beres hi

16
KASUS POSISI Pemerintah israel sejak 1996 telah mempertimbangkan rencana untuk menghentikan penyusupan kedalam wilayah israel dari tengah dan utara tepi barat. setelah menghadapi serangan teror dari wilayah palestina, termasuk intifada kedua pada tahun 2001. pada awal tahun 2002, kabinet israel menyetujui keputusan pemerintah 64/B mengenai pembangunan sepanjang 80 kilometer tembok pembatas di tiga area di tepi barat, dengan direktur jendral kementrian pertahanan israel sebagai pelaksana rencana tersebut. Pemerintah israel beralasan bahwa tembok pembatas tersebut diperlukan untuk melindungi warga sipil israel dari serangan teroris dari wilayah palestina, termasuk serangan bom bunuh diri yang terus meningkat selama peristiwa second intifada ,sedangkan pihak yang kontra dengan keberadaan tembok tersebut berpendapat bahwa pembangunan tembok pembatas tersebut hanyalah usaha ilegal yang dilakukan israel untuk menguasai wilayah palestina dengan berkedok alasan keamanan 1 Pada 23 juni 2002, keputusan kabinet israel no 2077 menyetujui fase pertama dari pembangunan tembok pembatas yang berkelanjutan di wilayah bagian tepi arat dan jerusalem. dalam keputusanya tersebut,israel mengatakan bahwa tembok tersebut hanya merupakan sebuah tindakan pengamanan yang tidak mewakili kepentingan politik lain atau pemindahan perbatasn. pembicaraan mengenai jalur yang akan di lalui tembok pembatas tersebut dilakukan secara tertutup, keputusan dari pembicaraan tersebut menyatakan bahwa jalur dari 1 Yehezkel Lein, Under The Guise Of Security Routing the Separation Barrier to Enable the Expansion of Israeli Settlements in the West Bank, The Israeli Information Center for Human Rights in the Occupied Territories, 1999 hlm 9.

Upload: imambudiman

Post on 09-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hukum internasional

TRANSCRIPT

KASUS POSISIPemerintah israel sejak 1996 telah mempertimbangkan rencana untuk menghentikan penyusupan kedalam wilayah israel dari tengah dan utara tepi barat. setelah menghadapi serangan teror dari wilayah palestina, termasuk intifada kedua pada tahun 2001. pada awal tahun 2002, kabinet israel menyetujui keputusan pemerintah 64/B mengenai pembangunan sepanjang 80 kilometer tembok pembatas di tiga area di tepi barat, dengan direktur jendral kementrian pertahanan israel sebagai pelaksana rencana tersebut. Pemerintah israel beralasan bahwa tembok pembatas tersebut diperlukan untuk melindungi warga sipil israel dari serangan teroris dari wilayah palestina, termasuk serangan bom bunuh diri yang terus meningkat selama peristiwa second intifada ,sedangkan pihak yang kontra dengan keberadaan tembok tersebut berpendapat bahwa pembangunan tembok pembatas tersebut hanyalah usaha ilegal yang dilakukan israel untuk menguasai wilayah palestina dengan berkedok alasan keamanan

Pada 23 juni 2002, keputusan kabinet israel no 2077 menyetujui fase pertama dari pembangunan tembok pembatas yang berkelanjutan di wilayah bagian tepi arat dan jerusalem. dalam keputusanya tersebut,israel mengatakan bahwa tembok tersebut hanya merupakan sebuah tindakan pengamanan yang tidak mewakili kepentingan politik lain atau pemindahan perbatasn. pembicaraan mengenai jalur yang akan di lalui tembok pembatas tersebut dilakukan secara tertutup, keputusan dari pembicaraan tersebut menyatakan bahwa jalur dari pembangunan tembok pembatas tersebut akan di tentukan oleh perdana mentri dan kementrian pertahanan israel.pada 14 agustus 2002, Pemerintah israel menyetujui jalur final untuk pembangunan tembok pembatas termasuk didalamnya sepanjang 123 kilometer di utara tepi barat dan 19,5 kilometer disekitar jerusalem, hampir secara keseluruhan dari jalur terssebut beraada di wilayah yang di kuasai oleh israel pada 1967

