sebuah pengantar untuk membumikan “ industri bambu dalam bingkai wisata” dengan pendekatan...

29
Take Home Exam Analisis dan Penerapan Sistem Teknik Studi Kasus Desa Wisata Sendari “ Sebuah pengantar untuk Fatma Wulandari MST UGM TIKM B Oktober 2009

Upload: fatmabintisustam

Post on 13-Aug-2015

59 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Sebagai desa wisata pengrajin, Sendari tidak lepas dari system produksi, system manajemen wisata, system kependudukan dan kemasyarakatan, dimana untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya diperlukan pola pikir yang sistemik yang kemudian dapat dilakukan oleh masyarakatnya sendiri dalam rangka mendorong kemajuan kesejahteraan tersebut.Menjadi sangat menarik untuk diamati, bahwa desa Sendari merupakan desa kerajinan mebel bambu, dimana Bambu itu sendiri memiliki karakteristik yang sangat unik untuk dibahas. Keterbatasan bamboo untuk diolah, dibentuk dan difungsikan menjadi suatu tantangan tersendiri untuk mengetahui lebih dalam dari system apa sajakah yang terlibat dalam produksi mebel bambu di desa wisata kerajinan Sendari. Bagaimana selama ini desa ini bertahan ?? dan Bagaimana desa ini akan tetap eksis di masa depan ?? menjadi salah satu dari rentetan pertanyaan yang mendasari kasus ini diambil untuk diamati dan dianalisis.

TRANSCRIPT

Page 1: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Take Home ExamAnalisis dan Penerapan Sistem Teknik

Studi KasusDesa Wisata

Sendari“ Sebuah pengantar untuk Membumikan

Fatma WulandariMST UGM

TIKM B Oktober 2009

Page 2: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Sebuah Pengantar untuk Membumikan“ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”

A. Pendahuluan

Yogyakarta selain disebut sebagai kota Pendidikan, juga terkenal

sebagai kota budaya-nya. Di kota ini memiliki keistimewaan segudang tradisi

khas yang masih lestari hingga kini. Tradisi budaya hidup masyarakatnya

menjadi menarik untuk menjadi atraksi yang menjadi daya tarik wisata

hingga kota ini memiliki beberapa Obyek wisata budaya.

Salah satu desa wisata yang sedang berkembang adalah Desa Wisata

Kerajinan Sendari, yang berlokasi di dusun Sendari, Desa Tirtoadi, Kecamatan

Mlati, Sleman. Desa ini memiliki keunggulan sebagai desa kerajinan, dimana

sebagian besar hidup masyarakatnya dari mata pencaharian sebagai

pengrajin dan pengusaha bambu. Dalam desa wisata ini yang dijual adalah

selain hasil industry kerajinan mebel bambunya, juga atraksi keseharian

warga dalam mengolah bamboo dan suasana pedesaan yang jarang

ditemukan di kota.

Sebagai desa wisata pengrajin, Sendari tidak lepas dari system

produksi, system manajemen wisata, system kependudukan dan

kemasyarakatan, dimana untuk dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya diperlukan pola pikir yang sistemik yang kemudian dapat

dilakukan oleh masyarakatnya sendiri dalam rangka mendorong kemajuan

kesejahteraan tersebut.

Menjadi sangat menarik untuk diamati, bahwa desa Sendari

merupakan desa kerajinan mebel bambu, dimana Bambu itu sendiri memiliki

karakteristik yang sangat unik untuk dibahas. Keterbatasan bamboo untuk

diolah, dibentuk dan difungsikan menjadi suatu tantangan tersendiri untuk

mengetahui lebih dalam dari system apa sajakah yang terlibat dalam

produksi mebel bambu di desa wisata kerajinan Sendari. Bagaimana selama

ini desa ini bertahan ?? dan Bagaimana desa ini akan tetap eksis di masa

depan ?? menjadi salah satu dari rentetan pertanyaan yang mendasari kasus

ini diambil untuk diamati dan dianalisis.

Page 3: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

B. Sendari sebagai Desa Wisata Kerajinan

Sejak tahun 1970, usaha kerajinan bamboo di dusun Sendari sudah

dirintis secara turun temurun.Produk utama waktu itu hanya berupa kursi

lincak tanpa hiasan , ukiran atau modifikasi tertentu. Pada tahun 1981

Pemerintah Kabupaten Sleman menetapkan dusun Sendari sebagai Desa

kerajinan Bambu. Secara perlahan pengrajin bamboo mulai mengembangkan

inovasi menciptakan karya karya yang lebih bagus dan beragam dari

sebelumnya. Dan area pemasaran pun semakin meluas.

Sejak krisis ekonomi tahun 1997, pemberdayaan sektor riil dengan

berbasis pada pengembangan ekonomi kerakyatan ini dipandang mampu

dan sukses dalam mengusung strategi untuk kemajuan ekonomi Indonesia.

Sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan ekonomi rakyat

pemerintah mengambil kebijakan untuk mengembangkan desa wisata.

Pengembangan desa wisata sangat relevan seiring dengan terjadinya

pergeseran model pembangunan pariwisata. Seperti dilaporkan oleh World

Tourism Organization (WTO) tahun 1995 menunjukkan bahwa telah muncul

perkembangan wisata alternatif yang dipandang lebih menghargai

lingkungan alam dan penghargaan atas kebudayaan.

Desa Wisata merupakan suatu bentuk pariwisata dengan objek dan

daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam

masyarakatnya, panorama alamnya dan budayanya, Pengembangan desa

wisata akan membawa beberapa implikasi positif, seperti mengurangi

pengangguran di desa, peningkatan pendapatan masyarakat, optimalisasi

daya dukung terhadap pembangunan dan terjaganya kelestarian lingkungan

alam di pedesaan. Pengembangan desa wisata juga akan bermanfaat dalam

mengurangi arus urbanisasi dari desa ke kota. Usaha-usaha yang terkait

dengan pengembangan desa wisata tersebut akan menjadi alternatif

pekerjaan yang dapat dimasuki oleh masyarakat setempat. Dan dusun

Sendari memiliki potensi untuk dikembangkan menjasi wisata alternative

budaya kerajinannya. Disamping usaha lain juga dimungkinkan akan muncul

seperti kuliner, transportasi dan usaha jasa-perdagangan lainnya di desa

Page 4: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Gambar 1 Showroom Sendari

Gambar 1 Showroom Sendari

Gambar 1 Showroom Sendari

Sendari sejalan dengan berkembangnya konsep desa wisata ini

terealisasikan.

Desa Tirtoadi sendiri memiliki 3 dusun yang

berpotensi untuk

desa wisata.

Dusun Ketingan,

Sendari, dan

Janturan masing masing

memiliki potensi dan basis

yang berbeda.Ketingan dengan potensi wisata

fauna bangau, Sendari dengan kerajinan

bambunya, dan Janturan dengan potensi wisata

agro perikananannya.

Dengan ditetapkannya Sendari sebagai salah satu desa wisata

dikawasan Sleman, maka pemerintah daerah mulai membangun sarana fisik

seperti jalan raya yang mudah di jangkau oleh para wisatawan. Tahun 1996

dirintis oleh GKR Hemas istri Gubernur Sultan Hamengkubowono X sebuah

Showroom seluas 2,5 Ha dibangun sebagai wadah pameran bagi perajin

untuk memamerkan produk usahanya, dengan harapan sendari menjadi

pusat seni di wilayah Sleman, pengganti pasar seni di Jalan Solo yang pernah

dibangun sebelumnya oleh pemerintah kabupaten Sleman.

Seiring berjalannya waktu, wisatawan dan pembeli hasil kerajinan

Sendari sudah sampai ke negara Jepang, Belanda,Italia, Perancis, Amerika,

Norwegia, dan negara negara Timur Tengah yang dulu Pemasarannya pun

hanya sebatas keliling Yogya. Kini boleh dibilang, pemasarannya sekitar 90% justru ke

luar negeri, sedangkan 10% untuk dalam negeri. Namun sangat disayangkan, dari 600 KK

penduduk desa Sendari yang ada saat ini, hanya sekitar 20 KK yang masih bertahan menjadi

pelaku bisnis di bidang industry kerajinan mebel bamboo. Dan kini banyak dari pengusaha di

dusun Sendari menekuni sebagai pengembang/ developer gazebo, parasol ( rumah bamboo )

yang menjadi permintaan dari pembeli di luar daerah, sehingga sedikit banyak hal ini

mempengaruhi terhadap berkembangnya produk kerajinan bamboo. Suatu kemajuan

Page 5: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

diversifikasi produk yang menguntungkan, tetapi juga menarik untuk dikaji lebih luas dan

mendalam kembali.

C. Analisis Sistem

Sebelum menganalisa hubungan system yang bekerja di Desa Wisata

Kerajinan Sendari, terlebih dahulu akan diidentifikasi elemen elemen yang

signifikan keberadaannya yang ada di Sendari ;

1. Penduduk / masyarakat Sendari keseluruhan

Sebagain besar tingkat pendidikannya masih minim, lulusan sarjana

hanya sedikit. Generasi mudanya setelah lulus SMU bekerja sebagai

pelayan toko, pabrik, bengkel dll. Hanya sedikit yang sebagai pengarajin

dan pengusaha. Selain sebagai pengrajin mata pencaharian pokok adalah

petani.

2. Pengrajin Bambu

Pengrajin bamboo melakukan aktivitasnya

dirumah rumah, terdapat dua macam

pengrajin, yaitu pengrajin anyaman dan

pembuat rangka mebel.

