basil dan pembahasan keadaan umum daerah penelitian

15
BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Perairan Sungai Siak sekitar Kotamadya Pekanbaru merupakan bagian pertengahan dari perairan Sungai Siak secara keseluruhan dengan kedalaman rata-rata sekitar 16,5 meter. Keadaan permukaan sungai relatif tenang, karena arus air yang mengalir tidak terlalu deras. Sungai Siak secara keseluruhan merapunyai panjang 287,5 km dan lebar rata- rata 90 meter. Kedalaman rata-rata Sungai Siak adalah 16,5 meter dengan debit air sekitar 209,4 m3/detik. Dengan keberadaan tersebut menjadikan Sungai Siak sebagai pusat perhubungan praktis yang dapat dilalui oleh kapal-kapal besar dan kecil. Keadaan ini menyebabkan timbulnya keinginan bagi banyak investor untuk menanamkan modalnya, yaitu dengan membangun industri dan perkebunan di sekitar daerah ini. Di lain pihak, air Sungai Siak juga digunakan sebagai sumber bahan baku air minum oleh PDAM Siak Tirta imtuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk Kotamadya Pekanbaru. Disamping itu Sungai Siak juga digunakan sebagai tempat pembungan akhir limbah, baik oleh industri maupun dari domestik. Karakteristik Fisika-Kimia Perairan Sungai Sekitar Kodya Pekanbaru Untuk menentukan kualitas perairan Sungai Siak sekitar Kota Pekanbaru, maka beberapa parameter fisika dan kimia yang terukur dibandingkan dengan baku mutu lingkungan yang berlaku di Indonesia (Kepmen. No. 02/MENKLH/1/1988) untuk air golot.j ^an B. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa air Sungai Siak merupakan sumber bahan baku air minum PDAM Pekanbaru. Adapun parameter yang dimaksud adalah parameter fisika meliputi suhu, kekeruhan, dan muatan padatan tersuspensi. Sedangkan parameter kimia meliputi pH, salinitas, oksigen terlarut, BOD5, COD, nitrat, amonia dan fosfat. Suhu Hasil pengukuran suhu air pada masing-masing ulangan pengambilan sampel berkisar 27,6 - 28,3°C (Tabel Lampiran 1). Variasi nilai suhu tersebut kemungkinan besar disebabkan karena perbedaan waktu pengukuran. Suhu yang relatif rendah 9

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

BASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Perairan Sungai Siak sekitar Kotamadya Pekanbaru merupakan bagian

pertengahan dari perairan Sungai Siak secara keseluruhan dengan kedalaman rata-rata

sekitar 16,5 meter. Keadaan permukaan sungai relatif tenang, karena arus air yang

mengalir tidak terlalu deras.

Sungai Siak secara keseluruhan merapunyai panjang 287,5 km dan lebar rata-

rata 90 meter. Kedalaman rata-rata Sungai Siak adalah 16,5 meter dengan debit air

sekitar 209,4 m3/detik. Dengan keberadaan tersebut menjadikan Sungai Siak sebagai

pusat perhubungan praktis yang dapat dilalui oleh kapal-kapal besar dan kecil.

Keadaan ini menyebabkan timbulnya keinginan bagi banyak investor untuk

menanamkan modalnya, yaitu dengan membangun industri dan perkebunan di sekitar

daerah ini. Di lain pihak, air Sungai Siak juga digunakan sebagai sumber bahan baku

air minum oleh PDAM Siak Tirta imtuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi

penduduk Kotamadya Pekanbaru. Disamping itu Sungai Siak juga digunakan sebagai

tempat pembungan akhir limbah, baik oleh industri maupun dari domestik.

Karakteristik Fisika-Kimia Perairan Sungai Sekitar Kodya Pekanbaru

Untuk menentukan kualitas perairan Sungai Siak sekitar Kota Pekanbaru,

maka beberapa parameter fisika dan kimia yang terukur dibandingkan dengan baku

mutu lingkungan yang berlaku di Indonesia (Kepmen. No. 02/MENKLH/1/1988)

untuk air golot.j^an B. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa air Sungai Siak

merupakan sumber bahan baku air minum PDAM Pekanbaru. Adapun parameter

yang dimaksud adalah parameter fisika meliputi suhu, kekeruhan, dan muatan

padatan tersuspensi. Sedangkan parameter kimia meliputi pH, salinitas, oksigen

terlarut, BOD5, COD, nitrat, amonia dan fosfat.

