blok 29 skenario 1

38
Tentamen suicidum Loviana 10.2009.200 Kelompok C1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510 E-mail: [email protected] PENDAHULUAN Latar belakang Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun sosial mampu mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping ( cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah) yang bak, yang mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari perilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut. 1 Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga 1

Upload: loviana-sugianto

Post on 09-Aug-2015

49 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 29 Skenario 1

Tentamen suicidum

Loviana

10.2009.200

Kelompok C1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana

Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Latar belakang

Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai

hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun sosial mampu mempengaruhi bagaimana

persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping

(cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah) yang bak, yang mampu

mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari

perilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat

memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut.1

Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut

individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive

yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat

yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.1

Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa danKedokteran

Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yangmemerlukan intervensi

psikiatrik.2

Tujuan

Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk memenuhi sasaran pembelajaran yang

berkaitan dengan manusia, material dan bahan, proses, fasilitas dan managemen dari k3.

ISI

Skenario

1

Page 2: Blok 29 Skenario 1

Suatu kelompok kerja diberi tugas untuk memasang kabel transmisi tegangan rendah,

mereka meminta tangga dan berbagai peralatan dari petugas gudang.

Pada saat melaksanakan pekerjaan, seorang teknisi memanjat tangga tersebut dan

menginjak bagian yang cacat, dan bagian tersebut patah, teknisi yang tidak menggunakan

sabuk pengaman tersebut terjatuh. Ternyata tangga yang diberikan petugas gudang adalah

sebuah tangga yang cacat pada anak tangga ketiga dari bawah. Tangga tersebut disimpan di

gudang perusahaan. Petugas gudang itu tidak mengetahui tangga tersebut cacat, karena itu ia

menyerahkan tangga tersebut kepada pimpinan kelompok untuk digunakan.

Pengawas gudang sudah mengetahui bahwa tangga tersebut cacat, tapi ia lupa

memasang tanda peringatan atau member perintah agar tangga tersebut diperbaiki.

K3

Keselamatan dan kesehatan kerja  adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,

dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan

makmur.1

Isi dari Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, antara lain:

Pembebanan dan pengangkutan material yang minimal

Mempunyai ruang gerak yang aman dan tidak licin

Mempunyai ruang yang cukup luas untuk peletakan antar mesin dan

peralatan

Tersedianya fasilitas untuk efakuasi di lapangan verja

Tersedianya ruangan yang terisolasi khusus untuk pengerjaan proses yang

berbahaya

Tersedianya peralatan pencegah kebakaran disetiap mesin dan peralatan. 1

Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan

kerja adalah sebagai berikut:

Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara

fisik, sosial, dan psikologis.

2

Page 3: Blok 29 Skenario 1

Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif

mungkin.

Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi

kerja.

Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni:

kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,

kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):

A. Beban kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa beban

fisik, mental dan sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam

hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka mungkin lebih cocok untuk beban

fisik atau mental atau sosial.

B. Beban tambahan dan  lingkungan kerja

Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya.

Suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan yang berakibat beban

tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja.

C. Kapasitas kerja

Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu dengan yang lainnya dan sangat

tergantung kepada ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin dan ukuran

tubuh.1

Bahaya K3:

Bahaya fisika

Bahaya fisika adalah setiap gerakan dan setiap aliran energi yang punya potensi

merugikan manusia. Masuk dalam jenis bahaya ini adalah bahaya karena aliran

3

Page 4: Blok 29 Skenario 1

listrik, bahaya peralatan mekanis, getaran, suara (yang memekakkan), energi

potensial gravitasi, panas dan radiasi.

Bahaya mekanik adalah bagian dari bahaya fisika yang disebabkan gerakan

mekanis seperti putaran bagian dari mesin. Bahaya ini mudah diamati. Setiap ada

gerakan dari mesin atau bagian dari mesin, entah linear ataupun radial, yang

mempunyai kemungkinan kontak dengan pekerja, maka itulah bahaya, terlepas

dari seberapa besar kemungkinan tersebut dan terlepas dari apakah mekanisme

pencegahan kontak sudah diterapkan atau belum.

Bahaya kimia

Bahaya kimia adalah bahaya karena sifat dari bahan beberapa bahan kimia yang bisa

merugikan pekerja. Bahaya kimia tidak bisa langsung diamati seperti bahaya mekanik.

Berbagai jenis solvent (pembersih pelarut), bensin, fumes (seperti pada proses

pengelasan), partikulat asbestos, siliki adalah beberapa contoh jenis bahaya ini. Cara

paling mudah untuk mengetahui apakah suatu bahan kimia berbahaya atau tidak

adalah melihat MSDS (material safety datasheet) – yang menurut undang-undang

harus ada pada setiap penyimpanan bahan kimia. Dari situ dapat diketahui sifat-sifat

zat kimia (seperti mudah mengiritasi, mudah terbakar, mudah meledak, mudah

menghasilkan oksigen, menimbulkan kanker dan lain-lain).

