bahan laporan praktikum

11
A. Latar Belakang Darah manusia dan darah pada hewan umumnya terdiri atas plasma dan berbagai unsur yang di bawa di dalam plasma seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma terdiri atas 90% air, 7-8 % protein yang dapat larut, 1 % elektrolit dan sisanya 1-2 % berbagai zat makanan dan mineral yang lain. Darah pada hewan maupun manusia dapat mengalami lisis yang berupa peristiwa menggelembungnya sel darah hingga pecah dikarenakan air masuk ke dalam sel. Lisis pada darah disebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya eritrosit karena air masuk ke dalam eritrosit yang menyebabkan hemoglobin keluar dari dalam sel eritrosit. Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif permeabel yang hanya dapat ditembus oleh zat-zat tertentu saja. Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan pada permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan. Hal yang mungkin terjadi bila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis (biasanya karena penambahan NaCl) adalah medium tersebut akan masuk ke dalam membran pada eritrosit sehingga sel dari eritrosit menggembung. Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan tekanan yang terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. sebaliknya bila eritrosit ditempatkan pada larutan yang hipertonis, maka cairan dari dalam sel eritrosit akan keluar dari dalam sel menuju medium sehingga eritrosit akan menjadi keriput atau krenasi.

Upload: fachri-padmaridho

Post on 27-Oct-2015

388 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

bahan

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan laporan praktikum

A. Latar Belakang

Darah manusia dan darah pada hewan umumnya terdiri atas plasma dan berbagai

unsur yang di bawa di dalam plasma seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma terdiri

atas 90% air, 7-8 % protein yang dapat larut, 1 % elektrolit dan sisanya 1-2 % berbagai zat

makanan dan mineral yang lain. Darah pada hewan maupun manusia dapat mengalami lisis

yang berupa peristiwa menggelembungnya sel darah hingga pecah dikarenakan air masuk

ke dalam sel. Lisis pada darah disebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya

eritrosit karena air masuk ke dalam eritrosit yang menyebabkan hemoglobin keluar dari

dalam sel eritrosit. Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif permeabel yang hanya

dapat ditembus oleh zat-zat tertentu saja.

Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan larutan

hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan pada permukaan membran

eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan. Hal yang mungkin terjadi

bila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis (biasanya karena penambahan

NaCl) adalah medium tersebut akan masuk ke dalam membran pada eritrosit sehingga sel

dari eritrosit menggembung. Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan

tekanan yang terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. sebaliknya bila eritrosit

ditempatkan pada larutan yang hipertonis, maka cairan dari dalam sel eritrosit akan keluar

dari dalam sel menuju medium sehingga eritrosit akan menjadi keriput atau krenasi.

Tapi, tidak semua eritrosit akan mengalami hemolisis pada suatu konsentrasi larutan

tertentu. Hal ini disebabkan eritrosit memilik nilai toleransi osmotik membran. Pada sel yang

tua, nilai toleransi osmotiknya lebih kecil dibandingkan pada sel yang muda.

B. Tujuan

Mengetahui pengaruh dari berbagai konsentrasi NaCl dan glukosa terhadap eritrosit

dan menentukan respon dari eritrosit pada masing-masing konsentrasi NaCl dan glukosa.

Page 2: Bahan laporan praktikum

C. Hasil

Konsentrasi NaCl Glukosa

1 2 1 2

0,1 % hemolisis Hemolisis Hemolisis Hemolisis

0,2 % Hemolisis Hemolisis Hemolisis Hemolisis

0,5 % Hemolisis Hemolisis Hemolisis Hemolisis

0,9 % Hemolisis hemolisis Hemolisis Hemolisis

1,2 % Hemolisis Hemolisis hemolisis hemolisis

1,5 % Isotonis Isotonis Hemolisis Hemolisis

3 % Krenasi Krenasi Isotonis Isotonis

4 % krenasi krenasi krenasi krenasi

Koefisien Isotonis

Page 3: Bahan laporan praktikum

D.Pembahasan

Praktikum ini digunakan larutan NaCl dan glukosa dengan beda konsentrasi, yaitu 0,1

