bahan ajar praktikum patologi sistemik dan nekropsi

66
Materi Patologi Sistemik HEPAR Merupakan Kelenjar terbesar dalam tubuh yang mempunyai daya regenerasi yang besar Vena porta & art. Hepatica(darah campuran) – (sinusoid)HEPAR(v sublobularis-v lobularis) – vena hepatica- vena cava caudalis Darah portal berasal dari : lambung , intestin, lien, pankreas, omentum, mesenterium Hepar lobus sinister: darah portal berasal dari colon dan lien Hepar lobus dexter: darah portal dari intestinum tenue (radang pada salah satu organ akan mempengaruhi masing2 lobus hepar) Fungsi Hepar 1. Sekresi empedu- garam2 empedu(taurocholat, glicocholat natrium), pigmen2 empedu(bilirubin, biliverdin), lemak, kholesterol, lesitin dan garam2 mineral(kalsium karbonat dan kalsium fosfat) – kerusakan hepar akan menyebabkan urobilinogen tidak dapat diubah kembali menjadi bilirubin (hiperbilirubinemia/ikhterus 2. Metabolisme Lemak- mengubah lemak netral menjadi emulsi- hidrolisis-asam lemak&gliserol Kerusakan hepar(empedu tidak dihasilkan) menyebabkan lemak melalui usus dalam keadaan tidak di emulsi (feses bercampur lemak – steatorrhea) 3. Metabolisme asam amino- hepar menggunakan asam amino untuk membentuk protein plasma (albumin, globulin, fibrinogen, protrombin, ester kholin) dan protein jaringan serta protein cadangan (tidak ada depo protein dalam hepar) bila fungsi hati terganggu akan terjadi perubahan kadar nitrogen pada plasma darah 4. Metabolisme karbohidrat 5. metabolisme besi- sel-sel R.E.S menghancurkan eritrosit tua dan menyimpan Fe untuk digunakan pada pembentukan sel darah baru 6. Detokasi-gangguan fungsi hepar dapat timbul gejala intoksikasi Hal | 1

Upload: santi-ichie

Post on 29-Dec-2015

306 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Materi Patologi Sistemik

HEPAR

Merupakan Kelenjar terbesar dalam tubuh yang mempunyai daya regenerasi yang besar

Vena porta & art. Hepatica(darah campuran) – (sinusoid)HEPAR(v sublobularis-v lobularis) – vena hepatica- vena cava caudalis

Darah portal berasal dari : lambung , intestin, lien, pankreas, omentum, mesenterium

Hepar lobus sinister: darah portal berasal dari colon dan lien

Hepar lobus dexter: darah portal dari intestinum tenue (radang pada salah satu organ akan mempengaruhi masing2 lobus hepar)

Fungsi Hepar

1. Sekresi empedu- garam2 empedu(taurocholat, glicocholat natrium), pigmen2 empedu(bilirubin, biliverdin), lemak, kholesterol, lesitin dan garam2 mineral(kalsium karbonat dan kalsium fosfat) – kerusakan hepar akan menyebabkan urobilinogen tidak dapat diubah kembali menjadi bilirubin (hiperbilirubinemia/ikhterus

2. Metabolisme Lemak- mengubah lemak netral menjadi emulsi-hidrolisis-asam lemak&gliserol

Kerusakan hepar(empedu tidak dihasilkan) menyebabkan lemak melalui usus dalam keadaan tidak di emulsi (feses bercampur lemak –steatorrhea)

3. Metabolisme asam amino- hepar menggunakan asam amino untuk membentuk protein plasma (albumin, globulin, fibrinogen, protrombin, ester kholin) dan protein jaringan serta protein cadangan (tidak ada depo protein dalam hepar) bila fungsi hati terganggu akan terjadi perubahan kadar nitrogen pada plasma darah

4. Metabolisme karbohidrat

5. metabolisme besi- sel-sel R.E.S menghancurkan eritrosit tua dan menyimpan Fe untuk digunakan pada pembentukan sel darah baru

6. Detokasi-gangguan fungsi hepar dapat timbul gejala intoksikasi

7. Pembentukan sel darah merah-khususnya unggas

8. metabolisme dan penyimpanan vitamin-kelainan fungsi hati akan menyababkan gangguan penyerapan vit K, vit larut lemak (A,D,E) dan vit B kompleks

fungsi hepar yang terganggu menyebabkan: hiperbilirubinemia disertai ikhterus, bilirubinuria, emasiasi, intoksikasi, hipoglikemi, gangguan pembekuan darah, anemia, edema

Perubahan post mortem

1. Perubahan warna -persenyawaan H2S dengan Fe-FeS

Hal | 1

Page 2: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

2. Autolisis-mirip nekrosis tanpa infiltrasi sel radang

3. Aplasia/hipoplasia

4. dislokasi hepar

5. ruptur hepar - bisa terjadi secara spontan karena dipermudah dengan keadaan infiltrasi lemak, amiloidosis, limfadenosis, tumor, tubrkulosis

