bedah buku sebuah pendekatan

4
BEDAH BUKU: Sebuah Pendekatan dalam Membangun Akses Kontrol Warga Oleh : Ketut Alit Sukadana | 21-Nov-2008, 14:45:34 WIB KabarIndonesia - Tidak ada pengertian secara harfiah dari bedah buku. Namun demikian mengutip dari beberapa sumber, bedah buku atau yang dikenal dengan resensi buku (a book review) secara sederhana dapat diartikan sebuah kegiatan mengungkapkan kembali isi suatu buku secara ringkas dengan memberikan saran terkait dengan kekurangan dan kelebihan buku tersebut menurut aturan yang berlaku umum atau yang telah ditentukan. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan "Bedah Buku", tidak berbeda jauh dengan pengertian diatas dimana buku yang dimaksud adalah catatan yang berisi tentang informasi keuangan dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok atau lembaga dalam suatu rentang periode tertentu. "Bedah Buku" merupakan kegiatan simultan (secara terus-menerus/ berkelanjutan) yang mengungkapkan isi dari sebuah laporan pertanggungjawaban keuangan dari suatu aktivitas individu/kelompok/lembaga (dengan periode tertentu/terbatas) melalui penelusuran atas catatan mengenai informasi keuangan menurut aturan yang berlaku umum atau yang telah ditentukan guna mencari solusi terkait dengan kekurangan dan kelebihan yang ada. Apa manfaat dari "Bedah Buku" ? Tidak jauh dari manfaat bedah buku secara umum yaitu memahami secara mendalam isi dari buku sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari buku tersebut serta dapat membandingkannya dengan teori atau wacana yang baku. Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari "Bedah Buku" adalah : Tranparansi. Dengan "Bedah Buku", informasi mengenai proses - proses keuangan yang terjadi dalam suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu/kelompok/lembaga dapat diperoleh, dipahami dan dimonitor oleh pihak yang membutuhkan/berkepentingan (stakeholders) Akuntabilitas. "Bedah Buku", memberikan ruang yang lebih luas bagi para pembuat keputusan baik dalam pemerintahan, sektor swasta maupun masyarakat (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga stakeholder. Taat pada aturan (rule of law). Dengan "Bedah Buku", publik dan para stakeholder dapat mengetahui dan memahami dan mengevaluasi apakah kerangka hukum yang ada sudah dilaksanakan dengan adil dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi. "Bedah Buku", memberikan akses kepada publik untuk menyampaikan saran dan solusi (kebebasan berbicara) dalam pembuatan keputusan/kebijakan baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya bagi pencapaian hasil yang lebih baik. Visi Strategis. Dengan "Bedah Buku", para pemimpin dan publik akan selalu dituntut mempunyai perspektif tata kelola yang baik (good governance) dalam pendayagunaan sumber daya yang dimiliki sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan. Mengapa "Bedah Buku" dinyatakan sebagai sebuah pendekatan dalam membangun akses

Upload: royadi-nusa

Post on 10-Aug-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bedah buku sebuah pendekatan

BEDAH BUKU: Sebuah Pendekatan dalam Membangun Akses Kontrol WargaOleh : Ketut Alit Sukadana | 21-Nov-2008, 14:45:34 WIB

KabarIndonesia - Tidak ada pengertian secara harfiah dari bedah buku. Namun demikian mengutip dari beberapa sumber, bedah buku atau yang dikenal dengan resensi buku (a book review) secara sederhana dapat diartikan sebuah kegiatan mengungkapkan kembali isi suatu buku secara ringkas dengan memberikan saran terkait dengan kekurangan dan kelebihan buku tersebut menurut aturan yang berlaku umum atau yang telah ditentukan.

Dalam konteks ini yang dimaksud dengan "Bedah Buku", tidak berbeda jauh dengan pengertian diatas dimana buku yang dimaksud adalah catatan yang berisi tentang informasi keuangan dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok atau lembaga dalam suatu rentang periode tertentu.

"Bedah Buku" merupakan kegiatan simultan (secara terus-menerus/ berkelanjutan) yang mengungkapkan isi dari sebuah laporan pertanggungjawaban keuangan dari suatu aktivitas individu/kelompok/lembaga (dengan periode tertentu/terbatas) melalui penelusuran  atas catatan mengenai informasi keuangan menurut aturan yang berlaku umum atau yang telah ditentukan guna mencari solusi terkait dengan kekurangan dan kelebihan yang ada.

Apa manfaat dari "Bedah Buku" ?Tidak jauh dari manfaat bedah buku secara umum yaitu memahami secara mendalam isi dari buku sehingga  dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari buku tersebut serta dapat membandingkannya dengan teori atau wacana yang baku. Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari "Bedah Buku" adalah :

Tranparansi. Dengan "Bedah Buku", informasi mengenai proses - proses keuangan yang terjadi dalam suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu/kelompok/lembaga dapat diperoleh, dipahami dan dimonitor oleh pihak yang membutuhkan/berkepentingan (stakeholders)

Akuntabilitas. "Bedah Buku", memberikan ruang yang lebih luas bagi para pembuat keputusan baik dalam pemerintahan, sektor swasta maupun masyarakat (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga stakeholder.

