bising terhadap kortiol

7
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009 172 PENDAHULUAN Pertambahan transportasi yang pesat, penggunaan mesin-mesin baru yang lebih besar dan berkekuatan serta proses industri yang lain, akan memberikan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat. Salah satu dampak negatif dari aktivitas tersebut adalah kebisingan. Penelitian yang dilakukan di sekitar Bandara Heathrow London menunjukan bahwa anak-anak di sekitar bandara merasakan sangat terganggu akibat bising pesawat udara dan mereka merespon bising tersebut sebagai stresor, dan ini berdampak pada kognitif dan kondisi kesehatan mereka (Haines et al., 2001). Secara umum dipahami bahwa bising mengganggu aktivitas dan komunikasi. Ketergangguan akibat bising merupakan fenomena mind dan mood. Gangguan bising bisa didefinisikan sebagai perasaan tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh bising, hal ini merupakan status psikis, yang muncul dari pengaruh persepsi yang tidak diharapkan atau pada subordinasi terhadap keadaan dengan sikap negatif, karena bising tersebut mengganggu privasi, mengganggu performa aktivitas atau mempengaruhi kualitas istirahat (Sobbotova, 2006). Pada beberapa kasus annoyance menimbulkan respon stres, yang akan menyebabkan gejala-gejala dan kemungkinan berkembang menjadi penyakit (Stansfeld et al., 2003). Pengaruh General Reaction Score Terhadap Kadar Kortisol Darah Pada Wanita yang Terpapar Bising Pesawat Udara di Sekitar Bandara Adi Sumarmo Boyolali Effect of the General Reaction Score on Cortisol Circulating Levels in Women Exposed to Aircraft Noise in the Adjacent Area of Adi Sumarmo Airport Boyolali Hartono Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret ABSTRACT Background: Exposure to noise constitutes a health risk. There is suff icient scientif ic evidence that aircraft noise exposure can induce various disorders, such as hearing impairment, hypertension and ischemic heart disease, annoyance, sleep disturbance, and decreased school performance. This study aimed to examine the effect of the general reaction score on cortisol circulating levels of women with aircraft noise exposure in the area of Adi Sumarmo Airport of Boyolali. Methods: This was an analytical cross sectional study, conducted at the Dibal and Gagak Sipat Village, Ngemplak Sub district, Boyolali Central Java. The study was conducted from July 2008 to Juni 2009. The sample of 39 people was selected at random, divided into 3 groups: Group 1 was exposed 92.29dB noise level (13 people), Group 2 was exposed 71.79 dB noise level (13 people), and Group 3 was exposed to 52.17 dB noise level (13 people). The data were analyzed by Pearson Correlation and Kruskal-Wallis followed by Pair-wise test. Results: Kruskal-Wallis test showed that there was a significant difference in cortisol circulating levels statistically in the groups (p = 0.018). Pearson correlation showed a positive association between general reaction score induced by aircraft noise exposure and circulating levels of cortisol (r = 0.47; p = 0.02). Conclusion: There is a significant effect of the general reaction score on cortisol circulating levels in women with aircraft noise exposure in the adjacent area. Keywords : aircraft noise, general reaction score, cortisol, Adi Sumarmo Airport

Upload: haris-risdiana

Post on 02-Feb-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bising terhadap kortiol

TRANSCRIPT

Page 1: bising terhadap kortiol

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009

172

PENDAHULUAN

Pertambahan transportasi yang pesat, penggunaanmesin-mesin baru yang lebih besar dan berkekuatanserta proses industri yang lain, akan memberikandampak positif maupun negatif bagi masyarakat.Salah satu dampak negatif dari aktivitas tersebutadalah kebisingan. Penelitian yang dilakukan disekitar Bandara Heathrow London menunjukanbahwa anak-anak di sekitar bandara merasakan sangatterganggu akibat bising pesawat udara dan merekamerespon bising tersebut sebagai stresor, dan iniberdampak pada kognitif dan kondisi kesehatanmereka (Haines et al., 2001).