3. Pengusaha

Pengusaha adalah pelaku bisnis industry

kerajinan mebel bamboo, biasanya memiliki modal

untuk menggajio pekerja/ beli barang setengah jadi

dari pengrajin. Biasanya adalah orang pribumi.

Showroom disediakan untuk para pengusaha yang

tidak memiliki tempat / rumah strategis di tepi

jalan.

Gambar 2Pengrajin rangka

Gambar 3Pengusaha

Page 6: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

4. Perangkat Desa ( RT, Dukuh Sendari, Dukuh Ketingan, Dukuh Janturan,

Kepala Desa, Pamong Desa, dll )

Sendari merupakan sebuah Dusun yang dikepalai oleh seorang Dukuh.

Di Sendari seorang dukuh dan kepala desa mendapatkan sebidang tanah

bengkok dari tanah kas desa untuk digarap dan dipetik hasil panennya

sebagai pengganti gaji atas pengabdiannya kepada masyarakat. Suatu

keistimewaan di sendari bahwa para perangkat desa merelakan tanah kas

desa untuk dijadikan showroom seluas 2,5 Ha dari rencana 10 Ha ( dari

berbagai sumber )

5. Kelompok Pengusaha dan Pengrajin

Majunya perekonomian dan perkembangan desa Sendari tidak bias

lepas dari hadirnya kelompok kelompok pengrajin dan pengusaha, yang

biasanya pemerintah menggulirkan pinjaman modal luna melalui

kelompok kelompok masyrakat. Di Sendari kelompok ini memang pernah

sudah pernah dibentuk, namun mtidak mengalami keberlanjutan. Ada

yang kemudian pinjaman habis tak terlacak, tetapi ada yang

kelompoknya sudah bubar jalan tetapi pinjaman masih dipegang oleh

orang yang bertanggung jawab sebesar 10 juta.

Salah satu kelompok yang masih ada adalah Bambu Indah yang

sebagian besar anggotanya dulu menjadi anggota Melati Indah Yang

sudah fakum ( uang pinjaman masih ada ). Di ketuai oleh Bapak Ponidi

direncanakan Bambu Indah ini akan menjadi sebuah koperasi yang

nantinya bias menjawab permasalahn pelaku industry bamboo di

Sendari, dengan pendampingan yang telah dilakukan oleh pihak DPPM UII

Yogyakarta.

6. GKR Hemas

Seorang GKR Hemas merupakan penentu adanya pencanangan Desa

Sendari sebagai Desa Wisata pengrajin. Beliaulah yang telah

menggerakkan hati masyarakat dalam pembangunan Showroom di Dusun

Sendari.Dan Tahun 1997 beliaulah yang membuka dan meresmikan

Showroom sebagai pusat kerajinan Sendari.

Page 7: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

7. LSM dan NGO

Di Sendari telah banyak Lembaga Swadaya Masyarakat dari local maupun

internasional yang tertarik untuk mengembangkan desa wisata Kerajinan

Sendari. Beberapa diantaranya adalah GTZ RED, DPPM UII, MTI UII telah

melakukan upaya peningkatan produktivitas produk maupun

pemasarannya. Beberapa diantaranya memberikan bantuan teknologi

berupa rumah pengawetan bamboo ( Mr. Benyamin , Belanda ), bak

terbuka pengawetan ( MTI UII ), pelatihan desain, pelatihan web, dan

sebagainya.

8. Media massa

Peranan media massa dan elektronok sangat mempengaruhi desa

wisata kerajinan Sendari dikenal luas oleh masyarakat local dan

mancanegara. Sebagai suatu pemberdayaan masyarakat dalam bidang

UMKM maka tak pelak menjadi sorotan media massa untuk menilik segala

kebijakan dan kesiapan pemerintah dan masyarakatnya dalam

mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan awal

dicanangkan dusun Sendari sebagai Desa Wisata.

9. Penyedia bahan baku bambu dan peralatan, dsb

Sendari sebagai daerah industry mebel bamboo ternyata tidak

memiliki sumber daya alam untuk mengambil bahan bakunya, Selama ini

bahan baku bamboo diambil dari daerah kulonprogo, purworejo dan

sekitar wilayah Yogyakarta. Dan hal ini bukanlah menajdi masalah karena

para poengusaha di Sendari membeli bamboo yang belum diolah dan

diawetkan. Dan karena sudah biasa, untuk penyediuaan tinggal

mencontacr pemasok bamboo.

Sementara untuk bahan lain seperti rotan sebagai aksessoris, lem,

bamboo , ijuk, dapat dengan mudah didapatkan dan juga ada

pemasoknya. Sementara untuk peralatan berupa pangot, pisau, pali,

bendo, dll beberapa pengrajin mempercayakan untuk membelinya di

daerah barat wirobrajan Yogyakarta.

