iv. hasil dan pembahasan a. keadaan umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk...

23
27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Letak Geografi Kabupaten Wonogiri adalah salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Letak Kabupaten Wonogiri secara geografis antara 110.41 o dan 111.18 o BT serta 7.32 o dan 8.15 o LS. Kabupaten Wonogiri mempunyai luas wilayah sebesar 182.237 Ha. Secara topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 100-300 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran tinggi yaitu berada pada 500 m atau lebih dari permukaan air laut. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri yaitu : Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan dan Samudra Indonesia Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo Secara administratif Kabupaten Wonogiri terdiri dari 25 kecamatan dengan 43 kelurahan dan 252 desa. Salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Wonogiri adalah Kecamatan Wuryantoro. Kecamatan Wuryantoro mempunyai luas wilayah 7.261 Ha. Wilayah Kecamatan Wuryantoro terletak pada ketinggian 165 meter dpl. Wilayah Kecamatan Wuryantoro berbatasan dengan : Sebelah utara : Kecamatan Manyaran dan Wonogiri Sebelah timur : Genangan Waduk Serba Guna Wonogiri Sebelah selatan : Kecamatan Eromoko Sebelah barat : Kecamatan Manyaran Secara administratif Kecamatan Wuryantoro dibagi menjadi 6 desa dan 2 kelurahan. Jarak dari kota wonogiri 16 km. Kecamatan Wuryanoro sebagian luasmya menjadi daerah pasang surut. Desa yang mempunyai lahan pasang surut adalah kelurahan Wuryantoro, 27 7

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. Letak Geografi

Kabupaten Wonogiri adalah salah satu kabupaten yang terletak

di Propinsi Jawa Tengah. Letak Kabupaten Wonogiri secara geografis

antara 110.41o

dan 111.18o BT serta 7.32

o dan 8.15

o LS. Kabupaten

Wonogiri mempunyai luas wilayah sebesar 182.237 Ha. Secara

topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan

dataran rendah dengan ketinggian antara 100-300 meter di atas

permukaan air laut (dpl). Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran

tinggi yaitu berada pada 500 m atau lebih dari permukaan air laut.

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri yaitu :

Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan dan Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo

Secara administratif Kabupaten Wonogiri terdiri dari 25

kecamatan dengan 43 kelurahan dan 252 desa. Salah satu Kecamatan

yang ada di Kabupaten Wonogiri adalah Kecamatan Wuryantoro.

Kecamatan Wuryantoro mempunyai luas wilayah 7.261 Ha. Wilayah

Kecamatan Wuryantoro terletak pada ketinggian 165 meter dpl.

Wilayah Kecamatan Wuryantoro berbatasan dengan :

Sebelah utara : Kecamatan Manyaran dan Wonogiri

Sebelah timur : Genangan Waduk Serba Guna Wonogiri

Sebelah selatan : Kecamatan Eromoko

Sebelah barat : Kecamatan Manyaran

Secara administratif Kecamatan Wuryantoro dibagi menjadi 6

desa dan 2 kelurahan. Jarak dari kota wonogiri 16 km. Kecamatan

Wuryanoro sebagian luasmya menjadi daerah pasang surut. Desa yang

mempunyai lahan pasang surut adalah kelurahan Wuryantoro,

27

7

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

28

Mojopuro, Desa Genukharjo, Sumberejo.Mlopoharjo, dan desa

Gumiwang lor. Desa Sumberojo merupakan desa dengan lahan pasang

surut terluas di kecamatan Wuryantoro. Desa Sumberejo ini adalah

yang dijadikan objek penelitian. Desa Sumberejo berjarak 5 km dari

Ibukota Kecamatan Wuryantoro, dan berjarak 23 km dari ibukota

Kabupaten Wonogiri. Daerah ini memiliki luas daerah 764,72 Ha yang

terbagi atas 10 dusun. Secara batas wilayah pusat desa, Desa

Sumberejo berbatasan dengan :

Sebelah Utara : PBS

Sebelah Timur : PBS

Sebelah Selatan : Kelurahan Mojopuran

Sebelah Barat : Desa Genukharjo

2. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di Desa Sumberejo meliputi komposisi

penduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk

menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan

pekerjaan utama adalah sebagai berikut :

a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin

dikelompokkan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan komposisi tersebut dapat diketahui sex ratio-nya yaitu

angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk

laki-laki dan perempuan di suatu daerah. Penduduk Desa

Sumberejo berdasarkan pada monografi desa tahun 2015 mencapai

2.546 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa

Sumberejo dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

29

Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa

Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri

Tahun 2015

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Prosentase (%) Sex

Ratio

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

1.205

1.341

47,33

52,67

Jumlah 2.546 100,00 89,86

Sumber : Monografi Desa Sumberejo Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa komposisi

jumlah penduduk di Desa Sumberejo menunjukkan jumlah

penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki,

dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.205 jiwa atau

sebesar 47,33 % dan penduduk perempuan sebanyak 1.341 jiwa

atau sebesar 52,67 % dari keseluruhan jumlah penduduk di Desa

Sumberejo. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat digunakan untuk

menghitung sex ratio, yang merupakan perbandingan antara

penduduk laki-laki dengan perempuan yang dapat dicari dengan

menggunakan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan untuk

kemudian dibuat perbandingannya.

