bentuk dan makna kata dan kalimat efektif

46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Sistematis yang dimaksud adalah bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon. Kajian bahasa memang tidak pernah berhenti dibicarakan. Selalu ada permasalahan bahasa yang menarik untuk dikaji. Hal itu disebabkan bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan. Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara suatu bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentuk morfem, kata, kalimat, dan alinea. 1

Upload: chafa-nick

Post on 22-Nov-2015

188 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

bentuk dan makna kata dan kalimat efektif

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Sistematis yang dimaksud adalah bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.Kajian bahasa memang tidak pernah berhenti dibicarakan. Selalu ada permasalahan bahasa yang menarik untuk dikaji. Hal itu disebabkan bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan. Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara suatu bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentukmorfem, kata, kalimat, dan alinea.Satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksud penyataan dapat mempengaruhi makna dalam hal ini adalah kehadirannyadapat mengubah maknaatau menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yakni satu sama lainya saling melengkapi. Bentuk yang tidak mempunyai makna atau tidak dapat mempengaruhi makna tidak akan mendapat tempat dalam tatanam satuan bentuk bahasa.Selain Bahasa merupakan suatu sistem, bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk mengetahui berbagai macam bentuk dan makna kata, serta penggunaan kalimat efektif dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah1. Apa sajakah bentuk kata dalam Bahasa Indonesia?2. Apakah yang dimaksud dengan makna kata?3. Apakah yang dimaksud dengan kalimat efektif ?

C. Tujuan Masalah1. Mengetahui bentuk-bentuk kata dalam bahasa Indonesia2. Mengetahui tentang makna kata dan macam-macamnya3. Mengetahui tentang kalimat efektif beserta ciri-cirinya.

D. ManfaatMakalah ini berisi penjelasan tentang bentuk dan makna kata yang ada dalam bahasa Indonesia serta tentang penggunaan kalimat efektif, yang diharapkan bisa membantu para pembaca dalam memahami bahasa Indonesia lebih mendalam.

BAB IIPEMBAHASAN

Bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan. Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara suatu bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentukmorfem, kata, kalimat, dan alinea.Satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksud penyataan dapat mempengaruhi makna dalam hal ini adalah kehadirannyadapat mengubah maknaatau menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yakni satu sama lainnya saling melengkapi. Bentuk yang tidak mempunyai makna atau tidak dapat mempengaruhi makna tidak akan mendapat tempat dalam tatanam satuan bentuk bahasa.

