balai besar penelitian dan pengembangan pascapanen...

77
LAPORAN KINERJA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN TAHUN 2017 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

34 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN KINERJA

    BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIANTAHUN 2017

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN2018

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    iBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    KATA PENGANTAR

    Laporan Kinerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) Tahun 2017 disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

    Laporan ini merupakan media komunikasi pencapaian tujuan dan sasaran strategis organisasi kepada para pengguna yang dibuat sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada BB Pascapanen berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai sesuai dengan Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014.

    Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memenuhi harapan masyarakat, khususnya dalam pengembangan teknologi dan inovasi pascapanen pertanian.

    Bogor, Januari 2018 Kepala Balai Besar,

    Prof. Dr. Ir. Risfaheri, MSi

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    iiiBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................. i

    DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL...................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................v

    DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................vii

    IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................... ix

    BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................1

    BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA .................................6

    2.1. Perencanaan Strategis ..................................................................6

    2.2. Perencanaan Kinerja ....................................................................11

    2.3. Perjanjian Kinerja ........................................................................12

    BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .........................................................13

    3.1.Pengukuran Capaian Kinerja ..........................................................13

    3.2.Analisis Capaian Kinerja ................................................................14

    3.3.Akuntabilitas Keuangan .................................................................45

    BAB IV. PENUTUP ..................................................................................48

    LAMPIRAN ............................................................................................50

    DAFTAR ISI

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    iv Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Target dan rencana kinerja tahunan BB Pascapanen tahun 2015-2019.................................................................... 8

    Tabel 2. Perencanaan Kinerja BB Pascapanen TA.2017 .......................... 12

    Tabel 3. Perjanjian Kinerja (PK) BB Pascapanen TA. 2017 ...................... 12

    Tabel 4. Matriks tingkat capaian kinerja BB Pascapanen TA. 2017 .......... 14

    Tabel 5. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 1 tahun 2017 ....... 15

    Tabel 6. Perbandingan capaian indikator kinerja teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) tahun 2017 dengan tahun 2010-2017 ............................................................................. 15

    Tabel 7. Perbandingan capaian indikator kinerja 1 tahun 2017 terhadap target Renstra 2015-2019 ....................................................... 16

    Tabel 8. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 2 ........................ 27

    Tabel 9. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 selama periode 2012-2017 ............................................................................. 28

    Tabel 10. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 terhadap target Renstra 2015 -2019 ................................................................ 28

    Tabel 11. Invensi yang telah didaftarkan sebagai paten tahun 2017 ......... 43

    Tabel 12. Daftar invensi yang telah terbit sertifikat paten tahun 2017 ...... 44

    Tabel 13. Penghargaan yang diterima oleh BB Pascapanen dan SDM di BB Pascapanen Tahun 2017 .................................................... 45

    Tabel 14. Realisasi anggaran BB Pascapanen TA. 2017 ............................ 46

    Tabel 15. Pagu dan realisasi anggaran masing-masing indikator kinerja yang ada pada perjanjian kinerja (PK) BB Pascapanen ............. 46

    Tabel 16. Nilai efisiensi per indicator kinerja utama BB Pascapanen TA. 2017 ............................................................................... 47

    Halaman

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    vBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Halaman

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Prototipe auto-pneumatic husking dan hasil fabrikasi auto-pneumatic husking pada konstruksi husker ...........................17

    Gambar 2. Proses produksi asap cair dari sekam padi.............................17

    Gambar 3. Produk nanobiosilika dari sekam padi dengan merk dagang BioSINTA ...........................................................................18

    Gambar 4. Kondisi pertanaman padi di lahan sawah petani: (a) tanpa nanobiosilika, (b) diberi nanobiosilika serbuk, (c) diberi nanobiosilika gel, dan (d) diberi nanobiosilika cair ..................19

    Gambar 5. Asap cair kasar (kiri) dan setelah destilasi (kanan) .................20

    Gambar 6. Desain dan dimensi kit aflatoksin generasi ke 5 .....................21

    Gambar 7. Benih kedelai dalam kemasan plastik (A) tanpa coating; (B) coating bukan nano; (C) nano-coating; dan (D) kemasan karung ................................................................................21

    Gambar 8. TSS tergranulasi ..................................................................22

    Gambar 9. Minyak bawang merah .........................................................23

    Gambar 10. Teknologi pelayuan bawang merah di dalam instore dryer ......23

    Gambar 11. Showcase untuk aplikasi penyimpanan cabai segar pada atmosfir terkendali ...............................................................24

    Gambar 12. Produk hasil olahan sorghum di Flores Timur, NTT .................25

    Gambar 13. Produk olahan mie sorghum di Demak, Jawa Tengah .............26

    Gambar 14. Bimtek dan uji preferensi mie hanjeli ....................................26

    Gambar 15. Rasi kontrol, rasi goreng, rasi uduk, dan hasil pemasakan ......27

    Gambar 16. Mie ubikayu .........................................................................27

    Gambar 17. Pengeringan bawang merah dengan instore dryer sebanyak 10,8 ton di Kabupaten Solok, Sumatera Barat ........................30

    Gambar 18. Produk bawang merah kering dan bawang giling hasil ujicoba produksi oleh Wanita Kreatif Nagari Sei Nanam, Kec. Lembah Gumanti, Kab. Solok ............................................................31

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    vi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Gambar 19. Produk olahan bawang merah yang dihasilkan Kelompok Tani Mekar Jaya, Brebes, Jawa Tengah .........................................31

    Gambar 20. Teknologi AP-RMU yang berada di Kawasan Bioindustri Padi di Wilayah Perbatasan, Pulau Kundur, Karimun, Provinsi Kepulauan Riau ...................................................................32

    Gambar 21. Bimbingan teknis pengolahan rasi baru .................................32

    Gambar 22. Bangunan unit penyosohan sorghum Desa Raji, Demak, Jawa Tengah berisi alat penyosoh sorghum ...........................33

    Gambar 23. Bimtek pengolahan sorghum di Flores Timur .........................33

    Gambar 24. Bimtek pengolahan sorghum di Desa Raji, Demak, Jawa Tengah .......................................................................33

    Gambar 25. Panen padi varietas Ciherang di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, tempat uji aplikasi nanobiosilika dan ujicoba di Lahan petani di Desa Padang Lageun, Kec. Calang, Kab. Aceh Jaya, Aceh ...............................................34

    Gambar 26. Partisipasi BB Pascapanen pada Agrinex Expo 2017................38

    Gambar 27. Kunjungan Menteri Pertanian RI dan Pimpinan Komisi IV DPR-RI di stand BB Pascapanen ...........................................38

    Gambar 28. Tampilan Facebook, Twitter, dan Instagram BB Pascapanen ...38

    Gambar 29. Leaflet Teknologi Pascapanen ..............................................39

    Gambar 30. Bimtek pengolahan cabai UMKM se-Jabodetabek ...................39

    Gambar 31. Pelaksanaan Penandatanganan Kerjasama BB Pascapanen dengan Dinas Pertanian Kab. Solok yang diketahui oleh Bupati Solok dan Kepala Balitbangtan yang diwakili Kepala Puslitbangtan ......................................................................42

    Gambar 32. Penandatanganan Kerjasama BB Pascapanen dengan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) LISELI .......42

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    viiBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Struktur Organisasi BB Pascapanen ..................................51Lampiran 2. Sumberdaya Manusia dan Anggaran BB Pascapanen .........52Lampiran 3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Badan

    Litbang Pertanian 2015 - 2019 ........................................53Lampiran 4. Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2017 .............................54Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ..........................................55Lampiran 6. Pengukuran Kinerja Tahun 2017 ......................................59Lampiran 7. Bukti sertifikat dan piagam penghargaan yang diperoleh BB Pascapenn TA. 2017 ...................................................60Lampiran 8. Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2017 .........................61Lampiran 9. Komposisi Pagu Anggaran DIPA Tahun 2017 dan Realisasi

    PNBP Jasa Laboratorium .................................................63Lampiran 10. Grafik pencapaian kinerja BB Pascapanen TA. 2017

    berdasarkan aplikasi SMART (PMK 249 tahun 2011) ...........64

    Halaman

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    ixBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    IKHTISAR EKSEKUTIF

    Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, selama kurun waktu 2015-2019 BB Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut: a) Menyediakan teknologi dan inovasi pascapanen pertanian yang mendukung pencapaian swasembada pangan maupun peningkatan nilai tambah dan daya saing serta percepatan diversifikasi pangan, dengan indikator tujuan jumlah teknologi pascapanen pertanian (penanganan dan pengolahan) dan jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian; b) Meningkatkan diseminasi teknologi pascapanen di tingkat pengguna dan jejaring kerjasama nasional dan internasional dalam rangka peningkatan kapasitas ilmiah dan dampak inovasi pascapanen pertanian, dengan indikator tujuan jumlah model agrobio-industri, jumlah model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai, jumlah publikasi dan HaKI, dan jumlah perjanjian kerjasama; dan c) Menjamin pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian yang dikelola secara berkualitas dan terstandarisasi, dengan indikator tujuan jumlah terpeliharanya sistem mutu manajemen dan penelitian.

