bahan kakao
DESCRIPTION
kakaoTRANSCRIPT
Benih kakao termasuk benih yang bersifat rekalsitran, yaitu benih yang memiliki daya
simpan rendah dan cepat kehilangan viabilitasnya pada berbagai kondisi lingkungan. Untuk
itu, teknik penyimpanan yang tepat sangat diperlukan guna mempertahankan vigor benih agar
tidak cepat menurun dalam jangka waktu tertentu. Kondisi simpan yang tepat dalam
penyimpanan dapat mempertahankan vigor benih selama penyimpanan. Namun jika kondisi
lingkungan tidak tepat maka vigor benih akan menurun seiring lamanya penyimpanan benih.
Selain kondisi lingkungan benih, kandungan air benih dan kelembapan ruang penyimpanan
juga merupakan kendala utama dalam penyimpanan benih kakao. Kadar air rata-rata benih
kakao sebelum penyimpanan atau pada saat masak fisiologis adalah 30-41%. Kondisi
lingkungan yang sesuai untuk penyimpanan benih kakao dengan menggunakan serbuk arang
diduga memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan media lainnya. Kondisi
lingkungan serbuk arang mampu menjaga kelembapan dalam kondisi lingkungan dan
mempertahankan kadar air benih tetap stabil yakni 36%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih rekalsitran antara lain kadar air benih,
kelembapan, suhu ruang simpan, wadah simpan, periode simpan. Kadar air benih sangat
menentukan viabilitas benih untuk mempertahankan daya simpannya sampai batas tertentu
dengan menggunakan suatu media penyimpanan. Kadar air benih diusahakan tetap tinggi
dalam lingkungan yang lembap selama penyimpanan atau sebelum dikecambahkan. Benih
kakao disimpan dalam kondisi kering akan mudah menurun viabilitasnya. Benih kakao yang
tersimpan didalam buah akan mampu mempertahankan daya hidupnya selama 20 hari,
walaupun kulit buah sudah mengeras. Hal ini karena keadaan di dalam buah mendekati
keadaan optimum untuk penyimpanan benih. Penyimpanan dalam bentuk benih lebih
menguntungkan tetapi memerlukan cara yang tepat dalam penyimpanannya agar viabilitas
benih kakao dapat dipertahankan.
Terkait hal tersebut, BBP2TP Ambon melaksanakanUji Berbagai Kondisi Lingkungan dan
Lama Penyimpanan Terhadap Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Pada
Media Arang Kayu. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa pada kondisi lingkungan
serbuk arang mampu menjaga kelembapan dan mempertahankan kadar air benih tetap stabil,
sehingga viabilitas benih kakao tetap terjaga. Pengamatan perkecambahan menunjukkan
bahwa benih kakao tidak berkecambah pada penyimpanan diruang ber-AC dengan lama
penyimpanan 4 minggu, 6 minggu, dan 8 minggu. Dari hasil pengujian tersebut didapatkan
informasi bahwa viabilitas benih kakao akan lebih baik jika disimpan dalam ruang ber-AC
bila dibandingkan dengan kondisi lingkungan menggunakan kontainer maupun pada ruang
terbuka. Berdasarkan pengujian Berbagai Kondisi Lingkungan dan Lama Penyimpanan
Terhadap Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Ø Penyimpanan benih kakao dalam ruang ber-AC dapat menekan presentase benih
berkecambah pada suhu kamar (200C, RH 75%) dapat menekan laju perkecambahan.
Sedangkan penyimpanan benih dalam kontainer dan ruang terbuka pada suhu 290C, RH 85%
(kelembapan udara relatif tinggi) menyebabkan benih berkecambah selama masa
penyimpanan.
Ø Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap lama penyimpanan benih rekalsitran kakao
(Theobroma cacao L.).
Ø Penyimpanan benih kakao pada media arang kayu merupakan kondisi lingkungan terbaik
dalam mencegah terjadinya penurunan tingkat viabilitas.
Administrator. 2013. PENYIMPANAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) SELAMA DIPERJALANAN
DAN DIRUANG PENYIMPANAN http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpambon/berita-199-
penyimpanan-benih-kakao-theobroma-cacao-l-selama-diperjalanan-dan-diruang-penyimpanan.html
Benih tanaman kakao tergolong benih rekalsitran, karena itu sangat sensitif terhadap
kekeringan dan juga peka terhadap suhu rendah. Hor (dalam Ashari, 1995) membuktikan
terjadinya penurunan tajam viabilitas benih kakao dari 15°C ke 17°C.