6. perforasi hepar

7. pembendungan hati-dimulai dari vena centralis

8. anemi-c/parasit, gangguan keseimbangan jaringan, fungsi lien terganggu

9. pigmentasi hati-pigmen endogen dan eksogen

ikhterus

a. ikhterus resorpsi/post hepatic/ikhterus pembendungan/ikhterus mekanik-terhalangnya aliran empedu dari hepar ke intestin

b. ikhterus retensi/intra hepatic-kerusakan sel hati c/perlemakan hati, toksin

c. ikhterus superfungsi/ pre hepatic-terjadi karena superfungsi sel2 hati ikhterus hemolitik (superfungsi sel RES), ikhterus toksik, ikhterus septik (piroplasmosis, leptospirosis)

10. hepatitis-

Menurut tersebarnya radang: hepatitis diffusa (meluas)/ hepatitis sircumscripta (setempat)

Menurut tingkatannya: hepatitis acuta/hepatitis chronica

Menurut causanya: hepatitis spesifik/ hepatitis aspesifik

a. hepatitis c/ bakteri

-akut: leptospirosis, staphylococus aureus, hepatitis necroticans

- kronis: TBC, actinobacillosis

b. hepatitis c/ virus- psittacossis, hepatitis contagiosa canis, pes babi

c. hepatitis c/ protozoa: enterohepatis, toksoplasmosis

11. chirrosis hepatis

Akibat chirrosis

a. berkurang/hilangnya fungsi hepar (digantikan ren dan intestin)

b. produksi empedu terganggu

c. R.E.S hepar terganggu fungsinya digantikan R. E. S lien

Hal | 2

Page 3: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

d. kelainan peredaran darah menjadikan hydrops ascites dan penimbunan cairan pada organ tubuh

e. anemia

12. Tumor hepar

Perubahan regresif pada hepar

1. atrofi umum- gangguan gizi, atrofi lokal- c/ tekanan oleh tumor, kista, TBC, actinomikosis, abses

2. degenerasi- perlemakan patologik hati yang disebabkan oleh hipoksemi(hati tidak mampu membakar lemak) akibat dari gangguan peredaran darah, anemi, gangguan gizi, TBC, alkohol, fosfor, arsen dan toxin lain menyebabkan hati kekurangan oksigen untuk membakar lemak

Faktor2 lipotrop (kholin, metionin, kasein, albumin, daging sapi)- faktor yg menghindarkan penimbunan lemak

Faktor2 a-lipotrop (cystine, tiamin, biotin)- faktor yang mempercepat produksi lemak

3. distrofi toksik hati(hepatitis haemorhagica et necroticans/atrofi kuning/belang)

4. nekrosa hepar

Toksopatik-karena agen yg bersifat toksik (cepat tibul gejala klinis)

Tropofatik/nekrosa massif- karena kekurangan faktor untuk kehidupan sel ex: oksigen

a. nekrosa centrolobuler-kerusakan sel hanya pada sentrolobuler c/streptococcosis, ankilostomiasis

b. nekrosa perilobuler- kerusakan sel pada perifer lobulus c/ endotoksin bakteri

c. nekrosa lokal- c/chloroform, gangguan sirkulasi kronis, penularan virus(hepatitis contagiosa canis, streptococus, defisiensi gizi

d. nekrosa merata-defisiensi gizi (cystein), def vit E (tokoferol), gangguan sirkulasi, toksik (TNT, fosfor, arsen)

PANCREAS

Kerusakan kelenjar parenkim- pengurangan produksi tripssin, steapsin, amilopsin yang penting untuk pencernaan asam amino, lemak dan amilum-hewan menjadi kurus, feses berlemak/berbuih

Jika berlanjut ke kerusakan pulau langerhans-hiperglikemi dan glikosuria (diabetes mellitus)

Penyebab kerusakan parenkim

Hal | 3

Page 4: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

1. radang kronis-jaringan hepar diganti jaringan ikat

2. atrofi pankreas

salah letak pancreas (pancreas ectopic) dapat ditemui di bawah serosa duodenum, dalam mesenterium, di bawah mukosa duodenum

DIABETES MELLITUS (gamparan post mortem)

1. infiltrasi lemak patologik pada hepar dan ren (hepar mengapung bila di tempatkan di air)

2. hewan kurus

3. hepar dan ren membengkak, berwarna kekuningan dan lunak

4. pancreas mengecil

Pankreatitis pada anjing sering terjadi dan terbagi menjadi 4 bagian:

1. radang akut disertai nekrosa

2. sub akut/kronis(defisiensi sekresi endokrin dan eksokrin)

3. radang pancreas disertai fibrosis (defisiensi sekresi eksokrin)

4. kolaps dan atrofi jaringan asini pancreas (defisiensi ekskresi eksokrin)

LIEN

Fungsi

1. menyimpan darah yang tidak ikut dalam peredaran darah

2. pada hewan muda, membantu sutul memproduksi eritrosit

3. membantu sutul dan sel R.E.S hepar mendegradasi eritrosit tua

4. sebagai filter bakteri (adanya sel R.E.S.)