A. Bentuk Kata1. Fenom Fonem merupakan satuan bunyi bahasa yang terkecil yang mampu menunjukan perbedaan makna dalam ilmu bahasa. Fonem itu ditulis diantara dua garis miring /.../ misalnya bunyi a/,/i,/u/e/,dan/o. Jika satu fonem saja diganti atau dihilangkan atau bahkan ditambahkan maka akan mengubah kata. Fonem dibedakan atas vocal dan konsonan.Contoh kasta, kista, kusta, kata-kata ini hanya dibedakan oleh fenomena a/,i/, dan u/. Contoh lainnya yang fenomenanya berupa huruf konsonan misalnya kata jari, hari, tari, lari, kata-kata tersebut dibedakan oleh fonem/j/,/h/,t/,l/. Fungsi fonem itu sendiri untuk membedakan makna perbedaan bunyi. Pada fonem yang membedakan makna ini menegaskan adanya fonem-fonem yang berbeda pula. 2. MorfemMorfemadalah suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna.Morfeman, -di, me-, ter, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk katamakanan, dimakan, memakan, termakan, makanlahyang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna katamakan. Morfem boleh dibagi dua, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.a. morfem bebas, dapat menjalankan fungsinya secara mandiri (dapat diucapkan tersendiri, dan dapat diletakkan dalam hubungan kalimat).Contoh : buku, uang, orang. b. morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat dapat berdiri sendiri dari satu makna. Maknanya baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Morfem terikat mencakup : Awalan: Ditambah pada bagian depan kata dasar. Misalnya membaca, menghafal. Akhiran: Ditambah pada bagian belakang kata dasar. Sisipan: Diselit di antara unsur unsur kata dasar. Misalnya telapak (tapak) Apitan: Ditambahkan serentak pada awalan dan akhiran kata dasar. Misalnya, imbuhan per....an dalam permainan3. KataKata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem; atau gabungan huruf dengan morfem, baru diakui sebagai kata bila bentuknya mempunyai makna. Dari segi bentuk, kata dibagi atas dua macam:a. Kata yang bermorfem tunggal (kata dasar), yaitu kata yang belum mendapat imbuhan.b. Kata yang bermorfem banyak, yaitu kata yang sudah mendapat imbuhan.Pembagian kelas atau jenis kata:1) kata benda (nomina) 6) kata bilangan (numeralia)2) kata kerja (verba) 7) kata sambung (konjungsi)3) kata sifat (adjektiva) 8) kata sandang (artikel)4) kata ganti (pronomina) 9) kata seru (interjeksi)5) kata keterangan (adverbia) 10) kata depan (preposisi) Sementara itu, ilmu bahasa termasuk morfologi terus berkembang. Pembagian kelas kata bahasa Indonesia yang paling mutakir adalah yang diajukan oleh Tim Depdikbud RI yang terdapat di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi perdana 1988). Di dalam buku itu, Moeliono, dkk. mengelompokan kata ke dalam lima jenis, yaitu :1. Verba (Kata Kerja)Adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.Ciri-ciri kata kerja:1) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan,sedang, dan telah.Contoh: (akan) mandi2) Dapat diingkari dengan kata tidakContoh: (tidak) makan3) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata benda atau kata sifat.Contoh: tulis + dengan pena (KB) menulis + dengan cepat (KS)Selain bentuk di atas, ada bentuk verba yang lain, yaitu:a) Verba reduplikasi atau verba berulang dengan dengan atau tanpa pengimbuhan, misalnya makan-makan, batuk-batuk.b) Verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan kata, namun bukan berupa idiom; misalnya terjun payung, tatap muka.c) Verba berpreposisi, yaitu verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu; misalnya tahu akan, cinta pada.2. Adjektiva (Kata Sifat)Adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/suatu benda. Umumnya berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas dalam kalimat. Dibedakan atas dua macam, yaitu:1) kata sifat berbentuk tunggal, dengan ciri-ciri:a. dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling: misalnya lebih baik.b. Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, sekali; misalnya sangat senang, sedikit sekali.c. Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, misalnya tidak benar.2) kata sifat berimbuhan. Contoh: abadi, manusiawi, kekanak-kanakan.3. Adverbia (Kata Keterangan)Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Kalimat Saya ingin segera melukis, kata segera adalah adverbia yang menerangkan verba melukis.Menurut Alwi dkk. (1998 : 366), keterangan di dalam kalimat ada Sembilan macam, semua keterangan itu diisi oleh beraneka bentuk adverbial seperti tampak dalam contoh di bawah ini. Contoh :a) Yang menyatakan waktu :sekarang, besok, beberapa hari lagi, pada masa lalu, sejak tahun 1945;b) Yang menyatakan tempat dan arah :di sana, ke kampus, dari bogor, diatas meja, di selatan khatulistiwa ;c) Yang menyatakan tujuan :demi keluarga, untuk mencerdaskan bangsa, bagi tanah air dan Negara;d) Yang menyatakan cara :sekuat kuatnya, lama lama, baik baik, kecil kecilan, dengan terang terangan, dengan perhatian penuh ;e) Yang menyatakan penyertaan :dengan karyawan, bersama rakyat, tanpa guru ;f) Yang menyatakan alat :dengan kereta api, dengan sepeda, dengan gunting, dengan kapak merah ;g) Yang menyatakan kemiripan :laksana puteri, bagaikan karang, seperti petinju ;h) Yang menyatakan penyebaban :karena inflasi, karena krisis keuangan, karena cinta ;i) Yang menyatakan kesalingan :satu sama lain ;