Secara umum dipahami bahwa bisingmengganggu aktivitas dan komunikasi. Ketergangguanakibat bising merupakan fenomena mind dan mood.Gangguan bising bisa didefinisikan sebagai perasaantidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh bising,hal ini merupakan status psikis, yang muncul daripengaruh persepsi yang tidak diharapkan atau padasubordinasi terhadap keadaan dengan sikap negatif,karena bising tersebut mengganggu privasi,mengganggu performa aktivitas atau mempengaruhikualitas istirahat (Sobbotova, 2006). Pada beberapakasus annoyance menimbulkan respon stres, yang akanmenyebabkan gejala-gejala dan kemungkinanberkembang menjadi penyakit (Stansfeld et al., 2003).

Pengaruh General Reaction Score Terhadap Kadar Kortisol DarahPada Wanita yang Terpapar Bising Pesawat Udara

di Sekitar Bandara Adi Sumarmo Boyolali

Effect of the General Reaction Score on Cortisol Circulating Levelsin Women Exposed to Aircraft Noise

in the Adjacent Area of Adi Sumarmo Airport Boyolali

HartonoBagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

ABSTRACT

Background: Exposure to noise constitutes a health risk. There is sufficient scientific evidence thataircraft noise exposure can induce various disorders, such as hearing impairment, hypertension andischemic heart disease, annoyance, sleep disturbance, and decreased school performance. This studyaimed to examine the effect of the general reaction score on cortisol circulating levels of women withaircraft noise exposure in the area of Adi Sumarmo Airport of Boyolali.Methods: This was an analytical cross sectional study, conducted at the Dibal and Gagak Sipat Village,Ngemplak Sub district, Boyolali Central Java. The study was conducted from July 2008 to Juni 2009.The sample of 39 people was selected at random, divided into 3 groups: Group 1 was exposed 92.29dBnoise level (13 people), Group 2 was exposed 71.79 dB noise level (13 people), and Group 3 was exposedto 52.17 dB noise level (13 people). The data were analyzed by Pearson Correlation and Kruskal-Wallisfollowed by Pair-wise test.Results: Kruskal-Wallis test showed that there was a significant difference in cortisol circulating levelsstatistically in the groups (p = 0.018). Pearson correlation showed a positive association betweengeneral reaction score induced by aircraft noise exposure and circulating levels of cortisol (r = 0.47; p= 0.02).Conclusion: There is a significant effect of the general reaction score on cortisol circulating levels inwomen with aircraft noise exposure in the adjacent area.

Keywords : aircraft noise, general reaction score, cortisol, Adi Sumarmo Airport

Page 2: bising terhadap kortiol

HARTONO/ PENGARUH GENERAL REACTION SCORE TERHADAP KADAR KORTISOL DARAH

173

Penilain terhadap skala tingkat ketergangguanyang sekarang banyak digunakan pada survei-surveikebisingan pesawat udara adalah General ReactionScore (GRS). Skala ketergangguan yang pernah dibuatuntuk memprediksi reaksi subjektif ialah denganmembuat skala mulai dari respons langsung sampaidengan gangguan aktivitas yang dirasakan. Denganmengikutkan gangguan aktivitas dan penilaian emosidari subjek, kita mendapatkan penilaian mandiri dariketergangguan ini (self rating of annoyance). Dengandemikian kita mendapatkan prediksi subjektifkebisingan yang lebih terpercaya (Hede dan Bullen,1982).

Stres menimbulkan reaksi yang berbeda disepanjang poros hipotalamus-hipofise-adrenal (HPA)diantaranya peningkatan adrenokortikotropin(ACTH) dan peningkatan kadar kortisol darah(Ronald, 2003). Banyak penelitian telah dilakukanoleh pakar untuk mengetahui bagaimana kaitan stresdengan sistem kekebalan tubuh, sehingga munculbidang baru yang disebut psikoneuroimmunologi.Dalam kaitan ini para ilmuwan ingin melihatbagaimana faktor psikologis itu dapat mempengaruhisistem kekebalan tubuh. Pada perspektifpsikoneuroimunologi, sistem imun sangatdipengaruhi oleh kinerja sistem hormon dari porosHyphotalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dan poros(axis) Sympathetic-Adrenal Medullary (SAM) (Ader,2000; Padget dan Glaser, 2003).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian inibertujuan mengetahui pengaruh perbedaan GeneralReaction Score terhadap kadar kortisol darah padawanita yang terpapar bising pesawat udara di sekitarBandara Adi Sumarmo Boyolali.