5. ikut serta dalam metabolisme nitrogen

6. membentuk limfosit terkait dengan aantobody

Pada kasus piroplasmosis dan anthrax lien hiperaktif dan hipertrofi

Susunan cairan limfe hampir sama dengan susunan ciran plasma darah dengan kadar protein lebih rendah dengan kandungan chlor, urea, asam karbonat lebih tinggi

PERUBAHHAN POST MORTEM

1. Radang Lien

Hal | 4

Page 5: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

a. splenitis acuta/hemorrhagica-c/aanthrax, white scourrs, anemi menular pd kuda

b. splenitis chronica /hyperplastica-c/salmonellosis, trypanosomiasis,

c. splenitis suppurativa-c/ emboli septik pd endocarditis

d. splenitis necroticans-c/penyumbatan a.lienalis oleh jaringan mati dari endocarditis, salmonellosis, ankilostomiasis, anthrax

2. leucaemia

Limpa membesar dan memproduksi limfosit,granulosit, monosit berlebih c/ radiasi, hormonal, bahan kimia, virus (enzootic bovine leucosis, leukosis unggas)

Berdasarkan lamanya:

a. leukemia kronis (pada hewan tua)

b. leukemia akut

Berdasarkanjumlah leukosit terhitung pada darah tepi:

a. leukemik: jumlah leukosit > 2x jumlah normal

b. subleukemik: jumlah leukosit< 2x jumlah normal+ sel patologik(granulosit, monosit, limfosit, megakariosit)

c. aleukemik: jumlah leukosit< 2x jumlah normal

Berdasarkan jenis sel yang berproliferasi

a. leukemia limfoblastik/lifositik : banyak dijumpai pada hewan, hampir semua kelenjar limfe membengkak perubahan juga terjadi di bagian mata

b. leukemia granulositik/myeloblastik : tidak semua kelenjar limfe membengkak

3. amiloidosis-terlihat warna keputihan pada bidang sayatan c/ TBC, mastitis

4. ruptur lien-traumatis

5. tumor limpa

PEMBULUH LIMFE DAN KELENJAR LIMFE

PERUBAHAN POST MORTEM

1.Limfangitis (radang pembuluh limfe)

Aspesifik: ex: pneumoni-terlihat trombosis dan gumpalan2 sel radang dalam pembuluh limfe

Spesifik: TBC, pada TBC, malleus, actinomikosis, lymfangitis epizootica(saccharomycosis)

Hal | 5

Page 6: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

2.Perubahan warna kelenjar limfe

a. Hemosiderosis-warna coklat/cooklat merah c/ distomatosis

b. antrakosis- warnahijau- hitam c/ debu yang tertimbun dalm sel R.E.S

c. warna merah- adanya kandungan eritrosit pd kelenjar c/ pendarahan ex; sampar babi

d. warna keputih-putihan-c/resorbsi lemak susu pada puncak laktasi

3. Limfadenitis (radang elenjar limfe)

-terjadi pada penyakit septik dan akut (anthrax, pasteurellosis) efek terlihat sistemik

a. limfadenitis berserum: ditemukan pada stadium awal penyakit akut dan septikemik

b. limfadenitis berdarah: ditemukan pada septikemik akut ex: anthrax,septikemik hemoragik, pes babi, erisipelas babi

c. limfadenitis bernanah: ditemukan pada infeksi oleh bakteri pyogen (ingus tenang),arthritis, mastitis suppurativa

d. limfadenitis kronis: ditemukan pada penyakit menular kronis, corak radang bersifat limfadenitis suppurativa, limfadenitis granulomatosa atau keduanya ex; radang kelenjar mesentrial, para TBC, TBC, brucellosis, histoplasmosis

4. tumor : Limfo-sarkoma, leukosis

Hal | 6

Page 7: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

PATOLOGI NEKROPSI PADA HEWAN

Pendahuluan

Nekropsi, disebut juga pemeriksaan post mortem, adalah pemeriksaan yang dilakukan setelah hewan mati. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian, meliputi pemeriksaan hewan secara keseluruhan dan juga pemeriksaan setiap organ di dalam tubuh hewan. Pemeriksaan secara lebih teliti dan pengambilan sampel organ dapat membantu menentukan penyebab kematian, apakah disebabkan oleh penyakit atau oleh trauma.

Pada beberapa kasus, penyebab kematian pada hewan sudah diketahui, misalnya, terdapat tanda-tanda adanya trauma yang berat. Pada kasus yang lain gejala klinis penyakit merupakan indikasi apa yang terjadi pada hewan tersebut. Seringkali, kejadian penyakit tidak diketahui dan gejala yang timbul bisa disebabkan oleh beberapa macam penyakit yang berbeda. Dalam hal ini, diperlukan pemeriksaan lebih mendalam.

Tujuan dilakukan Nekropsi adalah

Identifikasi penyakit Indikasi tindakan pengobatan untuk penyakit dalam kawanan Mengurangi kerugian di masa depan Meningkatkan pengetahuan dampak penyakit pada hewan Menambah diskusi dalam peningkatan program kesehatan dengan

para spesialis (program vaksin, pengobatan, managemen pemeliharaan, dll)

Kapan Dilakukan Nekropsi

Perubahan jaringan terjadi segera setelah 20 menit hewan mati. Karena perubahan ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, maka sebaiknya pengambilan sampel jaringan dilakukan segera setelah hewan mati untuk mendapatkan hasil diagnosa yang lebih akurat. Hal ini lebih penting lagi dilakukan pada daerah dengan suhu lingkungan panas, atau hewan mengalami demam, atau apabila gejala penyakit mengarah pada gangguan saluran pencernaan. Pada keadaan tersebut, hewan harus segera diperiksa den sampel jaringan harus diambil dengan benar dan

Hal | 7

Page 8: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

disimpan dalam pendingin sampai diperiksa oleh dokter hewan yang berwenang.