4. Rumpun Kata BendaKata Benda adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak). Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat.Ciri kata benda:a. Dapat diingkari dengan kata bukan.Contoh: gula (bukan gula).b. Dapat diikuti setelah gabungan kata yang + kata sifat atau yang sangat + kata sifat.Contoh: buku + yang mahal (KS).Ada tiga jenis kata yang juga mengacu kepada benda, yaitu:a. Nomina (kata benda) : kata yang dipakai untuk menyatakan benda konkret.b. Pronomina (kata ganti) : kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.Contoh: mana, kapan, Buc. Numeralia (kata bilangan) : kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang.Contoh: tiga, puluhan.5. Rumpun Kata Tugas Kata Tugas adalah kumpulan kata dan partikel. Lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas, yang terdiri atas:a. Kata depan (preposisi)Kata depan adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposional).Contoh: di kantor, sejak kecil.b. Kata sambung (konjungsi)Kata sambung adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.Contoh: - antara hidup dan mati (dalam kalimat)- Situasi memang sudah membaik. Akan tetapi, kita harus selalu siaga.c. Kata seru (interjeksi)Kata seru adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat perintah (imperatif).Contoh: Aduh, gigiku sakit sekali!Ayo, maju terus, pantang mundur!d. Kata sandang (artikel)Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau kata benda. Artikel ada tiga, yaitu:(a) yang bermakna tunggal: sang putri(b) yang bermakna jamak: para hakim(c) yang bermakna netral: si hitam manis.e. PartikelBermakna unsur-unsur kecil dari suatu benda. Partikel yang dibicarakan di sini adalah partikel yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif) dan pernyataan, yaitu: kah: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?Berfungsi sebagi kalimat tanya yang membutuhkan jawaban lah: Apalah dayaku tanpa bantuanmu?Berfungsi sebagai kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban tetapi tetap diberi tanda tanya. lah: Dialah yang Maha Kuasa.Kata lah dalam kalimat ini menunjukkan partikel dan harus ditulis dengan huruf kecil.

4. FrasaFrasa adalah kelompok kata / gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan dan memiliki satu makna gramatikal.Ciri-ciri frasa :1. terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.2. menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.3. mengandung satu kesatuan makna gramatikal.4. bersifat nonpredikatif.Frasa terbagi atas:a. Frase bertingkat (endosentrik) ; memiliki pola inti, pola DM atau MDMisal: Penuh wibawa M D (inti) Gembira Sekali D(inti) Mb. Frase setara (eksesentrik) ; tidak memiliki inti frase, unsur-unsurnya merupakan kelompok kata yang setara Misal: tanya jawab Penggolongan Frasa berdasarkan kelas kata:a. Frase Nominal ; distribusinya sama dengan kata benda ; rumah mewah b. Frase Verbal ; distribusinya sama dengan kata kerja ; belum pergi c. Frase Sifat; distribusinya sama dengan kata sifat; jujur sekali d. Frase bilangan ; distribusinya sama dengan kata bilangan ; tujuh helai e. Frase Depan ; frase yang diawali kata depan dan diikuti dengan kata benda, kerja, bilangan dan keterangan ; dari terminalf. Frase keterangan ; distribusinya sama dengan kata keterangan ; minggu depan

5. KlausaKlausa ialah satu unit rangkaian perkataan yang mengandung subjek dan predikat yang menjadi konstituen kepada ayat. Klausa merupakan ayat yang membentuk ayat majemuk. Klausa terbagi kepada dua jenis, yaitu klausa bebas dan klausa tak bebas.a. Klausa bebasKlausa bebas ialah klausa yang boleh berdiri dengan sendiri dan apabila diucapkan dengan intonasi yang sempurna, klausa bebas ini akan menjadi ayat yang lengkap.Contoh : Ahmad menari. (klausa bebas)b. Klausa tak bebasKlausa tak bebas ialah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri dan dalam ayat majemuk, klausa tak bebas ini dipancangkan ke dalam klausa bebas atau klausa utama. Contoh :1. Dia lulus dalam ujian karena belajar bersungguh-sungguh.2. Dia lulus dalam ujian (klausa utama / klausa bebas)3. karena belajar bersungguh-sungguh (klausa tak bebas)