    Sasaran BB Pascapanen dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut: a) Tersedianya teknologi pascapanen pertanian dengan indikator kinerja 84 (delapan puluh empat) teknologi pascapanen pertanian (penanganan dan pengolahan); b) Tersedianya rekomendasi kebijakan dengan indikator kinerja 15 (lima belas) rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian; c) Tersedianya produk dan model hasil penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian (model agrobio-industri) serta peningkatan jejaring kerjasama nasional dan internasional dengan indikator kinerja 2 (dua) model agrobio-industri, 13 (tiga belas) model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung, 75 (tujuh puluh lima) publikasi, 10 (sepuluh) HaKI, dan 25 (dua puluh lima) perjanjian kerjasama; serta d) Jaminan pengelolaan secara berkualitas dan terstandarisasi dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dengan indikator kinerja terpeliharanya 3 sistem mutu manajemen dan penelitian (ISO 9001:2008 dan atau ISO 9001:2015, SNI ISO/IEC 17025:2008 dan KNAPPP).

    BB Pascapanen telah menetapkan satu sasaran strategis, yaitu “Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bioindustri berkelanjutan”. Sasaran strategis tersebut diukur dengan dua indikator kinerja sasaran, yaitu: a) Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis dan Komoditas Unggulan Lainnya, dan b) Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dengan membandingkan antara target dan capaian, indikator kinerja sasaran pertama dan kedua tersebut dapat dicapai dengan kategori berhasil (capaian 100%). Hal tersebut menunjukkan

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    x Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    bahwa BB Pascapanen telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.

    Indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis dan Komoditas Unggulan Lainnya” berhasil memperoleh 15 teknologi sesuai target, yang meliputi: a) Teknologi proses pengupasan (dehusking) menggunakan sistem auto-pneumatic untuk menghasilkan rendemen tinggi; b) Teknologi produksi asap cair menggunakan bahan bakar sekam; c) Teknologi produksi nanobiosilika dari abu sekam pada skala pilot; d) Teknologi aplikasi nanobiosilika pada tanaman padi sawah skala lapang; e) Teknologi formulasi asap cair dari sekam padi sebagai bahan biopestisida; f) Teknologi skrining awal deteksi cemaran aflatoksin pada jagung di tingkat petani; h) Teknologi formulasi nano-coating benih kedelai untuk meningkatkan daya simpan benih minimal 6 bulan; i) Teknologi granulasi True Seed of Shallot (TSS); j) Teknologi pembuatan minyak bawang serta pemanfaatan hasil sampingnya; k) Teknologi pelayuan bawang merah; l) Teknologi penanganan cabai segar melalui penyimpanan CAS (Controlled Atmosphere Storage); m) Teknologi modifikasi proses pengolahan sorghum menjadi berasan sorghum untuk peningkatan kualitas produk pangan lokal; n) Teknologi modifikasi proses pengolahan sorghum menjadi mie sorghum sebagai alternatif pangan pokok lokal; o) Paket teknologi proses pengolahan hanjeli sebagai pangan lokal strategis penghasil produk pangan sesuai preferensi konsumen; dan p) Paket teknologi modifikasi proses pengolahan ubi kayu untuk peningkatan kualitas produk pangan lokal.

    Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” berhasil memperoleh 3 rekomendasi kebijakan sesuai dengan target yang ditentukan, yang meliputi: a) Rekomendasi kebijakan peningkatan mutu dan keamanan pangan beras berpemutih; b) Rekomendasi kebijakan peningkatan mutu dan keamanan pangan bawang dan cabai kering impor; dan c) Rekomendasi kebijakan penentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras.

    Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu komitmen yang kuat dari pimpinan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan, sumberdaya manusia, sumberdaya sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran. Dari aspek tata kelola, BB Pascapanen telah menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil litbang, termasuk didalamnya aspek monitoring dan evaluasi.

    Selain faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, terdapat beberapa kendala yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain: a) Bahan baku yang diperlukan pada beberapa kegiatan penelitian ketersediaannya sangat tergantung pada musim panen, b) Pengadaan bahan yang harus inden dan sulit didapat sehingga perlu waktu yang agak lama,

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    xiBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    dan c) Jadwal pemakaian beberapa peralatan laboratorium dan analisis sangat padat sehingga terjadi antrian pemakaian.

    Beberapa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan telah diupayakan untuk diatasi, dan langkah-langkah yang telah ditempuh tersebut dapat dijadikan langkah antisipatif dalam mengatasi hambatan dan kendala yang mungkin dihadapi pada pelaksanaan kegiatan tahun mendatang. Langkah-langkah yang telah dilaksanakan tersebut, yaitu: a) Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan secara cermat, b) Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir tahun anggaran), c) Meningkatkan kompetensi SDM dalam rangka pencapaian sasaran mutu yang diharapkan, dan d) Menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat untuk mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kegiatan.

    Untuk membiayai operasional, TA. 2017 BB Pascapanen mendapat anggaran sebesar Rp 23.720.000.000,-. Secara keseluruhan realisasi anggaran yang berhasil diserap untuk membiayai seluruh kegiatan BB Pascapanen sampai dengan 31 Desember 2017 sebesar Rp 23.368.188.619,- (98,52%), dengan realisasi per jenis belanja yaitu belanja pegawai Rp 10.689.239.933,- (97,17%), belanja barang Rp 11.622.961.686,- (99,71%), dan belanja modal Rp 1.055.987.000,- (99,33%). Realisasi belanja barang sebesar Rp 11.622.961.686,- terdiri atas belanja barang non operasional sebesar Rp 6.464.727.148,- dan belanja barang operasional sebesar Rp 5.158.234.538,-.

    Pagu anggaran tahun 2017 untuk 2 (dua) indikator kinerja yang ada pada perjanjian kinerja (PK) berkisar antara Rp 242.000.000-Rp 2.585.000.000. Realisasi anggaran untuk masing-masing indikator kinerja tersebut berkisar antara 99,74-99,99%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana, dan output yang direncanakan dapat dihasilkan dengan baik.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    1Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    BAB I. PENDAHULUAN

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) merupakan salah satu unit kerja yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian. Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003, BB Pascapanen mempunyai tugas, yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tertuang dalam SK Menteri Pertanian tersebut, BB Pascapanen menyelenggarakan fungsi: 1) Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan pelaporan litbang teknologi pascapanen, 2) Pelaksanaan penelitian identifikasi dan karakterisasi sifat fungsional dan mutu hasil pertanian, 3) Pelaksanaan penelitian pengolahan hasil, perbaikan mutu, pemanfaatan limbah, dan pengembangan produk baru, 4) Pelaksanaan penelitian teknologi proses fisik, kimia, dan biologi hasil pertanian, 5) Pelaksanaan penelitian keamanan pangan hasil pertanian dan pengembangan mutu pascapanen produk pertanian, 6) Pelaksanaan analisis kebijakan pascapanen pertanian, 7) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis bidang pascapanen pertanian, 8) Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian pascapanen pertanian, 9) Pelaksanaan pengembangan sistem informasi hasil penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian, dan 10) Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, dan perlengkapan BB Pascapanen.

    Dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, BB Pascapanen memiliki struktur organisasi yang terdiri atas tiga Bagian/Bidang dengan tujuh Sub Bagian/Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional (Lampiran 1). Kelompok jabatan fungsional peneliti terdiri atas dua kelompok peneliti (kelti) berdasarkan bidang masalah yaitu Kelti Fisiologi dan Penanganan Pascapanen dan Kelti Teknologi Proses Hasil Pertanian, yang ditetapkan dengan SK Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Nomor 103/Kpts/KP.340/H.10/7/2017 tanggal 26 Juli 2017 tentang Perubahan Kelompok Peneliti, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Kelompok Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Surat Keputusan tersebut merupakan perubahan dari SK Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Nomor 851/Kpts/KP.340/I.10/2/2016 tanggal 4 Pebruari 2016 tentang Penetapan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Kelompok Peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dalam rangka merespon berbagai isu global dan nasional serta dinamika perkembangan Iptek yang sangat pesat.

    Kegiatan litbang pascapanen pertanian senantiasa mempertimbangkan berbagai dinamika lingkungan strategis, antara lain semakin meningkatnya

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    2 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    permintaan terhadap komoditas pertanian karena pesatnya pertumbuhan penduduk, semakin langkanya energi fosil, perubahan iklim, semakin cepatnya alih fungsi lahan, serta adanya persaingan bahan baku untuk pangan, pakan, serat, dan energi. Untuk itu, BB Pascapanen terus berinisiatif melakukan langkah-langkah terobosan dan visioner melalui optimalisasi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas sumberdaya penelitian yang dimiliki.

    Sumberdaya Manusia. Sebagai pranata penelitian dan pengembangan yang handal dan mampu berperan sebagai inisiator teknologi pascapanen pertanian yang diakui pada skala nasional dan internasional, BB Pascapanen telah memperoleh akreditasi SNI ISO/IEC 17025:2008 sejak tahun 2007, ISO 9001:2008 sejak tahun 2010 dan akreditasi KNAPPP sejak tahun 2013. Untuk penerapan dan pelaksanaan akreditasi ini diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas yang memiliki kompetensi tinggi, profesional, dan amanah. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak bagi SDM BB Pascapanen untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkualitas. BB Pascapanen memberikan prioritas tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga profesional dalam melaksanakan program penelitian pascapanen pertanian. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan BB Pascapanen yang terakreditasi secara berkelanjutan serta mampu memberikan kontribusi nyata dalam inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian. Pembinaan SDM antara lain dilakukan dengan mendorong setiap pegawai untuk memasuki jenjang fungsional sebagai peneliti dan teknisi litkayasa, meningkatkan kegiatan pelatihan internal serta melaksanakan kegiatan seminar secara berkala. Pengembangan SDM dilakukan pula dengan cara memberikan kesempatan kepada pegawai BB Pascapanen untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di dalam maupun luar negeri.

