bhn yulivvvv

Upload: yulhy-thatmynames

Post on 30-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

VVVVV

TRANSCRIPT

Produk-Produk Indonesia Go Internasional

Kita tahu, Indonesia yang kaya ini mempunyai potensi yang sangatlahbesar dalam berbagai sektor. Mulai dari sumber daya alam, pariwisata,dan budaya atau adat istiadat. Tetapi semua itu belum dikelola dandigali dengan baik oleh masyarakat Indonesia sendiri. Pada dasarnya di Indonesia banyak komoditas pertanian primer, seperti beras, kelapa sawit, kopi, dan kedelai dapat dimaksimalkan dengan baik. Lantaran tidak dikelola dengan baik, akhirnya impor sering menjadi pilihan terakhir, termasuk impor budaya. Sering Indonesia juga tidak bisa menahan serbuan impor pertanian, yang di mana kualitaslebih bagus dan harganyapun lebih murah disbanding harga dalam negeri.

Selain itu banyak dari kita yang terlalu membanggakan apa yang kita gunakan adalah produk luar negeri, seakan kita lebih berkelas menggunakannnya. Mulai dari fashion, alat rumah tangga dll produk, yang penting luar negeri! Ternyata, banyak produk dalam negeri yang jadi pemasok merk - merk mahal dan terkenal dari luar negeri. Kalau pandangan kita terus dibiarkan seperti ini, produk dalam negeri kita akan menerus tidak ada dukungan dari dalam negeri untuk mempopulerkan di luar negeri. Ada juga produk dalam negeri mulai dibanggakan setelah produk itu bisa menembus pasar luar negeri, baru setelah itu masyarakat dalam negeri membanggakan dan mengenal hasil produk itu dari dalam negeri sendiri.

Efek dominonya bisa menjadikan pembengkakan pada anggaran rutin dari APBN, dan menyempitnya anggaran pembangunan, yang sebenarnya kalau dialokasikan kepada masyarakat kalangan bawah, dapat mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Masalah pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang turun-temurun, yang salah satu sebabnya adalah kurangnya apresiasi terhadap produksi dalam negeri.

Kita harus bangga dan mendukung brand dalam negeri kita. Dengan ada dukungan dari konsumen dalam negeri, merk/brand dari dalam negeri bisa lebih cepat terkenal dan go internasional. Karena produk dalam negeri juga memiliki standar internasional yang membanggakan.

Semoga artikel berikut ini bisa sedikit menggugah rasa cinta kita akan produk Indonesia. Jangan sampai produk dalam negeri kita lebih dulu dikenal diluar negeri baru kita mangenalnya. Kita harus lebih mencintai produk dalam negeri kita sebelum mereka mencintai produk kita.

Bila dicermati, kita mempunya banyak pekerja Indonesia yang disia-siakan atau tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintahsendiri. Sebagai contoh petani yang berada di luar negeri meskipun masyarakat petaninya minoritas itu memiliki perlindungan dan fasilitas dari pemerintah seperti subsidi, insentif, dan stimulus ekonomi,. Sebaliknya di Indonesia yang mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai petani, mereka malah kurang diperhatikan dengan baik oleh pemerintah. .

Pada 1923, Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) mengeluarkan pernyataan bahwa tiap warga Indonesia harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan bangsa dengan kekuatan dan kemampuannya sendiri terlepas dari bantuan orang lain. Kita juga dapat mengambil contoh perkataan Wakil Presiden Indonesia pertama, Bung Hatta, "Dengan memakai prinsip nonkooperatif, suatu kebijaksanaan menyandarkan diri pada kekuatan sendiri, yaitu suatu kebijaksanaan berdiri di atas kaki sendiri akan mengumandangkan perasaan hormat pada diri sendiri ke dalam kalbu rakyat Indonesia. Sebab hanya suatu bangsa yang telah menyingkirkan perasaan tergantung saja yang tidak takut akan hari depan. Hanya suatu bangsa yang paham akan harga dirinya maka cakrawalanya akan terang benderang.