Sex Ratio = xPerempuanJumlah

LakiLakiJumlah

.

.100

Jika Sex Ratio 100 artinya dalam 100 orang perempuan

terdapat 100 orang laki-laki (jumlah laki-laki sama dengan

perempuan). Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa tahun

2015 sex ratio mempunyai jumlah penduduk perempuan lebih

banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini bisa

dilihat dari besarnya rasio jenis kelamin (sex ratio) pada tahun

2015 sebesar 89,86 yang berarti bahwa setiap 90 penduduk laki-

laki terdapat 100 penduduk perempuan di Desa Sumberejo.

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

30

b. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Komposisi penduduk menurut umur digunakan untuk

mengetahui jumlah penduduk yang produktif dan yang non

produktif. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri

golongan umur non produktif adalah golongan umur antara 0 – 14

tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun,

sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur 15 – 64

tahun. Perbedaaan kelompok umur penduduk tersebut dapat

digunakan sebagai acuan untuk menyusun kebijaksanaan

pemerintah terutama dalam penyediaan lapangan bagi angkatan

kerja, karena dengan mengetahui umur penduduk pada suatu

daerah dapat diperkirakan jumlah angkatan kerja yang tersedia

serta perubahan jumlah angkatan kerja di masa mendatang.

Komposisi penduduk menurut umur di Desa Sumberejo dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Umur di Desa Sumberejo

Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2015

No. Umur Jumlah (Jiwa) Prosentase

(%)

1. 0 – 14 tahun 472 18,54

2.

3.

15 – 64 tahun

65+

1713

361

67,28

14,18

Jumlah 2546 100

Sumber : Monografi Desa Sumberejo Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa mayoritas

penduduk Desa Sumberejo merupakan penduduk dalam usia

produktif yaitu penduduk yang berusia antara 15 – 64 tahun dengan

prosentase 67,28%. Penduduk yang berumur 15 – 64 tahun ini

dapat disebut sebagai usia kerja potensial meskipun tidak semua

penduduk pada usia ini bekerja. Kemudian diketahui jumlah

penduduk dalam usia non produktif yang berumur 0 – 14 tahun

sebanyak 472 jiwa atau sebesar 18,54% dan yang berumur 65+

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

31

tahun sebanyak 361 jiwa atau sebesar 14,18%. Dari jumlah

penduduk menurut umur dapat digunakan untuk menghitung angka

beban tanggungan (ABT). ABT merupakan perbandingan antara

usia non produktif (penduduk umur <14 tahun dan penduduk

umur >65 tahun) dan usia produktif (penduduk umur 15-64 tahun)

pada waktu tertentu. Jumlah penduduk usia non produktif adalah

833 jiwa dan penduduk usia produktif adalah 1.713 jiwa. Berikut

adalah perhitungan ABT di Desa Sumberejo.

63,48

1001713

833

100Pr

Pr

x

xoduktifudukUsiaJumlahPend

oduktifnudukUsiaNoJumlahPendABT

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa

Angka Beban Tanggungan (ABT) di Desa Gesikan diketahui

sebesar 48,63 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia

produktif menanggung beban sebanyak 49 jiwa penduduk usia

non produktif.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang

berusia produktif di Desa Sumberejo sehingga daerah dapat

berkembang dengan baik, karena memiliki jumlah penduduk usia

produktif yang lebih banyak dari pada usia non produktif.

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam

sumber daya manusia. Komposisi penduduk menurut tingkat

pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber

daya manusia dan kemampuan penduduk menyerap teknologi di

daerah tersebut. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk

suatu wilayah akan berkaitan dengan pola pikir dan mempengaruhi

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

32

kecepatan dalam menerima informasi dan inovasi baru serta

pengambilan keputusan. Keadaan penduduk menurut tingkat

pendidikan di Desa Sumberejo pada tahun 2015 dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa

Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri

Tahun 2015

No. Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Prosentase

(%)

1. Tidak/Belum Sekolah 336 13,2

2. SD/sederajat 1002 39,35

3. SMP/sederajat 506 19,87

4. SMA/sederajat 640 25,14

5. D I / II 15 0,59

6. D III 22 0,86

7. D IV / S1 25 0,98

8. S2 0 0

10. S3 0 0

Jumlah 2546 100,00

Sumber : Monografi Desa Sumberejo Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas

pendidikan penduduk di Desa Sumberejo adalah tamat Sekolah

dasar, yaitu sebesar 39,35%, sedangkan penduduk yang tamat

akademi maupun perguruan tinggi memiliki prosentase yang paling

rendah, yaitu sebesar 2,43%. Keadaan demikian dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain masih rendahnya perekonomian daerah

sehingga belum mampu membangun sarana dan prasarana

pendidikan yang cukup, kondisi ekonomi penduduk yang kurang

untuk biaya sekolah dan kurangnya kesadaran penduduk akan

pentingnya pendidikan, sehingga kualitas pendidikan penduduk di

Desa Sumberejo masih rendah

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

33

c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan

untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah

dengan melihat mata pencahariaan yang dipilih untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Indikator keberhasilan pembangunan daerah

adalah tersedianya lapangan kerja bagi penduduknya, karena

dengan mengetahui mata pencaharian penduduk suatu daerah dapat

digunakan untuk mengetahui kesejahteraan penduduk di daerah

tersebut. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa

Sumberejo ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa

Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri

Tahun 2015

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Prosentase

(%)

