karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/analisis penerapan... · web viewtujuan...

26
ANALISIS PENERAPAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN DAN PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SERTA PENYESUAIAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK ATAS GAJI TENAGA KONTRAK PADA DPKS JURNAL Disusun Oleh: Nama : Luh Sarika Sawitri Dewi NIM : 01112010 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Upload: dangduong

Post on 26-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

ANALISIS PENERAPAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN DAN

PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SERTA

PENYESUAIAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK ATAS GAJI

TENAGA KONTRAK PADA DPKS

JURNAL

Disusun Oleh: Nama : Luh Sarika Sawitri Dewi

NIM : 01112010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAROTAMASURABAYA

2016

Page 2: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

ANALISIS PENERAPAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN DAN

PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SERTA

PENYESUAIAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK ATAS GAJI

TENAGA KONTRAK PADA DPKS

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MeraihDerajat Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: Luh Sarika Sawitri Dewi

01112010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAROTAMASURABAYA

2016

Page 3: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

ANALISIS PENERAPAN PERHITUNGAN, PEMOTONGAN DAN PENYETORAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SERTA PENYESUAIAN PENGHASILAN

TIDAK KENA PAJAK ATAS GAJI TENAGA KONTRAK PADA DPKS

Oleh:Luh Sarika Sawitri Dewi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi AkuntansiUniversitas Narotama

Email [email protected]

ABSTRAK

PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, honorarium,ttunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, kegiatan atau jasa yang dilakukan oleeh Wajib Pajak orang pribadi. Undang-Undang yang dipakai untuk mengatur besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran danpelaporan pajak yaitu Undang-Undang No.36 tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji tenaga kontrak pada DPKS. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptifkuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat kekeliruan dalam perhitungan PPh Pasal 21 , sehingga terjadi selisih lebih bayar. Karyawan pada bagian administrasi harus memahami perundangan yang baru mengenai perpajakan dan lebih teliti atas perhitungan potongan gaji tenaga kontrak supaya tidak terjadi kesalahan pembayaran gaji pada tenaga kontrak.Kata kunci : pajak penghasilan, PPh Pasal 21

ABSTRACT

Section 21 is a tax on income in the form salaries, honoraria, allowances and any other payments with respect to the name of work, activities or srvices undertaken by individual taxpayers in the country. Law used to regulate the amount of tax rates, methods of payment and tax reporting that Act 36 of 2008. The purpose of this study was to determine how the calculation analysis of Section 21 income tax on salaries contract workers at the DPKS. The analytical method used is quantitative description method. Result of research that there is an error in the calculation of Section 21 income tax, so that there is less difference in pay. Employees in the administration must understand that the new legislation regarding taxation and more thoroughly on the calculating of contract workers pay cut in order to avoid mistakes in contract workers payroll.Keywords : income tax, section 21 income tax

1

Page 4: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap orang yang bekerja tentu akan mendapatkan penghasilan dari pekerjaan

tersebut. Demikian dengan pegawai yang bekerja pada sebuah instansi/perusahaan, tentunya

akan mendapatkan penghasilan biasa disebut gaji. Dari penghasilan yang diterima pegawai,

pemerintah akan menarik pajk atas penghasilan pegawai tersebut.

Jenis pajak di Indonesia dibagimenjadi dua, yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Salah

satu Pajak Daerah adalah Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-

Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan adalah pajak atas penghasilan berupa

gaji, honorrarium, upah, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk

apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh

orang pribadi dalam negeri.

