bahan tambahan pangan

30
Bahan Tambahan Pangan (BTP) menurut Permenkes 722, 1988 adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pegepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab I pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk makanan. Menurut FAO (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Menurut codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan , yang

Upload: nurul-hikmah

Post on 16-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

btp

TRANSCRIPT

Bahan Tambahan Pangan (BTP) menurut Permenkes 722, 1988 adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pegepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut..Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab I pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk makanan.Menurut FAO (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Menurut codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan , yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak.Pemakaian bahan tambahan pangan (BTP) di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukakan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM). Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila : Dimaksudakan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan panganPenggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS(Generally Recognized asSafe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenislainnya yaitu ADI(Acceptable Daily Intake),jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya(daily intake)demi menjaga/ melindungi kesehatan konsumen.Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/MenKes/Per/X/1999.Pada dasarnyapesyaratan bahan tambahan pangan yang digunakan adalah sebagai berikut :1. Harus telah mengalami pengujian dan evaluasi toksikologi2. Harus tidak membahayakan kesehatan konsumen pada kadar yang diperlukan dalam penggunaanya.3. Harus selalu dipantau terus-menerus dan dilakukan evaluasi kembali jika perlu sesuai dengan perkembangan teknologi dan hasil evaluasi toksikologi.4. Harus selalu memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yang telah ditetapkan.5.Harus dibatasi penggunaannya hanya untuk tujuan tertentu dan hanya jika maksud penggunaan tersebut tidak dapat dicapai dengan cara lain secara ekonomis dan teknis.6.Sedapat mungkin penggunaannya dibatasi agar makanan tertentu dengan maksud tertentu dan kondisi tertentu serta dengan kadar serendah mungkin tetapi masihberfungi seperti yang dikehendaki.Tujuanpenggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.Secara khusus tujuan penggunaan BTP dalam pangan adalah untuk:1. Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusakpangan ataumencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan.2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut.3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik4. Meningkatkan kualitas pangan.5. Menghemat biaya.

Jenis-jenis bahan tambahan pangan, antara lain :1. Anti buih (antifoaming agent)yaitu BTP untuk mencegah atau mengurangi pembentukan buih. Contoh: kalsium alginat

2. Anti kempal (anticaking agent)yaitu BTP untuk mencegah mengempalnya produk pangan. Contoh: kalsium karbonat, natrium karbonat, trikalsium fosfat, silikon dioksida halus

3. Antioksidan (antioxidant)yaitu BTP untuk mencegah atau menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi. Contoh: asam askorbat, asam eritorbat, butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), butil hidrokinon tersier (TBHQ)

4. Bahan pengkarbonasi (carbonating agent)yaitu BTP untuk membentuk karbonasi di dalam pangan, dan biasanya dipakai pada produk minuman ringan.Contoh: karbon dioksida

5. Garam pengemulsi (emulsifying salt), yaitu BTP untuk mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. Contoh: trinatrium sitrat, gelatin, kalsium polifosfat 6. Gas untuk kemasan (packaging gas), yaitu BTP berupa gas yang dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, sesaat maupun setelah kemasan diisi dengan pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan melindungi pangan dari kerusakan.Contoh: karbon dioksida, nitrogen

7. Humektan (humectant), yaitu BTP untuk mempertahankan kelembaban pangan.Contoh: natrium laktat, gliserol, triasetin

8. Pelapis (glazing agent),yaitu BTP untuk melapisi permukaan pangan sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap. Contoh:carnauba wax, beeswax, candelila wax

9. Pemanis (sweetener), yaitu BTP berupapemanis alamidanpemanis buatanyang memberikan rasa manis pada produk pangan. Pemanis alami (natural sweetener)adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam yang diproses secara sintetik maupun fermentasi,contohnya: sorbitol, laktitol, manitol. Pemanis buatan (artificial sweetener)adalah pemanis yang diproses secara kimiawi dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam,contoh: aspartam, asam siklamat, sakarin, sukralosa Pemanis alami adalah pemanis yang ditemukan pada bahan alami meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi

Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat dialam.

