bioaerosol.docx
DESCRIPTION
bioaerosolTRANSCRIPT
![Page 1: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/1.jpg)
BIOAEROSOL
May 8, 2009 at 8:23 am (BIOAEROSOL) Tags: BIOAEROSOL, mikroba, productivity, syndrom AC, tungau
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi. Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila kondisi terlalu berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu infeksi, alergi, dan iritasi. Kontaminasi bioaerosol bersumber dari sistem ventilasi udara (humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang (Tan Malaka, 1998).Benarkah AC (Air Conditioner) yang kita pakai dapat meningkatkan produktifitas dan kenyamanan kerja? Latar belakang penggunaan AC di kantor dan rumah memang untuk meningkatkan kenyamanan. Udara sejuk yang dihasilkan AC diyakini mampu untuk memberikan rasa nyaman yang lebih dan berujung pada produktifitas hidup yang lebih baik. Meningkatnya suhu di bumi, apalagi kota Jakarta, mengakibatkan meningkat pula pemakai AC. Tetapi penelitian mengatakan lain. AC di yakini menjadi sumber penurunan produktifitas hidup dan produktifitas kerja. Mengapa demikian?
MIKROBA DI SEKITAR KITA
Secara sadar, kita memang hidup diantara berjuta-juta mahluk hidup. Kita berdampingan dalam mengisi setiap celah dibumi ini untuk bernafas dan beraktifitas. Kursi yang kita duduki, kasur yang kita tiduri, kendaraan yang kita naiki atau bahkan udara yang kita hirup setiap saat, mengandung berbagai macam mahluk hidup. Besarnya berkisar 0.1 sampai dengan 10 mikron saja. Kita memang berdampingan.Mikroba banyak macam dan jenisnya. Mahluk yang termasuk kecil ini (bahkan tidak terlihat oleh mata telanjang) dapat juga hidup dalam tubuh kita dan berkembang didalamnya dengan nyaman dan tentram. Beberapa mikroba yang biasa hidup didalam ruangan yang memiliki kelembaban tinggi:
- Tungau…………………. - Spora- Jamur ………………….. - Kutu Hewan- Serbuk bunga…………. - Sel kulit mati- Bakteri…………………..- ragi- Virus……………………..- Dan lain sebagainya
BAHAYA DAN PENGARUHNYAMikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba.Di dalam ruangan populasi mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padatnya orang, dan sifat serta taraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme dapat terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut misalnya selama bersin, batuk dan bahkan saat bercakap-cakap. Titik-titik air yang terhembuskan dari saluran penapasan mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah tinggal di udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini kadang-kadang akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut.Akibat yang timbul dari mikroorganisme ini tidak dapat pula diremehkan.1. Jamur berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan berupa iritasi hidung,
![Page 2: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/2.jpg)
artinya semakin banyak jumlah koloni jamur dalam ruangan mempunyai resiko 16,463 kali lebih besar untuk dapat terjadinya iritasi hidung.2. Kuman berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan berupa mual, artinya semakin banyak jumlah koloni kuman dalam ruangan mempunyai resiko 1,008 kali lebih besar untuk dapat terjadinya mual.Selain itu ada beberapa kasus juga yang mengeluhkan iritasi pada mata, sakit kepala, kulit kering, dan bersin-bersin.
SOLUSIAda beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah bioaerosol di dalam ruangan.1. Biasakan untuk membersihkan perangkat AC secara berkala (walaupun belum terlihat kotor)2. pergunakan vacuum sentral di rumah atau dikantor untuk membersihkan kotoran/debu yang menempel (ingat: DEBU ADALAH PEMBAWA BAKTERI DAN VIRUS DI TEMPAT ANDA) Semakin rutin kita membersihkan ruangan, maka semakin nyaman kita beraktifitas dalam ruangan itu.3. Memeriksakan kesehatan secara berkala ke dokter.4. Tidak melakukan aktifitas yang menimbulkan polusi lain semisal: merokok di ruangan tertutup ber AC dan memakai parfum yang berbau berlebihan.5. Lakukan penyaringan udara masuk.
Bioaerosol
Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen terdapat
zat-zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon monoksida, karbon dioksida,
formaldehid, jamur, virus, bakteri, dan sebagainya. Zat-zat tersebut jika masih berada dalam
batas-batas tertentu masih dapat dinetralisir, tetapi jika sudah melampaui ambang batas
maka proses netralisir akan terganggu. Peningkatan konsentrasi zat-zat di dalam udara
tersebut dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Udara dapat dikelompokkan menjadi
udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam
ruang sangat mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada
dalam ruangan.
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa yang
berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan bakteri. Penyebaran
bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi. Sumber bioaerosol
ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau
dari manusia, terutama bila kondisi terlalu berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang
ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu infeksi, alergi, dan iritasi.
Kontaminasi bioaerosol bersumber dari sistem ventilasi udara (humidifier) yang terdistribusi
keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek,
sesak nafas dan nyeri otot dan tulang.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam hubungan kualitas udara dalam
ruang adalah (a) kondisi lingkungan dalam ruang, kondisi lingkungan yang penting untuk
![Page 3: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/3.jpg)
diperhatikan adalah suhu ruangan, kelembaban, dan aliran udara. Ketiga hal tersebut dapat
menyebabkan peningkatan absorbs polutan mikroba dalam ruangan, pertumbuhan
mikroorganisme di udara, dan meningkatkan bau yang tidak sedap; (b) konstruksi ruangan
dan furniture; (c) proses dan alat-alat dalam ruangan; (d) ventilasi, ventilasi udara yang
buruk dapat menyebabkan kurangnya udara segar yang masuk dan buruknya distribusi
udara di dalam ruang; (e) status kesehatan orang dalam ruangan.
Metode penangkapan mikroba udara dapat dilakukan antara lain dengan cara
sedimentasi dan dengan alat penangkap udara. Cara sendimentasi ditujukan untuk
menangkap bioearosol yang jatuh secara alami karena gaya gravitasi. Cara ini dilakukan
dengan cara menempatkan cawan petri berisi medium pertumbuhan mikroba secara
terbuka pada suatu lingkungan dalam kurun waktu tertentu.
