphylococcus, Neiseria)

Page 4: blok 29

− Gentamisin, Tobramisin, dan Karbesilin secara topikal, subkonjungtiva, dan IV (kuman Pseudomonas)

− Amfoterisin B150 mikro gram secara subkonjungtiva (jamur)

4. Trauma Tembus Bola MataRiwayat Klinis :

Tajam penglihatan menurun Tekanan bola mata rendah Bilik mata dangkal Bentuk danletak pupil yang berubah Terlihat ada ruptur pada kornea atau sklera Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca,atau

retina Konjungtiva kemotis

Pemeriksaan Mata :

Pemeriksaan Fisik

Tajam penglihatan dan gerak bola mata− Periksa tajam penglihatan kedua mata− Tajam penglihatan dapat turun banyak− Periksa gerak bola mata kedua mata, jika terganggu harus dievaluasi

kemungkinan adanya fraktur orbita Bola Mata

− Harus dievaluasi apakah ada deformitas tulang, benda asing dan gangguan kedudukan bola mata

− Benda asing yang menembus bola mata harus dibiarkan sampai tindakan bedah− Apabila terdapat trauma tembus bola mata dapat timbul enoftalmus

Kelopak mata − Trauma kecil pada kelopak mata tidak menyingkirkan kemungkinan adanya

trauma tembus bola mata− Perbaikan kelopak harus ditunda sampai kemungkinan adanya trauma tembus bola

mata dapat disingkirkan Konjungtiva

− Perdarahan konjungtiva yang berat dapat mengindikasikan adanya ruptur bola mata− Laserasi konjungtiva bisa terjadi bersamaan dengan trauma sklera yang serius.

Kornea dan sklera− Luka tembus kornea atau sklera merupakan suatu trauma tembus bola mata, dapat

diperiksa dengan Seidel’s Test− Pada luka tembus kornea dapat terjadi prolaps iris. Laserasi pada kornea dan sklera

bisa menunjukkan adanya perforasi bola mata dan harus dipersiapkan untuk ditatalaksana di ruang operasi

− Prolaps iris dengan laserasi kornea bisa terlihat diskolorasi gelap pada daerah trauma− Penonjolan sklera merupakan indikasi ruptur dengan ekstrusi isi okular− Tekanan intraokular biasanya rendah akan tetapi pemeriksaan tekanan bola mata

dikontraindikasikan untuk mencegah penekanan bola mata. Pupil

− Periksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan RAPD− Adanya deformitas bentuk pupil dapat menjadi tanda adanya trauma tembus bola mata− Pupil biasanya midriasis.

Lensa − Dapat timbul dislokasi lensa.

Page 5: blok 29

Bilik Mata Depan − Pemeriksaan slit lamp pada pasien yang kooperatif bisa menunjukkan kelainan yang

berhubungan dengan seperti defek transiluminasi iris (red reflex gelap karena perdarahan vitreous), laserasi kornea, prolaps iris, hifema dari disrupsi siliar dan kerusakan lensa termasuk dislokasi atau subluksasi

− Bilik mata yang dangkal bisa jadi merupakan satu-satunya tanda adanya ruptur bola mata dan merupakan petanda prognosis buruk. Ruptur posterior bisa terjadi dan ditunjukkan dengan bilik mata depan yang dalam karena adanya ekstrusi vitreous ke segmen posterior

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium− Pemeriksaan koagulasi dan darah perifer lengkap dilakukan pada pasien yang

memiliki kelainan perdarahan− Pemeriksaan laboratorium diindikasikan untuk kasus dengan trauma yang koeksis dan

gangguan medikal lain CT-Scan

− CT-Scan adalah pemeriksaan penunjang yang paling sensitif untuk mendeteksi ruptur bola mata, kerusakan saraf optic, mendeteksi benda asing dan memberi gambaran bola mata dan orbita

− Kurang dapat mendeteksi adanya benda asing non-logam. Foto Rontgen

− Foto polos tiga posisi Waters, Caldwell dan lateral lebih bermanfaat untuk mengetahui kondisi tulang dan sinus daripada keadaan bola mata

MRI − MRI berguna untuk mendeteksi kerusakan jaringan lunak.− MRI juga berguna untuk mendeteksi benda asing non-logam.