    Pada akhir tahun 2017, jumlah pegawai BB Pascapanen sebanyak 136 orang. Jabatan fungsional di BB Pascapanen terdiri atas jabatan fungsional peneliti, teknisi litkayasa, arsiparis, pustakawan, pranata komputer, pranata humas, fungsional umum, dan struktural. Kelompok jabatan fungsional peneliti berjumlah 57 orang, terdiri atas Peneliti Utama 10 orang, Peneliti Madya 13 orang, Peneliti Muda 23 orang, Peneliti Pertama 9 orang, dan peneliti non kelas 2 orang. Dari jumlah tenaga fungsional peneliti terdapat 4 orang yang merangkap jabatan sebagai pejabat struktural. Kelompok fungsional teknisi litkayasa berjumlah 18 orang, yang terdiri atas Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 5 orang dan Teknisi Likayasa Pelaksana 13 orang. Selain itu terdapat jabatan fungsional lain, yaitu 1 orang arsiparis, 2 orang pustakawan, 1 orang pranata komputer, dan 1 orang pranata humas. Komposisi pegawai BB Pascapanen berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional dapat dilihat pada Lampiran 2.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    3Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Sumberdaya Sarana/Prasarana. Sejak tahun 2013, telah dilakukan revitalisasi peningkatan kapasitas sarana prasarana yang berada di Bogor dan Karawang untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BB Pascapanen, baik dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, administrasi manajemen, dan diseminasi. Laboratorium yang terdapat di BB Pascapanen berfungsi sebagai (i) fasilitas utama kegiatan litbang, (ii) laboratorium penguji/jasa analisis yang menghasilkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebagai bentuk optimalisasi aset negara untuk kepentingan pembangunan nasional, dan (iii) fasilitas pelatihan/bimbingan teknis. Berikut laboratorium yang terdapat di BB Pascapanen yang berlokasi di Bogor dan Karawang: 1) Laboratorium Kimia (Bogor), 2) Laboratorium gabah dan berass (Karawang), 3) Laboratorium Mikrobiologi (Bogor), 4) Laboratorium Nanoteknologi (Bogor), 5) Laboratorium fisik (Bogor), 6) Laboratorium Pengolahan Pangan (Bogor), 7) Laboratorium Penanganan Segar (Bogor), 8) Laboratorium Pengembangan (Bogor), 9) Laboratorium Mutu Beras dan Pascapanen Serealia (Karawang). Selain sarana litbang, BB Pascapanen juga telah membangun pusat eksibisi (Gerai Inovasi) di Bogor sebagai cikal bakal dari pengembangan inkubator bisnis pascapanen dalam mempercepat adopsi dan hilirisasi teknologi yang sudah dihasilkan serta mendukung Taman Sain Teknologi Pertanian (TSTP) di wilayah Bogor.

    Sumberdaya Keuangan. Sumberdaya keuangan merupakan faktor yang menentukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi guna merealisasikan tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Selama periode 2010-2017, BB Pascapanen mengelola dana DIPA yang terus meningkat (Lampiran 2c). Anggaran pada TA. 2013 merupakan tertinggi selama periode 2010-2017. Hal ini karena pada TA. 2013 dilakukan pembangunan/pengadaan sarana dan prasarana litbang (antara lain gedung dan peralatan laboratorium) sejalan dengan program Badan Litbang Pertanian dalam memasuki kurva kedua (2nd Curve) yaitu meningkatkan sinergisme program serta pengelolaan dan pemanfaatan aset agar lebih berhasil dan berdaya guna dalam mendukung pencapaian target sukses pembangunan pertanian.

    Pada TA. 2017, BB Pascapanen mengelola anggaran DIPA sebesar Rp 23.720.000.000,-. Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan utama BB Pascapanen, yaitu kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dan kegiatan manajemen (penunjang) lainnya. Kegiatan manajemen lebih ditekankan pada pengelolaan satker yang bersifat rutin dan pelayanan terhadap seluruh pegawai BB Pascapanen. Selain melalui dana DIPA, anggaran penelitian diperoleh melalui dana non-DIPA (kerjasama). Upaya peningkatan pendanaan melalui non-DIPA dalam rangka memenuhi pembiayaan penelitian terus dilakukan antara lain melalui peningkatan kerjasama penelitian dan pemanfaatan hasil penelitian baik dari dalam maupun luar negeri (seperti AFACI, CIRAD, Japan Asean Initiative Fund, KP4S, RistekSinas, dan lainnya).

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    4 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Tata Kelola. Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi dengan perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek yaitu: 1) Penganggaran terpadu (unified budgeting), penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana, 2) Sistem penganggaran yang berbasis kinerja (performance based budgeting), dan 3) Kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure frame work), konsep terbaik dalam pengelolaan keuangan publik (public expenditure management/PEM) saat ini.

    Untuk menjamin tercapainya good governance dan clean government di BB Pascapanen, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Dalam rangka pelaksanaan SPI untuk mendukung reformasi birokrasi, BB Pascapanen telah membentuk Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI), menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP), serta melakukan Analisis Jabatan (Anjab) dan Analisis Beban Kerja (ABK). BB Pascapanen telah memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada tanggal 1 Maret 2010 sebagai komitmen dalam melaksanakan penataan aparatur melalui SPI, SOP, Anjab, ABK serta penerapan ISO 9001:2008, yang akan berdampak pada efektifitas dan efisiensi organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Akreditasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 telah beberapa kali berhasil diperpanjang, pada tahun 2013 dan 2016. Selain itu, BB Pascapanen telah menerapkan manajemen korporasi dan menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil litbang. BB Pascapanen mendapatkan akreditasi dari KNAPPP dengan Nomor PLM 040-INA pada tanggal 18 Desember 2013 dengan masa berlaku akreditasi selama 3 tahun, pada tahun 2017 sedang dalam proses re-akreditasi. Sebagai pranata litbang, kehandalan hasil pengujian di BB Pascapanen tercermin dari terakreditasinya laboratorium BB Pascapanen oleh Komite Akreditasi Nasional sesuai SNI ISO/IEC 17025:2008 dengan nomor sertifikat LP-366 IDN sejak tahun 2007. Selain itu, BB Pascapanen juga telah ditetapkan sebagai salah satu Lembaga Pusat Unggulan IPTEK oleh Kementerian Ristek sejak tahun 2015 dan selalu dievaluasi setiap tahunnya.

    Dalam pelaksanaan SPI, peran monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan secara periodik dan terus menerus sangat penting untuk menjamin

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    5Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program/kegiatan dan anggaran. Monitoring dilaksanakan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program/kegiatan yang dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya yaitu Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Evaluasi ditujukan dalam rangka pengawasan dan penilaian terhadap perencanaan, pelaksanaan program agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien. Hasil monev menjadi dasar pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk melakukan penyempurnaan kebijakan dan perencanaan pada masa mendatang, serta pelaksanaan program yang sedang berjalan.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    6 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

    2.1. Perencanaan Strategis

    Rencana Strategis (Renstra) BB Pascapanen disusun dalam rangka memenuhi amanat Perpres No. 29 tahun 2014 tentang kewajiban menyusun Renstra dan Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Renstra BB Pascapanen periode 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Renstra Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian periode 2015-2019 Edisi Revisi serta program Nawacita pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

    Renstra BB Pascapanen periode tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan selama lima tahun. Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang, tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini yang dihadapi pembangunan pertanian dan perkembangan Iptek dalam lima tahun ke depan. Renstra ini selanjutnya menjadi acuan dan arahan di lingkup BB Pascapanen dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta manajemen sumber daya untuk mendukung pencapaian sasaran strategis BB Pascapanen selama kurun waktu 2015-2019.

    a. Visi dan Misi

    BB Pascapanen menetapkan visinya sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BB Pascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan, perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB Pascapanen tahun 2015-2019 ditetapkan sebagai berikut: “Menjadi Lembaga Penelitian Terkemuka Penghasil Teknologi dan Inovasi Pascapanen Pertanian Mendukung Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”

    Dalam upaya mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Misi BB Pascapanen dirumuskan sebagai berikut:

    1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pascapanen pertanian dalam rangka pencapaian swasembada pangan, percepatan diversifikasi pangan, serta peningkatan nilai tambah dan daya saing;

    2. Memperkuat hilirisasi dan percepatan adopsi inovasi pascapanen pertanian oleh stakeholder;

    3. Meningkatkan kualitas dan pengelolaan sumber daya penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam menghasilkan teknologi dan inovasi bernilai ilmiah tinggi.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    7Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    b. Tujuan

    Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, dalam kurun waktu 2015-2019 BB Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut:

    1. Menyediakan teknologi dan inovasi pascapanen pertanian yang mendukung pencapaian swasembada pangan maupun peningkatan nilai tambah dan daya saing serta percepatan diversifikasi pangan, dengan indikator tujuan: (a) Jumlah teknologi pascapanen pertanian (penanganan dan pengolahan); (b) Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian;

    2. Meningkatkan diseminasi teknologi pascapanen di tingkat pengguna dan jejaring kerjasama nasional dan internasional dalam rangka peningkatan kapasitas ilmiah dan dampak inovasi pascapanen pertanian, dengan indikator tujuan: (a) Jumlah model agrobio-industri; (b) Jumlah model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai; (c) Jumlah publikasi dan HKI; dan (d) Jumlah perjanjian kerjasama;

    3. Menjamin pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian yang dikelola secara berkualitas dan terstandarisasi, dengan indikator tujuan: Jumlah terpeliharanya sistem mutu manajemen dan penelitian.

    c. Sasaran

    Sasaran BB Pascapanen dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:

    1. Tersedianya teknologi dan inovasi pascapanen pertanian dengan indikator kinerja: 84 (delapan puluh empat) teknologi pascapanen pertanian (penanganan dan pengolahan);

    2. Tersedianya rekomendasi kebijakan dengan indikator kinerja: 15 (lima belas) rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian;

    3. Tersedianya produk inovasi dan model pengembangan inovasi pascapanen pertanian (model agrobio-industri) serta peningkatan jejaring kerjasama nasional dan internasional dengan indikator kinerja: 2 (dua) model agrobio-industri; 13 (tiga belas) model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung; 75 (tujuh puluh lima) publikasi; 10 (sepuluh) HKI, dan 25 (dua puluh lima) perjanjian kerjasama;

    4. Jaminan pengelolaan secara berkualitas dan terstandarisasi dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dengan indikator kinerja terpeliharanya 3 sistem mutu manajemen dan penelitian (ISO 9001:2008 dan atau ISO 9001:2015, ISO 17025:2008 dan KNAPPP).

