bblr5

7
Korelasi antara insulin-like growth factor - 1, anemia defisiensi besi, dan biometri janin pada kehamilan trimester III I. SUNARNO * H. WIJAYANEGARA ** J.C. MOSE ** I.M.S. MURAH MANOE * *Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/ RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar **Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS Dr. Hasan Sadikin Bandung PENDAHULUAN Pertumbuhan janin melibatkan unit ibu - plasenta - janin. Pertumbuhan janin normal merupakan hasil interaksi kompleks dari fungsi ketiga komponen tersebut. Faktor ibu merupakan faktor yang paling sering berhubungan dengan pertumbuhan janin; da- lam hal ini, status gizi ibu merupakan hal yang pa- ling menarik bagi klinisi. Pertumbuhan intrauterin pada manusia membentuk pola linear antara usia kehamilan 28 sampai 38 minggu. Setelah usia ke- hamilan > 38 minggu, terjadi penurunan kecepatan pertumbuhan yang disebabkan oleh insufisiensi ute- roplasenta fisiologik. Perlambatan pertumbuhan terjadi akibat penu- runan normal asupan nutrien melalui plasenta pada kehamilan lanjut. 1,2 Karakteristik pertumbuhan ja- nin normal adalah adanya proses berkelanjutan yang dimulai dari multiplikasi dan diferensiasi sel- sel tubuh menjadi berbagai sistem organ (fase or- ganogenesis) yang terjadi pada trimester pertama, hiperplasia seluler berlanjut hingga trimester kedua, Tujuan: Untuk menganalisis korelasi antara kadar IGF-1 serum ibu, anemia defisiensi besi, dan biometri janin pada kehamilan trimester ketiga. Tempat: Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Wahidin Sudi- rohusodo dan RSIA Siti Fatimah di Makassar. Rancangan/rumusan data: Penelitian potong lintang. Bahan dan cara kerja: Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, ferritin, dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dari serum 70 perempuan hamil (34 penderita anemia defisiensi besi dan 36 normal). Kemudian di- lakukan pemeriksaan biometri janin dengan ultrasonografi. Hasil: Ditemukan korelasi bermakna antara kadar IGF-1 serum ibu dengan ukuran AC dan FL janin (p = 0,0010 dan p = 0,013, berturut- turut). Juga ditemukan hubungan linier positif antara kadar IGF-1 se- rum ibu dengan ukuran AC (r = 0,350; p = 0,001) dan ukuran FL janin (r = 0,320; p = 0,003). Anemia defisiensi besi ibu hamil trimester III berhubungan dengan janin yang mempunyai AC kecil berdasar usia ke- hamilan (p = 0,0450). Kesimpulan: Pada kehamilan trimester III: kadar IGF-1 serum ibu tidak berbeda bermakna antara ibu dengan anemia defisiensi besi dan normal tetapi terdapat korelasi positif antara kadar IGF-1 serum ibu de- ngan ukuran AC dan FL janin dan antara anemia defisiensi besi ibu de- ngan ukuran AC janin. [Maj Obstet Ginekol Indones 2009; 33-3:160-6] Kata kunci: kadar IGF-1, anemia defisiensi besi, biometri janin Objective: To analyze correlation between maternal serum IGF-1, iron deficiency anemia and, fetal biometry in 3 rd trimester of pregnancy. Setting: Obstetrics and Gynecology clinic Dr. Wahidin Sudiro- husodo Hospital and Siti Fatimah Mother and Child Hospital in Ma- kassar. Design/data identification: Cross sectional study. Material and methods: Level of Hb, ferritin, and IGF-1 serum, was taken for laboratory analysis from 70 pregnant women (34 with iron de- ficiency anemia and 36 normal). Fetal biometry were performed using ultrasonography. Results: There was a significant correlation between maternal se- rum IGF-1 and fetal AC and FL measurement (p = 0,0010 and p = 0,013, respectively). There is a positive correlation between maternal serum IGF-1 and fetal AC (r = 0,350 and p = 0,001) and FL measure- ment (r = 0,320 and p = 0,003). Iron deficiency anemia maternal in third trimester of pregnancy had a positive correlation with fetal AC measurement (p = 0,0450). Conclusion: In 3 rd trimester of pregnancy: maternal serum IGF-1 was not different between iron-deficiency anemia and normal but there was a positive correlation between maternal serum IGF-1 level with fe- tal AC and FL measurement and between iron deficiency anemia mo- thers and with fetal AC measurement. [Indones J Obstet Gynecol 2009; 33-3:160-6] Keywords: IGF-1, iron deficiency anemia, fetal biometry | Maj Obstet 160 Sunarno dkk Ginekol Indones |

Upload: adi-ariyanto

Post on 27-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Korelasi antara insulin-like growth factor - 1, anemia defisiensibesi, dan biometri janin pada kehamilan trimester III

I. SUNARNO*

H. WIJAYANEGARA**

J.C. MOSE**

I.M.S. MURAH MANOE*

*Bagian/SMF Obstetri dan GinekologiFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/

RS Dr. Wahidin SudirohusodoMakassar

**Bagian/SMF Obstetri dan GinekologiFakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/

RS Dr. Hasan SadikinBandung

PENDAHULUAN

Pertumbuhan janin melibatkan unit ibu - plasenta -janin. Pertumbuhan janin normal merupakan hasilinteraksi kompleks dari fungsi ketiga komponentersebut. Faktor ibu merupakan faktor yang palingsering berhubungan dengan pertumbuhan janin; da-lam hal ini, status gizi ibu merupakan hal yang pa-ling menarik bagi klinisi. Pertumbuhan intrauterinpada manusia membentuk pola linear antara usiakehamilan 28 sampai 38 minggu. Setelah usia ke-

hamilan > 38 minggu, terjadi penurunan kecepatanpertumbuhan yang disebabkan oleh insufisiensi ute-roplasenta fisiologik.