SUBJEK DAN METODE

BAHAN DAN ALAT

Alat yang digunakan untuk mengukur tingkatkebisingan adalah Sound Level Meter ( Extech Model407735, Jepang), dan untuk mengukur tingkatketergangguan subjek digunakan kuesioner GeneralReaction Scrore yang disusun, dilakukan uji validitasdan reliabilitas oleh Bullen dan Hede (1982).Selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan kondisimasyarakat Indonesia oleh Edy (1998) dan Kusmiatiet al. (2006). Alat untuk mengukur kadar kortisol

darah menggunakan ELISA (Enzyme-LinkedImmunosorbent Assay) dengan KitImunnochemiluminescent human- cortisol.

RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasionalanalitik dengan rancangan cross sectional. Penelitiandilakukan pada masyarakat di sekitar landasan pacuBandara Adi Sumarmo Boyolali tepatnya Desa Dibaldan Desa Gagak Sipat Kecamatan NgemplakKabupaten Boyolali. Populasi penelitian adalahpenduduk di Desa Dibal dan Desa Gagak SipatKecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali JawaTengah.

Inklusi : Perempuan, menikah, pekerjaan sebagaiibu rumah tangga (bekerja di rumah saja), berumurantara 20-40 tahun. Tinggal di tempat tersebutminimal 1 tahun. Eksklusi : Mengkonsumsi obat-obatan atau jamu, dalam kondisi hamil, menderitasakit telinga/tuli, menderita sakit infeksi (demam,flu, diare) dan menderita diabetes melitus.

Berdasarkan jarak tempat tinggal denganlandasan subjek dibagi menjadi 3 kelompok denganketentuan sebagai berikut :

Kelompok 1: Subjek yang bertempat tinggalberjarak < 500 m dari ujung landasan bandara denganintensitas kebisingan 92,29 dB skala WECPNL.

Kelompok 2: Subjek yang bertempat tinggalberjarak 500-1.000 m dari ujung landasanbandara dengan intensitas kebisingan 71,79 dB skalaWECPNL.

Kelompok 3: Subjek yang bertempat tinggal jauh(> 1.000 m) dari landasan bandara dengan intensitaskebisingan 52,17 dB skala WECPNL.

Subjek yang memenuhi kriteria dipilih sejumlah13 sampel per kelompok secara simple randomsampling (Gobeirno, 1998).

CARA KERJASubjek

Sebelum dilakukan penetapan sampel, dilakukanpengukuran karakteristik subjek (umur, jenis kelamin,jenis pekerjaan, dsb.) dengan mengedarkan kuesionermaupun data yang terkait dengan kriteria subyek.Subjek yang memenuhi kriteria diambil 13 tiap

Page 3: bising terhadap kortiol

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009

174

kelompok secara simple random sampling. Jumlahkeseluruhan subjek 39.

Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan dua cara yaitu,pengukuran kebisingan dilakukan pada saat pesawatmelintas dan kebisingan latar belakang lingkungansekitar tanpa dipengaruhi oleh kebisingan pesawat.Pengukuran dengan menggunakan alat Sound LevelMeter (SLM).

Tiap area dilakukan pengukuran pada tiga titikdengan portable SLM dan besaran fisis akustikterukur dB dalam pembebanan A. SLM diletakandengan filter yang sejajar dengan telinga. SLM diaturpada fungsi maksimum value untuk mengukurtingkat bising maksimum pada waktu-waktu pesawatmelintas sehingga dapat menutup tingkat bising latar.Cara pencatatan besaran fisis akustik ialah denganmencatat tingkat kebisingan maksimum (peak level)yang terjadi di daerah bersangkutan saat pesawatmelintas untuk take-off dan landing dan jam-jamterjadinya itu dicatat. Prosedur rating tingkat bisingyang digunakan adalah WECPNL. Persamaannyasebagai berikut :

WECPNL = dB(A) + 10 Log N-27

N = N1 + 3N

2 + 10N

3

dB(A) : nilai desibel rata-rata dari setiap puncakkesibukan pesawat dalam satu hari

N : jumlah kedatangan dan keberangkatanpesawat dalam 24 jam

N1 : jumlah kedatangan dan keberangkatanpesawat dari jam 07.00-19.00

N2 : jumlah kedatangan dan keberangkatanpesawat dari jam 19.00-22.00

N3 : jumlah kedatangan dan keberangkatanpesawat dari jam 22.00-07.00

Dari besaran dB (A) dikonversikan menjadiWECPNL sesuai dengan jumlah pesawat yangmelintas selama 24 jam (Kusmiati et al., 2006; Poetraet al., 2007; Hartono et al., 2007b).