Indonesia sebenarnya sudah mempunyai beberapa brand-brand lokal yang telah berjaya di dunia internasional. Produk-produk asli Indonesia tidak kalah dengan produk-produk luar negeri, itu yang memotivasi program Aku Cinta Indonesia (ACI) yang dicanangkan Presiden pada pembukaan Inacraft 2009. Pada kesempatan tersebut, bersamaan dengan peluncuran logo 100% Indonesia, untuk ke depannya tren ini akan semakin menguat, terutama setelah Departemen Perdagangan juga menetapkan target yaitu 200 brand lokal bisa go international pada tahun 2010. Target yang cukup ambisius, mengingat kondisi perekonomian kini sedang mengalami krisis global.

"Sudah mencapai sekitar 175, mudah-mudahan tahun 2010 tercapai (200)," kata Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Kementerian Perdagangan Hesti Indah Kresnarini saat ditemui di kantor Kementerian, Jakarta, Selasa (5/1/2009).

Kita harus optimis karena di balik risiko selalu ada opportunity. Jika pasar internasional itu memang feasible untuk diraih, dan Departemen Perdagangan mendukung dengan sangat kuat, maka mungkin saja target tersebut akan dicapai. Dalam hal ini, Badan Ekspor Pengembangan Nasional (BPEN) nantinya merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam meningkatkan branding produk lokal ke pasar internasional.Brand yang sudah berpotensi melebarkan sayap saat ini dan memulai kiprahnya di dunia internasional dan berpotensi untuk terus melebarkan sayapnya. Berikut ini adalah beberapa kisah suksesnya.

Indomie

Nyaris tiada satupun penduduk Indonesia yang tidak mengenal merek ini, Indomie. Indomie merupakan merek mi instan terpopuler di Indonesia, bahkan merek ini sudah menjadi sebutan tersendiri bagi mi instan. Meskipun merujuk pada mi instan lain, orang seringkali menyebutnya Indomie.Kontribusi penjualan Indomie terhadap pendapatan Indofood merupakan yang terbesar, yakni sekitar 28%, dengan sebagian besar penjualan berasal dari produk Indomie Goreng, yang mungkin juga jadi favorit Anda. Yang mungkin belum banyak diketahui, selain populer di Indonesia, Indomie juga sudah menembus pasar luar negeri seperti Asia, Australia, AS, Eropa, hingga Afrika.Dalam merambah pasar internasional, Indofood membuka fasilitas produksi mie instan di berbagai negara, seperti di Jeddah, Saudi Arabia, dan Nigeria. Selain itu, Indofood juga memasarkan Indomie dengan menggunakan cara lisensi, seperti kepada Pinehill Arabia Food Limited (Saudi Arabia) dan De United Food Industries Limited (Nigeria), yang keduanya memperoleh hak untuk menggunakan merek Indomie di negaranya masing-masing. Bahkan, di Nigeria, yang merupakan pasar mie instan terbesar ke-13 di dunia, Indomie sudah seperti makanan pokok dan dianggap sebagai makanan asli Nigeria sendiri.

Mustika Ratu

Mustika Ratu merupakan contoh sukses perusahaan lokal yang menembus pasar internasional. Produk-produk Mustika Ratu cakupannya cukup luas, mulai dari aneka ragam kosmetik, hingga minyak telon dan Slimming Tea.

Sepanjang tahun 2008, Mustika Ratu membukukan prestasi yang mengagumkan, dimana penjualannya meningkat sebesar 30%, padahal menurut survei dari Nielsen, industri kosmetik nasional hanya tumbuh 15%. Penjualan ini juga ditunjang oleh ekspor, yang kontribusinya mencapai 30% dari total penjualan. Pasar ekspor Mustika Ratu sendiri sudah sampai ke Malaysia, Brunei, Arab Saudi, Timur Tengah, Hong Kong, hingga Afrika. Malaysia merupakan pasar ekspor terbesar, karena kontribusinya hingga 50% terhadap total penjualan ekspor.