Page 8: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

10.Dinas – Dinas terkait ( Pariwisata DIY, perhubungan, disperindagkop,

Pemkab )

Peran besar campur tangan pemerintah di desa wisata Sendari adalah

dari dinas PAriwisata DIY, Kabupaten Sleman, dan juga dari BPTT PI UMKM

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yogyakarta yang telah

bekerjasama dengan pihak MTI UII untuk melakukan pendampingan

terhadap unit kerja di Sendari.

Selain itu dari Dinasperindagkop sangatlah signifikan terhadap

keberlanjutan kehidupan ekonomi industry Sendari mengingat kondisi

masyarakat yang pendidikannya tidak terlampau tinggi, keterbatasan

pemasaran dan management pengusaha dan pengrajin bamboo saat itu.

Pihak Bank Indonesia dan pihak terkait lainnya sangatlah memiliki andil

yang besar dalam pembangunan Desa Wisata Sendari sebagai Dusun

Industri Kerajinan.

Dari Pemerintah Kabupaten luar daerah juga sering melakukan

kerjasama dengan para pengusaha industry mebel Sendari untuk

mendidik generasi muda ( anak daerah ) mereka membuat mebel

bamboo., dengan harapan memiliki kecakapan mengolah bamboo di

daerahnya msing masing.

11.Akademisi

Tahun 1986 Sendari menjadi objek KKN mahasiwa ISI Yogyakarta.,

yang memberikan pengaruh terhadap desain dan perkembangan produk

Industri mebel Sendari. Sejak saat itu silih berganti pihak akademisi mulai

melirik menjadikan Sendari sebagai objek penelitian ataupun KKN,

diataranya Universitas Sanata Darma, Universitas Gadjah MAda, dan

universitas, pihak sekolah dari luar daerah yang banyak melakukan KKP

untuk mahasiswa ataupun siswanya.Sedikit banyak memberikan

pengaruh, selain memberikan ilmu pada siswa, Sendari juga mendapatkan

banyak saran dan kritik dari para mahasiswa tersebut. Juga Promosi

gratis dari para mahasiswa yang menyuarakan keunikan dan potensi

Sendari sendiri di daerahnya masing masing.

12.Wisatawan dan atau Pembeli

Page 9: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Menurut data sekunder dari media massa, pada tahun 2008 wisatawan

pengunjung Desa Tirtoadi mencapai lebih dari seribu orang. Namun belum

dapat dipastikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke dusun Sendari,

mengingat ada tiga ODTW yang ada di desa Tirtoadi.

Sementara menurut salah satu pengusaha, setelah tahun 2006

pembeli produk mebel bamboo dari tahun ke tahun menurun. Kebanyakan

yang menjadi andalan saat ini adalah borongan membangun gazebo,

parasol di rumah makan, restoran dan hotel. Kini yang masih menjadi

pelanggan tetap adalah para bakul/ distributor dari daerah pati, jawa

timur, jawa tengah termasuk Jogjakarta dsb. Dan omset yang diminta pun

menurun.

13.Bakul dan distributor

Para pelaku ekonomi ini, mengandalkan keuntungan dari jasa

pendistribusian barang dari produsen ( Sendari ) kepada konsumen dari

daerahnya masing masing. Mereka dating dari pati, kendal, jawa timur,

untuk membeli mebel bamboo dari sendari dan menjualnya ke konsumen.

Biasanya untuk membawa stock yang dibawa dengan pick up ataupun

truck sesuai kapasitas kemampuan bakul dan permintaan konsumen.

14.Guide

Untuk para importer dari mancanegara, dalam mencari produk dsri

sendari kebanyakan mereka diantarkan oleh seorang guide ( pemandu ),

dengan demikian si pemandu akan mendapatkan komisi dari pengusaha

Sendari karena sudah membawa pembeli. Kadang besarnya komisi

mencapai 10 % darikeuntungan. Atau kadang juga melihat barang yang

terbeli dengan semacam perjanjian yang menjadi kesepakatan bersama.

15.Forum Komunikasi Desa Wisata

Sebanyak lima desa wisata di kabupaten Sleman dinyatakan mati suri,

karena tidak adanya kepengurusan. Sementara kekosongan

kepengurusuan dioakibatkan oleh sepinya pengunjun. Dengan demikian,

dalam desa wisata yang notabene-nya berbasis pasda pemberdayaan dan

Page 10: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Desa Wisata Sendari

potensi masyarakat sangat bergantung pada komunikasi dan kekuatan

bersama untuk maju dan mewujudkan tujuan.