Perlambatan pertumbuhan terjadi akibat penu-runan normal asupan nutrien melalui plasenta padakehamilan lanjut.1,2 Karakteristik pertumbuhan ja-nin normal adalah adanya proses berkelanjutanyang dimulai dari multiplikasi dan diferensiasi sel-sel tubuh menjadi berbagai sistem organ (fase or-ganogenesis) yang terjadi pada trimester pertama,hiperplasia seluler berlanjut hingga trimester kedua,

Tujuan: Untuk menganalisis korelasi antara kadar IGF-1 serum ibu,anemia defisiensi besi, dan biometri janin pada kehamilan trimesterketiga.

Tempat: Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Wahidin Sudi-rohusodo dan RSIA Siti Fatimah di Makassar.

Rancangan/rumusan data: Penelitian potong lintang.Bahan dan cara kerja: Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, ferritin,

dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dari serum 70 perempuan hamil(34 penderita anemia defisiensi besi dan 36 normal). Kemudian di-lakukan pemeriksaan biometri janin dengan ultrasonografi.

Hasil: Ditemukan korelasi bermakna antara kadar IGF-1 serum ibudengan ukuran AC dan FL janin (p = 0,0010 dan p = 0,013, berturut-turut). Juga ditemukan hubungan linier positif antara kadar IGF-1 se-rum ibu dengan ukuran AC (r = 0,350; p = 0,001) dan ukuran FL janin(r = 0,320; p = 0,003). Anemia defisiensi besi ibu hamil trimester IIIberhubungan dengan janin yang mempunyai AC kecil berdasar usia ke-hamilan (p = 0,0450).

Kesimpulan: Pada kehamilan trimester III: kadar IGF-1 serum ibutidak berbeda bermakna antara ibu dengan anemia defisiensi besi dannormal tetapi terdapat korelasi positif antara kadar IGF-1 serum ibu de-ngan ukuran AC dan FL janin dan antara anemia defisiensi besi ibu de-ngan ukuran AC janin.

[Maj Obstet Ginekol Indones 2009; 33-3:160-6]Kata kunci: kadar IGF-1, anemia defisiensi besi, biometri janin

Objective: To analyze correlation between maternal serum IGF-1,iron deficiency anemia and, fetal biometry in 3rd trimester of pregnancy.

Setting: Obstetrics and Gynecology clinic Dr. Wahidin Sudiro-husodo Hospital and Siti Fatimah Mother and Child Hospital in Ma-kassar.

Design/data identification: Cross sectional study.Material and methods: Level of Hb, ferritin, and IGF-1 serum, was

taken for laboratory analysis from 70 pregnant women (34 with iron de-ficiency anemia and 36 normal). Fetal biometry were performed usingultrasonography.

Results: There was a significant correlation between maternal se-rum IGF-1 and fetal AC and FL measurement (p = 0,0010 and p =0,013, respectively). There is a positive correlation between maternalserum IGF-1 and fetal AC (r = 0,350 and p = 0,001) and FL measure-ment (r = 0,320 and p = 0,003). Iron deficiency anemia maternal inthird trimester of pregnancy had a positive correlation with fetal ACmeasurement (p = 0,0450).

Conclusion: In 3rd trimester of pregnancy: maternal serum IGF-1was not different between iron-deficiency anemia and normal but therewas a positive correlation between maternal serum IGF-1 level with fe-tal AC and FL measurement and between iron deficiency anemia mo-thers and with fetal AC measurement.

[Indones J Obstet Gynecol 2009; 33-3:160-6]Keywords: IGF-1, iron deficiency anemia, fetal biometry