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    8 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Untuk mencapai sasaran BB Pascapanen tahun 2015-2019, maka disusun langkah operasional berupa rencana tindak pembangunan jangka menengah BB Pascapanen tahun 2015-2019. Dalam rencana tindak pembangunan jangka menengah tersebut telah ditetapkan target dan indikator kinerja yang akan dicapai secara bertahap dalam kurun waktu 2015-2019 (Tabel 1), sebagai berikut:Tabel 1. Target dan rencana kinerja tahunan BB Pascapanen tahun 2015-2019

    Sasaran Indikator Kinerja Target2015 2016 2017 2018 2019 Total

    Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bioindustri berkelanjutan

    a. Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)

    13 20 15 17 19 84

    b. Jumlah model agrobioindustri terpadu

    2 0 0 0 0 2

    c. Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian

    3 3 3 3 3 15

    Terbangunnya model penanganan pasca panen tanaman pangan

    d. Jumlah model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai

    13 0 0 0 0 13

    d. Arah Kebijakan dan Strategi Litbang Pascapanen Pertanian

    Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian disusun dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2015–2019 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien, dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumber daya penelitian secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan institusi lain baik nasional maupun internasional.

    Pembangunan pertanian dalam periode 2015-2019 diarahkan kepada upaya percepatan peningkatan produksi dan diversifikasi pangan dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pangan dan pertanian, peningkatan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    9Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Arah Kebijakan Litbang Pascapanen Pertanian

    Arah kebijakan Litbang Pascapanen Pertanian 2015–2019 meliputi:

    a. Memperkuat kebijakan biobased technology untuk ketahanan pangan mendukung sistem inovasi pascapanen;

    b. Mempercepat program diversifikasi pangan melalui implementasi teknologi inovatif pascapanen pertanian berbasis sumber daya lokal;

    c. Memanfaatkan advanced technology untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas teknologi pascapanen pertanian;

    d. Meningkatkan sumberdaya penelitian dan sumberdaya manusia untuk menciptakan suasana kehidupan ilmiah yang kondusif mendukung inovasi teknologi pascapanen pertanian yang berkualitas dan terakreditasi;

    e. Meningkatkan kerjasama penelitian dan pengembangan dengan lembaga terkait lainnya;

    f. Meningkatkan scientific recognition dan impact recognition, dengan mendorong adopsi teknologi pascapanen pertanian baik secara nasional maupun internasional;

    g. Mengembangkan teknologi pascapanen dengan memperhatikan aspek dayaguna dan sosioekonomi (tekno-sosioekonomi).

    Strategi Litbang Pascapanen Pertanian

    Strategi penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam tahun 2015-2019 sebagai berikut:

    a. Menyusun prioritas, rencana, dan sinkronisasi kegiatan penelitian pascapanen pertanian sesuai dengan kebutuhan konsumen (pengguna akhir);

    b. Mengembangkan penelitian dasar, terapan dan model agrobio-industri yang inovatif dan prospektif dengan memanfaatkan advanced technology untuk mempercepat penciptaan inovasi teknologi pascapanen pertanian;

    c. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian secara terpadu berbasis sumberdaya dan kearifan lokal sesuai kebutuhan pengguna yang berorientasi HKI;

    d. Mengembangkan kegiatan litbang koordinatif baik lingkup Balitbangtan maupun pihak luar (Pemerintah dan Swasta);

    e. Mengembangkan pelaksanaan penelitian, pengkajian, pengembangan, dan penerapan (litkajibangrap) teknologi dan inovasi pascapanen pertanian dalam satu rangkaian kegiatan;

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    10 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    f. Menerapkan beragam komponen teknologi mendukung operasionalisasi model agrobio-industri;

    g. Merumuskan rekomendasi kebijakan pascapanen pertanian secara antisipatif dan responsif mendukung program strategis Kementerian Pertanian;

    h. Meningkatkan pendayagunaan hasil penelitian pascapanen pertanian melalui media/sarana publikasi (Jurnal, buku teknologi, poster, leaflet, gerai, media elektronik dan media sosial), kegiatan promosi (business meeting, pameran, gelar teknologi, dan ekspose), magang/bimbingan teknis pascapanen pertanian, pengiriman tenaga ahli/narasumber, dan pertemuan ilmiah;

    i. Membangun dan mengembangkan kegiatan kerjasama penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian melalui jejaring public-private–partnership dengan lembaga nasional seperti Ditjen Teknis, Perguruan Tinggi, Lembaga Riset Nasional, Swasta dan lembaga internasional;

    j. Meningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya penelitian pascapanen pertanian baik manajemen maupun teknis sesuai dengan perkembangan IPTEK seperti penerapan Sistem Akuntansi Instansi (SAI), SIMAK-BMN, SIM-ASN, Intranet Program (i-prog) dan dinamika lingkungan strategis lainnya;

    k. Mengefektifkan penggunaan sumber daya penelitian melalui monitoring dan evaluasi (e-monev), sistem pengendalian internal (SPI) serta mengimplementasikan standar pranata litbang baik nasional maupun internasional seperti KNAPPP, ISO 9001 :2008 dan/ atau ISO 9001:2015, serta SNI ISO/IEC 17025:2008.

    e. Program dan Kegiatan

    Kegiatan BB Pascapanen difokuskan untuk menghasilkan teknologi dan inovasi penanganan dan pengolahan hasil pertanian mendukung kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani melalui upaya pencapaian swasembada pangan berkelanjutan serta peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor.

    Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dilakukan dalam skala laboratorium, pilot, dan skala komersial melalui kegiatan penelitian penanganan segar dan pengolahan produk pertanian. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan iptek tepat guna untuk menghasilkan teknologi dan produk baru yang inovatif dan bermanfaat untuk masyarakat luas, diantaranya teknologi penanganan pascapanen dan pengolahan untuk meningkatkan mutu, daya simpan, dan keamanan pangan,

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    11Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    pengembangan produk pangan lokal fungsional non beras dengan cita rasa dan citra yang tinggi, serta pengembangan produk baru dengan memanfaatkan limbah pertanian atau hasil samping pengolahan.

    Selain kegiatan penelitian dan pengembangan yang menghasilkan teknologi inovatif, analisis kebijakan dilakukan untuk menghasilkan rumusan kebijakan di bidang pascapanen sebagai bahan rekomendasi bagi pemangku kepentingan.

    Dalam upaya mendiseminasikan hasil penelitian pascapanen pertanian, maka dilakukan berbagai kegiatan difusi dan diseminasi teknologi serta kerjasama penelitian dan kemitraan dengan para stakeholders. Selain itu, dukungan manajemen diperlukan dalam meningkatkan kualitas dan pengelolaan sumber daya penelitian melalui penyelenggaraan perencanaan dan evaluasi, manajemen ketatausahaan, serta kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian.

    f. Indikator Kinerja Utama

    Salah satu upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BB Pascapanen tahun 2015–2019, maka disusun langkah operasional berupa rencana tindak pembangunan jangka menengah BB Pascapanen tahun 2015–2019. Dalam rencana tindak tersebut telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) selama tahun 2015–2019 dan capaian kinerja setiap tahun (Lampiran 3). Indikator kinerja utama BB Pascapanen dalam kurun waktu 2015–2019 sebagai berikut:

    - Tersedianya teknologi pascapanen pertanian (penanganan dan pengolahan);

    - Tersedianya model agrobio-industri terpadu;

    - Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian;

    - Model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai.

    2.2. Perencanaan Kinerja

    Perencanaan kinerja tahunan merupakan proses penjabaran lebih lanjut dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra BB Pascapanen Tahun 2015-2019. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) menggambarkan kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan oleh BB Pascapanen dan indikator kinerja beserta target-targetnya berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra BB Pascapanen Tahun 2015-2019.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    12 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Target kinerja tahunan di dalam rencana kinerja ditetapkan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Target kinerja tersebut merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam periode satu tahun. Perencanaan kinerja BB Pascapanen TA. 2017 disajikan pada Tabel 2.Tabel 2. Perencanaan Kinerja BB Pascapanen TA. 2017

    2.3. Perjanjian Kinerja

    Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, pada TA. 2017 BB Pascapanen telah menetapkan target yang akan dicapai dalam bentuk perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja merupakan dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja tersebut terwujud komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, wewenang serta sumber daya yang tersedia.