Di Desa Tirtoadi, sudah ada kepengurusan untuk desa wisata tetapi

yang berjalan adalah utnuk dusun Ketingan. Padahal untuk potensi yang

besar digarap adalah dusun Sendari yang notabenenya, berbasis pada

masyarakat yang bias diajak untuk berkomunikasi dan berpikir maju.

Berbeda dengan Ketingan yang berbasis pada fauna bangau yang ada di

dusun itu.

Dengan demikian perlu ditelusuri benang merah yang menjadikan

desa Wisata Sendari masih dikategorikan sebagai desa Wisata

berkembang, dan belum menjadi desa wisata mandiri.

Berikut diagram analisis system yang bersumber dari hasil

pengamatan dan pemikiran :

PengusahaIndustry Mebel

Pemasok Bahan Baku

PengusahaIndustry Mebel

Pengrajin

Penganyam

GKR Hemas

Distributor/ Bakul

Dinas Pariwisata

PEMKAB Sleman

Wisatawan/ Pembeli

Bank Penyedia

Dinas terkait

Pemerintah Desa

Penduduk/

LSM/

Kelompok pengrajin/

Guid

Pengrajin

Pengusah

Gambar 4 Diagram analisis

Page 11: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Garis Hubungan, efek sistemik sangat kuat dalam rangka tujuan

desa wisata

Garis hubungan, efek sistemik kuat dalam rangka tujuan desa

wisata

Garis hubungan, efek sistemik ada dalam rangka tujuan desa

wisata

Elemen terpenting, pembangun Desa Wisata yang harus kuat

Tolak Ukur,pembanding suksesnya tujuan desa wisata

Elemen pendukung pencapaian desa wisata mandiri

Elemen Pendukung Perintis yang berpengaruh

D. Sistem Produksi Industri Mebel

Sistem produksi dalam pembuatan mebel Bambu cukup sederhana.Dari hasil

pengamatan kebanyakan dari pengusaha hanya membuat mebel berupa kursi set, sofa, rak,

meja makan, gazebo, parasol, sementara untuk produk produk yang berukuran kecil seperti kap

lampu, tatakan piring gelas, tas didatangkan dari luar daerah seperti wonosari dan Jogjakarta.

Berikut hasil pengamatan di lapangan mengenai proses produksi :

a. Pengadaan Bahan Baku

b. Pencucian

c. Pengeringan/ pengawetan

d. Pembuatan Rangka

e. Pembalutan aksesoris

f. Finishing

Pemkab Daerah Lain

Akademisi

Page 12: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Di Sendari pengusaha Bambu tidak melakukan treat pengawetan untuk pangsa pasar

local, karena untuk melakukan itu diperlukan biaya yang tinggi, sementara pembeli tidak mau

dibebani dengan harga yang lebih.

Sementara upaya untuk memenuhi kebutuhan pengawetan telah diberikan bantuan

berupa rumah pengawetan dari Mr. Benyamin ( USA ) dengan metode berdiri ( bamboo

ditegakkan dan didalamnya ditampung air dengan larutan kimia. Sementara bak terbuka juga

telah diperbantukan untuk pengusaha bamboo, namun karena kurangnya efisiensi bahan

bakaaaar, dan terbatasnya ukuran bamu yang dapatmasuk dalam bak, maka kedua hal tersebut

jarang digunakan.

Pengadaan Bahan

Diambil dari kulonprogo, purworejo, magelang dan daarah lain sekitar Yogyakarta

Pencucian

Pencucian dengan sabun dan disikat dengan kain/ sabut kelapa dean air yang tersedia melewati parit showroo/ rumah rumah penduduk

Pengeringan dan pengawetan

Dikeringkan sebesar 20% selama 2-3 minggu di bawah terik matahariUntuk pasar manca dilakukn pengawetan dengan merendam dalam bak terbuka ( larutan kimia ) atau dimasukkan kedalam batang kemudian ditegakkan

Gambar 5 Proses penyiapan Bahan

1 2 3

Gambar 6Rumah Pengawetan

Gambar 7Teknologi bak Terbuka

Page 13: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Setelah dilakukan proses persiapan bahan, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan

rangka, dan produk kursi.

Dalam proses produkasi ini, pengusaha Sendari bersimbiosis dengan pengrajin dan

penganyam. Sementara pegusaha dapat mengejar order denga tepat waktu, pengrajin dan

penganyam mendapatkan upah harian atau borongan. Setiap satu set anyaman di hargai

sebesar 10 ribu, sementara anyaman 1 meter sampai 20 ribu rupiah.

E. Potensi dan Peluang

Pembuatan Rangka ( tenaga ahli ) pemotongan bambu sesuai ukuran desain yag dibutuhkan, kursi 50 cm, meja makan 90 cm, dsb Alat yang digunakan gergaji,pangot, pisau, palu, bendo, meteran Sambungan digunakan lem, kayu, paku, dan teknik tautan bambu.