| Maj Obstet160 Sunarno dkk Ginekol Indones

|

kemudian diikuti dengan hiperplasia disertai hiper-trofi dan akhirnya terjadi hipertrofi organel dan si-toplasma sel yang terjadi pada akhir trimester keduadan trimester ketiga sehingga terjadi peningkatanberat dan ukuran tubuh serta maturasi berbagai sis-tem organ. Jika hiperplasia dan hipertrofi yang ter-jadi pada trimester kedua dan trimester ketiga ter-jadi tidak optimal, dapat mengakibatkan defisiensipertumbuhan dalam berat, ukuran, dan maturasimetabolisme janin; keadaan ini disebut sebagai per-tumbuhan janin terhambat (PJT). PJT merupakankeadaan yang memerlukan perhatian karena menye-babkan peningkatan - hingga beberapa kali - mor-biditas dan mortalitas neonatal serta peningkatanrisiko komplikasi berat di kemudian hari. Pening-katan morbiditas dan mortalitas neonatal disebab-kan oleh asfiksia neonatus, respiratory distress syn-drome (RDS), aspirasi mekonium, sepsis neonatal,hipoglikemia dan hipotermia, kematian prematur,dan bayi lahir mati. Sedangkan peningkatan risikokomplikasi berat di kemudian hari akibat PJT ter-masuk: dislipidemia, diabetes mellitus (DM) tipe 2,aterosklerosis, hipertensi, dan penyakit jantung ko-roner. Pertumbuhan janin pada manusia dapat di-pantau dengan menggunakan teknik non-invasifatau invasif; salah satu teknik pemantauan non-in-vasif adalah pemeriksaan biometri janin dengan ul-trasonografi (USG). Sejak USG dikenal dalam bi-dang obstetri, biometri janin telah menjadi bagiantetap dari diagnosis prenatal. Pengukuran akuratdan pencatatan parameter biometri pada kehamilantrimester dua dan tiga merupakan dasar pentingevaluasi pertumbuhan janin. Selain mengkonfirmasiperkembangan janin normal, pengukuran USG da-pat dibandingkan dengan kurva standar yang telahada untuk mendeteksi kelainan dini pertumbuhanjanin.3-5

Anemia merupakan suatu keadaan dengan kon-sentrasi hemoglobin (Hb) di bawah nilai normalberdasarkan usia atau jenis kelamin.6,7 Frekuensiibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif ting-gi, yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika hanya 6%.Defisiensi gizi dan kurangnya perhatian terhadapibu hamil merupakan predisposisi anemia ibu hamildi Indonesia. Menurut World Health Organization(WHO), 40% kematian ibu di negara berkembangberkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Keba-nyakan anemia dalam kehamilan disebabkan olehdefisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidakjarang keduanya saling berinteraksi.8,9 Perempuanhamil pada khususnya, rentan terhadap anemia ka-rena meningkatnya kebutuhan besi selama keha-milan.7,10 Pada kehamilan tunggal, kebutuhan besiibu selama kehamilan ialah 800 mg, di antaranya300 mg untuk janin dan plasenta dan 500 mg untuk

pertambahan eritrosit ibu. Sekitar 200 mg dibuangmelalui usus, urin, dan kulit. Jumlah kebutuhan(1000 mg) dianggap melebihi cadangan besi padasebagian besar perempuan sehingga menyebabkananemia defisiensi besi. Terjadi peningkatan kebu-tuhan besi sejalan dengan bertambahnya usia ke-hamilan tetapi kebutuhan janin tertinggi adalah pa-da trimester ketiga kehamilan. Di daerah khatulis-tiwa, besi lebih banyak keluar melalui air peluh danmelalui kulit.11 Sebagian besar kasus datang padatrimester ketiga, yaitu pada saat kebutuhan besimencapai puncaknya; kebutuhan besi pada perem-puan tidak hamil: 1-2 mg/hari, trimester pertama:2,5 mg/hari, trimester ketiga: 6,6 mg/hari.8-10,12-14

Anemia defisiensi besi merupakan masalah nutrisipaling sering di dunia.6,12 Pada hari kesehatan se-dunia, tanggal 7 April 2003, WHO mempublikasi-kan data statistik yang menunjukkan penyakit uta-ma di negara kaya dan miskin. Pada kedua kategorinegara tersebut, anemia defisiensi besi merupakansatu dari 10 faktor risiko kesehatan utama; walau-pun defisiensi besi hanya merupakan 0,7% dari hi-langnya masa hidup sehat di negara industri.6Belum ada kepastian tentang hubungan antara ane-mia dan hasil luaran kehamilan yang buruk; be-berapa penelitian menunjukkan bahwa anemia se-cara bermakna meningkatkan risiko hasil luaranyang buruk, tetapi penelitian lain tidak menunjuk-kan hal tersebut.8,10 Beberapa penelitian menunjuk-kan bahwa kejadian anemia defisiensi besi berhu-bungan dengan peningkatan risiko kelahiran pre-term dan bayi berat lahir rendah tetapi penelitianlain menyimpulkan bahwa tidak terdapat cukupbukti yang menunjukkan bahwa defisiensi besi me-megang peran utama terhadap hasil luaran kehamil-an yang buruk15; penelitian lain menunjukkan bah-wa peningkatan cadangan besi maternal juga me-miliki pengaruh negatif terhadap berat badan la-hir.16 Secara khusus, bukti tentang manfaat suple-mentasi besi selama kehamilan terhadap fungsionalhasil luaran kehamilan masih belum dapat disim-pulkan. Lebih jauh lagi, timbul kemungkinan dam-pak buruk pemberian besi tambahan selama ke-hamilan, seperti kerusakan oksidatif.

