blok 19 tutorial skenario 5

11
Learning Objective Skenario 5 1.Flora normal pada kulit dan apa saja organisme yang patogen pada kulit 2.Apa saja yang perlu dipertimbangkan dan prinsip utama pengobatan penyakit kulit 3. Mekanisme hypesthesia dan hypopigmentasi 4. Scabies dan leprosis: a. Diagnosis dan DD b. Epidemiologi c. Etiologi d. Manifestasi klinis e. Patogenesis + transmisi penularan f. Manajemen g. Komplikasi h. Prognosis i. Pencegahan Jawaban 1.Flora normal pada kulit dan apa saja organisme yang patogen pada kulit Flora normal pada kulit Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Corynebacteria, Candida sp. Organisme patogen pada kulit Chlamydia trachomatis, Propionibacterium acnes, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pyogenes Referensi: Brooks, GF., Butel, JS., Morse, SA., 2007, Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23, EGC, Jakarta.

Upload: arini-indrayani

Post on 27-Dec-2015

111 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 19 Tutorial Skenario 5

Learning Objective Skenario 5

1. Flora normal pada kulit dan apa saja organisme yang patogen pada kulit

2. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dan prinsip utama pengobatan

penyakit kulit

3. Mekanisme hypesthesia dan hypopigmentasi

4. Scabies dan leprosis:

a. Diagnosis dan DD

b. Epidemiologi

c. Etiologi

d. Manifestasi klinis

e. Patogenesis + transmisi penularan

f. Manajemen

g. Komplikasi

h. Prognosis

i. Pencegahan

Jawaban

1. Flora normal pada kulit dan apa saja organisme yang patogen pada kulit

Flora normal pada kulit

Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermidis, Corynebacteria, Candida sp.

Organisme patogen pada kulit

Chlamydia trachomatis, Propionibacterium acnes, Pseudomonas

aeruginosa, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,

Streptococcus pyogenes

Referensi:

Brooks, GF., Butel, JS., Morse, SA., 2007, Jawetz, Melnick, & Adelberg

Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23, EGC, Jakarta.

2. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dan prinsip utama pengobatan

penyakit kulit

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengobatan penyakit kulit

adalah pengaruhnya (efek) pada sistem saraf, selain itu obat-obatan topical

yang ideal untuk menangani penyakit kulit hendaknya yang mudah diserap,

Page 2: Blok 19 Tutorial Skenario 5

tetapi tertap terbatas di dalam kulit, untuk menghindari kemungkinan

terjadinya gangguan sistemik. Prinsip utama pengobatan adalah

Harus efektif terhadap semua stadium tungau (pada penyakit yang

diakibatkan oleh parasit)

Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik

Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

Mudah diperoleh dan harganya murah

Referensi:

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,

FKUI, Jakarta.

3. Mekanisme hypesthesia dan hypopigmentasi

Hipopigmentasi adalah hilang atau berkurangnya warna kulit yang

disebabkan oleh kurangnya melanin. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan

melanosit dalam memproduksi melanin akibat kekurangan asam amino

tirosina.

Penyebab paling umum hipopigmentasi adalah kerusakan kulit seperti

kulit terbakar, infeksi bakteri atau jamur, goresan dan lecet. Hipopigmentasi

dapat muncul pada setiap jenis kelamin dari ras apapun. Hipopigmentasi

antara lain disebabkan oleh akibat hipopigmentasi post inflamasi/luka di

kulit, pitiriasis versikolor (panu), albino, lepra, pitiriasis alba dan vitiligo.

Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas pada

penyakit lepra, hal tersebut terjadi karena kerusakan saraf terutama saraf

tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan

otot.

Referensi:

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,

FKUI, Jakarta.

4. Scabies dan leprosis:

a. Diagnosis dan DD

Scabies

Diagnosis scabies dapat ditegakkan melalui:

a) Ditemukannya 2 dari 4 tanda cardinal

Page 3: Blok 19 Tutorial Skenario 5

b) Terdapat terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis

lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter

sampai 1 cm, dan pada ujungnya terdapat vesikula, papula atau

pustule.

c) Menemukan tungau dengan pemeriksaan mikroskop.