A. Tinjauan Pustaka
Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium
tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan
tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Untuk mengetahui atau
memperkirakan secara akurat berapa jauh pengotoran udara sangat sukar karena memang
sulit untuk menghitung organisme dalam suatu volume udara. Namun ada satu teknik
kualitatif sederhana, menurut Volk & Wheeler (1989) yaitu mendedahkan cawan hara atau
medium di udara untuk beberapa saat. Selama waktu pendedahan ini, beberapa bakteri di
udara akan menetap pada cawan yang terdedah. Semakin banyak bakteri maka bakteri yang
menetap pada cawan semakin banyak. Kemudian cawan tersebut diinkubasi selama 24 jam
hingga 48 jam maka akan tampak koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu
tumbuh pada medium yang digunakan.
Sebenarnya tidak benar-benar ada organisme yang hidup di udara, karena
organisme tidak dapat hidup dan terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara
terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta
pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara. Batuk
dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel udara). Kebanyakan
partikel dalam aerosol biologi terlalu besar untuk mencapai paru-paru, karena partikel-
partikel ini tersaring pada daerah pernapasan atas. Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat
kecil mungkin mencapai tapak-tapak infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak
mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan
dalam cuplikan udara. Bioaerosol adalah kumpulan partikel hidup yang tersuspensi dalam
medium gas (Volk & Wheeler, 1989).
Salah satu sumber mikroba udara yang paling umum adalah mikroba yang berasal
dari tanah. Mikroorganisme tanah dibebaskan ke udara ketika terganggu oleh pukulan
![Page 4: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/4.jpg)
angin, dan tetap tersuspensi di sana untuk jangka waktu yang panjang. Tindakan manusia
seperti menggali atau membajak tanah juga dapat melepaskan mikroba ke udara. Demikian
pula mikroorganisme yang ditemukan dalam air mungkin juga dilepaskan ke udara dalam
bentuk tetesan air atau aerosol. Percikan air oleh angin juga bisa menghasilkan tetesan atau
aerosol.
Mikroba pencemar udar dapat berupa kapang dan khamir. Khamir: fungi (jamur)
bersel satu; berbentuk bulat, oval, atau silindris; berdiameter 3-5 μm; sebagian berkembang
biak dengan membelah diri, dan sebagian lain berkembang biak dengan membentuk tunas.
Habitat umumnya pada makanan. Kapang: fungi (jamur) berfilamen. Satu filamen disebut
hifa; kelompok hifa yang tumbuh pada suatu media disebut miselium. Hifa terbentuk dari
spora jamur. Spora berdiameter 3-30 μm. Habitat umumnya pada kayu dan kertas 6.
Praktikum bioaerosol ini menggunakan media Nutrien Agar sebagai tempat tumbuh
mikroba dari udara yang jatuh akibat gaya gravitasi yang diukur waktunya selama 5 menit,
10 menit dan 15 menit, diinkubasi selama 2x24 jam dengan suhu 37oC. Penempatan cawan
dilakukan dengan ruangan dan lingungan yang berbeda untuk mengetahui perbedaan
jumlah mikroba di masing-masing tempat. Tujuan praktikum bioaerosol adalah untuk
mengetahui pengaruh aktivitas dalam suatu ruangan terhadap kepadatan populasi mikroba
dan keragamannya.
Semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana dan
lingkungan ini berada dalam satu fasa yaitu gas. Jumlah relatif dari berbagai gas di udara
diukur dengan persentase volume yaitu terdiri dari:
78% nitrogen
21% oksigen
0,9% argon
0,03% karbon dioksida
0,01% hidrogen dan gas lainnya dalam jumlah sedikit.
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa yang
berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan bakteri. Jumlah dan
macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi
cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi
mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya hujan, salju atau hujan es akan cenderung
mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel yang lebih berat dan
mengendapkan debu. Jumlah mikroorganisme menurun secara menyolok di atas samudera,
![Page 5: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/5.jpg)
dan jumlah ini semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang tinggi (Volk & Wheeler,
1989).
Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu, yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikan, dan dalam “inti tetesan” yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer; sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme yang berasal dari udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya (termasuk keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya matahari dan suhu), ukuran partikel yang membawa mikroorganisme itu, serta ciri-ciri mikroorganismenya terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer.
Hal ini membuktikan bahwa banyaknya jumlah koloni mikroba dan keragaman
mikroba dipengaruhi oleh lamanya waktu pemaparan pada lingkungan luar, adanya mikroba
yang tersuspensi dalam gas dan jatuh pada permukaan cawan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan komposisi jumlah mikroba di lingkungan luar adalah sifat dan
keadaan fisiologis mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak
daripada sel vegetatif. Hal ini terutama karena sifat spora dorman yang memungkinkan
mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan seperti pengeringan,
kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet. Demikian pula spora fungi berlimpah di
udara karena spora merupakan alat penyebaran penyebaran fungi. Ukuran mikroorganisme
merupakan faktor yang menentukan jangka waktu mereka untuk tetap melayang di udara.
Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan mudah dibebaskan ke udara dan
tetap di sana selama jangka waktu lama. Miselium fungi memiliki ukuran yang lebih besar
dan karena itu tidak dapat bertahan lama di udara. Keadaan suspensi memainkan peran
penting keberadaan mikroorganisme di udara. Semakin kecil suspensi, semakin besar
kemungkinan mereka untuk tetap berada di udara. Biasanya mereka melekat pada partikel
debu dan air liur. Mikroorganisme yang ada dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk
waktu yang singkat. Tetesan yang dibuang ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya
dapat bertahan di udara untuk waktu singkat. Namun jika ukuran suspensi menurun,
mereka dapat bertahan lama di udara.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer,
kelembaban, angin, ketinggian. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor
penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Pengaruh angin
juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Udara yang tenang, partikel
cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran udara dapat menjaga mereka dalam
suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme
karena membawa mereka lebih jauh.