Suhu

Hasil pengukuran suhu air pada masing-masing ulangan pengambilan sampel

berkisar 27,6 - 28,3°C (Tabel Lampiran 1). Variasi nilai suhu tersebut kemungkinan

besar disebabkan karena perbedaan waktu pengukuran. Suhu yang relatif rendah

9

Page 2: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

didapatkan pada pengukuran pada pagi hari sekitar pukul 8.30 WIB dan suhu

tertinggi didapatkan pada pengukuran siang hari sekitar pukul 13.30 WIB. Namun

demikian suhu rata-rata dari setiap stasiun relatif tidak jauh berbeda yaitu berkisar

antara 27,6 - 28,3°C (Gambar 1).

28.4

28.2

1 2 3 4 5 6 Stasiun

Gambar 1. Suhu rata-rata pada setiap stasiun pengamatan.

Perbedaan suhu relatif sangat kecil. Hal ini disebabkan karena pengambilan

sampel dilakukan secara komposit, sehingga tidak terlihat kisaran suhu berdasarkan

strata vertikal dari kolom air. Suhu air yang teramati tergolong normal serta masih

memenuhi kriteria baku mutu air golongan B(Kepmen. No 02/MENKLH/I/1988)

yaitu suhu perairan alami. Kondisi ini didukung oleh tidak adanya indikasi

pencemaran yang bersifat termal. Suhu memegang peranan penting dalam berbagai

proses kimia dan aktivitas biologi perairan. Clark (1986) mengatakan banyak

aktivitas hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya migrasi, pemijahan, pemangsaan,

kecepatan berenang, perkembangan embrio dan kecepatan metabolisme.

Kekeruhan dan Muatan Padatan Tersuspensi

Kekeruhan dan muatan padatan tersuspensi (MPT) merupakan parameter yang

saling berkaitan. Peningkatan konsentrasi muatan padatan tersuspensi akan

10

Page 3: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

meningkatkan kekeruhan air. Parameter-parameter tersebut merupakan indikasi

tingkat produktivitas perairan sehubungan dengan proses fotosintesis dan proses

respirasi biota perairan. ^ •

Hasil pengukuran menunjukkan, bahwa nilai muatan padatan tersuspensi

untuk masing-masing ulangan pada setiap stasiun berkisar antara.92 - 107 mg/l

(Tabel Lampiran 1). Nilai rata-rata untuk setiap stasiun berkisar antara 91,3 - 103,6

mg/l (Gambar 2). Nilai MPT tidak ada ambang batas yang ditetapkan untuk baku

mutu air golongan B (Kepmen. No. 02/MENKLH/I/1988).

Stasiun

Gambar 2. Nilai rata-rata muatan padatan tersuspensi pada setiap stasiun pengamatan.

Hasil pengukuran kekeruhan untuk setiap ulangan pada masing-masing

stasiun berkisar 6,1 - 9,7 NTU (Tabel Lampiran 1). Nilai rata-rata untuk setiap

stasiun berkisar antara 5,3 - 9,6 NTU (Gambar 3). Perbedaan hasil pengukuran

masing-masing ulangan pada setiap stasiun diduga karena adanya perbedaan kondisi

perairan pada waktu pengambilan sampel. Nilai kekeruhan tertinggi (9,7 NTU)

didapatkan pada stasiun 6 ulangan pertama. Kondisi ini kemungkinan besar

disebabkan karena banyaknya zat-zat tersuspensi yang berasal dari bungan dari

11

Page 4: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

berbagai aktivitas di sepanjang pinggir sungai. Disamping itu juga disebabkan

pengadukan akibat kapal yang lewat. yang menyebabkan perairan menjadi keruh.