6. KalimatKalimat, dari bahasa Arab, adalah satuan lingusitik yang terkecil yang bisa berdiri sendiri. Dalam bahasa Latin disebut sintaks atau sintaksis.Dalam linguistik, kalimat adalah satuan dari bahasa atau arus ujaran yang berisikan kata atau kumpulan kata yang memiliki pesan atau tujuan dan diakhiri dengan intonasi final.Contoh : - Ayah pergi ke kantor jam 7 pagi.- Adik sedang bermain bola di lapangan.

7. ParagrafParagraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi.

B. Makna Kata1. Pengertian Makna KataMakna adalah denotasi. Kadang kadang Makna itu selaras dengan Arti dan kadang tidak selaras. Apabila makna sesuatu itu sama dengan arti sesuatu itu, maka makna tersebut disebut Makna Laras (Explicit Meaning). Apabila maknanya tidak selaras dengan Arti, maka sesuatu itu disebut memiliki Makna Kandungan (Implicit Meaning) atau Makna Lazim (Necessary Meaning).Sebagai contoh kata Sapi, ia memiliki arti dan makna. Sapi sudah memiliki arti sebelum kata tersebut dimasukan ke dalam kalimat, tapi ia belum memiliki makna, karena makna hanya akan terbentuk apabila kata itu sudah dimasukan kedalam kalimat. Contoh Makna Laras:Gara membeli sapi.Kalimat ini memiliki makna yang sama dengan artinya, yaitu sapi. Pengertian yang menyeluruh tentang sapi tersebut itulah yang disebut dengan Makna Laras (Explicit Meaning). Ketika Gara membeli sapi, tentu yang dibeli adalah keseluruhan tubuh sapi. Oleh karena itu, makna Sapi dalam kalimat tersebut adalah sama dengan arti Sapi, sehingga disebut memiliki Makna Laras. Contoh Makna Kandungan:Gara memukul sapi.Yang dipukul oleh Gara adalah sebagian tubuh sapi itu, oleh karena itu Sapi dalam kalimat tersebut tidak selaras dengan artinya, melainkan hanya kandungan arti tersebut. Oleh karena itu Sapi dalam kalimat tersebut memiliki Makna Kandungan. Contoh Makna Kata Lazim:Gara Menarik sapi.Kata Sapi dalam kalimat tersebut adalah memiliki Makna Lazim, karena ketika Gara menarik sapi, sebenarnya yang dipegang adalah talinya. Dia menarik tali itu secara tidak langsung menarik tubuh sapi. Kendatipun yang gara pegang dan dia tarik secara langsung adalah tali kedali sapi dan bukan sapinya secara langsung, tetapi sudah lazim dikatakan bahwa hal itu disebut menarik sapi. Itulah mengapa disebut Makna Lazim.2. Relasi Makna KataDi dalam Bahasa Indonesia, banyak ditemukan suatu kata yang memiliki hubungan atau relasi semantik dengan kata lain, seperti kesamaan makna, lawan kata, kegandaan kata, ketercakupan makna, kelainan makna, dan sebagainya. Di bawah ini akan dijelaskan macam-macam relasi makna tersebut.

