pbl blm selesai

28
Gangguan Tumbuh Kembang pada Bayi Inge Pradita 102010234 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Barat Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 e-mail : [email protected] ______________________________________________________________ ___________ Pendahuluan Anamnesis Anamnesis ada dua cara yaitu dengan autoanamnesis dan aloanamnesis. Karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat memberikan keterangan sendiri, maka dalam bidang kesehatan anak, aloanamnesis menduduki tempat yang jauh lebih penting daripada autoanamnesis. Sebagian besar data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis (diperkirakan tidak kurang dari 80%) diperoleh dari anamnesis. Anamnesis yang lengkap harus dilakukan pada semua pasien, termasuk terhadap riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran pasien, makanan, imunisasi, pertumbuhan dan perkembangan, riwayat keluarga dan corak reproduksi, dan sebagainya. 1 1.1 Riwayat makanan

Upload: giannaoshin

Post on 01-Sep-2015

241 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tumbuh kembang

TRANSCRIPT

Gangguan Tumbuh Kembang pada BayiInge Pradita

102010234Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta BaratJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

e-mail : [email protected]_________________________________________________________________________

PendahuluanAnamnesis

Anamnesis ada dua cara yaitu dengan autoanamnesis dan aloanamnesis. Karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat memberikan keterangan sendiri, maka dalam bidang kesehatan anak, aloanamnesis menduduki tempat yang jauh lebih penting daripada autoanamnesis. Sebagian besar data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis (diperkirakan tidak kurang dari 80%) diperoleh dari anamnesis. Anamnesis yang lengkap harus dilakukan pada semua pasien, termasuk terhadap riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran pasien, makanan, imunisasi, pertumbuhan dan perkembangan, riwayat keluarga dan corak reproduksi, dan sebagainya.11.1 Riwayat makanan

Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat diperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek (beberapa waktu sebelum sakit), maupun jangka panjang (sejak bayi). Kemudian dinilai apakah kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi adekuat? Yaitu dapat memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan, air susu ibu (ASI) ataukah pengganti air susu ibu (PASI), atau keduanya? Apabila diberikan ASI, apakah ASI diberikan secara eksklusif (ASI saja sampai usia 4 bulan)? Baik pada ASI maupun PASI perlu ditanyakan cara pemberiannya, apakah on demand atau ad libitum, ataukah dengan jadwal tertentu?1Untuk PASI perlu ditanyakan jenis dan mereknya, takaran, frekuensi pemberian, dan jumlah setiap kali pemberian untuk tiap umur tertentu. Harus ditanyakan pemberian makanan tambahan, umur berapa mulai diberikan, jenis dan jumlahnya, serta jadwal pemberiannya. Dengan demikian maka dapat diperkirakan kuantitas dan kualitas makanan yang diterima oleh bayi atau anak tersebut selama ini. Pada hakekatnya anamnesis tentang intake makanan ini merupakan analisis makanan secara kasar. Hasil analisis ini berperan terutama pada kasus kelainan gizi dan gangguan tumbuh kembang, serta harus digabungkan dengan data lain yaitu hasil pemeriksaan fisis, laboratorium, dan antropometris, sehingga akhirnya dapat disimpulkan status nutrisi pasien secara lebih akurat.1

1.2 Riwayat Kelahiran

Riwayat kelahiran harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, bedah caesar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Masa kehamilan juga perlu ditanyakan, apakah cukup bulan, kurang bulan, ataukah lewat bulan. Bila ada, lebih baik dilihat catatan yang diberikan oleh puskesmas atau rumah bersalin tempat bayi lahir, yang biasanya memberikan informasi yang diperlukan, termasuk nilai Apgar. Pada persalinan instrumental (termasuk bedah caesar) ditanyakan apakah indikasi tindakan tersebut.1Berat dan panjang badan lahir selalu ditanyakan. Dengan data berat badan lahir serta masa gestasi yang diterapkan pada peta Lubchenko, maka dapat diketahui apakah bayi pada saat lahir sesuai, kecil atau besar untuk masa kehamilannya (sesuai untuk masa kehamilan/SMK), kecil untuk masa kehamilan (KMK), atau besar untuk masa kehamilan (BMK). Keadaan ini terutama pada neonatus dengan berat badan lahir rendah (BBLR), turut menentukan diagnosis. Morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama masa neonatus perlu ditanyakan termasuk asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus, dan sebagainya yang mungkin berhubungan dengan masalah yang dihadapi sekarang.1