1. Tidak bekerja 912 35,82

2. Pengurus Rumah Tangga 210 8,15

3. Petani 920 36,13

4. Nelayan 9 0,35

5. Pedagang 23 9,03

6. Industri 11 0,43

7. Transportasi 15 0,59

8. Pertukangan 38 1,49

10. Buruh 102 4,01

11

12.

13

14

15

Swasta

Karyawan Honorer

PNS

TNI/Polri

Pensiunan

196

23

49

4

34

7,7

0,9

1,92

0,16

1,33

Jumlah 2546 100,00

Sumber : Monografi Desa Sumberejo Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa penduduk Desa

Sumberejo sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai

petani yaitu sebesar 36,13%. Hal ini sesuai dengan kondisi Desa

Sumberejo yang berupa dataran rendah dan sebagian besar luas

tanahnya digunakan untuk areal pertanian dan juga memanfaatkan

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

34

lahan pasang surut. Urutan berikutnya yaitu tidak bekerja sebesar

35,82%, ini dikarenakan usia non produktif ataupun sedang

menempuh pendidikan. Kemudian bermata pencaharian sebagai

pedagang sebesar 9,03%. Selanjutnya pengurus rumah tangga dan

swasta masing-masing sebesar 8,15% dan 7,7%. Kurang dari 5%

ada sebagai, buruh, PNS, TNI/Polri, nelayan,dll. Dengan

banyaknya jenis pekerjaan yang ada di Desa Sumberejo maka dapat

digunakan sebagai menambah lapangan kerja untuk mengurangi

pengangguran.

B. Karakteristik Petani Usahatani Padi Lahan Pasang Surut Waduk

Gajah Mungkur di Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro.

Karakteristik petani responden merupakan gambaran umum

tentang keadaan latar belakang responden yang dapat berpengaruh

terhadap usahatani. Responden penelitian ini adalah petani usahatani padi

lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Desa Sumberejo, Kecamatan

Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 30 orang. Identitas

responden yang dikaji meliputi alamat, usia responden, lama pendidikan

formal, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif

dalam usahatani, alasan memilih usahatani padi serta lama mengusahakan

usahatani padi di lahan pasang surut. Data mengenai identitas responden

petani usahatani padi lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Desa

Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri dapat dilihat

pada Tabel 8.

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

35

Tabel 8. Identitas Responden Usahatani Padi Lahan Pasang Surut Waduk

Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro,

Kabupaten Wonogiri.

No Uraian Jumlah

1 Rata-rata Umur Petani (tahun) 47

2 Pendidikan

a. SD (Orang) 8

b. SMP (Orang) 11

c. SMA (Orang) 8

d. D3 (Orang) 1

e. S1 (Orang) 2

3 Rata-rata jumlah anggota keluarga (Orang) 5

4 Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani

Padi Lahan Pasang Surut (Orang)

3

5

6

Rata-rata lama melakukan usahatani Padi Lahan Pasang Surut

(tahun)

Rata-rata luas lahan (ha)

22

1,15

Sumber: Analisis data primer 2015

Jumlah petani yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah

30 orang responden dengan syarat petani yang melakukan usahatani padi

di lahan pasang surut Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro,

Kabupaten Wonogiri. Usahatani padi di lahan pasang surut Desa

Sumberejo dalam setahun hanya satu kali yaitu saat air waduk surut,

sekitar bulan Agustus sampai dengan Desember. Sedangkan penelitian ini

meneliti analisis usahatani yang dilakukan pada bulan Agustus 2014

sampai dengan Desember 2014. BPS Wonogiri membagi penduduk

berdasarkan umur menjadi dua golongan yaitu penduduk umur produktif

dan penduduk umur non produktif. Penduduk umur non produktif

merupakan penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun dan diatas 64

tahun, sedangkan penduduk umur produktif adalah penduduk dengan umur

15-64 tahun. Rata-rata umur petani melakukan usahatani padi di lahan

pasang surut waduk gajah mungkur desa Sumberejo adalah 47 tahun,

sehingga rata-rata petani yang melakukan usahatani padi di lahan pasang

surut waduk gajah mungkur desa Sumberejo adalah penduduk berumur

produktif. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dalam

bekerja dan cara berfikir petani. Usahatani padi membutuhkan tenaga kerja

dalam usia produktif, karena usia produktif memiliki kemampuan fisik

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

36

yang cukup kuat agar petani dapat menjalankan usahatani padi dengan

baik dan maksimal, apalagi responden petani dalam penelitian ini

seluruhnya terjun langsung untuk melakukan usahatani padi di lahan

pasang surut.