Kondisi benih kakao tersebut masih menjadi masalah utama yang masih belum teratasi
dengan baik sampai saat ini. Hal itu meng-akibatkan laju penurunan viabilitas benih
berlangsung cenderung lebih cepat, baik pada masa penyimpanan maupun dalam proses
pengiriman ke lokasi konsumen (Toruan, 1985).
Sebagai benih rekalsitran, selama penundaan penanaman, benih kakao lebih aman tetap
berada dalam daging buah yang menutupinya agar tetap dapat mempertahankan kadar air
yang tinggi, sehingga dapat dinyatakan bahwa benih kakao tidak tahan terhadap kehilangan
air, tidak toleran terhadap suhu rendah, berkecambah selama penyimpanan, membutuhkan
oksigen yang tinggi dan terjadinya kontaminan mikroorganisme di penyimpanan (Chin,
1989).
Pengetahuan dalam usaha memperpanjang daya hidup benih rekalsitran masih sangat
terbatas. Ashari (1995) mengemukakan bahwa, masalah utama dalam penyimpanan benih
dengan kondisi kelembaban simpan yang tinggi adalah menunda perkecambahan benih dan
untuk mengatasi gangguan serangan jamur adalah dengan aplikasi fungisida sehingga benih
rekalsitran tersebut dapat dipertahankan viabilitasnya pada kondisi yang aman.
Hasanah (2002) menyatakan bahwa daya simpan benih rekalsitran dapat dipertahankan
dengan mengemas benih pada kantong plastik yang berlubang dan dilengkapi dengan bahan
yang lembab seperti serbuk gergaji atau arang. Namun, hal ini memerlukan protektan dari
invasi dan infeksi mikroorganisme, sekaligus tidak berbahaya bagi benih.
Pada saat ini hanya ada tiga metode penyimpanan jangka pendek untuk benih rekalsitran
yang berhasil ditemukan, yaitu metode penyimpanan lembab atau imbibisi, metode
pengeringan parsial dan teknik-teknik atmosfir terkendali. Hasil yang telah diperoleh King
dan Roberts (dalam Chin, 1989), menunjukkan bahwa setelah satu bulan penyimpanan benih-
benih kakao dengan menggunakan teknik penyimpanan imbibisi tersebut masih diperoleh
tingkat perke-cambahan lebih dari 60%. Sisi negatif dari teknik ini adalah serangan
mikroorganisme terutama jamur. Oleh sebab itu, perlakuan benih dengan bahan kimia
sebelum disimpan sangat dibutuhkan untuk menghindari serang-an jamur atau cendawan dan
mikroorganisme lainnya yang mengontaminasi benih selama dalam penyimpanan. Fungisida
yang biasa digunakan adalah KOC, Dithane M-45, Benlate, Thiram, Ceresan, Arasan, Captan
dan lain-lain (Sutopo, 2002).
Hasil penelitian Rizmi (2004) menunjukkan bahwa metode penyimpanan kelembaban tinggi
dan konsentrasi Fungisida Benlate 0,45% dapat mempertahankan daya kecambah benih
kakao sampai 64,57% setelah penyimpanan selama 20 hari, tetapi dalam penelitian tersebut
tidak dijelaskan mengenai bahan pengemasnya.
Sampai saat ini belum ada informasi yang jelas tentang jenis media dan kemasan
penyimpanan untuk benih kakao yang dapat digunakan secara bersamaan dengan fungisida
Benlate. Penelitian ini di-harapkan dapat menjawab permasa-lahan tersebut yang tujuan
akhirnya adalah viabilitas dan vigor benih kakao dapat dipertahankan selama mungkin
selama penyimpanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan fungisida Benlate dan media
simpan dalam kondisi kelembaban tinggi terhadap vigor dan viabilitas benih kakao setelah
penyimpanan, serta untuk mengetahui interaksi antara kedua faktor tersebut.
Administrator. 2010. PENGARUH FUNGISIDA BENLATE DAN MEDIA PENGEPAKAN DALAM KONDISI KELEMBABAN TINGGI TERHADAP VIGOR DAN VIABILITAS BENIH KAKAO SETELAH PENYIMPANAN
http://jurnalfloratek.wordpress.com/2010/10/28/pengaruh-fungisida-benlate-dan-media-
pengepakan-dalam-kondisi-kelembaban-tinggi-terhadap-vigor-dan-viabilitas-benih-kakao-setelah-
penyimpanan/