banchmarking (19122011)
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 BANCHMARKING (19122011)
1/4
BANCHMARKING
A. Definisi Patok Duga
Patok duga (benchmarking) muncul pada awal 1980, tetapi baru tahun 1990 mulai popular
sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Patok duga merupakan suatu proses
belajar secara sistematika dan terus menerus untuk menganalisis tata kerja terbaik untuk
menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, dengan membandingkan
setiap bagian dari suatu perusahaan dengan perusahaan pesaing yang paling unggul dalam
kelas dunia. Benchmarking juga di definisikan sebagai suatu pendekatan produktif yang
memungkinkan pihak manajemen perusahaan memahami bisnis yang dilakukan, pasar yang
dilayani, serta dapat memotivasi manajemen untuk memfokuskan perhatian pada usaha-usaha
perbaikan terus menerus (continous improvement) dan mengimplementasikan manajemen
perubahan. (Gaspersz, 2008)
Camp (1989) dalam Gaspersz (2008) mengemukakan bahwa benchmarking merupakan suatu
proses pencarian secara kontinu untuk ide-ide baru dan metode-metode baru, praktek dan
proses, dan salah satu usaha mengadopsi praktek-praktek atau mengadaptasikan features
terbaik, kemudian menerapkannya untuk memperoleh hasil terbaik dari yang terbaik (best of
the best). Dengan kata lain benchmarking merupakan pencarian untuk praktek terbaik. Di
Amerika perusahaan yang ingin meningkatkan keuntungan dan mencapai keunggulan
kompetitif selalu menerapkan benchmarking.
Ada beberapa cara dapat ditempuh dalam melakukan benchmarking, diantaranya ialah
dilakukan sendiri oleh perusahaan yakni melakukan proses pencarian dan penelusuranterhadap profil-profil perusahaan yang akan dilakukan benchmarking, dapat menyewa
lembaga konsultan, dan berpartisipasi dalam sebuah benchmarking yang diselenggarakan
oleh perusahaan lain. (Adiyas, 2011)
Dari defenisi patok duga tersebut ada empat factor kunci yang akan dijelaskan lebih Lanjut
yaitu :
1. Proses yang Berkesinambungan
Patok duga adalah perbaikan diri sendiri ( self improvement) dan proses manajemen yang
harus berkesinambungan agar makin efektif. Patok duga merupakan proses belajar secarasistematis dan terus menerus, karena praktek-praktek industry secara konstan berubah.
Pemimpin industri secara konstan menjadi lebih kuat. Hanya perusahaan-perusahaan yang
mengejar patok duga secara disiplin yang akan berhasil mencapai kinerja terbaik
.
2. Pengukuran
Pengukuran dapat diselesaikan dengan dua cara. Praktek-praktek internal dan eksternal dapat
dibandingkan dan suatu pernyataan perbedaan yang signifikan dapat didokumentasikan.
Praktek-praktek dapat dikuantifikasikan untuk menunjukkan suatu pengukuran analitis daricela antara praktek-praktek. Ia mengkuantifikasikan ukuran dari kesempatan. Matriks yang
-
8/3/2019 BANCHMARKING (19122011)
2/4
dihasilkan dari ukuran itu adalah yang mencakup hanya satu pemikiran, yang paling disukai
oleh para manajer.
3. Produk, Jasa, dan Praktek
Patok duga dapat diterapkan pada semua praktek-praktek dan metode proses, yangmendukung produk dan jasa secara efektif agar memenuhi kepuasan pelanggan.
4. Perusahaan terkenal Sebagai Pemimpin Industri dunia
Patok duga harus diarahkan pada perusahaan-perusahaan dan fungsi-fungsi usaha yang diakui
sebagai yang terbaik atau sebagai pemimpin industri terbaik, seperti bank untuk pemrosesan
dokumen yang tanpa kesalahan. Contoh beberapa kandidat patok duga kelas dunia (worldclass benchmarking candidates) adalah Sony, Edison, MCI, dan lain-lain. Beberapa
perusahaan terkenal yang termasyhur di Asiayang dipilih olehAsian Institute of Management(AIM) adalah SIA, Ayala, Shell of Thailand, Cathay Pacific, Malaysia Airlines, dan Bank
Niaga.
