omektorat pengolaban basil pertanian ditjen …

66
omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN PEN60LABAN DAN PEMASARAN BASIL PERTANIAN TAHIJN 2010

Upload: others

Post on 05-Feb-2022

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN PEN60LABAN DAN PEMASARAN BASIL PERTANIAN TAHIJN 2010

Page 2: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

DIREKTORAT PEN60I.AHAN BASIL PERTANIAN DITJEN PEN60I.AHAN DAN PEHA.SARAN HA.Sil PERTANIAN TAHIJN 2010

Page 3: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan komparatif tersebut merupakan fundamental perekonomian yang perlu didayagunakan melalui pembangunan ekonomi sehingga menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage). Dengan begitu perekonomian yang dikembangkan di Indonesia memiliki landasan yang kokoh pada sumberdaya domestik, memiliki kemampuan bersaing dan berdayaguna bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas. Liberalisasi perdagangan dunia dengan komitmen menurunkan bentuk-bentuk proteksi baik tarif maupun non-tarif perdagangan hasil ~pertanian, termasuk produk perkebunan. Liberalisasi perdagangan merupakan tantangan sekaligus peluang yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Bagi negara yang mampu meningkatkan daya saingnya, terbuka peluang untuk memperbesar pangsa pasarnya baik di pasar Internasional maupun di pasar domestik. Sebaliknya negara-negara yang tidak mampu meningkatkan daya saingnya terdesak oleh para saingnya.

Kebijakan pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan ditekankan kepada pengembangan sistem dan usaha-usaha di bidang pengolahan hasil perkebunan yang meliputi kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan produk yang menghasilkan produk segar, produk olahan utama, produk lkutan dan produk limbah. Sektor perkebunan dalam menghasilkan devisa negara terutama didukung oleh produk komodltl unggulan yang berasal darl sub-sektor perkebunan. Peranan komoditi unggulan perkebunan tersebut diupayakan terus meningkat secara berkelanjutan agar mampu memberikan dukungan kepada sektor lain dalam perekonomian nasional.

Salah satu basis pendukung keberhasilan pengembangan komoditi perkebunan khususnya komoditi mete dan atsiri adalah pemanfaatan teknologi pengolahan yang bercirikan efisiensi tinggi dan menghasilkan produk olahan yang berdaya saing. Salah satu masalah petani/perkebunan rakyat yang pada umumnya belum dapat diatasi adalah masalah pengolahan sehingga menimbulkan kerugian berupa penyusutan dan kerusakan mutu yang dialaml selama pengolahan. Produk hasil olahan perkebunan saat lni dituntut untuk memenuhi harga saing dan posisi tawar yang tinggi. Oleh karena itu tantangan ini perlu disikapi terutama bagi negara­negara berkembang seperti Indonesia yang produksinya di ekspor ke negara maju.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 4: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Kondisi seperti ini merupakan peluang untuk meningkatkan daya saing produk seperti halnya mete dan atsiri Indonesia.

Dengan kondisi ini, pengembangan agroindustri pengolahan hasil perkebunan mete dan atsiri memiliki prospek yang sangat menjanjikan. Industri pengolahan tersebut tidak harus dalam skala besar, tetapi dapat dilakukan dengan mengembangkan lndustri skala kecil atau skala rumah tangga dengan memberdayakan kelompok tani (gapoktan) pengolah. Untuk ltu dlbutuhkan dukungan teknologi pengolahan mete dan atsiri dapat dlterapkan.

1.2. TUJUAN

Tujuan Pedoman teknis pengembangan agroindustri pengolahan hasil perkebunan Mete dan Atsiri adalah :

1. Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam pengembangan agroindustri pengolahan hasil perkebunan dalam mengolah Mete dan Atsiri sehingga dlperoleh produk yang berkualitas dan meningkatnya efisiensi pengolahan.

2. Menlngkatnya produktivltas usaha, nilai tambah darl usaha pengolahan Mete dan Atsiri.

1.3. SASARAN

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan Mete dan Atsiri sebagai acuan bagi petugas lapangan dan Gapoktan untuk mendapatkan usaha pengolahan efektif, efisien serta berdaya saing di masa yang akan datang

1.4. OUTPUT

Output yang diharapkan dengan tersusunnya buku Pedoman Teknis Pengembangan Pengolahan Mete dan Atsiri ini adalah dapat mendorong pengembangan agroindustri pedesaan dalam hal pengolahan Mete dan Atsiri serta tersebarluasnya informasi buku Pedoman Teknis Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri) kepada para pelaku usaha.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 5: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

1. LATAR BELAKANG

Komoditas jambu mete mempunyai peranan yang sangat strategis untuk perekonomian Indonesia karena merupakan sumber penghasilan tambahan bagi petani jambu mete, menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat pedesaan, mendorong pengembangan wilayah daerah dan rehabilitasi lahan marginal, sebagai pemacu pengembangan agribisnis hilir dan merupakan penghasilan devisa negara yang cukup besar selain dari komoditas kelapa, kopi, sawit, kakao, dan teh.

Pada tahun 2009 luas areal perkebunan jambu mete telah mencapai 566.143 Ha dengan produksi sebesar 133.140 ton. Adapun ekspor tahun 2008 sebesar 161.383 ton dan meningkat tahun 2009 menjadi 171.657 ton.

Buah semu dapat dibuat anggur mete, sirup, selai, abon dan pupuk organik. Gelondong mete dikupas untuk memperoleh kacang mete dan kulit gelondong dipres mengeluarkan minyak CNSL (Cashew Nut Shell Liquid), sehingga nilai ekonomi nya cukup tinggi. Cairan CNSL ini dapat digunakan dalam industri perekat, pelunak gesekan, pelapis rem dan alat perlengkapan gesek lainnya. CNSL juga dapat

digunakan untuk memperkuat karet sintetis, sebagai pelapis atau untuk menjenuhkan barang-barang dimana diperlukan sifat-sifat tahan asam. Kedudukan CNSL dalam industri tersebut dikarenakan sifat-sifat yang dimiliki yaitu mempunyai polimerisasi dan kondensasi yang tinggi serta tahan asam dan basa.

CNSL dalam industria lain dapat digunakan sebagai bahan pengawet kayu dan bambu. Dalam industri kertas atau industri tekstil, CNSL 'dipakai sebagai bahan untuk loyang tahan karat, sebagai bahan anti karat dalam ketel dan sebagai bahan dalam industri pengolahan lak dan email.

Pengembangan CNSL di Indonesia masih sangat terbatas karena belum ada industri yang menggunakan bahan baku minyak kulit mente tersebut, meskipun potensi bahan baku CNSL cukup besar. Sebagai gambaran dapat ditunjukkan, pada tahun 1990 ekspor kacang dan gelondong mente Indonesia masing-masing sebesar 1.222 dan 1.197 ton. Hal ini berarti tersedia bahan baku untuk CNSL sekitar 4.101,10 ton (sekltar 77%) yang setara dengan 615,16 ton CNSL yang dihitung pada rendemen sekitar 15% (Mulyono, E. dan Yanti, L., 1994). Jumlah tersebut belum dikonversikan dengan konsumsi kacang mente di dalam negeri. Sedangkan ekspor kacang mente Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dengan demikian posisi ketersediaan bahan baku menjadi semakin mantap dan ini merupakan aset yang belum banyak mendapat perhatian.

Dilihat dari berbagai kegunaan CNSL tersebut di atas, maka sudah dapat dipastikan bahwa CNSL mempunyai prospek pasar yang cukup cerah, baik ditinjau dari segi peluang pasar internasional maupun peluang pasar di dalam negeri, dengan harga yang cukup tinggi. Selain itu mengingat selama ini ekspor jambu mete

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan HaSJl Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 6: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Indonesia masih terbatas dalam bentuk mete gelondongan dengan harga yang relatif rendah jika dibandingkan dengan produk olahannya yaitu kurang lebih hanya 15% dari harga kacang mete, maka sebagai negara produsen mete terbesar ke-5 di dunia setelah India, Nigeria, Brazil, dan Tanzania, maka mete Indonesia masih mempunyai prospek pasar yang sangat besar apabila dikembangkan industri pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete maupun pengolahan CNSL darl kulit biji mete. Lebih jauh lagi, karena pasar mete selama lnl hanya dimonopoll oleh India sedangkan hasil olahannya mempunyai pasar yang lebih luas dan heterogen maka prospek pasar CNSL masih cukup menjanj ikan. Peluang prospek mete dapat dilihat pada Tabel I.1.

Tabel I.1. Peluang Prospek Mete

PE LU ANG

TAHUN PRODUKSI EKSPOR KONSUMSI PERMINTAAN PASAR

(1) (2) (3) (4) (5)

2007 137.690 83.646 92.086 175.732 38.042

2008 145.729 63.841 97.542 161.383 15.654

2009 151.776 70.222 101.435 171.657 19.881

2010 162.434 75.800 108.468 184.268 21.834 '

Growth 8,24% (2,6 %) 5,46 % 2,84%

Apabila produksinya cukup maka dua diversifikasi vertikal dapat dikembangkan yaitu pabrik kacang mete dan pabrik penyulingan minyak CNSL. Pada saat ini, produk yang diperolah dari buah jambu mete masih terbatas pada pengolahan buah sejati (mete gelondong) menjadi kacang mete yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor. Biji kacang mete ini rasanya gurih sering digunakan untuk camilan/snak dan teman minum di hotel-hotel berbintang. Harga kacang mete mentah saat ini dapat mencapai Rp. 45.000,-/kg, sedangkan kacang mete goreng harganya saat ini dapat mencapai Rp. 80.000,-/kg, sementara harga mete gelondongannya hanya sekitar Rp. 6.000,-/kg.

Sementara harga kacang mete tidak selalu sama pada tiap daerah sentra produksi. Di sentra produksi Wonogiri sebesar Rp. 35.000 - Rp 45.000,-/kg tergantung kualitas. Di daerah sentra prodksi Madura dan Jawa Timur seharga Rp. 40.000,- - Rp. 45.000,-/kg, Di Lombok Dompu dan NTT sekitar Rp. 30.000,- 45.000,-

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 7: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

/kg dan di Sulawesi Tenggara Rp. 30.000,- - Rp. 40.000,-/kg. Sedangkan harga CNSL Rp. 250.000 - Rp. 300.000/ drum. Informasi pasar dan market inteligent diperoleh langsung dari sumber UD. Sari Indah" yang berlokasi di Sedran, Sambirejo, Jatisrono, Wonogiri.

Ada beberapa alasan mengapa negara produsen utama jambu mete lebih suka mengolah jambu metenya di dalam negeri dan mengekspor produk olahannya yaitu kacang mete dan cairan CNSL dari pada mengekspor mete dalam bentuk mete gelondongan, antara lain yaitu :

a) MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA

Pengolahan mete merupakan industri yang sifatnya labour intensif (memerlukan banyak tenaga kerja), sekalipun untuk pabrik yang dijalankan secara mekanik misalnya untuk pabrik dengan kapasitas 10.000 ton diperlukan tenaga kerja sekitar 700 - 1.000 orang. Jadi nyata bahwa pengolahan mete secara langsung dapat menciptakan lapangan kerja dalam jumlah yang besar.

b). PENINGKATAN NILAI TAMBAH (VALUE ADDED PREMIUM)

Sebagai contoh kurang labih 3,5 ton mete gelondongan dapat menghasilkan 1 ton kacang mete dan kurang lebih 315 kg CNSL. Net ekspor Value untuk 3,5 ton mete gelondongan dengan harga FOB US$ 750/ton = US$ 2625,

sedangkan harga ekspor kacang mete US$ 5.000/ton ditambah US$ 125 untuk CNSL. Dengan demikian nilai tambah dari pengolahan gelondong mete menjadi kacang mete dan CNSL kurang lebih adalah 96% lebih tinggi, sehingga penghasilan devisa negara dari mete juga akan meningkat sebesar kurang lebih 96%.

c), EFEK MULTI PLIER

Efek multiplier dari pengolahan mete antara lain adalah menyediakan lapangan

kerja dalam jumlah besar, peningkatan devisa ne9ara serta peningkatan nilai tambahan. Pengolahan mete juga dapat menciptakan industri dasar di pedesaan serta dapat menjadikan negara yang bersangkutan sebagai eksportir dari produk olahan (mete dan CNSL) dengan pasar yang lebih luas dan heterogen dari pada sebagai eksportir mete gelondongan yang hanya bergantung kepada satu negara importir (India).