Es Teler 77

Es Teler 77 pertama kali didirikan oleh Sukyatno Nugroho setelah mertuanya, Murniati Widjaja, memenangkan lomba es teler nasional pada tahun 1982. Awalnya, gerai mereka hanya sebuah warung tenda biasa yang terletak di sebuah gedung perkantoran Jakarta, namun kini gerainya dapat kita temukan di berbagai pusat perbelanjaan. Konsep utama dari Es Teler 77 adalah menyajikan makanan dan minuman yang asli Indonesia dengan resep orisinil, seperti mie ayam, bakso, otak-otak goreng, dan tentunya es teler yang menjadi andalan.

Untuk mendukung perkembangannya, Es Teler 77 menerapkan sistem waralaba (franchise) yang memungkinkannya kini telah mempunyai lebih dari 200 cabang, termasuk di luar negeri. Di luar negeri, gerai Es Teler 77 berhasil menembus pasar di Singapura, Malaysia, hingga Australia. Kunci sukses Es Teler 77 adalah karena tingginya tingkat permintaan dari warga negara Indonesia yang tinggal di kedua negara tersebut. Es Teler 77 diperkirakan masih berpotensi untuk melebarkan sayapnya secara global, terutama di negara-negara dengan warga negara Indonesia dalam jumlah cukup banyak.

Edward Forrer

Meskipun terdengar berbau Italia, Edward Forrer adalah merek asli Indonesia yang sudah menembus beberapa pasar internasional. Merek Edward Forrer berasal dari nama pemiliknya sendiri, yakni Edward Forrer, yang hanya merupakan lulusan SMA kemudian menjadi pengusaha sepatu di Bandung. Selepas kesuksesan di Kota Kembang, Edward Forrer melebarkan sayap hingga ke berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Sementara itu, untuk memulai go international kini Edward Forrer mempunyai outlet di Australia, Malaysia dan Hawaii.

Dengan mengusung nama yang berbau asing, tentunya merek ini bisa lebih mudah menembus pasar luar negeri. Apalagi, sepatu yang dihasilkan berkualitas tinggi dan tidak kalah dengan produk asing. Seiring dengan langkah globalnya, visi ambisius Edward Forrer yakni The best shoes store in the world menjadi impian yang semakin mendekati kenyataan.

Petersaysdenim

Brand pakain remaja asal Bandung baru-baru ini mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia setelah brand ini berhasil menembus pasar Internasional. Petersaysdenim telah mempunyai beberapa outlet di luar negeri antaralain di Singapore, Malaysia, Australia dan Canada. Dan mempunyai outlet dalam negeri di Bandung dan Bali.

Banyak juga yang mengira brand ini berhasal dari luar negeri karena brand ini mempromosikan dengan cara menjadi sponsor band-band asal luar negeri. Mereka sering mengadakan event-event di dalam negeri maupun di luar negeri. Mereka lebih sering mengadakan event itu di luar negeri. Event itu antara lain kompetisi skateboard, kontes photography, dan konser band-band remaja luar maupun dalam negeri yang sedang popular. Dengan begitu fans dari band tersebut mengikuti gaya berpakaian personil band tersebut. Tetapi banyak juga band asal luar negeri yang mereka populerkan lewat Petersaysdenim. Mereka menyeponsori mulai dari pembuatan video clip, cd album, dan pakaian saat mereka perform. Selain nama-nama tersebut, sebenarnya masih banyak merek lain yang berjaya di dunia internasional, seperti Ceres, Sido Muncul ataupun Sosro. Sementara itu, produk-produk Garudafood, Maspion, Mayora, Sari Ayu dan banyak lagi lainnya mempunyai potensi untuk tampil di pentas internasional.Hanya saja, yang perlu dicermati adalah tantangan perekonomian yang kini terjadi di level global serta pemahaman yang baik mengenai berbagai aspek konsumen global. Jika konsumen global sudah dipahami dengan baik, maka bukan tidak mungkin dalam kurun waktu beberapa tahun lagi kita akan melihat semakin banyak merk-merk Indonesia yang populer di seluruh dunia.Karena itu, sebagai masyarakat Indonesia marilah kita mulai dari individu masing-masing dan mengajak lingkungan sekitar untuk mencintai dan menggunakan produk dan budaya negara kita sendiri. Kita tidak akan bergantung lagi dengan produk asing, karena kita percaya bahwa kita mampu memproduksi hasil sumber daya alam dengan kualitas yang lebih baik juga