General Reaction Score.

General Reaction Score adalah alat ukur yangberupa kuesioner untuk mengkur tingkatketergangguan masyarakat akibat paparan menahunbising pesawat udara.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadasubjek mempunyai klasifikasi yang berbeda, inti dariklasifikasi pertanyaan tersebut ialah sebagai berikut.

1. Penilaian skala kejengkelan (annoyance scale) [A]

2. Penilaian skala keterusikan (disturbance scale) [D]

3. Penilaian skala keluhan yang pernah diajukan(complain disposition) [CD]

4. Skala reaksi umum keseluruhan (overall generalreaction) [G]

5. Skala penilaian tunggal (single rating) [F]

(GR) dirumuskan dengan persamaan :

GR = (G + f1A + f

2D + f

3CD + f

4F + C) / K

Keterangan :

fn : Faktor pembebanan masing-masing skala

C : Konstanta regresi

K : Konstanta untuk mengkonversi besaranmenjadi GR

Nilai-nilai pembebanan (fn) didapat dari koefisienregresi linier ganda dengan G sebagai variabeldependen sedangkan A, D, CD, F sebagai variabelindependen. Adapun nilai K sebagai faktor koreksiyang mengkonversi nilai GR menjadi 0-10 didapatdari pembagian nilai maksimum A=20, D=35,CD=5, G=10 dan F=10 dengan GR maksimum =10 (Hede dan Bullen, 1982; Kusmiati et al., 2006).

Pengukuran kadar kortisol darah

Setelah sampel ditetapkan, diambil darah (wholeblood) subjek sebanyak 4 ml. Pengambilan darahdilakukan jam 07.00 WIB, selanjutnya dilakukanpenghitungan kadar kortisol dengan ELISA.Pembacaan hasil dilakukan dua kali oleh duapengamat yang berbeda, untuk mendapatkan datayang reliabel.

Page 4: bising terhadap kortiol

HARTONO/ PENGARUH GENERAL REACTION SCORE TERHADAP KADAR KORTISOL DARAH

175

Uji Statistik

Uji Kruskal- Wallis dilanjutkan dengan Pair-wise testuntuk menguji kemaknaan statistik perbedaan Gen-eral Reaction Score dan kadar kortisol antara ketigakelompok. Hubungan General Reaction Score dengankadar kortisol ditunjukkan oleh koefisien korelasiPearson (Altman, 1999., Campbell dan Machin,2003., Santosa, 2003).

HASIL-HASIL

Pengukuran taraf intensitas berdasarkan skalaWECPNL dilakukan bekerjasama denganLaboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret,menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) merkExtech Model 407735 buatan Jepang. Pengukurandilakukan sesuai dengan Buku Petunjuk Pengukurandan Perhitungan Kebisingan Bandar Udara dalamWECPNL yang diterbitkan oleh Direktorat JenderalPerhubungan Udara Departemen Perhubungan(Poetra et al., 2007). Hasil Pengukuran tidak berbedajauh dari hasil pengukuran yang dilakukan olehHartono (2006b) dan Hartono et al. (2007b), untuklebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Mean dan SD taraf intensitas berdasarkan skalaWECPNL, General Reaction Score (GRS) dan kadarkortisol darah masing-masing kelompok

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

Taraf intensitas (dB)GRS

Kortisol (µg/dl)

92.298.3 ± 1.7a

13 .3 ± 3.1a

71.54.8 ± 2 .0b 12.2 ± 3.5b

52.23.2 ± 1.2c

10.2 ± 2.4c

Hasil pengukuran taraf intensitas untuk masing-masing area tersebut ditinjak lanjuti dengan pengukuranskor ketergangguan umum (General Reaction Score)terhadap 39 subjek. Hasil pengukuran menunjukkanbahwa terdapat beda nyata antar kelompok pada ujiKruskal-Wallis one way Anova dilanjutkan denganMultiple Comparisons test (a = 0,05) yang ditunjukkanoleh nilai p = 0,000. Dari hasil tersebut dapat ditarikkesimpulan bahwa kelompok subjek yang berada di areaI dengan taraf intensitas 92,29 dB tingkat ketergangguanumum yang dialami lebih tinggi dibanding subjek yangberada di area II dengan taraf intensitas 71,49 dBmaupun dibanding subjek yang berada di area IIIdengan taraf intensitas 52,17 dB.