Kemampuan kerja petani akan terus bertambah pada satu tingkat

umur tertentu, kemudian akan mulai menurun. Pada usia produktif, petani

dapat meningkatkan keahlian dan ketrampilannya dalam berusahatani.

Sebagian besar petani berada pada usia produktif di daerah penelitian,

petani yang demikian tersebut mempunyai kemampuan fisik yang baik

untuk melakukan kegiatan usahatani dan relatif lebih terbuka dalam

mengadopsi inovasi dan teknologi dalam usahatani padi di lahan pasang

surut. Adanya keahlian dan ketrampilan dalam berusahatani diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan petani.

Selain faktor usia, tingkat pendidikan juga memiliki peran dalam

kegiatan usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo, Kecamatan

Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri.. Tingkat pendidikan yang rendah akan

memberikan pengaruh terhadap pola pikir petani dalam mengambil

keputusan. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

tingkat pengetahuan yang dimiliki petani masih kurang sehingga

mengakibatkan keterbatasan petani dalam memperoleh informasi maupun

tingkat kemampuan petani untuk mengadopsi suatu inovasi dan teknologi

yang mampu untuk meningkatkan dan mengembangkan usahatani padi di

lahan pasang surut. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa seluruh

responden dalam penelitian merupakan petani padi lahan pasang surut

desa Sumberejo telah memperoleh pendidikan formal. Sebagian besar

petani merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan

jumlah presentase 36,67%, lulusan Sekolah Menengah Atas sejumlah

26,67%, lulusan Sekolah Dasar (SD) sebesar 26,67%, lulusan S1 dan D3

masing-masing kurang lebih 6,67% dan 3,33%. Rata-rata pendidikan

terakhir terbanyak adalah tingkat SMP, meskipun pendidikan formal tidak

menjadi syarat untuk melakukan usahatani padi, namun tingkat pendidikan

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

37

dapat mempengaruhi pola pikir petani padi di lahan pasang surut dalam

pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan usahatani padi di lahan

pasang surut desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten

Wonogiri.. Tingkat pendidikan petani juga akan berpengaruh pada proses

pengembangan usahatani padi, semakin tinggi pendidikan yang ditempuh

maka pola pikir yang dimiliki oleh petani padi akan semakin rasional

dalam mengambil keputusan dan strategi usahatani yang akan diambil,

sehingga akan berpengaruh pada jumlah pendapatan yang akan diterima

oleh petani padi.

Pengalaman usahatani padi di lahan pasang surut desa Sumberejo,

Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri juga sangat mempengaruhi

tingkat keberhasilan usahtani padi di lahan pasang surut. Usahatani padi

dilahan pasang surut telah berlangsung cukup lama. Rata-rata lama

usahatani padi di lahan pasang surut waduk Gajah Mungkur adalah 22

tahun. Usahatani di lahan pasang suirut yang berlangsung selama 22 tahun

merupakan bukan waktu yang singkat untuk melakukan usahatani padi,

sehingga mereka memiliki cukup pengalaman dalam usahatani padi di

lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur. Semakin banyak

pengalaman yang dimiliki petani maka petani tersebut akan semakin

terampil dalam mengatasi kendala dalam kegiatan usahataninya. Bila

petani mampu mengkombinasi antara pengalaman di lapang dengan ilmu

baru yang diterima, maka pengembangan usahatani padi di lahan pasang

surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro,

Kabupaten Wonogiri bisa mendapat hasil yang optimal.

Petani usahatani padi lahan pasang surut di Waduk Gajah

Mungkur, Desa Sumberrejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten

Wonogiri mendapatkan pengetahuan mengenai usahatani padi di lahan

pasang surut dari berbagai sumber. Sebagian besar petani memperoleh

pengetahuan dari belajar sendiri (pengalaman) dan mengamati secara

langsung petani lahan pasang surut yang sudah terlebih dahulu melakukan

usahatani padi di lahan pasang surut seperti tetangga terdekat. Mereka

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

38

bisa saling bertukar informasi dan pengetahuan mengenai cara usaha tani

padi dilahan pasang surut. Petani lahan pasang surut memilih komoditas

padi untuk diusahakan di lahan pasang surut, karena usahatani padi ini

sudah turun temurun dilakukan sejak Waduk Gajah Mungkur dibangun.

Komoditas Padi merupakan komoditas yang sesuai dengan lahan pasang

surut. Budidaya padi juga relatif mudah dibudidayakan sehingga para

petani memilih padi untuk diusahakan. Meskipun usahatani padi

membutuhkan air dan harus menyedot air dari waduk menggunakan

pompa air yang memerlukan biaya lebih, tetapi harga jual hasil panen padi

lahan pasang surut relatif tinggi. Dan ini yang menjadi faktor utama

kenapa petani memilih usahatani padi untuk diusahakan.