Nekropsi memerlukan informasi yang menyeluruh tentang hewan yang diperiksa. Hal ini dapat membantu untuk menentukan gambaran menyeluruh penyebab kematian.

- Catat informasi hewan: umur, jenis kelamin, siklus produksi, breed, tanda khusus

- Catat gejala klinis sebelum kematian, sejarah trauma atau penyakit, dsb

- Apabila hewan masih hidup, lakukan pemeriksaan dengan memperhatikan keamanan bagi operator, atau terhadap hewan lainnya akan bahaya penyakit menular

- Catat dimana hewan ditemukan mati- Apakah ada tanda-tanda hewan mati ditempat atau hewan meronta-

ronta- Adanya darah dari lubang-lubang tubuh (hidung, rectum, vulva,

dsb.)- Catat apabila ada hewan lain yang mengalami gejala sama, umur,

lokasi- Pastikan untuk menggunakan disinfektan yang sesuai- Lakukan analisa pakan apabila ada dugaan masalah nutrisi- Ambil gambar untuk nantinya bisa dilakukan cek ulang atau

dikonsultasikan dengan dokter hewan ahli- Perhatikan cara memusnahkan karkas yang aman.

Tindakan Post-necropsy

a. Dekontaminasi alat sebelum dicuci dan dibersihkan.

b. Bersihakan dan disinfeksi semua permukaan tempat nekropsi

c. Dekontaminasi operator (e.g., disinfeksi, lepas sarung tangan, apron, jas lab).

d. Catat hasil pemeriksaan nekropsi.

Tempat Nekropsi

Ada beberapa syarat yang diperlukan untuk memilih tempat nekropsi. Lokasi nekropsi harus mempunyai cahaya yang cukup, sumber

Hal | 8

Page 9: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

air, ventilasi, drainase, tempat pembuangan kadafer, dan lokasi yang sekiranya tidak menyebabkan bahaya kontaminasi lingkungan sekitarnya.

Hewan yang mati karena dicurigai mati karena penyakit menular atau zoonosis sebaiknya diperiksa di laboratorium. Pada umumnya, diagnosa klinis dapat membantu menentukan lokasi untuk nekropsi. Contohnya, diagnosa klinis untuk kasus anthrax tidak diberbolehkan dilakukan nekropsi sama sekali karena potensi kontaminasi yang tinggi.

Apabila dilakukan di lapangan, tempat untuk nekropsi harus jauh dari sumber pakan, hijauan dan air minum. Hindari tempat yang berdekatan dengan kawanan hewan. Tempat nekropsi harus bebas dari bahaya serangga, predator dan vector biologis.

Pembuangan Karkas

Pemusnahan cadaver dengan cara insinerasi adalah cara yang terbaik setelah proses nekropsi selesai dilaksanakan. Akan tetapi karena alasan kepraktisan, prosedur ini tidak cocok untuk hewan besar.

Pembuangan dengan cara mengubur karkas di dalam tanah, bisa dilakukan untuk hewan kecil maupun hewan besar. Yang harus diperhatikan adalah lubang yang dibuat harus cukup dalam sehingga hewan liar dan predator lainnya tidak akan mendapatkan akses ke cadaver yang dikubur. Dan juga harus diperhatikan akan bau yang mungkin timbul ke lingkungan apabila lubang yang dibuat tidak cukup dalam dan lebar sehingga menutup keseluruhan karkas.

Lokasi pembuangan karkas harus jauh dari sumber air tanah dan pakan. Semua bangkai hewan harus dianggap sebagai sumber kontaminasi, sehingga harus dibuang secara benar.

Hal | 9

Page 10: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

BERITA ACARA NEKROPSI

Nama Hewan :Jenis Hewan/Umur :Jenis Kelamin :Nama pemilik :Alamat / Tlp :

ANAMNESA :

Prosedur euthanasia : Ya / Tidak keterangan: _____________________

HASIL PEMERIKSAAN :

1. SISTEM DIGESTI

a. Oroparhyngeal :b. Oesofagus :c. Lambung :d. Duodenum :e. Jejenum :f. Ileum :g. Colon :h. Caecum :i. Rectum :j. Kloaka :

2. SISTEM SIRKULASI

a. Jantung :b. Pembuluh darah :

3. SISTEM RESPIRASI

a. Chonca nasalis :b. Larynx :c. Trachea :d. Pulmo :

4. SISTEM REPRODUKSI

a. Labia, vagina :b. Cervix, uterus :

Hal | 10

Page 11: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

c. Penis :d. Testis :e. Kelenjar asesoris :

5. SISTEM URINARIA

a. Ginjal :b. Vesica urinaria :c. Urethra :

6. SISTEM MUSKULOSKELETAL

a. Musculus :b. Tulang :

7. LAIN-LAIN

a. Mata :b. Telinga :c. ...................... :

DIAGNOSA :

DIAGNOSA BANDING :

Malang,

drh Penanggung Jawab

( )

Hal | 11

Page 12: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

PENGAMBILAN SAMPEL DAN SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIS

Nekropsi merupakan awal untuk prosedur diagnosa laboratoris lainnya, dan spesimen untuk pemeriksaan laboratoris lanjutan harus secara rutin diambil selama proses nekropsi berjalan.