![Page 6: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/6.jpg)
Arus juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan distribusi vertikal
mikroba udara. Pola cuaca global juga mempengaruhi penyebaran vertikal. Ketinggian
membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin
kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak
troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini. Dengan demikian, mikroba
yang masih mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-
bentuk resisten lainnya.
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba
di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme
tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup
angin. Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400
mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan
yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Trichosporon cutaneum dari debu rumah, Farnai
rectivirgula dari jerami, Avrcobasidium pollulans dari uap air panas dan Serpula locrymans
dari bangunan. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis.
Alternia sp. ada di kayu, memiliki miselium jamur berwarna coklat, konidiofor tegak,
bersekat, dengan ukuran 20-180 x 4-18 µm. Konidia berbentuk gada terbalik berwarna
coklat berukuran 105-200 x 12-24 µm, dengan sekat melintang sebanyak 6-12 buah dan 3
buah sekat membujur. Konidium mempunyai paruh (beak) pada ujungnya, paruh bersekat,
panjang paruh lebih kurang setengah dari panjang konidium atau lebih (weber,1973).
Bakteria yang ditemukan di udara seperti Endotoksin bacteria yang berasal dari rumah
pemotongan hewan, Staphylococcus aureus dari baju yang kotor, Legionella dari system
pendingin ruangan dan jenis Actynomycetes berupa Thermoactinomycetes vulgaris berasal
dari kompos timbunan sampah, Micropolyspora faeni. Protozoa yaitu Naegleria fowleri,
Acanthamoeba, Algae, dan virus enteric.
Hasil pengamatan bioaerosol ini di dapat tempat yang memiliki banyak mikroba
yaitu berada di lab. Mikrobiologi hal ini disebabkan karena lab. Mikro sudah berisi banyak
orang yang melakukan berbagai aktivitas sehingga ada sisa-sisa mikroba yang tersuspensi
dalam gas walaupun ruangan itu kosong. Factor yang mengakibatkan banyaknya kandungan
bioearosol memang di pengaruhi oleh banyaknya orang dengan berbagai aktivitas, droplet
dari praktikan yang menempati ruangan mirkobiologi, dan ventilasi yang kurang
berpengaruh sehingga menyebabkan banyaknya kandungan mikroba.
Hampir semua mikroba pathogen dapat menyebabkan penyakit yang perantaranya
berupa udara seperti penyakit paru, penyakit kulit dan lain-lain. Seluruh jenis mikroba dapat
tersuspensi di dalam udara, hanya saja perbedaan waktu mikroba tersebut dapat hidup
lama atau tidak dalam suspensi gas. Spora akan hidup lebih lama dibandingkan dengan
bakteri.
![Page 7: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/7.jpg)
Bahaya Bioaerosol
Bahaya Bioaerosol. Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup
atau sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan
bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem
ventilasi. Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari
perkembangbiakan dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila kondisi terlalu
berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama
3 macam, yaitu infeksi, alergi, dan iritasi. Kontaminasi bioaerosol bersumber dari sistem
ventilasi udara (humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi
yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang (Tan
Malaka, 1998).
Penelitian juga menunjukan , beberapa hewan suka buang kotoran di debu seperti
lalat, cacing, ayam dan yang lainya. Hal ini menyebabkan banyak virus yang mengendap
dalam debu, sehingga penyakit yang di sebabkan debu semakin beragam. Sebagai misal,
telur cacing tercampur dalam debu, kemudian debu tersebut menempel ditangan/kuku.
Setelah itu telur cacing tersebut masuk ketubuh bersama makanan. Bila ini berlanjut terus
menerus, maka perut anda akan tidak sehat dan berpenyakit. Selain itu berjalan tanpa alas,
kaki akan menginjak debu juga yang dapat menyebabkan telur/larva cacing masuk kedalam
pori-pori kaki, setelah berhasil masuk akhirnya terbawa kedalam aliran darah dan menetas
di tubuh. Hal ini di tandai dengan kaki yang terasa gata. ini tandanya ada telur cacing sedang
berusaha masuk lewat pori2 kaki.
Hati-hati dengan keberadaan debu. Secara sadar, kita memang hidup diantara
berjuta-juta mahluk hidup. Kita berdampingan dalam mengisi setiap celah dibumi ini untuk
bernafas dan beraktifitas. Kursi yang kita duduki, kasur yang kita tiduri, kendaraan yang kita
naiki atau bahkan udara yang kita hirup setiap saat, mengandung berbagai macam mahluk
hidup. Besarnya berkisar 0.1 sampai dengan 10 mikron saja. Kita memang berdampingan.
Mikroba banyak macam dan jenisnya. Mahluk yang termasuk kecil ini (bahkan tidak terlihat
oleh mata telanjang) dapat juga hidup dalam tubuh kita dan berkembang didalamnya
![Page 8: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/8.jpg)
dengan nyaman dan tentram. Beberapa mikroba yang biasa hidup didalam ruangan yang
memiliki kelembaban tinggi:
Tungau, Spora, Jamur, Kutu Hewan, Serbuk bunga, Sel kulit mati, Bakteri, ragi, Virus dan lain
sebagainya. Semua jenis mikroba tersebut adalah mikroba yang tidak baik untuk kesehatan
kita.
SOLUSI
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah bioaerosol di dalam
ruangan.
1. Biasakan untuk membersihkan perangkat AC secara berkala (walaupun belum terlihat kotor)
2. pergunakan vacuum sentral di rumah atau dikantor untuk membersihkan kotoran/debu
yang menempel (ingat: DEBU ADALAH PEMBAWA BAKTERI DAN VIRUS DI TEMPAT ANDA)
Semakin rutin kita membersihkan ruangan, maka semakin nyaman kita beraktifitas dalam
ruangan itu.
3. Memeriksakan kesehatan secara berkala ke dokter.
4. Tidak melakukan aktifitas yang menimbulkan polusi lain semisal: merokok di ruangan
tertutup ber AC dan memakai parfum yang berbau berlebihan.
