bentuk bentuk laporan keuangan · web viewtujuan instruksianal setelah membaca materi ini ,...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
ManajemenKeuanganBentuk Bentuk Laporan Keuangan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi Manajemen 02 MK Liestyowati, Ir.ME
Abstract KompetensiMemberikan gambaran khusus mengenai Bentuk Laporan Keuangan
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang Bentuk Laporan Keuangan
Bentuk Bentuk Laporan KeuanganTUJUAN INSTRUKSIANAL
Setelah membaca materi ini , mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memamahi dan menjelaskan Pengertian Lapoaran Keuangan .
2. Memamahi dan menjelaskan Unsur Unsur Laporan Keuangan.
3. Memamahi dan menjelaskan Penilaian Kinerja Keuangan
POKOK BAHASAN
1. Pengertian Lapoaran Keuangan .
2. Unsur Unsur Laporan Keuangan.
3. Penilaian Kinerja Keuangan
BENTUK BENTUK & LAPORAN KEUANGAN
I. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan dasar bagi upaya analisis atas suatu perusahaan, maka terlebih dahulu harus
diketahui sifat, cakupan, dan keterbatasannya sebelum menggunakan laporan keuangan sebagai alat
analisis. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1, Paragraf 07 (SAK:2007) yaitu sebagai berikut:
Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Laporan keuangan juga dapat didefenisikan sebagai suatu alat dengan mana informasi dikumpulkan dan
diproses dalam akuntansi keuangan yang dikomunikasikan secara periodik kepada para pemakainya.
Pemakai laporan keuangan tersebut meliputi pihak eksternal dan pihak internal yang menggunakan laporan
keuangan untuk memenuhi berbagai kebutuhan informasi yang berbeda.
2012 2
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Laporan keuangan yang menjadi alat analisis dalam penelitian ini adalah neraca dan laporan laba-rugi
dikarenakan neraca dan laporan laba-rugi cukup memadai untuk menggambarkan posisi keuangan dan hasil
operasi yang telah dicapai perusahaan. Neraca menunjukkan posisi harta, kewajiban dan modal pada suatu
waktu tertentu sedangkan laporan laba-rugi menggambarkan pendapatan yang diperoleh dan biasanya yang
dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan atau justru mengalami kerugian.
II. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu
atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya
sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, penulis hanya
menjelaskan mengenai neraca dan laporan laba rugi saja.
1. Neraca (Balance Sheet)
“Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri
(owners’ equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu” (Djarwanto, 2004:20). Penggolongan perkiraan
neraca akan lebih memudahkan proses analisisnya.
1) Aktiva (Assets)
Aktiva mencakup biaya-biaya yang belum ditandingkan dengan pendapatan di masa lalu dan diharapkan
dapat memberi manfaat ekonomi
2012 3
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
berupa pendapatan di masa depan. Djarwanto (2004:24) menggolongkan aktiva yang terdiri dari 6 bagian.
a. Aktiva Lancar
b. Investasi Jangka Panjang
c. Aktiva Tetap
d. Aktiva Tidak Berwujud
e. Bebab Biaya yang Ditangguhkan; dan
f. Aktiva Tidak Lancar Lainnya
(a) Aktiva Lancar (Current Assets);
yaitu pos-pos di neraca yang diharapkan dapat dikonversikan ke kas atau setara kas dalam periode
waktu yang relatif singkat yang meliputi : kas dan setara kas, investasi jangka pendek, wesel tagih,
piutang usaha, persediaan, serta biaya dan pos lain yang dibayar dimuka yang diharapkan akan
terealisasi dalam jangka waktu yang tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal neraca. Aktiva lancar secara
normal dicatat pada neraca menurut urutan likuiditasnya kecuali persediaan dan surat berharga yang
dapat segera dijual dilaporkan menurut nilai estimasi yang dapat direalisasikan. Oleh karena itu, saldo
piutang harus dikurangi dengan penyisihan piutang tak tertagih.
(b) Aktiva Tetap (Fixed Assets);
yaitu aktiva yang bersifat tetap dan permanen, tidak untuk diperdagangkan dan digunakan dalam
operasi perusahaan, misalnya: tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan dan alat-alat lain.
(c) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets);
yaitu aktiva yang tidak nyata secara fisik tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan
dimiliki perusahaan untuk mendukung aktivitasnya, misalnya : hak cipta, merek dagang, lisensi,
goodwill dan lainnya.
