blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/tugas-1-tksdl-19911.docx · web viewhal tersebut juga...

19
“ Konservasi Sumberdaya Lahan dan Strategi Manajemen Wilayah dikawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops (CAPC) Jayapura, Provinsi Papua.” I. PENDAHULUAN Latar belakang Di negara agraris, seperti Indonesia, pembangunan ekonomi sangat ditentukan oleh pembangunan pertanian. Dalam kondisi krisis moneter yang diikuti oleh krisis ekonomi sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini, sektor pertanian tumbuh positif sementara sektor lainnya tumbuh negatif, sehingga sektor pertanian telah menjadi penyelamat perekonomian nasional. Fakta ini membuktikan bahwa pembangunan pertanian perlu terus didorong untuk mendukung keberlanjutan pembangunan ekonomi. Secara umum, keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh lingkungan tumbuh komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Agroekosistem atau faktor biofisik seperti jenis tanah dan iklim (intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan suhu) dapat menjadi peluang atau masalah dalam pembangunan pertanian, bergantung kepada kemampuan petani atau pelaku agribisnis lainnya dalam menggunakan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga diperlukan suatu usaha konservasi untuk mengurangi laju kerusakannya. Pemerintah dalam hal ini telah menetapkan sebagian kawasan yang berfungsi sebagai kawasan lindung antara lain mencakup kawasan lindung dan perairan. Salah satu bentuk kawasan lindung yang dimaksudkan adalah cagar alam. Menurut Keppres Nomor 32 Tahun 1990, cagar alam adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis baik satwa maupun tumbuhan dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati maupun ekosistem. Sedangkan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai cagar alam di wilayah timur Indonesia adalah Cagar Alam Pegunungan Cycloops (CAPC) yang terletak di Provinsi Papua karena pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang strategis bagi upaya perlindungan lingkungan. Penetapan CAPC itu sendiri tedapat dalam SK Mentan RI No.56/Kpts/Um/I/1978, PP No.28 Tahun 1985, SK Menhut RI No.305/Kpts-II/1987 dan UU No.5/1990.

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

“ Konservasi Sumberdaya Lahan dan Strategi Manajemen Wilayahdikawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops (CAPC) Jayapura,

Provinsi Papua.”

I. PENDAHULUAN

Latar belakangDi negara agraris, seperti Indonesia, pembangunan ekonomi sangat ditentukan

oleh pembangunan pertanian. Dalam kondisi krisis moneter yang diikuti oleh krisis ekonomi sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini, sektor pertanian tumbuh positif sementara sektor lainnya tumbuh negatif, sehingga sektor pertanian telah menjadi penyelamat perekonomian nasional. Fakta ini membuktikan bahwa pembangunan pertanian perlu terus didorong untuk mendukung keberlanjutan pembangunan ekonomi.

Secara umum, keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh lingkungan tumbuh komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Agroekosistem atau faktor biofisik seperti jenis tanah dan iklim (intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan suhu) dapat menjadi peluang atau masalah dalam pembangunan pertanian, bergantung kepada kemampuan petani atau pelaku agribisnis lainnya dalam menggunakan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam.

Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga diperlukan suatu usaha konservasi untuk mengurangi laju kerusakannya. Pemerintah dalam hal ini telah menetapkan sebagian kawasan yang berfungsi sebagai kawasan lindung antara lain mencakup kawasan lindung dan perairan.

Salah satu bentuk kawasan lindung yang dimaksudkan adalah cagar alam. Menurut Keppres Nomor 32 Tahun 1990, cagar alam adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis baik satwa maupun tumbuhan dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati maupun ekosistem. Sedangkan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai cagar alam di wilayah timur Indonesia adalah Cagar Alam Pegunungan Cycloops (CAPC) yang terletak di Provinsi Papua karena pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang strategis bagi upaya perlindungan lingkungan. Penetapan CAPC itu sendiri tedapat dalam SK Mentan RI No.56/Kpts/Um/I/1978, PP No.28 Tahun 1985, SK Menhut RI No.305/Kpts-II/1987 dan UU No.5/1990.

Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops dengan aset sumber daya alam hayati yang berada di dalamnya memiliki peran penting. Keterkaitan manfaat tersebut berkesinambungan dalam sebuah proses yang menjaga kestabilan fungsi lingkungan. Aset-aset tersebut dalam menciptakan manfaat saling berkaitan menjadi sebuah kawasan penyangga kehidupan disekitarnya. Manfaat yang diperoleh dari hasil penyatuan komponen pembentuknya memberikan arti penting dalam keberadaan komunitas populasi mahluk hidup yang ada disekitarnya. Hal-hal yang menjadi faktor strategis dalam menunjang kehidupan mulai dari kestabilan pola tata air, kesuburan lahan, kestabilan hasil produksi tanaman, perbaikan kualitas iklim mikro, dan perlindungan terhadap faktor alami perusak. Sebagai kawasan yang diharapkan mampu menjaga stabilitas fungsi disekitarnya dan eksistensi populasi penduduk yang berada di bagian bawahnya semakin diragukan. Proses perusakan lahan yang dilakukan secara terus menerus telah menimbulkan kondisi kritis pada beberapa kawasan. Tuntutan ekonomi dan peluang pasar terhadap komoditas non kehutanan telah mengesampingkan pola pengelolaan dan pemanfaatan yang lestari.

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

Dampak Gangguan/ Kerusakan Sumberdaya LahanKesalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan di daerah

pegunungan dapat menimbulkan kerusakan atau cekaman biofisik berupa degradasi kesuburan tanah dan ketersediaan air yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan pegunungan, tetapi juga di dataran rendah.

Terjadinya ErosiPerladangan berpindah oleh masyarakat migran Papua (Jayawijaya, Serui, Biak, Paniai) dan pendatang (NTT, Makassar dan Buton) telah merusak kawasan hutan primer sebagai sumber penyaring dan penyimpan air. Debit air yang berasal dari sungai-sungai yang berhulu di dikawasan ini mempunyai volume yang sangat kecil saat kemarau dan meningkat saat musim penghujan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap air larian yang menimbulkan erosi. Laju erosi pada daerah tangkapan air (DTA) Sentani sebesar 94,52 ton/ha/tahun (BPDAS, 2002 dalam Mandosir et al. 2004), kondisi ini diakibatkan oleh vegetasi hutan yang rusak.

Berkurangnya Cadangan Air TanahHutan mempunyai fungsi ekologi yang sangat penting antara lain sebagai hidrologi

sebagai penyimpan sumber daya genetis sebagai pengatur kesuburan tanah dan iklim serta sebagai penyimpan (rosot) karbon. Kerusakan hutan dengan demikian akan menyebabkan hutan tidak mampu berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Daerah hulu merupakan kawasan resapan yang berfungsi untuk menahan air hujan yang turun agar tidak langsung menjadi aliran permukaan dan melaju ke daerah hilir, melainkan ditahan sementara dan sebagian airnya dapat diresapkan menjadi cadangan air tanah yang memberikan manfaat besar terhadap ekologi dan ekosistem. Semakin besar kegiatan pembukaan lahan dan pengalihan fungsi lahan dari kawasan konservasi menjadi kawasan produksi tanaman non konservasi akan mendorong peningkatan jumlah/ volume aliran permukaan yang melaju dari arah hulu ke arah hilir. Hal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas pula pada penurunan kesuburan tanah, karena lapisan top soil pada lahan yang tererosi telah banyak yang hilang melalui aliran permukaan. Penurunan kualitas lahan akan berdampak secara langsung pada penurunan volume dan kualitas produksi tanaman yang dibudidayakan di atasnya.

Kerusakan LahanKerusakan lingkungan merupakan suatu kondisi dimana lingkungan berada

diluar ambang batas toleransi kualitas baik secara fisik maupun fungsi sehingga keberadaannya tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

Model pengelolaan yang kurang bijaksana yang telah dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops selama ini dalam mengeksploitasi lingkungan telah mulai dirasakan akibatnya baik oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat yang tidak berinteraksi dengan kawasan tersebut secara langsung. Dengan lagu deforestasi yang tinggi, diperkirakan tidak sampai 20 tahun hutan di kawasan tersebut akan habis dan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar akan jauh lebih hebat dari pada yang ada saat ini.

Status cagar alam menjadi polimik antara masyarakat adat dan pemerintah baik pusat maupun daerah, dimana masyarakat melihat bahwa pemerintah memprotek

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

pegunungan cycloop dari pemanfaatan sumberdaya alam (lahan) untuk kegiatan konservasi tanpa mengikutkan masyarakat untuk menentukan luasan/area konservasi, sementara pemerintah tetap pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjawab polimik yang berkembang pemerintah Kabupaten/Kota Jayapura menetapkan kebijakan pemanfaatan lahan dalam bentuk rencana umum tata ruang wilayah (RUTRW), namun semenjak RUTRW ini diberlakukan ternyata terjadi tumpang tindih bahkan inkonsiten terhadap prodak peraturan dan perundang-undangan tersebut. Penerapan teknologi sistem usahatani konservasi dan pengelolaan lahan pegunungan yang tepat guna dan tepat sasaran dapat memberi keuntungan ekonomi dan melindungi lingkungan secara simultan. Dengan demikian pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dapat terwujud.