Peran pajak bagi negara Indonesia memiliki fungsi sebagai alat penerimaan negara dan

sebagai pengatur/penyelaras kegiatan ekonomi pada masa yang akan datang. Fungsi pajak

yang pertama inilah yang menjadikann pajak sbagai andalan pemerintah untk menghasilkan

penerimaaan yang setinggi-tingginya dari sektor pajak. Wajib pajak harus memahami

ketentuan umum perpajakan dlam melaksanakan kewajiban perpajakan Salah satu ketentuan

tersebut yaitu mengenai Self Assesment System. Pada Self Assesment System seluruh proses

pelaksanaaan kewajiban perpajakan mulai dari menghitung dan menetapkan besarnya pajak

terutang, menyetorkan pajk terutang ke kas negara, melaporkan perhitunggan dan penyetoran

serta mempertanggungjawabkan semua kewajiban yang dilakukan oleh Wajib Pajak. (Sinon

Dotulong, S.S. Pangemanan, H. Sabijono, 2014)

Dengan adanya perubahan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 122/PMK.010/2015 tentang

Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku pada 29 Juni 2015, maka

settiap pemotongan PPh Pasal 21 harus disesuaikan dengan peraturan tersebut. Pada kantor

pemerintahasn, bendaharawan wajib memotong PPh zPasal 21 atas pembayaran berupa gaji,

honorarium, upah, tunjangan, dan pembayaran lain yang yang diterima oleh wajib pajak

terkait dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitianini adalah untuk menganalisis perhitungan, pemotongan dan

penyetoran Pajak Pnghasilan Pasal 21 terhadapa gaji tenaga kontrak DPKS serta penerapan

penghasilan tidak kena pajak sesuai derngan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

122/PMK.010/2015.

2

Page 5: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pajak

Menurut Mardiasmo (2011) pajak adalah iuran rakyat kepada kasnegara berdasarkan

Undang-Undang (yang dapt dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

yang dapatt langsung ditunjukkan danyang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2011) Pajak penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang

dipotong oleh pihak lain ataspenghasilan berupa gaji, honorium, upah, tunjangan dan

pembyaran lain dengan nama dan dalambentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau

jabtan, kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalm negeri.

Penghasilan Kena Pajak

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi

Wajib Pajak dalm negeri ditentukan berdasarkan pengghasilan bruto dikurangi biaya

mendapatkan penghasilan, termasuk iuran kepadadana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh mnteri keuangan;

Penghasilan Kena Pajak

Per 1 Januari 2013 Per tahun 2015 Keterangan

24.300.000 36.000.000 Wajib pajak orang pribadi2.025.000 3.000.000 Wajib pajak yang kawin24.300.000 36.000.000 Tambahan untuk seorang

istri yangg penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

2.025.000 3.000.000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya

Sumber : PMK Nomor 162/PMK.011/2012 & PMK Nomor PMK 122/PMK.010/2015

Tabel 1. Penghasilan Tidak Kena PajakPengurangan Yang Tidak Diperbolehkan

Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Pasal 9, pengurangan yang tidak

diperbolehhkan untuk menentukan bersanya PKP bagi wajib pajak dalam negeri adalah

sebagai berikut :

a. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi;

b. Premi asuransi (kesehatan, kecelakaan, jiwa, beasiswa) yang dibayar oleh wajib

pajak sendiri, jika premi yang telah disebutkan dibayarkan oleh pemberi kerja maka

premi dihitung sbagai penghasilan bagi yang bersangkutan;

3

Page 6: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

c. Imbalan pekerjaan atau jasa yag diberikan dalam bentuk kenikmatan dan natura;

d. Pajak penghasilan;

e. Biaya yang dikeluarkan/dibebankan untuk kepentingaan pribadi atau orang yang

menjadi tanggungan wajib pajak;

f. Gaji yang dibayarkan kepada anggota perseroan komaditer, persekutuan atau firma

yang modal tidak terbagi atas saham;

g. Sanksi administrasi serta sanksi pidana yang berkaitan dengan pelaksananaan

perundang-undangan bidang perpajakan.

Tarif Pajak

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan menguraikan tarif

pajak penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri sesua dengan pasal 17 ayat 1

adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PajakSampai dengan Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

5%(lima persen)

Diatas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%(lima belas persen)

Di atas Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

25%(dua puluh lima

persen)Di atas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

30%(tiga puluh persen)

Sumber : UU No. 36 Tahun 2008Tabel 2. Tarif PPh Pasal 21

Bagi wajib pajak yang tidak memilikii NPWP, maka untuk tarif pemotongan PPH

Pasal 21 lebih tinggi 20% dari tarif yang diterapkan bagi wajibpajak yang memiliki NPWP.

