bimkarier
TRANSCRIPT
TUGAS BIMBINGAN KARIER KEJURUAN
Makalah Ini Disusun Guna Melengkapi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Bimbingan Karier Kejuruan
Disusun Oleh :
Fathoni Nur Oceania (09511244002)
Novemberianto Catur Nugroho (09511244007)
Setyadi Irawan (09511244016)
Bariyadi (09511244033)
Program Studi Pendidikan Teknik Boga
Pendidikan Teknik Boga Busana
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
2013
Bentuk mana yang lebih cocok untuk Indonesia sekolah formal (SMK) atau pelatihan /
kursus (komprehensif school) ?
Dalam menentukan manakah pendidikan yang cocok untuk Indonesia antara sekolah formal
dengan pelatihan dapat dilihat dari seberapa besar keterserapan tenaga kerja dan seberapa besar
pengaruh bagi negara ini. Semakin besar potensinya maka semakin besar pula pengaruhnya bagi
Negara. Dibawah ini merupakan beberapa hal yang diambil dari masing-masing lembaga guna
sebagai pembanding antara sekolah formal atau khusus.
1. SMK
A. Pengertian
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan salah satu Lembaga Pendidikan di
Indonesia yang sederajat dengan SMA (Sekoalah Menengah Atas), berbeda dengan SMA
yang merupakan jenjang yang memang dipersiapkan untuk melanjutkan ke Universitas,
tapi SMK lebih mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja setelah lulus dari
sekolah ini. Menurut Undang-Undang No. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional :
”Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu.” Arti pendidikan kejuruan ini dijabarkan lebih spesifik dalam
Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, yaitu :
”Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah
yang mengutamakan pangembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan
tertentu”. SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Pada
tingkat undang-undang, rumusan arti pendidikan kejuruan masih luas, namun setelah sampai
pada peraturan pemerintah, rumusan arti pendidikan kejuruan mulai dipersempit, yaitu hanya
untuk jenjang pendidikan menengah. Apapun bedanya berbagai definisi tersebut, semuanya
ada kesamaan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didiknya untuk memasuki lapangan kerja. Orientasi semacam ini membawa konsekuensi
bahwa pendidikan kejuruan harus selalu dekat dengan dunia kerja.
Dalam pendidikan formal SMK akan memperoleh berbagai keahlian sesuai program
keahlian yang dipilih, banyak sekali program keahlian yang dapat di pilih sesuai dengan
bakat dan minat yang akan ditekuni, secara garis besar Program-program keahlian tersebut
dikelompokkan kedalam beberapa Bidang Keahlian antara lain :
1) Teknologi Dan Rekayasa
2) Teknologi Informasi Dan Komunikasi
3) Kesehatan
4) Seni,Kerajinan Dan Pariwisata
5) Agrobisnis Dan Agroindustri
6) Bisnis Dan Manajemen
Jadi dalam SMK disini akan mempelajari berbagai materi yang terkait dengan skill,
berbeda dengan SMA yang lebih memfokuskan kepada Pengetahuan Umum, sehingga
lulusan SMK lebih dikhususkan untuk mereka yang bertujuan bekerja maupun membuka
lapangan pekerjaan, sedangkan SMA diwajibkan untuk melanjutkan ke jenjang Universias
guna mempersiapkan tenaga yang siap bekerja, karena dikawatirkan untuk lulusan SMA
yang tidak melanjutkan ke Universitas belum memiliki kemampuan praktek yang cukup
dalam dunia kerja. Pada lulusan SMK tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang Universitas, ini merupakan salah satu kelebihan SMK yang nantinya
bisa dilaksanakan oleh peserta didik yang membutuhkan pemantapan skill yang lebih dalam
lagi, namun tidak menutup kemungkinan pula siswa SMA lebih unggul dari pada siswa SMK
dalam hal skill, itu tergantung dari individu masing-masing, tergantung apakah memang
peserta didik serius dengan pendidikannya atau tidak.
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 29 tahun 1990 merumuskan bahwa siswa Pendidikan Menengah Kejuruan disiapkan
untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profeional. Tujuan yang
dirumuskan PP 29 ini kemudian dijabarkan lagi dalam Keputusan Mendikbud No.
0490/U/1990 seperti berikut : (a) mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih dan/atau meluaskan pendidikan dasar; (b) meningkatkan kemampuan
siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial, budaya, dan sekitar; (c) meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat
mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu, teknologi dan kesenian, serta (d)
menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.
Pada intinya dua rumusan tersebut mengandung kesamaan yaitu mempersiapkan peserta
didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta didik, untuk
kepentingan peserta didik, masyarakat bangsa dan negara.
B. Kekurangan dan Kelebihan
Dalam tataran praktis, kita dapat melihat bahwa para alumni SMK menamatkan
pendidikan formal mereka dalam keadaan siap kerja. Ini mencirikan keunggulan SMK
dibanding sekolah-sekolah umum. Tanpa menghabiskan waktu untuk mendidik-ulang para
pekerja yang baru, perusahaan-perusahaan memperoleh tenaga kerja profesional langsung
dari sekolah-sekolah kejuruan. Semakin baik kualitas sekolahnya, semakin bermutu juga
lulusan yang diciptakan. Oleh karena itu dunia usaha hanya bersedia menjalin kerjasama
dengan sekolah-sekolah kejuruan yang dianggap mampu menjalankan tugas mendidik para
siswa menjadi pekerja yang kompeten.