Diusahakan mengambil cukup sampel selama pemeriksaan nekropsi

Spesimen yang diambil diberi label yang sesuai untuk identifikasi

Informasi yang diperlukan untuk identifikasi spesimen antara lain:

1) Identifikasi spesies

2) Detail sejarah atau gejala klinis

3) Hasil nekropsi yang relevan

4) Keadaan pada saat sampel dikoleksi, dan prosedur koleksi serta cara pengawetan sampel.

5) Format atau jenis pemeriksaan yang diinginkan.

Adalah merupakan tanggung jawab pihak pemeriksa untuk melaporkan kepada pihak berwenang apabila spesipen yang diambil diduga berasal dari hewan dengan penyakit menular, zoonosis atau penyakit eksotik. Untuk hal ini, pada label spesimen dicantumkan peringatan untuk biohazard.

Sampel untuk pemeriksaan Histopatologi

Fiksasi sampel untuk pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan buffer formalin netral 10%. Potongan organ atau jaringan harus diambil sesegera mungkin, dan tidak boleh lebih tebal dari 0.5 cm.

Ambil jaringan dengan menggunakan pisau tajam atau silet, usahakan agar potongan jaringan tidak hancur atau menjadi kering. Jaringan yang hancur atau kering dapat menyebabkan distorsi pada morfologi sel dan jaringan. Sebaiknya, potongan jaringan dipilih pada bagian yang mewakili jaringan normal dan abnormal dari suatu organ. Lakukan fiksasi jaringan segera dalam larutan 10% formalin dengan perbandingan 1:10. Cuci spesimen dengan larutan garam fisiologis

Hal | 12

Page 13: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

sebelum difiksasi dengan formalin apabila spesimen mengandung banyak kotoran

Fiksasi spesimen otak dengan memompakan larutan formalin melalui arteri carotid sampai cairan yang keluar dari vena jugularis dan arteri carotid pada sisi lainnya tidak lagi mengandung darah. Cara alternatif adalah dengan merendam seluruh otak dalam volume besar larutan formalin. Biarkan mengeras selama 24 jam, lalu kemudian buat irisan jaringan yang diperlukan.

Potongan dari saluran gastrointestinal harus segera dilakukan setelah proses membuka cadaver untuk meminimalkan perubahan post mortem. Potong saluran gastrointestinal sebelum dimasukkan ke dalam larutan fiksasi untuk memastikan pengawetan secara benar dan untuk memperluas permukaan penyerapan larutan fiksasi.

Sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi

Pengambilan sampel yang bertujuan untuk pemeriksaan mikrobiologi dilakukan secara aseptis. Sebaiknya permukaan jaringan atau organ dipanaskan terlebih dahulu dengan menempelkan spatula panas, kemudian buat irisan dan ambil sampel yang diperlukan dari bagian dalam organ, abses atau massa koagulasi dalam jaringan. Dari tempat irisan ini, bisa diambil sampel dengan swab steril, runtuhan jaringan atau cairan.

Ambil swab dan cairan ke dalam transport media, terutama untuk mikro organism yang sulit diisolasi. Pemilihan media transport tergantung pada sangkaan mikroorganisme yang terdapat pada spesimen. Pengambilan sampel mikrobiologi, apakan dari permukaan atau dari dalam rongga tubuh, sebaiknya dilakukan segera sebelum dilakukan proses nekropsi keseluruhan.Untuk organ berongga seperti saluran gastrointestinal cara terbaik adalah dengan diikat pada ujung-ujungnya dan letakkan pada petridish steril.

Sampel untuk pemeriksaan Toksikologi

Material untuk pemeriksaan toksikologi harus bebas dari kontaminasi bahan kimia selama proses nekropsi. Bahan kimia yang mungkin mencemari spesimen antara lain bahan fiksasi, detergen, disinfektan. Meskipun untuk bahan toksik berbeda memerlukan analisa yag berbeda, beberapa sampel yang harus diambil antara lain:

1) Whole blood dan sera

Hal | 13

Page 14: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

2) Potongan jaringan (sekitar 100 grams) dari hepar dan ren

3) Urine

4) Isi lambung dan usus

Hubungi laboratorium toksikologi tempat sampel akan dikirim untuk memastikan spesimen yang diambil sudah benar dan jumlah yang diambil cukup untuk keperluan pemeriksaan.