Bahaya biologis

Yang termasuk dalam bahaya biologis adalah hewan liar, kuman, virus, jamur. Bahaya

jenis ini adalah bahaya yang umum di rumah sakit. Bahaya juga mungkin ada pada

aktifitas penyediaan makanan / katering dan pada organisasi yang area operasionalnya

memungkinkan masuknya hewan liar.

Bahaya rancang kerja

Bahaya ini muncul karena lemahnya perancangan cara kerja yang dapat

mengakibatkan kerugian kesehatan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan yang

dilakukan dengan sikap badan yang tidak netral secara terus menerus atau

pembebanan terus menerus pada salah satu anggota badan adalah contoh dari jenis

bahaya ini. Untuk dapat mengetahui bahaya-bahaya jenis ini diperlukan paling tidak

tidak pengetahuan dasar tentang ergonomi dan sikap netral anggota badan.

4

Page 5: Blok 29 Skenario 1

Gambar 1. Salah satu sikap yang salah

Manusia

Manusia sebagai makhluk individu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan untuk

menyelesaikan tugas-tugas, pekerjaan, menggunakan peralatan, atau fungsi peralatan,

meskipun terkadang telah dilakukan pelatihan atau perekrutan secara profesional dengan

kualifikasi pekerjaan yang sama.

Para pakar di bidang psikologi telah meneliti beberapa faktor personal yang

mempengaruhi pekerjaan manusia tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain:

A. Kemampuan Kognitif

Dunia kerja erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh

seseorang. Seorang pekerja yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan

kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah. Hal

tersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap ilmu yang

diberikan sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitan

dengan pekerjaannya akan lebih baik.

Kemampuan kognitif seperti persepsi, memori, pemrosesan informasi dan

pertimbangan termasuk dalam kinerja pada hampir semua jenis pekerjaan, mulai dari

pekerja di perkantoran sampai pekerjaan mengoperasikan mesin yang sangat komplek.

Dalam sebuah penelitian terbukti bahwa IQ memberikan kontribusi sebesar

30% didalam pencapaian prestasi kerja dan kinerja sesorang.

B. Kesehatan

5

Page 6: Blok 29 Skenario 1

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman, serta nyaman

merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Pada umumnya, kesehatan tenaga

pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional.

C. Kelelahan (fatigue)

Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

kerja, ketrampilan, kebosanan serta peningkatan kecemasan. Kata “lelah” mempunyai

arti tersendiri bagi setiap individu dan bersifat subyektif. Istilah kelelahan mengarah

pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.

Terdapat keterkaitan yang erat antara kelelahan yang dialami tenaga kerja

dengan kinerja perusahaan. Apabila tingkat produktivitas seseorang terganggu yang

disebabkan oleh kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat yang ditimbulkan akan

terasa oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas perusahaan. Tenaga kerja

sebagai aset investasi perusahaan perlu dikelola dengan baik dan benar antara lain

dengan memperhatikan faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya kelelahan.

Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor

kelelahan pada tenaga kerja dapat dilakukan hal-hal berikut :

Merubah metoda kerja menjadi lebih efesien dan efektif

Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar

ergonomic.

Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja

Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman, bagi

tenaga kerja.

Melakukan pengujian dan  evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik untuk

mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini menemukan solusi yang tepat.

Menerapkan saran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan

fleksibiltas yang tinggi.

Kelelahan juga bisa menjadi penyebab menurunnya produksi dan juga bisa

menjadi penyebab meningkatnya kecelakaan kerja. Dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa terdapat hubungan antara frekuensi terjadinya kecelakaan kerja dengan taraf

produksi yang dihasilkan pada suatu perusahaan.

D. Pengalaman Kerja

6

Page 7: Blok 29 Skenario 1

Pengalaman kerja juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi perusahaan. Masa

kerja yang cukup lama akan membentuk pola kerja yang efektif. Dengan adanya

pengalaman kerja dari karyawan dipandang mampu melaksanakan pekerjaan atau

cepat menyesuaikan dengan pekerjaannya, sekaligus tanggung jawab yang telah

diberikan padanya. Dengan kata lain semakin sering berpengalaman menyelesaikan

tugas yang sama.