Nilai kekeruhan tidak ada nilai ambang batas untuk baku mutu untuk air

golongan B (Kepmen. No. 02/MENKLH/I/1988). Nilai kekeruhan di perairan Sungai

Siak sekitar Kota Pekanbaru ini termasuk rendah, hal ini disebabkan karena

sedikitnya partikel-partikel tersuspensi.

Stasiun

Gambar 3. Nilai rata-rata kekeruhan pada setiap stasiun pengamatan.

pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH pada setiap stasiun pengamatan berkisar 4,5 - 5,0 (Tabel Lampiran

1). Sedangkan nilai rata-rata pH dari setiap stasiun berkisar 4,56 - 4,96 (Gambar 4).

Apabila dibandingkan dengan baku mutu air golongan B (Kepmen. No.

02/MENKLH/1/1988) yaitu berkisar 5 - 9 , maka nilai pH untuk semua stasiun

pengamatan masih berada nilai ambang batas yang dipersyaratkan.

12

Page 5: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

X QL

3aGim

Gambar 4. Nilai rata-rata pH pada setiap stasiun pengamatan.

Perbedaan nilai pH pada masing-masing stasiun mungkin disebabkan karena

berbedanya kandungan beberapa kation seperti Ca^ , Mg^^, Na^, NH*^ dan Fe ^ yang

umumnya dapat bersenyawa dengan anion bikarbonat. Hal ini disebabkan oleh

pengaruh air laut yang memiliki pH dan kapasitas penyangga (buffer capacity) yang

tinggi dan geologi tanah di sekitar perairan.

Rendahnya nilai pH perairan Sungai Siak ini disebabkan sumber aimya

berasal dari rawa gambut yang banyak mengandung asam tanat dan asam humat.

Oksigen Terlarut (DO)

Konsentrasi oksigen terlarut selalu merupakan parameter penting untuk

mengetahui kualitas lingkungan perairan. Di samping merupakan faktor pembatas

bagi lingkungan perairan, juga dapat dijadikan petunjuk tentang adanya pencemaran

bahan organik (Nybakken, 1982). Sebagian besar organisme perairan tidak dapat

memanfaatkan oksigen bebas secara langsung. Oleh karena itu oksigen terlarut dalam

air sangat penting bagi kelangsungan hidup organisme tersebut. Kandungan oksigen

13

Page 6: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

terlanit sebaiknya tidak kurang dari 4 mg/l, supaya kehidupan organisme perairan

dapat layak dan kegiatan perikanan dapat berhasil (NT AC, 1968).

Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut masing-masing ulangan di

setiap stasiun pengamatan menunjukkan nilai kisaran 3,6 - 4,4 mg/l (Tabel Lampiran

1). Nilai rata-rata konsentrasi oksigen terlarut untuk setiap stasiun berkisar 3,7 - 4,3

mg/l (Gambar 5). Nilai tersebut sebagian lebih rendah jika dibandingkan dengan baku

mutu air golongan B (Kepmen.No. 02/MENKLH/I/1988), yakni lebih besar dari 6

mg/l. Perbedaan oksigen terlarut antar stasiun pengamatan selama penelitian relatif

sangat kecil.

4.4 -'"•]

Stasiun

Gambar 5. Nilai rata-rata konsentrasi oksigen terlarut pada setiap stasixm pengamatan.

Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD5)

Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD5) adalah banyaknya oksigen yang

dibutuhkan mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat

dalam air selama 5 hari (Azad, 1976). Semakin tinggi nilai B O D 5 , maka semakin

tinggi pula aktivitas organisme untuk menguraikan bahan organik atau dapat

dikatakan pula semakin besar kandungan bahan organik di perairan tersebut.

14

Page 7: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Hasil pengukuran BOD5 untuk setiap ulangan pada masing-,masing stasiun

pengamatan berkisar 2,74 - 25,78 mg/l (Tabel Lampiran 1). Sedangkan B O D 5 rata-

rata untuk setiap stasiun berkisar 3,35 - 22,36 mg/l (Gambar 6). Nilai BOD5 tertinggi

terdapat pada stasiun 6, yang diduga berasal dari buangan penduduk di sekitarnya,

buangan kota dan aktivitas pelabuhan. Sedangkan nilai BOD5 terendah terdapat pada

stasiun 1.