1.3 Riwayat kehamilan ibu

Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Dirinci pula berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum, dokter spesialis). Obat-obat yang diminum pada usia kehamilan muda (trimester pertama) mungkin dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayinya. Infeksi beberapa jenis virus, misalnya virus rubela yang terjadi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi (sindrom rubela). Demikian juga cacat bawaan serta bayi berat lahir rendah dapat terjadi akibat infeksi kongenital (termasuk TORCH).1

Pada bayi yang lahir kecil untuk masa kehamilan perlu ditanyakan apakah ibu merokok, atau minum minuman keras, serta anamnesis yang cermat tentang makanan ibu selama hamil. Bayi yang lahir dengan kondisi BBLR akan meningkat jumlahnya di suatu daerah, bila kondisi ibu hamil dalam masyarakat mempunyai keadaan kesehatan gizi kurang memuaskan. Bayi dengan BBLR mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi dengan berat badan normal ketika dilahrikan.11.4 Riwayat Imunisasi

Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster) harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis-B. Beberapa imunisasi lain seperti tipa, MMR, hepatitis-A, dan Hib juga ditanyakan. Hal-hal tersebut, disamping diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh, mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (misalnya polio hampir tidak pernah terjadi pada anak yang sudah mendapat imunisasi polio secara benar).11.5 Riwayat Keluarga

Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien. Banyak penyebab kesakitan maupun kematian yang berlatar belakang pada keadaan sosial-ekonomi keluarga, misalnya malnutrisi, atau tuberkulosis. Berbagai jenis penyakit bawaan dan penyakit keturunan juga mempunyai latar belakang sosial budaya maupun mempunyai kecenderungan familial. Dalam resume riwayat keluarga sebaiknya dibuat pedigri sehingga tergambar dengan jelas hubungan antara anggota keluarga, terutama apabila ditemukan kelainan yang mempunyai aspek genetik herediter atau familial.11.5 Corak Reproduksi Ibu

Tumbuh kembang, kesehatan, penyebab kesakitan dan kematian anak sangat erat berhubungan dengan corak reproduksi ibu, yaitu umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran, dan jumlah kelahiran (paritas). Di samping itu, corak reproduksi ibu merupakan salah satu determinan penting status kesehatan ibu. Ibu dengan corak reproduksi yang kurang baik (misalnya melahirkan di kurun usia optimal untuk melahirkan, jarak kelahiran yang terlalu dekat, atau jumlah kelahiran yang terlalu banyak) akan kurang baik kesehatannya dan kurang mampu menciptakan suasana pengasuhan anak yang baik. Hal ini akan mempengaruhi pola kesakitan dan kematian anak. Sering dijumpai ibu yang suatu saat sekaligus mempunyai 3 anak balita (di bawah 5 tahun) atau 2 batita (dibawah 3 tahun). Jarak kelahiran yang dekat serta paritas yang tinggi sering berhubungan dengan MEP, infeksi berulang, serta bayi dengan BBLR.

Yang terakhir ini juga berhubungan dengan ibu perokok atau peminum alkohol. Umur ibu yang lanjut saat hamil juga berhubungan dengan beberapa jenis kelainan kongenital, misalnya sindrom down.1

Jadi dalam hal corak reproduksi ibu perlu ditanyakan :1 Berapa umur Ibu saat hamil/melahirkan?

Berapa umur kakak atau adiknya sehingga dapat diketahui jarak kelahiran?

Berapa jumlah persalinan? (termasuk aborsi)

1.6 Data Perumahan

Data perumahan diperlukan untuk mendapatkan gambaran keadaan anak dalam lingkungannya sehari-hari. Hal ini perlu dalam menentukan pola pendekatan, baik untuk menegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan keadaan sakitnya secara tuntas. Dari data ini dapat diketahui apakah keluarga pasien termasuk keluarga batuh (keluarga inti) ataukah keluarga besar yang masing-masing mempunyai implikasi dalam praktek pengasuhan anak. Sistem keluarga besar biasanya masih mempunyai corak tradisional dibandingkan dengan sistem kelurga batih yang besifat lebih individual. Pada sistem keluarga besar, meski kebutuhan biomedik mungkin kurang terpenuhi akan tetapi kebutuhan psikososial dapat lebih terjamin.1Pemeriksaan FisikPemeriksaan AntropometriAntropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-norma untuk jenis kelamin,usia, berat badan, suku bangsa dll. Antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil pengamatan. Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut :

a) Pengukuran Berat BadanBerat badan merupakan indikator untuk keadaan gizi anak. Gangguan pada berat badan biasanya menggambarkan gangguan yang bersifat perubahan akut/jangka pendek. Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama: Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan

Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan

Umum dan luas dipakai di Indonesia

Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur

Digunakan dalam KMS

BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur

Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi ( dacin )

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan bayi :

1. Untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun2. Letakkan timbangan pada meja datar, tidak mudah bergoyang.3. Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.4. Bayi sebaiknya telanjang5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.7. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan.8. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri. Pengkuran berat badan menggunakan timbangan injak:

1. Letakkan timbangan di lantai yang datar 2. Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke 03. Anak pakai baju sehari-hari yang tipis (tidak pakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu)4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan7. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.b) Pengukuran Tinggi Badan/Panjang BadanTinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri dapat menggunakan infantometer. Cara mengukur dengan posisi berbaring yaitu:

Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0. Petugas 1: ke2 tangan pegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala). Petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi dengan lengan kiri bawah agar lurus, sedangkan tangan menjaga agar posisi kaki tetap lurus (tidak fleksi ataupun ekstensi). Tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki. Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.

Untuk anak yang sudah dapat berdiri dapat menggunakan microtoise. Cara mengukur pada posisi berdiri yaitu:

Anak tidak pakai sandal atau sepatu. Berdiri tegak menghadap ke depan, kedua mata kaki rapat. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun. Baca angka pada batas tersebut.c) Pengukuran Lingkar KepalaPengukuran lingkar kepala bertujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Interpretasi hasil nya adalah

Normal : bila lingkar kepala anak antara P2 P98 Tidak normal :Mikrosefalus bila LK < P2Makrosefalus bila LK > P98

Cara mengukur lingkar kepala yaitu:

Pita ukur diletakkan pada oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0. Hasil dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.

d) Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan status KEP (Kurang Energi Protein) pada balita. Namun kelemahannya adalah :

Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia

Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada tinggi badan

Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.3 Denver Developmental Screening Test (DDST).

DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Nama Denver menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver.7

Selain DDST, sebenarnya ada sejumlah pengkajian perilaku lainnya untuk bayi dan anak usia dini, diantaranya adalah :1. Neonatal Behavioral Assessment Scale (NBAS) yang lebih dikenal sebagai The Brazleton.72. Early Language Milestone (ELM) Scale untuk anak 0-3tahun.73. Clinical Adaptive Test (CAT) dan Clinical Linguistic and Auditor Milestone Scale (CLAMS) untuk anak usia 0-3 tahun.74. Infant Monitoring System untuk anak usia 4-36 bulan.75. Early Screening Inventory untuk anak usia 3-6 tahun.76. Peabody Picture Vocabulary Test untuk anak usia 2,5-4 tahun.3DDST yang dikenal dengan Denver Scale adalah tes skrining untuk masalah kognitif dan perilaku pada anak prasekolah. Tes ini dikembangkan oleh William K. Frankenburg dan J.B. Dodds. DDST merefleksikan presentase kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain :7

1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.72. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.73. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala, kemungkinan adanya kelainan perkembangan.7

4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.75. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.7Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor yaitu :7

1. Sektor personal-sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi.72. Sektor motorik halus-adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah.73. Sektor bahasa, yaitu mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa.74. Sektor motorik kasar, yaitu duduk, berjalan dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya.3Setelah menyelesaikan tes Denver II, kita perlu melakukan tes perilaku untuk :7

1. Membantu pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif.72. Memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.7Alat-alat yang digunakan dalam test Denver ini , antara lain :

1. Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam penerapan Denver II :7a) Benang wol merah

b) Icik-icik dengan gagang kecil

c) Boneka kecil dengan botol susu

d) Cangkir kecil dengan pegangan

e) Kubus dengan rusuk 2,5 cm berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning dan hijau masing-masing 2 buah.

f) Botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2cm.

g) Manik-manik

h) Lonceng kecil

i) Bola tenis

2. Formulir DDST

Formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas perkembangan menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu. Pada bagian depan, terdapat 125 item yang digambarkan dalam bentuk persegi panjang yang ditempatkan dalam neraca usia yang menunjukkan 25%, 50%, 75% dan 90% dari seluruh sampel standard anak normal yang dapat melaksanakan tugas tersebut. Sebagai contoh, item menggosok gigi tanpa bantuan memiliki makna :7

a) Dua puluh lima persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia kurang dari 33 bulan

b) Lima puluh persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia 42 bulan

c) Tujuh puluh lima persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia 51 bulan

d) Sembilan puluh persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia kurang dari 63 bulan.