A. JALUR SECARA KESELURUHANPada 1 oktober 2003, setelah hampir setahun dari pembangunan tembok pembatas di beberapa bagian wilayah, Pemerintah israel menyetujui rute tembok pembatas secara keseluruhan dalam keputusan 883. Kementrian pertahanan didalam dokumenya mengatakan bahwa rute yang di rencakan untuk tembok pembatas tersebut akan membentuk garis membentang sepanjang 720 kilometer di sepanjang tepi barat. peta dari jalur tersebut memperlihatkan bagian yang telah selesai di bangun dan bagian yang masih berbentuk perencanaan yang di perlihatkan didalam web kementrian pertahanan israel pada 23 oktober 2003. Berdasarkan rute yang dikeluarkan pemerintah israel dalam peta resmi pembangunan tembok tersebut, wilayah sepanjang seluas 975 kilometer persegi atau 16.6 persen dari wilayah tepi barat akan berada diantara tembok pembatas dan garis green line (garis gencatan senjata) . wilayah ini adalah rumah bagi kurang lebih 17000 warga palestina di tepi barat dan 220.000 di yerusalem timur, jika tembok di semua jalur selesai di bangun ,maka kurang lebih 160,000 warga palestina lainnya akan hidup di bawah kurungan tembok pembatas tersebut

Menurut dokumen dari departemen pertahanan dan dari observasi lapangan, komplek tembok pembatas tersebut terdiri dari beberapa bagian seperti pagar dengan sensor elektronik yang dirancang untuk memberikan sinyal kepada militer israel jika terjadi penyusupan, parit sedalam 4 meter, jalan aspal dua arah untuk patroli, dan jalan pelacak ( yang terdiri dari pasir halus yang akan meninggalkan jejak apabila dilalui ) yang terbentang sepanjang pagar tersebut dan kumparan dari enam gulung kawat berduri yang menandai paramiter komplek, komplek tembok pembatas ini rata rata mempunya lebar 50-60 meter dan 100 meter di beberapa tempat.

Didalam dokumennya kementrian pertahanan israel mengatakan bahwa berbagai macam sistem pengamatan sedang dalam proses pemasangan sepanjang pagar tersebut, termasuk didalamnya kamera pengawas dan tembok pengawas di beberapa tempat dimana tembok pembatas tersebut terbuat dari tembok beton

Dari 180 kilometer tembok pembatas yang sudah selesai dan masih di bangun, 8.5 kilometer diantaranya adalah berupa tembok beton, bagian dari tembok pembatas ini disebut tembok perlindungan tembakan oleh militer israel (IDF) bagian tembok pembatas yang berupa beton ini sebagian besar dibangun di daerah pusat pemukiman penduduk palestina yang berbatasan dengan israel, seperti kota qalqiliya,turkham dan beberapa bagian di wilayah jerusalem.Pada 2 oktober 2003 , IDF (israel defence force) mengeluarkan peraturan hukum yang menyangkut wiayah bagian barat laut tepi barat yang terletak diantara tembok pembatas dan garis gencatan senjata (clozed area) . peraturan tersebut melarang siapapun untuk memasuki wilayah seam zone (closed area) dan melarang siapapun untuk menetap atau tinggal disana, Perintah tersebut memperkenalkan sistem kependudukan baru, hanya bagi warga palestina yang tinggal di dekat seam zone yang mempunyai kartu izin yang dikeluarkan oleh IDF lah yang dapat keluar masuk wilayah tersebut, sedangkan warga israel yang terdaftar didalam kependudukan israel dapat keluar masuk wilayah tersebut tanpa menggunakan kartu izin. Sedangkan warga palestina yang tinggal diluar wilayah seam zone dapat mengajukan permohonan pembuatan surat izin asalkan mempunyai alasan alasan tertentu.

