berpikir kritis ( blm selesai ) tolong di buka, di edit, di tambahin

25
BAB II LANDASAN TEORI 1. Oksigenasi A. Definisi Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunak kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untu aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak m oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan d manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan b manusia membutuhkan sekitar !! "" oksigen setiap hari (#4 $am) atau sekitar !,% " tiap menit. &espirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme 'ehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. &espirasi $uga berarti aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh d pembuangan O² (hasil pembakaran sel). B. Fisiologi Oksigen eristi*a bernapas terdiri dari # bagian+ ) -enghirup udara (inpirasi) nspirasi adalah ter$adinya aliran udara dari sekeliling ma saluran pernapasan sampai keparu/paru. roses inspirasi + volume rongga dada naik0lebih besar tekanan rongga dada turun0lebih ke"il. #) -enghembuskan udara (ekspirasi)

Upload: roby4

Post on 04-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rdztgbebt4jmnuy

TRANSCRIPT

BAB IILANDASAN TEORI1. OksigenasiA. DefinisiOksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O ke seluruh tubuh dan pembuangan CO (hasil pembakaran sel).

B. Fisiologi Oksigen Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:1) Menghirup udara (inpirasi)

Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.

2) Menghembuskan udara (ekspirasi)Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.

1) VentilasiMerupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor: Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah. Adanya kondisi jalan nafas yang baik. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO atau kontraksinya paru-paru.2) DifusiDifusi gas merupakan pertukaran antara O dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Luasnya permukaan paru-paru. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O. Hal ini dapat terjadi sebagaimana O dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O dalam darah vena pulmonalis. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.

3) TransportasiTransfortasi gas merupakan proses pendistribusian O kapiler ke jaringan tubuh dan CO jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi. kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

C. Kebutuhan Oksigen Pada Manusia 1) Volume pasang surut rata-rata adalah 500cc.2) Volume cadangan hisap adalah 300cc.3) Volume cadangan hembus adalah 1100cc.4) Volume sisa rata-rata adalah 1200cc.

D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen 1) Faktor fisiologisFaktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi : Penurunan kapasitas membawa oksigen. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi2) Faktor perkembangan Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan: Bayi Prematur. Bayi dan Todler. Anak usia sekolah dan remaja. Dewasa muda dan dewasa pertengahan. Lansia.3) Faktor lingkungan Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.4) Gaya hidupAktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakitparu.5) Status kesehatanPada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

6) NarkotikaNarkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.7) Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasanFungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu: Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.8) Perubahan pola nafasPernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.9) Obstruksi jalan nafas Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi: hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

E. Masalah Yang Berhubungan Dengan Fungsi Respirasi 1) HypoxiaMerupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.Penyebab terjadinya hipoksia : gangguan pernapasan. gangguan peredaran darah. gangguan sistem metabolism. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).2) HyperventilasiJumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang di eliminasi lebih dari yang diproduksi menyebabkan peningkatan rata rata dan kedalaman pernafasan. Tanda dan gejala : Pusing Nyeri kepala. Jantung Koma. Ketidakseimbangan Elektrolit3) HypoventilasiKetidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.Tanda dan gejala: Napas pendek. Nyeri dada. Sakit kepala ringan Pusing dan penglihatan kabur4) Cheyne Stokes Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.Fisiologis : Orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki Pada anak-anak yang sedang tidur Pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasiPathologis : Gagal jantung Pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)5) Kussmauls ( Hyperventilasi )Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.6) Apneustic Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat7) BiotsNafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

F. Pemberian OksigenasiContoh Melalui nasal Kanul 1) IndikasiKlien yang masih mampu bernafas spontan tetapi membutuhkan alat bantu kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

2) Prinsip Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan aliran rendah, biasanya hanya kurang dari 3 liter per menit. Membutuhkan pernapasan hidung. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi tinggi > 40%.3) Alat Dan Bahan : Nasal Kanul Selang oksigen Humidiefier berisi cairan steril. Tabung oksigen dengan flowmeter. Plester 4) Prosedur Kerja : Periksa program terapi medic. Ucapkan salam terapeutik. Lakukan evaluasi /validasi. Kaji adanya tanda hipoksia dan secret pada jalan nafas. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. Cuci tangan. Persiapkan alat. Sambungkan kanula nasal ke selang oksigen dan sumber oksigen. Berikan aliran oksigen sesuai dengan aliran pada program medic dan pastikan berfungsi baik. Selang tidak tertekuk dan sambungkan paten. Ada gelembung udara pada humidifier. Terasa oksigen keluar dari kanula Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien. Atur pipa plastic atau selang plastic ke kepala atau kedua telinga dan bawah dagu sampai kanula pas dan nyaman. Beri plester pada kanula di kedua sisi wajah apabila diperlukan. Periksa kanula setiap 8 jam.2. Asma BronchialA. PengertianAsma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic Society ).

B. KlasifikasiBerdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :1) Ekstrinsik (alergik)Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.2) Intrinsik (non alergik)Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.3) Asma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

C. EtiologiAda beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.1. Faktor predisposisi GenetikDimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.2. Faktor presipitasi AlergenDimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasanex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi Ingestan, yang masuk melalui mulutex: makanan dan obat-obatan

Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulitex: perhiasan, logam dan jam tangan Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. StressStress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerjaMempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.D. PatofisiologiAsma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

E. Manifestasi KlinikBiasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.F. Pemeriksaan laboratorium1. Pemeriksaan sputumPemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya: Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.2. Pemeriksaan darah Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.G. Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan radiologiGambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.3. ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu : perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle branch block). Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.4. Scanning paruDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.5. SpirometriUntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.H. KomplikasiBerbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :1. Status asmatikus2. Atelektasis3. Hipoksemia4. Pneumothoraks5. Emfisema6. Deformitas thoraks7. Gagal nafasI. PenatalaksanaanPrinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:1. Pengobatan non farmakologik: Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pemberian cairan Fisiotherapy Beri O2 bila perlu.2. Pengobatan farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)Nama obat : Orsiprenalin (Alupent) Fenoterol (berotec) Terbutalin (bricasma)Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.2. Santin (teofilin)Nama obat : Aminofilin (Amicam supp) Aminofilin (Euphilin Retard) Teofilin (Amilex)Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering). KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan. KetolifenMempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.

BAB IIISTUDI KASUS1. KasusPasien Tn. A 45 Tahun masuk dengan keluhan sesak napas, sesak napas terjadi sejak dini hari tadi dan ada mual, muntah dan pusing. Pasien mengatakan ada batuk berdahak. Pasien mengatakkan sedikit lemas dan wajah pasien terlihat pucat. Pasien mengatakkan bahwa dia melakukan perjalanan jauh menggunakan sepeda motor tanpa menggunakkan masker dan sebelumnya pernah mengalami asma. Sputum terlihat pekat dan kental Hasil Pemeriksaan Fisik ditemukan : TD 140/90 mmHg, Nadi 120 x/menit, Frekuensi napas 35 x/menit, suhu 38,6 C. Pemeriksaan dada terdapat retraksi diding dada, sternokleodomastoideus dan trapezius berkontraksi, pengembangan dada simetris, taktil fremitus menurun pada lobus bawah paru, pergerakan cuping hidung, CRT >3 detik, bibir sianosis, mulut terbuka lebar tampak seperti lapar udara, pasien terlihat duduk kesulitan bernapas, wheezing semua lobus. Hasil pemeriksaan Penunjang : Lab. Hg 9 gr%, Leukosit 11 ribu/mm3, Hasil AGD PaO2 60 mmHg, PaCO2 60 mmHg. pH 7,6.2. Data Fokus Dan Analisa DataA. Data Subjektifa. Tn A mengeluh sesak napas, sesak napas terjadi sejak dini hari tadi dan terdapat mual, muntah dan pusing.b. Pasien mengatakkan ada batuk berdahakc. Pasien mengatakkan sedikit lemasd. Pasien mengatakkan bahwa dia melakukan perjalanan jauh menggunakan sepeda motor tanpa menggunakkan masker dan sebelumnya pernah mengalami asmaB. Data Objektifa. Wajah pasien terlihat pucat, dan sputum terlihat pekat dan kentalb. Hasil Pemeriksaan Fisik ditemukan : TD 140/90 mmHg, Nadi 120 x/menit, Frekuensi napas 35 x/menit, suhu 38,6 C. Pemeriksaan dada terdapat retraksi diding dada, sternokleodomastoideus dan trapezius berkontraksi, pengembangan dada simetris, taktil fremitus menurun pada lobus bawah paru, pergerakan cuping hidung, CRT >3 detik, bibir sianosis, mulut terbuka lebar tampak seperti lapar udara, pasien terlihat duduk kesulitan bernapas, wheezing semua lobus.c. Hasil pemeriksaan Penunjang : Lab. Hg 9 gr%, Leukosit 11 ribu/mm3, Hasil AGD PaO2 60 mmHg, PaCO2 60 mmHg. pH 7,6.C. Analisa DataNoPengelompokkan DataMasalahPenyebab

1.Ds : a. Tn A, mengeluh sesak napas, , sesak napas terjadi sejak dini hari tadi dan terdapat mual, muntah dan pusing.b. Pasien mengatakkan bahwa dia melakukan perjalanan jauh menggunakan sepeda motor tanpa menggunakkan masker dan sebelumnya pernah mengalami asmaDo :a. frekuensi napas 35 x/menit, retraksi dinding dada, penggunaan otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius. Pergerakan cuping hidung.b. Mulut terbuka lebar tampak seperti lapar udara.c. Pasien terlihat duduk kesulitan bernapas

Pola Nafas Ketidakefektifan

Hiperventilasi,Alergen

2.Ds :a. Pasien mengatakkan ada batuk berdahak.Do :a. Sputum terlihat pekat dan kental.b. Terdengar suara wheezing.Ketidakefektifan Jalan Nafas

Kelebihan Sekret / Sputum

3.Ds :a. Pasien mengatakkan sedikit lemas.Do :a. Bibir telihat sianosis, dan wajah sedikit pucat.b. Cek Lab : PaO2 60 mmHg, PaCO2 60 mmHg.