B. Pemikiran Perlunya Benchmarking (Patok Duga)
Dorongan untuk melakukan patok duga ditentukan oleh faktor pemenuhan kepuasan
pelanggan yang sifatnya dinamis serta dapat meningkatkan daya saing dalam menghadap
liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi.
Patok duga dimaksudkan untuk secara langsung meningkatkan efisiensi operasi dan strategi
perusahaan. Konsep patok duga mengarah pada orientasi budaya menuju usaha belajar,
peningkatan keterampilan karyawan, dan efisiensi yang pada gilirannya mengarah padaproses perbaikan berkelanjutan.
Menurut Karlof dan Ostblom (1993:80), konsep efisiensi yang ingin dicapai melalui patok
duga mengandung 4 komponen dasar, yaitu kualitas, harga, volume produksi, dan biaya
produksi.
Patok duga digunakan untuk menentukan proses yang akan diperrbaiki secara
berkesinambungan, yang menawarkan jalan tercepat untuk mencapai perbaikan kinerja yang
nyata.
Faktor faktor yang dipertimbangkan untuk mendorong suatu perusahaan melakukan patokduga,adalah sebagai berikut :
1. Komitmenterhadap pelaksanaan manajemen mutu terpadu.
2. Fokus pada pelanggan.
3.Product to market time.
4. Waktu siklus manufaktur.
5. Laba.
-
8/3/2019 BANCHMARKING (19122011)
3/4
Dengan melaksanakan patok duga, Roos (1994:141) mengemukakan manfaat-manfaat yang
diperoleh berikut ini :
1. Perubahan Budaya Perusahaan
Patok duga memungkinkan perusahaan menetapkan target kinerja baru yang realistis yangakan meyakinkan setiap orang dalam organisasi mengenal kredibilitas target yang ingin
dicapai.
2. Perbaikan Kinerja
Patok duga memungkinkan perusahaan mengetahui adanya kesenjangan-kesenjangan tertentu
dalam kinerja dan proses yang akan diperbaiki. Hal ini bermanfaat bagi perancangan ulang
produk untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan
3. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia
Patok duga memberikan dasar pelatihan karyawan. Para karyawan menyadari adanya
kesenjangan antara apa yang mereka kerjakan dan apa yang dikerjakan di perusahaan terbaik
di kelasnya. Usaha mengurangi kesenjangan memerlukan keterlibatan karyawan dalam setiap
pemecahan masalah dan perbaikan proses. Melalui keterlibatan tersebut, serta setiap
karyawan mengalami peningkatan kemampuan dan keterampilan.
C. Jenis-Jenis Benchmarking (Patok Duga)
Pada dasarnya terdapat empat jenis patok duga yaitu :
1. Internal Benchmarking
Internal benchmarking merupakan investigasi patok duga yang paling mudah diterapkan yaitu
dengan membandingkan operasi-operasi di antara fungsi-fungsi dalam organisasi itu sendiri.
Dengan demikian Internal Benchmarking dapat dikatakan sebagai suatu paket upayaperbaikan terus-menerus untuk mengidentifikasi praktek bisnis terbaik yang ada dalam
lingkungan perusahaan sendiri. Sebagai contoh, bila praktek bisnis di salah satu anak
perusahaan atau unit bisnis setelah diteliti memiliki informasi yang terbaik, maka sifat-sifat
tertentu yang unggul ini kemudian ditularkan kepada anak perusahaan yang lain atau unit
bisnis lain yang berada dalam kelompok perusahaan yang sama.