E. Karakteristik Kepribadian

Friedman dan Rosenman membedakan tipe kepribadian menjadi 2 (dua), yaitu:

Tipe Kepribadian A

Ciri-ciri orang yang memiliki tipe kepribadian A:

Selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepat

Merasa tidak sabar dengan nilai di mana kebanyakan kejadian terjadi

Berjuang untuk berpikir atau melakuan dua hal atau lebih secara terus

menerus

Tidak dapat mengatasi waktu untuk bersantai

Terobsesi dengan angka-angka; kesuksesan diukur dengan cara seberapa

banyak hasil yang telah dicapai

Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk

mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka

sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu

untuk kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa

karakteristik perilaku tertentu.

Sebagai contoh: orang-orang tipe A adalah pekerja cepat, mereka lebih

mementingkan kuantitas daripada kualitas. Dalam posisi manajerial, orang-orang

tipe A memperlihatkan daya saing mereka dengan cara memiliki waktu kerja yang

panjang, dan seringkali membuat keputusan yang terbatas, sebab orang-orang ini

kurang memiliki kreativitas.

Tipe Kepribadian B

Kebalikan dari orang berkepribadian A adalah tipe kepribadian B.

Ciri-ciri dari orang tipe B:

Tidak pernah merasa tertekan dengan perasaan terburu-buru karena keterbatasan

waktu, dengan ketidaksabaran yang selalu menyertai.

7

Page 8: Blok 29 Skenario 1

Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan keberhasilan mereka

kecuali dalam keadaan yang terpaksa, karena adanya permintaan dari situasi yang

ada.

Bermain untuk bersenang-senang dan bersantai, dibandingkan memperlihatkan

superioritas mereka dengan pengorbanan yang seperti apapun.

Dapat bersantai tanpa merasa bersalah.

F. Psikologi

Pekerjaan akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang melakukan pekerjaan

itu. Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya senang, bergairah, dan merasa sejahtera,

atau reaksi yang bersifat negatif, misalnya bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya.

Reaksi positif tidak perlu dibahas disini, yang perlu dibahas adalah reaksi yang

negatif.

Seorang pekerja atau karyawan yang bersikap bosan, acuh, tak bergairah

melakukan pekerjaannya ini banyak faktor yang menyebabkannya, antara lain tidak

cocok dengan pekerjaan itu, tidak tahu bagaimana melakukan pekerjaan yang baik,

kurangnya insentif, lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, dan lain-lainnya.

Salah satu faktor yang sering terjadi mengapa karyawan atau pekerja ini melakukan

pekerjaannya dengan sikap yang negatif adalah karena tidak mengetahui bagaimana

melakukan pekerjaannya secara baik dan efisien.

Melakukan pekerjaan secara efisien tidak hanya bergantung kepada

kemampuan atau keterampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan prosedur

kerja, uraian kerja (job description) yang jelas. Peralatan kerja yang tepat atau sesuai

lingkungan kerja, dan sebagainya. Semuanya ini dicakup dalam satu istilah yakni cara

kerja yang ergonomis.

Stres di lingkungan kerja memang tidak dapat dihindarkan, yang dapat

dilakukan adalah bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stres

tersebut sehingga tidak mengganggu pekerjaan. Untuk dapat mengelola stres, pertama

sekali yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi sumber atau penyebab stres atau

stressor.

Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab stres di lingkungan kerja yakni:

Faktor internal, yakni dari dalam diri pekerja itu sendiri, misalnya kurangnya

percaya diri dalam melakukan pekerjaan, kurangnya kemampuan atau

keterampilan dalam melakukan pekerjaan dan sebagainya.

8

Page 9: Blok 29 Skenario 1

Faktor eksternal, yakni faktor lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini

mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial (masyarakat kerja).

Lingkungan fisik yang sering menimbulkan stres kerja antara lain

tempat kerja yang tidak higienis, kebisingan yang tinggi, dan

sebagainya.

Lingkungan manusia (sosial) yang sering menimbulkan stres adalah

pimpinan yang otoriter, persaingan kerja yang tidak sehat, adanya klik-

klik di lingkungan kerja, dan sebagainya.2

SOP

Prosedur operasional standar adalah proses standar langkah - langkah sejumlah

instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja.3

Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja &

aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan;

menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan

kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses

pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari

pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana

metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang

sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.3

Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja

(sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam

pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. SOP

sebagai suatu dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur

suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu

standar yang sudah baku.3

Suatu SOP harus memiliki akurasi uraian proses kejadian beserta pengendaliannya, antara

lain:

Ada daftar bahan dan komponen suatu proses dengan karakteristik kualitas minimal;

khususnya ada penjelasan jumlah komponen standar yang digunakan.

Ada deskripsi lengkap komponen (sampel) yang mesti dipersiapkan sebelum

pekerjaan dilaksanakan; terdiri dari uraian atau formulasi komponen khusus atau

acuan layak termasuk jumlah dan nomor seri komponen.