Pemotong Pajak

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

pemotongan pajakdalam lingkungan pemerintah dilakukan oleh bendaharaa pemerintah yang

membayarkan gaji, honorarium, upah, tunjangan, dan pembayyaran lain sehubungan dengan

jasa, pekerjaan atau kegiatan

Penyetoran Pajak

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 Pasal 24 Ayat (1) PPh

Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh Pasal21 menjelaskan untuk setiiap Masa Pajak

wajib disetor ke Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Kuangan, paling lama 10

4

Page 7: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

(sepuluh) hari setelah Masa Pajak berakhir, yang kemudian dibuktikan dengan adanya Surat

Setoran Pajak (SSP).

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dimana peneliti

bertujuan untuk menganalisis perhitungan, pemotongan, dan penyetoran PPhPasal 21 serta

penerapan PTKP sesuai dengan PMK Nomor 122/PMK.010/2015. Dari hasil analisis tersebut

dapat diketahui apakah DPKS sudah menerapkan perhitungan sesuai undang-undang dan

peraturan yang berlaku.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan tenagakontrak

sebanyak 158 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kontak sebanyak 75 orang,

dengan data gaji mulaii bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2015.

Jenis dan Sumber Data

a. Data primer merupakan informasi dan data yang diperoleh secara langsung dari

narasumber pada objek penelitian, yaitu Martha (bidang sekretariat) dan Versa

(bidang keuangan) yang berkaitan dengan proses perhitungan, pemotongan, dan

penyetoran PPhPasal 21.

b. Data sekunder merupakan informasi dan datayang diperoleh secara tidak langsung

media perantara, misalnya melalui dokumen. Data sekunder yang didapat yaitu

profil DPKS, struktur organisasi, daftar SSP PPh Pasal 21, data gaji tenaga kontrak

tahun 2015, peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Langkah pengumpulan data yang pertama adalah melakukan pengamatan secara

langsung pada bidang yang menangani penggajian pegawai yaitu Bidang

Sekretariat & Bidang Keuangan DPKS. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh

gambaran awal tentang perhitungan, pemotongan dan penyetoran pajak penghasilan

Pasal 21 terhadap gaji tenaga kontrak.

b. Wawancara

Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidk terstuktur. Peneliti tidak

menggunakan pedoman wawanncara yang tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya. Peneliti melakukan wawancara dengan pegawai di

5

Page 8: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

Bidang Sekretariat (Martha) dan Bidang Keuangan (Versa) DPKS. Hasil yang

diperoleh dari wawancara tersebut adalah data gaji tenaga kontrak bulan Januari

sampai Desember tahun 2015, daftar SSP PPh Pasal 21 dan proses perhitungan,

pemotongan dan penyetoran PPhPasal 21.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dalam penelitian ini

dokumen yang diperoleh adalah daftar gaji, peraturan dan kebijakan yang berlaku

serta laporan pertanggung jawaban atas pembayaran gaji tenaga kontrak pada

DPKS

Teknik Analisis Data

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Analisis ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan serta data sekunder

yang digunakan untuk menentuklan fokus penelitian. Landasan teori

yangdidapatkan oleh peneliti adalah mengenai PPh Pasal 21 dan implementasinya

melalui peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, jurnal, dan

bukubuku.

2. Analisis Selama di Lapangan

a. Reduksi Data

Mereduksi data yaitu memfokuskan pada hal-hal yag penting, agar data

memberikan gambaran yang lebihjelas dan mempermudah peneliti

mengumpulkan data selanjutnya. Penelitian ini memfokuskan pada data gaji

tenaga kontrak DPKS.