(d) Investasi Jangka Panjang (Longterm Investment);
yaitu bagian aktiva yang dapat direalisasikan menjadi kas dalam jangka waktu yang lebih dari satu
periode akuntansi (umumnya 12 bulan), terdiri dari saham dan obligasi perusahaan lain.
(e) Beban Biaya yang Ditangguhkan (Deffered charges)
adalah pengeluaran-pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang , dimana
pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsungnya untuk beberapa tahun atau periode.
(Djarwanto, 2004: 34)
(f) Aktiva Lain-lain (Other Assets);
yaitu aktiva perusahaan yang tidak termasuk dalam kategori sebelumnya, misalnya : gedung dalam
proses, tanah dalam penyelesaian, dan piutang jangka panjang.
2) Kewajiban/Utang (Liabilities)
2012 4
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Djarwanto (2004: 34):
Utang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau
menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Berdasarkan jangka waktu pengembaliannya atau
pelunasannya, utang dibedakan menjadi utang jangka pendek (current liabilities) dan utang jangka panjang
(noncurrent liabilities).
(a) Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities),
merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu
singkat (satu siklus operasi normal atau satu tahun), misalnya : utang dagang, utang wesel, utang
pajak, biaya yang masih harus dibayar, utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dan
penghasilan yang diterima dimuka.
(b) Kewajiban jangka panjang (Noncurrent Liabilities),
merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo)
dalam waktu lama (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), misalnya : utang wesel jangka
panjang, utang obligasi, utang hipotek dan pinjaman jangka panjang lainnya.
3) Modal (Owner’s Equity)
Modal merupakan dana yang bersumber dari pemilik perusahaan ataupun kepentingan pemilik perusahaan
maupun pemegang saham atas aktivitas perusahaan. Unsur-unsur modal suatu perusahaan terdiri dari :
modal saham, cadangan-cadangan dan laba yang ditahan.
2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
Menurut Kasmir (2008: 45), “Laporan laba-rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan
atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode
tertentu.”
Djarwanto (2004:44) meyebutkan bahwa:
Unsur-unsur penting dari laporan laba-rugi adalah terdiri dari penghasilan utama (operating revenue atau
sales), harga pokok penjualan (cost of goods sold), biaya usaha (operating expenses), penghasilan dan biaya
di luar usaha pokok (other income and expenses atau nonoperating), dan pos-pos insidentil atau pos-pos luar
biasa (extraordinary items).
Bentuk penyajian laporan laba-rugi yang biasa digunakan menurut Kasmir (2008: 49) ada dua bentuk.
1) Bentuk tunggal (Singgle step); yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan dalam satu kelompok
dan semua biaya dalam satu kelompok sehingga laba atau rugi bersih dihitung dengan satu langkah yakni
mengurangkan total pendapatan dengan total biaya.
2012 5
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
2) Bentuk bertahap (Multiple Step); yang mengelompokkan laba-rugi secara lebih teliti sesuai dengan prinsip
yang digunakan secara umum.
Bentuk-bentuk Laporan Keuangan
1. Laporan Laba/Rugi ( Income Statement)
Laporan keuangan yang menggambarkan kinerja perusahaan untuk memperoleh laba dalam suatu periode
tertentu, yang meliputi Penghasilan (Income) dan Beban (Expenses)
Bentuk Laporan L/R:
a. Laporan L/R Bertahap ( Multiple Step )
yaitu suatu bentuk Laporan Laba/Rugi, dimana ada pemisahan antara pendapatan usaha atau
biaya usaha dengan pendapatan atau biaya diluar usaha
Contoh : Laporan Rugi / Laba Bertahap ( Multiple Step
CV. Mikita
Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 200X
Pendapatan usaha Rp. XXX
Biaya Usaha :
- Biaya Gaji : Rp. XXX
- Biaya Telpon : Rp. XXX
- Biaya Depresiasi : Rp. XXX +
Total Biaya Usaha : Rp. XXX _
Laba / Rugi Usaha : Rp. XXX
Pendapatan / Biaya Diluar usaha : .
Pendapatan Sewa : Rp. XXX .
Biaya Bunga : XXX _ .