9

Page 10: Blok 29 Skenario 1

Ada daftar karakteristik perlengkapan (equipment), seperti: kapasitas, kepresisian,

keterbatasan, dayasuai (compatibilities), indikasi nama perlengkapan khusus.

Ada deskripsi langkah-langkah proses peristiwa termasuk skala atau kapasitas

operasi.

Ada parameter pengendalian proses, metode dan keberhasilan. Metode tes atau

observasi yang merupakan pengendalian proses yang efektif dan pengujian harus

mempunyai dokumentasi.

Ada diagram alir kerja.

Ada pengujian efektivitas baik dalam proses maupun sesudah ada produk, ini

dibatasi atau ada kriteria yang dapat diterima pihak profesional.

Ada contoh perhitungan, estimasi waktu, kartu isian.

Ada biaya, alat angkut, dan daftar faktor pengganggu.

Ada yang pelaksana dan pertanggungjawaban; siapa melaksanakan apa?

Ada akuntabilitas pimpinan.

Ada pelaporan dan dokumentasi.

10

Page 11: Blok 29 Skenario 1

Contoh SOP dalam proses pemasangan instalasi listrik

Bahan dan material

Keselamatan kerja adalah prioritas utama pada setiap pekerjaan. Kecelakaan listrik

dapat menyebabkan luka yang serius bahkan kematian. Kecelakaan listrik terjadi akibat

kecerobohan atau kurangnya pengertian tentang listrik. Mempelajari lebih dahulu cara

mengoperasikan rangkaian peralatan listrik dengan tepat merupakan hal utama. Pelajari

bagaimana alat itu bekerja dan cara yang tepat untuk menanganinya.

Listrik

Untuk mengoperasikan peralatan pengalih daya tegangan rendah memerlukan

pengetahuan dasar tentang prosedur mengoperasikan peralatan. Pengetahuan dasar untuk

melaksanakan pengoperasian peralatan pengalih daya tegangan rendah yang dimaksud adalah:

1. Sumber energi yang digunakan

2. Komponen-komponen pengalih daya

3. Memahami rangkaian pengendali pengalih daya

4. Memahami rangkaian power pengalih daya

Arus listrik yang mengalir pada kabel tidak nampak oleh kasat mata. Arus listrik akan

mudah diketahui dengan menggunakan alat ukur. Barangkali bahaya yang paling besar

terhadap aliran listrik adalah bahaya sengatan listrik. Arus yang mengalir ke tubuh manusia

yang lebih dari 10 mA dapat melumpuhkan korban. Bahaya sengatan listrik meningkat sesuai

dengan kenaikan tegangan (voltase). Karena itu mereka yang bekerja dengan tegangan tinggi

harus dilatih dan diperlengkapi peralatan pengaman yang tepat.

Jika kulit manusia basah atau luka, maka resistansinya terhadap aliran listrik dapat

turun drastik. Jika hal itu terjadi, maka walaupun tegangan yang mengalir hanya sedang saja

arus listrik akan menyengat dengan serius. Teknisi yang berpengalaman mengetahui hal

tersebut, dan akan membuat pembagian tegangan yaitu tegangan rendah dan tegangan tinggi.

Seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman, kita akan mempelajari banyak

prosedur pengamanan khusus berkaitan dengan listrik.

Penghantar dari bahan metal mudah mengalirkan arus listrik, tembaga dan aluminium

memiliki daya hantar listrik yang tinggi.

11

Page 12: Blok 29 Skenario 1

Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.

Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi :

1) isolator jenis pasak

2) isolator jenis pos – saluran

3) isolator gantung

Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi

dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-23 kV), sedangkan isolator gantung

dapat digandeng menjadi rentetan/ rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan

dengan kebutuhan.

Jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah :

1) tembaga dengan koduktivitas 100 % (Cu 100%)

2) tembaga dengan konduktivitas 97,5 % (Cu 97,5%)

3) Aluminium dengan konduktivitas 61 % (Al 61%)

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan

kawat penghantar aluminium, karena conductivitas dan kuat tariknya yang lebih tinggi.

Tetapi juga memiliki kelemahan, yaitu untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih

berat dan lebih mahal dari aluminium. Oleh karena itu dewasa ini kawat penghantar

aluminium telah mulai mengantikan kedudukan kawat penghantar tembaga.

Untuk memperbesar kuwat tarik dari kawat aluminium, digunakan campuran

aluminium (aluminium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana

jarak antara menara/tiang berjauhan, yang mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat

tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.

Kawat tanah atau “ ground wires “ juga disebut kawat pelindung (shield wires), gunanya

untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap sambara pedir.