Pada beberapa kotak, terdapat catatan kecil angka (misalnya 1,2,3) yang menujukkan bahwa item tersebut membutuhkan petunjuk khusus yang dapat dilihat di bagian belakang lembar tes sesuai dengan angka yang tertulis. Pada sejumlah kotak juga terdapat huruf L yang menandakan bahwa item tersebut dapat dinilai LULUS/LEWAT berdasarkan laporan dari orang tua atau pengasuh anak. Adapun di awal disebutkan bahwa penerapan DDST ditujukan untuk menilai perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan tes ini terlebih dahulu kita harus mengetahui usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita dapat mengikuti langkah berikut :7

a) Tulis tanggal, bulan dan tahun dilaksanakannya tes.

b) Kurangi dengan cara bersusun dengan tanggal, bulan dan tahun kelahiran anak.

c) Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai dari angka bulan di depannya.

d) Hasilnya adalah usia anak dalam tahun, bulan dan hari

e) Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu

f) Jika pada saat pemeriksaan usia anak dibawah 2 tahun, anak lahir kurang 2 minggu, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara mengurangi umur anak dengan jumlah minggu tersebut.Contoh :

-tanggal pemeriksaan: 15 Des 2010

tanggal lahir anak: 3 April 20

Tahun bulan hari

Tgl.tes 10 12 15

Tgl.lahir 9 4 3

Umur anak 1 8 12

- Penyesuaian prematuritas pada anak yang lahir lebih 2 minggu sebelum HPL dan berumur < 2 tahun

Mis :Tgl periksa: 19 Nov 2010

Tgl lahir : 2 Jan 2010, prematur 6 minggu

Tahun bulan hari

Tgl.tes 10 11 19

Tgl.lahir 10 1 2

Umur anak 10 17

Prematur 6 mg 1 14

Umur konversi 3 3

Dari data diatas kita dapat membuat garis usia (age line), usia konversi (jika perlu) dan Menguji gugus-gugus tugas terkait dengan garis usia dalam keempat sektor perkembangan dengan alat-alat terkait lalu Memberi tanda hasil tes pada setiap gugus tugas pada setiap sektor perkembangan:

L (Lulus), G (Gagal), R (Refusal/Menolak melakukan),NO (No Opportunity),D (Delay),C (Caution)

Dari data tersebut kita dapat Menilai/menetapkan hasil uji Denver II (N,Suspect,Untestable) dan Menetukan sikap selanjutnya

Pelaksanaan tes: Upaya identifikasi perkembangan dilakukan jika anak berisiko mengalami kelainan perkembangan. Ini dilakukan melalui langkah-langkah berikut. Pertama, pada setiap sektor, tes dilakukan sedikitnya pada 3 item terdekat di sebelah kiri garis usia, juga pada semua item yang dilalui garis usia. Kedua, bila anak tidak mampu melakukan salah satu item (gagal, menolak , tak ada kesempatan), item tambahan dimasukkan ke sebelah kiri garis usia sampai anak dapat lulus/lewat dari 3 item secara berturut-turut.7 Pemberian skor: Pada setiap item, kita perlu mencantumkan skor di area kotak yang berwarna putih (dekat tanda 50%) dengan ketentuan sebagai berikut :71. L = Lulus/ Lewat (P= Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L).72. G = Gagal (F= Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua melaporkan terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut.73. M = Menolak ( R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya.74. Tak = Tak ada kesempatan (No = No opportunity). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan.7Interpretasi hasil untuk tes ini terdiri dari 2 tahap yaitu penilaian per item dan penilaian tes secara keseluruhan. Adapun untuk penilaian per item dengan kategori sebagai berikut. Penilaian item lebih (advance). Nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai lebih diberikan jika anak dapat lulus/lewat dari item tes di sebelah kanan gari usia. Anak dinilai memiliki kelebihan karena dapat melakukan tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua. Penilaian item ok atau normal. Nilai normal ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai ok dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut: Anak gagal (G) atau menolak (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar, karena item di sebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang lebih tua. Dengan demikian tidak menjadi masalah jika anak gagal atau menolak melakukan tugas tersebut karena masih banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan tugas tersebut jika usianya sudah mencukupi. Anak lulus/lewat (L), gagal (G) atau menolak (M) melakukan tugas untuk item di daerah putih kotak (daerah 25%-75%). Jika anak lulus, sudah tentu hal ini dianggap normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di usia tersebut. Lalu mengapa saat anak gagal atau menolak melakukan tugas masih kita simpulkan OK? Perlu kita ketahui daerah putih pada kotak menandakan bahwa sebanyak 25%-75% anak di usia tersebut mampu melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih ada sebagian anak di usia tersebut yang belum berhasil melakukannya. Jadi jika anak gagal atau menolak hal ini masih dianggap wajar.7