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 8: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

2. POTENSI AGROINDUSTRI PENGOLAHAN METE

Prociuk jambu mete sebagian besar masih berupa produk primer dan sekitar 46% diekspor. Semenjak tahun 1994-2007 pertumbuhan areal tanaman jambu mete terus menlngkat, dengan rata-rata perkembangan 3,5 persen per tahunnya. Perkembangan produksi komoditas mete di Provlnsi Sentra Produksi dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel I.2. Perkembangan Produksi Komoditas Mete di Provinsi Sentra Produksi Tahun 2006-2009

PRODUKSI (Ton) NO SENTRA

' 2006 2007 2008 2009

1. Jawa Tengah 5.742 6.136 6.553 6.975

2. DIY 746 927 1.044 1.409

3 Jawa Timur 11.867 12.731 13.659 14654

4. Bali 3.340 4.055 4.798 5.590

5. NTB 15.246 15.767 16.339 18.039

6. NTT 28.690 31.772 34.693 37.462

7. Sulsel 25.532 25.928 27.928 26.561

8. Sulteng 4.821 5.186 5.603 6.069

9. Sultra 35.223 35.188 35.112 35.017

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan

Volume ekspor gelondong mete Indonesia pada tahun 2007 mencapai 50.385 ton dengan nilai US$ 1.213 juta dan dalam bentuk kacang mete 1.332 ton dengan nilai US$ 3.97 juta. Perkembangan volume ekspor mete di Provinsi Sentra Produksi dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 9: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Tabel I.3. Perkembangan Volume Ekspor Mete di Provinsi Sentra Produksi Tahun 2006-2009

PRODUKSI {Ton) NO SENTRA

2006 2007 2008 2009

1. Jawa Tengah 1.895 2.025 2.162 2.302

2. DIY 246 306 345 465

3 Jawa Timur 3.916 4.201 4.507 4.836

4. Bali 1.102 1.338 1.583 1.845

5. NTB 5.031 5.203 5.392 5.953

6. NTT 9.468 10.485 11.449 12.362

7. Sulsel 8.426 8.556 9.216 8.765

8. Sulteng 1.591 1.711 1.849 2.003

9. Sultra 11.624 11.612 11.587 11.556

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan

Prociuk utama dari tanaman jambu mete ialah biji gelondong kacang mete dengan hasil samping berupa buah semu dan kulit biji mete. Kulit biji jambu mete mengandung CNSL (cashew nut shell liquid). Sementara buah semu jambu mete sangat bermanfaat dan mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Buah semu jambu mete dapat diolah menjadi sari buah, anggur, cuka, selai, abon, nata de cashew, dsb.

CNSL belum banyak dikenal di masyarakat luas, CNSL merupakan sumber fenolat alami yang sangat berpotensi sebagai pengganti sumber fenol berbasis fosil. Pemanfaatan CNSL di Indonesia belum dilakukan secara maksimum karena kurangnya penerapan teknologi, baik pada teknik pengolahan kulit biji menjadi CNSL maupun pada teknik pengolahan CNSL menjadi bahan baku seperti untuk cat, vernis, dan sepatu rem. Sementara itu, kebutuhan cat dan impor rem di Indonesia semakin meningkat. Hal ini merupakan tantangan bagi petani dan industri pengolahan hasil untuk mengolahnya menjadi produk-produk sekunder dan final sesuai permintaan pasar yang bernilai tinggi.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan {Mete dan Atsiri)

Page 10: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Informasi skema Rendemen mete ke bagian-bagian yang masih bernilai ekonomi sebagai berikut :

BUAHSEMU

77-82%

METE

~ GELONDONG

18-2t.

BUAHSEMU • ANGGUR • SIRUP

SELA! • JUICE

~-A_M_P_A_s_~H MAK.AN AN TERN AK

KU LIT BUI

KC. METE

CNSL (25%)

BATANG(7%)

AMPAS (68%)

• BAHANCAT • MINY .AK REM • PERNIS

INDUSTRI BAN • BARAN

KANVASREM

BARAN BAK.AR PARI'EKEL

BOARD

Gambar I.1. Nilai Ekonomi Buah Mete

Sampai dengan saat ini buah semu serta kulit jambu mete yang merupakan bahan baku pembuatan CNSL belum dimanfaatkan dengan baik, hal ini dikarenakan beberapa aspek diantaranya :

1) Belum tersebarluaskannya teknologi pengolahan 2) Sari buah dari buah mete masih belum menyaingi sari buahlainnya seperti jeruk,

mangga, dan lain sebagainya 3) Kacang mete dengan harga kacang mete relatif stabil, bahkan cenderung naik,

sehingga diversiflkasi produk belum dapat diterapkan.

Kondisi kacang mete yang dihasilkan masih memberi peluang Indonesia dapat lebih berperan lagl dalam memasok pasar mete dunla. Selaln pentlngnya program peningkatan produktivitas tanaman, upaya untuk memperoleh nilai tambah juga harus direncanakan secara balk.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 11: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

2.1. PERTANAMAN

2.1.1. SIFAT TANAMAN JAMBU METE

o Tumbuh pada ketinggian 1 - 1.200 m dpl.

o Umur tanam mencapai ± 30 th, dengan ketinggian mencapai 10 - 12 m

o Perakarannya sangat ekstensif dan peka terhadap genangan air (keadaan anaerob), sehingga harus dibuat drainase.

o Pertumbuhan akar tunggangnya dominan dan dapat mencapai ± 9 m, secara bertahap akar tunggang akan berkurang, akar lateral (± 4,5 m) yang akan lebih menonjol.

o Tanaman tidak menyukai naungan, bunga-bunga terbentuk pada permukaan tajuk dan hanya bunga-bunga yang mendapat intensitas sinar matahari yang cukup, sehingga dapat berkembang menjadi buah yang baik.

2.1.2. CIRI-CIRI BUAH METE YANG SUDAH TUA

o Warna kulit buah semu menjadi kuning, orange, atau merah tergantung pada jenisnya,

o Ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati

o Tekstur daging buah semu lunak, rasanya asam agak manis, berair dan aroma buahnya mirip stroberi

o Warna kulit bijinya menjadi putih ke abu-abuan dan mengikat

Gambar I.2. Jambu Mete

r .. Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 12: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

2.1.3. PENINGKATKAN NILAI TAMBAH:

o Pelaksanaan pengolahan secara anjuran, berupa penjemuran, sortasi gelondong yang sehat dan bernas, kacipasi dengan model kacip MM-99 atau mesin industri pengacipan, penyaringan, pengupasan kulit ari, penjemuran kacang dan pemakingan.

o Peningkatan nilai tambah melalui pemanfaatan hasil samping, diversifikasi buah semu, menproduksi CNSL dari kulit gelondong dan lain-lainnya.

2.2. PENGOLAHAN HASIL

Buah jambu mete dapat dibuat untuk berbagai produk komersial, baik untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Prociuk utama buah jambu mete adalah :

1. gelondong mete;

2. minyak laka atau CNSL yang terdapat pada kulit gelondong mete dengan kandungan antara 20-25%; dan

3. buah semu, yang sebenarnya merupakan tangkai buah yang mengalami deformasl mebentuk semacam buah.

Tahap-tahap pengolahan mete yang umum dilakukan petani dan industri pengolahan mete adalah sebagai berikut :

2.2.1. PENGOLAHAN GELONDONG METE

Sampai saat ini, bagian buah semu jambu mete yang memiliki nilai komersial paling tinggi adalah gelondong mete dimana didalamnya terdapat kacang mete. Setelah dipisahkan dari buah semunya, gelondong mete segera diproses lebih lanjut melalui tahap-tahap pengeringan, sortasi, pengupasan kulit, pembersihan kacang dan pengolahan kacang. Adapun tahapan pengolahan gelondong mete adalah sebagai berikut :

1) PEMISAHAN GELONDONG

o Gelondong dipisahkan dari buah semu

o Pisah antara gelondong yang kulitnya mengkilat dan tidak keriput

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 13: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

o Pisahkan antara gelondong yang besar dan kecil.

2) PENGERINGAN

o Gelondong yang telah disortasi segera dikeringkan dengan cara dijemur di

bawah sinar matahari langsung diatas tanah-/lantai (dalam jumlah kecil, petani kadang-kadang menjemur gelondong mete diatas para-para)

o Lamanya penjemuran biasanya berlangsung selama 2 - 3 hari, hingga kadar airnya tinggal 6-7%.

3) PENYIMPANAN

o Setelah dijemur, gelondong mete diangin-anginkan selama 24 jam,

o Penyimpanan sementara dalam karung atau gudang sebelum dikupas/dikacip atau dijual langsung ke pedagang.

o Penyimpanan dapat dilakukan di gudang penyimpanan karung-karung tersebut sebaiknya diberi alas papan kayu yang diganjal balok/ bata merah sehingga ada ruang kosong (udara) sebagai isolator kadar air gelondong mete tetap rendah.

4) PENGUPASAN

Dikenal dua pra perlakuan sebelum gelondong mete dikupas atau dikacip,

yaitu:

o Proses dingin, dimana gelondong mete langsung dikupas tanpa melalui pemanasan. Cara pengupasan banyak dilakukan petani/buruh pengolah di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.

o Proses Panas, dimana sebelum dikacip gelondong mete diberi perlakuan pemanasan di atas suhu lingkungan, dengan tujuan untuk mengeluarkan CNSL dari kulitnya dan mengurangi sifat korosif. Pemanasan dilakukan dengan uap air melalui pengukusan pada suhu 100° C selama 30-60 menit. Proses lnl menjadlkan bljl berkerut dan lentur sehingga mudah dikupas dan kacang mete yang dihasilkan tidak terkontaminasi CNSL.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri) l

Page 14: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Gambar I.3. Biji Mete Setelah Dikupas

5}. ALAT MESIN PENGOLAHAN GELONDONG METE

Alat mesin yang digunakan antara lain seperti yang disajikan pada tabel

berlkut:

Tabel I.4. Spesifikasi Alat Penanganan Pasca Panen Mete

NO SPESIFIKASI UKURAN

1 Pengering Oven Kapasitas SO - 100 Kg

2 Kacip model MM - 99 Kapasitas 32 Kg gelondong / hari

3 Alat pengupas kulit ari -

4 Mesin Vakum packer type MVS 45 5 -10 Kg

5 Pengolah CNSl Kapasitas 50-100 kg

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 15: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Gambar I.4. Contoh Alat Pengupas Biji Mete

Tabel I.5. Spesiflkasi Alat Pengolahan Mete Menjadi CNSL

NO SPESIFIKASI UKURAN

ALATPRESS

1 Mesin press Screw Conveyor 36 kg/jam

2 Screw press 100-200 kg/batch

3 Oil Expeller 40 kg/jam

4 Press hidraulic Kekuatan 30 ton

METODA PELARUTAN

1 Alat refluks -2 Mesin destilasi 130 kg/batch

3 Rotary evaporator -

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 16: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Rotary Evaporator Mesin destilasi

Screw Expeller Screw Expeller

Gambar I.S. Mesin-mesin Pengolahan Biji Mete Menjadi CNSL

2.2.2. PENGOLAHAN CASHEW NUT SHELL LIQUID {CNSL)

Proses pengolahan CNSL tidak dapat dipisahkan dari pengolahan gelondong mete karena hasil samping proses tersebut. Pengolahan ekstraksi CNSL, meliputi metode penggorengan, pengempaan, dan ekstraksi dengan pelarut. CNSL dari ketiga

metode ini dianalisis rendemen, sifat fisiko-kimia, dan mutunya. Hasil ekstraksi terbaik didapat dengan metode pengempaan yang dilakukan pada suhu 125°C dan tekanan 200 kg/cm2 selama 15 menit. Metode ini menghasilkan rendemen 19 .6%

dengan viskositas 540 cP, bobot jenis 1.0099, kadar bahan atsiri 0.311%, bilangan asam 84.24, bilangan penyabunan 121.38, dan bilangan iodin 109.30.

CNSL dibuat vernis dengan menambahkan formaldehida dan bahan pengering. Hal ini dimungkinkan karena CNSL mengalami polimerisasi ketika kontak

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Perkebunan {Mete dan Atsiri)

Page 17: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

dengan oksigen bebas membentuk lapisan yang tipis, keras, dan kering. Prociuk terbaik diperoleh dari perlakuan pemberian bahan pengering Mn02 5% dan nisbah formaldehida terhadap CNSL 0.6: 1 yang ditunjukkan dengan waktu kering selama 3 jam dan bobot jenis 0.8300 g/ml.