Pengambilan sampel Parasitologi

Biasanya, sampel ektoparasit dan endoparasit diambil untuk identifikasi. Sampel ektoparasit diambil sebelum cadaver dibuka untuk proses nekropsi. Caplak, kutu dan pinjal harus diambil hati-hati dari rambut atau bulu dan difiksasi menggunakan formalin. Untuk memudahkan pengambilan, basahi bulu atau rambut hewan dengan larutan detergen. Pada pengambilan caplak, hindari kerusakan bagian mulut caplak dengan cara mengusap bagian tubuh caplak dengan ether, cara ini akan membunuh caplak sehingga mudah diambil. Lakukan fiksasi spesimen dengan ethyl alcohol 70% atau formalin 10%.

Informasi tentang tingkat infestasi parasit harus disertakan bersama sampel yang dikirim.

Untuk infestasi kutu kurap (mange mites), pengambilan sampel dengan cara melakukan kerokan kulit dan letakkan pada gelas objek dan teteskan mineral oil.

Cacing gelang yang diambil dari saluran intestinal dapat difiksasi menggunakan formalin segera setelah koleksi sampel. Untuk mencegah spesimen melingkar saat fiksasi, teteskan larutan menthol atau air hangat pada spesimen. Cacing pita diambil sampel segmen yang meliputi segmen muda dan dewasa, dengan scolex masih utuh. Jangan angkat cacing pita dari prlrkatannya karena dapat merusak scolex. Scolex cacing pita sangat penting untuk proses identifikasi. Eksisi bagian dimana scolek melekat dan fiksasi dengan formalin. Untuk Cestoda, tekan spesimen diantara 2 gelas objek dan ikat dengan karet gelang atau kawat clip sebelum dimasukkan ke dalam cairan fiksasi.

Untuk penghitungan jumlah cacing pada ruminansia, ikat abomasums pada kedua ujungnya dan ambil semua isi abomasum.

Pada unggas, lakukan kerokan pada mukosa usus dan periksa preparat ulas basah untuk mengetahui adanya infestasi koksidia.

Hal | 14

Page 15: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Pengambilan Sampel Sitologi

Sampel ulas (smears) dari jaringan tumor biasanya dilakukan untuk pemeriksaan sitologis. Preparat ulas diambil dari irisan tumor, biarkan kering segera untuk mengawetkan struktur selnya, fiksasi bisa dilakukan dengan api Bunsen, atau dengan merendamnya dalam larutan methanol. Beberapa ahli menyarankan penggunaan hair spray, karena kandungan alcohol di dalamnya cukup untuk fiksasi sel pada preparat ulas.

Preparat ulas darah bisa dilakukan dengan meneteskan pada gelas objek. Sentrifugasi Sampel darah untuk memperoleh keeping darah dan lakukan fiksasi dengan formalin atau methanol pada preparat ulas. Sebagai alternatif, bisa digunakan gelatin atau albumin untuk mengentalkan keping darah kamudian fiksasi campuran dengan formalin. Preparasi sampel ini kemudian bisa diproses dengan teknik paraffin embedding seperti pada pemrosesan preparat jaringan.

Pengambilan sampel cairan dan darah

Sampel darah harus segera diambil pada hewan yang sudah moribound. Pada beberapa kasus, sampel darah masih bisa diambil pada hewan yang sudah mati selama 3-4 jam. Hal ini dapat dilakukan dengan mengambil darah dari jantung pada saat nekropsi dengan seksi pada dinding jantung. Penambahan antikoagulan (mis. EDTA) harus dipertimbangkan apabila yang dibutuhkan adalah plasma. Jika serum yang dibutuhkan, sebaiknya sampel darah dikoleksi ke dalam tabung gelas yang akan mempercepat proses koagulasi.

Syarat umum pada pengambilan sampel cairan tubuh adalah sampel harus bebas dari kontaminasi. Sampel cairan tubuh harus diambil pada saat proses pemeriksaan berjalan apabila diantisipasi diperlukan pemeriksaan lanjut. Cairan ascites harus diperhatikan jumlah yang diambil, warna dan kekentalannya.

Pengambilan sampel urin dilakukan dengan aspirasi dari kandung kemih.

Cairan cerebrospinal dapat dilakukan sebelum proses membuka otak. Sampel diambil dengan aspirasi dengan bantuan syringe dan jarum pada cisterna magna

Hal | 15

Page 16: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Membuat preparat apus darah

Hal | 16

Page 17: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

TEKNIK NEKROPSI PADA UNGGAS

Nekropsi disebut juga seksi, otopsi, abduksi atau bedah bangkai adalah suatu tindakan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan rinci secara patologik anatomic untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit atau sebab-sebab kematian seekor/sekelompok unggas sehingga dapat dilakukan tindakan penanggulangan.

Jadi, nekropsi bertujuan untuk menentukan diagnosis, kemudian melakukan tindakan penanggulangan meliputi pencegahan, pengobatan dan menghilangkan sumber/factor pendukung terjadinya penyakit.

Pemeriksaan patologi didukung oleh pemeriksaan mikrobiologi (bakteriologi, virology, mikologi), parasitologi, toksikologi, patologi klinik, analisis pakan dan pemeriksaan air minum.