Daftar PustakaBelantaraindonesia.orgCianjur-online.comAndrewiwanto.wordpress.comKOPIKO, Permen Asli Indonesia yang Sudah Mendunia Sudah tahu permen kopiko bukan? Permen kopiko merupakan merk permen kopi yang diproduksi oleh PT. Mayora. Permen Kopiko merupakan permen yang sudah sangat familiar di kalangan masyarakat. Dimana-mana kita mendengar orang menyebut Kopiko, dimana-mana kita melihat orang menjual permen Kopiko. Dengan rasa kopi yang sangat khas dan konsisten, kopiko berhasil meyihir lidah para penyuka permen atau bahkan para penyuka kopi. Nah, selain terkenal di negeri sendiri ternyata nama kopiko sudah cukup terkenal di negeri orang. Bahkan keuntungan yang didapat dari menjual permen kopiko di luar negeri jauh lebih besar dibandingkan dengan menjual kopiko di dalam negeri. Kopiko telah menguasai pasar permen baik nasional maupun internasional. Meskipun banyak merk-merk permen kopi yang semakin bermunculan, namun nama Kopiko tetap menjadi nomor satu karena sudah menjadi brand yangtop of mind bagi masyarakat.Kopiko dijumpai di toko dan swalayan di berbagai negara antara lain di Belanda, Jerman, Australia, Thailand, Malaysia, Filiphina, Arab Saudi, Meksiko, hingga Afrika Selatan. Bahkan kopiko sudah memiliki pabrik pengolahan kopi sendiri di Australia.Apa yang menyebabkan kopiko bisa bertahan?Kopiko merupakan pioner permen kopi di Indonesia. Kopiko menjadi brand permen kopi pertama di Indonesia atau bahkan di dunia, hal inilah yang yang menyebabkan kopiko tetap bisa bertahan di level atas. Masyarakat sudah terlanjur mengenal kopiko lebih dulu darpada merk permen kopi yang lain, sehingga citra kopiko sebagai permen kopi terbaik sudah terlanjur tertanam dalam benak masyarakat. Hal kedua yang menyebabkan kopiko mampu bertahan adalah PT. Mayora tidak memproduksi produk permen kopi lain selain kopiko, hal itu mencerminkan konsistensi PT. Mayora untuk terus mengembangkan kopiko dan untuk menguasai pasar yang lebih luas.Kopiko yang dijual di luar negeri memiliki varian rasa yang lebih beragam, bahkan varian rasa tersebut mungkin tidak akan kita dapatkan di Indonesia. Kopiko memang benar-benar permen kopi nomor satu di dunia, bahkan di salah satu official site kopiko di luar negeri terdapat tulisan :The world's number one coffee candy, made with the finest real Java coffee beans!

Nah, berikut adalah varian rasa permen kopiko yang dijual hingga ke penjuru dunia :

Kopiko brown kopi dan kopiko capuccino, varian rasa kopiko yang menyihir lidah orang kulit putih

Citra produk Indonesia yang buruk di mata konsumen luar negeri, bahkan konsumen lokal tidak membuat kopiko berkecil hati, justru hal tersebut membuat kopiko semakin gencar melakukan promosi dan mengembangkan inovasi.Selain kopiko, masih banyak lagi produk-produk asli Indonesia yang sudah terkenal hingga ke manca negara.Jadi tak perlu ragu lagi membeli produk buatan negeri sendiri.Contoh Produk Indonesia yang Terkenal di Luar Negeri, POLYGON laku dijual Mahal Perusahaan Sepeda asal Sidoarjo, Jawa Timur, yang telah menjadi merek sepeda nasional ini cukup menguasai pasar. Polygon mampu bersaing di tengah gempuran sepeda-sepeda merek dunia yang membanjiri negeri ini. pangsa pasar Polygon saat ini mencapai 60% di kategori sepeda gaya hidup (life-style bike).