    Perjanjian kinerja BB Pascapanen TA. 2017 disahkan oleh Kepala BB Pascapanen dan Kepala Badan Litbang Pertanian pada bulan Januari 2017. Perjanjian kinerja BB Pascapanen TA. 2017 didukung oleh anggaran yang berjumlah Rp. 23.820.000.000,-. Namun selama pelaksanaan kegiatan TA. 2017, pagu anggaran BB Pascapanen mengalami revisi menjadi Rp. 23.720.000.000,-. Revisi tersebut karena adanya pergeseran alokasi anggaran (APBN-P). Perjanjian kinerja BB Pascapanen TA. 2017 disajikan pada Tabel 3.Tabel 3. Perjanjian Kinerja (PK) BB Pascapanen TA. 2017

    Sasaran Strategis Indikator Kinerja TargetTersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bioindustri berkelanjutan

    Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)

    15 Teknologi

    Jumlah model Agrobioindustri 0 ModelJumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian

    3 Rekomendasi

    Terbangunnya model penanganan pasca panen tanaman pangan

    Jumlah model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai

    0 Unit

    Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja TargetTersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan

    Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya

    15 teknologi

    Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian

    3 rekomendasi

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    13Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

    3.1. Pengukuran Capaian Kinerja

    BB Pascapanen senantiasa berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan dengan menggunakan indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses) dan keluaran (output). Metode yang digunakan dalam pengukuran pencapaian kinerja sasaran adalah membandingkan antara target indikator kinerja setiap sasaran dengan realisasinya. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diperoleh informasi capaian kinerja setiap sasaran pada tahun 2017. Informasi ini menjadi bahan tindak lanjut untuk perbaikan perencanaan dan dimanfaatkan untuk memberi gambaran kepada pihak internal dan eksternal mengenai sejauh mana pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan tujuan, misi, dan visi BB Pascapanen.

    Pada Renstra tahun 2015–2019 edisi Revisi, BB Pascapanen telah menetapkan 1 (satu) sasaran kinerja yang akan dicapai. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diukur dengan 3 (tiga) indikator kinerja sasaran. Berdasarkan data hasil akhir kegiatan lingkup BB Pascapanen, capaian indikator kinerja sasaran kegiatan utama BB Pascapanen tahun 2017 disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan tabel tersebut, capaian indikator kinerja sasaran BB Pascapanen tahun 2017 rata-rata sebesar 100% atau termasuk dalam kategori berhasil. Penetapan kategori keberhasilan tersebut sesuai dengan kriteria yang telah disepakati oleh seluruh unit eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Empat kategori keberhasilan dalam pengukuran kinerja sasaran, yaitu: 1) sangat berhasil jika capaian >100%; 2) berhasil jika capaian 80-100%; 3) cukup berhasil jika capaian 60-79%; dan tidak berhasil jika capaian 0-59%.

    Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu komitmen yang kuat dari pimpinan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan, sumberdaya manusia, sumberdaya sarana dan prasarana penelitian, serta sumberdaya anggaran. Dari aspek tata kelola, BB Pascapanen telah menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil litbang, termasuk didalamnya aspek monitoring dan evaluasi.

    Penerapan monitoring dan evaluasi kegiatan litbang pascapanen dilakukan secara periodik mulai tahap perencanaan hingga tahap akhir kegiatan, sehingga fungsi pengawasan pada setiap tahapan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau kemajuan pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerjanya secara bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan beserta kendala dan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, kemungkinan

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    14 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    tidak tercapainya target suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Matriks pengukuran capaian kinerja BB Pascapanen TA. 2017 dapat dilihat pada Tabel 4 dan secara rinci pada Lampiran 6.

    Tabel 4. Matriks tingkat capaian kinerja BB Pascapanen TA. 2017

    3.2. Analisis Capaian Kinerja

    Analisis capaian kinerja BB Pascapanen tahun 2017 dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Sasaran: Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan

    Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 2 (dua) indikator kinerja sasaran, yaitu: 1) Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya, dan 2) Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian.

    Indikator Kinerja 1: Indikator kinerja teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya

    Pencapaian target indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya” disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan data realisasi indikator kinerja tersebut, teknologi yang berhasil diperoleh pada tahun 2017 sebanyak 15 teknologi pascapanen atau realisasi mencapai 100% dari target dan termasuk ke dalam kategori berhasil. Anggaran yang dialokasikan untuk mencapai indikator kinerja ini sebesar Rp 2.585.000.000, sedangkan realisasinya sebesar Rp 2.578.223.888 (99,74%).

    Sasaran KinerjaIndikator Kinerja Persentase

    (%)Uraian Target Realisasi

    Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bioindustri berkelanjutan

    Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya

    15 teknologi 15 teknologi 100

    Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian

    3 rekomendasi 3 rekomendasi 100

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    15Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Tabel 5. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 1 tahun 2017

    Pada Renstra BB Pascapanen 2015–2019 terjadi perubahan indikator kinerja dengan menggabungkan 3 (tiga) indikator kinerja “teknologi” pada Renstra 2010–2014 menjadi 1 (satu) indikator kinerja “teknologi” pada Renstra 2015-2019, yaitu indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)”. Pada tahun 2017, indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis dan Komoditas Unggulan Lainnya” tersebut berjumlah 15 teknologi.Tabel 6. Perbandingan capaian indikator kinerja teknologi pascapanen (penanganan

    dan pengolahan) tahun 2017 dengan tahun 2010-2017

    Indikator Kinerja Target (teknologi)Realisasi

    (teknologi)Persentase

    (%)Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya

    15 15 100

    *)Catatan : Jumlah teknologi gabungan dari 3 indikator kinerja pada Renstra 2010–2014

    Tabel 6 menyajikan perbandingan target dan realisasi capaian indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)” selama periode tahun 2010–2017. Pada tahun 2015, terjadi penurunan target indikator kinerja teknologi pascapanen karena sebagian anggaran digunakan untuk melaksanakan kegiatan model bioindustri sesuai amanat pada dokumen perjanjian kinerja 2015.

    Sejak tahun 2015-2017, total realisasi capaian indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)” sebanyak 52 teknologi atau 61,90% dari target Renstra 2015–2019 (84 teknologi). Dari jumlah teknologi yang dihasilkan tersebut, sebanyak 15 teknologi (17,86%) dihasilkan dari capaian kinerja pada tahun 2017 (Tabel 7).

    Indikator KinerjaRenstra 2010–2014*) Renstra 2015-2019

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya

    Target :

    13 13 14 16 18 16 21 15TeknologiRealisasi :

    14 15 15 17 18 16 21 15TeknologiPersentase capaian 107,1 106,3 100 100 100 100 100 100

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    16 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Tabel 7. Perbandingan capaian indikator kinerja 1 tahun 2017 terhadap target Renstra 2015-2019

    Secara lengkap rincian output 15 (lima belas) teknologi yang dihasilkan pada indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya” tahun 2017, sebagai berikut:

    a. Teknologi Proses Pengupasan Gabah Sistem Auto-Pneumatic Husking Meningkatkan Rendemen dan Mutu Beras serta Pemanfaatan Sekam untuk Produksi Asap Cair (2 Teknologi)

    Peningkatan rendemen dan mutu beras giling dapat dilakukan melalui perbaikan teknologi penggilingan. Perbaikan sistem pengupasan gabah menggunakan sistem auto-pneumatic husking dapat menghasilkan rasio pengupasan yang tinggi tanpa mengakibatkan kerusakan (retak atau patah) beras Pecah Kulit (PK), sehingga dapat menghasilkan beras kepala yang tinggi (premium).

    Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Teknologi proses pengupasan (dehusking) menggunakan sistem auto-pneumatic untuk menghasilkan rendemen tinggi, dan 2) Teknologi produksi asap cair menggunakan bahan bakar sekam.

    1. Teknologi proses pengupasan (dehusking) menggunakan sistem pneumatik untuk menghasilkan rendemen tinggi. Teknologi proses pengupasan (dehusking) menggunakan sistem pneumatik dapat meningkatkan rendemen dan mutu beras. Secara keseluruhan konfigurasi AP-RMU (Auto-Pneumatic Rice Milling Unit) menghasilkan rendemen 66,03% dan kualitas beras premium (butir kepala 95,43%) sesuai syarat Permentan 31/2017 maupun Permendag 57/2017, dengan input GKP 982,44 kg/jam dan output beras 734,45 kg/jam.

    Indikator Kinerja

    Capaian (Teknologi) Target

    Renstra 2015-2019 (Teknologi)

    % Capaian Terhadap Target Renstra

    2016 2017 2015 – 2019 2017

    Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)komoditas strategis dan komoditas unggulan lainnya

    21 15 84 61,90 17,86

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    17Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Gambar 1. Prototipe auto-pneumatic husking dan hasil fabrikasi auto-pneumatic husking pada konstruksi husker

    2. Teknologi produksi asap cair menggunakan bahan bakar sekam. Tingginya produksi padi dan beras akan diikuti melimpahnya hasil samping penggilingan padi, diantaranya sekam yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi. BB Pascapanen telah menghasilkan teknologi sederhana untuk produksi asap cair menggunakan bahan bakar sekam. Produksi abu sekam dan asap cair dari pembakaran sekam padi dilakukan dalam satu sistem alat terpadu (Gambar 2).