Rumus perhitungan PPh Pasal21 adalah penghasilan kena pajak (PKP) dikurangi

penghasilan tidak kena pajak (PTKP) kemdian hasilnya dikalikan dengan tarif

pajak progresif.

b. Penyajian Data

Penyajian data dibuat dalam bentuk uraian singkatdan tabel, tujuannya untuk

memudahkan memahami apa yang terjadi. Penyajian data yang digunakan

penelitian ini adalah data-data yang dipergunakan dalam perhitungan,

pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 21, yaitu daftar gaji tenaga kontrak bulan

Januari sampai Desember tahun 2015 dan daftar SSP PPh Pasal 21 yang

kemudian dibandingkan antara perhitungan DPKS dengan perhitungan peneliti

yang mengacu pada Undang-undang No.36 Tahun 2008.

6

Page 9: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

c. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini terdapat perbedaan antara perhitungan DPKS dengan

perhitungan peneliti yang menimbulkan lebih atau kurang bayar bagi DPKS.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Operasional

DPKS merupakan salah satu instansi pemerintah yang beralamat di jalan Jagir

Wonokromo No 354-356 Surabaya. Keberadaan DPKS ini diatur dalam Perda Kota Surabaya

No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Perwali Surabaya No.91 Tahun 2008

tentang Rincian Tugasdan Fungsi DInas Kota Surabaya dan Perwali Surabaya No.42 Tahun

2011 tentang Rinciaan Tugas dan Fungsi DInas Kota Surabaya.

Visi dan Misi

Visi : Menuju Surabaya Sebagai Barometer Pendidikan Nasional

Misi :

1. Meningkattkan ketersediaan layanan pendidikan.

2. Meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan.

3. Meningkatkan kualitas danrelevannya layanan pendidikan.

4. Meningkatkan kesetaraan dalam layanan pendidikan.

5. Meningkatkan kepastian atau keterjaminan memperroleh layanan pendidikan.

Pembahasan

Peneliti telah mengumpulkan data mengenai tenaga kontrak dan data penghasilan yang

diterimakan kepada pegawai di DPKS, antara lain :

a. Data Tenaga kontrak :

1) Tenaga kontrak yang bekerja tidak penuh dalam 1 tahun berjumlah 9 orang.

2) Tenaga kontrak yang bekerja penuh dalam 1 tahun berjumlah 66 orang.

3) Tenaga kontrak laki-laki sebaanyak 59 orang, perempuan sebanyak 16 orang.

4) Tenaga Programmer 2 sebanyak 1 orang, tenaga teknis 2 sebanyak 1 orang,

tenaga teknis 3 sebanyak 42 orang, sopir sebanyak 1 orang, tenaga kebersihan

sebanyak 14 orang, petugas keamanan sebanyak 16 orang.

5) Tenaga kontrak dengan status TK/0 sebanyak 38 orang, K/0 sebanyak 17 orang,

K/1 sebanyak 7 orang, K/2 sebanyak 12 orang, K/3 sebanyak 1 orang.

6) Tenaga kontrak yang memiliki NPWP sebanyak 41 orang, yang tidak memiliki

NPWP sebanyak 34 orang.

7

Page 10: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

b. Penghasilan dan pengurangan :

1) Gaji Pokok ditentukan berdasarkan jabatan serta kualifikasi akademik dari

masing-masing pegawai.

2) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dibayarkan oleh DPKS sebesar 3% dari gaji

pokok dan dibayarkan oleh peserta JKN sebesar 2%.

3) Keterlambatan masuk kerja atau kepulangan mendahului jam kerja diberikan

sanksi berupa pemotongan gaji sebagai berikut :

a. Sampai dengan 15 menit dipotong 0,25%

b. Lebih dari 15 menit sampai dengan 1 jam dipotong 0,5%

c. Lebih dari 1 jam sampai dengan 2 jam dipotong 1%

d. Lebih dari 2 jam dipotong 1,5%

e. Tidak hadir dengan keterangan yang sah dipotong 2%

f. Tidak hadir tanpa keterangan yang sah dipotong 3%

4) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), yaitu pengurangan yang besarnya

ditentukan berdasarkan status. Besarnya penghasilan tidak kena pajak yang

digunakan adalah :