5. Lakukan penyaringan udara masuk.
- See more at: http://tubuhfit.blogspot.com/2013/02/bahaya-bioaerosol.html#sthash.MNoKSHQ2.dpuf
Feb 11
PENGARUH KUALITAS UDARA DALAM RUANGAN BER -AC TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN
Posted by: mukono in Uncategorized Add comments
Abstract: The use of air conditioning as an alternative to replac e natural ventilation may improve comfort and work productivity. However air conditioning that is not well maintained may become a good media for microbial growth. This condition may result in decreased indoor air quality and induce health impairment known as Sick Building Syndrome. The objectives of this study were to analyze the effects of physical and microbiological qualities on health impairment. This study was carried out in an air conditioned,
![Page 9: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/9.jpg)
two -story building of PT.Infomedia Nusantara in Surabaya. This was an observational study with cross -sectional approach. This study was carried out by means of interview, observation and measurements including air temperature, relative humidity, air velocity and the number of colony forming units in a cubic meter of air (germs, fungi, and bacteria). The number of population was 94 employees and the number of samples taken was 89 employees using purposive sampling technique. Data collected were analyzed either descriptively (tabulation) and analytically using logis tic regression test (α = 0.05).The results of this study showed that air temperatures measured were still within the recommended temperature range, while relative humidity, air velocity and total germs colonies measured in two locations had exceeded the recommended standards . The total colonies of fungi were 0,87 (first floor) and 1,94 (second floor), and total colonies of bacterial were 6,87 (first floor) and 3,21 (second floor) respectively.Complaints experienced by employees were skin irritation (75,28 %), eye irritatio n (74,16 %), nasal irritation (73,03 %), neurological dissorder (66,29 %), sore throat (46,07 %), and nausea (21,35 %) respectively. Fungus had significant influence (p = 0.048) on nasal irritation, nausea were significantly affected (p = 0.020) by germs whereas the other variables did not influence (p > 0.05) on health problems. It is suggested that the company provide training on indoor air quality (SBS/BRI) to all employees and conduct environmental monitoring as well as performing either preplacementor periodic medical examination. The air conditioning available should be checked and maintained at regular intervals, manager and employees should always participate in keeping the work place clean.
PENDAHULUAN
Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mik roorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).Banyaknya aktivitas di gedung me ningkatkan jumlah polutan dalam ruangan. Kenyataan ini menyebabkan risiko terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi, namun halini masih jarang diketahui oleh masyarakat.Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan secara kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan. Kadar gas-gas SO2, CO2, dan O2 di dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Bahan partikulat dapat dikurangi secara signifikan oleh AC dengan filter yang efektif. Kadar pollen di dalam ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri dan spora di gedung dengan AC kemungkinan akan lebih sedikitdaripada gedung tanpa AC, walaupun sampai saat ini hal tersebut masih diperdebatkan.Hasil pemeriksaan The National Institute of OccupationalSafety and Health (NIOSH), menyebutkan ada 5 sumber pencemarandi dalam ruangan yaitu (Aditama, 2002):a. Pencemaran dari alat -alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.b. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya ga s buangan kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.
![Page 10: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/10.jpg)
c. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaranformaldehid, lem, as bes, fibreglass dan bahan -bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.d. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sist emnya.e. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja. Kualitas udara y ang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja /karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut :1. Iritasi selaput lendir: Iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair2. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering3. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi4. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas berbunyi/mengi,sesak nafas, rasa berat di dada5. Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal6. Gangguan saluran cerna: Diare/mencret7. Lain-lain: Gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajarKeluhan tersebut bias anya tidak terlalu parah dan tidak menimbulkan kecacatan tetap, tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak menyenangkan dan bahkan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja para pekerja.Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaruh kualitas udara di ruangan ber -AC terhadap gangguankesehatan, yang dapat diperinci sebagai berikut:1. Bagaimana kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan ber - AC?2. Bagaimana kualitas fisik udara (suhu dan kelembaban) dalam ruangan ber-AC?3. Apakah macam keluhan penyakit yang dirasakan karyawan di ruangan ber-AC?4. Apakah ada pengaruh antara kualitas udara di ruangan ber - AC terhadap gangguan kesehatan?
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan dan gan gguan paparan di ruangan kerja ber -AC pada gedung bertingkat dengan gangguan kesehatan. Tujuan khususnya antara lain: mengidentifikasi kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan ber -AC, mengidentifikasi kualitas fisik udara dalam ruangan ber -AC, mengidentif ikasi macam keluhan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC, mengidentifikasi pengaruh antara gangguan paparan di ruangan ber -AC terhadap gangguan kesehatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancang bangun cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara wawancara, observasi, dan pengukuran yang meliputi suhu,
kelembaban, kecepatan aliran udara, dan jumlah total koloni per m 3 udara (kuman, jamur, dan bakteri). Jumlah populasi adalah 94 karyawan dan jumlah sampel yang diambil dengan cara purposive sampling technique sebanyak 89 orang. Data yang telah diambil kemudian dianalisis secara
![Page 11: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/11.jpg)
deskriptif dengan tabulasi dan secara analitik menggunakan regresi logistik (α = 0.05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi PenelitianPT. Infomedia Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa, dimana salah satu perwakilannya berada di Surabaya dan berlokasi di jalan Kusumabangsa 10 -12. Kantor perwakilan PT. Infomedia Nusantara di Suraba ya terdiri dari 2 lantai yang didesain dengan jendela tertutup dan ventilasi buatan ( air conditioning) yang menyebabkan gangguan sirkulasi udara dan tidak sehatnya udara dalam gedung. Lokasi kantor yang terletak di tepi jalan raya serta halaman gedung yan g digunakan sebagai tempat parkir kendaraan bermotor dapat dikatakan relatif dekat dengan sumber polusi udara luar gedung. Polusi udara di luar gedung dapat menjadi sumber polusi udara dalam gedung.Produk-produk pembakaran dari kendaraan dan sumber lain yang berasal dari luar gedung dapat masuk ke dalam gedung melalui inlet sistem heating, ventilation, and air conditioning (HVAC) suatu gedung. Hal ini didukung oleh laporan The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) 1984 yang menyata kan bahwa sebesar 50 % penyebab pencemaran udara adalah ventilasi yang tidak adekuat, 11 % sumber polusi udara dalam ruangan berasal dari kontaminan-kontaminan luar ruangan (Godish, 1989).