SMK adalah sebuah lembaga pendidikan formal. Ini berarti para siswa yang lulus
memperoleh kesempatan ganda: mereka dapat meneruskan pendidikan ke tingkat perguruan
tinggi, atau langsung bekerja. Selain itu, SMK memberikan bekal pendidikan yang tidak
hanya semata-mata membantu siswa menguasai suatu keahlian, tetapi juga memberi mereka
lingkungan belajar-mengajar dan pergaulan yang baik serta kegiatan-kegiatan yang bertujuan
membangun akhlak, moral, dan budi-pekerti, kesehatan jasmani maupun rohani, yang
tercakup dalam kurikulum pendidikan SMK.
Selain kelebihan-kelebihan yang ada dalam pendidikan formal SMK ( Sekolah Menengah
Kejuruan ), terdapat berbagai kelemahan yang terjadi pada pendidikan tersebut, kelemahan-
kelemahan yang terjadi antara lain :
1) Materi hanya terpaku pada jurusan yang diambil
2) Mata pelajaran tentang pengetahuan umum kurang
3) Susahnya mengikuti perkembangan DUDI sehingga terjadi ketidaksesuaian antara lulusan
SMK dengan kebutuhan DUDI.
C. Keterserapan dalam DUDI
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menyatakan bahwa 50 persen dari
total 900 ribu lulusan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) per tahun diserap dunia industri.
Adapun sekitar 100 ribu siswa yang melanjutkan ke jenjang perkuliahan, dan 40 persen
sisanya masih belum mendapat kerja. "Dari berbagai lowongan pekerjaan di dunia industri
lulusan SMK yang terserap baru 50 persen. Hampir sepuluh persen kuliah, dan sisanya masih
belum terserap dalam dunia kerja,” kata Direktur Pembinaan SMK Ditjen Dikdasmen
Kemendiknas, Joko Sutrisno, usai membuka kegiatan bursa kerja 'Job Matching SMK' di
Jatim Expo, Sabtu (4/12).
Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penggangguran di
Indonesia masih terbilang sangat besar. Pada periode Agustus 2012 mencapai 7,2 juta orang,
lulusan SMA dan SMK paling banyak menyumbang angka pengangguran. "Dari level
pendidikannya, tingkat Pengangguran Terbuka periode Agustus 2012 masih ditempati posisi
tertinggi oleh mereka yang lulusan SMK dan SMA," kata Kepala BPS Suryamin dalam
jumpa pers di kantornya, Senin (5/11/2012). Angka pengangguran tertinggi berdasarkan level
kelulusan pendidikan yang pertama adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 9,87%,
Sekolah Menengah Atas (SMA) 9,6%, Sekolah Menengah Pertama 7,76%, Diploma I/II/III
6,21%, Universitas 5,91%, dan SD ke bawah dengan 3,64%. Ini merupakan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan level pendidikannya. Jika diprosentasikan angka
pengangguran periode Agustus 2012 sebesar 6,14% yang turun dibanding periode Februari
2012 sebesar 6,32%.Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2012 sendiri mencapai
118 juta orang. Jumlah angkatan kerja ini menurun 2,4 juta orang dibandingkan angkatan
kerja periode Februari 2012 sebesar 120,4 juta orang.
2. PELATIHAN / KURSUS
A. Pengertian
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan
bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar
kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian
profesional. Adapun dasar dalam penyelenggaraan kursus dan pelatihan yaitu sesuai dengan
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5: Kursus dan pelatihan
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sejalan dengan
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5, maka kursus dan pelatihan
diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada
masyarakat yang membutuhkan.
Broling (1989) mendefinisikan life skills sebagai interaksi berbagai pengetahuan dan
kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup
mandiri. Dawis (2000: 1) menyatakan bahwa life skills adalah “manual pribadi” bagi tubuh
seseorang. Kecakapan ini membantu seseorang belajar bagaimana memelihara tubuhnya,
tumbuh menjadi dirinya, bekerja sama secara baik dengan orang lain, membuat keputusan
logis, melindungi dirinya sendiri, dan mencapai tujuan dalam kehidupannya. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat dirumuskan bahwa hakikat pendidikan kecakapan hidup dalam
pendidikan nonformal adalah upaya untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, sikap,
dan kemampuan yang memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri. Dalam
penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup, menurut Jaques Dehlor (1996) berprinsip dari
empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan),
learning to do (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan), learning to be (belajar
untuk dapat menjadikan dirinya menjadi orang yang berguna), dan learning to life together
(belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain). Penyelenggaraan pendidikan
kecakaan hidup pada satuan pendidikan nonformal, terutama dalam rangka pengentasan
kemiskinan dan penanggulangan pengangguran dan lebih ditekankan pada upaya
pembelajaran yang biasanyamemberikan penghasilan (learning and earning). Sasaran
program PKH adalah penduduk usia produktif (18-35 tahun), tidak bersekolah dari keluarga
tidak mampu, dan berminat untuk memiliki keterampilan untuk memperoleh mata
pencaharian.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Ujian Nasional Kursus
tidak diberlakukan lagi, dan sebagai pengganti adalah Uji Kompetensi. Pada Pasal 61 ayat (3)
dijelaskan bahwa “Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan
lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap
kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yg
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi”.
