bahan untuk pak dirum

Upload: wwayt

Post on 17-Jul-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RENCANA TATA RUANG KAPET1. Strategi, Kebijakan dan Tujuan

Kegiatan penyusunan Sinkronisasi Program Infrastruktur PU Kapet Bank Sejahreta (Kapet BS) dapat diperinci menjadi kegiatan utama yaitu menyusun acuan dalam pemanfaatan ruang Kapet dengan melakukan sinkronisasi pengembangan investasi yang didukung oleh program pengembangan sektor dalam usaha mengembangkan Kapet sebagai Kawasan Strategis Nasional bidang ekonomi. Kegiatan ini memiliki tujuan utama yang ingin dicapai yaitu menyiapkan program terpadu antar sektor dan rangka pemanfaatan ruang di wilayah Kapet BS melalui kerjasama antar sektor, antar wilayah dan antar pemangku kepentingan (termasuk dunia usaha) Strategi yang ditempuh untuk mengimplementasikan Sinkronisasi Infrastruktur PU Kapet BS ialah: Melakukan sosialisasi dan publikasi. Dokumen sinkronisasi infrastruktur harus disosialisasikan agar semua pemangku kepentingan, terutama SKPD dalam lingkup Pemprov, Pemkab dan Pemkot dalam wilayah Kapet, agar mengetahui, memahami dan ikut melaksanakan Melakukan kajian lanjutan misalnya Studi Amdal, eksplorasi pertambangan, kawasan strategis Melanjutkan perencanaan ke tahap perencanaan detail dan perencanaan teknis infrstruktur Memprioritaskan pembangunan infrastruktur dasar PU 2. Pola Ruang

Menurut Undang-undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 2.1. Kawasan Lindung Kawasan hutan berfungsi lindung yaitu kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, dan atau yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya yaitu sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah. Arahan kawasan hutan lindung di wilayah Kapet Bank Sejahtera (Kapet BS) Sultra yaitu: Arahan kawasan hutan lindung Kabupaten Kolaka yaitu di Kecamatan Uluiwoi, Kecamatan Wolo, Kecamatan Samaturu, Kecamatan Latambaga, Kecamatan Tinondo, dan Kecamatan Tirawuta. Arahan kawasan hutan lindung Kabupaten Konawe yaitu di Kecamatan Routa, Kecamatan Latoma, dan Kecamatan Abuki. Kota Kendari juga memeiliki hutan lindung walaupun kawasan hutan lindung di Kota Kendari tidak terlalu luas tetapi hutan lindung tersebut tetap dipertahankan sebagai kawasan hutan lindung yang terdapat di Kecamatan Aberi, Kecamatan Poasia, dan Kecamatan Baruga.

Rencana Tata Ruang Kapet | II-1

2.2. Kawasan Sumberdaya Air Sumber air baku Kota Kendari yaitu Sungai Pohara dengan kapasitas 450 l/dt, Mata Air Gunung Jati di Kelurahan Gunung Jati dengan kapasitas 7,50 l/dt, Sumur Dalam Lepo-lepo di Kelurahan Lepolepo dengan kapasitas 2,00 l/dt, mata air Andounohu dengan kapasitas 7 l/dt, dan mata air Anggoeya. Di Kabupaten Konawe air permukaan berasal dari S. Mataromboe, S. Lasoio, S. Walalindu. Selain itu S. Lahumbuti dan S. Konaweha yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pengairan da penyedia air bersih. Di Kabupaten Kolaka saat ini penyediaan prasarana air bersih yang didistribusi oleh PDAM dengan debit 181 l/dt dan hanya melayani penduduk yang berada di ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan seperti Kecamatan Pomalaa debit 10l/dt, Wundulako debit 20 l/dt, Baula debit 10 l/dt, Lambandia debit 10 l/dt, Mowewe debit 5 l/dt, Wolo debit 5 l/dt, Ladongi, Latambaga, Tirawuta dan Samaturu sedangkan selebihnya menggunakan air tanah. 2.3. Kawasan Budidaya Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang dimaksud antara lain kawasan pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, pertambangan, permukiman, perikanan dan kawasan industri terpadu. 3. Struktur Ruang

Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007, struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pada Kapet BS yang diarahkan menjadi pusat kegiatan utama yaitu Kendari sebagai PKN, Kolaka sebagai PKW dan Konawe sebagai PKL. 3.1. Pusat Kegiatan (PKN, PKW, PKL) Pada Kapet BS, Kota Kendari ditetapkan sebagai PKN, dimana pusat kegiatan nasional merupakan kota yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya serta sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, simpul transportasi yang melayani beberapa potensi wilayah di Kapet Bank Sejahtera. Kota Kolaka Kabupaten Kolaka ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah. Kota Kolaka sebagai PKW merupakan pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten, dengan kriteria penentuan dari pusat kegiatan wilayah adalah pusat jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani beberapa kabupaten, pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani kabupaten, simpul transportasi untuk beberapa kabupaten, pusat pelayanan jasa pemerintahan untuk beberapa kabupaten dan pusat pelayanan lainnya Kota Unahaa Kabupaten Konawe sebagai PKL. PKL ini merupakan kota sebagai pusat jasa, pusat pengelolaan dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan. 3.2. Kawasan Strategis Untuk kawasan strategis, terdapat enam kawasan potensial untuk dikembangkan yaitu kawasan industry Mangolo, kawasan pergudangan Unaaha (agroprocessing), agropolitan Amonggedo, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Abeli dan pelabuhan peti kemas Bungkutoko FTZ

Rencana Tata Ruang Kapet | II-2

3.3. Kluster Pertambangan Komoditi pertambangan nikel di wilayah Kapet BS terdapat di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Komoditi pertambangan nikel di Kabupaten Konawe terdapat di Kecamatan Pondidaha, Routa, Amonggedo, dan Pulau Wawoni dengan memiliki KK sebanyak 1 perusahaan dan KP sebanyak 3 perusahaan. Komoditi pertambangan nikel di Kabupaten Kolaka terdapat di Kecamatan Pomala, Ladongi, Tangketada, Pulau Maniang, Wundulako dengan memiliki KK sebanyak 1 perusahaan dan IUP sebanyak 16 perusahaan. 3.4. Kluster Perkebunan Wilayah penghasil komoditi unggulan kakao terdapat di semua wilayah Kapet BS yaitu Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan Kolaka. Berdasarkan hasil analisis LQ Kabupaten Kolaka memiliki potensi terbesar dari perkebunan kakao. Dari hasil analisis komoditas coklat yang merupakan komoditas unggulan berada di Kabupaten Kolaka dengan nilai LQ 5,13. Kawasan andalan perkebunan kakao ini sudah menjadi produk ekspor. Wilayah penghasil potensi unggulan kakao di Kabupaten Kolaka terdapat di seluruh kecamatan. Akan tetapi terdapat beberapa kecamatan yang memiliki potensi kakao terbesar, yaitu terdapat di Kecamatan Lambandia, Ladongi, Wolo, Samaturu, Mowewe dan Watubangga. Sedangkan untuk Kabupaten Konawe, potensi kakao terdapat pada wilayah kecamatan Tongauna, Anggaberi, Pondidaha, Besulutu dan Sampara. 3.5. Kluster Perikanan Salah satu sektor komoditas perikanan budidaya yang merupakan kawasan andalan Kapet BS adalah komoditi budidaya rumput laut. Budidaya rumput laut hampir terdapat di seluruh wilayah Kapet BS. Potensi budidaya rumput laut produksi terbesar terdapat di Kabupaten Kolaka dan konawe, sedangkan Budidaya rumput laut di Kota Kendari jumlah produksinya sedikit. Kawasan budidaya rumput laut di Kabupaten Kolaka terdapat di sepanjang pesisir kabupaten yang terdapat beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Wolo, Samataru, Katambaga, Kolaka, Pomalaa, Wundulako, Tangetada, dan Watubangga. Sedangkan kawasan budidaya rumput laut di Kabupaten Konawe terdapat di Kecamatan Bondoala, Soropia dan Pulau Wawonii. Terakhir, budidaya rumput laut di Kota Kendari terdapat di Kecamatan Abeli.

Rencana Tata Ruang Kapet | II-3