Karakteristik KaryawanKaryawan PT. Infomedia Nusantara berjumlah 89 orang yang terdiri dari laki-laki sebesar 64,04% dan perempuan sebesar 36,96% dengan umur terbanyak berada pada umur 25 -29 tahun sebesar39,32 % dan lebih dari 35 tahun sebesar 35,96%. Pendidikan terakhir yang telah ditempuh sebagian besar karyawan ad alah S-1 sebesar73,03%.
Masa Kerja dan Lama Tinggal di Ruangan ber -ACKaryawan yang bekerja kurang dari lima tahun sebesar 78,65% dan sisanya (21,35 %) telah bekerja selama lebih dari 5 tahun. Lama tinggal dalam ruangan ber -AC rata-rata tiap harinya s angat bervariasi yaitu antara 6 -8 jam sebesar 67,42 %, antara 2 -5 jam sebesar 31,46 % sedangkan sisanya 1,12 % berada di ruangan ber - AC selama kurang dari 2 jam.
Kualitas udara dalam ruangan ber -AC sangat ditentukan oleh sistem sirkulasi dan aktivitas yan g dilaksanakan. Pencemaran udara dalam ruangan dapat terjadi karena berbagai aktivitas seperti merokok, penggunaaan alat atau bahan pembersih ruangan, mesin fotokopi yang menghasilkan asap dan debu dalam ruangan. Seseorang yang terpapar dengan polutan ters ebut dalam waktu yang lama akan mengalami keluhan yang lebih besar dibandingkan dengan yang terpapar kurang dari 2 jam/hari.
Sumber Pencemar Udara RuanganDari 89 karyawan, yang merasakan gangguan akibat asap sebesar31,46 % dan karyawan yang merasakan gangguan akibat bau -bauan yang tidak sedap yaitu sebesar 69,66 %. Gangguan akibat asap yang dirasakan karyawan berasal dari asap rokok, sedangkan gangguan bau yang dirasakan karyawan berasal dari bau tempat sampah yang berasal dari kantin, bau minyak wangi dan pengharum ruangan yang terlalu menyengat.Aditama (2002), menyatakan bahwa pencemaran udara dapat berasal dari dalam gedung dengan sumber pencemaran diantaranya : aktivitas dalam ruangan, frekuensi keluar masuk ruangan yang tinggi sehingga memungkinkan masu knya polutan dari luar kedalam ruangan, penggunaan pengharum ruangan, asap rokok,
![Page 12: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/12.jpg)
penggunaan pestisida dan pembersih ruangan, mesin fotokopi, sirkulasi udara yang kurang lancer, suhu dan kelembaban udara yang tidak nyaman.
Gangguan Kesehatan KaryawanLima gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan karyawan berdasarkan data yang diperoleh menurut frekuensi dan waktu terjadinya gangguan adalah sebagai berikut:1. Gangguan kesehatan berupa mata gatal sebanyak 66 karyawan.Gangguan yang terjadi berdasarkan fre kuensinya adalah 45 karyawan menyatakan kadang -kadang sedangkan 21 karyawan menyatakan jarang. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya adalah siang hari sebanyak 32 karyawan, pagi hari sebanyak 21 karyawan, sedangkan sore hari sebanyak 13 karyawan.2. Gangguan kesehatan berupa kulit kering sebanyak 64 karyawan.Gangguan yang terjadi berdasarkan frekuensinya adalah 28 karyawan mengatakan sering, 25 karyawan mengatakan kadang - kadang dan 11 karyawan mengatakan jarang. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya adalah se panjang hari kerja sebanyak 23 karyawan, sore hari dan pagi hari masing -masing sebanyak 20 karyawan, sedangkan pagi hari sebanyak 1karyawan.3. Gangguan kesehatan berupa sakit kepala sebanyak 59 karyawan.Gangguan yang terjadi berdasarkan frekuensinya adalah 29
karyawan menyatakan kadang -kadang, 28 karyawan menyatakan jarang, dan 2 karyawan menyatakan sering. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya adalah siang hari sebanyak 28 karyawan, sore hari sebanyak 15 karyawan, pagi hari 14 karyawan, dan sepanjang hari kerja sebanyak 2 karyawan.4. Gangguan kesehatan berupa mata pedih sebanyak 52 karyawan.Gangguan yang terjadi berdasarkan frekuensinya adalah 27 karyawan mengatakan kadang -kadang, 13 karyawan mengatakan sering, dan 12 karyawan mengatakan jarang. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya adalah sore hari sebanyak 15 karyawan, pagi hari dan sepanjang hari kerja masing -masing sebanyak 12 karyawan, sedangkan siang hari sebanyak 13 karyawan.5. Gangguan kesehatan berupa bersin sebanyak 51 karyawan.Gangguan yang terjadi berdasarkan frekuensinya adalah 25 karyawan mengatakan kadang -kadang, 19 karyawan mengatakan jarang, dan 7 karyawan mengatakan sering. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya adalah siang hari sebanyak 19 karyawan, pagi hari sebanyak 14 karyawan, sore hari s ebanyak 10 karyawan, dan sepanjang hari kerja sebanyak 8 karyawan.Gangguan kesehatan yang paling sedikit dirasakan karyawan adalah mual sebanyak 19 karyawan dengan frekuensi terjadinya gangguan adalah 15 karyawan menyatakan jarang dan 4 karyawan menyatakan kadang-kadang. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya siang hari sebanyak 9 karyawan, sore hari sebanyak 6 karyawan, dan pagi hari sebanyak 4 karyawan.
Kualitas Udara dalam RuanganKualitas Fisik UdaraSuhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan muskuler. Namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20 % saja yang dipergunakan dan sisanya akan dibuang ke lingkungan. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu sesuai Kep. Men. Kesehatan No 261 bahwa suhu yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja 18 - 26 ˚C maka suhu ruangan pada lantai I dan lantai II masih berada pada standar. Suhu udara ruang kerja yang terlalu dingin dapat menimbulkan gangguan kerja bagi karyawan, salah satunya gangguan konsentrasi dimana pegawai tidak dapat bekerja dengan tenang karena berusaha untuk menghilangkan rasa dingin tersebut.