Sementara itu, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 89 ayat (5)
dijelaskan bahwa “Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi atau lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang
diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus uji
kompetensi”.
B. Kekurangan dan Kelebihan
Ada beberapa kelebihan dalam mengikuti kursus atau pelatihan antara lain membiasakan
untuk selalu berkompetisi, membiasakan belajar antar peserta didik sekaligus untuk
mengurangi perkelahian pelajar antar sekolah dan menciptakan ukuwah tanpa membedakan
kasta, peserta didik bebas (masyarakat yang usianya tidak dibatasi, tidak dibedakan jenis
kelaminya, dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar yang efektif), bisa
melakukan usaha mandiri atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Di samping berbagai keunggulan ,perlu dikemukakan di sini bahwa pendidikan
nonformal bukan tanpa kelemahan. Kelemahan yang terdapat dalam program pendidikan ini
antara lain: kurangnya koordinasi, kelangkaan pendidik profesional, dan motivasi belajar
yang relatif rendah. Kelemahan pertama, kurangnya koordinasi disebabkan oleh keragaman
dan luasnya program yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Semua lembaga pemerintah,
baik yang berstatus departemen maupun non departemen, menyelenggarakan program-
program pendidikan nonformal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lembaga tersebut
atau untuk pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya variasi program yang dilakukan
oleh berbagai pihak itu akan memungkinkan terjadinya program-program yang tumpang
tindih. Oleh karena itu koordinasi antar pihak penyelenggara program pendidikan nonformal
sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi program serta untuk mendayagunakan sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih
terarah sehingga program tersebut mencapai hasil yang optimal. Kelemahan kedua, tenaga
pendidik atau sumber belajar yang profesional masih kurang. Penyelenggara kegiatan
pembelajaran dan pengelolaan program pendidikan nonformal sampai saat ini sebagian
terbesar dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak mempunyai latar belakang pengalaman
pendidikan nonformal. keterlibatan mereka dalam program pendidikan didorong oleh rasa
pengabdian kepada masyarakat atau karena tugas yang diperoleh dari lembaga tempat
mereka bekerja, dan mereka pada umumnya berlatar belakang pendidikan formal. Untuk
mengatasi kelemahan itu maka diperlukan upaya peningkatan kemampuan tenaga pendidik
yang ada dalam pengadaan tenaga profesional pendidikan nonformal. Kelemahan
ketiga, motivasi belajar peserta didik relatif rendah. Kelemahan ini berkaitan dengan adanya
kesan umum bahwa lebih rendah nilainya daripada pendidikan formal yang peserta didiknya
memiliki motivasi kuat untuk perolehan ijazah dan para lulusan pendidikan nonformal
dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan status pendidikan formal, malah sering terjadi
para lulusan pendidikan yang disebut pertama berada dalam pengaruh lulusan pendidikan
nonformal. Dengan demikian, kelemahan-kelemahan di atas merupakan beberapa contoh
yang muncul di lapangan. Namun pendidikan nonformal makin lama makin diakui
pentingnya dan kehadirannya sebagai pendidikan yang berkaitan erat dengan kebutuhan
masyarakat dan bangsa serta sebagai bagian penting dari kebijakan dan program
pembangunan.
KESIMPULAN
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang cocok untuk Negara
Indonesia adalah SMK, karena di SMK peserta didik tidak hanya mendapat pendidikan tetapi
juga ketrampilan yang bisa digunakan untuk berwirausaha ataupun kerja setelah lulus nanti
selain ingin melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Disisi lain SMK juga
mendapatkan ijazah yang berfungsi untuk meneruskan pendidikan ataupun melamar pekerjaan.
Di Indonesia juga kursus atau pelatihan yang setara dengan pendidikan menegah masih kurang
mendapat perhatian dari masyarakat pada umumnya. Didukung juga program dari pemerintah di
Indonesia yang sedang menggalakan program 60:40 (60 SMK : 40 SMA) program tersebut
mempunyai tujuan untuk mengatasi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Lulusan SMK Duduki Jumlah Pengangguran Tertinggi. Selasa, 6 November 2012 Jurnal “Apa dan Bagaimana Pembinaan Kursus dan Kelembagaan”. Kementrian Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Nonformal dan Informal, Direktorat Pembinaan Kursus dan KelembagaanJurnal “SMK” (Universitas Sumatera Utara)Republika. 2010. Separuh Lulusan SMK Diserap Dunia Industri. Diunduh pada hari Minggu, 05 Desember, 19:14 WIB dari REPUBLIKA.CO.ID