Total Pendapatan / Biiaya diluar usaha : Rp. XXX +/_
Laba / Rugi Bersih : Rp. XXX
b. Laporan Rugi / Laba Satu Tahap ( Single Step )
2012 6
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Yaitu suatu bentuk Laporan Laba Rugi, dimana tidak ada pemisahan antara Pendapatan usaha atau
biaya usaha dengan pendapatan atau biaya diluar usaha
Catatan :
Laporan Rugi / Laba perusahaan jasa bentuknya single step.
Contoh : Laporan Rugi / Laba Satu Tahap ( Single Step )
CV. Mikita
Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 200X
Pendapatan usaha Rp. XXX
Pendapatan sewa XXX +
Total Pendapatan Rp. XXX
Biaya Usaha :
- Biaya Gaji : Rp. XXX
- Biaya Telpon : XXX
- Biaya Bunga : XXX
- Biaya Depresiasi : XXX +
Total Biaya Usaha : Rp. XXX _
Laba / Rugi Bersih : Rp. XXX
2. Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)
Laporan keuangan yg menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan krn operasi perusahaan pada suatu periode akuntansi tertentu
Mikita CookiesLaporan Perubahan ModalPer 31 Desember 200XModal awal, 1 Jan 200X Rp. XXXLaba / Rugi bersih Rp. XXX +/_
Rp. XXX
2012 7
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Prive Rp. XXX _Modal akhir, 31 Des 200X Rp. XXX
3. Neraca (Balance Sheet)
Yaitu Laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan, yang meliputi
aktiva, kewajiban dan ekuitas suatu unit usaha pada saat tertentu
Bentuk Neraca :
a. Bentuk Skontro
b. Bentuk Staffel
a. Bentuk Skontro
Mikita Cookies
Neraca
31 Desember 200X
AktivaAktiva Lancar :Kas Rp. XXX
Piutang dagang XXX
Persediaan XXX +
Total Aktiva Lancar Rp. XXX
Aktiva Tetap :Tanah Rp. XXX
Peralatan (netto) XXX
Gedung (netto) XXX +
Total Aktiva Tetap Rp. XXX +
Total Aktiva Rp. XXX
Kewajiban dan ModalHutang LancarHutang dagang Rp. XXX
Hutang sewa XXX +
Total Hutang Lancar Rp. XXX
Hutang Jk. PanjangHtg Bank Rp. XXX
Htg Obligasi XXX +
Total Hutang Jk. Panjang Rp. XXX +
Total Hutang Rp. XXX
Modal Rp. XXX +
Total Pasiva Rp. XXX
2012 8
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
AktivaAktiva Lancar :Kas Rp. XXX
Piutang dagang XXX
Persediaan XXX +
Total Aktiva Lancar Rp. XXX
Aktiva Tetap :Tanah Rp. XXX
Peralatan (netto) XXX
Gedung (netto) XXX +
Total Aktiva Tetap Rp. XXX +
Total Aktiva Rp. XXX
Kewajiban dan ModalHutang LancarHutang dagang Rp. XXX
Hutang sewa XXX +
Total Hutang Lancar Rp. XXX
Hutang Jk. PanjangHtg Bank Rp. XXX
Htg Obligasi XXX +
Total Hutang Jk. Panjang Rp. XXX +
Total Hutang Rp. XXX
Modal Rp. XXX +
Total Pasiva Rp. XXX
b. Bentuk Staffel
Pasiva
Hutang Lancar
Hutang dagang Rp. XXX
Hutang Sewa XXX +
Total Hutang Lancar Rp. XXX
Hutang Jk. Panjang
Hutang Bank Rp. XXX
Hutang Obligasi XXX +
Total Hutang Jk. Panjang Rp. XXX +
Total Hutang Rp. XXX
Modal Rp. XXX +
Total Pasiva Rp. XXX
2012 9
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
III. Analisis Rasio Keuangan
Salah satu alat analisis laporan keuangan yang paling umum dan biasa digunakan dalam menilai kinerja
keuangan adalah analisis rasio keuangan.
a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk melakukan analisis keuangan adalah dengan cara mempelajari hubungan antara
berbagai perkiraan-perkiraan dalam laporan keuangan. Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan
dengan angka yang disebut dengan rasio. Rasio-rasio ini penting bagi analisis intern maupun ekstern dan
menilai perusahaan dari laporan keuangan yang diumumkan perusahaan.
Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan
kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk
rasio. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perlambangan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio yang akan menjelaskan atau
menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.