Pembalutan dan aksesorisAlat dan bahan : tali rotan,lem, gunting Aksesiris digunakan dari hasil anyaman dan atau ukiran lukisan dibilah bambu untuk sandaran kursi

Finishing dikuaskan plitur ( campuran mata kucing dan bensin perbandingan 1 : 5 lt )Didiamka atau dijemur dalam durasi waktu satu hari/ satu malam

Gambar 8 Proses produksi kursi

Gambar 9 Penganyam

4

5

6

Page 14: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Dari hasil pengamatan, disimpulkan bahwa Dusun Sendari memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai Desa Wisata Kerajinan BAmbu. Potensi dan peluang yang ada tersebut

diidentifikasikan sebagaiberikut :

1. Akses

Letak Wilayah yang cukup mudah dijangakau dari pusat kota Yogyakarta dan mudah

dijangkau dari ldaerah, karena dekat dengan jalur antar kota.

2. Infrastruktur

Semenjak pemerintah gencar mempromosikan Desa Wisata sebagai alternative

pemberdayaan ekonomi masyarakat, pembangunan infrastruktur dilakukan hingga sampai

desa Tirtoadi. Jaringan Listrik dan PDAM juga sudah denga mudah diakses.

3. Fasilitas wisata yang ada

Showroom berupa counter counter untuk menjajakan hasil produk mebel bamboo

4. Tanah luas yang dapat dibangun

Dalam konsep pembangunan kawasan di Kabupaten Sleman, kecamatan Mlati

merupakan kawasan kelas I untuk dapat diolah dengan optimal. Sementara nuansa

Pedesaanharus tetap dipertahankan demi konten Desa wisata tidak terlupakan.

5. Kebijaksanaan pemerintah

Pemkab Sleman melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga melakukan

pendampingan dan fasilitasi bagi pengembangan desa wisata. Diantaranya melalui Forum

Komunikasi Desa wisata yang bertujuan untuk menjalin kerjasama antar pengelola desa

wisata serta menjalin hubungan antara desa wisata dan pemerintah.Selain itu, Pemkab

Sleman melalui Dinas Budpar juga memberikan fasilitasi berupa pembuatan peta desa wisata,

papan data, papan sapta pesona dan pembuatan leaflet. Untuk membantu promosi dan

pemasaran desa wisata, Pemkab juga menyelenggarakan travel dialog dan fasilitasi pameran

bagi desa wisata.

6. Sumber Daya Manusia

Sebagai modal utama dan agenda utama dalam pembangunan desa industry bamboo

sendari adalah kekayaan dan keberagaman pengrajin, penganyam dan pengusaha. Dengan

tiadanya elemen ini berarti matinya desa wisata ini. Untukitu dari 20kk yang sekarang ada,

hendaklah dikembangkan lebih banyak agar industry bamboo di Sendari bias lebih maju dan

mandiri.

Page 15: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

7. Bambu sebagai alternative pengganti kayu

Seiring dengan program dunia untuk membatasi penggunaan kayu dalam rangka

mengurangi global warming, maka bamboo memberikan peluang untuk dimanfaatkan

mengingat umur tanam bamboo yang lebih pendek jika dibandingkan dengan kayu.

8. Media massa yang menyorot sebagai alternative promosi

9. Pihak pihak yang ingin melakukan studi tentang Desa Wisata Sendari (LSM, Akademisi, dsb )

F. Permasalahan dan Tantangan

Berikutini adalah permasalah dan tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat Sendari,

disimpulkan dari hasil wawancara kami kepada masyarakat pengrajin, dan pengusaha juga pihak

pamong desa, dan tokoh masyarakat :

1. pengakuan akan kebutuhan perubahan

Sebuah pengakuan kebutuhan akan perubahan melahirkan

keinginan yang bias segera diwujudkan. Namun di masyarakat

Sendari masih ingin bertahan dalam kondisi yang sekarang.

Ketergantungan pemasaran dari mulut ke mulut para pembeli, guide,

distributor bias saja hilang ketika suatu saat mereka beralih pada

bisnis lain. Tradisi Pengrajin juga selamanya akan hilang apabila tidak

segera dilakukan tindakan preventif sejak sekarang.

Meihat keragaman desain produk bambu yang masih monoton

( yang laku oleh pembeli ), menandakan keinginan unuk memunculkan

inovasi perubahan kurang, terbukti hanya tergantung pada permintaan

pembeli.

2. Penetapan tujuan

Konsep besar Master Plan dari desa Tirtoadi yang belum

sepenuhnya dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat,menjadi tidak

mungkin untuk bias menetapkan satu tujuan bersama.Padahal suatu

tujuan sangat penting untuk menentukan langkah. Bisa dikatakan

tujuan adalah ruh gerakan perubahan,yang nantinya dapat dinikmati

bersama.