Jadi kawat tanah dipasang di atas kawat-kawat phasa, sebagai pelindung dari sambaran petir.

Sebagai kawat tanah umumnya digunakan kawat baja (steel wires) yan g lebih murah, tetapi

tidak jarang digunakan ACSR.

12

Page 13: Blok 29 Skenario 1

Tangga

a) Komposisi/ struktur bahan

Bila kayu yang dipakai, ukurannya harus cukup besar. Jika dipakai kayu borneo

yang baik, ukurannya kira-kira sebagai berikut:

1. Jika tinggi tanggga tidak lebih dari 3 meter, kayu tegak hendaknya berukuran

5x7 cm dan anak tangga 2x7cm.

2. Jika tinggi tangga lebih dari 3 meter, kayu tegak hendaknya berukuran 3x10cm

dan anak tangga 2,5x7cm.

Teras atau bentuk tidak teratur lainnya pada serat-serat kayu mungkin menjadi

sebab terjadinya patah, jika beben yang relative besar ditempatkan pada tangga atau

jika tangga tersebut terkena perubahan beban yang besar. Tenpat-tempat lemah pada

tangga mudah disembunyikan dengan pengecatan. Maka dari itu, pengecatan tidak

diperbolehkan.

b) Bentuk/ form

1. Setiap tangga yang dipakai untuk naik dan turun harus memiliki panjang

sekurang-kurangnya 1 meter diatas tempat yang tertinggi yanga akan dicapai

oleh setiap orang yang menggunakannya atau satu dari sisi tegaknya mempunyai

panjang 1 meter lebih untuk digunakan sebagai pegangan.

2. Tangga tidak boleh berdiri diatas bata-bata atau barang lain yang goyang, tetapi

harus berdiri pada dataran yang kokoh.

3. Setiap tangga harus diletakan sedemikian diatas dan dibawah tidak mungkin

bergerak. Jika di atas tidak dapat dikokohkan letaknya, bagian bawah harus kuat

dudukannya terhadap lantai. Jika kedudukannya dilantai juga tidak dapat dijamin

kekokohannya, orang lain harus memegangi tangga dibawah.

13

Page 14: Blok 29 Skenario 1

4. Cara kerja harus menjamin tidak bergerak kesamping.

5. Tangga yang sangat panjang harus dikokohkan kedudukannya terhadap

penunjang

6. Tangga-tangga yang harus ditunjang secara sama dan tepat pada kedua sisinya.

7. Jika suatu tangga menghubungkan beberapa lantai , tangga harus dilengkapi

pasangan perancah dan suatu tempat untuk singgah di lantai yang bersangkutan

dengan lobang yang sekecil mungkin.

8. Suatu tangga yang anak tangganya cacat dan hilang tidak boleh dipakai.

9. Pasangan anak tangga harus sedemikian sehingga tidak hanya tergantung dari

paku saja, tetapi lebih kokoh lagi.

Tangga-tangga banyak dipakai diperusahaan-perusahaan atau tempat-tempat kerja.

Untuk keperluan tersebut perlu diikuti pedoman-pedoman sebagai berikut:

1. Tersedianya tangga dalam jumlah yang cukup menurut jenis dan panjang yang

tepat merupakan kebutuhan di perusahaan atau tempat kerja khususnya untuk

pekerja perawatan perbaikan

2. Tangga-tangga harus selalu dipelihara dalam kondisi yang sebaik-baiknya dan

harus diperiksa secara teratur oleh orang-orang yang kompeten.

3. Tangga-tangga dengan anak-anak tangga yang hilang atau cacat tidak boleh

dikeluarkan untuk dipakai atau diterima dipergunakan.

4. Tangga-tangga yang kurang sempurna harus segera diperbaiki

5. Tangga-tangga yang harus dilengkapi landasan penguat yang tidak selip, jika

landasan tersebut membantu mengurangi bahaya terselip

6. Tenaga kerja harus bertugas untuk pekerjaanperbaiki dan memerlukan tangga

atau daratan kerja harus menelaah bahaya tangga dan daratan kerja cocok untuk

pekerjaannya.

7. Tegaknya tangga harus sedemikian sehingga jarak landasan terhadap dindidng

tegak adalah seperempat dari pajang bersandarnya tangga.

8. Beramai-ramai naik tangga tidak dibenarkan

9. Tangga jangan sekali-kali ditemoatnkan di depan pintu terkecuali pintu dikunci

atau dijamin tidak akan terbuka dan menyebabkan tergelincirnya tangga.

10. Tangga-tangga tidak boleh ditempatkan saling bersandar satu dengan yang lain

sehingga timbul kerusakan padanya.