Namun tentunya ketentuan diatas hanya berlaku bagi warga palestina, kebijakan seperti diatas tidak berlaku bagi warga israel, mereka bisa bebas keluar masuk tanpa menggunakan kartu izin

Walaupun sudah mengantongi izin untuk melintas melewati gerbang pembatas, belum tentu warga palestina bisa bebas keluar masuk gerbang pembatas, hal ini dikarenakan adanya jadwal pembukaan gerbang pembatas yang di keluarkan oleh militer israel, walaupun jadwal tersebut telah di publikasikan, namun kenyataanya gerbang pembatas di buka dengan rentang waktu yang tidak jelasB. DAMPAK SOSIAL EKONOMI

Bagian dari adanya tembok tersebut adalah banyaknya sistem checkpoindan blokade yang menghalangi pergerakan warga palestina, selain itu dengan adanya tembok pembatasan tersebut pengiriman barang kebutuhan kebutuhan yang keluar dan masuk kedalam daerah tersebut menjadi sangat dibatasi, halini menimbulkan gangguan pada aspek sosial dan ekonomi warga palestina yang hidup di wilayah tersebut, menurut data dari world bank dan pbb. Pembangunan tembok pembatas tersebut telah menimbukan kerugian bagi perkampungan yang di lewati tembok pembatas tersebut seperti tembok pembatasan akses ke wilayah lain, akses untuk bekerja dan akses ke sekolah-sekolah dan pasar, menurut data statistik palestina, sejauh ini tembok pembatas tersebut telah memisahkan 30 perkampungan dengan layan kesahatan, 22 perkampungan dari sekolah sekolah, 8 perkampungan dari sumber air bersih dan 3 perkampungan dari sumber listrik

Warga palestina yang hidup di daerah enclave karena adanya tembok pembatas tersebut ( daerah terkurung) menghadapi konsekuensi yang berat contohnya tembok pembatas yang mengelilingi kota qalqiya, kota ini hanya mempunyai satu jalur akses masuk dan keluar yang di kendalikan oleh militer israel, hal ini membuat kota qalqiya terisolasi hampir di semua lahan aqrigultur, dimana perkampungan yang ada di sekitar kota tersebut pun terpisah dari pasar dan layanan publik lainya, rumah sakit pbb yang berada di kota tersebut mengalami penurunan dari jumlah pasien sebanyak 40 persen, sedangkan di wilayah utara tembok pembatas tersebut telah mengurung kota nazlat iissa dimana wilayah komersil di kota tersebut telah di hancurkan oleh militer israel termasuk 7 rumah dan 125 pertokoan

Di wilayah yang di kelilingi oleh tembok pembatas tersebut telah menyebabkan dampak serius pada bidang pertaanian, seperti pada tahun 2000 kota jenin, tulkarm dan qaqiya sempat mendapat julukan breadbasket of the west bank (tepi barat) karena dapat memproduksi hasil pertanian senila US$ 200 juta atau 45% dari total produksi pertanian di tepi barat. Namun sekarang ladang ladang pertanian warga palestina yang terletak di jalur pembangunan tembok pembatas tersebut telah di ambil alih dan di hancurkan, sekitar 10,000 pohon di tebang oleh militer israel. petani terpisahkan dari ladang dan sumber air nya, banyak petani yang gagal panen dikarenakan ketidak jelasan jadwal pembukaan gerbang keamanan, dan penolakan dari petugas keamanan untuk membiarkan mereka menggarap ladang ladang nya.hal ini menimbulkan krisis pangan di wilayah tersebut

.Tembok pembatas yang melewati jerusalem juga membatasi pergerakan dan akses bagi 10.000 warga palestina. tembok beton yang melewati pemukiman adbu dis telah menimbulkan dampak bagi akses lapangan kerja dan layanan publik seperti sekolah dan rumah sakit. bagian utara tembok pembatas tersebut telah mengganggu kestabilan ekonomu dan sosial warga sekitarnya, hal ini berlanjut sepanjang jalur tembok pembatas di jerusalem, kebanyakan pemegang dari kartu identitas yerusalem tinggal di luar tembok pembatas, sedangkan sebagian dari pemgang kartu identitas tepi barat tinggal di dalam tembok pembatas, hal ini menimbulkan banyak kekhawatiran di masa mendatang bagi warga palestina yang tinggal jerusalem timur yang tunduk di bawah hukum israel.Jika israel tetap dalam keyakinanya membangun tembok pembatas tersebut, dampak pada aspek ekonomi dan humaniter dapat di hindari asalkan israel memperbolehkan warga palestina yang hidup bagian timur tembok pembatas tersebut melalui gerbang tembok pembatas secara bebas untuk melakukan kegiatanya seperti biasa tanpa di batasi seperti bertani, sekolah dan pergi bekerja,