Per 1 Januari 2013 Per tahun 2015 Keterangan

24.300.000 36.000.000 Wajib pajak orang pribadi2.025.000 3.000.000 Wajib pajak yang kawin24.300.000 36.000.000 Tambahan untuk seorang

istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

2.025.000 3.000.000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya

Sumber : PMK Nomor 162/PMK.011/2012 & PMK Nomor PMK 122/PMK.010/2015

Tabel 3. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Perhitungan PPh Pasal 21

a. Pada bulan Maret, Nuri tenaga kontrak dengan status TK/0, memperoleh gaji sebulan Rp

3.1000.000, JKN dibayarkan pemerintah sebesar 3% dari gaji, Nuri mendapatkan sanksi

sebesar 2% karena terlambat, besarnya pajak yang dibayar :

8

Page 11: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

Perhitungan PPh Pasal 21 menurut DPKS

Penghasilan bruto sebulanSanksi keterlambatanPenghasilan bruto sebulanPTKP (TK/0)PKPPPh Pasal 215% x 1.031.000 = 50.650

3.100.000 62.000 3.038.0002.025.0001.031.000

-

-

Perhitungan PPh Pasal 21 peneliti

Penghasilan bruto sebulanJKN (3%)Penghasilan bruto sebulanPTKP (TK/0)PKPPPh Pasal 215% x 193.000 = 9.650

3.100.000 93.000 3.193.0003.000.000

193.000

-

-

Dari perbandingan perhitungan diatas terdapat perbedaan hasil perhitunagn yang

dilakuakn oleh peneliti sebesar Rp 9.650 lebih kecil dibandingkan perhitungan yang

dilakukan oleh DPKS sebesar Rp 50.650, selisih sebesar Rp 41.000 merupakan lebih bayar

bagi DPKS. Hal tersebut dikarenakan DPKS masih menerapkan PTKP tahun 2013 sebesar

Rp 2.025.000, sedangkan peneliti sudah menyesuaikan dengan PTKP tahun 2015 sebesar

Rp 3.000.000. Sanksi keterlambatan berupa pemotongan gaji oleh DPKS dijadikan

pengurang gaji bruto, seharusnya sanksi tidak bisa menjadi pengurang gaji bruto dalam

perhitungan PPh Pasal 21.

b. Pada bulan Juli, Nuri tenaga kontrak dengan status TK/0, memperoleh gaji sebulan Rp

3.1000.000, JKN dibayarkan pemerintah sebesar 3% dari gaji, Nuri mendapatkan sanksi

sebesar 0,25% karena terlambat, besarnya pajak yang dibayar :

Perhitungan PPh Pasal 21 menurut DPKS

Penghasilan bruto sebulanSanksi keterlambatanPenghasilan bruto sebulanPTKP (TK/0)PKPPPh Pasal 215% x 92.250 = 4.613

3.100.000 7.750 3.092.2503.000.000

92.250

-

-

Perhitungan PPh Pasal 21 peneliti

Penghasilan bruto sebulanJKN (3%)Penghasilan bruto sebulanPTKP (TK/0)PKP

3.100.000 93.000 3.193.0003.000.000

193.000

-

-

9

Page 12: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

PPh Pasal 215% x 193.000 = 9.650

Dari perbandingan perhitungan diatas terdapat perbedaan hasil perhitunagn yang

dilakuakn oleh peneliti sebesar Rp 9.650 lebih besar dibandingkan perhitungan yang

dilakukan oleh DPKS sebesar Rp 4.613, selisih sebesar Rp 5.037 merupakan kurang bayar

bagi DPKS. Hal tersebut dikarenakan sanksi keterlambatan berupa pemotongan gaji oleh

DPKS dijadikan pengurang gaji bruto, seharusnya sanksi tidak bisa menjadi pengurang gaji

bruto dalam perhitungan PPh Pasal 21.