%, 0,2 %, 0,5 %, 0,9 %, 1,2 %, 1,5 %, 3 %, dan 4 %. Tujuan digunakannya larutan NaCl dan

glukosa dengan berbagai beda konsentrasi adalah untuk mengetahui eritrosit mengalami

hemolisis dan krenasi. Berdasarkan praktikum ini, bentuk sel eritrosit mengalami perubahan

bentuk sesuai dengan penambahan konsentrasi larutan NaCl dan glukosa. Pada konsentrasi

0,1 % hingga konsentrasi 1,2 %, eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini disebabkan karena

cairan di luar sel yaitu NaCl berdifusi ke dalam eritrosit yang menyebabkan perbedaan

potensial air yang potensial air dari NaCl lebih tinggi dibandingkan potensial air pada

eritrosit. Jumlah air yang masuk ke dalam eritrosit semakin bertambah melampaui daya

tampung dari sel darah merah. Hal ini menyebabkan membran sel darah merah yang

bersifat selektif permeabel itu pecah sehingga sitoplasma dari eritrosit keluar. Hal ini

mempermudah molekul air dan ion Cl dari larutan NaCl untuk masuk ke dalam sel darah

sehingga menyebabkan sel darah merah saling merapat dan akhrnya pecah kaarena tekanan

dari molekul air dan ion. Pecahnya sel darah merah mebuat sel tampak pucat dan terlihat

agak bening.

Glukosa juga mengalami hemolisis. Hemolisis yang disebabkan oleh glukosa terjadi

dari konsentrasi 0,1 % hingga 1,5 %. Pada glukosa, konsentrasi 1,5 % masih dianggap terlalu

rendah bagi eritrosit sehingga glukosa di medium dapat masuk ke dalam sel eritrosit

sedangkan pada NaCl konsentrasi yang sama yaitu 1,5 %, eritrosit mengalami isotonis. Pada

NaCl dengan konsentrasi 3 % - 4 %, eritrosit mengalami krenasi. Sedangkan pada larutan

glukosa, eritrosit mengalami krenasi pada konsentrasi glukosa 4 %. Krenasi ini disebabkan

karena konsentrasi larutan glukosa dan NaCl lebih pekat dibandingkan konsentrasi di dalam

eritrosit atau karena akibat tekanan osmotik di dalam sel lebih besar dibandingkan dengan

di luar sel.

Peristiwa hemolisis dan krenasi yang terjadi tidak lepas dari peran proses osmosis.

Kerusakan pada membran sel darah merah dikarenakan digunakan medium yang hipotonis

dan hipertonis ke dalam darah. Apabila medium bersifat hipotonis (penambahan NaCl),

larutan dari luar akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung melebihi

kemampuan dari sel dan akhirnya pecah karena larutan masuk melalui membran eritrosit

Page 4: Bahan laporan praktikum

yang selektif permeabel. Sedangkan untuk krenasi, pada umumnya terjadi karena sel darah

merah diletakkan di dalam medium yang lebih hipertonis terhadap isi di dalam sel darah

merah. Hal ini menyebabkan isi sel keluar menuju ke medium, sehingga sel menjadi

mengkerut. Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotik isi sel dengan

mediumnya disebut hemolisis osmotik. Jenis hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi

yang disebabkan oleh substansi kimia dalam merusal sel darah merah.

Sebaliknya dari proses hemolisis, ada proses krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya

membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit

dimsukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isis eritrosit, misalanya untuk

eritrosit hewan homoioterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9 % NaCl,

sedangkan untuk eritrosit hewan poikiloterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7

% yang dapat merusak membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain) antara lain

kloroform, aseton, alcohol, benzena, dan eter

Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa eritrosit memiliki

toleransi yang berbeda-beda terhadap NaCl dan Glukosa pada berbagai seri konsentrasi.

