laporan praktikum uji bahan magnetik particle

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari pemakaian logam sangatlah umum contoh pada pembuatan konstruksi untuk jembatan dibutuhkan logam yang kuat dan tangguh berbeda dengan pemakaian logam untuk pagar rumah yang tidak terlalu memperhatikan sifat mekaniknya. Berbeda dengan kebutuhan konstruksi yang dalam setiap milinya harus dengan kualitas yang tinggi, karena kalau tidak bisa menyebabkan bberbagai macam kerugian karena hanya 1 mili saja yang kualitasnya kurang. Maka dari itu perlu diadakannya percobaan terhadap produk yang berupa logam tersebut, agar kualitas yang dihasilkan benar-benar baik. Percobaan ini meliputi percobaan Destructive Test dan Non Destructive test. Destructive test adalah percobaan terhadap produk dengan cara merusaknya, Contoh pengujian tarik, bending, inpact.sedangkan non destructive test adalah percobaan terhadap produk tanpa merusaknya, contoh penetrant, magnetic particle, radiografy, ultrasonic. Focus laporan ini adalah pada magnetic particle. Magnetic particle adalah salah satu dari percobaan non destructive test, termasuk pada percobaan yang tidak merusak. Karna Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu memiliki dua kutub yaitu

Upload: ismiardy

Post on 16-Dec-2015

325 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

untuk laporan resmi, bro n sis bisa pakek ini....

TRANSCRIPT

Teknologi Material

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari pemakaian logam sangatlah umum contoh pada pembuatan konstruksi untuk jembatan dibutuhkan logam yang kuat dan tangguh berbeda dengan pemakaian logam untuk pagar rumah yang tidak terlalu memperhatikan sifat mekaniknya. Berbeda dengan kebutuhan konstruksi yang dalam setiap milinya harus dengan kualitas yang tinggi, karena kalau tidak bisa menyebabkan bberbagai macam kerugian karena hanya 1 mili saja yang kualitasnya kurang. Maka dari itu perlu diadakannya percobaan terhadap produk yang berupa logam tersebut, agar kualitas yang dihasilkan benar-benar baik. Percobaan ini meliputi percobaan Destructive Test dan Non Destructive test.Destructive test adalah percobaan terhadap produk dengan cara merusaknya, Contoh pengujian tarik, bending, inpact.sedangkan non destructive test adalah percobaan terhadap produk tanpa merusaknya, contoh penetrant, magnetic particle, radiografy, ultrasonic. Focus laporan ini adalah pada magnetic particle. Magnetic particle adalah salah satu dari percobaan non destructive test, termasuk pada percobaan yang tidak merusak. Karna Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan Karena perlakuan yang seperti itu, maka pada benda uji akan timbul medan magnet sebagai akibat dari adanya beda potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan rendah). Dan sama sekali tidak merusak produk tersebut.1.2 TujuanTujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi discontinuity bahan logam ferro pada permukaan sub surface. Biasanya pengujian ini dilakukan pada benda kerja pada semua tahapan produksi.1.3 Dasar TeoriMagnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana arah medan magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan mengarah dari kutub selatan ke utara di dalam magnet.1.3.1. Prinsip Dasar pengujian Magnetik PartikelSpesimen atau benda uji tersebut dimagnetisasi dengan cara memberikan arus listrik. Karena perlakuan yang seperti itu, maka pada benda uji akan timbul medan magnet sebagai akibat dari adanya beda potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan rendah). Pada daerah tersebut ditaburkan serbuk ferro magnetik. Selanjutnya serbuk ferro magnetik tersebut akan mengikuti bagian yang cacat dari benda uji tersebut.

1.3.2. Jenis-jenis Magnet1. Magnet permanenMerupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika dimagnetisasi maka bahan logam tersebut akan mampu mempertahankan sifat magnetnya dalam jangka waktu yang lama (permanen).

2. Elektromagnet ( AC / HWDC )Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferro magnetik yang jika diberikan arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi magnet, tetapi jika pemberian arus listrik dihentikan, maka sifat magnet pada bahan tersebut akan hilang.

1.3.3 Metode Magnetisas1. Magnetisasi longitudinal (coil/ selenoid)Medan magnet yang dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil.

Gambar 1.1. Magnetisasi Longitudinal

2. Magnetisasi YokeMagnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ujung kaki yoke ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi.

Gambar 1.2. Magnetisasi Yoke

3. Magnetisasi sirkular.Contoh gambar menunjukkan arus listrik dialirkan pada bahan yang akan dimagnetisasi.

Gambar 1.3. Magnetisasi Sirkular4. Magnetisasi Prod

Metode magnetisasi dengan cara material ferromagnetic dililiti dengan logam tembaga kemudial dialiri arus listrik.