Demikian juga subjek yang berada di area IItingkat ketergangguan lebih tinggi dibanding dengansubjek yang berada di area III. Semakin tinggi tarafintensitas suatu bising semakin tinggi tingkatketergangguan umum subjek (GRS).

PEMBAHASAN

Temuan penelitian ini sama dengan hasil penelitianyang dilakukan oleh Bullen dan Hede (1982) danKusmiati et a.l (2006). Hasil ini juga sejalan denganteori yang dikemukakan oleh Karvanen dan Mikheev(1986) maupun Passchier dan Passchier (2000), yangmenyatakan bahwa pengaruh bising terhadapkesehatan tergantung pada: taraf intensitas, frekuensi,lama paparan, jenis bising dan sensitifitas individu.Taraf intensitas bising yang tinggi lebih mengganggudibanding dengan taraf intensitas bising yang rendah.

Reaksi terhadap bising yang berupa annoyancemerupakan efek bising terpenting, karena mempunyaikontribusi untuk terjadinya efek bising yang lainseperti gangguan kardiovaskuler, gangguan tidur,gangguan hormonal maupun sistem imun, dan lain-lain (Stansfeld dan Matheson, 2003). Dilaporkanbahwa pekerja yang bekerja di tempat bisingmempunyai frekuensi tidak masuk kerja lebih tinggidibanding mereka yang bekerja di lingkungan tidakbising (Melamed et al., 1992). Sejalan denganpenelitian tersebut Hartono (2005) juga melaporkanadanya peningkatan kejadian sindroma dispepsiapada tenaga kerja yang bekerja di perusahaan tekstilPT. Kusuma Hadi Santosa Karang Anyar.

Pengaruh variabel demografik (jenis kelamin,umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, besarjumlah keluarga, kepemilikan rumah) terhadapannoyance kurang begitu penting. Berbeda denganketakutan terhadap sumber bising dan sensitivitasindividu terhadap bising mempunyai efek yang besarterhadap annoyance.

Penelitian yang dilakukan oleh Haines et al.(2001) di sekitar Bandara Heathrow London menun-jukan bahwa anak-anak di sekitar bandara merasakansangat terganggu akibat bising pesawat udara danmereka merespon bising tersebut sebagai stresor, danini berdampak pada kognitif dan kondisi kesehatanmereka. Stres menimbulkan reaksi yang berbeda disepanjang axis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA)

Page 5: bising terhadap kortiol

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009

176

diantaranya peningkatan adrenokortikotropin danpeningkatan kortikosteroid (Ronald, 2003; Ganong,2003; Guyton dan Hall, 2006).

Pada penelitian ini kadar kortisol darah diambilpada pkl.07.00 – 08.00 WIB dan diperiksa denganmenggunakan ELISA reader. Pengukuran dilakukanbekerjasama dengan laboratorium Pramita UtamaSurakarta. Penelitian dilakukan terhadap 39 subjekdan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Kelompok subjek pada area I kadar kortisol rata-rata 13.3 µg/dl, kelompok subjek area II kadarkortisol rata-rata 12.2 µg/dl dan kelompok area IIIkadar kortisol rata-rata 10.2 µg/dl. Uji Kruskal-Wallismenunjukkan bahwa kadar kortisol pada ketigakelompok berbeda secara statistik bermakna (p =0,018). Kelompok area I distribusi populasi kadarkortisol lebih tinggi dibanding kelompok area IImaupun area III.

Penelitian ini menemukan hubungan yang secarastatistik signifikan antara nilai GRS (General ReactionScore) dan kadar kortisol (r = 0.55, p<0.05) Darihasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bisingpesawat udara taraf intensitas 92.3 dB (WECPNL)dengan lama paparan lebih dari 1 tahun berakibatgangguan (GRS) pada subjek dan direspon sebagaistres sehingga menyebabkan kadar kortisol meningkatdibanding kelompok kontrol (Area III taraf intensitas52.2 dB). Bising pesawat udara taraf intensitas 71.5dB dengan lama paparan lebih dari 1 tahunmenyebabkan gangguan pada subjek tetapi belummenyebabkan peningkatan kadar kortisol subjekdibanding kelompok kontrol (Gambar 1).

