blok 18 tutorial skenario 2

7
1 1.Etiologi koma, muntah, kejang dan sakit kepala sementara hasil pemeriksaan normal Pemeriksaan penunjang x-ray pada epilepsy penting terutama untu mengidentifikasi adanya bukti fraktur, erosi tulang dan sutura yang terpisah. Pada scenario, pemeriksaan x-ray pasien normal, sementara terdapat kejang, muntah dan sakit kepala. Hal ini menandakan bahwa tanda-tanda fraktur, erosi tulang dan sutura yang terpisah tidak ada pada pasien. Sementara pasien mengalami trauma pada otak yang menimbulkan gejala seperti muntah, kejang dan sakit kepala. 2.Hubungan trauma kapitis dengan kejang yang terjadi sekarang pada scenario Resiko timbulnya kejang paska trauma umumnya juga berhubungan dengan beratnya trauma kepala. Nomenklatur yang sering digunakan adalah early-post traumatic seizure dimana terjadi dalam 7 hari pertama setelah trauma kepala, dan late-post traumatic seizure terjadi setelah itu. Sementara itu Immediate seizure terjadi dalam beberapa jam sampai 24 jam setalah trauma kepala. Early post traumatic seizures adalah kejang yang terjadi pada minggu pertama setelah cedera kepala, hal ini meliputi 5 % dari kasus cedera kepala yang dirawat di rumah sakit. Hubungannya sudah jelas antara kejadian early seizure dengan beratnya trauma kepala. Epidural hematoma dan fraktur impresi di frontal, temporal atau parietal, cedera otak fokal atau cedera yang diikuti dengan amnesia lebih dari 24 jam maka kira-kira 10% akan timbul insidien early seizure. Hal ini juga merupakan prediktor yang penting untuk resiko timbulnya late post traumatic seizure.

Upload: arini-indrayani

Post on 23-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 18 Tutorial Skenario 2

1

1. Etiologi koma, muntah, kejang dan sakit kepala sementara hasil pemeriksaan

normal

Pemeriksaan penunjang x-ray pada epilepsy penting terutama untu

mengidentifikasi adanya bukti fraktur, erosi tulang dan sutura yang terpisah.

Pada scenario, pemeriksaan x-ray pasien normal, sementara terdapat kejang,

muntah dan sakit kepala. Hal ini menandakan bahwa tanda-tanda fraktur,

erosi tulang dan sutura yang terpisah tidak ada pada pasien. Sementara

pasien mengalami trauma pada otak yang menimbulkan gejala seperti

muntah, kejang dan sakit kepala.

2. Hubungan trauma kapitis dengan kejang yang terjadi sekarang pada scenario

Resiko timbulnya kejang paska trauma umumnya juga berhubungan

dengan beratnya trauma kepala. Nomenklatur yang sering digunakan

adalah early-post traumatic seizure dimana terjadi dalam 7 hari pertama

setelah trauma kepala, dan late-post traumatic seizure terjadi setelah itu.

Sementara itu Immediate seizure terjadi dalam beberapa jam sampai 24 jam

setalah trauma kepala. 

Early post traumatic seizures adalah kejang yang terjadi pada minggu

pertama setelah cedera kepala, hal ini meliputi 5 % dari kasus cedera kepala

yang dirawat di rumah sakit.  Hubungannya sudah jelas  antara kejadian early

seizure dengan beratnya trauma kepala.  Epidural hematoma dan fraktur

impresi di frontal, temporal atau parietal, cedera otak fokal atau cedera yang

diikuti dengan amnesia lebih dari 24 jam maka kira-kira 10% akan timbul

insidien early seizure. Hal ini juga merupakan prediktor yang penting untuk

resiko timbulnya late post traumatic seizure.

Late post traumatic seizure adalah kejang yang terjadi setelah 1 minggu

pertama setelah cedera kepala.  Beratnya trauma kepala adalah penentu

utama dari timbulnya kejadian ini.  Penderita dengan fraktur impresi dan

fakor-faktor lain yang berhubungan termasuk cedera kepala fokal, amnesia

paska trauma yang lebih dari 24 jam, early seizure dan laserasi duramater

akan meningkatkan fakor resiko terjadinya late post traumatic seizure.

Orang dewasa mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya late post

traumatic seizure dari pada anak-anak.  Riwayat kejang pada keluarga juga

Page 2: Blok 18 Tutorial Skenario 2

2

dilaporkan berhubungan dengan timbulnya kejadian ini.  Karakteristik dari

trauma seperti luka tembus seperti terkena peluru, tertinggalnya fragmen

metal, kehilangan sebagian volume otak, hematoma, fraktur impresi, adanya

tanda fokal dan timbulnya early seizure.  

3. Jelaskan perbedaan sinkop dan koma dalam hal interpretasi pemeriksaan

GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai

tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)

dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon

pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata,

bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)

dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam

simbol E…V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi

adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.

Atau jika ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :

a. Skor 14-15 : compos mentis

b. Skor 12-13 : apatis

c. Skor 11-12 : somnolent

d. Skor 8-10 : stupor

e. Skor < 5 : koma

4. Patofisiologi vomitus setelah trauma kapitis

Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat

muntah di medula oblongata otak. Implus-implus aferen berjalan ke pusat

muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls-impuls aferen berasal

dari lambung atau deudonum dan muncul sebagai respon terhadap

distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons

terhadap rangsangan kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan

muntah), misalnya ipekak. Hipoksia dan nyeri juga dapat merangsang

muntah melalui pengaktivan pusat muntah. Muntah juga dapat terjadi

karena perangsangan langsung bagian-bagian otak yang terletak dekat

dengan pusat muntah di otak. Input dari pusat-pusat otak yang lebih

tinggi di korteks dan peningkatan tekanan intrakranium (TIK) juga dapat

merangsang muntah, mungkin dengan secara langsung merangsang

Page 3: Blok 18 Tutorial Skenario 2

3

pusat muntah, gejala-gejala tertentu biasanya mendahului muntah,

termasuk mual, takikardia, dan berkeringat.