Taat pada aturan (rule of law). Dengan "Bedah Buku", publik dan para stakeholder dapat mengetahui dan memahami dan mengevaluasi apakah kerangka hukum yang ada sudah dilaksanakan dengan adil dalam pelaksanaan kegiatan.

Partisipasi. "Bedah Buku", memberikan akses kepada publik untuk menyampaikan saran dan solusi (kebebasan berbicara) dalam pembuatan keputusan/kebijakan baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya bagi pencapaian hasil yang lebih baik.

Visi Strategis. Dengan "Bedah Buku", para pemimpin dan publik akan selalu dituntut mempunyai perspektif tata kelola yang baik (good governance)  dalam pendayagunaan sumber daya yang dimiliki sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan.

Mengapa "Bedah Buku" dinyatakan sebagai sebuah pendekatan dalam membangun akses kontrol warga?Beberapa alasan yang mendasari "Bedah Buku" sebagai sebuah pendekatan dalam membangun akses kontrol warga yaitu :

Indonesia mengembangkan  konsep pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sebagai sebuah strategi untuk membangun kesejahteraan sebagai upaya yang berkesinambungan dan berkeadilan Mengutip pengertian/pemahaman pemberdayaan (World Bank, 2005) menyatakan "seluruh upaya untuk meningkatkan kekuatan politik, sosial dan ekonomi dari individu atau kelompok". Dimana salah satu aspek dalam pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kontrol dan akses masyarakat dalam pembangunan. Akses masyarakat untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sudah mulai tumbuh dan meningkat namun akses kontrol masih sangat

Page 2: Bedah buku sebuah pendekatan

minim bahkan akses kontrol pengelolaan keuangan secara langsung ditingkat lokal dapat dikatakan tidak ada. Secara umum kontrol terhadap pengelolaan keuangan yang menberikan sebuah akuntabilitas bagi individu/kelompok/lembaga dilakukan dengan cara audit keuangan dimana hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang - orang yang memiliki keahlian khusus dalam hal tersebut. Hal ini semakin menguatkan "kesan" sulitnya (kurangnya ruang)  kontrol bagi masyarakat terhadap pengelolaan keuangan karena kapasitas minim yang dimiliki. Namun demikian dalam asumsi dasar yang melandasi aksi pemberdayaan dinyatakan bahwa "individu atau kelompok memberdayakan diri dengan cara mencari peluang dari struktur yang ada". Salah satu peluang untuk membangun akses kontrol adalah melalui sebuah pendekatan "soft system" yang dapat dilakukan oleh semua pihak dan disesuaikan dengan sosio kultural yang ada.

Secara umum, tujuan pembangunan adalah terciptanya masyarakat madani. Salah satu karakteristik masyarakat madani adalah adanya kepercayaan (trust) sehingga individu-individu  mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta adanya kepercayaan (trust) antara jaringan-jaringan kemasyarakatan  yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya. Aktivitas audit keuangan dalam rangka melakukan kontrol atas pengelolaan keuangan lebih intens hanya dilakukan ketika adanya sebuah kasus/ permasalahan (tidak teratur) dimana hasil audit juga tidak diungkapkan secara jelas (tidak terbuka) dan sering kali pengungkapan sebuah hasil audit bisa berbeda diantara pelaksana (kurang terpercaya). Disamping itu, kata "audit keuangan" bagi masyarakat yang masih awam dimaknai sebagai sebuah aktivitas yang didasari pada sebuah kecurigaan daripada memperkuata kepercayaan (trust). Untuk mencegah terjadinya degradasi dari makna kepercayaan tersebut dibutuhkan sebuah pendekatan yang lebih "soft".

Bagaimana "Bedah Buku" dapat diaplikasikan?Untuk mengaplikasikan "Bedah Buku", tidak dapat terlepas dari unsur - unsur yang ada dalam sebuah bedah buku pada umumnya yaitu :

1. Adanya laporan pertanggungjawaban keuangan yang akan diungkap (buku). Laporan yang dibuat dengan system pendokumentasian yang baik akan mempermudah proses "Bedah Buku" dalam melihat kekurangan dan kelebihan yang ada serta mencari solusi yang dibutuhkan. Berbeda dengan bedah buku secara umum, dalam "Bedah Buku", laporan pertanggungjawaban keuangan yang akan dibedah/diungkap dapat secara partial misalnya pada sisi sumber dana (penerimaan) saja, pada sisi pembelanjaan (pengeluaran) saja atau lebih mengkhusus lagi pada sisi penerimaan domestik (sumber daya sendiri). Pengungkapan secara partial ini akan memberikan ruang akses control yang semakin luas. Hal ini pulalah yang mendasari mengapa "Bedah Buku" merupakan kegiatan yang bersifat simultan.