Rata-rata jumlah anggota keluarga yaitu 5 orang, dimana rata-rata

anggota keluarga yang aktif dalam usahatani yaitu 3 orang. Penggunaan

tenaga kerja dari luar keluarga tergantung dari kebutuhan petani pemilik

usahatani padi di lahan pasang surut. Penggunaan tenaga kerja biasanya

dilakukan ketika persiapan lahan, penanaman dan saat panen.

Luas rata-rata lahan yang diusahakan oleh petani padi di lahan

pasang surut desa Sumberejo yaitu seluas 1,15 ha. Lahan pasang surut

hanya ditanami sekali dalam setahun, yaitu saat air waduk surut atau saat

musim kemarau. Hak usaha atas lahan yang diusahakan di lahan pasang

surut telah turun temurun, sehingga sudah seperti hak kepemilikan. Petani

memiliki hak guna lahan dengan cara mengarap lahan-lahan pasang surut

dan akan diakui secara adat oleh masyarakat.

Petani padi di lahan pasang surut memiliki alasan dalam

menjalankan usahatani padi di lahan pasang surut desa Sumberejo,

Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri.. Seluruh petani

memaparkan bahwa usahatani padi di lahan pasang surut menguntungkan,

meskipun budidaya padi di lahan pasang surut memperlukan biaya lebih

untuk menyedot air, tetapi usahatani ini masih menguntungkan.. Nilai jual

padi hasil budidaya relatif cukup tinggi berkisar Rp4.800 per kilogram,

oleh karena itu petani memilih usahatani padi. Usahatani padi lahan

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

39

pasang dilakukan saat kemarau, antara bulan juli-november. Disaat petani

di daerah lain menamanam atau membudidayakan tanaman selain padi,

sehingga saat panen pada bulan Oktober-November harga padi pasang

surut menjadi realtif tinggi. Tanaman Padi juga mudah untuk

dibudidayakan, dan merupakan komoditas yang sudah turun temurun di

budidayakan. Sehingga ini yang menjadi alasan petani untuk memilih

komoditas padi untuk dibudidayakan.

C. Analisis Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi

di Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo,

Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri.

a. Penggunaan Sarana Produksi

Input produksi merupakan jumlah unit operasional yang

setiap saat dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap

musim tanam. Input produksi yang digunakan pada usahatani padi

di lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo,

Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri meliputi benih padi,

pupuk organik dan anorganik. Petani mendapatkan input produksi

yang berasal dari kios atau toko penyedia sarana alat-alat pertanian.

Jenis varietas benih yang digunakan oleh petani diantaranya adalah

Ir64 dan mentik. Pupuk yang digunakan pada lahan pasang surut di

Waduk Gajah Mungkur terdiri dari pupuk organik dan anorganik.

Pupuk organik yang digunakan berasal dari kotoran sapi. Pupuk

anorganik yang digunakan yaitu Urea, Za, dan Phonska.

Page 14: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

40

Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Padi di Lahan Pasang

Surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo Kecamatan

Wuryantoro Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut

Per UT Per Ha

1.

Sarana Produksi

a. Benih (kg)

b. Pupuk

- Organik (kg)

- Urea (kg)

- Za (kg)

- Phonska (kg)

Tenaga Kerja

a. Tenaga Kerja Luar

(HKP)

34,55

78,5

28,33

10

68

29

25,25

57,37

20,71

7,31

49,69

21

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 9 Rata-rata penggunaan benih padi di Lahan Pasang

Surut Waduk Gajah Mungkur diketahui bahwa jumlah benih yang

digunakan pada usahatani padi di lahan pasang surut sebesar 34,55

kg/per usahatani atau sebesar 25,25 kg/Ha/MT. Petani memilih

benih padi dengan varietas Ir64 dan menthik dengan alasan mudah

untuk di jual. Harga hasil panen varietas mentik dan ir64 tergolong

tinggi yaitu mncapai Rp 4.800,00.

Pemupukan pada tanaman padi dilakukan dengan

pemupukan dasar dan pemupukan lanjut. Penggunaan pupuk yang

paling banyak yaitu dengan menggunakan pupuk organik di mana

tidak memberi efek negatif terhadap tanah untuk jangka panjang.

Pupuk kandang yang digunakan dalam usahatani padi di lahan

pasang surut sebanyak 78,5 kg/ut atau 57,37 kg/Ha/MT. Pembelian

pupuk organik didapatkan melalui peternak yang menjual hasil

kotoran hewan yang telah diolah sehingga dijadikan pupuk yang

dikemas dalam karung. Harga pupuk organik perkilo adalah Rp

500,00. Penggunaan pupuk organik dilakukan saat persiapan lahan

sebelum padi ditanam, sebagai pemupukan dasar.

Harga pupuk urea yaitu Rp1800/kilogram. Harga pupuk Za

yaitu sebesar Rp1500/kilogram. Harga pupuk Phonska sebesar Rp

Page 15: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

41

2400 /kilogram. Penggunaan pupuk yang berimbang dapat

membantu memenuhi kebutuhan unsur hara dalam tanah sehingga

pupuk anorganik banyak digunakan pada lahan pasang surut.