II. KARATERISTIK DAN PERMASALAHAN(ANALISIS)

Profil Singkat Cagar Alam Pegunungan CycloopsCagar Alam Pegunungan Cycloops merupakan salah satu kawasan konservasi

di Papua yang ditunjuk sebagai Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 56/Kpts/Um/1/1978 tanggal 26 Januari 1978 dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 365/Kpts-II/1987 tanggal 18 Nopember 1987 dengan luas 22.500 Ha. Secara Geografis Cagar Alam Pegunungan Cycloops terletak pada 145°30’ BT dan 2°31’ LS. Cagar Alam Pegunungan Cycloops terletak memanjang dan membentang dari teluk merah ke arah timur. Gunung Rafeni merupakan puncak tertinggi dalam kawasan ini, ketinggiannya mencapai 1.880 meter dpl. Secara adminitrtif Cagar Alam Pegunungan Cycloops terletak pada Distrik Jayapura Selatan Jayapura Utara, Sentani dan Depapre Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura Provinsi Papua. Cagar Alam Pegunungan Cycloops sebelah utara dibatasi oleh laut Pasifik, sebelah selatan dibatasi oleh Kota dan Kabupaten Jayapura, sebelah timur dibatasi oleh Kota Jayapura dan sebelah barat dibatasi oleh Distrik Depapre.

Gb. Profil Cagar Alam Pegunungan Cycloops

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

Potensi Flora dan FaunaKawasan ini terdiri dari 5 tipe ekositem utama yaitu Hutan Hujan dataran

rendah (Lowland Rainforest), Hutan Pegunungan (Mountain Forest), Hutan Sekunder (Secondary forest), Padang Rumput (Grassland). Seluruh ekosistem merupakan ekosistem alami.

Potensi Flora dalam kawasan ini adalah Pometia sp, Instia bijuga, Anisoptera sp, Dilennia sp, Dracontomelon sp, Firmiana sp, Callophylum sp, Myritica sp, Araucaria cuninghammi, Castanopsis sp, Querqus spp, Sapotaceae (Burcella magusun), Callophylum carii, Ficus spp dan Syzybium spp dan beberapa jenis Anggrek seperti Anggrek Hitam (Dendrobium lasianthera), Anggrek besi (D. violaceoflavens), Anggrek Jamrud Hitam (D. macrophyllum var. gigantheum), Anggrek Jamrud Kuning (D. macrophyllum A. rich), Anggrek Kuning (D. connotum), Anggrek Dasi (Bulbophyllum sp), Anggrek Nenas (D. smilliae), Anggrek Kelinci (D. antenatum), Anggrek Kantung (Paphiopedillum violascens).

Potensi fauna yang ada antara lain Kakatua Raja (Pobosciger atterimus), Paradisea minor, Palanger sp, Lorius domicella, Cacatua galerita triton, Dendrolagus sp, Goura victoria, Ornitophera sp, Electus rotatus, Casuarius sp serta beberapa jenis Kelelawar. Salah satu jenis hewan karnivora berkantong yang ditemukan di kawasan ini adalah Dasyrys albopunctatus.

Karateristik Wilayah SamplingWilayah sampling yaitu di Desa Waybron Distrik Sentani Barat Kabupaten

Jayapura. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah, Desa Waybron termasuk dalam wilayah Cagar Alam Pegunungan Cycloops, masyarakat lokal Moi yang tinggal di desa tersebut memiliki ketergantungan yang kuat terhadap hutan.

Desa Waybron mempunyai topografi yang berbukit-bukit, berawa-rawa, pegunungan dan tanah datar, selain itu terdapat dua buah anak sungai yang mengalir dari pegunungan Cycloops yaitu Sungai Armu dan Sungai Arbei. Daerah di sebelah selatan merupakan tanah basah dan berawarawa banyak ditumbuhi tanaman sagu (Metroxylon sp), sedangkan di sebelah barat merupakan perbukitan yang ditumbuhi alang-alang. Kondisi daerah yang sedemikian rupa menyebabkan tidak banyak lahan yang dipergunakan sebagai areal pertanian.

Gb. Peta Kawasan C.A Pegunungan Cycloops

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

Keadaan iklim di Desa Waybron tidak berbeda dengan Sentani yang memiliki iklim tropis basah dengan suhu minimum 21° C sedangkan suhu maksimum adalah 35,6° C.Sedangkan jumlah curah hujan dalam satu tahun di daerah Sentani dan sekitarnya menrut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Jayapura adalah 1.310 – 1.933 mm3.