2. Adanya pihak yang bertanggungjawab atas laporan keuangan (penulis dan penerbit). Pihak - pihak yang terlibat mulai dari pembuat laporan keuangan (bendahara),  pihak yang mengetahui/memeriksa laporan (manajer/koordinator) sampai pihak menyetujui pengesahan laporan (pimpinan puncak) menjadikan "Bedah Buku" sebagai sebuah promosi atas integritas dan kompetensi mereka. Hal ini sangat diperlukan, mengingat merekalah yang paling memahami informasi apa saja yang tersaji dan ingin disampaikan kepada publik. Disamping itu, mereka pihak yang nantinya akan menerima dan diharapkan melaksanakan rekomendasi terhadap kekurangan dan kelebihan pengelolaan keuangan yang diperoleh dari "Bedah Buku"

3. Adanya pihak yang membedah (resensor). Pihak - pihak yang akan menelusuri laporan pertanggungjawaban keuangan merupakan para pemangku kepentingan (stakeholder). Diperlukan inisiatif dan partisipatif yang aktif dari warga untuk ikut terlibat dalam "Bedah Buku" sebagai wujud dari rasa memiliki dan berkepentingan terhadap pengelolaan keuangan yang berperspektif good governance.

4. Adanya sarana untuk menyampaikan hasil bedah buku (media). Agar "Bedah Buku" memberikan dampak yang luas dan sebagai promosi nilai - nilai yang terkandung sebagai sebuah "best practise" untuk pencapaian tujuan pembangunan yang lebih baik diperlukan sebuah media, yang dapat melibatkan publik secara luas. Dialog publik merupakan alternative media yang efektif karena dapat menciptakan interaksi yang aktif

Page 3: Bedah buku sebuah pendekatan

antar pihak. Yang perlu diperhatikan bahwa organizer dari dialog publik adalah kelompok/lembaga yang benar - benar memiliki kompetensi dalam mengorganisir sebuah dialog publik serta memiliki akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan kelompok/lembaga.

5. Adanya kerangka acuan yang digunakan untuk resensi (panduan). Hasil dari  bedah buku akan baik apabila dilakukan secara obyektif sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Untuk itu dalam mengawal proses "Bedah Buku" diperlukan adanya fasilitator yang akan memandu dan mengarahkan pihak yang terlibat supaya tidak keluar dari kerangka yang ada. Perlu diingat bahwa "Bedah Buku" merupakan suatu proses penelusuran yang mana dari penelusuran tersebut dapat memberikan solusi dalam pengelolaan keuangan ke depan yang lebih baik sesuai dengan kekurangan dan kelebihan yang ditemukan dalam penelusuran. "Bedah Buku" bukan sebuah sidang (penghakiman) bagi "penulis" oleh "resensor" sehingga dibutuhkan fasilitator yang kredibel dan netral (obyektif) yang mampu mengiring audience dalam dialog publik untuk mengikuti kerangka acuan yang ada.

Sosialisasi dan adanya pelatihan bagi fasilitator merupakan langkah awal yang sangat baik untuk dilakukan sebelum melaksanakan "Bedah Buku".

Siapa yang dapat mempergunakan "Bedah Buku" sebagai sebuah pendekatan ?Bedah buku merupakan sebuah kegiatan yang umum dilakukan dimana hasilnya  sangat membantu pihak - pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam mengambil keputusan dalam melakukan penawaran (supply) dan permintaan (demand). Demikian pula halnya dengan "Bedah Buku" dapat dilakukan oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) dari semua sektor pembangunan. Namun demikian, "Bedah Buku" akan memberikan dampak yang sangat luas apabila dilakukan pada oleh para stakeholder di tingkat lokal.

Dimana "Bedah Buku" sebaiknya dilakukan ?"Bedah Buku" sangat baik dilakukan di lingkungan yang :

Individu/kelompok/lembaga yang memiliki kapasitas dan ketrampilan yang minim khususnya dalam hal pengelolaan keuangan karena hasil "Bedah Buku" akan dapat memotivasi mereka untuk meningkatkan kapasitas agar memperoleh penghargaan (pengakuan publik)

Individu/kelompok/lembaga yang memiliki permasalahan terkait dengan pengelolaan keuangan seperti adanya tunggakan pembayaran pinjaman (kredit macet)

Kelompok/lembaga yang memiliki para pemimpin yang tidak transparan dalam pengelolaan keuangan yang menimbulkan rumor kecurigaan - kecurigaan antar individu.

Kapan sebaiknya "Bedah Buku" dilaksanakan ?Seperti halnya bedah buku yang dilakukan setiap adanya buku yang diterbitkan, maka "Bedah Buku" dapat dilakukan setiap laporan pertanggungjawaban diterbitkan/disahkan. Namun akan memberikan hasil yang lebih optimal apabila "Bedah Buku" dapat dilakukan secara periodik selama periode pelaksanaan sebuah kegiatan sehingga akses kontrol akan menjadi lebih kuat.

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=5&dn=20081121095853.