Diagnosis Banding

a) Prurigo, biasanya berupa papul, gatal, predileksi bagian ekstensor

ekstremitas.

b) Gigitan serangga, setelah gigitan timbul urtikaria dan papul

c) Folikulitis, terjadi nyeri, pustula miliar dikelilingi eritema

Leprosis

Diagnosis lepra dapat ditegakkan melalui:

a) Terdapat sekurang-kurangnya dua dari tanda-tanda cardinal

b) Bila terdapat BTA positif

Bila ragu-ragu orang tersebut dianggap sebagai kasus dicurigai

(suspek) dan diperiksa ulang setiap 3 bulan sampai diagnose dapat

ditegakkan kusta atau penyakit lain.

Diagnosis banding

Dermatofitosis, Tinea versikolor, Pitiriasisrosea, Pitiriasisalba,

b. Epidemiologi

Scabies

Prevalensi yang tinggi ditemukan pada anak-anak dibandingkan

orang dewasa, yang dimana laki-laki lebih tinggi prevalensinya

dibandingkan dengan wanita. Begitupula orang dengan sosioekonomi

rendah lebih berpeluang besar dibandingkan orang dengan

sosioekonomi tinggi, dan prevalensi yang tinggi juga didapatkan

pada orang yang aktif secara seksual.

Leprosis

Page 4: Blok 19 Tutorial Skenario 5

Dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih rentan

daripada orang dewasa. Frekuensi tertinggi pada kelompok umur

antara 25 – 35 tahun.

c. Etiologi

Scabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei.

Leprosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae

d. Manifestasi klinis

Scabies

Penyakit skabies memiliki 4 gejala klinis utama (gejala kardinal),

yaitu:

a) Pruritus nokturna atau rasa gatal di malam hari, yang disebabkan

aktivitas kutu yang lebih tinggi dalam suhu lembab. Rasa gatal dan

kemerahan diperkirakan timbul akibat sensitisasi oleh kutu.

b) Penyakit ini dapat menyerang manusia secara kelompok.

c) Adanya lesi kulit yang khas. Berupa papula, vesikel pada kulit atau

terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli) yang

berbentuk lurus atau berkelok-kelok berukuran 1-10 mm. Jika

terjadi infeksi skunder oleh bakteri, maka akan timbul gambaran

pustul (bisul kecil). Kanalikuli ini berada pada daerah lipatan kulit

yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar kemaluan,

wajah dan kulit kepala (pada anak), siku bagian luar, kulit sekitar

payudara, bokong dan perut bagian bawah.

d) Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu,

telur atau skibala (butiran feses).

e) Gejala yang ditunjukan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal

pada kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku,

selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair

pada kulit.

Leprosis

Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas. Lesi

kulit dapat tunggal atau multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi

kadang – kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga. Lesi dapat

bervariasi tetapi umumnya berupa macula, papul atau nodul.

Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas.

Page 5: Blok 19 Tutorial Skenario 5

Kerusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai

kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot. Penebalan saraf tepi

saja tanpa disertai kehilangan sensibilitas dan/atau kelemahan otot

juga merupakan tanda kusta.

e. Patogenesis + transmisi penularan

Scabies

Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang

tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan,

dengan kecepatan 0,5-5 mm perhari. Terowongan pada kulit dapat

sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di

dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya

yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelus sebanyak 2-3 butir telur

sehari. Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan

keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan

menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk

melindungi dirinya dan mendapatkan makanan. Setelah beberapa

hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang

diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa ialah 10-14 hari.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau

skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang

terjadi disebabkan sensitisasi terhadap ekskresi sekret tungau yang

memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu

kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,

vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi krusta, dan infeksi sekunder.

Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung

maupun kontak tak langsung (melalui benda, seperti handuk,

pakaian, sprei, bantal). Yang paling sering adalah kontak langsung

yang saling bersentuhan atau dapat pula melalui alat-alat seperti

tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula

ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang

yang sehat.