BULAN PPh PASAL 21 SELISIHDPKS PENELITIJanuari 2.631.070 146.480 2.484.590Februari 2.710.395 149.950 2.560.445Maret 2.557.374 177.550 2.379.824April 2.564.441 177.550 2.386.891Mei 2.615.890 177.550 2.438.340Juni 2.589.638 177.550 2.412.088Total Jan-Jun 15.668.809 1.006.630 14.662.179Juli 86.485 177.550 -91.065Agustus 93.850 177.550 -83.701September 90.175 172.150 -81.975Oktober 92.500 158.650 -66.150November 66.357 173.062 -106.705Desemeber 92.500 92.500 0Total Jul-Des 521.867 951.462 -429.596TOTAL 16.190.675 1.958.092 15.091.774Sumber : Data internal DPKS diolah

Tabel 4. Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21

Tabel 4 diatas merupakan perbandingan haasil perhitungan PPh Pasal 21. PPh Pasal 21

yang dipotong pada bulan Januari sampai bulan Juni 2015 yang dibayarkan oleh DPKS

terdapat lebih bayar sebesar Rp 14.662.179 dari jumlah yang terbayar sebesar Rp 15.668.809,

seharusnya DPKS hanya membayar Rp 1.006.630. Pada bulan Juli sampai bulan Desember

2015 PPh 21 yang dibayarkan oleh DPKS terdapat kurang bayar sebesar Rp 429.596 dari

jumlah yang terbayar sebesar Rp 521.867, seharusnya DPKS membayar sebesar Rp 951.465.

Akumulasi PPh Pasal 21 dalam setahun yang dibayarkan oleh DPKS terdapat lebih bayar

sebesar Rp 15.091.774 dari jumlah yang terbayar sebesar Rp 16.190.675, seharusnya DPKS

hanya membayar PPh Pasal 21 sebesar Rp 1.958.092.

10

Page 13: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

Penyetoran

Berdasarkan surat setoran pajak (SSP) DPKS penyetoran pajak yang terutang untuk

tahun 2015 telah disetorkan, berikut daftar rekap penyetoran pajak terutang dijabarkan dalam

Tabel 3 sebagai berikut :

Pajak Tanggal Penyetoran Pajak Jumlah Terbayar

Januari 2015 05 Februari 2015 2.631.070Februari 2015 03 Maret 2015 2.710.395Maret 2015 01 April 2015 2.557.374April 2015 05 Mei 2015 2.564.441Mei 2015 01 Juni 2015 2.615.890Juni 2015 02 Juli 2015 2.589.638Juli 2015 04 Agustus 2015 86.485Agustus 2015 02 September 2015 93.850September 201 02 Oktober 2015 90.175Oktober 2015 04 November 2015 92.500November 2015 03 Desember 2015 66.348Desember 2015 29 Desember 2015 92.500Sumber : Data internal

Tabel 5. Penyetoran Pajak

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa DPKS telah melakukan penyetoran pajak

yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan, yaitu dalam Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 Pasal 24 Ayat (1) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yag

dipotong oleh Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap Masa Pajak wajib

disetor ke Kantor Posatau bank yang ditunjuk oleh Menteri Kuangan, paling lama 10

(sepuluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

SIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis mengenai penerapan perhitungan, pemotongan,

dan penyetoran PPh Pasal 21 pada DPKS, maka kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. DPKS telah melakukan perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap tenaga

kontrak tetapi belum sesuai dengan Undang – undang Pajak Penghasilan Nomor 36

Tahun 2008 dan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-32/PJ/2015.

2. Jaminan kesehatan nasional yang dibayarkan oleh pemerintah tidak diakui sebagai

penghasilan oleh DPKS yang seharusnya menjadi penambah dalam dasar

pengenaan pajak.

11

Page 14: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

3. Sanksi keterlambatan berupa pemotongan gaji oleh DPKS dijadikan pengurang gaji

bruto. Seharusnya sanksi tidakbisa menjadi pengurang gaji bruto dalam perhitungan

PPh Pasal 21.