2. Competitive Benchmarking
Competitive Benchmarking merupakan tingkatan yang lebih lanjut dari Internal Benchmarking. Competitive Benchmarking berfungsi untuk memposisikan produk perusahaan terhadap produk pesaing. Competitive Benchmarking diterapkan untuk
menciptakan atau meningkatkan daya saing serta mampu memperbaiki posisi produk dalam
pasar yang kompetitif. Melalui Competitive Benchmarkingakan diperoleh informasi tentangperformansi terbaik dari pesaing, dimana informasi ini dapat dipergunakan oleh perusahaan
untuk menciptakan produk yang lebih baik dari yang baik.
3. Fungsional Benchmarking
-
8/3/2019 BANCHMARKING (19122011)
4/4
Fungsional Benchmarking merupakan jenis patok duga yang tidak harus membatasi pada
perbandingan terhadap pesaing langsung. Fungsional Benchmarking dapat melakukaninvestigasi pada perusahaan-perusahaan yang unggul dalam industri yang tidak sejenis.
Bagaimanapun relevansi dari perbandingan pada Fungsional Benchmarking perludipertahankan melalui pendefenisian karakteristik performansi yang harus serupa dengan
fungsi-fungsi dari perusahaan.
4. Generic Benchmarking
Generic Benchmarking merupakan jenis patok duga dimana beberapa fungsi bisnis dan
proses adalah sama tanpa memperdulikan ketidakserupaan atau ketidaksejenisan diantara
industri-industri. Generic Benchmarking membutuhkan konseptualisasi yang komperhensi,serta merupakan jenis patok duga yang paling sulit. Generic Benchmarking merupakan
perluasan dariFungsional Benchmarking.
1. D. Beberapa Pendekatan
Terdapat beberapa pendekatan dalam melakukan sebuah implementasi benchmarking dalam
area organisasi yang bersifat kecil. Diantaranya ialah:
1. Lakukan sebuah penilaian. Penilaian awal berfungsi untuk melihat sejauhmana
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Penilaian harus
dilakukan dengan baik dan pelaksanaannya dilaksanakan secara menyeluruh di semua
level manajemen. Beberapa hal yang layak mendapatkan penilaian dan perlu untuk
ditindaklanjuti dalam sebuah implementasi benchmarking ialah kepemimpinan,
perencanaan strategis, focus pelayanan pada pasar dan pelanggan, sumberdaya
manusia, proses-proses manajerial.
2. Sumberdaya yang dimiliki perlu untuk dikenali dan diidentifikasi secara kuantitas dan
komitmen yang mereka miliki. Sebab, sumberdaya manusia ialah factor penting
dalam menjalankan implementasi strategi dan suksesi sebuah organisasi.
3. Keutamaan/prioritas, dimaksudkan untuk melihat sisi mana yang layak didahulukan
untuk dilakukan sebuah peningkatan kinerja dan komitmen. Dimana, pada lini
tersebut sangat dibutuhkan dan vital fungsinya untuk ditingkatkan lebih dahulu
dibandingkan dengan lini lainnya.
4. Mengukur dan membandingkan, pengukuran dan perbandingan dilakukan setelah
menentukan sebuah skala prioritas. Hal ini sebagai sebuah tindak lanjut dari proses
prioritas untuk melihat sejauhmana korelasi kunci-kunci proses dan apa
kesalahan/hambatan/celah dalam pelaksanaan lini prioritas dalam melakukan kinerjaoptimal.
5. Penelitian, hal ini diperlukan dalam melihat factor-faktor apa sajakah yang
menyebabkan sesuatu dapat menuai sukses lalu dapat ditingkatkan atau dipertahankan
sehingga diterapkan pada organisasi/lini yang diharapkan dapat memiliki performa
optimal.
6. Implementasi, tahapan pelaksanaan dari semua urutan diatas sebagai bentuk praktek
dan pelaksanaan benchmarking yang telah dilakukan.
7. Mengukur dan mengevaluasi, apa kesalahan dan koreksi atau masukan apa yang dapat
digunakan untuk melakukan sebuah perbaikan.