14

Page 15: Blok 29 Skenario 1

11. Tangga tidak boleh dipakai untuk keperluan lain dari pada maksud

pembuatannya.

12. Tangga-tangga harus disimpan sedemikian sehingga:

a. Mudah diambil untuk pemakaiannya

b. Mudah dicapai tempatnya

c. Tidak dipengaruhi cuaca seperti panas dan kelembaban

d. Tempat cukup aliran udara

e. Jika diletakan mendatar, harus dipakai penyangga agar tidak lengkung.

Lingkungan kerja

Kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan 3 komponen utama

dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen

tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.4

Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 syarat-syarat keselamatan kerja

ayat 1 bahwa dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan

kerja

untuk:

a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c) Mencegah dan mengurang bahaya peledakan

d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian lain yang berbahaya

e) Memberi pertolongan pada kecelakaan

f) Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja

g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan

gelora.

h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun

psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j) Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.

k) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.

15

Page 16: Blok 29 Skenario 1

l) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang, tanaman atau

barang.

m) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

n) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang.

o) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

p) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Kecelakaan disebabkan oleh:

Tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act)

a) Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.

b) Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.

c) Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.

d) Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.

Keadaan tidak aman dari lingkungan kerja (unsafe condition)

a) Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman,

bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.

b) Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi

atau pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja, tata

ruang kerja/ kebersihan dan lain-lain).

Cara mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman:

a) Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebut agar tidak lagi

menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak diganti atau diperbaiki.

b) Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar tidak lagi

menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada mesin diberi

tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.

c) Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis, misalnya

memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi, memasang alat-alat control

dsb untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan yang

seksama terhadap lingkungan kerja.

16

Page 17: Blok 29 Skenario 1

Fasilitas kerja dan managemen kerja

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan Seperangkat Alat Yang Digunakan Tenaga Kerja

Untuk Melindungi Sebagian Atau Seluruh Tubuhnya Dari Adanya Potensi

Bahaya/Kecelakaan. Perusahaan diharuskan untuk menentukan bahwa APD harus

digunakan untuk melindungi pekerja dan memiliki kewajiban untuk menyediakan APD,

termasuk peralatan pelindung pribadi untuk mata, wajah, kepala, dan kaki, dan pakaian

pelindung dan penghalang (barrier). Perusahaan juga harus memastikan bahwa karyawan

menggunakan dan memelihara APD dalam kondisi steril dan handal.

Syarat APD:

Dapat Memberikan Perlindungan Terhadap Bahaya

Berbobot Ringan

Dapat Dipakai Secara Fleksibel

Tidak Menimbulkan Bahaya Tambahan

Memenuhi Ketentuan Dari Standar Yang Ada

Pemeliharaan Mudah

Penggantian Suku Cadang Mudah

Tidak Membatasi Gerak

Rasa Tidak Nyaman Minimal

Bentuknya Cukup Menarik

Macam-macam APD:

Alat pelindung mata, Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan

juga dari debu.

Spectacles : Partikel Kecil & Bahaya Tk Rendah

Goglles : Gas, Uap, Percikan Zat Kimia

Perisai Muka

Gambar 2. Kacamata Debu Gambar 3. Kacamata Las Listrik Alat pelindung kepala, pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet. Pelindung

kepala yang dikenal afa 4 jenis yaitu:

17

Page 18: Blok 29 Skenario 1

a. Kelas A

Hard hat kelas A dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan

melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt.

b. Kelas B

Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan

melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.

c. Kelas C 

Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh, tetapi tidak

melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.

d. Bump cap

Bump cap dibuat dari plastic dengan berat yang ringan untuk melindungi

kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol. Bump cap tidak

menggunakan system suspense, tidak melindungi kepala dari beda yang jauh

dan tidak melindungi dari kejutan listrik. karenanya bump cap tidak boleh

digunakan untuk menggantikan hard hat tipe apapun.5

Gambar 4. Alat Pelindung Kepala Alat pelindung telinga, Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang

sangat bising juga penahan bising dari letupan-letupan.

1. Ear Glug ( Sumbat Telinga )

Disposible Plugs

Reusable Plug

2. Ear Muff (Tutup Telinga ) : Cup Pelindung Telinga

Gambar 5. Alat Pelindung Telinga Alat pelindung hidung/pernafasan, Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan

terhisapnya gas-gas beracun.

1. Masker : Partikel Yg Lebih Besar

18

Page 19: Blok 29 Skenario 1

2. Respirator  : Debu, Kabut, Uap Logam 

Pemurni Udara  

Penyalur Udara : SCBA (Self Contained Breathing Apparatus)

Gambar 6. Alat Pelindung Hidung Alat pelindung tangan, Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan

dengan kebutuhannya, antara lain:

Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan supaya tidak

meleset.

Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap

bahaya panas.

Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda

tajam pada saat mengangkat suatu barang.

Sarung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan logam,

seperti vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini untuk mencegah tangan dari bahaya

pembakaran asam atau kepedasan cairan.

Gambar 7. Macam-macam Sarung Tangan Alat pelindung kaki, untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar oleh

zat kimia. Terdapat dua jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya

sepatu biasa hanya dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan

untuk menginjak permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak terpeleset dan jatuh.

19

Page 20: Blok 29 Skenario 1

Gambar 8. Alat Pelindung Kaki (Sepatu) Dengan Plat Besi Pelindung Alat pelindung badan, Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan pakaian

biasa atau badan terhindar dari percikan api, terutama pada waktu menempa dan

mengelas. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju yang panjang akan

melindungi tangan dari sinar api.

Gambar 9. Alat Pelindung Badan Sabuk Pengaman

Digunakan Untuk Melindungi Tubuh Dari Kemungkinan Jatuh

Pekerjaan Kontruksi & Tempat Tinggi

Bisa Menahan Beban Minimal 80 Kg

Jenis sabuk pengaman:

Penggantung unifilar

Penggantung berbentuk U

Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U

Penunjang dada (chest harness)

Penunjang dada dan punggung (chest waist harness)

Penunjang seluruh tubuh (full body harness)

Ingat semua APD tidak boleh basah Harus kering

Managemen

Adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur

organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian

dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka

20

Page 21: Blok 29 Skenario 1

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif.

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,

tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah

dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif.6

Mengembangkan kesadaran K3 pada setiap karyawan tidak cukup dengan satu dua

kali briefing K3, setumpuk prosedur dan aturan kerja, bahkan tak cukup dengan

penggunaan kekuasaan yang berupa ancaman dan hukuman. Pengembangan kesadaran

K3, sama dengan kesadaran untuk untuk lain, membutuhkan proses persuasi rasional

dan pembentukan kesan pentingnya nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Disinilah

peran kunci setiap atasan, mulai dari line manajer sampai pucuk  pimpinan.

Peran tersebut dapat dijabarkan dalam 5 peran kunci setiap atasan dalam

pengembangan kesadaran K3:

Memberi Pesan berkelanjutan

Yang penting selalu diulang-ulang. Yang tidak penting hanya muncul sekali

lalu hilang. Pengulangan pesan-pesan secara persuasif tentang kesehatan dan

keselamatan kerja secara terus menerus akan membawa dampak meningkatnya

skala kepentingan  K3 didalam pikiran setiap karyawan. 

Memberi Keteladanan

Didepan memberi keteladanan, perilaku baku seorang pemimpin.

Memberi dukungan

Pemberian dukungan bukan hanya menghindari kembalinya cara lama

dilakukan, tetapi sekaligus penyampaian pentingnya K3. Dengan memberi

dukungan, mencari solusi bersama untuk mengatasi hambatan dalam  penerapan

cara kerja yang aman.

Melakukan Pemantauan

Pesan yang disampaikan bisa salah diterima. Itu potensi kegagalan komunikasi

umum yang harus dicermati. Maka pemantauan dimaksudkan untuk memberi

umpan balik apakah pesan yang diterima seusai dengan yang dimaksud?

Apakah sudah cukup tertanam dalam pikiran karyawan? Pemantauan juga

21

Page 22: Blok 29 Skenario 1

memungkinkan masalah teridentifikasi secara dini, mencegah kekeruhan sampai

kemuara, dimana perbaikan sudah terlambat untuk dilakukan.

Memberi penghargaan

Keberhasilan, walaupun kecil, bisa membangkitkan kepercayaan diri dan tekad

yang lebih besar untuk mencapai keberhasilan selanjutnya.7

Ergonamis

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tubuh manusia dalam kaitannya

dengan pekerjaan dengan memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan,

dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup

dan bekerja pada sistem dengan baik, dengan demikian manusia dapat melakukan pekerjaan

dengan nyaman, aman, dan efektif sehingga mencapai produktifitas yang optimal.

Tujuan dari ergonomi adalah untuk memaksimalkan perancangan terhadap produk,

alat dan ruangan dalam kaitannya dengan anthropometri secara integral, sehingga

mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh dalam menghadapi permasalahan-permasalahan

interaksi manusia dengan technology dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan

rancangan sistem manusia (technology) dapat menjadi optimal.