Pembuatan komponen pelunak gesekan sepatu rem dengan cara mempolimerisasi CNSL dengan formaldehida pada kondisi asam dan basa. Polimer yang dihasilkan memenuhi standar ASTM D 494-46 untuk komponen pelunak gesekan sepatu rem dan dihasilkan dari reaksi antara formaldehida dan CNSL pada kondisi basa dengan nisbah mol 0.9:1 pada berbagai komposisi penambahan heksametilena tetraamina (7.5, 10.0, 12.5, dan 15%).

' Adapun tahapan Proses Pengolahan CNSL di uraikan bagaimana cara

pengeluaran (ekstraksi) CNSL yang lebih baik adalah proses minyak panas (hot-oil process) . Pada proses ini gelondong mete dilewatkan kedalam CNSL pada suhu 180-190 C, pada konveyor sabuk yang bergerak dengan kecepatan 3 m per menit. Proses ini hanya menghasilkan 50% total CNSL. Sebagian CNSL yang tertinggal pada kulit gelondong (setelah dikupas) diproses lebih lanjut melalui :

1) PENGEMPAAN

---

Dengan menggunakan kempa berulir hampir semua CNSL yang tersisa pada kulit dapat dikeluarkan. Hanya 5% dari berat masih tertinggal dalam bungkil kulit mete. Salah satunya adalah menggunakan mesin press screw conveyor. Berikut ini adalah alur proses ekstraksi CNSL dengen metode pengempaan :

Ku lit Jambu

Sinar matahari

r-- - - -- - - ------ - --- ----- -------- -- ----------------------------- ,

PROSES YANG TERJADJ DALAM

MES IN

' '

Corong Proses

CNSL

Ruang screw conveyor

Proses perputaran : an penghancuran !

Rumah Peras

Lu bang pengeluaran

' '

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Perkebunan {Mete dan Atsiri)

Page 18: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

67

66 68 69 72 74

,..,..,.-11

f.,9.2

Gambar 1.6. Mesin Press Screw Conveyor

Kelebihan dari mesin ekstraksi ini adalah dapat mengoptimalkan

rendemen minyak CNSL yang dihasilkan dengan waktu proses yang lebih singkat. Cara Kerja Screw conveyor sebagai poros utama digerakkan oleh motor listrik untuk menghancurkan dan mengalirkan kulit mete yang dimasukkan melalui corong. Kulit mete bergeser mengikuti putaran screw di dalam rumah peras yang diujungnya berfungsi sebagai pengepres. Kemudian kulit mete akan terdorong dan hancur. Minyak CNSL akan keluar dari lubang keluaran sedangkan ampas akan keluar dari lubang yang lain dengan bantuan alat kontrol (pegas tekan) atau dapat juga menggunakan kempa berulir hampir semua CNSL yang tersisa pada kulit dapat dikeluarkan. Hanya 5% dari berat masih tertinggal dalam bungkil kulit mete

2) PEMANASAN SEDERHANA

Pemanasan langsung kulit gelondong, sisa CNSL akan mengalir keluar.

3) PEMANASAN UAP

Kulit gelondong dipanaskan dalam uap lewat jenuh, dan CNSL yang keluar dipisahkan dari air yang mengembun. Cairan CNSL yang dihasilkan dengan cara ini berbeda dengan yang diperdagangkan dan dijual sebagai cardinal.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 19: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

4) EKSTRAKSI PELARUT

Kulit gelondong mete diekstrak dengan suatu pelarut (heksan). Cara ini agak rumit tetapi sangat efisien sehingga CNSL yang tertinggal sekitar 1 % didalam kult gelondong. Berikut ini adalah cara ektraksi minyak CNSL menggunakan metode pelarut :

,,..,,..,----·----(' Kulit Jambu Mete

Sinar matahari

Pengeringan

Hammer Mill

Pengecilan Uk:uran

40°C, 6 jam

Pelarut heksan­etanol

Perbandin!!an 3: 1

Alat Refluks

------MinyakCNSL Rendemen 33-

60°C Destilasi

Rotary evaporator

vakum

Gambar I.7. Cara Ektraksi Minyak CNSL Menggunakan Metode Pelarut

Keuntungan ekstraksi minyak mete menggunakan pelarut adalah rendemen yang lebih besar dan sifat fisiko kimia yang lebih baik (mutu lebih baik), namun kesulitannya adalah proses yang lebih rumit dibandingkan dengan metode pengepresan.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 20: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

1

1 To vacuum pump 2 Outlet stopcock 3 Distillate receiver 4 Liquid nitrogen cold trap 5 Inlet stopcock 6 Pressure gauge

12

1 Heating tape 8 Rotovap 9 Control dial

10 Distillation f I ask 11 Thermometer 12 Heated oil bath

Gambar I.8. Alat Destllasl Mlnyak CNSL

5) PEMURNIAN

CNSL yang dihasilkan baik dengan cara pengempaan maupun pelarutan ( ekstraksi) disaring dan dipanaskan supaya terjadi dekarboksilasi untuk menghilangkan C02 atau Kul it gelondong mete diekstrak dengan suatu pelarut (heksan). Cara ini agak rumit tetapi sangat efisien sehingga CNSL yang tertinggal sekitar 1 % didalam kulit gelondong.

6) PENGEMASAN

CNSL dikemas dalam drum besi yang tidak mudah karat. Dalam pengisian, tinggalkan ruang udara kosong antara 3.5-4 cm dari dinding drum bagian atas.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 21: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

7) PEMANFAATAN

CNSL dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti sumber monomer alami, penolak air, pelumas, pelapis permukaan, bahan tahan gesekan, perekat, anti serangga dan pengawet kayu serta jaring ikan dll.

~-~tell*

Pe1111msan

i

BIJI METE GELONDONGAN

PENGUPASAN KULIT/ GflONDONGAN METE

PEN GU MPULAN KU LIT/ GELONDONGAN METE '~

PROSES EKSTRAKSI KULIT GELONDONG METE

~-l

~tell* 1'81!EOl'm~D ~tell* 1'81oom1B11n ~

~tell*

U9ll C $W.6 ~'Enill f 1110011esan EkstraksiiEPelarul

Cairan Kulit Biji Mete (Cashew Nut Shell LlquicVCNSL)

./ &fldn <11ti k~ ()o"(}a IO}w;; ./ &f1<1n p~I\~ ~:3!</ d<11 OOrrbu

./ &fldn in..~ri pffr.bu~ ~. pttnis, pmM dan p~~ ff!(/ ./ &fldn p~~'ts dan pflID."k gesfkan pd'Ja kamas (ff(/ kenJaraan

Gambar 1.9. Bagan Diagram Alir Pengolahan CNSL

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 22: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Alur pengepresan ku lit mente menjadi CNSL ditunjukan dalam urutan gambar berikut :

Alat pengepres biji mete Kulit mete siap dipres

Pemasukan bahan baku pada alat pres Keluaran dari CNSL

Ampas hasil pengepresan Contoh pengolahan minyak & kampas rem

Gambar 1.10. Rangkaian Pengolahan CNSL dari Mete

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 23: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

8) KARAKTERISTIK DAN SYARAT MUTU

Syarat mutu pada tabel di bawah ini dapat menjadi acuan dalam proses pengolahan CNSL.

Tabel 1.6. Sifat fisik dan kimia CNSL

CNSL Hasil SyaratMutu ekstraksi CNSL Teknis CNSL Komersial

pelarut

Bobet jenis pada 0.9958 - 0.9998 0.92- 0.98 0.9650 suhu 25°C ca

Viskositas pada 400 355 355 suhu 25°C (cP)a

Kadar bahan 8 - 12 2 2 menguap (%)°

Bilangan asam c 104 - 110 8 - 20 8-20

Bllangan lod c (cara 220 - 230 220 - 270 220- 270

Wijs, 1 jam)

Bilangan 106 - 118 18 - 30 18-30 penyabunan c

Warna - Co kl at Coklat

Sumber : Indian standard Institution (IS) : 840-1972

2.2.3. PEMANFAATAN BUAH SEMU JAMBU METE

Buah semu jambu mete kaya akan vitamin C (147-372 mg/lOOgr), vitamin Bl, B2, Niasin serta asam amino, sehingga sangat potensial untuk diolah menjadi berbagai makanan dan minuman, seperti sari buah, selai, jelli, sirop, cuka, abon, minuman beralkohol (anggur) dan manisan. Sejauh ini buah semu mete belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam jumlah terbatas, buah semu dimakan langsung atau di jual dalam bentuk buah segar di pasar-pasar lokal.

Kurangnya pemanfaatan buah semu mete mungkin disebabkan oleh rasa

sepat dan gatal. Kendala ini sebenarnya mudah diatasi dengan memberikan

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 24: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

perlakuan tambahan sederhana, seperti pengukusan, pendinginan dan perendaman dengan larutan garam.

Contoh pemanfaatan buah semu jambu mete selanjutnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.7. Prociuk Olahan Buah Semu Jambu Mete

NO BAHAN OLAH JENIS PRODUK

1 Sari Buah • Sari buah jernih • Cuka makan

• Sari buah keruh • Jell

• Sari buah dengan C02 • Sari buah pekat

• Minuman beralkohol (anggur) • Nata de cashew

2 Buah Semu • Selai • Manisan kering

• Pasta Buah • Acar dan asinan

• Buah kaleng dalam sirup • Sirup sari buah

• Manisan basah

3 Am pas Sisa Perasan • Lauk Pauk (Abon) Sari Buah • Makanan ternak

• Pupuk

Buah semu yang terdapat pada tanaman jambu mete dapat dimanfaatkan sebagai :

1) Pakan ternak dengan komposisi 30% buah semu jambu mete memberikan konversi pakan terbaik dan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap konsumsi bahan kering ransum, perbedaan bobot badan dan koefisien cerna bahan kering serta terhadap konversi makanannya.

2) Buah semu jambu mete kering sebanyak 10% dalam konsentrat, dapat digunakan sebagai pengganti bungkil kacang tanah dan jagung untuk pakan sapi perah dan ayam.

3) Pakan ternak dari buah semu dapat memenuhi sebagian kebutuhan karbohidrat, protein dan mineral pada ransum makanan ternak.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 25: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

1) PROSES PEMBUATAN SARI BUAH

Proses pembuatan sari buah berbahan baku buah semu adalah sebagai berikut:

1) Pilih buah semu segar/ masak, kupas kulitnya, cuci dan potong kecil-kecil. Hancurkan dengan blender dan tambah sedikit air dengan perbandingan 1:3.

2) Larutan encer yang sudah disaring/ jernih panaskan kedalam panci tertutup, diaduk perlahan lahan sampai mendidih, kemudian tambahkan beberapa bahan dibawah ini :

• Gula (10 - 14%)

• Albumin/putih telur (0,1 %)

• Asam Sitrat (0,14 %)

• Na Sorbat (maksimum : 600 mg/It)

Kemudian, biarkan diatas api selama 10 menit. Dinginkan dan diamkan semalam.

3) Selanjutnya, larutan tersebut disaring dengan mengunakan kain, dan endapan dibuang/disimpan untuk diproses selanjutnya menjadi produk olahan lainnya.

4) Sterllkan cup/botol dan tutupnya, rebus dalam air mendldih selama 10 men it.

5) Larutan sari buah masukan dalam cup/botol, tutup rapat dan dinginkan (dinginkan/rendam dalam air bersih).

6) Gunakan label pada setiap kemasan sebagai informasijpromosi produk tersebut (tanggal kadaluarsa, keterangan halal dan nomor SPIRIT /departemen perindustrian/BPOM).