Penanganan hama, penyakit, dan gulma dilakukan dengan cara

mekanik atau manual dengan menggunakan tangan. Pupuk yang

digunakan dalam aplikasi pemupukan di usahatani padi pasang

surut adalah jauh lebih rendah dengan rekomendasi per hektarnya

dari deptan, hal ini terjadi di karenakan lahan pasang surut sudah

mempunyai kandungan unsur hara lebih. Lahan pasang surut

setelah tergenang mempunyai mikro organisme yang tinggi yang

berguna dalam mensuburkan tanah.

Satuan yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan

tenaga kerja adalah man days atau HKO (hari kerja orang). Dalam

penelitian ini perhitungan jumlah HKO yang digunakan yaitu 1

HKO = 1 HKP, 1 HKW = 1 HKO dengan jam kerja selama 8 jam

mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 16.00 WIB dengan upah

tenaga kerja pria sebesar Rp 50.000,00 dan untuk tenaga kerja

wanita untuk di Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro

Kabupaten wonogiri sama dengan upah tenaga kerja pria.

Penggunaan tenaga kerja pada lahan pasang surut yang paling

banyak yaitu pada pemanenan sedangkan penggunaan tenaga kerja

yang paling sedikit yaitu pada pemupukan atau pemeliharaan.

Pembayaran tenaga kerja luar menggunakan upah secara

langsung/tunai, tidak menggunakan bagi hasil dari panen padi.

Alasannya adalah pembayaran upah berupa uang tunai lebih mudah

disesuaikan pada keadaan ekonomi saat itu. Upah yang berupa

uang secara tunai lebih dinilai mudah dan praktis daripada

membagi hasil.

b. Biaya Usahatani

Konsep biaya usahatani yang digunakan dalam usahatani

padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur desa Sumberejo,

Page 16: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

42

Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri adalah konsep biaya

eksplisit yang terdiri atas biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja,

dan biaya lain-lain. Biaya sarana produksi terdiri dari biaya benih

dan pupuk. Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan

petani kepada sejumlah tenaga kerja yang dipekerjakan selama satu

masa usahatani padi. Biaya lain-lain merupakan biaya irigasi, biaya

sewa traktor, biaya konsumsi. Besarnya biaya usahatani yang

digunakan dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah

mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten

Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Biaya pada Usahatani Padi di Lahan Pasang

Surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo,

Kecamatan Wuryanto, Kabupaten Wonogiri.

No Jenis Biaya Per UT (Rp) Per Ha(Rp) Prosentase

(%)

1.

2.

3.

Sarana Produksi

a. Benih

b. Pupuk

- Organik

- Urea

- ZA

- Phonska

Tenaga Kerja

a. Tenaga Kerja Luar

Lain-lain

a. Irigasi

b. Sewa Traktor

c. Konsumsi

359.100

75.500

190.200

56.250

396.400

1.458.333

3.305.250

1.175.000

1.458.333

262.436

55.177

139.001

41.108

289.695

1.065.773

2.415.530

858.709

1.065.773

4,43

0,38

1,13

0,68

3,20

17,87

40,45

14,29

17,57

Jumlah 8.474.367 6.193.203 100

Sumber : Analisis Data Primer

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang

dipergunakan dalam suatu usahatani. Rata-rata penggunaan biaya

usahatani pada usahatani padi di Waduk Gajah Mungkur adalah

Rp. 8.474.367/ usahatani. Penggunaan biaya usahatani sebagian

besar digunakan untuk Irigasi yaitu Rp. 3.305.250/ usahatani atau

40,45 persen dari total biaya usahatani. Salah satu kelemahan

usahatani di lahan pasang surut adalah adanya biaya tambahan

yaitu biaya irigasi. Irigasi sangat perlu dilakukan karena posisi

Page 17: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

43

lahan berada di atas posisi air, sehinga irigasi yang dilakukan

adalah penyedotan air ke atas untuk mengairi lahan. Penyedotan air

dilakukan dengan bantuan pompa air yang berbahan bakar bansin,

sehingga memakan biaya lebih besar dibanding usahatani dilahan

sawah biasa. Rata-rata penggunaan benih yaitu sebesar Rp

359.100/usahatani. Rata-rata penggunaan biaya tenaga kerja pada

usahatani padi di lahan pasang surut desa Sumberejo, Kecamatan

Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri yaitu Rp. 1.458.333/ usahatani

atau sekitar 17,87 persen dari total biaya. Biaya yang dikeluarkan

untuk tenaga kerja luar relatif sedikit karena hampir seluruh petani

responden terjun langsung untuk melakukan usahatani, baik proses

pemeliharaan maupun pada saat panen.