Stasiun

Gambar 6. Nilai rata-rata parameter BOD5 pada setiap stasiun pengamatan.

Berdasarkan nilai ambang batas baku mutu air golongan B (Kepmen. No.

02/MENKLH/1/1988) yang dianjurkan 6 mg/l, tetapi batas maksimum yang

diperbolehkan tidak ditentukan. Maka nilai B O D 5 untuk semua stasiun pengamatan

sebagian besar berada di atas ambapg batas yang dianjurkan. Tingginya nilai

parameter BOD5 di perairan Sungai Siak ini disebabkan karena banyaknya buangan

organik yang masuk ke perairan yang berasal dari aktivitas di daratan (domestik) dan

dari aktivitas dalam perairan itu sendiri.

15

Page 8: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

Kebutuhan oksigen kimia (COD) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan.

untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat dalam air secara kimia. Nilai COD

dapat dijadikan petunjuk adanya pencemaran lingkungan (Mahida, 1984).

Hasil pengukuran COD untuk setiap ulangan pada masing-masing stasiun

•berkisar antara 184,80 - 285,60 mg/l (Tabel Lampiran 1). Sedangkan nilair rata-rata

COD untuk setiap stasiun berkisar antara 115,07 - 216,33 mg/l (Gambar 7). Nilai

baku mutu air golongan B yang dianjurkan dalam Kepmen. No. 02/MENKLH/I/1988

adalah 10 mg/l. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kandungan bahan organik

yang sulit terurai melalui proses biologi dan mikroorganisme di perairan pesisir

Sungai Siak sekitar Kota Pekanbaru sudah mengkhawatirkan, karena nilai COD

sudah melampaui ambang batas yang ditetapkan.

2 5 0

Stas iun

Gambar 7. Nilai rata-rata parameter COD pada setiap stasiun pengamatan

Nilai rata-rata COD yang relatif tinggi terdapat pada stasiun 6 dan 2 (perairan

sekitar muara Sungai Sail dan sekitar jembatan Siak 11), yaitu berturut-turut 216,33

dan 198,07 mg/l. Tingginya nilai pada stasiun 6 dan 2 diduga .berasal dari buangan

domestik, dan buangan lainnya yang terbawa arus.

16

Page 9: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Amonia (NH3) dan Nitrat (N03)

Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertvunbuhan organisme

dan pembentukan protein. Di perairan nitrogen terdapat dalam bentuk gas N2, nitrit

(N-NO2), nitrat (N-NO3) dan amonia (N-NH3) (Alaerts dan Santika, 1984).

Hasil pengukuran amonia untuk setiap ulangan pada masing-masing stasiun

berkisar antara 0,011 -0,141 mg/l (Tabel Lampiran 1). Nilai rata-rata amonia untuk

setiap stasiun berkisar antara 0,015 - 0,120 mg/l (Gambar 8). Kisaran ini masih

berada di bawah nilai baku mutu amonia dalam air golongan B, yaitu sebesar 0,5 mg/l

(Kepmen. No. 02/MENKLH/1/1988).

Nilai amonia yang ditemukan di setiap stasiun pengamatan cenderung

bervariasi. Stasiun 2 dan stasiun 6 (perairan sekitar jembatan Siak 11 dan perairan

muara Sungai Sail) memiliki nilai rata-rata amonia relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan stasiun lainnya. Hal ini diduga berasal dari buangan aktivitas penduduk di

daratan dan terbawa arus.

1 2 3 4 5 6 Stas iu n

Gambar 8. Nilai rata-rata amonia pada setiap stasiun pengamatan.

Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa

stabil. Nitrat merupakan salah satu senyawa penting untuk sintesis protein tunibuhan

dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi

pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas (Alearts dan Santika, 1984).