Permasalahan Kawasan Pegunungan1. Pemukiman dan Pertambahan Penduduk

Seiring dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi serta batas kawasan cagar alam yang begitu dekat dengan batas pemukiman masyarakat dibeberapa tempat, menyebabkan terjadinya pembangunan perumahan dan pemilikan tanah dalam berbagai bentuk dan sifat, sehingga ada sebagian kapling masyarakat yang letaknya telah masuk kawasan cagar alam dan sebagian yang berbatasan. Kapling-kapling yang telah menjadi milik masyarakat adalah pemukiman yang terletak disepanjang batas kawasan cagar alam.

Pemukiman masyarakat yang tidak sesuai dengan prosedur dan rencana tata ruang wilayah kabupaten Jayapura menyebabkan terjadinya pemukiman liar serta munculnya pemukiman baru disekitar maupun di dalam kawasan cagar alam cycloop. Hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah penduduk atau lajunya angka pertambahan penduduk di Kabupaten Jayapura yang meningkat setiap tahunnya sementara lahan yang tersedia terbatas.

Tingginya angka pertambahan penduduk setiap tahun jika tidak diimbangi dengan tersedianya lahan maka akan menambah jumlah pemukiman liar didalam kawasan cagar alam cycloop. Jika masalah pemukiman masyarakat yang tidak teratur serta tidak sesuai dengan prosedur ini dibiarkan terus menerus dan tidak mendapat penanganan yang baik dari pihak terkait maka dikhawatirkan beberapa tahun kedepan wilayah perbatasan kawasan cagar alam yang berfungsi sebagai zona penyangga kawasan cagar alam pegunungan cycloop akan berubah menjadi pemukiman bahkan bisa jadi pemukiman tersebut masuk didalam zona inti kawasan cagar alam pegunungan cycloop.

Namun demikian, implementasi dari pengelolaan yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan pembangunan sumberdaya lahan di CAPC sebagaimana (Gb.2), memperlihatkan bahwa fokus pembangunan sumberdaya lahan di Kabupaten dan Kota Jayapura sejak tahun 1985-2004 belum diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan pokok pengelolaan sumberdaya lahan, yang merupakan prakondisi bagi terlaksananya pengelolaan sumberdaya lahan yang memenuhi prinsip-prinsip kelestarian.

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

Gb. Kondisi Fisik Cagar Alam Peunungan Cycloops

Keterangan :HP : Hutan Primer LK : Lahan KritisHS : Hutan Sekunder RW : Rawa-RawaHB : Hutan Belukar AA : Alang-AlangPL : Perladangan PIS : Pembangunan Infrastruktur

2. Status Penguasaan Tanah/Lahan di dalam KawasanPeranan kebudayaan tradisional masih sangat kuat bagi masyarakat asli

suku sentani yang pada umunya mendiami Kabupaten Jayapura. Sistem adat yang kuat ini turut mempengaruhi sistem pemanfaatan lahan/tanah dan sumber daya alam yang lebih dikenal dengan (Hak Kepemilikan) Hak Ulayat.

Kawasan hutan pegunungan cycloop telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai kawasan cagar alam, namun bagi warga masyarakat suku sentani mengagnggap bahwa kawasan hutan cagar alam pegunungan cycloop merupakan tanah adat yang merupakan hak ulayat mereka. Secara tidak langsung status kepemilikan atas tanah / hak ulayat masyarakat atas kawasan cagar alam cycloop turut mempengaruhi upaya pengelolaan kawasan ini kedepan. Hal ini terlihat dimana instansi terkait sudah melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan, namun upaya ini tidak pernah berhasil karena banyak

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

marga/klen yang mempunyai hak ulayat didalam kawasan sehingga kadang upaya pemberdayaan tersebut menimbulkan konflik sesama pemilik hak ulayat yang pada akhirnya berpengaruh kepada berhentinya program pemberdayaan dari instansi terkait yang sudah berupaya untuk mencegah tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan cagar alam cycloop.

3. Penebangan kayuKegiatan penebangan kayu didalam kawasan cagar alam pegunungan

cycloop dilakukan oleh hampir semua kelompok masyarakat selaku pemilik hak ulayat atas areal tersebut maupun imigran lokal dari daerah lain. Pengambilan kayu di hutan atau didalam kawasan cagar alam disebabkan karena letak kawasan yang dekat dengan pemukiman masyarakat serta kebiasaan dari masyarakat pemilik tanah (hak ulayat) yang bebas melakukan aktifitas didalam kawasan karena menganggap bahwa areal tersebut adalah hak ulayat mereka.