a. SinonimSecara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti Nama, dan syn yang berarti Dengan. Maka secara harfiah kata sinonim berarti Nama lain untuk benda atau hal yang sama (Chaer, 1990:85). Sinonim atau bisa disebut kegandan makna dapat diartikan sebagai dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Dikatakan hampir sama karena meskipun dua kata tersebut sama, kata tersebut tidak dapat atau kurang tepat bila menggantikan kata yang lain dalam sebuah kalimat. Contohnya seperti di bawah ini :Tikus itu mati diterkam kucing.Tikus itu meninggal diterkam kucing.Dalam dua kalimat di atas, kita dapat menemukan dua kata yang bersinonim, yaitu mati dan meninggal. Namun kata Meninggal pada kalimat kedua tidak dapat menggantikan kata Mati pada kalimat pertama. Hal ini karena kata Mati dapat digunakan pada semua makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, sedangkan kata Meninggal hanya digunakan pada manusia.b. AntonimKata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti Nama, dan anti yang berarti Melawan. Maka secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain pula(Chaer, 1990:85). Kata antonim atau sering disebut lawan kata dapat diartikan sebagai dua kata yang memiliki makna yang berlawanan atau bertentangan. Misalnya, hidup-mati, diam-gerak dan sebagainya.c. Homonim, homofon, homografKata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang berarti Nama dan homo yang artinya Sama. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai Nama sama untuk benda atau hal lain (Chaer, 1990:85). Homonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan dan lafal yang sama namun memiliki makna yang berbeda. Misalnya, kata Bisa dapat diartikan dua makna, yakni Bisa yang berarti Dapat dan Bisa yang berarti Racun.Homofon (homo berarti sama, fon berarti bunyi ) adalah dua kata atau lebih yang memiliki lafal yang sama walaupun ejaan dan maknanya berbeda. Misalnya, kata Bang dan Bank. Homograf (homo berarti sama, grafi berarti tulisan) adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan yang sama namun memiliki lafal dan makna yang berbeda. Misalnya, Tahu (baca Tahu) bermakna salah satu produk makanan yang berasal dari kedelai, sedangkan kata Tahu (baca Tau) bermakna mengetahui.d. Hiponim dan hipernimKata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma berarti Nama dan hypo berarti Di bawah. Jadi, secara harfiah berarti Nama yang termasuk di bawah nama lain (Chaer, 1990:85). Hipomimi dan hipermimi berhubungan satu sama lain, hipomimi merujuk pada kata yang lebih khusus yang merupakan subordinat dari hipermimi. Misalnya, kata Tongkol dan Ikan, kata Tongkol merupakan hiponim dari kata Ikan sedangkan kata Ikan merupakan hipernim dari kata Tongkol.

e. PolisemiPolisemi adalah satuan bahasa (bisa kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya pada kalimat di bawah ini :Kepalaku sakit sejak kemarin.Kepala sekolah menemui para murid di kelasKata Kepala yang pertama bermakna bagian tubuh yang berada di atas leher sedangkan kata Kepala yang kedua bermakna pemimpin.3. Perubahan Makna KataDalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :Macam-macam Perubahan Makna:a. Menyempit/spesialisasiKata yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.Contoh :Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalam arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna Lulusan perguruan tinggi). b. Meluas/generalisasiPenggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.Contoh :Putera dan puteri dulu dipakai untuk anak dari raja, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan kata Putera dan puteri saat ini menunjuk pada semua anak lelaki dan anak perempuan. Hal ini merupakan bukti bahwa kata Putera dan puteri meluas penggunaa nnya.c. AmelioratifPada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.Contoh :Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.d. PeyoratifMakna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.Contoh :Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.

