bleketepe

4
Bleketepe Tradisi pemasangan tarub (bleketepe) dan tuwuhan berasal dari ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja Mataram. Konon beliau membuat bleketepe, yaitu anyaman daun kelapa, untuk dijadikan peneduh di halaman rumahnya. Tujuannya adalah untuk meneduhi para tamu yg tidak dapat ditampung seluruhnya di dalam rumah. Pada zaman sekarang ini, tentu maksud pemasangan bleketepe bukan lagi benar-benar untuk meneduhi para tamu, melainkan lebih sebagai simbol, tanda dimulainya suatu rangkaian acara pernikahan. Selain itu, tata cara pemasangannya juga merupakan lambang gotong royong kedua orangtua karena bleketepe dipasang dengan sang ayah menaiki tangga dan sang ibu memegangi tangga juga memberikan bleketepe tersebut. Setelah pasang tarub, acara dilajutkan dengan pasang tuwuhan. Tuwuhan ini terdiri dari : - Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak, melambangkan kedua calon mempelai yang sudah dewasa dan kelak diharapkan akan memiliki kemuliaan dan kehormatan seperti raja. - Tebu wulung merah tua, melambangkan kedua calon mempelai kelak diharapkan selalu bertindak bijak. - Cengkir gadhing, melambangkan pengharapan akan keturunan. - Daun randu dan pari sewuli, melambangkan sandang dan pangan, semoga kedua calon mempelai selalu terpenuhi kebutuhannya - Godhong Opo-Opo (macam-macam dedaunan), melambangkan pengayoman dan harapan terbebas dari berbagai halangan. Satu manfaat lain dari pemasangan bleketepe dan tuwuhan ini adalah sebagai penanda sehingga para tamu dapat lebih terbantu dalam menemukan tempat diselenggarakannya hajatan ini. SIRAMAN

Upload: tono-solo

Post on 02-Jul-2015

196 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bleketepe

Bleketepe

Tradisi pemasangan tarub (bleketepe) dan tuwuhan berasal dari ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja Mataram. Konon beliau membuat bleketepe, yaitu anyaman daun kelapa, untuk dijadikan peneduh di halaman rumahnya. Tujuannya adalah untuk meneduhi para tamu yg tidak dapat ditampung seluruhnya di dalam rumah.

Pada zaman sekarang ini, tentu maksud pemasangan bleketepe bukan lagi benar-benar untuk meneduhi para tamu, melainkan lebih sebagai simbol, tanda dimulainya suatu rangkaian acara pernikahan. Selain itu, tata cara pemasangannya juga merupakan lambang gotong royong kedua orangtua karena bleketepe dipasang dengan sang ayah menaiki tangga dan sang ibu memegangi tangga juga memberikan bleketepe tersebut.

Setelah pasang tarub, acara dilajutkan dengan pasang tuwuhan. Tuwuhan ini terdiri dari :- Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak, melambangkan kedua calon mempelai yang sudah dewasa dan kelak diharapkan akan memiliki kemuliaan dan kehormatan seperti raja.- Tebu wulung merah tua, melambangkan kedua calon mempelai kelak diharapkan selalu bertindak bijak. - Cengkir gadhing, melambangkan pengharapan akan keturunan.- Daun randu dan pari sewuli, melambangkan sandang dan pangan, semoga kedua calon mempelai selalu terpenuhi kebutuhannya- Godhong Opo-Opo (macam-macam dedaunan), melambangkan pengayoman dan harapan terbebas dari berbagai halangan.

Satu manfaat lain dari pemasangan bleketepe dan tuwuhan ini adalah sebagai penanda sehingga para tamu dapat lebih terbantu dalam menemukan tempat diselenggarakannya hajatan ini.

SIRAMAN

Menyucikan diri CPW/CPP dengan harapan sebelum melakukan kewajiban yang sangat suci ini harus suci lahir dan batinnya, yang disucikan oleh para sesepuh biasanya sebanyak 7 (tujuh) orang termasuk periasnya. Hal ini diambil dari filsafat Jawa bahwa yang perlu diperhatikan secara baik pada anggota badan manusia itu ada tujuh, yaitu : mata, hidung, telinga, mulut, tangan, kaki dan wewadi.( “MREPEKI BABAGAN MAWA SANGA, SIDAKEP SINUKU TUNGGAL, MADEG ING PUNCAKING MAHAMERU, NETES PANCA DRIYA, MANUNGGAL SEJATINING SUKMA KASEMBADAN INGKANG SINEDYA” → Mensucikan diri lahir batin supaya kasembadan )

Siraman merupakan suatu bentuk perwujudan ridho dan doa oleh orangtua dan para sesepuh panutan bagi calon mempelai. Karena itu, sebelum menjalani prosesi ini, calon mempelai dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan sungkem kepada orangtuanya.