    Gambar 2. Proses produksi asap cair dari sekam padi

    Pada produksi abu dan asap cair tersebut digunakan sekam padi sekitar 440 kg per prosesnya. Asap cair sudah mulai terbentuk sekitar 10-30 menit proses pembakaran berlangsung (suhu 350-370oC). Sekali proses tersebut dapat menghasilkan sekitar 100 liter asap cair (rendemen ±22%) dan 198 kg abu sekam (rendemen ±45%) yang masih mengandung sejumlah arang sekam. Pembakaran sekam hingga menghasilkan abu sekam biasanya memerlukan waktu sekitar 2-3 hari (termasuk proses pendingin-anginan). Asap cair sekam tersebut memiliki banyak kegunaan, antara lain dapat digunakan sebagai

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    18 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    bahan biopestisida, biopreservatif, dan penggumpal lateks. Teknologi yang dihasilkan dapat diterapkan dan dikembangkan di tingkat petani/penggilingan padi kecil.

    b. Produksi Nanobiosilika dan Bahan Biopestisida dari Limbah Sekam Padi untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi (3 Teknologi)

    Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) telah menghasilkan produk nanobiosilika dari sekam padi. Produk ini mempunyai peluang untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah sekam padi. Nanobiosilika merupakan produk material organik yang diekstrak dari sekam padi dengan kandungan utama berupa partikel silika (SiO2) berskala nanometer yang memiliki luas permukaan tinggi dan bersifat amorfus (nirbangun), sehingga dapat meningkatkan sifat fungsional silika untuk setiap bidang aplikasinya.

    Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 3 (tiga) teknologi, yaitu: 1) Teknologi produksi nanobiosilika dari abu sekam pada skala pilot, 2) Teknologi aplikasi nanobiosilika pada tanaman padi sawah skala lapang, dan 3) Teknologi formulasi asap cair dari sekam padi sebagai bahan biopestisida.

    1. Teknologi produksi nanobiosilika dari abu sekam pada skala pilot. Model teknologi produksi nanobiosilika dari abu sekam dengan kapasitas 30 liter input per proses telah dihasilkan. Model teknologi produksi ini dapat menghasilkan tiga varian produk nanobiosilika yaitu dalam bentuk serbuk, cair dan gel (Gambar 3). Produk nanobiosilika serbuk dan gel dapat dihasilkan dari abu sekam dengan rendemen berturut-turut sekitar 51% (serbuk) dan 500% (gel), rentang ukuran partikel 25-50 nm, dan kemurnian SiO2 hingga 99%. Sedangkan produk nanobiosilika cair dapat dihasilkan dari abu sekam dengan rendemen sekitar 80%, ukuran partikel 100 - 200 nm, dan kandungan SiO2 sekitar 7%.

    Gambar 3. Produk nanobiosilika dari sekam padi dengan merk dagang BioSINTA: (a) cair, (b) gel, dan (c) serbuk

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    19Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    2. Teknologi aplikasi nanobiosilika pada tanaman padi sawah skala lapang. Nanobiosilika dari sekam padi dapat diaplikasikan pada tanaman padi sawah, khususnya pada lahan-lahan dengan kandungan silika rendah atau di darerah endemik penyakit blas. Secara keseluruhan, pemberian nanobiosilika serbuk (216 kg SiO2/ha), gel (216 kg SiO2/ha), dan cair (75 L/ha) dapat meningkatkan produktivitas padi Ciherang berturut-turut 14,15%, 6,68%, dan 20,19%. Pemberian nanobiosilika berkontribusi pada peningkatan jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun dan berat gabah per rumpun. Selain itu, pemberian nanobiosilika dapat menekan serangan penyakit blas dari 8-20% menjadi kurang dari 1%. Nanobiosilika serbuk disarankan aplikasinya pada umur 7–14 HST, sedangkan nanobiosilika cair disarankan aplikasinya minimal dua kali yaitu pada masa vegetatif (sekitar 7-14 HST) dan menjelang masa generatif padi (40–50 HST). Nanobiosilika dari sekam padi memiliki banyak kegunaan di berbagai industri. Hasil penelitian sejauh ini merekomendasikan penggunaan nanobiosilika cair untuk aplikasi di bidang pertanian dan penggunaan nanobiosilika serbuk untuk aplikasi di industri non-pertanian seperti karet, kaca, cat, dan elektronik.

    Gambar 4. Kondisi pertanaman padi di lahan sawah petani: (a) tanpa nanobiosilika, (b) diberi nanobiosilika serbuk, (c) diberi nanobiosilika gel, dan (d) diberi nanobiosilika cair

    3. Teknologi formulasi asap cair dari sekam padi sebagai bahan biopestisida. Telah dihasilkan teknologi formulasi asap cair dari sekam padi sebagai bahan biopestisida skala komersial dan skala petani. Formula terbaik untuk formula komersial, berdasarkan uji mortalitas adalah perlakuan asap cair kasar dengan sinergis minyak

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    20 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    cengkeh dan konsentrasi asap cair 40%, sedangkan untuk skala petani yaitu asap cair (90%) + sabun colek 10%. Cara aplikasi dengan penyemprotan formula dengan konsentrasi 10% dan 25% (dalam air) pada pertanaman padi umur 15 hari.

    Gambar 5. Asap cair kasar (kiri) dan setelah destilasi (kanan)

    c. Teknologi Deteksi Cepat Cemaran Aflatoksin pada Jagung diTingkat Petani (1 Teknologi)

    Perbaikan penanganan pascapanen jagung di tingkat petani diperlukan untuk mengurangi kontaminan aflatoksin pada jagung. Upaya yang dilakukan Pemerintah tidak hanya terbatas pada peningkatan kuantitas namun juga perlu peningkatan kualitas. Salah satu parameter mutu jagung untuk pakan ternak yang menjadi standar penolakan dan penerimaan pabrik pakan adalah kandungan aflatoksin. Untuk menghindari terjadinya penolakan jagung oleh pabrik pakan perlu dikembangkan kit deteksi cemaran aflatoksin yang dapat digunakan di tingkat petani.

    Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 1 (satu) teknologi, yaitu teknologi skrining awal deteksi cemaran aflatoksin pada jagung di tingkat petani.

    1. Teknologi skrining awal deteksi cemaran aflatoksin padajagung di tingkat petani. BB Pascapanen telah menghasilkan teknologi skrining awal deteksi cemaran pada jagung di tingkat petani. Prototipe kit deteksi aflatoksin yang berbasis ultra violet (panjang gelombang 365 nm) dapat digunakan petani untuk mengetahui mutu dan kualitas jagung yang dihasilkannya. Keunggulan kit ini adalah: (1) dapat digunakan untuk mengestimasi kadar aflatoksin dengan cepat; (2) mudah digunakan di lapangan dan dioperasionalkan oleh petani; dan (3) harga relatif murah dan terjangkau.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    21Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Gambar 6. Desain dan dimensi kit aflatoksin generasi ke 5

    d. Pengembangan Nanoteknologi untuk Meningkatkan Daya Simpan dan Mempertahankan Kualitas Benih Kedelai (1 Teknologi)

    Teknologi coating (pelapisan) merupakan salah satu pilihan penanganan benih yang potensial untuk mempertahankan kualitas benih kedelai selama penyimpanan. Mutu benih yang terjaga selama penyimpanan pada kondisi ruang akan memperluas jangkauan distribusi benih. Selain itu, dengan adanya penyediaan benih bermutu yang berkesinambungan akan meningkatkan produksi kedelai nasional.

    Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 1 (satu) teknologi, yaitu teknologi formulasi nano-coating benih kedelai untuk meningkatkan daya simpan benih minimal 6 bulan.

    1. Teknologi formulasi nano-coating benih kedelai untuk meningkatkan daya simpan benih minimal 6 bulan. BB Pascapanen telah menghasilkan teknologi nano-coating pada benih kedelai untuk meningkatkan daya simpan benih minimal 6 bulan dengan indeks vigor dan daya berkecambah yang lebih tinggi daripada perlakuan tanpa coating (berturut-turut 80,52-81,03% dan 74,50%). Selain memperpanjang umur simpannya, teknologi ini juga dapat melindungi benih dari pengaruh kelembaban lingkungan yang berlebihan.

    Gambar 7. Benih kedelai dalam kemasan plastik (A) tanpa coating; (B) coating bukan nano; (C) nano-coating; dan (D) kemasan karung

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    22 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    e. Implementasi Teknologi Penanganan dan Pengolahan Bawang Merah Skala Komersial (3 Teknologi)

    Bawang merah merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Penanganan dan pengolahan bawang merah diperlukan untuk penyelamatan produksi, menjamin kestabilan harga, meningkatkan nilai tambah dan menjaga ketersediaan bawang merah, baik dalam bentuk segar maupun produk olahannya.

    Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 3 (tiga) teknologi, yaitu: 1) Teknik granulasi TSS (True Shallot Seeds), 2) Teknik pembuatan minyak bawang serta pemanfaatan by productnya, dan 3) Teknologi pelayuan bawang merah.

    1. Teknik granulasi TSS (True Shallot Seeds). Teknologi granulasi TSS dapat meningkatkan ukuran benih menjadi 3-6 kali ukuran aslinya. Hal ini dapat mempermudah penanaman benih bawang merah. Penggunaan TSS juga dapat menghemat biaya produksi. Apabila kebutuhan umbi bawang merah untuk benih berkisar 1,2 ton/ha, dengan asumsi harga umbi Rp 50.000,-/kg maka dibutuhkan Rp 60.000.000,-/ha. Sedangkan jika menggunakan TSS, hanya dibutuhkan 4-5 kg/ha TSS, dengan asumsi harga TSS Rp 2.000.000–Rp 3.000.000,- sehingga dibutuhkan biaya sekitar Rp 12.000.000,-/ha. Dari asumsi tersebut petani bawang merah dapat menghemat biaya untuk produksi bawang merah sekitar Rp 48.000.000,-.