Pada umumnya pengambilan/penebangan kayu yang dilakukan masyarakat didalam kawasan digunakan untuk keperluan memasak, bahan bangunan rumah serta untuk di jual. Hal ini disebabkan karena memasak dengan kayu bakar merupakan cara praktis dan tidak membutuhkan biaya serta kondisi ekonomi masyarakat yang terbatas sehingga tidak mampu untuk membeli peralatan masak seperti kompor minyak sehingga menggunakan kayu bakar sebagai perlengkapan memasak sehari-hari. Hal lain yang turut mempengaruhi adalah langkanya BBM khususnya minyak tanah beberapa tahun terakhir ini membuat distribusi minyak tanah kepada masyarakat sangat sulit sehingga walaupun ada keluarga yang mempunyai kompor tetapi tidak bisa menggunakannya karena tidak ada minyak tanah.

4. Rusaknya Sumberdaya Air & LahanTerlihat bahwa kondisi luas hutan dikawasan CAPC mengalami penurunan

yang sangat drastis . Indikator ini dapat dilihat dari sumber-sumber air bersih yang tadinya berjumlah 34 sungai yang berhulu di Cycloop telah mengalami kekeringan hingga 14 sungai diakibatkan oleh berbagai kegiatan penduduk dalam bentuk perladangan, pembangunan rumah penduduk disekitar sumber air dan penambang serta pengambilan material pasir dan batu.. 12 dari 14 sungai ini bermuara di Danau Sentani yang sebagai sumber air bersih bagi penduduk yang berada disekitar Danau Sentani.

Penyebab lain kekeringan sumber air / sungai-sungai diwilayah hulu Cycloop adalah perladangan berpindah pada kelerengan > 30% yang berdampak pada bencana longsor yang mengakibatkan pencemaran pada sungai dan penumpukan sedimen akibat longsor dan kegiatan pertambangan galian C dan pendulangan emas diwilayah jembatan II, mengakibatkan Danau Sentani mengalami pendangkalan.

III. STRATEGI DAN MANAJEMEN WILAYAH PEGUNUNGAN

Kegiatan pengelolaan Cagar Alam Cycloop tentu saja tidak berbeda jauh dengan pengelolaan cagar alam secara umum di Indonesia namun disesuaikan dengan kondisi setempat. Agar eksistensi cagar alam Cycloop tetap terjamin maka diperlukan upaya pengelolaan yang yang tepat guna meminimalisir kerusakan yang ada. Untuk merencanakan kegiatan pengelolaan tersebut tentu saja juga diharapkan untuk mengatasi permasalahan atau kerusakan hutan yang terjadi di dalam kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops.

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

1. Pemantapan KawasanPemantapan kawasan hutan perlu dilakukan melalui beberapa bentuk antara lain :a. Pemetaan situasi dan kondisi cagar alam cycloop seperti penyebaran tingkat

kerusakan/ degradasi serta kerawanan bencana longsor dan banjir pada kawasan cagar alam cycloop. Tujuannya adalah supaya masyarakat mengetahui dengan jelas lokasi-lokasi dan luas areal yang sudah rusak serta daerah yang rawan bencana.

b. Rekonstruksi pal batas yaitu mengembalikan pal-pal batas kawasan yang sudah hilang atau rusak. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat mengetahui dengan jelas batas-batas kawasan cagar alam cycloop sehingga tidak melakukan aktifitas didalam kawasan tersebut.

c. Pemancangan papan pengumuman / peringatan disetiap titik-titik jalan yang rawan kerusakan.

2. Model Daerah PenyanggaPengelolaan taman nasional, terutama dari segi pengamanan kawasan

dan intervensi masyarakat yang kurang memahami aturan yang berlaku, kepentingan ekonomi dan permasalahan lahan yang berkembang di sekitar taman nasional menyebabkan pembangunan daerah penyangga menjadi sangat penting. Pembangunan daerah penyangga merupakan bagian integral dari pembangunan daerah secara terpadu. Daerah penyangga merupakan kawasan penting sebagai pendukung kawasan konservasi dan merupakan daerah yang sangat potensial untuk dikelola guna mempertahankan kelestarian biodiversitas dan ekosistem taman nasional, baik sebagai asset wisata alam, penyangga kawasan konservasi, kawasan budidaya, sumber penghasil pangan, kayu bakar dan obat-obatan.

Dalam menetapkan dan mengelola daerah penyangga kawasan konservasi harus didasarkan pada tiga aspek yang saling terkait, yaitu aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat, sehingga daerah penyangga memiliki nilai ekonomi yang mampu meningkatkan taraf hidup dan persepsi masyarakat dalam menjaga keutuhan kawasan konservasi. Oleh karena itu pembangunan kawasan konservasi, daerah penyangga, dan ekonomi masyarakat mempunyai hubungan timbal balik yang dapat menguntungkan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah penyangga kawasan konservasi. Dengan demikian, pembangunan daerah penyangga merupakan pembangunan terpadu yang mencakup berbagai bidang berdasarkan karakteristik permasalahan dan kebutuhan obyektif dari masing-masing wilayah yang dibangun.