Meskipun pihak militer mengumumkan waktu pembukaan gerbang tembok pembatas, tetapi gerbang tersebut tidak secara teratur, lebih lanjut akses seperti itu tidak sebanding dari kerugian yang di timbulkan tembok pembatas seperti perusakan property, lahan pertanian dan tempat usaha,, hal ini menimbulkan perhatian terhadap pelanggaran hak dari warga palestina untuk bisa bekerja, mendapatkan kesehatan dan mendapatkan standar hidup yang layak

Karena itulah Majelis Umum PBB meminta pendapat hukum kepada ICJ ( International Court of Justice ) akan permasalahan yang telah dijelaskan diatasPERMASALAHAN

Bagaimanakah akibat hukum dari pembangunan tembok pembatas yang di lakukan Israel Di dalam wilayah pendudukan palestine tersebut?

PUTUSAN ICJMahkamah Internasional menanggapi terhadap permintaan tersebut dengan ;pemungutan suara 14 banding satu

pembangunan tembok tembok pembatas yang dibangun oleh israel ,selaku penguasa di wilayah di wilayah pendudukan palestina termasuk di sekitar jerusalem timur beserta para pihak yang membantunya telah bertentangan dengan hukum internasionalPemungutan suara 14 banding 1israell berkewajiban untuk mengentikan pelanggaran terhadap hukum internasional; berkewajiban untuk menghentikan dengan segela pengerjaan pembangunan tembok yang di bangun di wilayah pendudukan palestina termasuk di sekitar jerusalem timur , dan untuk segera membongkar bangunan tersebut , dan mencabut atau mengubah dengan segera semua perutaran perundang undangan dan peraturan yang berkaitan dengan hal tersebut ,seperti yang ada pada alinea 151 pendapat hukum iniPemungutan dengan suara 14 bandung 1

israel berkewajiban untuk mengganti semua kerugian yang diakibatkan oleh pembangunan tembok tembatas di wilayah pendudukan palestina, termasuk di sekitar jerusalem timurPemungutan suara 13 banding 2

semua negara berkewajiban untuk tidak mengakui yang tidak sah dari pembangunan tembok tembok pembatas tersebut dan tidak memberi bantuan atau berperan serta dalam mempertahankan kondisi yang diakibatkan oleh pembangunan tersebut. semua negara pihak dalam konvesni genewa ke 4 terkait perlindungan penduduk sipil dalam kondisi perang pada 12 agustus 1949 berkewajiban selain mematuhu piagam pbb dan hukum internasional , menjamin memastikan israel memenuhi ketentuan mengenai hukum humaniter internasional yang tercantum dalam konvesi tersebutdalam 14 banding 1

PBB terutama majelis umum dan dewan keamanan harus mempertimbangkan tindak lanjut selanjutnya yang diperlukan untuk menghentikan akibat yang tidak diinginkan dari pembangunan tembok tersebut dan para pihak terkait, dengan menindak lanjuti pendapat hukum

Pelanggaran HAM dan Humaniter yang menjadi pertimbangan ICJ didalam keputusanya membuat pendapat hukum pada masalah pembangunan tembok pembatas oleh israel

tembok pembatas tersebut berdampak pada pelanggara terhadap hak asasi manusia dan hukum humaniter seperti:Kebebasan bergerak

tembok pembatas tersebut membatasi pergerakan warga palestina dan melanggar hak kebebasan bergerak dan hak untuk mendiami wilayah, seperti yang dijamin pada pasal 12 ICCPR (international covenant on civil politican right) yang berbunyi ;

Everyone lawfully within the territory of a State shall, within that territory, have the right to liberty of movement and freedom to choose his residence.