Sedikit yang diketahui tentang mekanisme pato-fisiologi bagaimana suplementasi besi dapat mem-pengaruhi regulasi kehamilan dan pertumbuhan ja-nin.8,17,18 Kandungan besi rata-rata dalam tubuhseorang perempuan adalah sekitar 35 mg/kg beratbadan. Sebagian besar (60-70%) besi tubuh totaltergabung dalam struktur Hb dari prekursor eritroidyang sedang berkembang dan eritrosit matur. Seki-tar 10% lainnya terdapat dalam mioglobin otot danberbagai enzim jaringan serta sitokrom. Pada indi-vidu normal, sisa besi (20-30%) tersimpan sebagai

Vol 33, No 3 |Juli 2009 IGF-1, anemia dan biometri janin pada kehamilan 161

|

cadangan dalam bentuk ferritin dan hemosiderindalam hepatosit dan sistem makrofag dari hepar,lien, dan sumsum tulang.19

Konsentrasi ferritin serum dianggap merupakanindikator yang handal dari cadangan besi tubuh to-tal; kadar ferritin yang rendah menunjukkan kea-daan defisiensi.20 Jika cadangan besi tubuh telahhabis, maka keseimbangan negatif besi yang terusmenerus menyebabkan penurunan saturasi besitransferrin hingga mencapai kadar di bawah kebu-tuhan tubuh untuk mempertahankan eritropoesis.Jika defisiensi besi berkelanjutan, maka akan terjadigangguan produksi Hb dan terjadilah anemia yangdapat mengurangi ketersediaan oksigen ke jaring-an.19

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hu-bungan antara asupan mikronutrien dengan ukuranbayi dan plasenta, tetapi peneliti lain menunjukkanbahwa tidak terdapat hubungan antara ukuran pla-senta dan berat lahir bayi dengan asupan mikronu-trien.21

Determinan pertumbuhan janin adalah genotipjanin dan lingkungan in utero. Walaupun beberapagen telah diketahui mempengaruhi pertumbuhanjanin - yang diturunkan secara maternal atau pater-nal, tetapi insulin-like growth factor 1 (IGF-1) danIGF-2 adalah dua protein produk gen yang secarakhusus meregulasi perkembangan sel-sel trofoblas,yang membentuk plasenta. Beberapa penelitian te-lah menunjukkan bahwa IGF-1 dan IGF-2 adalahregulator penting pertumbuhan janin maupun pla-

senta. Terdapat cukup bukti yang menunjukkanbahwa insulin serta IGF-1 dan -2 memiliki peranpada regulasi pertumbuhan janin dan pertambahanberat badan. Kadar serum IGF-1 ibu meningkat se-cara progresif sepanjang kehamilan dan diduga me-micu pertumbuhan plasenta yang kemudian me-micu pertumbuhan janin. Pada penelitian yang di-lakukan oleh Boyne dan kawan-kawan22, disimpul-kan bahwa kadar IGF-1 serum ibu, khususnya padatrimester ketiga kehamilan, secara positif mempe-ngaruhi berat badan lahir bayi.22-24 Masih sedikityang diketahui tentang mekanisme patofisiologi su-plementasi besi dalam mempengaruhi regulasi ke-hamilan dan pertumbuhan janin.17

IGF-1 mempengaruhi proses eritropoesis melaluimetabolisme besi. Dalam keadaan normal, besi di-insersi secara cepat ke dalam protoporfirin oleh fe-rokelat, dan pembentukan protoporfirin merupakantahap akhir sintesis hem. Telah dibuktikan bahwaIGF-1 secara langsung merangsang proliferasi selprogenitor eritroid primitif yang akan membentukkoloni eritroid walaupun dalam keadaan tidak ter-dapat eritropoetin. Tetapi gabungan antara faktoreritropoetin dan IGF-1 menyebabkan pertumbuhanpembentukan koloni eritroid yang lebih besar di-bandingkan dengan satu faktor saja. Progenitoreritroid matur membutuhkan banyak besi untuk me-micu kecepatan sintesis Hb.25,26 Pada saat ini, be-lum diketahui secara pasti peran IGF-2 dalam pro-ses hematopoesis.25

K

O

M

P

O

N

E

NI B U

UmurParitas

Genotip

Pertumbuhan janin

Biometri janin

Anatomi organ reproduksi

Genetik

Penyakit ibu

Merokok/NAZA

Ketinggian tempat tinggal

Fe proses sintesis Hb→

Statusanemia

IGF - 1

Kehamilan ganda Usia kehamilan

KOMPONEN PLASENTAKemampuan transportasi

nutrisi dan oksigen

Metabolisme plasenta

K O M P O N E N J A N I N

Gambar 1. Komponen yang terlibat dalam proses pertumbuhan janin

| Maj Obstet162 Sunarno dkk Ginekol Indones

|

Apakah kadar IGF-1 serum ibu pada kehamilantrimester ketiga dengan anemia defisiensi besi ber-hubungan dengan biometri janin? Telah banyak di-lakukan penelitian mengenai hubungan antara sta-tus besi maternal dan hasil luaran kehamilan sertapenelitian tentang IGF-1 sebagai regulator utamapertumbuhan janin, tetapi belum pernah dilakukanpenelitian mengenai pertumbuhan janin yang dihu-bungkan dengan kadar IGF-1 dan status besi ibu.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini adalah penelitian potong lintang(cross sectional study). Semua ibu hamil denganusia kehamilan 28 - 38 minggu dengan kehamilantunggal, janin hidup, dan hari pertama haid terakhirdiketahui dengan pasti, akan dibagi menjadi 2 ke-lompok: kehamilan dengan anemia defisiensi besisebagai kelompok kasus dan kehamilan normal se-bagai kelompok kontrol. Keadaan-keadaan yangmempengaruhi pertumbuhan janin (preeklampsia,DM, kelainan kongenital janin) tidak diikutsertakandalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampelberdasarkan urutan datang pasien. Lokasi penelitiandi poliklinik Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Wa-hidin Sudirohusodo dan RSIA St. Fatimah Makas-sar yang dilakukan selama periode Maret 2008sampai dengan Mei 2008. Penelitian ini telah men-dapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Bio-medis pada Manusia Fakultas Kedokteran Univer-sitas Hasanuddin Makassar.