7) Penyimpanan, distribusi dan pemasaran produk.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan {Mete dan Atsiri)

Page 26: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Bu.ah Senm Segar

Pencucian

Pengu.pa.san

Pemana.s.an + Penamabahan(~ A~ As. Sitra:t~N a

So:rbat)

Penyaringan

Pembotolan

p a.steurisa.si

Penge:ma.san

Gambar I.11. Bagan Diagram Alir Proses Pengolahan Sari Buah Mete

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasi! Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 27: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

2) ALAT MESIN

Alat mesin pengolahan sari buah semu mete yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut diatas antara lain :

1) Mesin blanching

2) Mesin blender

3) Mesin pemasak

4) Mesin penyaring (screener)

5) Mesin Pasteurisasi

6) Mesin Cup Sealer/Mesin Seal Cup (Penutup botol)

7) Mesin Evaporator

3) BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM) D~N BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP)

a. BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM)

a) Gula Pasir

Fungsi gula dalam pembuatan sari buah slrup, selal dan manisan adalah untuk memberikan rasa manis dan sebagai sumber kalori. Gula pasir yang bermutu baik mengacu pada syarat mutu SNI 01-3140-2001 "gula kristal putih", putih/jernih dan tidak berwarna dan tidak berbau.

b) Air

Air digunakan untuk mencuci buah, pengenceran, pembuatan larutan gula dan sebagainya. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum dan air bersih sesuai standar Permenkes RI, No. 416/MENKES/ PERK/ IX/90, air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tldak berbau dan tidak mengandung zat yang membahayakan.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 28: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

b. BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP}

Tujuan bahan tambahan pangan adalah memperbaiki tekstur, rasa, penampakan, kekentalan dan pengawetan. Penggunaan bahan-bahan tersebut baik jenis maupun jumlahnya harus memenuhi persyaratan yang direkomendasikan. Persyaratan bahan tambahan pangan mengacu pada SNI 01-0222-1995, bahan tambahan makanan yang ditambahkan dalam pembuatan makanan siap saji adalah : Pektin (maks, penggunaan 0,05%), atau Gum Arab (maks, 0,05%), atau CMC/carboxy Methyl Cellulose (maks, 0,15%)

Sementara untuk bahan tambahan pangan lainnya yang sering digunakan antara lain :

a) Bahan pengawet

o Sodium benzoat (maks, 0,1%), atau

o Portasium sorbat (maks, 0,1 %), atau

o Paraamino benzoat/paraben (maks, 0,1 %)

b) Bahan pengatur keasaman pH barus di bawah 4, dengan menambahkan asam sitrat atau fumarat secukupnya.

c) Bahan penguat citra rasa garam beryodium secukupnya (SNI 01-3556-2000)

Tabel I.8. SNI 01-3140-2001 "gula kristal putih"

NO KRITERIA UJI SATUAN PERSYARATAN

1. Polarisasi oz Min, 99,50

2. Wama kristal CT 5-10

3. Susut pengeringan (basis basah) %, b/b Maks. 0,15

4. Warna larutan IU Maks, 300

5. Abu Konduktiviti %, b/b Maks, 0,15

6. Besar Jenis butir mm 0,8 - 1,2

7. Belerang dioksida (502) Mg/kg Maks, 70

8. Timbal (Pb) Mg/kg Maks, 2,0

9. Arsen (As) Mg/kg Maks, 1,0

10. Tembaga (Cu) Mg/kg Maks, 2,0

Keterangan : Z = Zuiker (sukrosa); IU = Icumsa Unit; CT = Color Type

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 29: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

4) TITIK KRITIS PADA PROSES PENGOLAHAN

o Pemilihan komoditas olahan yang matang penuh, masih segar, tidak rusakjcacat dan tidak busuk.

o Pemilihan bahan baku yang telah dipilih, dicuci dengan mengunakan air bersih yang mengalir, kemudian ditiriskan dalam keranjang plastic.

o Penambahan larutan gula dengan formLllasi larutan gula 70%, perbandingan air dan gula = 1 : 2,

o Penambahan bahan penstabilan dengan cara bahan penstabilan dilarutkan didalam air panas terlebih dahulu .

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasi/ Perkebunan {Mete dan Atsiri)

Page 30: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penanganan Pascapanen, Bogor. 2008. Teknologi PENGOLAHAN CASHEW NUT SHELL LIQUID (CNSL). Departemen Pertanian.

BSN, 2008. SNI Gula Kristal Putih. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta

BSN, 2008. SNI Air Mineral. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

Balai Besar Penanganan Pascapanen, Bogor. 2009. Teknologi Pengembangan CNSL. Departemen Pertanian.

Ditjen Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2006 - 2008, Mete. Departemen Pertanian, Jakarta.

Ditjen PPHP, 2007. Teknologi Buah Mete. Departemen Pertanian, Jakarta

http://paknekwulan.wordpress.com/2009/01/03

http://www.dcmsme.gov.in/publications/pmryprof/food/ch4.pdf

IN. Simpen, 2008. Isolasi CASHEW NUT SHELL LIQUID (CNSL) Dari Kulit Biji Jambu Mete. (anacardium occidentale L) Dan Kaj ian Beberapa Sifat Fisiko Kimianya. Universitas Udayana, Bali.

Mulyono, Edy. 2009. Pengembangan CASHEW NUT SHELL LIQUID (t:NSL). Balai Besar Penanganan Pascapanen, Departemen Pertanian.

Setyono, Irwan Tri. 2009. Perancangan Ulang Mesin Peras Biji Kulit Mete. ITB Central Library.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 31: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

1. LATAR BELAKANG

Minyak atsiri Dikenal dengan nama minyak eteris, minyak terbang (essential oil, volatil oi~, yang dihasilkan dari bagian tanaman (daun, bunga, buah/biji, batang, kuli t batang, akar). Minyak atsiri adalah produk natural organik dan non organik

yang dapat dlperoleh dengan cara menyulng tanaman, balk dalam bentuk, daun, buah, biji, akar, kulit, batang dan bunga. Minyak atsiri cukup potensial

dikembangkan di Indonesia dan telah menjadi andalan ekspor Indonesia untuk

mendapatkan devisa . Perolehan devlsa darl ekspor mlnyak atslrl memberlkan kontrlbusl yang cukup berartl bagl perekonomlan naslonal.

Minyak atsiri yang die.kspor Indonesia sebagian besar masih dalam bentuk minyak atsiri kasar belum dalam bentuk isolat atau derivatnya, padahal nilai tambah

yang cukup tinggi terdapat pada pengolahan minyak atsiri kasar menjadi derivat

atau produk seperti kosmetik, bahan makanan, parfum atau bentuk olahan lainya.

Minyak atsiri dapat digunakan secara luas sebagai bahan industri dalam bentuk asllnya maupun dalam bentuk derlvatnya. Beberapa lndustrl yang menggunakan minyak atsiri adalah industri kosmetik, industri makanan dan minuman (sebagai

penyedap atau penambah cita rasa), industri parfum (sebagai pewangi dan fixative bau wangl), lndustrl farmasl (sebagal anti nyerl, anti infeksl, pembunuh bakteri ), industri bahan pengawet, insektisida dan aromateraphy.

Melihat trend Essential Oil pada perdagangan internasional yang cenderung meningkat ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk melirik daerah-daerah

potensi penghasil minyak atsiri. Selama ini perkembangan minyak atsiri di Indonesia

hanya berkisar antara Pulau Sumatera dan Jawa.

Era globalisasi yang dilambangkan oleh kedinamisan aktivitas dan liberalisasi perdagangan telah menyebabkan perubahan kondlsl perdagangan dunla yang semakin kompleks. Adanya aturan atau tatacara perdagangan baru yang saling

berkaitan dan saling ketergantungan antara negara menuntut masing-masing untuk

menetapkan dan menyesuaikan strategi pemasaran produknya dalam memperebutkan pangsa pasar global yang semakin terbuka.

Pembangunan perkebunan selama ini berorientasi pada usaha tani dengan sasaran utama peningkatan produksi dan kurang mengacu kepada sistem agribisnis, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan potensi yang~ dimilikinya, baik terhadap perekonomian nasional maupun khususnya bagl para petani sebagai pelaku usaha terbesar sektor ini karena tidak tercipta nilai tambah serta adanya kecenderungan harga rill produk primer yang terus menurun. Pada masa yang akan datang subsistem hili r yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan akan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena merupakan rangkaian subsistem

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri) 30

Page 32: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

agribisnis hilir yang sangat strategis terutama bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya para petani.

Kegiatan penanganan industri pengolahan hasil perkebunan, termasuk pemanfaatan produk samplng dan llmbahnya (dlverslflkasl produk) pada umumnya maslh sangat kurang. Prociuk perkebunan pada umumnya dipasarkan dalam bentuk primer (belum diolah), sehingga bernilai rendah dan rentan terhadap fluktuasi harga.

Akhlr-akhir inl ada perkembangan baru pemanfaatan minyak atsiri yaitu sebagai bahan baku dalam aromaterapy, potpourri, lilin beraroma, atomizer dan produk-produk pewangi lainnya.

Komoditas perkebunari memegang peranan terpenting diantara komoditas pertanlan lalnnya, karena hampir seluruh komoditas perkebunan yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor. Dengan demikian perubahan-perubahan yang terjadi di pasar internasional harus selalu direspon dengan perbaikan-perbaikan kinerja

komoditas tersebut dan harus disesuaikan dengan tuntutan pasar.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU MINYAK ATSIRI

1). Mutu bibit tanaman

2). Cara budidaya

3). Umur tanaman/panen

4). Cara penanganan sebelum penyulingan

5). Metode penyullngan (peralatan, teknik proses penyulingan, lama penyullngan)

6). Penanganan minyak hasil penyulingan

7). Pengemasan minyak.

2.1. ASPEK BUDIDAYA

Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa lokasi sentra produksi minyak atsiri dapat diketahui beberapa hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan minyak atsirl di masa datang (Kastaman, 2003), yaitu :

1. Perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan mulai dari jenis tanah, kesuburan tanah, topografi, ketinggian tempat dan zona klimatisasinya agar diperoleh pertumbuhan tanaman nilam yang paling balk.

Pedoman Teknls Pengembangan Agrolndustrl Pengolahan Has/I Perkebunan (Mete dan Ats/rt)

Page 33: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

2. Ada beberapa hal yang menyangkut budidaya tanaman yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut :

o Tanaman penghasil minyak atsiri umumnya dapat tumbuh baik pada tanah regosol, latosol dan aluvial.

o Bertekstur lempung berpasir atau lempung bedebu dengan pH tanah antara 6 - 7. dan tidak boleh tergenang air.

o Tanaman nilam dapat tumbuh dari mulai dataran rendah sampai ketinggian di atas 1000 m dpl, tapl akan tumbuh optimum pada ketlngglan 100 m s/d 400 m dpl, suhu yang paling cocok untuk tanaman nilam adalah sekitar

18°C s/d 27°C, dengan kelembaban 60 s/d 70%.

o Tanaman nilam membutuhkan curah hujan yang cukup tinggi antara 2300 s/d 3000 mm/tahun.

Pemilihan Bibit untuk bahan untuk stek yang baik dengan persyaratan sebagai berikut :

o Tanaman induk telah berumur 6 - 12 bulan dan bebas dari hama penyakit

o Pemotongan stek dilakukan pada pagi hari menggunakan pisau yang steril dengan panjang sekltar 20·30 cm serta mempunyal 3·4 mat:a tunas

o Cara pemotongan meruncing tepat di bawah atau di atas buku.

o Segera dilakukan penyemaian sebab tanaman cepat layu

o Sebagai contoh, untuk tanaman nilam kebutuhan satu hektar diperlukan antara 40.000 s/d 50.000 stek

3. Pemilihan atau seleksi bibit yang baik dan seragam kemudian diadaptasikan secara intensif untuk memberikan hasil rendemen minyak yang semaksimal mungkin.

2.2. METODE PENYUUNGAN

Perhatikan model rancangan unit destilasi terutama pada bagian pemindah panas dan bahan tangki destilasinya agar tidak mengurangi mutu minyak yang dihasilkan. Sistem pemanasan untuk proses disti lasi minyak yang tidak terpusat biasanya akan menyebabkan mutu minyak tidak akan seragam. Hal ini terjadi karena perambatan panas pada ketel distilasi tidak merata (pada ketel yang pertama akan lebih panas daripada ketel yang terakhir, sehingga minyak yang dihasilkan pada ketel yang pertama akan lebih coklat kehitaman karena minyak ikut terbakar / gosong atau overheating)

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Per/f,ebunan (Mete dan Atsin) 3

Page 34: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

2.3. PENANGANAN MINYAK DAN PENGEMASAN MINYAK HASIL PENYULINGAN

Mlnyak hasil dlstilasi sebaiknya ditampung pada bahan penampung dari bahan stainless untuk mencegah bahan tidak ikut larut dengan minyak yang dihasilkan dan juga bahan logam tidak ikut korosi karena adanya minyak tersebut. Sedangkan bahan pengemas minyak sebaiknya dari bahan kaca dengan warna gelap. Hal ini dimaksudkan agar minyak tidak terkena cahaya langsung yang dapat menyebabkan kualitas mlnyak menjadi menurun.

Perhatikan pula dampak lingkungan dari sisa buangan limbah hasil penyulingan. Jumlah timbunan limbah yang makin menumpuk menyebabkan dampak negatif pada tanah, tanaman, air dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena ltu perlu upaya penanganan llmbah menjadl produk samplng yang memll ikl nilal tambah signifikan.