Ultrasonografi− Ultrasonografi memiliki resiko untuk memberikan tekanan pada bola mata apabila

terjadi trauma tembus− Dapat berguna untuk menentukan lokasi rupture dan untuk menyingkirkan

kemungkinan adanya benda asing

Working Diagnosis :

Trauma tembus bola mata. Trauma yang dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja.

Diagnosis Banding :

Trauma tumpul saraf optik, trauma tumpul retina dan koroid, trauma kimia

Terapi :

Non farmakologis :− Bila robekan pada konjungtiva <1cm maka tidak perlu dilakukan penjahitan− Bila robekan pada konjungtiva >1cm maka perlu dilakukan penjahitan untuk

mencegah terjadinya granuloma− Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnet

raksasa− Benda asing tidak bersifat magnetik dikeluarkan secara vitrektomi

Farmakologis :

Page 6: blok 29

− Bila dicurigai adanya perforasi bola mata maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup lalu segera kirim ke dokter mata untuk dilakukan pembedahan

− Pasien juga diberikan anti tetanus profilaktik, analgetik, dan kalau perlu penenang

5. Trauma Kimia (Asam dan Basa)Riwayat Klinis :

Trauma asam :Nyeri setelah terpajan, rasa mengganjal di mata, pandangan kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar

Trauma basa/alkali :Derajat 1 hiperemis konjungtiva disertai keratitis pungtataDerajat 2 hiperemis konjungtiva disertai dengan hilang epitel korneaDerajat 3 hiperemis disertai dengan nekrosis konjuntiva dan lepasnya epitel korneaDerajat 4 konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

Pemeriksaan Mata :

Pemeriksaan fisik untuk melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan intraokular

Pemeriksaan pH permukaan bola mata secara periodik dan melanjutkan irigasi sampai PH netral

Pemeriksaan tes flourescein Tes tonometri Goldman Tes Schimmer Tes sitologi impresi juga perlu dilakukan

Working Diagnosis :

Trauma asam trauma akibat terkena bahan asam seperti bahan anorganik, organik (asetat,forniat), dan organik anhidrat (asetat). Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja dan akan normal kembali sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu

Trauma basa/alkali trauma akibat bahan kimia alkali yang memberikan trauma yang gawat pada mata. Akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea dan merusak retina sehingga bisa berakhir dengan kebutaan pada pasien

Diagnosis Banding :

Trauma tembus bola mata, trauma tumpul saraf optik, trauma tumpul retina dan koroid

Terapi :

Non farmakologis :− Trauma asam lakukan irigasi dengan larutan natrium bikarbonat 3%

jaringan yang terkena secepat-cepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma

− Trauma basa/alkali lakukan irigasi dengan garam fisiologik atau asam asetat 0,5% secepat-cepatnya dan dilakukan selama mungkin (60 menit)

Farmakologis :

Page 7: blok 29

− Trauma basa/alkali Berikan siklopegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa. EDTA diberiksn setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk mentralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke 7

− Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea

− Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

− Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari

− Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr

− Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg

− Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg)

− Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma

6. Hifema Riwayat Klinis :

Pandangan mata kabur Penglihatan sangat menurun Kadang – kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis Pasien mengeluh sakit atau nyeri Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan Pupil tetap dilatasi (midriasis) Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma. Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea Kenaikan TIO (glukoma sekunder ) Sukar melihat dekat Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil Anisokor pupil

Page 8: blok 29

Penglihatan ganda (iridodialisis)

Pemeriksaan Mata :

Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin terganggu akibat kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan retina

Lapang pengelihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,glukoma

Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-25mmHg Tes provokatif : digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO normal atau

meningkat ringan Pemerikasaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk

pupil dan kornea. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi Tes toleransi glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes

Working Diagnosis :

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.

Diagnosis Banding :

Iridoplegia, iridodialisis, herpes simpleks keratitis

Terapi :

Non farmakologis :− Tidur ditempat tidur yang ditinggikan 300 pada kepala− Pemberian koagulasi dan mata ditutup− Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada

pasien dengan hifema dengan tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari hifema tidak berkurang

Farmakologis :− Pada iridosiklitis atau radang uvea anterior diberikan tetes mata midriatik dan

steroid topikal. Pada radang berat berikan steroid sistemik− Kenaikan TIO diobati dengan penghambat anhidrase karbonat

