bising- ainur & vibri & vanda

39

Upload: ainur

Post on 18-Jul-2015

200 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1. Pengertian kebisingan

2. Jenis-jenis kebisingan

3. Skala intensitas Kebisingan

4. Baku Tingkat Kebisingan

5. Sumber-sumber kebisingan

6. Pengukuran kebisingan

7. Dampak kebisingan

8. Faktor yang mempengaruhikebisingan

9. Pengendalian kebisingan

1. PENGERTIAN(Kep. Men. LH No.48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan)

• Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;

• Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB.

• Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

2. Jenis-jenis kebisingan

1. Bising yang kontinyu• Bising yang kontinyu : Jenis bising ini mempunyai tingkat

tekanan suara yang relative sama selama terjadinya bising. Contoh: air terjun, mesin pembangkit tenaga listrik, mesinindustri, dan lain-lain.

• Bising kontinyu dibagi menjadi, yaitu:

a. Wide spectrum: bising dengan spektrum frekuensi yang luas, bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut, seperti suarakipas angin, suara mesin tenun.

b.Norrow spectrum: bising ini juga relative tetap, akantetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja(frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

2. Bising terputus-putus• Bising jenis ini sering disebut juga intermittent

noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidakterus-menerus, melainkan ada periode relative tenang . misalnya lalu lintas, kendaraan, kapalterbang, kereta api.

3. Bising impulsive • Bising ini memiliki perubahan intensitas suara

melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat danbiasanya mengejutkan pendengarannnya sepertisuara tembakan, suara ledakan mercon, meriam.

4. Bising impulsive berulang• Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini

terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa. Catatan tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

3. SKALA INTENSITAS KEBISINGAN

4. Standar Nilai ambang batas (NAB) kebisingan

Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimaltingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuangke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehinggatidak menimbulkan gangguan kesehatanmanusia dan kenyamanan lingkungan(KepMenLH No.48 Tahun 1996).

Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas (NAB)) peruntukan kawasan/lingkungan dapatdilihat pada tabel dibawah ini (KepMenLH No.48 Tahun 1996) :

» Nilai Ambang Batas (threshold limit value) : batas pemaparanyang aman terhadap bising untuk jangka waktu tertentu.

» Nilai ambang batas dimaksudkan sebagai batas konsentrasidimana seseorang dapat terpapar dalam lingkungan kerjanyaselama 8 jam sehari, 40 jam seminggu berulang-ulang kali tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan yang tidakdiinginkan.

» Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransiuntuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknyatidak melebihi ambang batas 85 dBA.

BAKU TINGKAT KEBISINGANKEPMENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996, LAMPIRAN I

PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATANTINGKAT

KEBISINGAN dB (A)

A. PERUNTUKAN KAWASAN:

1. PERUMAHAN 55

2. PERDAGANGAN & JASA 70

3. PERKANTORAN & PERDANGANGAN 65

4. RUANG TERBUKA HIJAU 50

5. INDUSTRI 70

6. PEMERINTAHAN DAN FASILITAS UMUM 60

7. REKREASI 70

8. KHUSUSNYA

BANDAR UDARA, STASIUN KERETA API &

PELABUHAN LAUT

70

CAGAR BUDAYA 60

B. LINGKUNGAN KEGIATAN

1. RUMAH SAKIT ATAU SEJENISNYA 55

2. SEKOLAH ATAU SEJENISNYA 55

3. TEMPAT IBADAH ATAU SEJENISNYA 55

BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENURUT ZONA PERUNTUKAN

KEPMENKES No. 718 THN. 1987

ZONA KAWASAN

BAKU TINGKAT

KEBISINGAN

dB (A)

A KAWASAN PENELITIAN, RUMAH SAKIT,

PERAWATAN KESEHATAN ATAU SOSIAL

35 - 45

B KAWASAN PERUMAHAN, PENDIDIKAN

DAN REKREASI

45 – 55

C KAWASAN PERKANTORAN, PERTOKOAN,

PERDAGANGAN & PASAR

50 – 60

D KAWASAN INDUSTRI, PABRIK, STASIUN

KERETA API DAN TERMINAL BUS

60 - 70

Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)

1. Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari

2. Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug)

3. Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff

4. Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug

NAB KEBISINGAN ( Kepmen 51/Men/1999 )

5. Sumber-sumber kebisingan

1. MesinKebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.

2. VibrasiKebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.

3. Pergerakan udara, gas dan cairanKebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industrimisalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

Contoh…

6. Pengukuran kebisingan

• Mengukur overall level > sound level meter (satuan dBA)

• Mengukur kebisingan pada setiap level frekuensi > SLM dengan frekuensi analyzer

• Menentukan eksposur kebisingan padapekerja > noise dosimeter (satuan dBA)

Pengukuran akibat bising

Untuk mengevaluasi akibat

pemaparan terhadap kehilangan

pendengaran, kenyamanan,

interferensi komunikasi dan

mengumpulkan informasi untuk

pengontrolan.

ALAT UKUR BISING

• Sound Level Meter (SLM ).

• Noise Dosimeter

• Sound Level Meter + OktaveBand Analizer ( SLM OBA ).

• Audiometer

• Dll.

Sound Level Meter• Sound level meter, mencatat

keseluruhan suara yang dihasilkan tanpa memperhatikanfrekuensi yang berhubungandengan bising total (30-130 d) –(20-20.000Hz)

• Sound level meter dengan octave band analyzer, mengukur level bising pada berbagai batas oktafdi atas range pendengaranmanusia dengan mempergunakanfilter menurut oktaf yang diinginkan (narrow band analyzers untuk spektrum sempit2-200 Hz)

AUDIOMETER

• Alat untuk mengukur batas ambangdengar telinga pada berbagaifrekwensi.