Rata-rata penggunaan biaya pupuk adalah Rp 718.350/

usahatani. Pupuk yang digunakan oleh responden petani dalam

mengusahakan usahatani padinya adalah pupuk organik pupuk

kandang, urea, ZA, phonska. Prosentase biaya usahatani terbesar

adalah pada biaya irigasi, karena usahatani padi sangat bergantung

dengan air, yang dibutuhkan padi untuk hidup. Hal ini disebabkan

karena petani petani menggunakan lahan passang surut yang

keberadaan air yang dibutuhkan dalam budidaya tempatnya lebih

rendah daripada lahan yang untk budiaya, sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk irigasi menjadi tinggi. Irigasi atau pengairan

dalam usahatani lahan pasang surut menggunakan pompa air,

pompa air digerakkan dengan mesin diesel yang membutuhkan

bahan bakar minyak. Pengairan dilakukan selama masa persiapan

lahan sampai mendekati panen. Pengairan atau penyedotan

dilakukan tergantung luas lahan, jarak antara air dan lahan, dan

juga ketersediaan air di lahan. Rata-rata petani melakukan 15 kali

penyedotan dengan rata-rata menghabiskan bahan bakar minyak

sebesar 40 liter dalam sekali penyedotan. Sehingga rata-rata petani

menghabiskan biaya Rp 3.305.250 dalam sekali usaha tani, dan

Page 18: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

44

biaya irigasi atau penyedotan merupakan biaya terbesar dalam

usahatani padi di lahan pasang surut, mencapai 40,45 persen dalam

persentase rata-rata seluruh biaya usaha tani padi di lahan pasang

surut.

Biaya tenaga kerja adalah banyaknya upah yang harus

dibayarkan oleh petani kepada tenaga kerja luar keluarga yang

bekerja dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah

mungkur desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten

Wonogiri. Di daerah penelitian yaitu Desa Sumberejo, Kecamatan

Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri tidak ada penggolongan upah

tenaga pria dan upah tenaga wanita, upah tenaga pria dan upah

tenaga wanita sama yaitu sebesar Rp 50.000 per hari. Biaya tenaga

kerja yang digunakan dalam usahatani padi dilahan pasang surut

meliputi biaya yang digunakan untuk membayar upah tenaga kerja

yang bekerja dalam aktivitas pengelolaan/persiapan lahan,

penanaman, pemupukan, dan pemanenan. Rata-rata biaya tenaga

kerja yang dikeluarkan petani adalah Rp. 1.458.333 per usahatani

atau Rp. 1.065.773 per Ha. Biaya tenaga kerja luar keluarga yang

dikeluarkan untuk usahatani padi ini cenderung sedikit karena

hampir seluruh petani terjun langsung untuk mengelola usahatani

padi sendiri dibantu dengan beberapa anggota keluarganya. Tenaga

luar dibutuhkan dalam jumlah banyak adalah saat penanaman dan

pemanenan padi. Dalam penelitian ini biaya tenaga kerja dalam

atau tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan. Tahapan usahatani

padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo, Kecamatan

Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 19: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

45

Tabel 11. Tahap Usahatani padi di Lahan Pasang Surut Waduk

Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan

Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri Tahun 2014

Tahap Bulan Agustu

s

Septembe

r

Oktobe

r

Novembe

r

Desembe

r

Persipan

lahan dan

penanaman

benih

Penanaman

Pemupuka

n

Panen

Sumber: Data Primer 2015

Usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur

Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri

dilakukan satu kali masa tanam dalam satu tahun, yaitu saat

memasuki musim kemarau, saat air waduk surut. Usahatani

dilakukan antara bulan Agustus hingga Desember. Persiapan lahan

dilakukan pada bulan agustus, disaat air waduk mulai surut. Lahan-

lahan yang saat air pasang tergenangi air di olah menjadi berpetak-

petak lahan sawah yang siap untuk ditanami padi. Penanaman

dilakukan saat bibit padi sudah tumbuh agak besar sekitar umur 20-

25 hari, dilaksanakan pada bulan September. Setelah padi ditanam

dilakukan pemupukan dan perawatan hingga panen, ketersedian air

juga dijaga sampai padi siap panen. Bulan November hingga Bulan

Desember memasuki musim panen, panen dilakukan sebelum

memasuki bulan penghujan.

Biaya lain-lain yang digunakan dalam usahatani padi di

lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo,

Kecamatan wuryantoro, Kabupaten Wonogiri selain biaya irigasi

adalah biaya sewa traktor dan biaya konsumsi. Biaya sewa traktor

adalah sekaligus biaya pengerjaan lahan, yang 1 Ha lahan sawah

rata-rata Rp 858.708. Biaya konsumsi adalah biaya yang

dikeluarkan petani untuk memberi makan tenaga kerja luar yang

Page 20: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

46

sedang bekerja dalam usahatani padi miliknya. Rata-rata biaya

konsumsi yang dikeluarkan petani dalam usahatani padi di lahan

pasang surut adalah Rp 1.458.333 per usahatani.

c. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani pada usahatani padi di lahan pasang

surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan

Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri merupakan hasil perkalian yang

diperoleh petani dari jumlah hasil panen padi yang terjual

seluruhnya dengan harga satuan padi per kilogram. Rata-rata

penerimaan usahatani pada usahatani padi di lahan pasang surut

Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri

dapat dilihatdalam Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Penerimaan Usahatani padi di lahan pasang

surut Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro

Kabupaten Wonogiri Tahun 2014.