4. Terdapat perbedaan perhitungan antara perhitungan yang dilakukan DPKS dengan

peneliti, dikarenakan adanya perubahan PTKP. Akumulasi PPh Pasal 21 yang

dipotong pada bulan Januari sampai bulan Juni 2015 yang dibayarkan oleh DPKS

terdapat lebih bayar sebesar Rp 14.662.179 dari jumlah yang terbayar sebesar Rp

15.668.809, seharusnya DPKS hanya membayar Rp 1.006.630. Pada bulan Juli

sampai bulan Desember 2015 PPh 21 yang dibayarkan oleh DPKS terdapat kurang

bayar sebesar Rp 429.596 dari jumlah yang terbayar sebesar Rp 521.867,

seharusnya DPKS membayar sebesar Rp 951.465. Akumulasi PPh Pasal 21 dalam

setahun yang dibayarkan oleh DPKS terdapat lebih bayar sebesar Rp 15.091.774

dari jumlah yang terbayar sebesar Rp 16.190.675, seharusnya DPKS hanya

membayar PPh Pasal 21 sebesar Rp 1.958.092.

5. Penyetoran PPh Pasal 21 telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

ada, yang tertera dalam Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor

PER-32/PJ/2015 yaitu masa pajak disetor paling lama 10hari setelah masa pajak

berakhir.

6. Dari data-data perhitungan mengenai penerapan jumlah PTKP pada bulan Januari

sampai dengan bulan Juni masih menggunakan PTKP lama yaitu sebesar Rp

2.025.000 untuk Wajib Pajak orang pribadi yang seharussnya pada bulan Januari

sampai bulan Juni sudah disesuaikan dengan PTKP terbaru. Hal inimenyebabkan

terjadinya lebih bayar PPh Pasal 21. Pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus,

DPKS sudah menggunakan PTKP terbaru yang diatur dalam Peraturan

menggunakan PTKP terbaru yaitu sebesar Rp. 3.000.000 untuk Wajib Pajak orang

pribadi, tetapi untuk penambahan status kawin dan tanggungan PTKP yang

digunakan masih PTKP lama yaitu Rp 168.750. Bulan September sampai dengan

bulan Desember, DPKS sudah menggunakan PTKP terbaru sebesar Rp. 3.000.000

utnuk Wajib Pajak orang pribadi dan sebesar Rp 250.000 untuk setiap Wajib Pajak

kawin dan tanggungannya.

Saran

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya,

peneliti memberikan sedikit saran yang diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-

pihak yang membutuhkan sebagai berikut :

12

Page 15: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

1. DPKS agar memeriksa kembali perhitungan PPh Pasal 21 terhadap tenaga kontrak,

karena kesalahan perhitungan pajak tersebut berakibat terhadap perhitungan pajak

terutang lebih kecill dibandingkan perhitungan menurut Undang-undangNo. 36

Tahun 2008, sehinga mengakibatkan kurang bayar PPh Pasal21.

2. Perhitungan PPh Pasal 21 pada bulan Januari sampai dengan Juli seharusnya sudah

menggunakan PTKP terbaru, agar tidak timbul lebih bayar. Untuk mengatasi lebih

bayar PPh Pasal 21 DPKS sebaiknya mengkompensasikan lebih bayar tersebut ke

masa pajak berikutnya.

3. DPKS agar lebih meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan dan tetap

mengikuti informasi-informasi terbaru mengenai perubahan-perubahan yang

diberlakukan oleh Menteri Keuanganmaupun Direktorat Jendral Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Direktur Jenderal Pajak. 2015. Peraturan Nomor PER-32/PJ/2015 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaa, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi. Jakarta.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta. Andi Publisher

Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Jakarta.

Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan Walikota Surabaya No. 91 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya

PeraturanWalikota Surabaya No. 42 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya

Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan Dan Akuntansi Pajak. Jakarta. Erlangga

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85.

13

Page 16: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web viewTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan PPh Pasal

Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Perubahan Kempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta. Lembaran Negara RI Tahun 2008, No. 133. Sekretariat Negara. Jakarta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kaulitatif, Dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung. Alfabeta

www.surabaya.go.id (diakses pada bulan April 2016)

www.dispendik.surabaya.go.id (diakses pada bulan April 2016)

14