    Gambar 8. TSS tergranulasi

    2. Teknik pembuatan minyak bawang serta pemanfaatan by productnya. Minyak bawang merah yang dihasilkan BB Pascapanen memiliki aroma dan rasa bawang merah segar asli. Keunggulan produk ini adalah praktis, dibuat dari bawang merah segar tanpa bahan tambahan pangan, memperpanjang umur simpan, dan sesuai dengan gaya hidup masyarakat masa kini. By product dari pengolahan minyak bawang dapat dimanfaatkan menjadi pasta dan bawang

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    23Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    merah goreng. Oleh karena itu, pengolahan bawang merah menjadi minyak bawang dan by productnya dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditi bawang merah.

    Gambar 9. Minyak bawang merah

    3. Teknologi pelayuan bawang merah. BB Pascapanen telah menghasilkan teknologi pelayuan bawang merah menggunakan instore dryer (ID). Pelayuan bawang merah pada suhu 31-50oC dan kelembaban 29-58% dapat mempersingkat proses pelayuan bawang merah dari 7-9 hari menjadi 3-4 hari. Kadar air bawang hasil pelayuan di dalam ID sekitar 81,35% dengan warna yang lebih cerah dibanding bawang yang dilayukan secara konvensional.

    Gambar 10. Teknologi pelayuan bawang merah di dalam instore dryer

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    24 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    f. Teknologi Penanganan Cabai Segar Melalui Penyimpanan Controlled Atmosphere untuk Mempertahankan Kesegarannya (1 Teknologi)

    Penerapan teknologi penyimpanan pada mata rantai tata-niaga cabai merupakan salah satu alternatif untuk mengendalikan aktivitas fisiologis cabai agar tetap berjalan normal sebagaimana mestinya melalui minimalisasi degradasi biokimiawi, enzimatik, dan mikroba. Penyimpanan dengan atmosfer terkendali (Controlled Atmosphere Storage/CAS) mempunyai prospek untuk dikembangkan guna memperpanjang umur simpan cabai segar.

    Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 1 (satu) teknologi, yaitu teknologi penanganan cabai segar melalui penyimpanan CAS.

    1. Teknologi penanganan cabai segar melalui penyimpanan CAS. Penyimpanan dengan atmosfer terkendali dapat mencegah transpirasi, sehingga cabai masih terlihat segar dan tidak keriput saat keluar dari ruang penyimpanan. Teknologi CAS pada konsentrasi oksigen (O2) 7%, karbondioksida (CO2) 2,5% suhu 10oC dan kelembaban 90–95% mampu mempertahankan kesegaran cabai keriting hingga 8 minggu dengan susut bobot 8,54%, tekstur mudah patah dan warna merah.

    Gambar 11. Showcase untuk aplikasi penyimpanan cabai segar pada atmosfir terkendali

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    25Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    g. PengembanganTeknologiProsesuntukAkselerasiDiversifikasiPangan (4 Teknologi)

    Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya dalam mencapai ketahanan pangan nasional, sehingga tidak saja dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman serta sesuai dengan potensi dan kearifan lokal, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dan ketersediaan pangan masyarakat. Pentingnya program diversifikasi pangan disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang belum beragam, bergizi, dan berimbang serta didominasi oleh beras.

    Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya output 4 (empat) teknologi, yaitu: 1) Teknologi modifikasi proses pengolahan sorghum menjadi berasan sorghum untuk peningkatan kualitas produk pangan lokal, 2) Teknologi modifikasi proses pengolahan sorghum menjadi mie sorghum sebagai alternatif pangan pokok lokal, 3) Paket teknologi proses pengolahan hanjeli sebagai pangan lokal strategis penghasil produk pangan sesuai preferensi konsumen, dan 4) Paket teknologi modifikasi proses pengolahan ubi kayu untuk peningkatan kualitas produk pangan lokal.

    1. Teknologi modifikasi proses pengolahan sorghum menjadiberasan sorghum untuk peningkatan kualitas produk pangan lokal. Telah dilakukan pengembangan teknologi pengolahan berasan sorghum di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur untuk peningkatan kualitas produk pangan lokal. Selain itu, juga dikembangkan beberapa produk olahan sorghum lainnya, seperti tepung sorghum, snack bar sorghum, brownies sorghum, kerupuk sorghum, dan minuman mocca sorghum.

    Gambar 12. Produk hasil olahan sorghum di Flores Timur, NTT

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    26 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    2. Teknologi modifikasi prosespengolahan sorghum menjadimie sorghum sebagai alternatif pangan pokok lokal. Teknologi pengolahan mie sorghum dikembangkan di Demak, Jawa Tengah sebagai alternatif pangan pokok lokal. Selain itu, juga dikembangkan makaroni dan tepung berbasis sorghum. Tepung sorghum dapat dikembangkan menjadi berbagai produk yang lebih luas.

    Gambar 13. Produk olahan mie sorghum di Demak, Jawa Tengah

    3. Paket teknologi proses pengolahan hanjeli sebagai pangan lokal strategis penghasil produk pangan sesuai preferensi konsumen. Telah dilakukan pengembangan teknologi diversifikasi pangan komoditi hanjeli di Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Hanjeli sebagai pangan lokal telah diintroduksi dari aspek budidaya hingga pengolahan produk pangan pokok diantaranya berasan, tepung, dan mie hanjeli yang sesuai dengan preferensi konsumen.

    Gambar 14. Bimtek dan uji preferensi mie hanjeli

    4. Paketteknologimodifikasiprosespengolahanubikayuuntukpeningkatan kualitas produk pangan lokal. Telah dilakukan pengembangan teknologi diversifikasi pangan komoditi ubi kayu di

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    27Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Cimahi, Jawa Barat. Produk yang dikembangkan adalah rasi dan mie dari ubi kayu. Rasi uduk dapat ditanak dengan menggunakan magic com dengan tekstur yang dapat diterima konsumen. Mie ubi kayu memiliki konsistensi yang tinggi serta setelah dimasak memiliki tekstur yang bagus serta tidak mudah patah.

    Gambar 15. Rasi kontrol, rasi goreng, rasi uduk dan hasil pemasakan

    Gambar 16. Mie ubi kayu

    Indikator Kinerja 2: Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Indikator kinerja sasaran ke-2 yang memberikan kontribusi dalam perjanjian kinerja (PK) Badan Litbang Pertanian adalah “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian”. Realisasi indikator kinerja sasaran ini pada tahun 2017 telah sesuai target (realisasi 100%) dan termasuk ke dalam kategori berhasil (Tabel 8). Anggaran yang dialokasikan untuk mencapai indikator kinerja ini sebesar Rp 242.000.000,- sedangkan realisasinya sebesar Rp 241.966.327,- (99,99%)

    Tabel 8. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 2

    Indikator Kinerja Target (rekomendasi)

    Realisasi (rekomendasi)

    Persentase (%)

    Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    3 3 100

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    28 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Tabel 9, menyajikan perbandingan target dan realisasi capaian indikator kinerja “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” setiap tahun selama periode tahun 2012–2017, namun indikator kinerja ini baru ditetapkan pada Renstra 2015–2019. Hal ini mengacu pada SK Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BB Pascapanen dimana salah satu tugas dan fungsi BB Pascapanen adalah melaksanakan analisis kebijakan pascapanen pertanian. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, target tahun 2016 dan 2017 lebih rendah. Penurunan target ini karena sebagian besar dari anggaran digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan).Tabel 9. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 selama periode 2012-2017

    Tabel 10. Perbandingan capaian indikator kinerja 2 terhadap target Renstra 2015-2019

    Sampai dengan tahun 2017, total realisasi capaian indikator kinerja “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” sebanyak 11 rekomendasi atau 73,3% dari target Renstra 2015–2019 (15 rekomendasi). Dari jumlah rekomendasi yang dihasilkan tersebut, sebanyak 3 rekomendasi (20%) dihasilkan dari capaian kinerja pada tahun 2017 (Tabel 10).

    Secara lengkap rincian kegiatan dan output rekomendasi yang dihasilkan pada indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” tahun 2017, sebagai berikut:

    1. Rekomendasi kebijakan peningkatan mutu dan keamanan pangan beras berpemutih. Bagi kalangan konsumen menengah ke atas derajat putih merupakan tolak ukur kualitas utama beras, bahkan segmen konsumen ini juga menghendaki beras utuh dan wangi. Berangkat

    Indikator Kinerja Tahun2012 2013 2014 2015 2016 2017

    Rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian

    Target :0 0 0 4 3 3Rekomendasi

    Realisasi :0 0 0 4 4 3Rekomendasi

    Persentase - - - 100 133,3 100

    Indikator Kinerja Capaian (Rekomendasi)

    Target Renstra 2015-2019

    (Rekomendasi)

    % Capaian Terhadap Target Renstra

    2016 2017 2015 - 2019 2017

    Rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian

    4 3 15 73,3 20

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    29Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    dari pemenuhan prefensi tersebut maka unit penggilingan padi berupaya untuk mengolah beras yang ada menjadi beras yang memenuhi keinginan konsumen. Proses pengolahan tersebut dilakukan tidak hanya dilakukan pendekatan fisik tetapi juga seringkali dilakukan dengan pendekatan kimia, misalnya dengan menambahkan zat pemutih (bleaching agent), zat pewangi sintetik atau bahkan pengawet. Rekomendasi yang diberikan adalah: 1) Pengawasan terhadap PPK (Penggilingan Padi Kecil); 2) Pembinaan terhadap PPK supaya tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya seperti klor, peroksida dan lainnya dalam penggilingan padi; 3) Edukasi terhadap konsumen terkait beras berpemutih; 4) BB Pascapanen harus mulai meneliti pemutih alami untuk beras yang tidak berbahaya untuk kesehatan; dan 5) BKP (Badan Ketahanan Pangan) berfungsi sebagai pengawas pangan.