(asetasolamida)− Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 5 hari

7. Korpus Allienum Conjungtiva dan KorneaRiwayat Klinis :

Nyeri yang mendadak dan biasanya sangat intensif Fotofobia Sensasi benda asing Mata merah Air mata berlebihan Ketajaman penglihatan mungkin normal atau menurun, bergantung tempat lesinya

Pemeriksaan Mata :

Visus (menurun atau tidak ada)

Page 9: blok 29

Gerakan bola mata (dapat terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan bola mata)

Pupil (reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau hilang Bentuk pupil berubah (tidak bulat pada iridodialisis, melebar pada rupture iris) TIO (menurun pada hifema atau hernia badan kaca) Pemeriksaan khusus (sinar-x, computed tomography, USG) Foto rontgen orbita untuk memastikan adanya benda asing di dalam mata

Working Diagnosis :

Korpus allienum. Terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Bulu mata, debu, kuku, dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan menyebabkan iritasi atau abrasi.

Diagnosis Banding :

Trauma tembus bola mata, trauma kimia, trauma koroid

Terapi :

Non farmakologis :− Benda asing yang tidak menembus dibawah kelopak mata atas dapat diambil

dengan mengangkat kelopak mata atas keatas kelopak mata bawah sehingga memungkinkan bulu mata kelopak mata bawah menyapu benda asing tersebut keluar dari kelopak mata atas

− Benda asing dapat dikeluarkan dengan irigasi, hati-hati jangan sampai menyentuh kornea. Bila benda asing tidak dapat diambil dengan cara ini, mata harus ditutup dan dibalut dan pasien dirujuk ke ahli oftalmologi

Farmakologis :− Ekstrasi corpus alienum dengan spuit 1 cc− Midriatyl eye drop 1 tetes− Eye patch ~ 6 jam− Cendo polygran eye drop 6x1 − Na diklofenak 2x50 mg− Becom C 1x1 tab

8. Trauma Radiasi Sinar Las

Riwayat Klinis : Keluhan terasa 4-10jam setelah trauma Gangguan tajam penglihatan yang tidak menetap Mata terasa sangat sakit Mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir Fotofobia Blefarospasme Konjungtiva kemotik Adanya infiltrat pada permukaan kornea Kadang kornea keruh Pupil terlihat miosis

Pemeriksaan Mata :

Pemeriksaan visus

Page 10: blok 29

Pemeriksaan sensibilitas kornea Uji fluoresein positif

Working Diagnosis :

Keratitis akibat trauma sinar las (sinar ultra violet). Dapat sembuh tanpa cacat akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea.

Diagnosis Banding :

Trauma sinar infra merah, trauma sinar X dan sinar terionisasi

Terapi :

Non farmakologis :− Mata ditutup selama 2-3 hari

Farmakologis :− Pemberian siklopegia, antibiotika lokal, analgetik

9. Ablatio Retina Riwayat Klinis :

Adanya selaput seperti tabir yang mengganggu lapang pandangnya Tajam penglihatan menurun bila terkena atau tertutp daerah makula

Pemeriksaan Mata :

Pemeriksaan visus Pemeriksaan funduskopi retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah

yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok

Working Diagnosis :

Ablatio retina. Akibat trauma yang mengakibatkan terlepasnya retina dari koroid.

Diagnosis Banding :

Edema retina dan koroid, ruptur koroid, retiniskisis

Non farmakologis :− Penderita tirah baring sempurna− Mata yang sakit ditutup dengan bebat mata− Pada penderita dengan ablatio retina non rhegmatogenous, jika penyakit

primernya sudah diobati tetapi masih terdapat ablatio retina, dapat dilakukan operasi cerclage

− Pada ablatio retina rhegmatogenous : Foto kogulasi retinal : Bila terjadi robekan retina tetapi belum terjadi

separasi retina Plobage lokal : dengan silocone sponge dijahitkan pada episklera

pada daerah robekan retina Membuat radang steril pada khoroid dan epithel pigmen pada daerah

robekan retinal dengan jalan : Pendinginan, Diatermi Operasi cerlage : Operasi dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan

kaca. Pada keadaan cairan sub retina yang cukup banyak, dapat dilakukan punksi lewat sklera

Farmakologis :

Page 11: blok 29

− Bila perlu kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti Atropin tetes 1 %

*Sumber : Ilyas, S. Ilmu penyakit mata. edisi 4. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2013.