Kehamilan dengan anemia defisiensi besi dite-tapkan jika kadar Hb < 11 gram% dan kadar ferritin< 15 μg/liter. Kehamilan normal: kehamilan tanpaanemia defisiensi besi maupun penyakit-penyakitibu yang menyebabkan anemia. Biometri janinadalah metode untuk mengukur beberapa bagiananatomi janin dengan ultrasonografi; yang diamatidalam penelitian ini adalah: diameter biparietal =biparietal diameter = BPD, sirkumferensia abdomi-nal = abdominal circumferencia = AC, panjang fe-mur = femur length = FL. Kecil berdasarkan usiakehamilan: bila ukuran biometri < -2 SD dari umurkehamilan yang seharusnya menurut kurva Had-lock. Kadar IGF-1 dinyatakan dalam satuan ng/ml.

Untuk pemeriksaan keseluruhan diambil darahsebanyak 10 cc dari vena mediana kubiti denganmenggunakan vacutainer. Tiga cc darah disimpandalam tabung EDTA untuk pemeriksaan kadar Hbyang diukur dengan menggunakan alat Sysmex XT-1800i dan dilakukan di Laboratorium Prodia Ma-kassar. Sebanyak 3 cc darah untuk pemeriksaankadar ferritin yang diukur dengan metode immuno-chemiluminescence dengan menggunakan alat Im-

mulite 2000 dan dilakukan di Laboratorium ProdiaJakarta. Sebanyak 4 cc darah sisanya disimpandalam tabung lain kemudian disentrifus 1000 kaliselama 15 menit untuk memisahkan serum darahdari supernatannya. Serum yang belum diperiksaakan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu-25°C di Laboratorium Prodia Makassar. Setelahseluruh sampel terkumpul dilakukan pengepakandengan es kering dan dikirim ke LaboratoriumProdia Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan kadarIGF-1 dengan metode chemiluminescent immu-nometric assay, menggunakan Immulite/Immulite1000° IGF-1 kit produksi Euro/DPC Ltd. Ke-mudian dilakukan pemeriksaan biometri janin de-ngan menggunakan alat ultrasonografi tipe Sono-Ace PICO (Medison) dengan frekuensi probe 3.0MHz - 7.5 MHz.

HASIL

Diperoleh 70 sampel yang terdiri dari 34 penderitahamil dengan anemia defisiensi besi dan 36 ke-hamilan normal.

Karakteristik subjek

Beberapa karakteristik subjek yang diteliti ditam-pilkan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

VariabelAnemia defisiensi besi

pYa (n=34) Tidak (n=36)

Umur ibu (tahun);mean (SD)

27,2 (5,6) 28,1 (6,2) 0,536a

Usia kehamilan (minggu);mean (SD)

34,8 (2,6) 34,7 (3,1) 0,887a

Paritas; median 2 2 0,925b

Keterangan: a = hasil uji independent t test b = hasil uji Mann Whitney test

Berdasarkan hasil uji independent t test tidakditemukan perbedaan umur ibu dan usia kehamilanyang bermakna (p > 0,05) dan berdasarkan hasil ujiMann Whitney test tidak ditemukan perbedaan pari-tas yang bermakna (p > 0,05), antara ibu hamil de-ngan anemia defisiensi besi dan normal.

Hubungan antara kadar IGF-1 dan status anemiadefisiensi besi ibu

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney test, tidak di-temukan perbedaan kadar IGF-1 serum ibu yangbermakna (p = 0,638) antara ibu hamil trimester IIIdengan anemia defisiensi besi dan normal.

Vol 33, No 3 |Juli 2009 IGF-1, anemia dan biometri janin pada kehamilan 163

|

Hubungan antara kadar IGF-1 serum ibu danbiometri janin

Hubungan antara kadar IGF-1 serum ibu dan ma-sing-masing parameter biometri janin ditampilkanpada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji korelasi antara kadar IGF-1 dan parameterbiometri janin berdasarkan usia kehamilan.

Biometri janin IGF-1 (ng/ml) Korelasi Bivariat

BPD

• Kecil (n=2) 198,4 (184,8)r = 0,129 (p = 0,144)

• Tidak (n=68) 268,9 (112,6)

AC

• Kecil (n=7) 136,0 ( 86,7)r = 0,350 (p = 0,001)

• Tidak (n=63) 281,4 (107,4)

FL

• Kecil (n=5) 146,5 (103,8)r = 0,320 (p = 0,003)

• Tidak (n=65) 276,1 (109,9)

Keterangan: r=koefisien korelasi, p=kemaknaan;BPD=Biparital Diameter; AC=Abdominal Circumference;FL=Femur Length

Pada Tabel 2 tampak bahwa berdasarkan hasiluji korelasi bivariat, maka:

Tidak ditemukan korelasi bermakna antara kadarIGF-1 serum ibu dengan ukuran BPD janin ber-dasarkan usia kehamilan (p = 0,1440).Ditemukan korelasi bermakna antara kadar IGF-1 serum ibu dan ukuran AC kecil berdasarkanusia kehamilan (p = 0,0010) serta ditemukanhubungan linier positif antara kadar IGF-1 serumibu dengan AC janin (r = 0,350; p = 0,001).Janin dengan ukuran AC kecil berdasarkan usiakehamilan lebih banyak ditemukan pada ibu de-ngan kadar IGF-1 lebih rendah.Ditemukan korelasi bermakna antara kadar IGF-1 serum ibu dan ukuran FL kecil berdasarkanusia kehamilan (p = 0,013) serta ditemukanhubungan linier positif antara kadar IGF-1 serumibu dengan FL janin (r = 0,320; p = 0,003). Janindengan ukuran FL kecil berdasarkan usia ke-hamilan lebih banyak ditemukan pada ibu de-ngan kadar IGF-1 lebih rendah.

Hubungan antara anemia defisiensi besi ibu hamiltrimester III dan biometri janin

Hubungan antara anemia defisiensi besi ibu hamiltrimester III dan beberapa parameter biometri janinditampilkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hubungan anemia defisiensi besi ibu hamil denganbiometri janin.

Biometrijanin

Anemia defisiensi besi Fisher’sexacttest

Ya(n=34)

Tidak(n=36)

AC

• Kecil 6 (85,7%) 1 (14,3%)p = 0,0450

• Tidak 28 (44,4%) 35 (55,6%)

BPD

• Kecil 1 (50,0%) 1 (50,0%)p = 0,7390

• Tidak 33 (48,5%) 35 (51,5%)

FL

• Kecil 4 (80,0%) 1 (20,0%)p = 0,1610

• Tidak 30 (46,2%) 35 (53,8%)

Keterangan: BPD = Biparital Diameter; AC = AbdominalCircumference; FL = Femur Length

Anemia defisiensi besi ibu hamil berhubungandengan janin yang mempunyai sirkumferensia ab-dominal berkategori kecil untuk usia kehamilan (p= 0,0450), tetapi tidak berhubungan dengan janinyang mempunyai ukuran diameter biparietal danpanjang femur berkategori kecil untuk usia keha-milan (masing-masing p = 0,7390 dan p = 0,1610).

DISKUSI

Karena tidak ditemukan perbedaan bermakna dalamkarakteristik umur ibu, usia kehamilan dan paritasberarti kedua kelompok homogen berdasarkan ka-rakteristik umur ibu, umur kehamilan dan paritas,sehingga karakteristik tersebut tidak ikut mempe-ngaruhi hasil analisis subjek yang diteliti.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaankadar IGF-1 antara ibu dengan anemia defisiensibesi dan normal, maka dilakukan uji beda Mann-Whitney. Dari hasil uji antara kadar IGF-1 serumdan status anemia defisiensi besi, diperoleh hasilbahwa tidak ditemukan perbedaan kadar IGF-1 se-rum ibu yang bermakna (p > 0,05) antara ibu hamiltrimester III dengan anemia defisiensi besi dan nor-mal. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan peneli-tian yang dilakukan oleh Choi dan kawan-kawan(2004)25 yang memperoleh adanya korelasi ber-makna antara kadar IGF-1 dan anemia.25

Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbe-daan pengelompokan subjek penelitian. Dalam pe-nelitiannya, Choi dan kawan-kawan memakai ba-tasan kadar Hb < 12 g/dl sebagai anemia karenasubjek penelitian adalah perempuan tidak hamilusia 14 sampai 17 tahun. Selain itu, Choi dan

| Maj Obstet164 Sunarno dkk Ginekol Indones

|

kawan-kawan membandingkan antara kelompoknormal dan kelompok deplesi besi dan yang ter-masuk kelompok deplesi besi adalah: kelompok de-plesi besi (stadium 1) yang memiliki kadar Hb >12 gram/dl, besi serum > 50 μg/dl, dan konsentrasiferritin serum < 12 μg/l; kelompok eritropoesis de-fisiensi besi (stadium 2) yang memiliki kadar Hb> 12 gram/dl, besi serum < 50 μg/dl, dan konsen-trasi ferritin serum < 12 μg/l; dan kelompok anemiadefisiensi besi (stadium 3) yang memiliki kadar Hb< 12 gram/dl, besi serum < 50 μg/dl, dan konsen-trasi ferritin serum < 12 μg/l. Dalam penelitian ini,karena keterbatasan waktu dan dana, maka tidak di-lakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemung-kinan anemia akibat gabungan antara defisiensi besidan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kadarHb selain dari Fe, seperti: vitamin B12, asam folat,dan talasemia.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubunganbermakna antara penurunan kadar IGF-1 serum ibudengan penurunan ukuran sirkumferensia abdomen(AC) janin tetapi tidak dengan ukuran diameter bi-parietal (BPD). Hasil ini dapat dibandingkan de-ngan penelitian yang dilakukan oleh Boyne dankawan-kawan (2003)22 dan Malamitsi-Puchner dankawan-kawan (2006)27 yang mendapatkan adanyahubungan positif antara IGF-1 serum maternal padakehamilan trimester II dan III dengan sirkumferen-sia abdomen bayi baru lahir tetapi tidak terdapathubungan bermakna antara IGF-1 serum maternaldengan sirkumferensia kepala.22,27 AC merupakanpengukuran tunggal yang paling baik dalam men-cerminkan status nutrisi janin. Dari semua parame-ter pertumbuhan janin, persentil AC memiliki sen-sitivitas tertinggi dan nilai prediksi negatif terbesaruntuk diagnosis USG.28 Insufisiensi plasenta me-nyebabkan berkurangnya pemindahan glukosa dancadangan hepar sehingga sirkumferensia abdomen– yang menggambarkan ukuran hepar – akan ber-kurang.23