2.4. PERALATAN PENYUUNGAN

Spesifikasi peralatan penyulingan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak yang dlhasilkan disamplng. Terdapat 2 cara penyulingan yang saat ini banyak digunakan oleh para penyuling minyak atsiri, yaitu cara penyulingan dengan air dan uap (dikukus) dan penyulingan dengan uap langsung menggunakan boiler.

Untuk penyulingan minyak nilam, akar wangl, pala dan minyak cengkeh dapat menggunakan cara dikukus atau cara uap langsung.

1). CARA DIKUKUS:

o Ketel penyuling vertical

o Pendingin bentuk tabung (coil) atau kolam (segi empat)

o Dapat diperlengkapi dengan : (a) Sistem kohobasi, (b) Ketel bahan / tal i jaring, (c) Katrol.

2). CARA UAP LANGSUNG:

o Cara uap langsung digunakan untuk produksi dalam jumlah besar

o Menggunakan ketel uap/boiler

o Bekerja pada tekanan agak tinggi

o Sebaiknya ketel penyuling lebih dari satu

o Dapat diperlengkapi dengan : (a). Ketel bahan, (b). Katrol

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 35: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

D

B

Al.At SULING CJJV. DlKlJ1'.US

A .. TlllJilw B • Tlllgki pcn)'llliDB

C • Ccrobona uap

D • Pendingin B • Pemliah minyak

F • sislem kobobasi

Gambar II.1. Alat Suling Minyak Atsiri Cara Dikukus

Keterangan :

o Sistem kohobasi adalah pengembalian air destilat yang sudah terpisah dari minyak kedalam ketel suling. Tujuannya untuk menghemat air dan panas.

o Ketel bahan adalah ketel untuk memuat bahan, diletakkan didalam ketel, terbuat dari SS, bagian bawahnya berlubang-lubang. Ketel bahan dapat diganti dengan jaring yang terbuat dari tali/benang besar. Ketel bahan atau jaring dimaksudkan untuk memudahkan memasukan atau mengeluarkan bahan.

o Katrol untuk memudahkan naik turun bagan.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 36: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

l l

' l t D I

II n I .. II ..

11 .. II .. II .. I II '

l l TIPECOIL

TIPE MULTITUBUlAR

TIPE SEGI EMPAT

Gambar II.2. Plpa Pendlngln

Gambar II.3. Alat Penampung/Pemisah Minyak

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri}

Page 37: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Tabel II.1. Spesifikasi Proses Penyulingan Minyak Nilam, Akarwangi, Pala, Cengkeh

SPEK NI LAM AKARWANGI BIJI PALA CE NG KEH

Bahan Untuk daun, gagang dan

SS SS bunga cengkeh

Konstruksi Tipe Silinder Silinder SS ~

Posisi leher angsa Samping samping Silinder

Sistim distilasi Uaplangsung Uap langsung Uaplangsung

Volume efektif ketel 1500 liter 4000 liter 1500 liter

Kapasitas 150 kg daun nil am 400 kg akar

kering wangi (dicuci, 450 kg biji pala kering, tanpa

bonggol)

Tekanan operasi O - 1,5 kg/cm2 0- 3 kg/cm2

0,5-1,0 kg/cm2

Gambar II.4. Contoh Alat Penyuling Minyak Atsiri

Keterangan Gambar :

1 : Tungku bahan bakar

2 : Ketel Suling

3: Pipa

4 : Kondensor

5 : Alat Kohobasi

6 : Tutup Ketel

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

berbeda

Page 38: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Tabel II.2. Spesifikasi Umum Alat Penyuling Minyak Atsiri.

TIPE DN-50 DN-100

Kapasitas 50 kg/proses 100 kg/proses

Dlmensl Boiler/ Steamer diameter 55 cm, tlnggl 120 cm Diameter 180 cm, tinggi

120 cm

Bahan Boiler/ Steamer Plat Besl tebal 3 - 4 mm Plat Besl tebal 3 - 4 mm

Dimensi Bejana Chapter 2 diameter 50 cm, Chapter 3 diameter 50 tinggi 100 cm cm, tinggi 100 cm

Instalasi Bejana , Bahan Stainless Steel Stainless Steel

Bahan Bejana Stainless Steel Stainless Steel

Bahan Bakar LPG, Batubara, Kayu Bakar, LPG, Batubara, Kayu Biomass atau Minyak Tanah Bakar, Biomass atau

Mlnyak Tanah

Chapter 4 Dimensl Chapter 5 diameter 30 cm, Chapter 6 diameter 45 Kondensor tinggi 120 cm cm, tinggi 120 cm

Chapter 7 Bahan Kondensor Stainless steel Stainless steel

3. POTENSI AGROINDUSTRI PENGOLAHAN

3.1. MINYAK NILAM

Patchouli oil yang berasal dari minyak nilam merupakan bahan baku dasar bagi setiap produk wewangian atau parfum, yang digunakan di hampir setiap aspek kehidupan manusia seperti : bahan untuk detergen, parfum, produk rumah tangga yang berhubungan dengan kesehatan dan sanitasi. Wewangian rumah tangga menjadi sangat terkenal dalam bentuk lilin, pas bunga, air-freshner, stop kontak, Wewangian hadir dan sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari (KOPAGRO, 2004)

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 39: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Hingga saat ini Indonesia masih merupakan pemasok komoditas minyak nilam yang terpenting di dunia dimana posisi pasokan mencapai di atas 90%. Posisi ini kelihatannya akan terus di pegang Indonesia karena tidak ada negara kompetitor lain yang mengurangi dominasi Indonesia.

Minyak nilam merupakan bahan nabati yang tidak dapat dibuat bahan tiruan secara buatan (sintetis) sehingga tidak memungkinkan di hasilkan produk sintesis atau produk suplemen sehingga pasokan ini sifatnya akan lestari. Perkiraan kebutuhan nilam dunia saat ini sekitar 1000 - 2000 ton/tahun dengan tingkat pasokan sekitar 900 ton/tahun. Upaya untuk memacu pertumbuhan produksi ini

pada tingkat tertentu akan sangat riskan pada sisi permintaannya. Upaya pengembangan ini perlu dilakukan adalah menata dan rekasaya teknis budidaya dan pengolahan pasca panen agar diciptakan pola usaha yang substansial dengan sasaran tercapainya tingkat efisiennya tingkat efisiensi dan peningkatan mutu.

Nilam (Pogestemon cab/in Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani. Dalam pengelolaannya melibatkan banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga kerja.

Minyak nilam dapat digunakan dalam industri paifum, sabun dan kosmetika serta obat-obatan. Kemajuan industri menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan minyak didalam maupun diluar negeri. Ekspor minyak nilam Indonesia keluar negeri mencapai puncak pada tahun 1993, sebesar 2.835 ton dengan nilai devisa US$ 20.691.000.

Besarnya penggunaan mlnyak nilam dalam industri parfum, kosmetika dan sabun karena minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif) dan tidak dapat digantikan dengan zat sintetis lainnya. Selain itu minyak nilam juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati.

Limbah dari hasil penyulingan minyak nilam yang terdiri dari ampas daun dan batang mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk kompos serta sisa air dari hasil penyulingan setelah dipekatkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk aroma terapi. Dengan adanya diversifikasi pemanfaatan limbah pengolahan mlnyak nilam, diharapkan akan dapat meningkatkan nilai ekonomi usaha tani nilam.

Penggunaan terbesar minyak nllam sebagai bahan kosmetlk penglkat wangi parfum. Pasar dunia saat ini membutuhkan sebesar 1.200-1.400 ton minyak nilam rata-rata setahun dengan kecenderungan yang terus meningkat. Kebutuhan tersebut 80-90% dipasok Indonesia.

Pertanaman nilam banyak terdapat di NAO, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Produksi nilam tiap tahun terus meningkat

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 40: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

dari tahun ke tahun. Luas areal dan produksi nilam tahun 2006-2007 dapat dilihat

pada Tabel II.3.

Tabel II.3. Perkembangan Luas Areal dan Produksi di Sentra Produksi Tahun 2006-2007

TAHUN2006 TAHUN2007 No Provinsi LuasAreal (Hal Produksi (Ton) No Provinsi LuasAreal (Hal Produksi IT on! 1 Surnatera Barat 4.978 453 1 Sumatera Barat 2.893 300 2 Jawa Tef'l;lah 3.824 378 2 Jawa Tef'l;lah 4.698 292 3 Bengkulu 3.870 307 3 Bermkulu . .

4 Jawa Baral 2.778 193 4 Jawa Baral 2.246 155 5 Surnatera Utara 2.370 204 5 NAO 3.144 110 6 NAO 2.734 124 6 Jawa Timur 3.404 110 7 Surnalera Selalan 775 49 7 Sumatera Utara 2.610 98 8 Riau 814 33 8 Lampuf'lil 258 25 9 Lampurg 262 17 9 Sumatera Selalan 877 19 10 Jawa Timur 91 1 10 Riau 316 19

Sumber : Kopagro (2004)

Diantara beberapa jenis nilam, yang diusahakan secara komersial adalah varietas Pogostemon cab/in BENTH. Jenis ini sebenarnya berasal dari Filipina yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia dan Indonesia. Nilam jenis ini tidak berbunga sehingga kadar minyaknya tinggi (2,5-5%) selain itu jenis ini memiliki sifat-sifat yang diinginkan dalam perdagangan.

3.1.1 BAHAN BAKU

Bahan baku yang digunakan adalah terna (campuran daun dan batang) ni lam yang dipanen pada saat tanaman berumur 6 - 8 bulan, panen berikutnya sekitar 3 -4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan memangkas bagian tanaman sekitar 15 - 20 cm dari permukaan tanah.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 41: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3.1.2 PENGERINGAN DAN PERAJANGAN

Tanaman nilam yang baru dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara dijemur. Terna nilam dihamparkan diatas lantai jemur atau tikar atau rak bambu. Tebal hamparan maksimum 20 cm. Lama penjemuran 2 hari masing-masing selama 5 jam Uam 10.00 - 15.00). Selama penjemuran, bahan harus dibolak balik agar panasnya merata. Jika cuaca tidak memungkinkan untuk penjemuran, misalnya karena hujan, terna nilam bisa diangin-angin ditempat teduh atau dalam ruangan dengan ventilasi yang cukup. Bahan dihamparkan atau diikat menjadi ikatan-ikatan kecil dan digantung.

Pengeringan dengan cara diangin-angin dilakukan kira-kira 1 minggu (tergantung suhu panas matahari yang ada sesuai daerah masing-masing). Penjemuran atau diangin-angin dianggap selesai sampai kadar air mencapai kira-kira 12 - 15%, ditandai dengan warna agak abu-abu, batang dapat dipatahkan dan timbulnya aroma minyak nilam yang lebih tajam. Bahan yang sudah kering sebaiknya langsung disuling. Sebelum disuling, batang nilam dipotong-potong sepanjang 5-10 cm dengan menggunakan parang yang tajam atau alat pemotong.

Agar rendemen minyak yang dihasilkan cukup tinggi, perbandingan banyaknya daun dan batang kira-kira 2 : 1. Contoh cara penanganan bahan baku secara tradisional termasuk gambaran budidaya tanaman nilam adalah seperti pada gambar berikut.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 42: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Tanaman Nilam Nilam Tanaman Sela

Budidaya Nilam Sebagai Tumpang Sari Tanaman Nilam Setelah Dipanen

Budidaya Nilam Diantara Tanaman Pisang Pengeringan Daun Nilam Dengan Matahari

Gambar II.5. Tanaman Nilam, Budidaya hingga Pengeringan Daun

{Kastaman, 2003)

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 43: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3.1.3 PENYUUNGAN MINYAK NILAM

Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara air dan uap (dikukus) atau dengan uap langsung menggunakan boiler. Cara penyulingan dikukus digunakan untuk jumlah bahan maksimum 150 kg nilam kering. Cara penyulingan dengan uap langsung digunakan untuk kapasitas bahan minimum 200 kg nilam kering.

1) PERSIAPAN PENYUUNGAN

Pengisian bahan kedalam ketel suling dilakukan sedikit demi sedikit sambil dipadatkan dengan cara ditekan atau diinjak-injak. Untuk memudahkan pemadatan bahan dan untuk mencegah banyaknya uap air yang diserap dan ditahan oleh bahan selama penyulingan, bahan sebaiknya dibasahi dengan percikan air. Banyaknya bahan yang dapat dimuat dalam ketel suling ditentukan oleh tingkat kepadatan bahan tersebut. Kepadatan terna nilam kering adalah O,lkg/liter atau 100 kg terna nilam kering dalam ketel yang volumenya 1000 liter. Selanjutnya ketel ditutup, dikunci dan tungku api dinyalakan.