Page 16: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

3. Industri gazebo, parasol….yang lain tersingkir, belum ada peningkatan

produk

Permintaan pasar yang besar terhadap borongan gazebo,

parasol ( mebel eksterior ) menjadikan produkproduk lain belum

terjamah untuk dikembangkan, karena energy sumber daya manusi

yang terbatas.Sehingga kekhawatiran akan hilangnya ciri khaz

pengrajin bamboo akan hilang apabila tidak menjadiprioritas saat ini.

Sehigga perlu tawaran solusi untuk meningkatkan daya beli pembeli

untuk produkproduk yang lain.

4. Membangun Kepercayaan untuk meningkatkan potensi yang ada

Dari hasil wawancara, ditemukan indikasi adanya pesimisme

dari kalangan masyarakat ataupun perangkat desa. MEnjadi hal yang

dapat dimaklumi karena dalam kurun waktu yang sedemikian lama

sejak dicanangkan sebagai desa wisata, Sendari masih belum bias

mandiri padahal segala upaya program sudah digalakkan. Masyarakat

sendiri kurang dapat memegang kepercayaan yang telah dibangun

oleh GKR Hemas waktu itu, sehingga sebagian tokoh agak sedikit

sungkan untuk selalu meminta bantuan pada pihak pihak

lainnya.Kembali lagi pada keinginan untuk suatu perubahan belum

sepenuhnya ada dalam jiwa masyarakatnya.

5. Berpikir dan berkarya secara sistemik, bukan hanya sekedar personal

saja, tetapi sistem yang berarti bersama sama membangun sinergi

Desa Tirtoadi yang memiliki 3 dusun berpotensi wisata,

menjadikan suatu peluang untuk menjadikan wisatawan adalah calon

pembeli produk bamboo Sendari. Untuk itu diperlukan suatu konsep

paket wisata yag memungkinkan untuk mendatangkan wisatawan dari

luar daerah.Dibutuhkan kerjsama antar dusun di wilayah Desa Tirtoadi.

Sementara para pengusaha Sendari masih berjalan masing

masing, menetapkan tujuannya sendiri sehingga kesamaan tujuan

untuk maju bersama belum terealisasikan. Dan cenderung Pengusaha

belum memanfaatkan potensi wisata budaya pengrajin di Sendari,

Page 17: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

lebih cenderung hanya bisnis dan keuntungan sendiri saja ( pengaruh

factor ekonomi keluarga sendiri dan pekerjanya )

6. Bagaimana membuat atraksi yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

dan pasar luas

Untuk menarik wisatawan, sudah menjadi kewajiban untuk

memberikan atraksi yang menarik untuk dikunjungi. 3 Potensi dusun

yang Nampak belum bersinergi dalam mengemas paket atraksi wisata,

menjadi mungkin untuk dilakukan secara holistic da menyeluruh.dan

pertanyaannya konsep apa yang bisa ditawarkan untuk atraksi

tersebut ?

7. Masalah kebersihan, keindahan dan penataan Kawasan

Dalam rangka menarik pengujung, penataan kawasan perlu

diperhatikan. Keindahan dan kebersihan juga kemudahan akses

pengunjung menikmati kawasan tersebut menjadi penting

untukdirncnakan secara mantab.

8. Mutu Standart International untuk bertahan bersaing

Sementara di Dusun sendari dalam pengelolaan harga antar

pengusaha belum bias disamakan sehingga terkesanpersaingan yang

ada merupaka persaingan yang tidak sehat. Sementara di luar sana

persaingan dengan Negara negra lain seperti Cina, Thailand, dan

Vietnam semakin gencar ( produk bambu ). Untuk itu dibutuhkan

control kualitas yang bias diterima oleh Internasiopnaldan nasional,

tentu saja dengn standart mutu yang diakui.

G. Solusi Yang Ditawarkan

Page 18: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

1. Pemberdayaan semua kalangan

2. Mengintensifkan komunikasi untuk menemukan keinginan pemerintah dan keinginan

masyarakat desa dalam rangka merumuskan menetapkan tujuan akan dibawa kemana

pembangunan desa Tirtoadi

3. Peningkatan pembangunan Networking ( jaringan kerjasama )

Networking yang perlu ditingkatkan kerjasamanya :

melibatkan semua

kalangan( muda, tua, anak anak )

memberikan dan

membangun

kepercayaan

desiminasi tujuan/ Konsep Grand Design

TOP Down

Bottom Up

Page 19: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

Dinas Kehutanan dan Pertanian ( aklamasi hutan Bambu, pelestarian bangau ketingan,

diversifikasi perikanan Janturan )

Dinas Pariwisata ( Pemantapan Desa Wisata , atraksi wisata, paket – paket wisata,

promosi )