    2. Rekomendasi kebijakan peningkatan mutu dan keamanan pangan bawang dan cabai kering impor. Analisis kemanan pangan telah dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aflatoxin dalam produk bawang merah dan cabai kering impor walaupun masih dibawah batas niilai ambang. Sesuai dengan hasil analisa laboratorium, bawang merah dan cabai kering impor masih aman untuk dikonsumsi. Rekomendasi yang diberikan adalah agar ada pengawasan dari pemerintah terhadap bahan pangan impor baik segar maupun olahan, baik mutu maupun keamanan pangannya.

    3. Rekomendasi kebijakan penentuan HET beras. Di pasaran saat ini di sinyalir ada puluhan merek beras yang mengklaim sebagai Beras Premium, baik dinyatakan pada label maupun secara tersirat. Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras Premium harus dikalkulasi secara cermat sehingga sebanding dengan tambahan biaya yang harus dikeluarkan. Dengan demikian, produksi beras premium didasari oleh segmen pasar yang dimiliki atau segmen pasar yang akan disasar oleh produsen beras, bukan dipicu karena perbedaan keuntungan yang besar bila memproduksi beras premium. Rekomendasi dan kebijakan yang diberikan adalah: 1) Pemerintah Berhak "Tertibkan" Harga Beras, dan 2) Regulasi dan edukasi konsumen sangat diperlukan.

    Outcome BB Pascapanen

    Secara rinci capaian outcome pada tahun 2017 yang dihasilkan dari output kegiatan tahun 2017 dan tahun-tahun sebelumnya, sebagai berikut :

    a. Implementasi model pengeringan – penyimpanan (instore dryer) bawang merah di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. BB Pascapanen telah berhasil mengembangkan sistem pengeringan dan penyimpanan (instore dryer) bawang merah kapasitas 8-10 ton untuk memperpanjang umur simpan. Implementasi instore dryer di Kabupaten Solok sebagai salah satu upaya mempercepat replikasi di masyarakat.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    30 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Luas dan ukuran bangunan instore dryer bawang merah yang dibangun seluruhnya berukuran 20,8 x 5 m, yang terdiri atas teras depan berukuran 2,5 x 5 m, bangunan instore dryer 14,4 x 5 m, dan teras untuk bagian tungku sekam 3,9 x 5 m dengan tinggi total 5,5 m. Teknologi pengeringan dan penyimpanan bawang merah dalam instore dryer yang dihasilkan oleh BB Pascapanen memerlukan waktu pengeringan 6-7 hari, jauh lebih singkat dibandingkan dengan cara tradisional yang memerlukan wakti sekitar 21-25 hari. Analisis kelayakan finansial pengeringan bawang merah dengan instore dryer menunjukkan hasil yang layak dengan NPV Rp 235.000.000,- (positif), IRR 48,88 (> bunga bank), B/C ratio 1,03, dan PBP 1,6 tahun.

    Gambar 17. Pengeringan bawang merah dengan instore dryer sebanyak 10,8 ton di Kabupaten Solok, Sumatera Barat

    b. Pengembangan unit pengolahan bawang merah di sentra produksi. BB Pascapanen telah berhasil mengembangkan beberapa produk olahan bawang merah, antara lain bawang merah utuh in brine, pasta bawang merah, bawang merah iris kering, tepung bawang merah dan bawang goreng. Teknologi pengolahan bawang merah tersebut diimplementasikan di masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah dan umur simpan bawang merah. Kelompok tani kooperator yang terpilih untuk penempatan peralatan pengolahan bawang merah yaitu Kelompok Tani Bintang Timur yang berlokasi di Jorong Koto, Nagari Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Selain itu, unit pengolahan bawang merah juga telah dikembangkan di Kelompok Tani Mekar Jaya, Kec. Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Analisis kelayakan finansial pengolahan bawang kering menunjukkan hasil yang layak dengan NPV Rp 113.517.837,- (positif), IRR 42,67 (> bunga bank), B/C ratio 1,26, dan PBP 0,9 tahun.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    31Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Gambar 18. Produk bawang merah kering dan bawang giling hasil ujicoba produksi oleh Wanita Kreatif Nagari Sei Nanam, Kec.Lembah gumanti, Kab. Solok

    Gambar 19. Produk olahan bawang merah yang dihasilkan Kelompok Tani Mekar Jaya, Brebes, Jawa Tengah

    c. Model pengembangan teknologi bioindustri padi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing di wilayah perbatasan. BB Pascapanen telah mengembangkan teknologi bioindustri padi dalam rangka mendukung salah satu program strategis Kementerian Pertanian yakni Lumbung Pangan Berbasis Ekspor (LPBE) di Wilayah Perbatasan. Oleh karena itu, teknologi bioindustri padi dikembangkan di Desa Teluk Radang, Kecamatan Kundur Utara (Pulau Kundur), Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Pengembangan lumbung pangan di Karimun dapat memenuhi kebutuhan beras di daerah perbatasan.

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    32 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Gambar 20. Teknologi AP-RMU yang berada di Kawasan Bioindustri Padi di Wilayah Perbatasan, Pulau Kundur, Karimun, Provinsi Kepulauan Riau

    d. Implementasiteknologidiversifikasiprodukolahanberbasisubikayu.BBPascapanentelahmenghasilkanteknologidiversifikasiproduk olahan berbasis ubi kayu pada tahun 2012. Teknologi tersebut diimplementasikan di Kota Cimahi, Jawa Barat. Koordinasi lapang, sosialisasi kegiatan dan rakor ketahanan pangan telah dilakukan dengan pihak Pemda Kota Cimahi. Produk yang dikembangkan adalah rasi, pasta, dan mie dari ubi kayu.

    Gambar 21. Bimbingan teknis pengolahan rasi baru

    e. Implementasi teknologi diversifikasi produk olahan berbasissorghum. BB Pascapanen telah berhasil mengembangkan produk olahan berbasis sorghum. Teknologi tersebut diimplementasikan di Demak, Jawa Tengah dan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Produk yang dikembangkan adalah tepung sorghum, mi sorghum, roti sorghum tanpa terigu, snack

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    33Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    bar sorghum, dan sorghum pratanak. Selain itu juga dikenalkan produk berbasis sorghum untuk meningkatkan nilai tambah produk seperti brownies sorghum, krupuk sorghum, dan minuman mocca sorghum.

    Gambar 22. Bangunan unit penyosohan sorghum Desa Raji, Demak, Jawa Tengah berisi alat penyosoh sorghum

    Gambar 23. Bimtek pengolahan sorghum di Flores Timur

    Gambar 24. Bimtek pengolahan sorghum di Desa Raji, Demak, Jawa Tengah

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    34 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    f. Teknologi produksi nanobiosilika dari sekam padi dan aplikasinya pada tanaman padi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing. BB Pascapanen telah menghasilkan produk nanobiosilika dari sekam padi. Produk ini mempunyai peluang untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah sekam padi. Untuk mendukung pengembangan produk biosilika, BB Pascapanen saat ini telah mendaftarkan teknologi produksi biosilika dan merk produk biosilika dengan nama “BioSINTA” di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Nanobiosilika dari sekam padi telah diaplikasikan pada tanaman padi sawah di Provinsi Lampung, Bali dan Aceh. Pemberian nanobiosilika dalam bentuk cair, serbuk maupun gel menghasilkan peningkatan produksi Gabah Kering Panen (GKP) dibandingkan perlakuan kontrol. Dari sisi harga, pupuk silika komersial yang sudah ada di pasaran memiliki kisaran harga Rp 220.000 – Rp 240.000,-/liter, sedangkan nanobiosilika cair dari sekam padi hasil penelitian BB Pascapanen dapat dijual dengan harga jauh lebih rendah, yaitu Rp 20.000,-/liter (termasuk biaya proses, kemasan, keuntungan, pajak, pemasaran/distribusi) dengan asumsi biaya bahan baku utama (abu sekam dan pelarut teknis) sebesar Rp 1.200,-/liter. Penggunaan nanobiosilika cair dapat memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp 4.354.900,-/ha dengan asumsi penggunaan nanobiosilika cair-K 75 liter/ha, biaya produk Rp 1.500.000,-/ha, upah penyemprotan Rp 100.000,-/ha, peningkatan GKP 1.267 kg/ha, dan harga GKP Rp 4.700,-/kg.

    Gambar 25. Panen padi varietas Ciherang di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, tempat uji aplikasi nanobiosilika (atas) dan ujicoba di Lahan petani di Desa Padang Lageun, Kec. Calang, Kab. Aceh Jaya, Aceh (bawah)

  • Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2017

    35Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Realisasi output sampai akhir TA. 2017 menunjukkan bahwa indikator kinerja sasaran seluruhnya dapat dicapai dengan hasil baik. Tercapainya kinerja sasaran yang telah ditetapkan