Pengelolaan daerah penyangga adalah perpaduan keserasian pengelolaan lahan hutan dan pertanian sesuai dengan kondisi fisik kawasan untuk mendapatkan hasil optimal guna menunjang sistem perekonomian masyarakat lokal. Untuk itu daerah penyangga pun dibedakan penataannya atas wilayah-wilayah (zonasi). Sebagai contoh daerah penyangga Taman Nasional Berbak Jambi dibangun berdasarkan zonasi berupa jalur yaitu Jalur Hijau, Jalur Interaksi, dan Jalur Kawasan Budidaya dapat menjadi model daerah penyangga taman nasional yang dapat memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan kelestarian taman nasional.

Fungsi jalur hijau adalah menyangga fisik kawasan dari gangguan, pengaruh jenis eksotik tumbuhan, dan sebagai perluasan homerange satwa. Areal

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

yang dapat dikelola sesuai dengan fungsi di atas adalah HPH, kawasan lindung, dan kawasan hutan lainnya yang berbatasan dengan kawasan konservasi. Fungsi jalur interaksi adalah menyangga kawasan konservasi dan jalur hijau dari perubahan ekosistem yang drastis, gangguan satwa liar ke kawasan budidaya, dan mendukung peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Pengelolaan jalur interaksi dilakukan dengan pengembangan agroforestry, dimanfaatkan secara terbatas dan vegetasi sekunder atau areal yang ditinggalkan masyarakat dibangun menjadi hutan rakyat atau hutan kemasyarakatan yang dapat mendukung konservasi tumbuhan yang benilai ekonomis dan ekologis.

Fungsi kawasan budidaya daerah penyangga adalah untuk mendukung peningkatan sosial ekonomi masyarakat, pengembangan wilayah dan wisata. Sedangkan pengelolaan kawasan budidaya dilakukan pengembangan program pertanian terpadu melalui pembukaan lahan tanpa pembakaran, pemakaian herbisida yang tidak berdampak negatif, serta menetapkan pemukiman masyarakat desa lokasi yang tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan dan masyarakat akibat satwa liar (Setyawati dan Bismark, 2002).

3. Rehabilitasi Lahan Dengan Praktek AgroforestryPengelolaan hutan dan kawasan konservasi, termasuk upaya rehabilitasi

lahan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan, telah memprogramkan pengembangan hutan kemasyarakatan Kepmen No. 311/ Kpts-II/2001, tentang Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan), hutan tanaman, dan hutan rakyat dalam bentuk agroforestry. Sebagai paradigma baru dalam

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

pengelolaan hutan, pelaksanaan hutan kemasyarakatan yang dipadukan dengan model agroforestry diharapkan dapat melestarikan hutan alam melalui peningkatan produktivitas lahan hutan di areal masyarakat atau di lahan kritis. Program ini perlu diadakan di sekitar kawasan konservasi seperti taman nasional dengan pengembangan model tersebut di daerah penyangga, untuk meningkatkan kesejahteraan dan persepsi masyarakat dalam perlindungan kawasan pelestarian alam.

Praktek agroforestry yang dikembangkan dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat, melalui hutan rakyat atau hutan kemasyarakatan sebenarnya telah berkembang lama di masyarakat. Sistem tersebut merupakan pengetahuan empirik yang dihimpun dalam kurun waktu yang panjang akibat dari ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Agroforestry yang dikembangkan masyarakat petani menghasilkan hasil hutan non kayu sebagai hasil utama. Secara ekologis berfungsi sebagai hutan alam karena stratifikasi tajuk dari perpaduan jenis tanaman bersifat perdu dan pohon termasuk buah-buahan dan tanaman jenis pohon yang berasal dari hutan alam (Michon dan Foresta, 1995).

4. Penanaman Pohon BatasTujuan dari kegiatan ini yaitu menanam pohon/tanaman sebagai pengganti

pal batas sepanjang batas kawasan cagar alam cycloop. Jenis pohon/tanaman yang perlu ditanam adalah

a. Jenis tanaman kayu-kayuan seperti merbau, matoa, sengon dan cemara. Maksud dari menanam jenis kayu seperti ini adalah agar apabila kayu tersebut sudah besar maka dipanen/ditebang oleh masyarakat sendiri dan tidak perlu lagi menebang kayu didalam kawasan.

b. Jenis tanaman yang bersifat multi fungsi seperti pohon pinang, bambu dan buah merah. Mengingat jenis tanaman ini mempunyai banyak fungsi maka perlu ditanam disepanjang batas kawasan. Sedangkan pola tanamnya harus pada batas luar kawasan. Penanamannya pun harus melibatkan masyarakat umum yang bermukim disepanjang batas kawasan. Hal ini perlu dilakukan agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial terhadap para pemilik hak ulayat disepanjang batas kawasan cagar alam.