Terdapat beberapa aspek dari ergonomis yang harus dipertimbangkan, antara lain adalah:

Sikap dan posisi kerja

Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang terkadang-

kadang cenderung tidak mengenakkan dan kadang-kadang juga harus berlangsung

dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menyebabkan pekerja cepat lelah, membuat

banyak kesalahan atau menderita cacat tubuh. Untuk menghindari hal tersebut di atas

terdapat beberapa pertimbangan ergonomis, seperti:

Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi

membungkuk dengan frekuensi yang sering atau jangka waktu lama.

Operator seharusnya menggunakan jarak jangkauan normal.

Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu

yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau

posisi miring.

Operator tidak seharusnya bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang

lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas level siku yang

normal.

22

Page 23: Blok 29 Skenario 1

Anthropometri dan dimensi ruang kerja

Tujuan dari anthropometri adalah sebagai acuan yang ergonomis dalam segala hal

yang memerlukan interaksi manusia, dalam aplikasinya mengenai perancangan area,

alat, produk, maupun stasiun kerja, yang berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan

dimensi yang tepat, sehingga para pengguna alat atau ruangan fisik tersebut cocok,

dan diharapkan akan meningkatkan produktivitas.

Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain

dalam hal:

Perancangan area kerja

Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas, dsb.

Perancangan produk-produk konsumtif, seperti pakaian, kursi dan meja

komputer

Perncangan lingkungan kerja fisik

Beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia yang secara otomatis

akan mempengaruhi tingkat kenyamanan pengguna fasilitas kerja, yaitu:

Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai

dengan umur sekitar 20 tahunan. Setelah itu tidak lagi akan terjadi

pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berbah menjadi penurunan

ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

Jenis kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan

dengan wanita, kecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,

dan sebagainya.

Suku/bangsa

Setiap suku bangsa memiliki kekhasan dimensi fisik tersendiri.

Posisi tubuh

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh

sebab itu, posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei pengukuran.

Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran, yaitu:

o Pengukuran dimensi struktur tubuh ( structural body dimension )

23

Page 24: Blok 29 Skenario 1

Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak

( tetap tegak sempurna ). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi

tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri

maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat

berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya.

o Pengukuran dimensi fungsional tubuh ( functional body dimensions )

Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan

yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran

dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang

nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang

diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

Selain faktor-faktor tersebut di atas masih terdapat pula beberapa faktor, seperti:

Cacat tubuh

Data Anthropometri di sini diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-

orang cacat.

Kehamilan

Data anthropometri di sini diperlukan untuk perancangan produk yang sesuai

dengan bentuk dan ukuran tubuh saat hamil.

Tebal-tipisnya pakaian

Iklim yang berbeda memberikan variasi yang berbeda pula dalam bentuk

rancangan dan spesifikasi pakaian.

Dengan menciptakan ruang kerja yang ergonomis, maka akan dapat mengurangi

kelelahan yang dapat menurunkan kinerja dari pekerja itu sendiri. Kelelahan yang mungkin

terjadi dapat dibagi menjadi 4 macam: kelelahan visual, kelelahan monoton, kelelahan fisik

dan kelelahan mental.

24

Page 25: Blok 29 Skenario 1

PENUTUP

Keselamatan kerja atau Occupational Safety secara filosofi diartikan sebagai suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan

karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam

usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang

tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian

terhadap proses. Kecelakaan ini sendiri secara garis besar dapat digolongkan disebabkan

karena factor fisik dan factor manusia.

Untuk menegakkan apakah suatu penyakit perlu dilakukan diagnosis untuk

menentukan apakah penyakit ini merupakan sakit akibat kerja atau bukan akibat kerja. Jika

kesakitan diakibatkan pekerjaan, maka dapat dilakukan klaim asuransi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pranianto L.E. Keperawatan medical bedah “Aspek gadar percobaan bunuh diri”.

Puwekerto: Kementerian kesehatan republik Indonesia politeknik kesehatan KEMENKES

Semarang. 2011.

2. Anggraini Y. Kegawat daruratan psikriatri. April 2012. h.1

3. Rachmawati R. Human factor dalam K3. Semarang: Fakultas kesehatan masyarakat

Diponegoro. Nov 2011. h.3-9.

4. Atmoko T. Standar operasional prosedur (SOP) dan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah. 2012. h.8.

5. Buchari: managemen kesehatan kerja dan alat pelindung diri. USU repository; 2007. h.2

6. Manguneh A, Nuraeni L, Julianty R, Stevanus T. K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja):

Alat pelindung diri. Pusat pengembangan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidika

vedca joint program politeknik negeri Jember. 2007.

7. Hasan M.R Makalah teknik sipil ”K3 mekanikal dan elektrikal”. Agustus.

8. Ibrohim L. Peran atasan dalam pengembangan kesadaran K3. Nov 2011.

25