• Suara yg penting dlm komunikasiantara 125 – 8000 Hz.

• Bunyi didengar sbg rangsangan2 kpdtelinga dng melalui hantaran udara danhantaran tulang.

• Setiap frekwensi -5 dB sampai 90 dB.• Hasil dicatat dlm audiogram.

NOISE KALIBRATOR

SOUND

LEVEL

METER

NOISE

MEASUREMENT

KIT

NOISE DOSIMETER

PENGUKURAN PADA

PEKERJADOSEBADGER

7. Dampak kebisingan

• Menurut Depnaker yang dikutip olehSrisantyorini (2002) kebisingan mempunyaipengaruh terhadap tenaga kerja, mulai darigangguan ringan berupa gangguan terhadapkonsentrasi kerja, pengaruh dalamkomunikasi dan kenikmatan kerja sampaipada cacat yang berat karena kehilangandaya pendengaran (tuli) tetap.

8. DAMPAK KEBISINGAN1. Gangguan fisiologis: peningkatan tekanan darah (mmHg),

peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutamapada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dangangguan sensoris, ketegangan otot Kontraksi pembuluh darah, Meningkatnya tekanan darah, Meningkatnya denyut jantung, Meningkatnya produksi adrenalin, gangguan pencernaan

2. Gangguan psikologik, yang berupa:- Sukar berkonsentrasi & Sukar tidur- Mudah marah- Kepala pusing & Cepat lelah- Menurunkan daya kerja- Menimbulkan stress

3. Gangguan keseimbangan ( melayang,vertigo, mual).4. Gangguan komunikasi (tdk dengar isyarat/tanda bahaya )5. Gangguan pendengaran, yaitu hilangnya pendengaran seseorang,

jika dibiarkan berlanjut dapat menderita ketulian yang bersifat: Sementara, permanen, trauma akustik, prebycusis, titinus.

International Standard Organization (ISO) mengeluarkan acuan tentang derajat gangguan

1. Gangguan pendengaran tingkat ringan, jika seseorang tidakdapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 25-40 dB(A) (hearing loss 25-40 dB(A))

2. Gangguan pendengaran tingkat sedang, jika seseorang tidakdapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 40-55 dB(A) (hearing loss 40-55 dB(A)).

3. Gangguan pendengaran tingkat berat, jika seseorang tidak dapatmendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan > 55 dB(A) (hearing loss >55 dB(A))).

4 Jadi pada hearing loss pada tingkat kebisingan 0-25 dB(A) masihdalam keadaan normal atau tidak ada gangguan pendengaran.

8. Faktor yang mempengaruhi bahayakebisingan

1. Intensitas KebisinganMakin tinggi intensitasnya, makin besar risiko untukterjadinya gangguan pendengaran.

2. Frekuensi KebisinganMakin tinggi frekuensi kebisingan, makin besarkontribusinya untuk terjadinya gangguan pendengaran.

3. Jenis KebisinganKebisingan yang kontinyu lebih besar kemungkinannya untukmenyebabkan terjadinya gangguan pendengaran daripadakebisingan yang terputus-putus.

4. Lama PemaparanMakin lama pemaparannya, makin besar risiko untukterjadinya gangguan pendengaran.

5. Lama TinggalMakin lama seseorang tinggal di sekitar kebisingan, makinbesar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran.

6. UmurPada umumnya, sensitivitas pendengaran berkurang denganbertambahnya umur.

7. Kerentanan IndividuTidak semua individu yang terpapar dengan kebisingan padakondisi yang sama akan mengalami perubahan nilai ambangpendengaran yang sama pula. Hal ini disebabkan karena respon tiap-tiap individu padakebisingan berlainan, tergantung dari kerentanan tiap-tiapindividu.

8. Lokasi pekerjaApabila lokasi pekerja semakin dekat dengan sumber bisingmaka makin besar resiko untuk terkena bahaya kebisingan

9. PENGENDALIAN KEBISINGAN

a. Pengendalian padasumber

b. Pengendalian padaperambatannya

c. Pengendalian padapendengar

a. Pengendalian pada sumberkebisingan

Menurunkan tkt bising pd sumber :

• Modifikasi mesin

• Penempatan alat peteram pada sumber getaran

• Isolasi : bhn/konst. Yg dpt mengurangi perjalan suaraberupa tabir/ruang tttp.

• Eliminasi

• Substitusi

• Maintenance

• Rotasi mesin

• Dsb

b. Pengendalian pada media perambatannya kebisingan

• Isolasi mesin sumber kebisingan pada ruangan tertentu• Pemakaian bahan peredam suara: ijuk atau busa• Pemasangan barrier: beton, gundukan tanah & baja dgn

geometri tertentu, green belt• Buffer zone• Pengaturan jarak• Tumbuhan

> Rumput> Semak> pohon

• Dinding> Kayu> Bata/batu

c. Pengendalian kebisingan padapenerima bising

Barrier

APD :

> Ear plug (red 25-30 dBA) = < 100 dBA

> Ear muff (red 30-40 dBA) = > 100 dBA

PENYUMBAT TELINGA (BAHAN KARET: 18-25 db, COTTON WOOL: 8 dB )

Penempatan pekerja sesuai dengankepekaan thd bising

Ear plugs

Properly fitted Wrongly fitted

Ear muffs

Proper clamping force Worn-out head band

BARRIER-BARIER ATAU PANEL

ISOLASI PEKERJA/MESIN DI TEMPAT BISING

BAHAN ABSORBERBAHAN BARRIER