Dari definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan analisa rasio keuangan adalah teknik atau alat untuk
mengukur prestasi perusahaan dalam hal menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta
derajat keuntungan perusahaan dengan menghubungkan antar pos-pos dalam neraca atau laporan rugi-laba
atau kombinasi dari keduanya.
Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding.
Menurut Syamsuddin (2000:39):
Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan rasio financial perusahaan,
yaitu
1. ”Cross-sectional approach”
2. ”Time series analysis”.
1) Cross sectional approach
adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan ratio-ratio antara perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
2) Time series analysis
Adalah dilakukan dengan jalan membandingkan ratio-ratio finansial perusahaan dari satu periode ke
periode lainnya. Pembandingan antara ratio yang dicapai saat ini dengan ratio-ratio pada masa lalu
akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.
2012 10
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Rasio keuangan akan memberikan manfaat apabila rasio tersebut dianalisis. Menurut Kiomn et al
(2005:108). Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan:
(1)Bagaimana tingkat likuiditas perusahaan?
(2) Apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan?
(3) Bagaimana perusahaan didanai?
(4) Apakah para pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup?
Analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang
kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan
atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.
Hal-hal tersebut akan membantu analisis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan
sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000:40) mengemukakan beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.
1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan.
Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara
bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio
saja sudah cukup digunakan
2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama.
Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio
finansial perusahaan B pada tahun 19X1.
3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit
(diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-
rasio yang dihitung juga kurang akurat
4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah
sama.
Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang
dikemukakan oleh Harahap (2006:298).
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang
sangat rinci dan rumit;
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;
2012 11
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model
prediksi (Z-score);
5. Menstandarisir size perusahaan;
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan
antara lain :
1. Banyak perusahaan besar yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang
berbeda pula dan dalam keadaan1. seperti ini, sulit untuk mendapatkan rata-rata industri yang bisa
digunakan sebagai pembanding yang tepat. Hal ini cenderung membuat analisis rasio lebih berguna
bagi perusahaan kecil dengan biang usaha yang lebih sempit daripada perusahaan besar dengan
banyak divisi yang berbeda-beda.
2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata walaupun pada kenyataannya lima puluh
persen dari perusahaan-perusahaan tersebut akan berada pada posisi di bawah rata-rata dan
selebihnya berada si atas rata-rata, sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumah dapat
dinyatakan baik. Bagi yang menargetkan prestasi yang tinggi, acuan yang terbaik adalah perusahaan
dengan rasio keuangan yang sangat baik.
3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di neraca sering dan sangat
berbeda dengan nilai sebenarnya. Lebih jauh lagi
2012 12
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
4. karena inflasi mempengaruhi baik beban penyusutan maupun biaya persediaan, maka laba juga tentu
terpengaruh. Oleh karena itu, analisis rasio bagi perusahaan dari tahun ke tahun atau analisis
komparatif atas perusahaan-perusahaan pada usia yang berbeda harus diinterpretasikan secara
cermat dan penuh pertimbangan.
2012 13
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
5. 5. Perbedaan antara praktik dengan operasi dapat menyebabkan distorsi dalam perbandingan.
Seperti metode penilaian persediaan dan penyusutan dapat mempengaruhi laporan keuangan dan
karena itu mendistorsikan perbandingan di antara perusahaan. Jika sebagian besar aktiva
perusahaan adalah aktiva lease, mungkin tidak akan disajikan di dalam daftar hutang, karena itu
leasing, bisa saja memperbagus rasio perputaran dan rasio hutang.
2012 14
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
6. Sulit untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau buruk. Misalnya rasio lancar yang
tinggi mungkin menunjukkan posisi likuiditas yang kuat, tetapi bisa juga menandakan adanya kas
berlebih yang tentunya tidak baik bagi perusahaan karena tidak efektif dalam penggunaan kas.
b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan.
Sebagaimana yang dikemukanan oleh Wachowicz (2005:204) :
Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama
meringkas beberapa aspek dari “kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca
yang telah dibuat.
2012 15
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Rasio-rasio ini disebut rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam
setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja
perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi/neraca (income statement/balance sheet
ratio).
Pada umumnya ada 4 aspek penilaian rasio keuangan menurut Abdullah (2005:44) yaitu rasio likuiditas,
aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas.
(a) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas berkaitan dengan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pihak-pihak yang berkepentingan
dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok dan
bankir.