Pengambilalihan dan penyitaan property

pengambil alihan property yang dilakukan oleh israel dalam rangka mendukung pembangunan tembok pembatas tersebut telah melanggar kewajiban israel sebagai pihak yang berkuasa seperti yang di sebutkan didalam pasal 6 hague regulation penghancuran property seperti gedung, pemukiman, pohon zaitun telah melanggar pasl 53 konvensi jenewa ke 4Hak Untuk Menentukan Nasib Sendirihakim koroma didalam pendapat yang terpisah menekankan bahwa pembangunan tembok tersebut akan mencegah negara palestina yang akan menghalangi realisasi pelaksanaanhak untuk menentukan nasib sendiri ( self determination)

ANALISIS KASUSpembangunan tembok pembatas di wilayah pendudukan palestina oleh pemerintah israel telah melanggar hukum internasional. hal ini dikarenakan tembok pembatas tersebut telah membatasi mobilitas warga palestina untuk melakukan kegiatan sehari hari, terutama di wilayah palestina yang terletak diantara tembok tembok pembatas tersebut dan garis gencatan senjata ( green line) yang membuat daerah tersebut menjadi daerah terisolasi. tembok di wilayah tersebut telah mengurung warga palestina yang hidup didalamnya yang menibulkan gangguan terhadap pelaksanaan self determination bagi warga palestina yang berada di daerah isolasi tersebut.secara keseluruhan, ICJ atau mahkamah internasional menyatakan bahwa pembangunan tembok tembok pembatas telah melanggar hukum internasional, israel sebagai penanggung jawab harus menghentikan pelanggaran tersebut, dan mengaruskan menghentikan dan membongkar kembali tembok pembatas yang sudah di bangun di wilayah pendudukan palestina, mengubah atau menghapus peraturan pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan tembok tersebut dan mengganti segala kerugian yang diakibatkan oleh adanya tembok pembatas itu.

ICJ berpendapat bahwa pembangunan tembok tembok pembatas tersebut melanggar kepada pasal 2 ayat 4 piagam pbb dan resolusi majelis umum pbb no2625 (XXv) tahun 1970 yaitu prinsip prinsip pelarangan penggunaan ancaman atau atau secara paksa mengakusisi wilayah secara ilegal, sebagaimana tercermin dalam kebiasaan hukum hukum internasional. pembangunan tembok tersebut serupa dengan tatacara perolehan wilayah dengan cara kekerasan atau aneksasi.

Aneksasi ( annexation atau conquest ) adalah tatacara perolehan wilayah dengan jalan kekerasan yaitu dengan menggunakan kekuatan senjata untuk memperoleh wilayah milik negara lain, dan negara yang di taklukan harus menyerahkan wilayahnya kepada negara pemenang melalui perjanjian. Tata cara perolehan wilayah melalui cara kekerasan seperti aneksasi, sudah tidak relevan untuk zaman sekarang setelah berdirinya organisasi PBB sebagai mana pasal 2 ayat 4 yang menyatakan:All Members shall refrain in their international realtionals from the threat or use of force against the territorial integrity or political indepence of any State, or in any other manner in consistent with the pusposes of the United Nations.

pembangunan tembok pemisah oleh israel di wilayah pendudukan palesina oleh israel ,selaku penguasa di wilayah di wilayah pendudukan palestina termasuk di sekitar jerusalem timur beserta para pihak yang membantunya telah bertentangan dengan hukum internasional. Pembangunan tembok tembok pembatas tersebut pada dasarnya berada di wilayah tepi barat sedangkan israel sendiri berkedudukan sebagai penguasa wilayah okupasi. Okupasi atau occupation adalah pendudukan terhadap wilayah yang bukan dan sebelumnya belum pernah dimiliki oleh suatu negara ketika pendudukan terjadi (terra nullius) . Suatu wilayah yang telah diduduki mesikpun dihuni oleh penduduk asli tidak dapat di okupasi.