Tempat Nekropsi

Jika tidak dilakukan di laboratorium, makan harus dipilih tempat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Mudah dibersihkan dan disanitasi/didesinfeksi Dekat dengan tempat bangkai dan akan dikubur/dimusnahkan. Jauh dari kandang, gudang pakan dan gudang obat dan

sumur/sumber air minum

Cara membunuh Unggas

Pada umumnya euthanasia banyak dilakukan pada hewan kesayangan, dan mempunyai tujuan antara lain:

- Membantu dalam diagnosa penyakit- Mencegah meluasnya suatu penyakit pada hewan ataupun manusia

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membunuh hewan adalah

- Rasa sakit yang seminimal mungkin- Hindari terjadinya perdarahan yang berlebihan- Hindari terjadinya luka yang berlebihan pada tubuh hewan

Cara membunuh unggas adalah sebagai berikut:

Hal | 17

Page 18: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

- Mematahkan leher pada persendian atlanto-occipitalis (antara tulang atlas dan tulang cervicalis I)

- Emboli udara ke dalam jantung menggunakan alat suntik melalui rongga dada

- Gas CO2

Persiapan Operator

Oleh karena bangkai unggas dan jaringannya dapat menularkan penyakit tertentu pada manusia, maka operator harus selalu mengenakan sarung tangan, jas laboratorium dan sepatu khusus. Hal ini juga berlaku untuk bangkai yang diduga tidak mengandung penyakit menulat oleh karena sering ditemukan adanya organism tertentu dalam jaringan yang dapat masuk melalui kulit dan menyebabkan infeksi lokal.

Informasi yang diperlukan pada waktu melakukan nekropsi pada unggas

Jika dimungkinkan sebaiknya mengambil 5-6 ekor ayam sakit dan sejumlah ayam mati untuk kepentingan diagnosis. Riwayat kasus yang perlu dicatat/diketahui meliputi:

Nama dan alamat pemilik Tipe operasi (komersial/breeder) Tipe ayam yang dipelihara (layer/broiler) Keterangan tentang flok:

o Strain ayamo Jumlah ayam dalam flok atau kandango Umur ayamo Sumber ayam (nama breeding farm, nama pemelihara pullet)o Morbiditas dan mortalitaso Waktu timbulnya gejala klinik dari awalo Lama proses penyakito Saat kematian awal dan proses perkembangan angka kematiano Gejala klinik yang teramatio Pernapasan, pencernaan, syaraf, gangguan alat gerako Penyakit yang pernah diderita oleh ayam dalam flok

Tipe kandang (lantai semen, lantai tanah, panggung, battery kawat, battery bamboo, battery kayu)

Jenis litter (sekam, serbuk gergaji, serutan kayu) Jenis unggas/hewan lain yang dipelihara dalam areal peternakan Produksi telur (status produksi, persentase penurunan, kualitas telur) Riwayat vaksinasi Riwayat pengobatan

Hal | 18

Page 19: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Sumber pakan (komersial atau campur sendiri, sumber bahan baku, kualitas bahan bakar, keadaan gudang pakan, penggunaan feed additive, antibiotic, premix)

Sumber air minum Tingkat konsumsi pakan dan air minum Letak geografis peternakan meliputi, temperature dan kelembaban

(kandang, lingkungan) Kondisi manajemen (perubahan pakan, adanya kelompok ayam baru

dalam flok, adanya ayam yang dipindah ke lokasi lain, perubahan sumber air, perubahan pengelolaan peternakan secara keseluruhan)

CARA PEMERIKSAAN JARINGAN PADA WAKTU NEKROPSI

Perlu diperhatikan ukuran, warna, konsistensi, bidang irisan dan pemeriksaan khusus untuk organ tertentu, misalnya uji apung untuk pulmo.

Jika terdapat eksudat/transudat harus dicantumkan keterangan tentang volume, warna, sifat dan bau

Cacing dan parasit lainnya harus dicantumkan keterangan tentang jumlah, ukuran, warna dan lokasi

Untuk tumor, abses, cyst harus dicantumkan keterangan tentang ukuran, warna, sigat, konsistensi dan lokasi

Pengambilan contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan memotong jaringan yang dicurigai mengalami perubahan dengan ukuran 2x1x0,5 cm kemudian dimasukkan ke dalam container yang mengandung larutan formalin 10% (jika mungkin diberi buffer agar pH=7).

Volume formalin sebaiknya 10 x volume jaringan. Jaringan yang mempunyai rongga (usus, trachea, oviduct) dapat dipotong dengan ukuran sekitar 3 cm pada bagian yang mengalami perubahan lalu dimasukkan ke dalam formalin. Container tersebut hendaklah diberi nomor protocol dan tanggal pengambilan spesimen.

Pemeriksaan usus dan lambung

Periksalah esophagus, proventriculus, ventriculus dan intestinum terhadap keadaan serosa, mukosa penggantung, pembuluh darah dan isi lumen

Pemeriksaan lien dan hepar

Buatlah irisan selebar 0,5-1 cm dan amatilah kemungkinan-kemungkinan abnormalitasnya. Perhatikanlah ukuran, warna, konsistensi dan bidang irisan jaringan-jaringan tersebut

Hal | 19

Page 20: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Pemeriksaan saluran pernapasan

Periksalah nares, cavum nasi, dan sinus terhadap kemungkinan adanya cairan. Periksa juga kantong udara terhadap adanya kekruhan, penebalan atau timbulnya cairan pada permukaannya

Oesophagus, pharynx, larynx dan trachea dibuka sampai ke percabangan bronchus yang masuk ke dalam pulmo; supaya diteliti glandula thyroidea dan parathyroidea yang terletak di percabangan trachea.