2) TEKANAN UAP DAN KECEPATAN PENYULINGAN.

Pada penyulingan cara kukus, lama penyulingan sekitar 6 - 7 jam dihitung dari mulai keluar tetesan destilat. Selama penyulingan berlangsung, kecepatan penyulingan {laju destilasi) harus dijaga agar tetap stabil. Pada penyulingan nilam, kecepatan penyulingan optimum kurang lebih 0,6 liter destilat/kg nilam/jam. Jadi untuk 100 kg terna nilam, kecepatan penyulingan optimum kurang lebih 60 liter destilat/jam atau 1000 ml destilat/menit. Pada cara penyulingan dengan menggunakan uap langsung, tekanan uap dalam boiler 5 - 8 kg/cm2, sedangkan tekanan dalam ketel suling 0,5 - 1,5 kg/cm2. Kenaikan tekanan tersebut dilakukan secara bertahap.

Peningkatan tekanan uap ini dimaksudkan untuk menguapkan komponen­komponen yang berat didalam minyak nilam. Dei:igan meningkatkan tekanan dalam ketel, lamanya waktu penyulingan dapat dipersingkat menjadi hanya 4 jam. Kecepatan penyulingan pada cara uap langsung 0,8 liter/kg/jam. Untuk satu boiler sebaiknya dipasang pada dua ketel suling.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri) --------------------------------------------

Page 44: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3) PEMISAHAN MINYAK.

Minyak atsiri bersifat tidak campur dengan air. Namun biasanya minyak yang baru disuling ada sebagian yang teremulsi dalam air, sehingga minyak yang dlhasllkan tldak jernlh. Mlnyak yang keruh tersebut dapat dlsarlng dengan kertas saring atau kain sablon berukuran 150 - 200 mesh atau menggunakan bahan penyerap air, yaitu Na2504 anhidrat kering, dicampurkan kedalam minyak, kemudian disaring sehingga miyak nilam yang dihasilkan menjadi jernih. '

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui beberapa hal yang perlu menjadi catatan penting dalam mempersiapkan alat penyuling dan pemisah minyak yang baik. Faktor penting tersebut antara lain :

1) Apabila sistem pemanasan destilasi tidak seragam (tidak merata) maka minyak yang dihasilkan akan memiliki mutu tidak seragam (Gambar II.6). Kondisi ini terjadi manakala disain alat penyuling minyak memiliki sistem pemanasan secara simultan tidak terkonstrentasi pada satu tangki pemanasan (Gambar I I.7) Dengan sistem destilasi seperti ini konsumsi energi panasnya .akan lebih besar dengan sistem perpindahan panas yang tidak merata karena panas didistribusikan secara serial.

Gambar II.6. Minyak yang Dihasilkan dari Unit Destilasi

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 45: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Gambar II.7. Sistem Penyulingan dengan Pemanasan Serial dari Tangki 1 ke Tangki Lainnya

2) cara penampungan minyak seharusnya tidak menggunakan bahan penampung dan penylmpanan dari bahan plastik. Bahan yang balk setidaknya adalah bahan kaca berwarna gelap agar tidak mengubah komposisi kimia minyak nilam yang dihasilkan.

3) cara pembuangan uap harus diupayakan agar beberapa bagian uap yang masih mengandung minyak tidak terbuang percuma ke luar sistem destilasi, dengan demikian harus dimodifikasi sistem pengeluaran uap yang berbentuk sistem "looping" (arus balik).

4) Bahan pipa-pipa penyalur dan konstruksi lainnya harus seragam dan terbuat dari bahan "stainless steel' agar tidak berpengaruh terhadap kualitas minyak.

5) Penyimpanan daun kering dan cara pengeringan daun dari sejak dipotong dari kebun harus diupayakan seoptimal mungkin untuk menghindari terjadi fermentasi dan susut rendemen minyak dalam daun, mengingat sistem destilasi yang digunakan pada disain yang ada saat ini adalah sistem penyulingan cara kering (menggunakan daun kering).

6) Sistem pendinginan untuk kondensasi uap - minyak perlu disempurnakan sehingga aliran air yang masuk ke pendingin dapat berfungsi secara maksimal dan merata dengan demikian hasil dan mutu minyak yang diperoleh dapat lebih baik.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 46: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

4) PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

Minyak yang sudah jernih dikemas didalam botol kaca yang berwarna gelap, botol alumunium, drum galvanis. Pengisian minyak dalam kemasan tersebut tidak boleh sampai penuh, harus ada ruang kosong (headspace) dibagian atas permukaan minyak kira-kira 5% dari volume kemasan. Ditutup rapat, selanjutnya minyak disimpan ditempat yang sejuk, tidak kena sinar matahari langsung dan terpisah dari bahan-bahan yang berbau.

Tanaman Nilam

Panen

Batang muda dan daun

Pemotongan dan penjemuran

Nilam kering

Penyulingan

Minyak nilam

Pemisahan

Minyak

Pemisahan

Minyak Nilam siap pasar

Poqostemon Cab/in (nilam aceh)

• Umur tanaman 6 bulan • Panen tiap 3 bulan

- 15 - 30 cm di atas tanah - Menlnggalkan cabang utama

• Dipotong ± 5 - 10 cm • Dijemur 2 hari a" 5jam • Dibalik 2-3 kali/hari (Kadar air 15%)

• Kepadatan bahan ± 110 g/liter • Lama penyulingan

- Kukus s/d 150 kg = s/d 8 jam - Steam >150 kg=± 4 jam

• Disaring (kain/kertas saring) • Pemisahan dari air (kalau pertu

ditambah garam ± 5%)

• Penambahan Na2504 anhidris kalau perlu atau inapkan beberapa hari diikuti pemisahan minyak

• Pengemasan : - Tahan bahan kimia - Kedap cahaya - Tertutup rapat

(HOPE. Al. botol berwama)

Gambar II.8. Bagan Diagram Alir Proses Pengolahan Minyak Nilam

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 47: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3.1.4 PERSYARATAN MUTU

Tabel II.4. Standar Mutu Minyak Nilam (SNI 2006)

-KARAKTERISTIK SYARAT

Warna Kuning muda sampai coklat tua

Babat jenis 259 C/259 C 0.943-0.983

Indeks Bias (nD25) 1,504-1,514

Kelarutan dalam etanol 90% Larutan Uenuh atau opalensensi pada suhu 25°c ringan dalam pertandingan volume 1

s/d 10 bagian)

Bilangan asam Makslmum 5.0

Bilangan ester Maksimum 10.0

Kadar Patchouli alkohol Minimum 30%

Kadar besi (Fe) Maksimum 25 ppm

3.1.S PENGGUNAAN MINYAK NILAM

Minyak nilam secara luas digunakan dalam pembuatan parfum dan kosmetika, seperti pewangi ruangan, rosephix, cologne, kosmetik untuk mandi, kosmetik wangi­wangian, kosmetik tradisional, sabun cuci, sabun mandi, sabun cuci piring dan sebagainya. Dalam industri obat-obatan minyak nilam digunakan sebagai antiseptik, seperti obat kulit, obat Iuka, obat anti bau badan dan lain-lain.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsin)

Page 48: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3.1.6 PEMANFAATAN LIMBAH MINYAK NII.AM

Limbah sisa penyulingan minyak nilam banyak dijumpai di industri penyulingan minyak nilam. Besarnya volume limbah nilam seringkali menjadi masalah bagi pihak industri pengolahan itu sendiri maupun lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk yang berguna merupakan cara bijak yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah.

Hasil samping dari penyulingan minyak nilam adalah limbah yang terdiri dari ampas sisa daun dan batang, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat dupa, obat nyamuk bakar, campuran racun tikus, pupuk kompos dan bahan bakar penyulingan (briket arang). Sedangkan air sisa penyulingan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk aromaterapl . Dengan dlmanfaatkan limbah menjadl produk yang berguna juga akan menlngkatkan nilai ekonomi dan menambah pemasukan pada industri pengolahan minyak nilam.

Beberapa contoh produk hulu dan produk hilir yang telah dikaji dari agroindustri nilam ini adalah seperti yang disajikan seperti berikut.

1) DUPA

Sisa dari hasil penyulingan minyak nilam masih dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuat dupa, karena mempunyai aroma yang khas/harum. Ampas tersebut dijemur kemudian digiling dan siap digunakan sebagai bahan baku pembuat dupa berbentuk lidi Uoss sticl(). Dalam pemrosesannya bubuk halus ampas dicampur dengan bahan perekat, tepung onggok, tepung tempurung, pewarna dan pewangi lainnya. Semua bahan tersebut dicampur dibuat adonan dan selanjutnya dicetak berbentuk lidi.

2) OBAT NYAMUK BAKAR

Seperti diketahui bahwa minyak nilam selain mempunyai aroma yang khas juga bersifat menolak serangga. Dewasa ini industri obat nyamuk bakar berkembang pesat di Indonesia dan pemakaiannya mencapai seluruh pelosok ditanah air.

Komponen yang terkandung dalam formula obat nyamuk bakar antara lain adalah bahan pengisi (organic fillef) dan bahan pewangi. Bahan pengisi yang biasa digunakan untuk obat nyamuk bakar antara lain serbuk tempurung kelapa atau ampas tebu. Sedangkan pewangi yang biasa digunakan misalnya kenanga dan bunga meiati.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri}

Page 49: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Dengan menggunakan ampas dari penyulingan minyak nilam sebagai organic filler, maka obat nyamuk bakar akan beraroma harum ketika digunakan. Sebagai bahan pengisi, ampas nilam selain berbau harum juga bersifat menolak nyamuk ketika obat nyamuk tersebut dibakar.

3) PUPUK/ KOMPOS I

Penggunaan limbah nilam sebagai pupuk kompos dapat menghemat pemakaian pupuk Nitrogen sebesar 10 % dan disamping itu juga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Di Bengkulu limbah nilam disamping digunakan sebagai pupuk di sawah, juga berfu~gsi sebagai penolak hama wereng. Kompos limbah sisa hasil prosesing minyak nilam mempunyai kandungan hara yang cukup tinggi dan potensial.

4) BAHAN BAKAR

Ampas nilam juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses penyulingan, sehingga bisa menghemat bahan bakar. Abu sisa dari pembakaran dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Sedangkan sisa air bekas penyulingan nilam menghasilkan aroma cukup wangi, ini dapat ipekatkan sehingga digunakan untuk aroma terapi. Perlakuan aromaterapi dengan menggunakan sisa air bekas penyulingan telah banyak digunakan untuk menenangkan jiwa.

Gambar dibawah merupakan bagan alir diversifikasi produk dari tanaman nilam. Dimana dari daun dan batang dapat menghasilkan minyak nilam serta limbahnya. Minyak nilam sendiri merupakan fixative agent (zat pengikat) dari parfum/obat-obatan/cairan dekomposer, dll.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 50: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Daun Nilam

D

Minyak Nilam Lim bah

D D

campuran Parfum campuran Dekomposer Bahan kompos

D

Bahan arang briket

Gambar II.9. Derifat Produk Hulu dan Hilir Agroindustri Nilam

(Kastaman, 2003)

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 51: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3.1.7 PEMASARAN MINYAK NILAM

Indonesia pengekspor nilam terbesar di dunia, volume ekspor 800 - 1500 ton dengan divisa US $ 18 - 35 juta. Kebutuhan minyak nilam terus bertambah selaras dengan kenaikkan konsumsi dunia atas produk komestik, parfum, sabun wangi bahkan telah berkembang untuk produk tembakau dan minyak rambut. Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia di kenal paling baik dan menguasai pangsa pasar 80 - 90%.

Pemasaran dalam negeri masih bersifat buyer market (harga ditentukan pembeli) karena lemahnya posisi tawar petani/pengolah. Prospek ekspor komoditi ini di masa yang akan datang juga masih sangat besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum/kosmetika. Perkembangan pemasaran minyak nilam dapat dilihat pada Tabel II.5.