Keberhasilan Polygon menembus pasar dalam dan luar negeri antara lain karena konsistensinya dalam produksi. Sejak awal Polygon memang dibuat sebagai produk gaya hidup, bukan sekadar alat transportasi. Hal ini juga dinyatakan Soejanto Widjaja, pendiri dan pemilik Insera Sena. Memang itulah tujuan Polygon dibuat sejak awal kami mendirikannya tahun 1989, ujarnya. Maka, dari awal pula, Polygon tidak sembarangan menentukan desain, varian, kualitas ataupun harga. Produk kami mampu bersaing dengan produk-produk dari luar negeri, ujar Ronny Liyanto, Direktur Dispoly Indonesia , anak perusahaan Insera yang khusus memasarkan Polygon, yang harganya pun bersaing mulai dari Rp 1,2 juta hingga Rp 80 juta.

Keputusan menjadi produk gaya hidup sekaligus merupakan diferensiasinya dari pemain lokal lain yang sudah ada di Indonesia. Itulah ceruk pasar yang belum banyak digarap saat itu, demikian alasan Ronny. Soejanto menambahkan, jika diposisikan sebagai alat transportasi, sepeda Polygon akan kalah bersaing dengan moda transportasi lain seperti mobil dan sepeda motor, sehingga sepeda hanya akan selalu menjadi pilihan terakhir. Namun sebaliknya, karena diposisikan sebagai produk gaya hidup, Polygon bisa naik kelas menjadi produk first class.

Kebetulan pula pada saat Polygon dibuat, tren kesadaran akan transportasi ramah lingkungan sudah mulai menyeruak. Ini benar-benar menguntungkan sehingga Insera Sena tidak telalu sulit membuat desain sepeda yang mengusung gaya hidup. Apalagi, sejak berdiri, Insera sudah memproduksi sejumlah sepeda kelas dunia seperti Kuwahara, Mustang, Avanti, Kona, Marine dan Scott dengan skema original equipment manufacturer (OEM). Sepeda-sepeda itu kemudian diekspor ke negara asalnya. Sebanyak 99% produksi Insera diekspor, 60% di antaranya ke negara-negara Eropa seperti Inggris dan Jerman.

Bersamaan dengan itu, Insera Sena belajar membuat sepeda berkualitas kelas dunia sambil menunggu pasar Indonesia siap. Nah, memasuki 1997, Insera mulai melirik dan menggarap pasar dalam negeri dengan membuat merek sendiri bernama Polygon. Keputusan Insera mulai menggarap pasar dalam negeri juga dipengaruhi prediksi menggeliatnya ekonomi Cina 10 tahun ke depan.

Karena Cina akan berkembang pesat, kami harus prepare dengan punya market sendiri dan brand sendiri. Waktu itu ditetapkan Indonesia, Malaysia, Singapura, Australia sebagai pasar regional dan Polygon dipilih sebagai mereknya. Dan sejak saat itu, step by step, kami membangun pasar dengan brand sendiri, dimulai dari Indonesia, tutur Ronny yang juga Ketua IMA DKI Jakarta.

Memang bukanlah hal mudah memasarkan sepeda di tengah kondisi krisis ekonomi pada 1997. Apalagi, bicara soal gaya hidup di tengah kondisi kusut. Namun, tim Polygon tak mau menyerah. Hampir seluruh pelosok negeri disambangi untuk mencari mitra yang mau jadi dealer penjualan Polygon. Banyak yang menolak, tetapi ada juga yang mau diajak kerja sama. Bayangkan waktu itu tahun 1999, sepeda Polygon dibanderol Rp 500 ribu per unit. Sementara sepeda yang sudah ada paling mahal Rp 200 ribu, ungkap Ronny menceritakan tantangan yang dihadapi kala itu.