10. Pembawa (carrier), yaitu BTP yang digunakan untuk memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan BTP lain atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik BTP lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada pangan. Contoh: propilen glikol, trietil asetat

11. Pembentuk gel (gelling agent), yaitu BTP untuk pembentukan gel. Contoh: asam alginat, agar-agar, karagen, pektin, gelatin

12. Pembuih (foaming agent), yaitu BTP untuk membentuk atau memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam pangan berbentuk cair atau padat. Contoh:xanthan gum, selulosa mikrokristalin

13. Pengatur keasaman (acidity regulator), yaitu BTP untuk mengasamkan, menetralkan dan/atau mempertahankan derajat keasaman pangan.Contoh: asam sitrat, asam tartrat, asam laktat, asam fumarat

14. Pengawet (preservative), yaitu BTP untuk mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan mikroorganisme.Contoh: asam sorbat, asam benzoat, asam propionate

15. Pengembang (raising agent), yaitu BTP berupa senyawa tunggal atau campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan.Contoh: natrium karbonat, amonium karbonat, dekstrin

16. Pengemulsi (emulsifier), yaitu BTP untuk membantu terbentuknya campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak tercampur seperti minyak dan air.Contoh: lesitin, karagen, guar gum, arabic gum, asam alginate

17. Pengental (thickener), yaitu BTP untuk meningkatkan viskositas pangan (menambah kekentalan).Contoh: asam alginat, kalsium asetat, gliserol, pectin

18. Pengeras (firming agent), yaitu BTP untuk memperkeras atau mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel untuk memperkuat gel.Contoh: kalsium laktat, kalsium sulfat, trikalsium sitrat

19. Penguat rasa (flavour enhancer), yaitu BTP untuk memperkuat atau memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan rasa dan/atau aroma baru.Contoh: asam L-glutamat dan garamnya, asam inosinat dan garamnya, asam guanilat dan garamnya

20. Peningkat volume (bulking agent), yaitu BTP untuk meningkatkan volume pangan.Contoh: natrium laktat, asam alginat, karagen

21. Penstabil (stabilizer), yaitu BTP untuk menstabilkan sistem dispersi yang homogen pada pangan.Contoh: kalsium karbonat, lesitin, asam fumarat, pektin, gelatin

22. Peretensi warna (colour retention agent), yaitu BTP yang dapat mempertahankan, menstabilkan atau memperkuat intensitas warna pangan tanpa menimbulkan warna baru.Contoh: magnesium karbonat, magnesium hidroksida

23. Perisa (flavouring), yaitu BTP berupa preparat konsentrat dengan atau tanpa flavouring adjunct yang digunakan untuk memberi flavour dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam. Perisa ini dikelompokkan menjadiperisa alami,perisa identik alamidanperisa artifisial

24. Perlakuan tepung (flour treatment agent), yaitu BTP yang ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan dan atau pemanggangan, termasuk bahan pengembang adonan, pemucat dan pematang tepung.Contoh: papain, bromelain, alfa amylase

25. Pewarna (colour), yaitu BTP berupapewarna alamidanpewarna sintetis, yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, mampu memberi atau memperbaiki warna.Pewarna alami (natural colour)adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi atau derivatisasi (sintetis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain,contohnya: kurkumin, riboflavin, karamel, beta-karoten.Pewarna sintetisadalah pewarna yang diperoleh secara sintetis kimiawi,contohnya: tartrazine, karmoisin, ponceau 4R, biru berlian FCF

26. Propelan (propellant), yaitu BTP berupa gas untuk mendorong pangan keluar dari kemasan.Contoh: nitrogen, propane

27. Sekuesteran (sequestrant), yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan stabilitas dan kualitas pangan.Contoh: isopropil sitrat, natrium glukonat

Semua penggolongan dan definisi setiap golongan diatas, penulis acu langsung dari Lampiran I, Peraturan Menteri Kesehatan no. 033 Tahun 2012