Dinas pendidikan ( Pelestarian budaya pengrajin pada generasi muda ex : muatan local

di tingkat sekolah untuk kerajinan bambu , marketing produk permainan edukatif dari

bamboo, dll )

Deperindagkop ( pelatihan dari luar daerah, pemasaran, pameran, korporasi / asosiasi )

LSM/ NGO yang memiliki visi dan misi yang sama

Kerjasama antar Dusun ( saling bersinergi )

Kerjasama antar pengrajin dan pengusaha

Forum Komunikasi Desa Wisata

Media Massa dan media elektronik ( ex : jelajah Trans TV, kuliner, dll )

4. Mengadakan kompetisi inovasi desain

Mengingat persaingan antar pengusaha dan pengrajin yang begitu hebatnya, maka

kompetisi merupakan salah satu solusi untuk bersaing secara sehat karena didalmnya ada

campur tangan pihak lain untuk membuat peraturannya.

Dengan kompetisi desain diharapkan para pengusaha dan pengrajin bias lebih

meningkatkan kemampuannya untuk mengolah dna meningkatkan produknya, dengan

demikian teknologi yang akan digunakan oleh mereka akan secara otomatis juga akan

meningkat.

Melalui kompetisi desain diharapkan dapat menarik generasi mudanya untuk turut

berpartisipasi dalam penyelenggaraan ataupun partisipasi pelestarian budaya pengrajin.

5. Atraksi yang ditawarkan untuk menarik wisatawan dan membumikan budaya bamboo

Kesenian Thek Thek ( Pek Bung dari bamboo ) berkolaborasi dengan kesenian

tradisionalyang sudah ada disana yaitu Larasmadyo ( Muda dan tua bias terlibat )

Festival Tradisinal Bambu ( Perlombaan Gasing Bambu )

Festival Tradisinal Bambu ( Perlombaan Egrang/ Atraksi Egrang )

Paket Wisata Sepeda Bambu mengelilingi Ketinagn, Sendari, dan JAnturan

Page 20: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

6. Penataan kawasan berdasar prinsip perencanaan kawasan yang terdiri dari 7 elemen :

Landuse, Landmark, Symbol, Node, Signge, Vegetasi,dan path

Menjadi suatu hal yang mudah, ketika pembangunan ruh tradisi pengrajin bambu, yang

berarti industry bamboo sudah membumi, maka sejalan dnegan peningkatan kerjasama

networking masing masing elemen terpenuhi maka pembangunan fisik kawasan dapat

dengan mudah terbangun.

H. Laporan Kunjungan dan Presentasi

Dalam kunjungan melakukan pengamatan dan observasi, tidak ada suatu kendala suatu

apapun baik dalam perijinan ataupun memasuki wilayah kerja dan showroom di Sendari. Dalam

Gambar macam Atraksi Wisata

Page 21: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur

pengamatan kami pilih hanya beberapa pengusaha dan pengrajin saja ( tidak semua ) mengingat

waktu yang kamipunya sangat terbatas. Hanya saja begitu banyak perbedaan pendapat yang

kami temui yang membuat kami susah untuk menyimpulkan.

Namun dalam waktu yang sudah direncanakan untuk presentasi, yang direncanakan

kamis malam tanggal 25 Februari 2010 jam 19.00 di rumah Bapak Dukuh dengan mengundang

segala elemen masyarakat yang ada menjadi terhambat karena adanya saran yang mengejutkan

bahwa ternyata untuk mengumpulkan masyarakat dalm forum dipandang terlalu sulit bagi kami,

yang hanya melakukan program selama 2 minggu.

Untuk itu kami dianjurkan untuk melakukan presentasi door to door ke pengrajin,

pengusaha dan Pemerintah desa seperti saat kami melakukan observasi lapangan. Akhirnya

diputuskan tanggal kami memilih untuk presentasi di hadapan BApak Karjono selaku Kepala

Desa Tirtoadi, yang kebetulan kepala Desa yang baru terpilih setahun yang lalu, sehingga

masukan dari kami sangat antusias didengarkan dan menjadi suatu diskusi yang menarik.

( dilakukan pada tanggal 25 Februari 2010 jam 13.00 sampai dengan jam 15.00 )

I. Penutup

Demikian Laporan Kunjungan dan Analisis Sistem yang bias kami susun, semoga ada

manfaat yang bias diambil dan direalisasikan.

KAmi mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya atas bantuan semua pihak yang

telah mendorong, member masukan dan data kepada kami, semoga semua yang telah kami

dapat menjadi bahan pembelajaran dan bermanfaat bagi kami.

J. Lampiran Lampiran

Page 22: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur
Page 23: Sebuah Pengantar untuk Membumikan  “ Industri Bambu dalam Bingkai Wisata”  dengan pendekatan arsitektur