e. AsosiasiYang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat hati-hati dengan tukang catut itu.Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benarf. SinestesiaPerubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.Contoh:Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.4. Jenis Makna KataMakna di dalam sastra Bahasa Indonesia ditentukan dalam beberapa kriteria atau jenis dan juga sudut pandang. Jenis makna dalam Bahasa Indonesia sangat banyak diantaranya: Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya.a. Makna Lesikal dan Makna GramatikalLeksikal merupakan bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon. Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Dengan kata lain makna lesikal adalah makna unsur-unsur bahasa (leksem) sebagai lambang benda, peristiwa, obyek, dan lain-lain. Seperti kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, atau Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus.Biasanya makna leksikal dipertentangkan dengan makna gramatikal. Jika makna leksikal berkenaan dengan makna leksem, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik, melahirkan makna Dapat, dan dalam kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal Tidak sengaja.b. Makna Referensial dan Makna NonreferensialPerbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata meja termasuk kata yang bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut Meja. Sebaliknya kata karena tidak mempunyai referen, jadi kata karena termasuk kata yang bermakna nonreferensial.c. Makna Denotatif dan KonotatifMakna denotatif atau konseptual adalah makna kata yang didasarkan atas penunjukkan yang langsung (lugas) pada suatu hal atau obyek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas bersifat obyektif, karena langsung menunjuk obyeknya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna denotasi sering disebut sebagai makna sebenarnya.Seperti dalam kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna yang sama, yaitu Manusia dewasa bukan laki-laki.Makna konotatif merupakan lawan dari makna denotatif. Jika makna denotatif mencakup arti kata yang sebenarnya, maka makna konotatif sebaliknya, yang juga disebut sebagai makna kiasan. Lebih lanjut, makna konotasi dapat dijabarkan sebagai makna yang diberikan pada kata atau kelompok kata sebagai perbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi jelas dan menarik. Seperti dalam kalimat Rumah itu dilalap si jago merah. Kata Si jago merah dalam kalimat tersebut bukanlah arti yang sebenarnya, melainkan kata kiasan yang bermakna Kebakaran. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti Cerewet, tetapi sekarang konotasinya positif.d. Makna Kata dan Makna IstilahSetiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, istilah mempunyai makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh berikut(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.e. Makna Konseptual dan Makna AsosiatifYang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.f. Makna Idiomitikal dan PeribahasaIdiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat Diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh dari idiom adalah bentuk membanting tulang dengan makna Bekerja keras, meja hijau dengan makna Pengadilan. Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya Asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing yang bermakna Dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersama memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.g. Makna KiasDalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti puteri malam dalam arti Bulan, raja siang dalam arti Matahari.

5. Kalimat Efektifa. PengertianKalimat efektif dapat diartikan sebagai kalimat yang dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar secara tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis dan pembaca atau pendengar tidak akan menghadapi keraguan atau salah komunikasi.Gorys Keraf dalam bukunya menyatakan pengertian kalimat efektif adalah : 1. Kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pendengar atau pembaca. Kalimat efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informafi yang tetap dan baikDari pengertian-pengertian yang telah diungkapakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengkomunikasikan pikiran penulis dan pendengar. Ada dua pihak yang terlibat dalam pembicaraan ini; pertama adalah penulis dan kedua adalah pembaca, maka maksud dari pembicaraan yang ingin kita sampaikan harus disusun sedemikian rupa agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penulis dan pembaca. Selain itu, fungsi kalimat sebagai alat komunikasi dapat terwujud. b. Ciri-ciri kalimat efektifMembicarakan tentang kalimat efektif tidak lepas dari ciri-ciri yang terdapat di dalamnya. Mengenai ciri-ciri kalimat efektif banyak batasan yang diberikan para ahli tentang ciri-ciri tersebut walau berbeda dalam perumusan namun secara prinsip tampak sejalan.Ciri-ciri kalimat efektif adalah :a. KesepadananKesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan artinya hungan timbak balik antara predikat dengan objek serta denagn keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur kalimat tadi. Kesepadanan memiliki beberapa ciri seperti :1. Mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dsb di depan subjek.Contoh : Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.Seharusnya : Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

2. Tidak terdapat subjek gandaContoh :Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.Seharusnya :Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.3. kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggalContoh :Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertamaSeharusnya : Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.Perbaikan kalimat diatas bisa dilakukan dengan cara mengubah kalimat dengan menjadikan kalimat majemuk dan mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi kalimat ungkapan penghubung antar kalimat.b. KeparalelanKesamaan bentuk kata yang digunakn dalam kalimat itu. Jika kalimat tersebut menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga mrnggunakan nomina, jika menggunakan verba maka seterusnya maka gunakan verba. Kesatuan unsur-unsur yang digunakan secara konsisten. Kesejajaran iala menempatkan gagasna yang sama penting dan fungsinya kedalam struktur kebahasaan yang sama.Contoh : Karena sering tidak masuk kuliah, amir tidak dapat menjawab soal yang sangat mudah.c. Ketegasan Ketegasan yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.i) Meletakkan kata yang ditonjolkan didalam kalimat.Contoh : Harapan presiden ialah agar rakyat membangun membangun bangsa dan negaranya.Penekanannya ada pada harapan presiden.ii) Membuat urutan kata yang bertahap Contoh : Bukan seribu, sejuta, atau seratus tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.Seharusnya :Bukan seratus, seribu, atau sejuta tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.iii) Melakukan pengulanagn kata atau repetisi.Contoh :Saya suka akan kecantikan mereka, saya suak akan kelembutan mereka.