17

Page 10: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Hasil pengukuran nitrat untuk setiap ulangan pada masing-masing stasiun

berkisar 0,0012 - 0,0043 mg/l (Tabel Lampiran 1). Sedangkan nilai rata-rata nitrat

untuk setiap stasiun berkisar 0,0024 - 0,0032 mg/l (Gambar 9). Nilai nitrat tertinggi

terdapat pada stasiun 5, hal ini mungkin berasal dari buangan penduduk yang berada

di daratan dan dari aktivitas dalam perairan itu sendiri seperti dari transportasi dan

aktivitas pelabuhan. Sedangkan nilai nitrat terendah terdapat pada stasiun 1 dan

stasiun 4. Naijiun demikian perbedaan nilai nitrat antar stasiun pengamatan tidak

terlalu ekstrim.

0.0035 0.003

^ 0.0025 f 0.002 I 0.0015 ^ 0.001

0.0005 Oi r- T . r .

1 2 3 4 5 6

Stasiun

Gambar 9. Kandungan rata-rata nitrat pada setiap stasiun pengamatan.

. Fosfat Total

Berasarkan ikatan kimia fosfat yang terdapat dalam air dapat dibedakan

sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Sedangkan berdasarkan

sifat fisis dapat dibedakan sebagai fosfat terlarut, fosfat tersuspensi dan fosfat total

18

Page 11: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

(terlarut dan tersuspensi). Fosfat merupakan salah satu senyawa esensial untuk

pertumbuhan ganggang dalam air (Alaerts dan Santika, 1984).

Hasil pengukuran fosfat total untuk setiap ulangan pada masing-masing

stasiun berkisar 1,188 - 2,741 mg/l (Tabel Lampiran 1). Sedangkan nilai rata-rata

fosfat total pada setiap stasiun berkisar 1,086 - 2,450 mg/l (Gambar 10).

Stasiun

Gambar 10. Nilai rata-rata fosfat Total pada setiap Stasiun pengamatan.

Batas terendah kandungan fosfat yang dibutuhkan oleh algae berkisar antara

0,018 - 0,09 mg/l (Chu dalam Bengen at al, 1994). Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kebutuhan organisme nabati akan fosfat sebagai unsur hara relatif sedikit.

Kandungan fosfat yang terdapat di perairan Sungai Siak sekitar Kota Pekanbaru

sudah cukup untuk memenuhi pertumbuhan algae, dimana nilainya berkisar 1,188 -

2,741 mg/l dan tidak ada indikasi eutrofikasi.

Indeks Kualitas Lingkungan Perairan (IKLP)

Selain membandingkan parameter fisika dan kimia dengan Kep. No.

02/MENKLH/l/Tahun 1988, untuk menentukan kualitas perairan pesisir Kota

Bengkalis secara umum dapat digunakan metoda penentuan Indeks Kualitas

19

Page 12: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Lingkungan Perairan (IKLP) yang dikembangkan oleh U.S. National Sanitation

Foundation's Water Quality Index (NSF. WQI) (Ott, 1978). Rincian perhitungan

IKLP disajikan pada Tabel Lampiran 2.

Hasil perhitungan IKLP memperlihatkan bahwa nilai indeks kualitas perairan

Sungai Siak sekitar Kota Pekanbaru berkisar 35,09 - 42,14. Setelah dibandingkan

dengan kriterianya, maka kualitas perairan Sungai Siak sekitar Kota Pekanbaru ini

tergolong buruk (Tabel 2).

Tabel 2. Kriteria IKLP untuk Setiap Stasiun pengamatan di Perairan Sungai Siak Sekitar Kota Pekanbaru.

Stasiun Nilai IKLP Kualitas Perairan

I 42,14 Buruk

II 40,37 Buruk

III 36,26 Buruk

IV 35,09 Buruk

V 35,80 Buruk

VI 37,79 Buruk

Distribusi Spasial Karakteristik Fisika-Kimia Air

Parameter fisika-kimia air yang terlibat dalam Analisis Komponen Utama

(PCA) untuk melihat distribusinya berdasarkan pengamatan disajikan dalam Tabel

Lampiran 1. Hasil Analisis Komponen Utama yang dilakukan terhadap matriks

korelasi (Tabel Lampiran 3A) memunculkan sumbu-sumbu faktorial yang

mengekstraksi secara progresif informasi maksimum parameter fisika-kimia air.