Gambar 1.4. Magnetisasi Prod

1.3.4. Metode Pengerjaan Berdasarkan Waktu Magnetisasi2. Medan Magnet Kontinyu :Magnetisasi berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan pemberian serbuk ferromagnetik basah (suspensi) atau yang kering.3. Medan Magnet sisa (residual) :Partikel ferro magnetik (kering atau suspensinya) diberikan setelah proses magnetisasi berakhir.1.3.5 Teknik inspeksi1. Pemilihan Teknik InspeksiPemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Kondisi Permukan Benda Uji :

Kasar : Metoda Kering

Halus : metoda Basah

Partikelnya:

Kering : Serbuk Kering

Basah : Suspensi

Warna serbuk partikelnya harus kontras1.3.6 Kriteria standar penerimaan menurut ASME1. Evaluasi indikasi menurut ASME (American Society of Mechanical Engineers).Suatu indikasi adalah bukti suatu cacat/ketidaksempurnaan mekanik. Hanya indikasi yang mepunyai ukuran (dimensi) lebih besar dari 1/6 inchi (1,5 mm) yang akan dipertimbangkan.

Evaluasi indikasi menurut ASME :a. Linier indikasi jika memiliki panjang lebih besar dari 3 kali lebarnya.b. Rounded indikasi jika bentuk melingkar atau menyerupai elips dengan panjang kurang atau sama dengan 3 kali lebarnya.c. Indikasi-indikasi lain yang masih diragukan/dipertanyakan akan di uji kembali untuk menentukan apakah diterima atau tidak.

2. Kriteria penerimaan pengujian menurut standar ASME untuk hasil pengelasan.Penerimaan standar ini akan berlaku jika tidak ada standar lain yang lebih spesifik dalam hal penerimaan material. Pada proses pengujian, permukaan material harus terbebas dari hal-hal berikut :a. Indikasi linier yang relevanb. Indikasi rounded yang relevan dengan panjang lebih besar dari 3/16 inchi (5 mm). c. Memiliki empat atau lebih indikasi rounded dalam satu baris dengan jarak 1/16 inchi (1,5 mm) atau kurang (dari tepi ke tepi).

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat1. Yoke

2. Lampu 25 Watt

3. Gause Meter

4. Penggaris

5. Sikat besi6. Light meter LM 100F

7. Kabel roll8. Piefield indicator

9. Camera

10. Dead weight2.2 Bahan1. Spesimen A2

2. Cleaner/Remover SKC-S

3. Wet particle/ Magnaflux 7HF

4. White Contrast Paint Magnvis WCP-25. Kain lap.2.3 Prosedur Kerja1. Pengaturan intensitas cahaya.2. Persiapan Alat, yaitu dengan menguji kekuatan yoke terlebih dahulu (Power Lifting of Yoke) berdasarkan ASME section V Article 7, yaitu untuk arus AC yoke harus mampu mengangkat beban seberat 4,5 kg (10 lb) pada maximum pole spacing-nya. Apabila yoke masih dapat mengangkat beban yang disyaratkan, maka yoke tersebut masih layak untuk digunakan. Pengujian lifting power ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sekali.3. Specimen dibersihkan permukaannya dari oil, dan kotoran lain yang berupa karat, lemak, cat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan claner.4. Material uji disemprot dengan White Contrast Paint (WCP 2) secara merata. Tunggu sebentar hingga white contrast paint kering.5. Setelah kering, atur yoke sedemikian rupa sehingga dapat memagnetisasi material uji dengan baik dan pada saat proses memagnetisasi material uji yoke ditempatkan pada posisi yang berbeda-beda sehingga tampak semua discontinuity yang ada pada material uji tersebut baik crack yang ada di permukaan maupun yang sub-surface.6. Saat yoke memagnetisasi material uji, material uji disemprotkan wet particle hingga tampak cacat yang ada pada material uji tersebut.7. Mengamati discontiniuity yang tampak dan catat.8. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen setelah evaluasi. Kemudian material uji diukur sifat magneticnya dengan menggunakan gause meter.9. Post Cleaning pembersihan akhir.BAB IIIANALISA3.1 Hasil dan Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan, di dapatkan hasil :EquipmentyokeProdcoilSN :

Partide Type dryWetfluorescentcolor contrast

Methodcontinuousresidual

Surface Conditionweldmachine process

Rangebase metalweld part

edge preparation repair weld

back chipping

Lighting equipment : LIGHT METER LM 100 F PHILIPS 18 W 220 240 V

Light intensity : 115,6 FC

Distance between the light source to the material : 25 cm

Hasil pengamatan pada praktikum magnetik particle.

Benda yang telah di uji tersebut harus di repair karena tidak memenuhi standar ASME V Article 7. Pada pengujian spesimen dengan menggunakan magnetic partikel ini kami menggunakan intensitas penerangan sebesar 110 FC. Intensitas penerangan ini kami peroleh dengan menggunakan lampu philips 20 Watt dan jarak antara lampu dan material uji 200 mm.

BAB IVKESIMPULAN4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang kami lakukan di dapatkan discontinuity yang terjadi pada specimen adalah discontinuity jenis crack. jadi dapat disimpulkan bahwa benda uji di tolak karena terdapat indikasi yang tidak memenuhi criteria penerimaan ASME V Article 7.DAFTAR PUSTAKA Harsono, Dr. Ir. & T. Okumura, dr. (1991), Teknologi Pengelasan Logam, PT Pradya Paramita, Jakarta. Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS. ASME Section V Article 7

Sheet1

No.Part / ItemSize of Deft (mm)ResultRemark

AcceptedReject

1L I25

2L II 20

3L III30

4L IV19

5L V20

6L VI20

7L VII26

8L VIII30

9L IX15

10L X27