iv) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.Contoh :Anak itu tidak malas dan cenderung curang, tetapi rajin dan jujur.v) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).Contoh :Saudaralah yang bertanggung jawab.vi) Menggunakan klimaks atau anti klimaks.Contoh : Jangankan menjalankan salat sunnah, salat wajib saja dia tinggalkand. KehematanKehematan adalah hemat mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Kehematan berarti penghematan terhadap kata yang memeng tidak dipergunakan, sejauh ini menyalahi tata bahasa.Kriteria kehematan diantaranya: Menghilangkan pengulangan subjekContoh:Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ketempat itu.Seharusnya:Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Menghindari pemakaian superordinat pada hiponim kataContoh: kata pipit sudah mewakili kata burungDimana engkau menangkap burung pipit itu? Menghindari kesinoniman dalam satu kataKata naik bersinonim ke atasContoh: mereka naik keatas menggunakan tanggaSeharusnya: mereka naik menggunakan tangga. Menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamakBanyak para jemaah yang menjadi korban ketika terjadinya musibah di jamarat MinaSeharusnya:Banyak jamaah yang menjadi korban ketika terjadinya musibah di Jamarat Mina. Penggunaan bentuk panjang yang salahContoh:Dosen itu memberikan teguran kepada mahasiswa yang sering tidak masuk kuliah.Seharusnya:Dosen menegur mahasiswa yang sering tidak masuk kuliah.e. KecermatanKecermatan adalah bahwa kalimat ini tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.Contoh:Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.Seharusnya:Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah.f. KepaduanKepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikannya tdak terpecah-pecah. Kepaduan adalah adanya hubungan yang padu (koheren) antar unsur kalimat. Satu unsur dengan unsur yang lain tidak boleh diselingi sebuah kata yang tidak penting dan letak kata dalam kalimat tidak boleh dipertukarkan.Sebuah kalimat dikatakan padu bisa ditempuh dngan jalan:i) Hindari kalimat yang panjang dan bertele-teleii) Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verba secara tertib.iii) Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.Contoh:Pembangunan desa daripada kita bertujuan untuk memakmurkan rakyat daripada desa, bukan untuk segelintir orang tersebut.Seharusnya:Pembangunan desa kita bertujuan untuk kemakmuran rakyat desa, bukan untuk segelintir orang.g. Kelogisan Ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisnya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal.Contoh:Waktu dan tempat kami persilahkanSeharusnya:Bapak Menteri kami silahkan.

BAB IIIKESIMPULAN

Kesimpulan dari materi diatas yaitu di dalam mempelajari bahasa Indonesia khususnya dalam kalimatnya kita tidak pernah terlepas dari struktur pembentukannya yang di dalamnya terdapat fonem, morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat. Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Sehingga dalam pembuatan kalimat harus memperhatikan beberapa hal agar tebentuk suatu kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengkomunikasikan pikiran penulis dan pendengar.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk.1990. Tata Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai PustakaChaer, Abdul dan Liliana Muliastuti. 2003. Kelas I Makna dalam semantic. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.Keraf, Gorys, 1996, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta : PT GramediaFinoza, Lamuddin, 2006, Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Insan Media.Minto Rahayu, 2007, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindohttp://afirmanto.blogspot.com/2010/04/bentuk-dan-makna-dalam-bahasa-indonesia.html

23