Tabel II.S. Perkembangan Pemasaran Minyak Nilam Tahun 2005-2008

TAHUN PRODUKSI (TON) LUAS AREAL (HA) HARGA RATA-RATA MINYAK NILAM (RP/KG)

2005 1.537 20.455 176.433

2006 1.758 22.498 181.456

2007 2.439 24.578 220.345

2008 2.708 26.657 240.560

Sumber : Ditjen Perkebunan

Harga minyak nilam Indonesia dipasaran dunia sangat berfluktuasi. Pada tahun 1986 - 1997, harga minyak nilam berkisar antara Rp.20.500,- - Rp. 40.000,-/kg sedangkan pada tahun 1997 - 1999, pernah mencapai Rp. 1.100.000,- - Rp. 1.400.000,-/kg dan pada tahun 2004 harga minyak nilam menjadi Rp.162.000,-/kg. Hal inl adalah karena produksi minyak nilam Indonesia tidak stabil dan mutunya tidak tetap serta beragam. Tidak stabilnya produksi dan mutu minyak nilam Indonesia disebabkan karena teknologi pengolahannya yang belum berkembang dengan baik.

Saat ini harga minyak nilam di sentra produksi dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 sebesar Rp. 176.433,- dengan produksi 1.537 ton,

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 52: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

tahun 2006-2008 harga minyak nilam sebesar Rp. 250.000,- - Rp. 350.000,-. Perkembangan Harga Minyak Nilam Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel II.6.

Tabel II.6. Perkembangan Harga Minyak Nilam Tahun 2009

NO. KABUeAIE~LSENTRA !:!AB.GA* VQ!.Ut:!E

1. Pasaman 280.000 1 Kg

2. Pasaman Barat 280.000 1 Kg

3. Kep. Mentawai 280.000 1 Kg

4. Sawahlunto/Sijunjung 280.000-300.000 1 Kg

5. Kalsel 230.000 1 Kg

6. Trenggalek 250.000 1 Kg

7. Boyolall 240.000 1 Kg

8. Cilacap 300.000 1 Kg

9. Karanganyar 225.000 1 Kg

10. Blitar 250.000-260.000 1 Kg

Sumber : Dewan Atsiri Indonesia (DAI)

Dari sisi pemasaran, pemberi minyak nilam ini tersebar di dalam dan luar negeri. Khusus untuk pasar ekspor, beberapa pembeli yang telah berhubungan dengan berbagai kelompok tani di Indonesia kebanyakan berasal dari Eropa, Amerika, Singapura dan India. Beberapa contoh pembeli potensial minyak nilam ini antara lain seperti yang disajikan pada Tabel 14.

Negara tujuan ekspor minyak nilam Indonesia ke pasar Eropa antara lain Perancis, Jerman, Spanyol dan Switzerland. Mutu minyak nilam yang dihasilkan sering tidak stabil dan tidak sesuai dengan permintaan pasar, inilah masalah yng dihadapi, padahal Indonesia memiliki minyak nilam yang terbaik. Hal ini perlu penanganan dalam budidaya nilam dan pengembangannya kembali.

Pec/oman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 53: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Tabel II.7. Daftar Pembeli Minyak Nilam Internasional

NO NAMA ALAMAT KEPERLUAN

1 Chili e-mail: [email protected] Permintaan patchouli untuk obat

2 Pia Henzi e-mail: [email protected] Memberikan informa si perkembangan minyak nilam di Eropa limur & USA

3 Vinia Quality cambridge, ON, CAN Permintaan harga dan First e-mail: [email protected] kuota minimum International Inc.

~

4 Jabon de Cielo 4340 CR 406 Permintaan order Bath Products Taylor, TX 76574 USA minimum berserta

harganya e-mail: [email protected]

5 Robert Hoper e-mail: [email protected] Permintaan sampel

6 Linda e-mail: [email protected] Permintaan retail Tomasello untuk patchouli

7 PT. Sarana e-mail :[email protected] Permintaan patchouli Bela Nusa

8 J.Crow J.Crow company New Ipswich NH 03071 Permintaan harga Company USA patchouli

~

Folk Medicine-Tibetan Medicine Dehydrated Foods&Herb Tibet Stampa 1 800 8781965

JCROWS.COM

e-mail: ji:;r1;riei:@ji:;rclti'..CDl£,i:;QCD

9 George UHE e-mail: [email protected] Permlntaan : Co., Inc Informasi usaha,

bank garansi, kuota, dan sampel

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 54: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Lanjutan ... .

NO NAMA ALAMAT KEPERLUAN

10 Chase Int. e-mail: [email protected] Permintaan kuota ke karachi

11 Yatie e-mail: yatie_71@hotmail .com Kerja sama Soepardlaman pemasaran nilam

12 GM-Overseas JI. Senen raya 50, Jakarta Pusat Permlntaan daun DIV. e-majl: [email protected] nilam

PT. Pinangsia Catur Windu

13 Mehta 315-318 Janki Center Plot No.29, Shah Permintaan spesifikasi Pharmaceutical Ind.Est., Andheri (W), Mumbai 400 053, produk dan harga Industries India

' Email: mebtirnba@bgmJ,y:ml.oet.io

14 PT.AF [email protected] Membutuhkan Indonesia JI. Dwijaya Raya 20 Jakarta supply minyak nilam

15 Dev E.s. Patanwala Road, Ghorupdeo, Permintaan sample Corporation Mumbai-400033 India patchouli

Email: [email protected]

16 Koperasi JI. Jaksa Agung R. Suprapto Kerja sama Herba Alam No. 1383 Palembang-30136 penanaman dan Sejahtera pemasaran nilam

Email: [email protected]

17 Dinas e-mail : [email protected] Kerjasama Perkebunan penanaman nilam Propinsi Jawa Ba rat

Sumber : KOPAGRO (2004)

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan {Mete dan Atsiri)

Page 55: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Mata rantai perdagangan minyak nilam saat ini masih didominasi oleh pedagang pengumpul atau agen yang memasok kepada eksportir, sehingga dari sisi nilai tambah, petani belum dapat menikmati nilai ekonomi yang nyata bila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh eksportir. Mata rantai pemasaran yang dimaksud adalah seperti pada bagan berikut ini. -

SUMATERA

engolah

!il'llK&1rtg r etani

gumpul Tk. abupaten

i gen

umen LN

Sumber : Dewan Atsiri Indonesia (DAI)

JAYA

etani

Gambar II.10. Mata Rantai Pemasaran Minyak Nilam

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 56: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3.2. MINYAK AKAR WANGI

Minyak akar wangi dihasilkan dari penyulingan akar tanaman Vetiveria zinzanoedes merupakan salah satu ekspor Indonesia. Minyak akar wangi merupakan salah satu minyak yang banyak digunakan dalam pembuatan formula parfum, karena daya fiksasinya yang tinggi. Mutu minyak akar wangi sangat dipengaruhi oleh jenis dan struktur tanah, disamping faktor-faktor lainnya.

Kendati tanaman akar wangi eukup potensial untuk diambil minyaknya tetapi hingga saat ini belum menarik perhatian pihak Pemerintah dan investor. Dengan demikian perkembangan akarwangi hanya di daerah-daerah tertentu saja. Satu­satunya daerah sentra produksi tanaman akarwangi adalah Kabupaten Garut, Jawa barat terutama di daerah sekitar hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Cimanuk, tepatnya disekitar keeamatan Samarang, Leles, Bayongbong, Cilawu dan Pasirwangi.

1. PERTANAMAN AKARWANGI

Tanaman akar wangi berasal dari India, Birma dan Srilangka. Namun tidak diketahui secara pasti tanaman akar wangi dibudidayakan di Indonesia.

Di Indonesia, produksi akar wangi masih terbatas di wilayah tertentu saja, terutama di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Sementara produsen vetivert oil dunia yang sekarang mendominasi pasar global masih dipegang oleh negara Haiti. Sementara di Indonesia Kabupaten Garut adalah wilayah yang sangat ideal ditanami akar wangi, karena lapisan tanahnya yang sering terlapisi oleh debu vulkanik atau tanahnya dekat dengan wilayah vulkanik.

Pengakuan dunia seeara ilmiah tersebut menegaskan potensi lahan dan lingkungan di wilayah Kabupaten Garut dalam bereoeok tanam atau budi daya akar wangi sudah tidak diragukan lagi. Namun, ironis sekali ketika sekelompok pengusaha di wilayah Kabupaten Garut menyatakan kesulitan memenuhi permintaan pasar dunia untuk produk vetivert oil sebagai bahan baku pa'rfum dan produk kesehatan karena lemahnya teknologi.

Sentra komoditas akar wangi terdapat di Kabupaten Garut yang luas areal tahun 2007 sebesar 2.063 Ha dengan produksi 23.316 Ton/ tahun dengan rendemen rata-rata 0.2736%. Data perkembangan luas areal dan produksi dapat dilihat pada table. Luas areal tanam dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut tahun 2008 terdapat di 4 keeamatan dengan luas yang berbeda-beda. Kecamatan Cilawu seluas 236 Ha, Keeamatan Semarang seluas 1.230 Ha, Keeamatan Pasirwangi 80 Ha, Kee. Leles 550 Ha dan Kee. Bayongbong sebesar 210 Ha.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 57: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

2. BAHAN BAKU

Akar wangi dipanen setelah cukup umur, minimal 12 bulan, kemudian dicuci dan dibersihkan dari sisa tanah yang menempel dan dibuang bagian bonggolnya.

3. PENGERINGAN DAN PERAJANGAN AKAR WANGI

Akarwangi yang sudah dibersihkan kemudian dikeringkan. Pengeringan dengan cara dijemur memerlukan waktu 1- 2 hari atau diangin-angin selama kurang lebih 5 hari. Sebelum disuling, sebaiknya dipotong-potong derigan ukuran 20 - 25 cm, hal ini diperuntukan agar dapat meningkatkan efisiensi k,etel suling dan meningkatkan rendemen minyak.

4. PENYUUNGAN AKARWANGI

Penyulingan akar wangi dapat dilakukan dengan cara kukus atau cara uap langsung. Pada cara kukus, kapasitas ketel 3000 - 4000 liter. Kepadatan bahan dalam ketel 100 gr/liter atau lOOkg akar kering untuk ketel berkapasitas 1000 liter. Pengisian akar dilakukan tahap demi tahap secara merata sambil ditekan/dipadatkan dan disusun dengan saling bersilangan. Lama penyulingan 18 - 24 jam, kecepatan penyulingan 1 liter destilat /jam/kg akarwangi. Pada penyulingan akarwangi dengan cara uap langsung, kapasitas ketel 5000 - 6000 liter. Tekanan dalam ketel dapat dinaikkan secara bertahap sampai 2,5 atm. Tekanan dalam boiler harus diatas 5 atm. Lama penyulingan 8 - 10 jam. Minyak akarwangi bersifat agak kental, biasanya terdiri dari fraksi ringan yang berada dilapisan atas, fraksi berat berada dibagian bawah. Setelah selesai penyulingan, kedua fraksi minyak tersebut dicampurkan kembali.

5. PEMISAHAN MINYAK

Karena minyak akar wangi sifatnya agak kental, pemisahan antara minyak dengan air agak lama. Bila jumlah airnya banyak, dipisahkan dengan bantuan corong pemisah, kemudian diberi Na2S04 kering. Minyak yang teremulsi dengan air bisa disaring dengan kertas saring atau kain sablon, kemudian diberi Na2S04 kering.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri) ----"~V

Page 58: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

6). STANDAR MUTU MINYAK AKAR WANGI {SNI 2006}

Karakteristik mutu minyak akar wangi adalah sebagai berikut :

Tabel II.8. Karakteristlk Mlnyak Akar wangl

Karakteristik I

Nilai

Bobot jenis pada 20°C I 0,9780 - 1,0380

Warna Kuning muda sampai coklat merah

Indeks bias pada 20°C 1,5130 - 1,5280

Kadar vetiverol Min 50%

Bilangan ester 5-25

Bilangan ester setelah asetilasi 100 - 125 I I Kelarutan 1: 1 jernih dan seterusnya I

7). PEMASARAN MINYAK AKAR WANGI

Peluang ekspor untuk pemasaran minyak Akar wangi yang juga masih cukup terbuka khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur, dan Amerika Selatan. Jumlah produsen atau negara pesaing di pasaran internasional masih sangat terbatas. Saat ini hanya Negara Tahiti dan Barbone yang mengembangkan jenis komoditas yang sama. Sedangkan untuk volume dan nilai ekspor dari komoditas minyak akar wangi pada 1999 mencapai 36.650 kg dengan nilai keseluruhan sebesar US$680 juta. Haiti atau negara lainnya, satu ton akar wangi setelah diolah dengan teknologi maju bisa menghasilkan 20 kg, sehingga jumlah lahan yang luas pun bila teknologinya masih sederhana tetap produsen dalam negeri akan ketinggalan.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 59: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3.3. MINYAK CENGKEH

Minyak cengkeh dihasilkan dari penyulingan daun cengkeh (Clove leaf oi~, gagang cengkeh (Clove stem oi~ atau bunga cengkeh (Clove bud oi~. Kadar minyak atsiri dalam daun cengkeh 2 - 4%, gagang cengkeh 5,0 - 7,0% dan dalam bunga cengkeh berkisar 15-20%. Komponen utama dari minyak cengkeh adalah eugenol. Kandungan eugenol dalam minyak daun dan gagang cengkeh berkisar antara 70 -90%, lebih tinggi dibanding dalam minyak bunga cengkeh (60 - 80%). Akan tetapi dalam minyak bunga cengkeh terdapat komponen lain, yaitu eugenol asetat yang bisa mencapai 10%. Oleh karena itu aroma minyak bunga cengkeh berbeda dari aroma minyak daun dan gagang cengkeh. Komponen lain dalam minyak daun, gagang dan bunga cengkeh adalah ~-kariofilen.