Menurut Syamsuddin (2000:41) “Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan
perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi
uang kas”. Perusahaan harus mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk membayar kewajiban
lancarnya, misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau menjual persediaannya sehingga perusahaan
memperoleh kas.
Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing rasio likuiditas mencerminkan
perspektif yang berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Menurut Syahyunan (2004:83) “Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
2012 16
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
likuiditas, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, dan Net Working Capital.”
1. Current Ratio
Current ratio menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar suatu perusahaan. Aktiva
lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar terdiri
atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak,
dan beban-beban akrual lainnya (terutama gaji). Semakin besarnya perbandingan antara aktiva lancar dan
hutang lancar maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Artinya aktiva lancar harus lebih besar dibandingkan dengan jumlah hutang lancar.
2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Hal ini disebabkan persediaan
memerlukan waktu yang relatif lebih lama diuangkan bila dibandingkan dengan aset aktiva lancar lainnya.
3. Cash Ratio
Cash ratio merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayarkan
hutang. Hal ini ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara kas seperti rekening giro. Semakin besar
perbandingan kas atau setara kas dengan hutang lancar akan semakin baik.
4. Net Working Capital
Rasio ini untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya.
(b) Rasio Leverage (Rasio Solvabilitas)
Rasio leverage (rasio utang) menurut Wachowicz (2005:209) adalah “rasio yang menunjukkan sejauh mana
perusahaan dibiayai oleh utang”. Rasio leverage disebut juga rasio solvabilitas. Rasio leverage atau rasio
solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika
perusahaan tersebut dilikuidasi.
Adapun rasio leverage yang umumnya dipakai menurut Syahyunan (2004: 83) antara lain adalah “Debt Ratio,
Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, Fixed Charge Coverage Ratio, dan Debt Service Coverage.”
2012 17
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
1. Debt Ratio
Debt to ratio atau debt to asset ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara
total hutang dengan total aktiva. Artinya seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau
seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas. DER
merupakan financial leverage yang dipertimbangkan sebagai variabel keuangan karena secara teoritis
menunjukkan resiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. DER yang
tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat utang yang semakin tinggi
berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat DER yang
rendah menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin
tinggi. Sehingga investor cenderung memilih saham dengan DER yang rendah.
3. Time Interest Earned
Universitas Sumatera Utara
2012 18
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga.
2012 19
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
4. Fixed Charge Coverage Ratio
Rasio ini mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk
pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa.
5. Debt Service Coverage
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok
pinjaman.
(c) Rasio Aktivitas
Activity ratio merupakan rasio yang sering juga disebut sebagai rasio efisiensi atau rasio pemanfaatan aktiva.
Rasio aktivitas (activity ratio) menurut Van Horne et al (2005 : 212) adalah “rasio yang mengukur seberapa
efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya”. Rasio aktivitas yang umumnya digunakan menurut
Syahyunan (2004:83) yaitu “Average Collection Period, Inventory Turn-over, Fixed Asset Turn-over, dan Total
Asset Turn-over.”
1. Average Collection Period
Rasio ini untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam
setahun (Syahyunan, 2004).
2. Inventory Turnover Ratio
Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata
menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual.
3. Fixed Assets Turnover Ratio
Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap dengan
sepenuhnya atau belum.
2012 20
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
4. Total Assets Turnover (TATO)
Total assets turnover menurut Syamsuddin (2000:73) “mengukur berapa kali total aktiva perusahaan
menghasilkan volume penjualan”. TATO juga dapat didefenisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini.
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan total aktiva. Sama seperti rasio
perputaran aktiva tetap, untuk mengetahui apakah perusahaan cukup efektif dalam menggunakan aktivanya,
hasil perhitungan harus dibandingkan dengan rata-rata industri atau hasil perhitungan tahun-tahun
sebelumnya.
(d) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efektifitas manajemen yang tercermin pada imbalan dan hasil dari
investasi melalui kegiatan penjualan (Djarwanto, 2004:148). Rasio-rasio lain dapat memberikan petunjuk-
petunjuk yang digunakan untuk menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas
akan menunjukkan kombinasi dari efek likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.
Rasio ini akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.