GROUP

321

Mea

nC

OR

TISO

L(µ

g/dl

)

14

13

12

11

10

9

Gambar 1 : Mean kadar kortisol darah kelompok 1 (r= 92.3dB); kelompok 2 (r=71.5 dB); kelompok 3 (r=52.2 dB).

Hasil tersebut di atas sejalan dengan laporanCheng Zheng dan Arizumi (2007) yang melakukanpercobaan pada mencit (BALB/c mice) denganpaparan bising 90 dB 5 jam/hari selama 3 hari danselama 4 minggu. Hasil ini juga sejalan denganDhanalakshmi et al (2006) yang melaporkan bahwacold stress pada tikus putih berakibat padapeningkatan kadar kortisol plasma dan peningkatanini akan berpengaruh pada sistem imun. Hasilpenelitian serupa juga dilaporkan oleh Asnar (2005)yang melakukan paparan gelombang listrik padamencit sebagai model stresor.

Kortisol adalah hormon yang dihasilkan di kortekkelenjar adrenal, yang produksinya berkaitan denganaktivitas axis HPA. Kortisol penting peranannya didalam pengaturan tekanan darah dan pengaturanfungsi atau kerja jantung (Ganong, 2003; Guytondan Hall, 2006). Produksi kortisol akan mengalamipeningkatan pada saat tubuh terpapar stres baik stresfisik maupun stres psikologis. Kelenjar pituitarimemproduksi hormon ACTH. Produksi ACTHmerangsang kortek kelenjar adrenal untukmeningkatkan produksi glukokortikoid dan medulakelenjar adrenal mensekresi katekolamin. Padamanusia, 80% epineprin di produksi di medulaadrenal dan sisanya diproduksi di serabut syarafsimpatik. Kelenjar pituitari menerima sinyal darihipotalamus berupa hormon CRH atau CorticotropinReleasing Hormone yang akan merangsang kelenjarpituitari untuk melepaskan ACTH. Setelah terpaparstres, terjadi peningkatan kadar hormon ACTH danCRH, sehingga menyebabkan peningkatanglukokortikod/ kortisol secara cepat (Asnar, 2005;Padget dan Glaser, 2003).

Penelitian ini menyimpulkan bising pesawatudara dengan taraf intensitas 71.5 skala WECPNL,dengan lama paparan lebih dari 1 tahun sudah dapatmenyebabkan kondisi stress atau gangguan yangditunjukkan dari meningkatnya General ReactionScore pada wanita di sekitar Bandara Adi SumarmoBoyolali. Peningkatan taraf intensitas menjadi 92.3dB akan semakin meningkatkan General ReactionScore. Peningkatan General Reaction Score akan diikutidengan peningkatan kadar kortisol darah.

Penelitian ini menyarankan upaya-upayapreventif terhadap dampak bising pesawat udara padamasyarakat sekitar Bandara Adi Sumarmo, agar

Page 6: bising terhadap kortiol

HARTONO/ PENGARUH GENERAL REACTION SCORE TERHADAP KADAR KORTISOL DARAH

177

dampak tidak semakin merugikan. Salah satu upayaperlu dipikirkan langkah pemindahan masyarakat kelokasi yang lebih aman.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. KRT. Adi Heru Husodo,MSc, D.comm.Nutr., DLSHTM., PKK dari bagianIlmu Kesehatan Masyarakat UGM, Prof. dr.Marsetyawan HNES, MSc. PhD dari bagianHistologi Fakultas Kedokteran UGM, danDrs.Suharyana, MSc PhD dari Fakultas MIPA UNSatas kesempatan, bimbingan dan arahan selamapenelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Ader R. (2000). On the Development ofpsychoneuroimmunology. European Journal ofPharmacology. 405, pp 167-176.

Altman DG. (1999). Practical statistic for medicalresearch. London. Chapman & Hall, 325-361

Asnar E. (2005). Modulasi imunitas sebagai responsterhadap renjatan listrik. Suatu pendekatanpsikoneuroimunologi. Disertasi. Program PascaSarjana Universitas Airlangga. Surabaya.

Campbell MJ. dan Machin D. (2003). MedicalStatistics, a Commonsense Approach. 3th edition,Canada. John Wiley & Sons Inc., 150-177.

Cheng Zheng K. dan Arizumi M., 2007. Modulationof immune functions and oxidative statusinduced by noise stress. J Occup Health. 49,32-38.