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanyahubungan antara penurunan kadar IGF-1 serum ibudengan penurunan panjang femur (FL) janin. Di-bandingkan dengan parameter lain, FL lebih sedi-kit dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan janinnamun sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.29

Perempuan hamil rentan terhadap anemia karenameningkatnya kebutuhan besi selama kehamilanuntuk memenuhi kebutuhan besi ibu, janin, danplasenta terutama pada trimester ketiga kehamilan.Berdasarkan patogenesis pertumbuhan janin yangmelibatkan faktor ibu, janin dan plasenta, makapenelitian ini ingin membuktikan bahwa rendahnyakadar IGF-1 serum ibu mempunyai hubungan de-ngan keadaan anemia defisiensi besi dan gangguan

pertumbuhan janin. Pengambilan sampel pada umurkehamilan 28 sampai 38 minggu yang memung-kinkan pengambilan data klinis, laboratoris danUSG. Rentang usia kehamilan tersebut ditetapkandengan pertimbangan agar tidak terpengaruh olehperistiwa insufisiensi fisiologik uteroplasenta yangterjadi setelah usia kehamilan 38 minggu dan dapatmempengaruhi pola pertumbuhan janin.

Anemia defisiensi besi ibu hamil trimester IIIberhubungan dengan janin yang mempunyai sir-kumferensia abdominal berkategori kecil untuk usiakehamilan (p < 0,05) tetapi tidak berhubungan de-ngan janin yang mempunyai ukuran panjang femurdan diameter biparietal berkategori kecil untuk usiakehamilan (p > 0,05). Dalam suatu penelitian yangdilakukan oleh Brabin dan kawan-kawan (1990) diPapua Nugini (dikutip dari: Rasmussen)30 kecen-derungan bayi lahir dengan berat badan rendahadalah 6 kali pada primipara dengan anemia de-fisiensi besi dan ibu dengan anemia berat (Hb < 7g%) merupakan penyebab untuk 10% kejadian bayidengan berat lahir rendah.30

Keterbatasan penelitian ini adalah tipe penelitianpotong lintang yang termasuk jenis rancangan yanglemah namun merupakan pendekatan optimal yangbisa dilakukan untuk penelitian ini. Penelitian tipepotong lintang tidak menggambarkan keadaan yangsesungguhnya karena pengamatan hubungan antaravariabel dilakukan sewaktu. Bias yang mungkintimbul dalam penelitian ini disebabkan adanya ke-mungkinan terdapat faktor lain yang meyebabkanterjadinya anemia dan terjadi bersamaan dengan de-fisiensi besi, seperti defisiensi asam folat ataupundefisiensi vitamin B12.

KESIMPULAN

Dalam kehamilan trimester III:1) Kadar IGF-1 serum ibu tidak berbeda bermakna

antara ibu dengan anemia defisiensi besi dan ibunormal.

2) Terdapat korelasi positif antara kadar IGF-1 se-rum ibu dengan ukuran sirkumferensia abdomen(AC) janin dan panjang femur (FL) janin.

3) Terdapat korelasi positif antara anemia defisiensibesi dengan ukuran sirkumferensia abdomen(AC) janin.

SARAN

Diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menying-kirkan kemungkinan anemia yang disebabkan olehfaktor lain yang terjadi bersamaan dengan faktor

Vol 33, No 3 |Juli 2009 IGF-1, anemia dan biometri janin pada kehamilan 165

|

defisiensi besi, defisiensi vitamin B12 atau defi-siensi folat. Penelitian lanjutan masih diperlukanuntuk melihat hubungan antara kadar IGF-1 serumdan FL janin dengan mempertimbangkan faktor ge-netika konstitusi tubuh manusia Indonesia.

RUJUKAN

1. Gross TL, Wolfe HM. Normal fetal growth. In: Elkayam U,editor. Principles and practice of medical therapy in preg-nancy. 2nd ed. Norwalk: Appleton & Lange; 1992: 188-98

2. Symmonds EM, Symmonds IM. Placental and fetal growthand development. In: Essential obstetrics and gynaecology.3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 1998

3. Weiner CP, Baschat AA. Fetal growth restriction: evalua-tion and management. In: James DK, Steer PJ, Weiner CP,Gonik B, editors. High risk pregnancy: management op-tions. London: WB Saunders; 2001: 291-307

4. Bahlman F. Fetal biometry in the second and third trimes-ters. In: Merz E, editor. Ultrasound in obstetrics and gyne-cology. 2nd ed. Stuttgart: Georg Thieme Verlag; 2005: 139-67