Rasio profitabilitas atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi yang
dilakukan perusahaan. Menurut Sayhyunan (2004: 85), rasio profitabilitas ini terbagi atas “Gross Profit
Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment dan Return on Equity”
1. Gross Profit Margin Ratio
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok. Persamaan untuk rasio ini adalah :
2. Return on Investment (ROI)
ROI dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan menghitung jumlah aktiva yang digunakan dalam
operasi perusahaan untuk menghasilakan laba. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
3. Return on Equity (ROE)
ROE (return on equity) merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total ekuitas. ROE
digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang dapat diperoleh oleh pemegang saham. Semakin tinggi ROE
2012 21
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi
pemegang saham.
4. Operating Profit Margin
Rasio ini mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjulan
5. Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan
dengan volume penjulan.
5. Penilaian Kinerja Keuangan
a. Pengertian Penilaian dan Kinerja
Universitas Sumatera Utara
2012 22
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Umar (2002:26) penilaian atau evaluasi didefenisikan sebagai berikut. Suatu proses untuk
menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan
pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta
bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin
diperoleh.
2012 23
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Sedangkan menurut Hansen et al (2000:6) defenisi kinerja yaitu “Kinerja adalah tingkat konsistensi dan
kebaikan fungsi-fungsi produk”. Kinerja juga dapat didefenisikan sebagai suatu istilah umum yang digunakan
untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada satu periode, seiring dengan
referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar
efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.
Menurut Bastian (2001:274) “Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Daftar apa
yang ingin dicapai tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.”
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan
terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan.
b. Penilaian dan Prosedur Penilaian
2012 24
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Hasil dari penilaian kinerja perusahaan akan dijadikan umpan balik (feedback) bagi formulasi atau
pengimplentasian strategi. Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri.
Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang terpenting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi
itu sendiri. Tahapan evaluasi yang sifatnya umum antara lain :
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi
Dalam bisnis yang dapat dievaluasi mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja
perusahaan inilah akan terdapat aspek-aspek yang memerlukan evaluasi.
b. Merancang (mendesain) kegiatan evaluasi
Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu desain evaluasinya agar data apa yang dibutuhkan, tahapan-
tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang akan dilibatkan dan apa saja yang akan dihasilkan
menjadi lebih jelas.
c. Pengumpulan Data
Setelah desain dilakukan maka pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif yaitu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan serta ilmiah.
d. Pengolahan dan analisis data
Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis sehingga
menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan rencana untuk
menghasilkan perbedaan. Besarnya perbedaan (gap) tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu
sebagai hasil evaluasi.
e. Pelaporan hasil evaluasi
2012 25
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Hasil evaluasi hendaknya didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan secara lisan maupun tulisan
agar hasil evaluasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.
f. Tindak lanjut hasil evaluasi
Hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka
mengatasi masalah manajemen. Baik di tingkat strategi maupun di tingkat implementasi strategi.
c. Penilaian Kinerja Keuangan
Hasil dari penilaian kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang
prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian
atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Adapun manfaat penilaian kinerja bagi manajemen menurut Bastian (2001:275) antara lain untuk:
1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja,
2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati,
3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta
melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja,
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan
dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati,
5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja
organisasi,
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi,
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah,
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif,
9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan,
10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
Dalam melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan seperti yang terdapat dalam suatu
program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan dilaksanakan dan dievaluasi. Evaluasi kinerja dapat
dilakukan perusahaan digolongkan kepada dua aspek yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan dan
evaluasi kinerja terhadap aspek non-keuangan.
Evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan ini didasarkan pada laporan keuangan, sedangkan evaluasi
terhadap aspek non-keuangan tergantung pada bidang apa yang akan dianalisis misalkan aspek strategis
perusahaan, aspek pemasaran, aspek operasional dan aspek sumber daya manusia. Dalam penelitian ini
peneliti hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek keuangannya saja.
2012 26
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
Evaluasi kinerja dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun dalam penelitian ini
peneliti hanya membahas penilaian kinerja dari aspek keuangan dengan menggunakan analisis rasio
keuangan.
2012 27
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id
perbandingan). Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun penialaian dapat dilihat
bagaimana kemajuan ataupun kemundurun kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio
tersebut.
Penilaian kinerja keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dapat ditunjukkan dalam contoh
perhitungan pada ilustrasi perusahaan berikut ini (Syamsuddin, 2000:41).
2012 28
Manajemen OperasionalPusat Bahan Ajar dan eLearning
Liestyowati, Ir.ME http://www.mercubuana.ac.id