![Page 13: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/13.jpg)
Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir me mbran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengukuran kelembaban relatif pada lantai I adalah 64 - 68,5 %
sedangkan pada lantai II adalah 73 - 80 %. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu sesuai Kep. Me n. Kesehatan No 261 dimana kelembaban yang ideal berkisar 40 -60 %, maka hasil pengukuran kelembaban pada 2 (dua) lantai tersebut berada di atas standar yang berarti potensial sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme.Hasil pengukuran kecepatan aliran udar a pada lantai I berkisar antara 0,04 - 0,07 m/det sedangkan pada lantai II berkisar antara 0,15 - 0,35 m/det. Menurut Standard Baku Mutu Kep. Men. Kesehatan No 261 kecepatan aliran udara berkisar antara 0,15 - 0,25 m/det. Arismunandar dan Saito (1991) m enyatakan bahwa kecepatan aliran udara < 0,1 m/det atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada pergerakan udara sebaliknya bila kecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan cold draft atau kebisingan di dalam ruangan.
Kualitas Mikrobiologi UdaraBioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atausisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilas i. Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila kondisi terlalu berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu i nfeksi, alergi, dan iritasi.. Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi ( humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang (Tan Malaka, 19 98). Total koloni kuman pada lantai I adalah1675 CFU/m 3 udara sedangkan lantai II adalah 1387,5 CFU/m 3 udara. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Kep.MenKesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998 dimana angka kuman adalah kurangdari 700 koloni/m 3 udara, maka kedua ruangan berada di atasstandar. Hasil pengukuran total koloni bakteri pada lantai I (6,87CFU/menit) lebih tinggi dibandingkan lantai II (3,21 CFU/menit) dan sebagian besar berjenis gram negatif batang. Hasil pengukuran total koloni jamur pada lantai II adalah 1,94 CFU/menit dan pada lantai II adalah 0,87 CFU/menit. Jika dibandingkan dengan standar NH&MRCdimana total koloni jamur adalah 150 CFU/m 3 udara, maka kedua ruangan tersebut masih berada di bawah standar. Pada usap AC ditemukan gram positif batang dan gram negatif batang. Pencemar yang bersifat biologis terdiri atas berbagai jenis mikroba patogen, antara lain jamur, metazoa, bakteri, maupun virus. Penyakit yangdisebabkannya seringkali diklasifikasikan sebagai penyakit yangmenyebar lewat udara (air-borne diseases) (Soemirat, 2002).
Pengaruh Kualitas Fisik dan Kualitas Mikrobiologi terhadapGangguan KesehatanHasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik regresi logistik terlihat bahwa ada dua variabel yang signifikan terhadap terjadinya gangguan kesehatan, yaitu:1. Jamur berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan berupa iritasi hidung, artinya semakin banyak jumlah koloni jamur dalam ruangan mempunyai resiko 16,463 kali lebih besar untuk dapat terjadinya iritasi hi dung.2. Kuman berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan berupa mual, artinya semakin banyak jumlah koloni kuman dalam ruangan mempunyai resiko 1,008 kali lebih besar untuk dapat terjadinya mual.
![Page 14: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/14.jpg)
Variabel lainnya yang tidak signifikan , belum tentu tidak memberikan pengaruh terhadap gangguan kesehatan yang timbul. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : banyaknya faktor yang berpotensi mempengaruhi kualitas udara lingkungan kerja, gangguan kesehatan yang terjadi tidak bersifat spesifik dan dapat merupakan gejala-gejala dari penyakit lain, penyebab terjadinyagangguan kesehatan tersebut dipengaruhi banyak faktor lain. TanMalaka (1998) menyatakan bahwa intensitas pengaruh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja tergantung lokasi dan proses yang ada. Walaupun tidak semua dominan, namun faktor - faktor tersebut selalu ada dalam lingkungan kerja.KESIMPULAN DAN SARAN KesimpulanBerdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadapkualitas fisik udara, kualitas mikrobiologi udara dan gangguan kesehatan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. PT. Infomedia Nusantara Surabaya memiliki karyawan sebanyak94 orang. Masa kerja sebagian besar karyawan (78,65 %) kurang dari lima tahun dan rata-rata lama tinggal dalam ruangan ber -AC setiap harinya 6-8 jam.2. Sumber pencemar udara ruangan yang dirasakan oleh karyawan berupa asap dan bau -bauan yang tidak sedap. Sumber pencemar asap tersebut berasal dari asap rokok, sedangkan sumber pencemar bau-bauan berasal dari bau sampah dari kantin, bau minyak wangi dan pengharum ruangan yang terlalu menyengat.3. Gangguan kesehatan yang dirasakan karyawan berurutan dari yang terbanyak adalah iritasi kulit (75,28 %), iritasi mata (74,36 %),iritasi hidung (73,03 %), gangguan saraf (66,29 %), gangguan saluran pernafasan (46,07 %), mual (21,35 %).
4. Kelembaban udara dan kecepatan aliran udara di lokasi penelitian melebihi Standar Baku Mutu Kep.Men.Kesehatan RI No : 261/ MENKES/SK/II/1998, sedangkan untuk suhu udara ruangan masih berada pada suhu nyaman kerja yang berarti tidak melebihi Standar Baku Mutu Keputusan Menteri Kesehatan RI N o: 261/MENKES/SK/II/1998.5. Jumlah total koloni kuman di lokasi penelitian melebihi Standar Baku Mutu Kep.Men.Kesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998. Sedangkan jumlah total koloni jamur di lokasi penelitian masih berada di bawah standar NH dan MRC.6. Dari hasil perhitungan regresi logistik diperoleh variabel yang berpengaruh (p = 0.048) terhadap gangguan kesehatan berupa iritasi hidung adalah jamur dan variabel yang berpengaruh (p =0.020) terhadap gangguan kesehatan berupa mual adalah kuman, sedangkan variabel yang lain tidak berpengaruh (p > 0.05) terhadap gangguan kesehatan.