5. Gogate S. Intra-uterine growth restriction - obstetrician’sperspective. IntJ DiabDevCountries. 2001; 21: 51-5

6. Huch R, Breymann C. Anaemia in pregnancy and the puer-perium. 1st ed. Bremen: International Medical Publishers;2005

7. Letsky EA. Blood volume, haematinics, anaemia. In: de-Swiet M, editor. Medical disorders in obstetric practice. 4th

ed. Massachussets: Blackwell Publishing; 2002: 29-608. Cunningham FG, MacDonald PC, Ganf NF, Leveno KJ,

Gilstrap III LC, Hankins GDV ea. Hematological disorders.In: Wiliams obstetrics. 22nd ed. New Jersey: Prentice-HallInternational, Inc; 2005: 1143-64

9. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, WaspodoD. Anemia dalam kehamilan. In: Saifuddin AB, AdriaanszG, Wiknjosastro GH, DW, editors. Buku Acuan NasionalPelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Ya-yasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002: 281-4

10. Chang SC, O’Brien KO, Nathanson MS, Mancini J, WitterFR. Hemoglobin concentrations influence birth outcomesin pregnant African-American adolescents. J Nutr. 2003;133: 2348-55

11. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Penyakitdarah. In: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T,editors. Ilmu kebidanan. 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pus-taka Sarwono Prawirohardjo; 2005: 448-87

12. Zavaleta N, Caulfield LE, Garcia T. Changes in iron statusduring pregnancy in Peruvian women receiving prenataliron and folic acid supplements with or without zinc. AmJ Clin Nutr. 2000; 71: 956-61

13. Letsky EA. Anemia. In: James DK, Steer PJ, Weiner CP,Gonik B, editors. High risk pregnancy: management op-tions. London: WB Saunders; 2001: 729-47

14. Nelson-Piercy, Williamson C. Medical disorders in preg-nancy. In: Chamberlain G, Steer PJ, editors. Turnbull’s obs-tetrics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone; 2001: 275-95

15. Allen LH. Biological mechanism that might underlie iron’seffects on fetal growth and preterm birth. The Journal ofNutrition. 2001: 581-9

16. Lao TT, Tam KF, Chan LY. Third trimester iron status andpregnancy outcome in non-anemic women: pregnancy un-favourably affected by maternal iron excess. Human Re-production. 2000; 15(8): 1843-8

17. Cogswel ME, Parvanta I, Yip R, Brittenham GM. Iron sup-plementation during pregnancy, anemia, and birth weight,a randomized controlled trial. Am J Clin Nutr. 2003; 78:773-81

18. Kilpatrick SJ, Laros RK. Maternal hematologic disorders.In: Creasy RK, Resnik R, Iams JD, editors. Maternal-fetalmedicine. 5th ed. Philadelphia: Saunders; 2004: 975-1003

19. Atanassova BD, Tzatchev KN. Iron: the dual element. TurkJ Biochem. 2007; 32(3): 135-40

20. Hou J, Cliver SP, Tamura T, Johnston KE, Goldenberg R.Maternal serum ferritin and fetal growth. Obstet Gynecol.2000; 95: 447-52

21. Mathews F, Youngman L, Neil A. Maternal circulating nu-trien concentrations in pregnancy: implications for birthand placental weights of term infants. Am J Clin Nutr 2004;79: 103-10

22. Boyne MS, Thame M, Bennet FI, Osmond C, Miell JP,Forrester TE. The relationship among circulating insulin-like growth factor (IGF-1), IGF-binding proteins-1 and -2,and birth anthropometry: a prospective study. The Journalof Clinical Endocrinology & Metabolism. 2003; 88(4):1687-91

23. Cunningham FG, MacDonald PC, Ganf NF, Leveno KJ,Gilstrap III LC, Hankins GDV. Fetal growth disorders. In:Wiliams obstetrics. 22nd ed. New Jersey: Prentice-Hall In-ternational, Inc; 2005: 893-907

24. Regnault TRH, Limesand SW, Hay WH. Factors influen-cing fetal growth. Neoreviews. 2001; 2(6): 119-25

25. Choi JW, Kim SK. Association of serum insulin-likegrowth factor-1 and erythropoesis in relation to body ironstatus. Annals of clinical & laboratory science. 2004; 34(3):324-8

26. Schranzhofer M, Schifrer M, Cabrera JA, Kopp S, ChibaP, Beug H. Remodelling the regulation of iron metabolismduring erythroid differentiation to ensure efficient hemebiosynthesis. Blood. 2006; 107: 4159-67

27. Malamitsi-Puchner A, Briana DD, Gourgiotis D, BoutsikouM, Puchner KP, Baka S. Insulin-like growth factor (IGF)-1and insulin in normal and growth-restricted mother/infantpairs. Mediators of inflammation. 2007: 1-6

28. Jeanty P. Fetal biometry. In: Fleischer AC, Manning FA,Jeanty P, Romero R, editors. Sonography in obstetrics andgynecology. 5th ed. New Jersey: Prentice-Hall InternationalInc; 1996: 131-47

29. Handono B. Biometri janin. In: Mose JC, Sabarudin U, Ef-fendi J, editors. Semiloka ultrasonografi: Ultrasonografi ke-dokteran. Bandung; 2002: 24-56

30. Rasmussen KM. Is there a causal relationship between irondeficiency anemia or iron-deficiency anemia and weight atbirth, length of gestation and perinatal mortality? J Nutr.2001; 131: 590-603

| Maj Obstet166 Sunarno dkk Ginekol Indones

|