Rodalink SurabayaSejalan dengan upaya membangun merek sendiri, yaitu Polygon, Insera Sena juga membangun jaringan dealer sendiri, bernama Rodalink, di bawah CV Roda Lintas Khatulistiwa anak perusahaan Insera. Rodalink hadir dengan mengusung konsep baru toko sepeda yang lebih modern. Jaringan gerai ini mulai dibangun di Surabaya, lalu Jakarta, Balikpapan hingga Singapura yang mulai dirambah pada 1998. Sekarang ada 48 gerai, termasuk lima gerai di Malasyia dan lima gerai lagi di Singapura. Di Rodalink juga dijual sepeda dan aksesori merek ternama dunia seperti Dahon, Marine dan Kona. Rodalink itu nama store band kami, sedangkan Polygon brand produk kami, ungkap Ronny yang bergabung dengan Polygon sejak 1999.

Untuk menjalankan misinya memproduksi sepeda sebagai gaya hidup, selain membuat pernik-pernik dan aksesori bersepeda, sejak 1999 Polygon rajin menggelar event bersepeda, serta pameran di mal dan Pekan Raja Jakarta (PRJ). Ronny mengenang, saat itu tak mudah menggelar pameran sepeda di mal karena dipandang sebelah mata. Tak mengherankan, banyak penolakan dari pengelola mal atau pameran. Mal pertama yang menerima Polygon berpameran adalah Mal Galaxy di Surabaya dan Mal Taman Anggrek di Jakarta. Hal yang sama juga dilakukan di Singapura dan Malaysia yang dirambah Insera sejak 2002.

Memang hingga saat ini, Polygon sangat rajin menggelar dan mensponsori event. Dalam setahun tak kurang dari 400 kegiatan. Santoso Lie, Head of Public Relations and Communication Dispoly Indonesia, mengatakan bahwa untuk mengelola event sebanyak itu, pihaknya sering menggandeng sejumlah komunitas dan polygoners (komunitas Polygon) yang jumlahnya ribuan di berbagai kota. Menggandeng komunitas menjadi salah satu nilai lebih Polygon dalam menggarap pelanggan, dan bisa diperbantukan dalam mengelola event sebanyak itu. Kami menyeleksi ribuan proposal yang masuk yang mendukung visi dan misi Polygon, katanya.

Selain menggarap event, Polygon pun rajin berpromosi lewat jalur above the line (ATL) dan below the line (BTL) serta media sosial yang memiliki tim sendiri. Semua kami bidik untuk melakukan branding Polygon, ungkap Santoso. Promo BTL dibagi dua: sosial (CSR) dan nonsosial. Contoh untuk sosial adalah memberikan dukungan dalam berbagai bentuk bagi komunitas, panti asuhan, pemerintah, dll. Bentuk bantuannya bisa berupa pemberian atau pinjaman sepeda, tempat parkir atau gantungan sepeda. Bahkan, di berbagai hotel atau restoran hal tersebut juga sering kami lakukan, kata Didik Suharsono, Head Promotion East Dispoly Indonesia, menambahkan.

Polygon juga rajin menggelar kompetisi. Yang akan terus dilakukan adalah kompetisi membuat desain sepeda yang penyelenggarannya bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung. Untuk menjaring peserta dalam kompetisi tersebut pihaknya dan ITB sampai melakukan roadshow ke luar negeri seperti Jepang dan Malaysia. Tak mengherankan, peserta dalam kompetisi tersebut pun banyak yang dari luar negeri. Selain dari Jepang dan Malaysia, juga ada yang dari Singapura dan Jerman.

Apa yang dilakukan di Indonesia juga dilakukan Polygon di luar negeri untuk membangun mereknya. Memang, saat ini Polygon sedang gencar-gencarnya membangung brand di luar negeri, ujar Ronny. Hal itu dimulai dengan membangun gerai sepeda yang modern, perusahaan distribusi dan tim pemasarannnya. Strategi pemasarannya hampir sama dengan di dalam negeri. Hanya saja, intensitasnya tidak sesering di dalam negeri mengingat biaya yang dikeluarkan di luar negeri jauh lebih mahal.