Saran1. Memberdayakan seluruh manajer dan pekerja/karyawan untuk meningkatkan kebersihan lingkungan kerja melalui penataan ruangan kerja, penataan arsip dan berkas dalam lemari sesudah bekerja, dan kebersihan peralatan kerja termasuk budaya membersihkan ruangan setiap hari dan perangkat AC secara berkala.2. Pemeriksaan kualitas udara dalam ruangan secara berkala sesuai parameter kualitas udara (kualitas fisik, kimia , dan mikrobiologi) agar tercipta lingkungan kerja yang sehat.3. Monitoring kesehatan dengan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui sejak dini gangguan ke sehatan yang terjadi4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang jenis mikroorganisme patogen yang ada di ruangan mengingat jumlah koloni kuman yang melebihi standar baku mutu dan banyaknya karyawan yang mengalami gangguan kesehatan, sehingga
![Page 15: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/15.jpg)
dapat ditetap kan standar baku mutu kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan.5. Lebih ditingkatkan kualitas perawatan AC mengingat masih banyaknya gangguan kesehatan yang dialami karyawan.6. Disediakan ruangan khusus untuk karyawan yang merokok dilengkapi dengan Local Exhaust Ventilation.
Air Borne disease Posted: 14 Aug, 2012
Fahmi Arif-Bapelkes Cikarang
Pencemaran Udara di Dalam Ruangan (indoor pollution )
Sebagaimana kita ketahui, udara kita sudah tidak perawan lagi, jauh ketika revolusi industri dimulai di Eropa sana beberapa abad silam. Dan saat ini kualitas udara diluar rumah kita yang sudah sangat mengkawatirkan, sangat pasti juga berlaku pada udara dalam ruangan kita. Jenis udara yang berada di dalam ruangan bangunan- bangunan seperti perumahan, sekolah, rumah sakit, sumur, tambang, perkantoran, dan lain- lain, semakin hari semakin tidak mendukung kehidupan sehat kita (?).
Sumber dan Jenis Pencemaran di Dalam Ruangan
Sumber dan jenis pencemar dari dalam ruang dibagi dalam 2 bagian:
1. Pencemar yang dilepas dari bangunan dan isinya. Seperti asbestos, formaldehyde, senyawa organic mudah menguap (Volatile Organic Compounds= VOC), ozon.
2. Pencemar akibat aktivitas manusia, seperti yang berasal dari asap tembakau, kegiatan memasak di dapur, insektisida dan pestisida, pembersihan ruang. Adapun tipe pencemar yang umum adalah karbondioksida, karbon monoksida, partikulat (Pudjiastuti et al., 1998).
Bahan Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Asbestos
Asbes atau asbestos adalah sebutan yang diberikan kepada sekelompok mineral yang ada di alam yang bersifat kuat, berupa benang fiber yang halus. Benang fiber tersebut tidak dipengaruhi oleh panas atau pun zat kimia dan bukan penghantar listrik. Karena sifatnya yang tangguh tersebut, maka asbes banyak dipakai di banyak industri. Ada empat jenis asbes yang ada di pasaran. Yang paling banyak diperjualbelikan adalah chrysotile atau asbes putih. Kedua adalah asbes biru atau crocidolite, kemudian asbes coklat atau amosite, serta asbes abu-abu atau antophyllite. asbes dipakai untuk membangun gedung guna memperkuat semen, plastik untuk isolasi, genteng yang tahan api, dan untuk membuat ruangan yang sound proof. Asbes juga banyak dipakai di industri perkapalan, misalnya untuk membuat pipa uap, dan pipa untuk air panas. Industri otomotif memakainya untuk membuat rem dan kopling (Zubairi, 2002).
Benang asbes cenderung mudah patah, menjadi debu yang terdiri dari partikel-partikel halus, mengambang di permukaan air, dan lengket pada baju. Benang asbes yang patah tersebut mudah tertelan dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Pertama, menyebabkan asbestosis, suatu penyakit paru menahun yang ditandai
![Page 16: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/16.jpg)
dengan sesak napas, batuk, batuk darah, nyeri dada, badan menjadi kurus, dan kerusakan paru menetap. Kedua, asbes dapat menyebabkan kanker paru, kanker mesotelioma (kanker pada diafragma, pembatas rongga dada, dan perut), kanker pada larynx dan oropharynx (tenggorokan), serta kanker pada saluran cerna dan ginjal (Zubairi, 2002).
Asap Rokok
Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik yaitu zat yang dapat menyebabkan kanker (Tjandra, 2003).
Dalam jumlah tertentu asap rokok ini sangat mengganggu bagi kesehatan, seperti: mata pedih, timbul gejala batuk, pernafasan terganggu, dan sebagainya (Pudjiastuti et al., 1998).
Senyawa Organik Volatil (VOC)
Volatile Organic Compounds (VOC) atau senyawa organik yang mudah menguap adalah senyawa organik dengan titik uap di dalam rentang 50-260°C. Di antara banyak senyawa yang dimasukkan ke dalam golongan VOC ini, EPA (Environmental Protection Agency) memasukkan sedikitnya 11 macam senyawa VOC yang patut diwaspadai. Senyawa-senyawa itu di antaranya adalah trichloroethylene, toluene, benzene, chloroform, tetrachloroethylene, 1,1,1 - trichloroethane, ethylbenzene, trans-1 ,2-dichloroethane, xylene, dichloromethane, and vinyl chloride. Semua elemen masyarakat ini bisa terpajan oleh VOC. Misalnya, siswa dapat menerima pajanan VOC dari correction pen yang digunakannya; ibu rumah tangga dapat terpajan VOC dari kosmetiknya; pekerja kantoran dapat terpajan dari correction pen, larutan pembersih kantor, pewangi ruangan, dan furnitur kantornya.