Pada NaCl dengan konsentrasi NaCl sebesar 0,1 % - 1,2 %, eritrosit mengalami hemolisis

karena larutan NaCl lebih hipotonis terhadap sel. Pada konsentrasi NaCl 1,5 %, eritrosit

mengalami isotonis karena konsentrasi larutan sama dengan konsentrasi dalam sel. Pada

konsentrasi 3 % - 4 %, eritrosit mengalami krenasi karena NaCl lebih hipertonis

dibandingkan sel. Kemudian pada Glukosa, pada larutan glukosa dengan konsentrasi 0,1 %

hingga 1,5 % eritrosit mengalami hemolisis. Pada larutan glukosa dengan konsentrasi 3 %,

eritrosit mengalami isotonis, padahal pada NaCl dengan konsentrasi yang sama eritrosit

mengalami krenasi.

Page 5: Bahan laporan praktikum

Daftar pustaka

A. Pengaruh pemberian larutan isotonik, hipertonik dan hipotonik pada sel darah merah.

Larutan isotonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama dengan zat pelarutnya. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.

Larutan hipertonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi. Pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat/tertarik ke molekul terlarut, sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian.

Larutan hipotonik adalah larutan dengan konsentrasi terlarut rendah. Pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan).

Dalam praktikum ini, kami akan melihat pengaruh dari larutan isotonik, hipertonik, dan hipotonik pada sel darah merah yang akan diteliti melalui mikroskop.

Hemolisis sel darah merah

Tujuan :

Untuk menunjukkan pengaruh larutan hipertonik dan hipotonik terhadap membran sel darah

merah.

Teori singkat :

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam

medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain

penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran

eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam

sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan

larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit

melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila

Page 6: Bahan laporan praktikum

membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan

pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit

berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar

eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan

cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

Bahan :

1. suspensi darah2. NaCl 2 %

Cara kerja :

Tabel 1. Konsentrasi NaCl

Tabel 2. Hemolisis sel darah merah

Page 7: Bahan laporan praktikum

Kesimpulan :

Tabung 8 sebagai kontrol dianggap sebagai larutan isotonis.

Tabung 7 sampai 1 semakin hipotonis.warnanya semakin jernih.Hal itu menandakan

terjadinya hemolisis.

Tabung 9 sampai 10 semakin hipertonis.Secara makroskopis tidak terlihat perbedaan yg

berarti dibanding tabung 8.Namun,secara mikroskopis dpt terlihat adanya sel-sel darah

merah yg mengkerut.

4. Pengaruh zat kimia (demonstrasi)

Tujuan :

Menunjukkan bahwa sel darah merah dapat mengalami lisis dalam pelarut organik.

Teoi Singkat :

Dinding sel darah merah adalah suatu lipoprotein. Lemak merupakan pelarut organik. Dalam

pelarut lemak, dinding ini akan larut, sehingga bila sel darah merah dimasukkan dalam pelarut lemak

Page 8: Bahan laporan praktikum

akan terjadi hemolisis. Oleh karena itu, lemak termasuk larutan hipotonis karena dapat membuat sel

darah merah menjadi lisis.

Bahan :

1. suspensi darah

2. NaCl 0,9 %

3. Kloroform

4. Eter

5. Aseton

6. Toluen

7. Etanol

Cara kerja :

1. Ke dalam 6 tabung reaksi masukkan setiap 10 mL larutan NaCl 0,9 %.

2. Tabung pertama digunakan sebagai control dan pada ke 5 tabung lainnya tambahkan setiap

2 tetes kloroform, eter, aseton, toluen dan etanol secara berurutan.

3. Tambahkan ke dalam tiap tabung 2 tetes suspensi darah, biarkan selama setengah jam.

Perhatikan warna yang terbentuk dan bandingkan dengan kontrol.

Page 9: Bahan laporan praktikum

Ket: + = banyak sedikitnya hemolisis yang terjadi

- = tidak terjadi hemolisis

Kesimpulan :

Pelarut organik dapat membuat sel darah merah mengalami lisis. Setiap pelarut organic

memiliki kecepatan daya lisis yang berbeda-beda. Pada percobaan yang kami lakukan pelarut

organik yang melisis sel darah merah paling cepat adalah eter. Yang kedua adalah aseton. Yang

ketiga adalah toluen. Yang keempat adalah alKohol. Yang kelima kloroform.