Page 2: Bleketepe

Dalam sungkem, terkandung 3 maksud : mengungkapkan terimakasih pada orangtua yang telah mengasuh selama ini, menghaturkan maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat, serta memohon restu atas kehidupan pernikahan yang akan dimasuki.

Ridho dan doa orangtua serta para sesepuh diberikan kepada calon mempelai melalui air yang disiramkan ke seluruh tubuh. Air yang digunakan untuk siraman adalah air tujuh sumber yang telah didoakan pada acara pengajian. Air tujuh sumber diperoleh dari tujuh keluarga yang dianggap telah berhasil membesarkan putra-putri mereka dan baik untuk dijadikan contoh (sebagai tanda, keluarga tersebut harus sudah pernah menikahkan anaknya). Selain air tujuh sumber ini, ke dalam bokor air siraman dapat ditambahkan pula air zam-zam yang berasal dari tanah suci Mekkah.

Dengan diawali oleh ayahanda tercinta, siraman CPW kemudian dilakukan berturut-turut oleh ibunda dan para sesepuh yang semuanya perempuan. Para sesepuh ini dapat merupakan eyang, bude, atau bahkan yang tidak memiliki hubungan darah sekalipun, namun memenuhi syarat untuk dijadikan panutan dalam kehidupan berumahtangga. Total keseluruhan dari orang-orangyang menyirami sebaiknya ganjil, melambangkan sifat Ilahi yang juga berjumlah ganjil.

Siraman diakhiri dengan wudhu dengan menggunakan air dari kendi yang dituang oleh ayahanda CPW. Air dari kendi tersebut dialirkan tanpa putus, melambangkan tak pernah putusnya doa orangtua. Kemudian, bersama-sama ayah dan ibu memecahkan kendi tersebut, yang menandakan telah pecahnya pamor putri mereka.

Sebelum meninggalkan area siraman, kedua orangtua akan melakukan gendongan terakhir, di mana CPW digendong bersama-sama oleh kedua orangtuanya. Ini menandakan terakhir kalinya mereka 'menggendong' putri mereka yang sebentar lagi akan memiliki suami.

Prosesi kemudian dilanjutkan di dalam kamar pengantin, meliputi dulangan pungkasan dan potong rikmo. Yang dimaksud dengan 'dulangan pungkasan' adalah suapan terakhir yang diberikan oleh ayahanda dan ibunda CPW, menandai kewajiban terakhir mereka menafkahi putrinya tersebut.

Sementara itu, potong rikmo adalah pemotongan tigas rikmo, yaitu rambut yang tumbuh di tengkuk sang putri. Ingatlah bahwa bagian tersebut merupakan bagian yang tidak mungkin dapat dilihat sendiri oleh orang yang bersangkutan tanpa bantuan alat atau orang lain. Ini mengandung arti bahwa seseorang biasanya tidak dapat melihat keburukan atau kelemahannya sendiri. Maka, pemotongan rikmo dalam acara ini pun dimaksudkan untuk menyingkirkan hal-hall buruk atau negatif dari sang calon mempelai. Selanjutnya, potongan rikmo tersebut ditanam di halaman rumah.

Selain di tempat CPW, siraman juga berlangsung di tempat CPP. Namun, agar dapat melaksanakan siraman bagi CPP, diperlukan tambahan air doa yang juga digunakan untuk siraman CPW sehingga air yang menyirami tubuh kedua calon mempelai berasal dari sumber yang sama. Maka, dapat terwujudnya prosesi siraman CPP pun tak lepas dari

Page 3: Bleketepe

peran penting seorang duto tirto, yaitu pasangan suami-isteri dari keluarga besar CPW yg dipercaya dan diutus khusus untuk menyampaikan air siraman dari ayahanda CPW kepada keluarga CPP.

Penyiapan air siraman yang berasal dari lima sumber mata air :- Air Zam-Zam- Jolotundo (Tirta Amarta)- Sumber Awan (Singosari)- Trowulan (Mojokerto)- Sendang Kota Gede (Yogya)