Page 6: Blok 19 Tutorial Skenario 5

Leprosis

Setelah M. leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan

penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon

tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem

imunitas selular (cellular mediated immune) paien. Kalau sistem

imunitas selular tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan

bila rendah, berkembang kearah lepromatosa. M. leprae berpredileksi

di daerah-daerah yang relative lebih dingin, yaitu daerah akral

dengan vaskularisasi yang sedikit.

Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi

karena respon imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih

sebanding dengan tingkat reaksi selular daripada intensitas infeksi.

Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit

imunologik.

Cara penularannya belum diketahui pasti, berdasarkan

anggapan klasik ialah melalui kontak langsung antar kulit yang lama

dan erat, serta inhalasi, sebab M. leprae masih dapat hidup beberapa

hari dalam droplet.

f. Manajemen

Scabies

a) Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam

bentuk salep. Tidak efektif pada stadium telur, penggunaannya

tidak boleh kurang dari tiga hari, berbau, dapat mengotori

pakaian, dan kadang menimbulkan iritasi. Dapat digunakan pada

bayi berumur < 2 tahun.

b) Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua

stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari, sering

menimbulkan iritasi, dan kadang makin gatal setelah dipakai.

c) Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan) kadar 1%dalam bentuk

krim, obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, jarang

timbul iritasi, tidak dianjurkan pada anak < 6 tahun dan wanita

hamil (toksik terhadap SSP), pemberiannya cukup sekali kecuali

jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

Page 7: Blok 19 Tutorial Skenario 5

d) Krotamiton 10% dalam krim, merupakan obat pilihan, mempunyai

dua efek yaitu antiscabies dan antigatal.

e) Permetrin 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan,

efektivitasnya sama, digunakan hanya sekali, bila belum sembuh

diulangi setelah seminggu, tidak dianjurkan pada bayi < 2 bulan.

Leprosis

a) DDS (Dapsone)

Singkatan dari Diamino Diphenyl Sulfone.

Bentuk obat berupa tablet warna putih dengan takaran 50

mg/tab dan 100 mg/tablet.

Sifat bakteriostatik yaitu menghalang/menghambat

pertumbuhan kuman kusta.

Dosis : dewasa 100 mg/hari, anak-anak 1-2 mg/kg berat

badan/hari.

Efek samping jarang terjadi, berupa anemia hemolitik.

b) Lamperene (B663) juga disebut Clofazimine.

c) Rifampicin.

d) Prednison

e) Sulfat Ferrosus. Obat tambahan untuk penderita kusta yang

anemia berat.

g. Komplikasi

Scabies

Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan,

dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk

impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel. Infeksi

bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat

menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.

Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat

antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau pemakaian

yang terlalu sering.

Leprosis

Page 8: Blok 19 Tutorial Skenario 5

Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien

kusta baik akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis

sewaktu terjadi reaksi kusta.

h. Prognosis

Scabies

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat,

serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi

(antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan

memberikan prognosis baik.

Leprosis

Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih

sederhana dan lebih singkat, serta prognosis menjadi lebih baik. Jika

sudah ada kontraktur dan ulkus kronik, prognosis kurang baik.

i. Pencegahan

Scabies

a) Tidak berganti-ganti pasangan hubungan seksual

b) Tidak berganti-ganti pakaian, handuk, sprei, dan alat atau benda-

benda yang menempel pada tubuh

c) Selalu menjaga kebersihan sanitasi dan hygiene personal dan

lingkungan

d) Jika ada salah satu orang terdekat yang mengalami gejala atau

tanda scabies segera lakukan pemeriksaaan dan pengobatan baik

secara individu maupun serentak

e) Berikan vaksin atau obat antiscabies pada hewan peliharaan

yang dekat dengan manusia, seperti anjing

Leprosis

a) Penyuluhan kesehatan

b) Pemberian imunisasi

c) Pengobatan penderita kusta untuk mencegah kecacatan

Referensi:

Page 9: Blok 19 Tutorial Skenario 5

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,

FKUI, Jakarta.