Kualitas dari infomiasi tersebut pada setiap sumbu diukur dari besamya akar

ciri yang dihasilkan (Tabel lampiran 3B). Akar ciri-akar ciri tersebut memungkinkan

untuk mengevaluasi besamya ragam yang dijelaskan oleh setiap sumbu (Tabel

Lampiran 3C).

20

Page 13: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Component Plot

1,0

,5

ioijiponent 2 go

-,5

a Itionia

mpt

suhu pi?

bod

do

fosfa •

nitrat

Component 1

1,0 0,0

Component 3

Gambar 11. Korelasi Antara Parameter Fisika-Kimia Perairan pada Sumbu 1, 2 dan 3

Hasil Analisis Komponen Utama memperlihatkan bahwa kontribusi dari tiga

sumbu yang pertama (Fl, F2 dan F3) sebesar 86,9.% dari ragam total. Sebagian besar

informasi terpusat pada sumbu 1 dan 2 (Fl dan F2), yang masing-masing sumbu

menjelaskan 39,3.% dan 35,8 % dari ragam total. Sumbu 3 (F3)dengan 11,8% dari

ragam total dicirikan oleh parameter suhu, dan BOD5. (Gambar 11).

Pada sumbu 1 (positif) terlihat adanya korelasi antara parameter MPT, COD

dan amonia. Sedangkan pada sumbu 1 (negatif), hanya, parameter kekeruhan.

Kesemua parameter ini mencirikan stimbu utama. Sedangkan pada sumbu 2 yang

berperan adalah parameter BOD5, nitrat dan fosfat total .(Gambar 11).

Berdasarkan penyebaran stasiun pengamatan pada dendogram klasifikasi

hierarki terhadap stasiun pengamatan dan parameter fisika-kimia perairan (Gambar

12) didapatkan 4.pengelompokan. Antara satu kelompok dengan kelompok yang

21

Page 14: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

lainnya berbeda dalam parameter yang mempengaruhi kualitas aimya. Kelompok 1

yaitu stasiun 1,2 dan 4 banyak dipengamhi oleh parameter suhu, MPX, COD, pH,

nitrat. Kelompok 11 yaitu stasiun 6 banyak dipengaruhi oleh parameter ZPT, dan

COD. Kelompok 111 yaitu stasiun 3 yang dipengaruhi oleh parameter COD dan fosfat

total. Sedangkan kelompok IV yaitu stasiun 5 dipengaruhi oleh parameter, BOD5,

COD dan fosfat total. Nilai-nilai parameter fisika-kimia air lainnya menunjukkan

distribusi yang hampir merata di semua stasiun pengamatan.

Tree Diagram for 6 Cases Single Linkage

Euclidean distances 40 r . . . . • . r - 1.

35 • I . r r = = ™ .

30 • g c IU

i 25

3 20 :

15 • L_

10 c 1 1 ! 1 1 1 X_5 X_3 X_6 X_4 X_2 X_1

Gambar 12. Dendogram Klasifikasi Hierarki Stasiun Pengamatan Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Perairan

Pengelompokan stasiun berdasarkan parameter yang dominan tersebut

memperlihatkan pengaruh berbagai aktivitas, baik aktivitas di darat maupun di dalam I

perairan itu sendisi. Pada kelompok I (stasiun 1, 2 dan 4) yang dicirikan oleh

parameter suhu, MPT,COD, pH dan nitrat. Kondisi ini berkaitan dengan letak stasiun

tersebut berada pada bagian hulu lokasi penelitian yang banyak mendapat masukan

22

Page 15: BASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

p

bahan buangan dari aktivitas di hulu sungai dan dari daerah sekitarnya. Kelompok II

(stasiun 6) dicirikan oleh parameter COD dan ZPT..yang relatif tinggi dibadingkan

dengan satsiun lainnya. Tingginya kandungan parameter tersebut kemungkinan

disebabkan oleh adanya pengaruh buangan penduduk di daratan dan dari aktivitas

disekitar pelabuhan. Sedangkan kelompok I I I (stasiun 3) yang didominasi oleh

parameter COD dan fosfat total. Tingginya nilai parameter COD dan fosfat total di

stasiun 3 tersebut kemungkinan disebabkan oleh banyaknya bahan organik dan

anorganik dari Sungai Sago.

2?