Pembangunan tembok pemisah yang dilakukan oleh israel di khawatirkan akan menimbulkan daerah terisolasi yang dihuni oleh penduduk palestina yang akan menyebabkan penduduk palestina meninggalkan daerah tersebut. akibat dari perpindahan tersebut daerah tersebut kosong tanpa penghuni dan israel akan memindahkan sebagian penduduknya kedaerah isolasi tersebut. Pemindahan penduduk israel tersebut melanggar ketentuan pasal 49 ayat (6) konvensi jenewa ke 4 yang menyatakan : The Occupying Power shall not deport or transfer parts of its owvz civilian population into the territory it occupies.ICJ juga mempertimbangkan mengenai dampak dari pembangunan tembok tembok pembatas bagi kehidupan sehari hari penduduk dari wilayah pendudukan palestina ( perusakan atau pengambil alihan property pribadi, tembok pembatasan kebebasan bergerak penyitaan lahan agrikultur, dan penghalangan akses sumber air utama) icj menemukan bahwa pembangunan tembok dan wilayah pemerintahan terkait bertentangan dengan ketentuan yang relevan pada regulasi den 1907 dan konvensi jenewa ke empat dikarenakan pembangungan tersebut membatasi kebasan bergerak bagi kebebasan bergerak bagi para penduduk di wilayah tersebut sebagaimana yang dijamin oleh ICCPR mengenai hak hak sipil dan politik dan juga mengahalangi kegiatan setiap individu atas hak untuk bekerja, mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan dan kehidupan yang layak seperti yang di sebutkan Iceicr dan konvensi mengenai hak hak anak. Dan yang, terakhir ICJ menemukan bahwa pembangunan tembok di wilayah terkait, bersamaan dengan pembangunan pemukiman suatu perbuatan yang dapat merusak komposisi demograpik dari wilayah pendudukan palestina dan demikian bertentangan dengan konvensi jenewa ke empat dan resolusi dewan keamanan yang relevanKESIMPULANPembangunan tembok pembatas di wilayah pendudukan palestina oleh pemerintah israel telah melanggar hukum internasional. hal ini dikarenakan tembok pembatas tersebut telah membatasi mobilitas warga palestina untuk melakukan kegiatan sehari hari, terutama di wilayah palestina yang terletak diantara tembok tembok pembatas tersebut dan garis gencatan senjata ( green line) yang membuat daerah tersebut menjadi daerah terisolasi. tembok di wilayah tersebut telah mengurung warga palestina yang hidup didalamnya yang menibulkan gangguan terhadap pelaksanaan self determination bagi warga palestina yang berada di daerah isolasi tersebutAtas dasar tersebut israel berkewajiban menghentikan pelanggaran tersebut, dengan menghentikan dan membongkar kembali tembok pembatas yang sudah di bangun di wilayah pendudukan palestina, mengubah atau menghapus peraturan pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan tembok tersebut dan mengganti segala kerugian yang diakibatkan oleh adanya tembok pembatas itu Yehezkel Lein, Under The Guise Of Security Routing the Separation Barrier to Enable the Expansion of Israeli Settlements in the West Bank, The Israeli Information Center for Human Rights in the Occupied Territories, 1999 hlm 9.

Advisory Opinion of the International Court of Justice on the Legal Consequences of the Construction of a Wall in the Occupied Palestinian Territory, including in and around East Jerusalem, A/ES-10/248,2003. hlm 2

ibid,hlm 3

ibid

ibid

ibid

ibid

ibid,hlm 6

ibid,hlm 8

ICJ: Separate Opinion Of Judge Koroma,2003, hlm 204

ICJ: Legal Consequences of the Construction of a Wall in the Occupied Palestinian Territory, 2003, para 151

Peter-Malanczuk, Akehurss-Modern Introduction to International Law, New York: Routledge, 2002 , hlm. 151.

Huala Adolf, Aspek Aspek Negara Dalam Hukum Internasional,Bandung : Keni Media , 2011, hlm. 117.

ibid.

Press Relase: Legal Consequences of the Construction of a Wall in the Occupied PalestinianTerritory, HYPERLINK "http://unispal.un.org/unispal.nsf/0/3740e39487a5428a85256ecc005e157a?OpenDocument" http://unispal.un.org/unispal.nsf/0/3740e39487a5428a85256ecc005e157a?OpenDocument diakes 19 Mei 2014