Kendati promosi dan kegiatan yang dilakukan Polygon sangat banyak dan bervariasi, diakui Ronny dan Santoso, bujet promosinya tidaklah besar. Ya 5% dari total penjualanlah, tutur Ronny tanpa mau menyebut angkanya. Namun, sumber SWA menyebutkan, anggaran promosi Polygon bisa mencapai hampir Rp 10 miliar, dan selalu naik setiap tahun.

Untuk meningkatkan kinerjanya, Insera Sena baru saja mengoperasikan pabrik barunya di Sidoarjo yang tak jauh dari pabrik pertama. Pabrik baru di atas lahan sekitar 10 hektare itu memiliki fasilitas tiga lantai.

Ditambahkan Ronny, dari total produknya yang dipasarkan di dalam dan luar negeri, 50%- nya atau sekitar 300 ribu unit adalah merek Polygon dengan berbagai varian produk dari harga jutaan sampai puluhan juta. Yang paling laku yang berharga Rp 2-5 juta sekitar 60%, katanya. Ia juga menyebutkan, di Indonesia total penjualan sepeda mencapai 6-7 juta unit per tahun. Namun, untuk kategori life-style bike baru 500-800 ribu unit per tahun. Nah, Polygon yang bermain di kategori sepeda gaya hidup menguasai segmen ini. Di life-style bike, Polygon menguasai sekitar 60%, ujarnya. Di Singapura dan Malaysia, Polygon juga menjadi penguasa segmen tersebut.

Agus W. Soehadi, guru besar Prasetiya Mulya Business School, menilai salah satu kekuatan strategi pemasaran Polygon adalah aktivitas pemasarannya fokus pada constant engagement, tidak seperti umumnya perusahaan yang mengandalkan one-way communication. Artinya, Polygon secara aktif melakukan engagement dengan konsumen di mana pun mereka berada atau beraktivitas melalui pertautan asosiasi emosi antara merek dan nilai-nilai yang dipercaya oleh target konsumennya.

Sebagai contoh, Polygon bersama komunitas sepeda memperjuangkan bicycle lane agar pengguna sepeda bukan sebagai warga negara kelas empat setelah mobil, angkot dan motor. Atau, mereka bersama komunitas melobi pemerintah daerah demi memperjuangkan car free day. Semua kegiatan ini akan mempererat ikatan antara konsumen dan mereknya. Hubungannya tidak sekadar pembeli dan penjual, tetapi brand tersebut dapat teman seperjuangannya, yakni konsumen, Agus menegaskan.

Ia juga melihat apa yang dijalankan Polygon sudah tepat dalam mereplikasi strategi pemasarannya, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sebagai contoh, bekerja sama dengan salah satu bank di Singapura dan Malaysia untuk mensponsori event yang terkait dengan kegiatan bersepeda. Dan satu hal lagi. Pada dasarnya, Polygon memiliki kemampuan memproduksi sepeda dengan kualitas baik, karena selama ini mereka juga sebagai pemasok beberapa top brand sepeda di Eropa, ungkapnya.Nah, tantangan bagi Polygon saat ini adalah harus memperbanyak jenis medium yang digunakan untuk engage konsumennya. Tidak hanya mengandalkan nontradisional (street marketing through fun bike, kompetisi, dll.), tetapi juga mobile application yang berisikan aplikasi yang terkait dengan minat dan gaya hidup target pasarnya atau virtual activities melalui platform second life.

Pihak Polygon sendiri ke depan akan lebih fokus untuk meningkatkan kualitas produknya, bukan kuantitas. Saat ini, kami tidak bicara kuantitas, tetapi lebih ke kualitas. Jadi, kami mengejar kesempurnaan sebuah sepeda, bukan jumlahnya, ungkap Ronny. Hal ini dilakukan karena Polygon berambisi menjadi merek internasional yang memiliki kualitas produk kelas dunia. Selain memberikan perhatian penuh pada masalah kualitas produk, dalam waktu dekat Polygon juga akan membuka kantor cabangnya di AS (California) dan negara-negara Eropa sehingga akan lebih mudah menggarap pasar di tingkat global.http://sukses-kerja-usaha.blogspot.com/2012/06/contoh-produk-indonesia-yang-terkenal.html