Dephub (2000). Keputusan Direktur JenderalPerhubungan Udara No: SKEP/109/VI/2000tanggal 6 Juni 2000 Tentang PetunjukPelaksanaan Pembuatan Kawasan KebisinganBandar Udara.

Dhanalakshmi S, Srikumar R, Manikandan S,Parthasarathy NJ, Devi RS. (2006). Antioxidantproperty of tripala on cold stress induced onoxidative stress in experimental stress. J HealthScience. 52. 843-847

Edi ST. (1998). Valuasi ekonomi tingkat bisingoperasi pesawat udara di kawasan perumahan disekitar Bandara Sukarno Hatta, Tesis.

Ganong WF. (2003). Review of medical physiology.Edisi ke-22. New York: Lange Medical Books/McGrw-Hill, 515-531.

Guyton AC dan Hall JE. (2006). Textbook of medicalphysiology. Edisi ke-11. Philadelphia, PA:Elsevier Inc. Hal. 429-438.

Gobeirno DA. (1998). Win Episcope 2.0 Programe.University of Edinburgh.

Haines MM, Stansfeld SA, Job SRF, Berglund B, andHead J. (2001). A Follow-up study of effects ofchronic aircraft noise exposure on child stressresponses and cognition. International Journalof Epidemiology. 30, 839-845.

Hartono. (2005). Pengaruh perbedaan intensitaskebisingan terhadap sindroma dispepsia padatenaga kerja di PT. Kusuma Hadi SantosaKaranganyar. Biosmart. 7 (2), 131-134.

Hartono. (2006a). Perbedaan intensitas kebisinganpengaruhnya terhadap jumlah limfosit padatikus putih (Rattus novergicus). Enviro. 7 (1),63-66

Hartono. (2006b). Pengaruh perbedaan intensitaskebisingan terhadap jumlah limfosit padamasyarakat di sekitar bandara Adi SumarmoBoyolali. Enviro. 7(2), 20-24.

Hartono dan Muthmainah. (2007a). Pengaruhperbedaan intensitas kebisingan terhadapgambaran struktur histologi lambung pada tikusputih (Rattus norvegicus), Jurnal KedokteranYarsi 15 (2), 133-138.

Hartono, Qodriati I, Margono (2007b). Pengaruhpaparan bising pesawat udara terhadap strukturhistologi duodenum pada tikus putih (Rattusnorvegicus), Enviro 8 (1), 33-36.

Hede AJ, Bullen RB (1982). Aircraft noise in australia,a survey of community reaction. Sosio-AccousticResearch Section, National Acoustic LaboratoriesCommonwealrh Departement of Health,Australian Goverment Publishing Service.Canberra.

Karvanen M, Mikheev MI (1986). Epidemiology ofoccupational health. Europe: WHO RegionalPublications. Hal. 27-29

Kusmiati A, Meilawati Y, Yustiani, Mubiarti E(2006). Valuasi ekonomi kebisingan pesawatudara di pemukiman sekitar bandara Husein

Page 7: bising terhadap kortiol

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009

178

Sastranegara. Jurnal Teknik Lingkungan. EdisiKhusus, 241-248

Melamed S, Luz J, dan Green MS (1992). Noiseexposure, noise annoyance and their relation topsychological distress, accident and sicknessabsence among blue-collar workers-the CordisStudy. Lsr. J. Med Sci 28, 629-635.

Padgett D dan Glaser R (2003). How stressinfluences the immune response.Trends inImmunology. 24 (8) 444-448.

Passchier-VW dan Passchier WF. (2000). Noiseexposure and public health. EnvironmentalHealth Perspectives. 108 (1), 123-131.

Poetra BR, Samiyono B, dan Pelitasari R (2007).

Petunjuk pengukuran dan perhitungankebisingan bandar udara dalam WECPNL.Direktorat Jenderal Perhubungan UdaraDepartemen Perhubungan. Jakarta Pusat.

Ronald De KE (2003). Noise, brain and stress.Endocrine Regulation, 37, 51-68.

Santoso S (2003). SPSS Versi 10. Cetakan keempat.Elex Media Computindo, Jakarta, 261-74.

Sobotova L (2006). Community noise annoyanceassesment in an urban agglomeration. Bratisi LekListy. 107 (5), 214-216

Stansfeld SA, Matheson MP (2003). Noise pollution:non-auditory effects on health. British MedicalBulletin. 68, 243-257.