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

5. Program Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam Program ini ditujukan untuk melindungi sumber daya alam dari kerusakan

yang disebabkan oleh aktivitas pengelolaan yang kurang memperhatikan dampak negatif terhadap potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta menyelenggarakan pengelolaan kawasan konservasi untuk menjamin keragaman ekosistem, sehingga terjaga fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan.

Sasaran yang hendak dicapai dalam program ini adalah terlindunginya kawasan konservasi dan kawasan lindung dari kerusakan akibat pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan antara lain meliputi :- Pengkajian kembali kebijakan perlindungan dan konservasi sumber daya alam- Perlindungan sumber daya alam dari kegiatan pemanfaatan yang tidak

terkendali dan eksploitatif terutama kawasan konservasi dan kawasan lain yang rentan terhadap kerusakan

- Pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati dari kepunahan, termasuk spesies-spesies pertanian dan biota-biota laut

- Pengembangan sistem insentif dalam konservasi sumber daya alam- Penyusunan mekanisme pendanaan bagi kegiatan perlindungan sumber daya

alam

- Inventarisasi hak adat dan ulayat dan pengembangan masyarakat setempat- Peningkatan partisipasi masyarakat dan pengembangan kerja sama

kemitraan dalam perlindungan dan pelestarian alam- Pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan di kawasan-kawasan

konservasi darat dan laut- Perlindungan dan pengamanan hutan- Penanggulangan dan pengendalian kebakaran hutan

- Peningkatan penegakan hukum terpadu dan percepatan penyelesaian kasus pelanggaran/kejahatan kehutanan

- Pemantapan pengelolaan kawasan konservasi dan hutan lindung- Penguatan sarana dan prasarana pengelolaan kawasan konservasi- Pembentukan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan kawasan

konservasi dan kawasan lindung- Pengembangan kawasan konservasi laut dan suaka perikanan

- Pengembangan budidaya perikanan berwawasan lingkungan- Penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundangan bidang konservasi

sumber daya alam dan lingkungan hidup- Evaluasi lingkungan dan kawasan konservasi alam geologi untuk pelestarian

lingkungan hidup- Konservasi geologi dan sumber daya mineral- Penanggulangan konversi lahan pertanian produktif dalam rangka

peningkatan ketahanan pangan. 6. Pengamanan Cagar Alam Cycloop

Dalam rangka melakukan pengamanan terhadap kawasan cagar alam cycloop, maka perlu dilakukan beberapa tindakan pengamanan sebagai berikut :a. Membentuk polisi hutan adat yang direkrut dari masyarakat setempat yang

berasal dari kampung-kampung yang dilalui cagar alam cycloop. Hal ini perlu dilakukan mengingat ada sebagian kawasan yang sangat susah

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

aksesibilitasnya sehingga tidak pernah dikontrol oleh polisi kehutanan dari BBKSDA Papua maupun Dinas Kehutanan.

b. Memasang papan pengumuman dan larangan disekitar kawasan hutan.c. Melakukan pengawasan / patroli rutin ke setiap lokasi yang rentan terhadap

kerusakan.d. Menerapkan sanksi yang jelas bagi yang melakukan pelanggaran.e. Pengembangan dan penguatan kelembagaan masyarakat disekitar kawasan

hutan.

7. Kampanye dan SosialisasiUpaya penanggulangan kerusakan hutan pada cagar alam cycloop yang

dilakukan melalui kegiatan kampanye dan sosialisasi perlu dilakukan melalui beberapa media seperti media cetak dan elektronik, spanduk dan pembuatan baliho. Kegiatan kampanye dan sosialisasi melalui beberapa media sebagaimana tersebut diatas perlu memuat beberapa informasi penting seperti arti pentingnya hutan bagi kehidupan manusia, bahaya dan bencana alam bagi manusia dan penerapan hukum dan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan tindakan kerusakan didalam kawasan cagar alam cycloop. Untuk menyebarluaskan informasi tersebut, maka spanduk dan baliho hendaknya dipapampang pada tempat-tempat umum yang sering dikunjungi masyarakat seperti pasar, mall dan sebagainya. Sedangkan melalui media cetak dan elektronik perlu dilakukan melalui koran dan stasiun televisi lokal.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

a. KesimpulanKerusakan hutan yang terjadi pada kawasan Cagar Alam Pegunungan

Cycloop di Kabupaten Jayapura pada umumnya disebabkan karena pemanfaatan lahan / konversi lahan oleh masyarakat dalam bentuk Pemukiman dan pertambahan penduduk, Perladangan dengan sistem shifting, Rusaknya sumberdaya air dan lahan, Penebangan Kayu, dan Status Kepemilikan Tanah / Hak Ulayat Masyarakat.