Penilaian item P = peringatan (C = caution). Nilai peringatan diberikan pada anak jika anak gagal atau menolak melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada daerah gelap kotak. Mengapa demikian? Hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75%-90% anak di usia tersebut sudah berhasil melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, mayoritas anak sudah bisa melaksanakan tugas itu dengan baik. Dengan demikian, jika ada anak yang ternyata belum lulus atau menolak melakukan tugas tersebut, berarti anak tersebut masuk ke dalam kelompok minoritas. Oleh karena itu anak tersebut mendapatkan hasil penilaian P (peringatan). Pertama, peringata karena anak mengalami kegagalan. Peringatan jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir suspek. Penilaian item T = terlambat (D = delayed). Nilai terlambat diberikan jika anak gagal atau menolak melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut memang ditujukkan untuk anak yang lebih muda. Perlu diperhatikan ada dua macam T. pertama, terlambat karena anak mengalami kegagalan, kedua terlambat karena anak menolak melaksanakan tugas. Penilaian item no opportunity. Nilai ini diberikan jika anak tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.7

Penilaian keseluruhan: Hasil interpretasi untuk keseluruhan dikategorikan menjadi normal, suspek dan tak dapat diuji. Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor terlambat atau maksimal 1 peringatan. Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor terlambat atau dua atau lebih skor peringatan. Tidak dapat diuji. Interpretasi tidak dapat diuji diberikan jika terdapat satu atau lebih skor terlambat dan/atau dua atau lebih peringatan.7Pemeriksaan Penunjang

Hematologi Rutin (CBC)

Hematologi Rutin (CBC) Penilaian dasar komponen sel darah yang dilakukan dengan menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin (Hb). Hematologi rutin meliputi pemeriksaan Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit, dan nilai-nilai MC. Tidak diperlukan persiapan khusus sebelumnya. Manfaat pemeriksaan untuk mengevaluasi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, karakteristik sel darah perifer, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan menentukan perlu atau tidaknya kemoterapi.

Tes MantouxSalah satu cara mendiagnosis TB pada anak adalah dengan tes Mantoux. Zat yang digunakan untuk tes Mantoux adalah sejumlah kecil kuman TB yangmati dan telah dimurnikan. Kemudian kuman ini disuntikkan sebanyak 0,1 mldengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri. Hasil tes Mantoux sendiri tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis karena kadang hasil tes ini memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Hasil tes ini akan "dibaca" oleh tenaga kesehatan pada 48-72 jam setelah penyuntikan, untuk dilihat dan diukur tonjolan keras yang terbentuk. Reaksi yang terjadi terhadap tes Mantoux adalah terbentuknya tonjolan yang teraba keras dan sekitarnya terlihat merah. Pada kasus-kasus di mana sianak alergi, warna kemerahan terlihat sangat hebat sehingga tampak menyamarkan hasil namun sekali lagi, yang diukur dalam tes ini adalah tonjolan yang terbentuk dan bukan warna kemerahannya sehingga penting sekali melakukan perabaan pada tempat tes dan bila perlu menandai perbatasan penonjolan dengan tinta untuk kemudian diukur diameternya untuk dilaporkan dalam ukuran milimeter (bahkan 0 mm). Setelah anak menjalani tes Mantoux, jangan lupa untuk kembali dalam 2 atau 3 hari untuk mengukur hasil tes.9 *Jangan menyentuh tempat penyuntikan karena gesekan atau garukan dapat mengakibatkan daerah tersebut terinfeksi. Plester atau salep dapat mengganggu hasil tes, jadi jagalah tempat penyuntikan tetap bersih namun tidak perlu ditutup (bisa dengan caramenggunakan pakaian lengan panjang). Jika terbentuk lepuh pada tempat penyuntikan jangan dipecahkan. Anak boleh melakukan aktivitas normal seperti biasa, misalnya sekolah, olah raga, dan mandi. Jangan lupa juga untuk memberi tahu petugas kesehatan bila anak sudah diimunisasi BCG atau pernah melakukan tes Mantoux dan hasilnya positif.Jangan pernah ragu untuk bertanya mengenai tes ini kepada petugas yang melakukan tes ini. Secara umum, tonjolan yang ukuran diameternya kurang dari 5 mm adalah negatif, 5-9 mm adalah meragukan, sedangkan ukuran 10 mm adalah positif. Tes Mantoux bisa memberikan hasil positif bila :9

Seseorang pernah mengidap TB dan sudah sembuh Seseorang telah terinfeksi kuman tuberculosis Pernah mendapat imunisasi BCG (namun biasanya diameter hasil