Muntah pada trauma kapitis mungkin disebabkan karena terangsangnya

pusat muntah dalam batang otak.

5. Bagaimana bisa vital sign normal, sementara pasien fatigue

Serangan kejang pada epilepsi adalah wujud lepasnya muatan listrik

secara bersamaan dan tidak terprogram dari sekumpulan sel-sel otak atau

dari seluruh otak. Akibat lepasnya muatan listrik secara tidak terkontrol ini

adalah kejang-kejang yang bisa dimulai dari lengan atau tungkai

kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Setelah seluruh sel otak

melepaskan muatan listriknya, untuk sesaat sel-sel tersebut akan

kehabisan energi dan mengalami kelelahan, yang wujudnya adalah

penderita yang tak sadar, lelah, atau loyo untuk sementara. Pada

umumnya pasien dengan epilepsi sebagian besar menunjukan sikap dan

tanda-tanda yang normal begitu juga pada pemeriksaan fisik dan

laboratoriumnya.

6. Macam-macam trauma kapitis dan ciri khasnya

Berdasarkan berat ringannya cidera kepala terbagi 3 yaitu:

a. Cedera kepala ringan :

Jika GCS (Skala Koma Glasgow) antara 13-15, dapat terjadi kehilangan

kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak,

kontusio atau hematoma.

Tidak kehilangan kesadaran

Satu kali atau tidak ada muntah

Stabil dan sadar

Dapat mengalami luka lecet atau laserasi di kulit kepala

Pemeriksaan lainnya normal

b. Cedera kepala sedang :

Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai

24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.

Kehilangan kesadaran singkat saat kejadian

Saat ini sadar atau berespon terhadap suara. Mungkin mengantuk

Page 4: Blok 18 Tutorial Skenario 2

4

Dua atau lebih episode muntah

Sakit kepala persisten

Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma

Mungkin mengalami luka lecet, hematoma, atau laserasi di kulit

kepala

Pemeriksaan lainnya normal

c. Cedera kepala berat :

Jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya

disertai kontusio, laserasi atau adanya hematoma dan edema serebral.

Kehilangan kesadaran dalam waktu lama

Status kesadaran menurun – responsif hanya terhadap nyeri atau

tidak responsif

Terdapat kebocoran LCS dari hidung atau telinga

Tanda-tanda neurologis lokal (pupil yang tidak sama, kelemahan

sesisi)

Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial:

Herniasi unkus: dilatasi pupil ipsilateral akibat kompresi nervus

okulomotor

Herniasi sentral: kompresi batang otak menyebabkan bradikardi

dan hipertensi

Trauma kepala yang berpenetrasi

Kejang (selain Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah

trauma)

Klasifikasi trauma kepala berdasarkan kondisi luka:

a. Trauma kepala terbuka: Trauma ini dapat menyebabkan fraktur tulang

tengkorak  dan laserasi duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila

tulang tengkorak menusuk otak, misalnya  akibat benda tajam atau

tembakan. 

Fraktur linear: Fraktur linear pada daerah temporal, dimana arteri

meningeal media berada dalam jalur tulang temporal, sering

menyebabkan perdarahan epidural. Fraktur linear yang melintang

Page 5: Blok 18 Tutorial Skenario 2

5

garis tengah, sering menyebabkan perdarahan sinus dan robeknya

sinus sagitalis superior. 

Fraktur basis cranii: Sering disebabkan karena trauma dari atas

atau kepala bagian atas membentur  jalan atau benda diam.

Fraktur di fosa anterior, sering terjadi keluarnya liquor melalui

hidung  (rhinorhoe) dan adanya brill hematoma (raccoon eye). 

Fraktur petrosus: Berbentuk longitudinal dan transversal (lebih

jarang). Fraktur longitudinal dibagi menjadi anterior dan posterior.

Fraktur anterior biasanya karena tarauma di daerah temporal

sedangkan yang posterior disebabkan karena trauma di daerah

oksipital 

b. Trauma kepala tertutup dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan

pembuluh darah otak. Adapun macam-macam jenis trauma kepala

tertutup adalah sebagai berikut :

Komusio serebri (gegar otak):

Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi

pingsan (kurang dari 10 menit). Gejala – gejala lain mungkin

termasuk pusing, noda-noda di depan mata dan linglung. Komusio

serebri tidak meninggalkan gejala sisa atau tidak menyebabkan

kerusakan struktur otak. 

Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan

yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala,

yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin

mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak

pucat.

Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin

atau terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada

commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia. Amnesia ini

timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis.

Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak,

EEG, pemeriksaan memori.

Kontusio serebri (memar otak): Merupakan perdarahan kecil atau

petechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah

kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau

Page 6: Blok 18 Tutorial Skenario 2

6

otak yang akan menimbulkan edema jaringan otak di daerah

sekitarnya. Bila daerah yang mengalami edema cukup luas akan

terjadi peningkatan tekanan intracranial.