Ketidakefektifan Pertukaran GasDefisiensiOksigen

3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan PrioritasA. Ketidakefektifan Pembersihan Jalan Nafas b/d Hipersekresi dan Bronkus spasme di tandai dengan ada batuk berdahak, sputum terlihat pekat dan kental dan terdengar suara nafas wheezing.B. Pola Nafas Ketidakefektifan b/d Hiperventilasi dan Alergen di tandai dengan ada sesak napas, Frekuensi Nafas 35X/I, adanya pergerakan cuping hidung, otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius, retraksi dinding dada, mulut mangap dan pasien alergi debu.C. Gangguan Pertukaran Gas b/d Perubahan Membran Alveoli di tandai dengan pasien sedikit merasa lemas, sianosis, wajah sedikit pucat dan Cek Lab : PaO2 60 mmHg, PaCO2 60 mmHg ( Hiperkapnia ).

4. Intervensi TGL / JamDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensi

23/11 / 2014 Diagnosa 1Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1 x 24 jam pasien diharapkan dapat :a. Melakukan batuk efektifb. Mengeluarkan secret secara efektif.==c. Mempunyai jalan nafas yang paten.d. Pada pemerikasaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih.e. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal.1. Berikan cairan untuk mengatasi dehidrasi dan menghilangkan sekrresi.2. Anjurkan masukan cairan untuk mengencerkan sekresi. Seperti hindari minum air es dan minuman berkarbonat. 3. Lakukan terapi fisik dada dan drainase postural untuk memobilisasi sekresi sesuai kebutuhan.4. Berikan nebulisasi dan terapi oksigen sesuai kebutuhan.5. Pantau dan catat jenis dan jumlah secret yang dikumpulkan.6. Ajarkan pasien untuk napas dalam.7. Infomasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok di dalam ruang perawatan. Berikan penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok.8. Berikan aminofilin sesuai ketentuan melalui infus IV.

23/112014Diagnosa 2Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, pasien diharapkan dapat :a. Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis.b. Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal.c. Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan.d. mampu mengidentifikasi factor pencetus yang memicu ketidakefektifan pola napas, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya.

1. Pemantauan tanda vital : pantau TTV Beberapa jam sekali untuk mencegah hipoksia.2. Ajarkan relaksasi secara perlahan dengan cara Anjurkan pasien untuk menggunakan pernapasan lewat mulut untuk menurunkan kerja pernapasan3. Berikan oksigen lembab kontinu melalui nasal kanul sesuai ketentuan.4. Instruksikan pasien mengubah posisi untuk memudahkan pernapasan sebagai contoh, duduk tegak ( tegak lurus ke meja.5. Bila perlu, berikan natrium kromolin untuk pengendalian pada alergen.6. Diskusikan cara menghindari alergen. Seperti rajin membersihkan ambal atau karpet di rumah dan anjurkan menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC.7. Berikan kortiosteroid IV untuk mengatasi inflamasi jalan napas.

3.Diagnosa 3Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, pasien diharapkan dapat :a. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal.b. Memiliki ekspansi paru yang simetrisc. Tidak menggunakan pernapasan bibir mencucu.d. Tidak mengalami napas dangkal atau ortopnea.e. Tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernapas.1. Secara kontinu atau sering pantau ateri gas darah ( AGD ), tekanan darah, EKG, dan frekuensi pernapasan.2. Pantau saturasi Oksigen dengan oksimeter nadi.3. Ajarkan kepada pasien bagaimana menggunakan inhaler yang dianjurkan, sesuai dengan kebutuhan.4. Anjurkan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.5. Lakukan hygiene oral secara teratur.6. Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen seperti pengendalian demam dan nyeri.7. Pantau nutrisi pasien : apakah setiap makan tetap dihabiskan atau tidak.8. Ajarkan pasien teknik relaksasi bernapas.

5. ImplementasiLakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus anda lakukan pada saat itu, Dan Juga sesuaikan dengan Intervensi Yang anda buat . Dan catat apa pun yang telah anda lakukan pada pasien.6. EvaluasiEvalusi tindakan yang telah diberikan. Jika keadaan pasien mulai membaik. Hentikan tindakan. Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC. Crockett, A. (1997) Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta :Hipocrates. Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta Judith & Nancy ( 2011 ) Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Jakarta : EGC Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004. Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004. Mansjoer Arif dkk ( 2000 ) Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jakarta : Media Aesculapius.