Pada kawasan tersebut terdapat masyarakat adat pemilik ulayat yang masih sangat menggantungkan kebutuhan hidupnya pada keberadaan sumber daya hutan di dalamnya, dengan tingkat kehidupan yang masih relatif sederhana, baik secara ekonomi, pengetahuan dan teknologi.

Penggambaran kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat tersebut memberikan gambaran adanya potensi tenaga kerja yakni penduduk usia produktif yang dapat diberdayakan. Potensi ekonomi berupa hasil pertanian yang mampu memenuhi kebutuhan pasar. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan untuk memberdayakan masyarakat sekitar Cagar Alam Pegunungan Cycloops agar sedikit demi sedikit dapat mengurangi ketergantungan terhadap hutan dan sumber daya alam di kawasan Cagar Alam.

Persepsi masyarakat terhadap keberadaan kawasan cagar alam pegunungan cycloop cukup baik, namun karena tuntutan ekonomi dan kebutuhan hidup yang mendesak Penduduk yang mendiami kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops dikawatirkan memeberikan tekanan terhadap kawasan hutan tersebut, akibat pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti kebutuhan

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

akan lahan untuk pemukiman maupun lahan garapan, pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan pendapatan, pemenuhan kebutuhan pakan ternak dan pemenuhan akan kayu bakar yang akhirnya akan menyebabkan kerusakan kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops.

Untuk mencegah kerusakan hutan yang terjadi pada kawasan cagar alam pegunungan cycloop, maka ada beberapa strategi pengelolaan kawasan guna mengendalikan kerusakan yang terjadi yang perlu dilakukan antara lain : Pemantapan Kawasan, Model Daerah Penyangga, Rehabiitasi Lahan dengan Praktek Agroforestry, Penanaman Pohon Pembatas, Program Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam Pengamanan Cagar Alam Cycloop.

b. Saran1. Pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk mengurangi tingkat

ketergantungannya terhadap hutan.

2. Potensi-potensi yang ada seperti penduduk (tenaga kerja), potensi ekonomi (kekayaan alam dan hasil bumi) dan budaya masyarakat sekitar kawasan dapat dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di desa tersebut sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap daerah, dengan catatan konservasi dan pengelolaan hutan harus tetap dinomorsatukan.

3. Pemerintah dalam hal ini instansi terkait perlu menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga adat / kepala-kepala suku dari masyarakat yang bermukim disekitar kawasan cagar alam pegunungan cycloop dalam upaya pelestarian kawasan tersebut, dan Rekruitmen Polisi Khusus dari kampung dan bukan pegawai negeri sipil yang berasal dari masyarakat adat kampung disepanjang trayek batas kawasan cagar alam yang difasilitasi dengan pelatihan dan ketrampilan polisi khusus serta diberikan tunjangan pembinaan setiap bulan.

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/09/Tugas-1-TKSDL-19911.docx · Web viewHal tersebut juga berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah pada kawasan tersebut dan berimbas

REFERENSI

AP. Fedrik, A. Roland, & Daniel,. 2010. Jurnal: Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Hutan dan Strategi Pengendaliannya (Studi Kasus Pada Cagar Alam Pegunungan Cycloops) Kabupaten Jayapura Provinsi Papua.

Anonim. Junal "....." Bab XII: Pembangunan Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

Anonim. 2012. Isu-Isu Konservasi Sumberdaya Lahan, (Online), (http://adiorganik. blogspot.com/2010/12/teknologi-sumberdaya-lahan-isu-isu.html), diakses tgl. 06 September 2012.

Bismark, M., & Sawitri, R., 2006. Jurnal: Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Peyangga Kawasan Konservasi. Padang.

Maintindom, Y., Indrawan, A., & Kartodihardjo, H., 2006. Jurnal Manajemen Hutan Tropika: Analisis Kebijakan Penggolahan Sumberdaya Lahan Pada Cagar Alam Pegunungan Cycloops. Vol. XII No.3:58-71 (2006).

W. Hastanti, B., & Nurapriyanto, I., 2003. Jurnal: Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Suku MOI disekitar C.A. Peg. Cycloops di Jayapura.