Beberapa senyawa organik volatil yang ditemukan di dalam ruangan telah menunjukkan adanya hubungan dengan sejumlah gej ala penyakit, diantaranya adalah sakit kepala, iritasi mata dan selaput lendir, iritasi sistem pernafasan, drowsiness (mulut kering), kelelahan, dan malaise umum. Aldehyde, dan mungkin banyak senyawa organik lainnya seperti alkohol dan hidrokarbon merupakan penyebab dari iritasi mata dan sistem pernafasan (Pudjiastuti et al., 1998).
Formaldehyde
Tumpukan kertas, karpet, serta aneka furniture yang memenuhi ruangan kantor diduga sebagai sumber utama penghasil formaldehid. Zat kimia yang mengandung karbondioksida ini memiliki potensi bahaya bagi kesehatan. Zat ini dapat menyebabkan gangguan mata, tenggorokan, dan organ dalam manusia.
Selain itu, formaldehyde merupakan molekul yang reaktif dan kovalen dengan protein serta formaldehyde dapat menimbulkan alergi dengan kontak dermatitis (Pudjiastuti et al., 1998).
Mikroorganisme
Muslimin (1995) menyatakan bahwa udara sebenarnya bukan merupakan habitat untuk mikroorganisme. Sel- sel mikroorganisme dalam udara bersama kontaminan bersama debu atau dengan tetesan ludah. Mikroorganisme yang banyak terdapat di udara adalah bakteri, dan jamur atau khamir. Mikroba tersebut ada di udara dalam bentuk vegetatif atau dalam bentuk generatif. Mikroorganisme yang berada di
![Page 17: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/17.jpg)
atmosfer merupakan spesies yang ada dari sumber dimana mikroorganisme tersebut sebelumnya. Mikroorganisme yang berasal dari tanah terbawa debu angin, demikian juga dengan mikroorganisme yang berasal dari perairan, mikroba terbawa tetesan air atau angin ke udara. Bakteri yang mampu hidup di lingkungan udara umumnya bakteri gram positif berbentuk batang berspora dan kokus, sedangkan bakteri dari lingkungan laut yang mampu berada di udara adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, sebagian adalah yang membentuk spora.
Menurut Pudjiastuti, et al. (1998), mikroorganisme dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar (seperti serbuk sari, jamur, dan spora) dan dapat pula berasal dari dalam ruang (seperti serangga, jamur pada ruang lembab, kutu binatang peliharaan, dan bakteri). Mikroorganisme dapat menyebabkan alergi pernafasan, seperti infeksi pernafasan, dan asma. Mikrooganisme yang tersebar bersama- sama dengan aeosol yang ada di udara dikenal dengan istilah bioaerosol. Dampak kesehatan dari bioaerosol, pada dasarnya berbeda-beda tergantung dari bahan- bahan kimia di dalamnya. Kebanyakan dari bioaerosol adalah non patogen dan hanya dirasakan oleh orang yang sensitif. Setiap mikroorganisme patogen, selalu dapat menulari hanya pada keadaan tertentu. Selain itu, tingkatan penyakit yang dihasilkan baik oleh saprofit atau patogen itu berbeda, tergantung dari masing- masing tipe partikel dan kebanyakan tidak diketahui.
Sumber- sumber mikroorganisme yang menyebabkan kualitas udara di dalam ruangan tercemar mikroorganisme adalah:
1. Pemeriksaan berkala dari pembersihan sederhana pada komponen pemanas, ventilasi, AC (HVAC) ke replacement total pada keseluruhan sistem pemanas ruangan.
2. Sistem pemanas udara yang terkontaminasi.3. Kelembaban yang terkontaminasi (Pudjiastuti et al., 1998).
Menurut Hariadi (1993), ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kepadatan jasad renik yaitu bersifat meningkatkan pertumbuhan jasad renik antara lain ruang tertutup dan gelap, kelembaban udara, dan orang yang tinggal di tempat tersebut sedangkan yang bersifat mengurangi pertumbuhan jasad renik antara lain adanya sinar matahari, perputaran udara bebas dengan udara luar, pemberian sinar UV, tindakan aseptik setiap orang di dalamnya dan suhu udara.
Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang ada di udara sering diklasifikasikan sebagai penyakit yang menular lewat udara (airborne disease). Beberapa mikroba yang disebabkan airborne disease ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Beberapa penyakit bawaan udara (airborne disease)
Jenis mikroba Agent PenyakitBatang gram negatif
1. Pseudomonas Infeksi telingga yang berat, infeksi mata
2. Salmonella dan Shigela, vibrio
Enteritis, enterokolitis
3. Klebsiella pneumoniae Pnemonia
4. Proteus Infeksi saluran kemih
5. Brucella Bruselosis
![Page 18: BIOAEROSOL.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9b4b550346d033a57b1b/html5/thumbnails/18.jpg)
6. Bordetella Pertusis
7. Bakteriodes fragilis dan E. coli Abses hati
8. Haemophilus Epiglotitis, sinusitis, laringo trakheitis, otitis, meningitis
9. 9. Legionella Legionnaire’s disease
Batang gram positif
1. Bacillus fragilis
2. Bacillus anthracis
3. Clostridium
4. Corynebacterium diphteriae
5. Mycobacterium tuberculosis
Kholesistis
Antraks
Diare
Diphteri, infeksi kulit
TuberculosaKokus gram positif
1. Stafilokokus
a. S. epidermidis
b. S. saprophyticus
c. S. aureus
2. Streptokokus
a. Beta hemolitikus
1) S. pyogenes
2) S. agalactiae
b. Alfa hemolitikus 1) S. pneumoniae
Bakteriemia
Infeksi saluran kemih Infeksi luka, bisul,
impetigo, osteomielitis, septikemia, pneumonia
Tonsilitis, impetigo Sepsis pada neonatus
Pneumonia, meningitis, septikemia
Kokus gram negatif
1. Neisseria meningitidis
2. Moraxella catarrhalis
Meningitis, septikemia Pneumonia
Jamur 1. Candida
2. Histoplasma capsulatum
3. Sporothrix schenckii
Endokarditis, infeksi mata, infeksi pada kulit,
sariawan
Pneumonia
Infeksi granulomatosa menahun
4. Aspergilus, Penicillium, Cladosporium
Mata gatal, gangguan saluran pernafasan, sakit kepala.