1. BAHAN BAKU

Bahan baku untuk minyak daun cengkeh adalah daun tua berwarna kuning yang sudah jatuh (gugur), kemudian dibersihkan dari tanah dan kotoran lainnya dan dikeringkan. Untuk minyak gagang dan bunga cengkeh, bahan bakunya juga harus dikeringkan, sebelum disuling harus digiling terlebih dahulu dengan gilingan kasar (tanpa saringan ukuran kehalusan). Bahan baku untuk minyak bunga cengkeh biasanya menggunakan cengkeh sisa sortiran atau bubuk cengkeh.

2. PENYUUNGAN MINYAK CENGKEH

Penyulingan minyak daun cengkeh menggunakan cara dikukus. Kapasitas penyulingan minimal 600 kg dengan kepadatan daun cengkeh kering 200 gr/liter atau 200 kg/1000 liter. Lama penyulingan 6 - 8 jam.

Untuk penyulingan minyak gagang cengkeh dapat menggunakan cara kukus maupun cara uap langsung. Akan tetapi cara penempatan bahan didalam ketel agak berbeda, yaitu dengan cara difraksi (bahan disusun bertingkat dengan bantuan lempengan-lempengan yang dilapisi kawat kasa. Ketebalan masing-masing fraksi tidak lebih dari 30 cm. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan aliran dan penetrasi uap terhadap bahan. Jumlah bahan yang sudah giling untuk cara kukus maksimum 400 kg, untuk cara uap langsung minimum 500 kg. Kepadatan bahan 250 gr/liter, atau 250 kg/lOOOliter. Lama penyulingan kira-kira 15 - 20 jam.

Penyulingan minyak bunga cengkeh, sama seperti gagang cengkeh, dapat menggunakan cara kukus maupun cara uap langsung. Kapasitas maksimum 400 kg

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 60: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

bubuk bunga cengkeh untuk cara kukus dan mrrnmum 500 kg untuk cara uap langsung. Kepadatan bahan bubuk bunga cengkeh lebih besar dibanding gagang cengkeh, yaitu 450 gr/liter atau 450 kg/1000 liter. Cara penempatan bahan didalam ketel menggunakan cara difraksi (disusun bertingkat) dengan ketebalan fraksi tidak lebih dari 30 cm. Lama penyulingan minyak bunga cengkeh 15 - 20 jam.

Gambar II.11. Bahan Difraksi dalam Ketel Suling.

Tabel II.9. Spesifikasi Penyulingan Minyak Daun, Gagang Dan Bunga

Cengkeh.

PARAMETER DAUN GAGANG CENGKEH BUNGA CENGKEH

PENYULINGAN CENGKEH

KU KUS KU KUS UAP KU KUS UAP LANGSUNG LANGSUNG

Kapasitas Min. 600 kg Maks. 400 kg Min. 500 kg Maks.400 kg Min. 500 kg

Kepadatan 200 gr/It 250 g/lt 250 gr/It 450 gr/It 450 gr/It

Bah an Tdk. difraksi Difraksi Difraksi Difraksi Difraksi

Tekanan normal normal O - 1,5 kg/an2 normal 0 - 1,5 kg/cm2

Lama 8 jam 20 jam 15 jam 20 jam 15jam penyulingan

Rendemen 1,6- 2,1% 4-6% 4-6% 10-17% 10-17%

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 61: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3. PEMISAHAN MINYAK CENGKEH

Pada penyulingan minyak cengkeh biasanya pada jam-jam terakhir terbentuk butiran-butiran minyak yang turun kedasar tabung penampung minyak, sehingga terdapat dua lapisan minyak, lapisan atas dan lapisan bawah. Setelah selesai penyul ingan, lapisan air dipisahkan, kedua lapisan minyak atas dan bawah dicampurkan menjadi satu. Bila minyak masih keruh, disaring dengan kertas saring atau kain sablon atau diberi serbuk Na2S04 kering, diaduk, kemudian lapisan minyak yang jernih dipisahkan.

4. PERSYARATAN MUTU

Tabel II.10. Standar Mutu Minyak Daun Cengkeh

PARAMETER PERSYARATAN

Berat Jenis pada 15oC 1,03 - 1,06

Putaran Optik (ad) - lo 35

Indeks Refraksi pd 20oC (nd20) 1,52 - 1,54

Kadar eugenol total(%) Minimum 78

Minyak pelikan Negatif

Minyak lemak Negatif

Kelarutan dalam Alkohol 70% 1:2 larut

S. PENGGUNAAN MINYAK CENGKEH

Minyak cengkeh (dari daun, gagang dan bunga) merupakan sumber eugenol. Dari eugenol, melalui proses lanjutan (fraksinasi, metilasi, acetilasi, oksidasi, hidrogenasi dan sebagainya) dihasilkan senyawa-senyawa iso eugenol, metil eugenol, eugenol asetat, benzil eugenol, dihidro eugenol dan lainnya. Bahan-bahan tersebut digunakan secara luas dalam industri-industri fragrans, flavor, farmasi, cosmetic, makanan dan minuman. Indonesia merupakan penghasil utama cengkeh, diikuti oleh negara Madagaskar dan Zanzibar

[ Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 62: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

3.4. MINYAK PALA

Minyak pala dihasilkan dari penyulingan biji pala (Myristica fragrans Houtt), minyak fuli dihasilkan dari fulinya. Biji pala yang digunakan bisa biji pala muda maupun biji yang tua. Biji pala dan fuli pala masing-masing mengandung minyak atsiri 8-15 % dan 12-18 %.

1. BAHAN BAKU

Bahan baku untuk minyak pala adalah biji pala muda (umur panen 3 - 4 bulan), atau biji pala tua (umur panen lebih dari 4 bulan) atau dari fuli pala. Pada biji pala muda, fulinya belum dipisahkan sementara pada biji pala tua fulinya sudah dipisahkan. Biji pala muda dikeringkan/dijemur selama 4 - 5 hari, biji pala tua dijemur selama 7 - 8 hari. Sebelum disuling, biji pala harus dipecahkan atau digiling terlebih dahulu dengan gilingan kasar.

2. PROSES PENYUUNGAN MINYAK PALA

Penyulingan minyak pala dapat menggunakan cara kukus maupun cara uap langsung

3. PENYUUNGAN CARA KUKUS

Kapasitas maksimum biji pala untuk cara kukus 120 kg dengan kepadatan bahan sesudah digiling kasar, untuk biji pala muda 0,34 - 0,39 kg/liter sedangkan biji pala 0,40 - 0,42 kg/liter. Penempatan bahan biji pala dalam ketel suling dengan cara difraksi, dengan ketebalan tiap fraksi 30 cm. Kecepatan penyulingan ± 0,35 liter destilat/jam/kg bahan dengan lama penyulingan 15 - 20 jam. Untuk efisiensi penyulingan, disarankan menggunakan sistem kohobasi dan ketel bahan.

4. PENYUUNGAN SISTEM UAP LANGSUNG

Pada penyulingan minyak pala dengan cara uap langsung, kapasitas ketel suling, minimum 200 kg. Penempatan bahan dengan cara difraksi didalam ketel. Tekanan dalam boiler 4 - 6 kg/cm2 sementara tekanan di ketel suling 0,5 - 1 kg/cm2·

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo!ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 63: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Kecepatan penyulingan ± 0,5 I/jam/kg bahan. Lama penyulingan berkisar antara 8 -

14 jam. Pada penyulingan biji pala bisa dicampur dengan fuli pala untuk menaikkan kadar miristisin didalam minyak yang dihasilkan.

S. STANDAR MUTU MINYAK PALA (SNI, 2006)

Tabel II.11. Standar Mutu Minyak Pala

PARAMETER PERSYARATAN

Bobot jenis 25° C/25° C 0,847 - 0,919

Indeks bias (nD25) 1,474 - 1, 497

Putaran optik (+10°) - (+30°)

Kelarutan dalam etanol 90% 1 : 1 jernih, seterusnya jenih

Sisa penguapan Maksimum 2,5 %

Kadar Miristisin Minimum 10 %

6. PEMASARAN MINYAK PALA

Saat ini Indonesia memasok 76% kebutuhan pala dunia dan sisanya 20% dari Grenada, dan 5% dari Srilangka, Trinidad dan Tobago. Nilai ekspor cenderung meningkat karena kenaikan harga, namun volumenya menurun. Harga pala dunia berkaitan langsung dengan harga pala domistik di sentra-sentra produksi. Hal ini karena penetapan harga pala di tingkat petani mengacu pada harga pala dunia. Importir utama pala adalah Amerika Serikat yang menyerap 50% volume pala dunia, diikuti Inggris 10%. Volume perdagangan minyak pala relatif kecil dengan importir utama Amerika Serikat (75% dari volume perdagangan dunia) dan Jerman

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 64: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1991. Standar Nasional Indonesia Minyak Nilam (SNI 06-2385-1991).

Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Ditjen PPHP, 2004. Minyak Atsiri. Departemen Pertanian, Jakarta.

Ditjen Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2006 - 2008, Nilam (Patchouli). Departemen Pertanian, Jakarta.

Ditjen Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2006 - 2008, Pala.

Departemen Pertanian, Jakarta.

Ditjen Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2006 - 2008, Mete. Departemen Pertanian, Jakarta.

Ditjen Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2006 - 2008, Cengkeh. Departemen Pertanian, Jakarta.

Ditjen Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2006 - 2008, Akar Wangi. Departemen Pertanian, Jakarta.

Ditjen PPHP, 2004. Minyak Atsiri, Departemen Pertanian, Jakarta.

Sadan Litbang, 2007. Teknologi Pengolahan Pala, Departemen Pertanian, Jakarta

Dinas Perkebunan Kab. Garut, 2009. Profile Perkembangan Agrobisnis Akar Wangi Kabupaten Garut. Jawa Barat.

Dewan Atsiri Indonesia (DAI), 2009. Peluang dan Prospek Atsiri, Jakarta.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengo/ahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 65: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Kastaman, R., 2003. Kajian Teknis Budidaya dan Manajemen Produksi Pengolahan Minyak Nilam di Beberapa Sentra Nilam Jawa Barat. Laporan Pendampingan. Dinas KUKM Propinsi Jawa Barat.

Ketaren, S., 1985. Pengantar teknologi minyak atsiri. Balai Pustaka. Jakarta

Kopagro, 2004. Pemanfaatan dan Penerapan Teknologi Pengolahan Minyak Nilam di Kabupaten Majalengka. Kerjasama Riset Terapan antara KOPAGRO dengan Kementrian Riset dan Teknologi.

Dewan Atsiri Indonesia (DAI), 2009. Peluang dan Prospek Atsiri, Jakarta.

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasi/ Perkebunan (Mete dan Atsiri)

Page 66: omEKTORAT PENGOLABAN BASIL PERTANIAN DITJEN …

Pengarah

Nara Sumber

Tim Penyusun

TIM PENYUSUN

Ir. Chairul Rachman, MM

Direktur Pengolahan Hasil Pertanian

Prof. Dr. Ir. Roni Kastaman, M.Sc

Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.Sc

Ir. Edy Mulyono, M.S

Ma'mun, S.Si

Dr. Ir. Joni Munarso

Ir. Resfolidia

Ir. Akhmad Suhardiyanto, MSc

Ir. Lucyanti

Ir. Suharto

Jenny LUP, SP. MP

Nurul Chair, SP

Diah Aryanti, SP

Eri Kusmiati, SP

Linda Purwaningrat, S.Tp

Hamdani, S.Tp

Hasanuddin

Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Pengolahan Hasil Perkebunan (Mete dan Atsiri)