Uraian Per UT Per Ha

Produksi padi (Kg) 5.938 4339,83

Harga (Rp/Kg) 4.800 4.800

Penerimaan 28.504.000 20.831.181

Sumber: Analisis data primer 2015

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Produksi

usahatani padi adalah padi yang siap panen dengan umur berkisar 3

bulan. Petani memanen padi dengan bantuan para tenaga kerja luas,

pemanenan ada yang menggunakan mesin dan ada juga yang masih

secara manual. Rata-rata perhektar lahan menghasilkan 4339,83 kg

padi. Rata-rata produksi padi petani responden usahatani padi di

lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo,

Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri sebesar 5.938 kg.

Harga padi persatuan kilo saat panen adalah Rp 4.800,00, harga ini

tergolong tinggi, dikarenakan padi saat musim panen padi lahan

pasang surut jumlah di pasaran sedikit. Lahan sawah yang panen

pada bulan november-desember hanya lahan pasang surut,

Page 21: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

47

sehingga jumlah padi di pasaran sedikit yang menjadikan harga

melambung tinggi. Rata-rata penerimaan yang diterima oleh petani

dari usahatani padi di Waduk gajah mungkur Desa Sumberejo,

Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri adalah Rp.

28.504.000,00 per usahatani dan rata-rata penerimaan petani per

hektar adalah Rp 20.831.181,00 .

d. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani padi di lahan padi pasang surut Desa

Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri

merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani yang

dikeluarkan oleh petani dalam satu masa usahatani. Rata-rata

pendapatan petani dalam usahatani padi di lahan pasang surut

waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro,

Kabupaten Wonogiri ditampilkan di Tabel 13.

Tabel 13. Rata-Rata Pendapatan pada Usahatani Padi di Lahan

Pasang Surut Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro

Kabupaten Wonogiri Tahun 2014.

Uraian Per UT Per Ha

Penerimaan Usahatani (Rp) 28.504.000 20.831.181

Biaya Usahatani (Rp) 8.474.367 6.193.203

Pendapatan Usahatani 20.029.633 14.637.978

Sumber : Analisis data primer 2015

Menurut (Suratiyah, 2006), pendapatan adalah selisih

antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul-betul

dikeluarkan oleh petani. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh

petani dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah

mungkur Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten

Wonogiri adalah Rp. 20.029.633 per usahatani dan rata-rata

pendapatan per haktar lahan adalah Rp. 14.637.978. Hasil analisis

tersebut menunjukan bahwa usahatani padi di lahan pasang surut

waduk gajah mungkur sudah menghasilkan pendapatan yang cukup

tinggi yaitu Rp 20.029.633 per usahatani dalam waktu kurang lebih

lima bulan. Usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah

Page 22: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

48

mungkur hanya bisa dilakukan satu kali masa tanam, yaitu antara

bulan agustus sampai dengan bulan desember. Usahatani hanya

dilakukan saat musim kemarau yang akan mengakibatkan air

waduk surut, sehingga lahan-lahan yang digunakan untuk usahatani

bisa dikerjakan untuk usahatani.

Implikasi adanya lahan pasang surut dari Waduk Gajah

Mungkur adalah pendapatan petani di Desa Sumberejo bertambah.

Walaupun usahatani padi di lahan pasang surut hanya bisa

dilakukan satu kali dalam setahun tetapi hasil usahatani memiliki

hasil yang tinggi. Petani terus menurus secara turun temurun

mengusahakan usahatani padi di lahan pasang surut.

e. Efisiensi Usahatani

Efisiensi usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah

mungkur Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten

Wonogiri merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan

biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi lahan pasang surut.

Efisiensi usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah

mungkur Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten

Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Efisiensi Usahatani Padi di lahan pasang surut Desa

Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri

Tahun 2014

No Uraian (Rp) Rata-rata per UT Rata-rata per

Ha

1 Penerimaan total (R) 28.504.000 20.831.181

2 Biaya (C) 8.474.366 6.193.203

R/C 3,36 3,36

Sumber: Analisis data primer 2015

Kriteria efisiensi dalam usaha yaitu R/C > 1 berarti usaha

yang dijalankan sudah efisien, R/C = 1 berarti usaha yang

dijalankan dalam titik impas atau break event point dan R/C < 1

berarti usaha yang dilakukan tidak efisien. Tabel 14 menunjukan

efisiensi usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo

Page 23: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umumpenduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama

49

Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri yaitu sebesar 3,36.

Efisiensinya cukup besar dikarenakan konsep dalam analisis ini

menggunakan konsep biaya ekplisit yang tidak menghitung biaya

tanaga keluarga. Padahal usahatni padi dilahan pasang surut

banyak mengggunakan tenaga kerja dalam atau tenaga kerja

keluarga. Efiseinsi 3,36 ini berarti R/C > 1, usahatani padi di lahan

pasang surut Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten

Wonogiri yang telah dijalankan sudah efisien. Nilai R/C rasio

sebesar 3,36, berarti setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan dalam

usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo Kecamatan

Wuryantoro Kabupaten Wonogiri akan memberikan penerimaan

sebesar Rp 3.360.