Periksalah ukuran, warna, konsistensi, bidang irisan dan uji apung pulmo. Irislah pulmo menjadi bagian-bagian kecil selebar 0,5 – 1 cm dan periksalah kemungkinan adanya abnormalitas tertentu.

Pemeriksaan Jantung

Perhatikan keadaan umum jantung, kemudian guntinglah pericard dengan memegang bagian apex cordis. Jika terdapat hydropericard catatlah jumlah, sifat, dan warnanya.

Pemeriksaan jantung dapat dilakukan secara sederhana dengan cara memotong secara longitudinal melalui atrium dan ventrikel kiri dan kanan. Jantung juga dipotong secara melintang di daerah ventrikel. Periksa ketabalan dinding atrium dan ventrikel, serta keadaan pembuluh darah jantung.

Pemeriksaan Ginjal

Periksalah terhadap ukuran, warna, konsistensi dan bidang irisan. Amati juga keadaan ureter

Pemeriksaan saluran reproduksi

Perhatikanlah keadaan serosa, mucosa, pembuluh darah, penggantung dan lumen dari oviduct. Amati juga keadaan ovarium dan folikelnya.

Pemeriksaan Otak

Periksalah warna dan pembuluh darah otak dan meninges. Semua bagian otak dimasukkan ke dalam formalin 10% dan setelah 24 jam baru diperiksa sekali lagi terhadap kemungkinan adanya abnormalitas tertentu. Hal ini dijalankan oleh karena jaringan otak sangat rapuh sehingga mudah hancur.

Hal | 20

Page 21: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

PROSEDUR NEKROPSI

Pelajari diagnosa secara klinis (sejarah, pengamatan pemilik) dan pertimbangkan diagnosaasangkaan yang paling sesuai

Jika unggas dalam keadaan hidup, periksalah tubuh bagian luar dan amati gejala klinis tertentu. Periksa secara seksama kemungkinan adanya parasit eksternal pada bulu dan kulit. Amatilah warna pial, bauing dan cuping telinga. Perhatikan juga terhadap kemungkinan adanya kebengkakan dan perubahan warna daerah fasial.

Jika unggas masih hidup, maka hewan tersebut dapat dibunuh dengan salah satu dari beberapa cara euthanasia yang sesuai.

Bangkai hendaknya dibasahi dengan air yang dicampur detrgen untuk menghindari agar bulu tidak beterbangan dan menyebabkan pencemaran ke lingkungan sekitar.

Bangkai dibaringkan pada bagian dorsal dan buatlah suatu irisan pada kulit di bagian medial paha dan abdomen pada kedua sisi tubuh. Tarik paha ke bagian lateral dan teruskan irisan dengan pisau sampai persendian coxo femoralis terlepas dari caput femoralis. Irislah kulit pada bagian medial dari kaki/paha dan periksalah otot persendian pada daerah tersebut.

Buatlah irisan melintang pada kulit di daerah abdomen, lalu kulit ditarik ke bagian anterior dan irisan tersebut diteruskan ke daerah thorax sampai mandibula. Irisan pada kulit diteruskan juga ke daerah abdomen.

Perhatikan warna, kualitas dan derajat dehidrasi dari jaringan subcutaneous dan otot-otot dada.

Buatlah irisan pada otot di daerah brachialis (kiri dan kanan) untuk memeriksa nervus dan plexus brachialis

Buatlah irisan melintang pada dinding peritoneum, di daerah ujung sternum (processus xiphoideus) kea rah lateral. Buat juga suatu irisan longitudinal ke daerah abdomen melalui linea mediana ke arah posterior sampai daerah cloaca. Cara ini akan membuka cavum abdominalis.

Buatlah irisan longitudinal melalui musculus pectoralis pada kedua sisi sternum sepanjang persendian costochondral semua costae mulai dari posterior ke anterior. Pada bagian anterior, irisan pada kedua sisi thorax harus bertemu pada daerah pintu rongga dada. Setelah memotong tulang coracoids dan calvicula. Cara ini akan membuka rongga dada.

Periksalah kantong udara di daerah abdominalis dan thoracalis. Periksa juga letak berbagai organ di dalam cavum thorax dan abdominalis sesuai posisi aslinya tanpa menyentuh organ-organ

Hal | 21

Page 22: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

tersebut. Juka akan mengambil sampel untuk isolasi bakteri, jamur dan virus lakukanlah secara aseptis.

Perhatikan kemungkinan terhadap adanya cairan, eksudat, tansudat atau darah di dalam rongga perut dan rongga dada.

Periksalah pancreas, saluran pencernaan dapat dikeluarkan dengan memotong oesophagus pada bagian proksimal proventriculus. Tarik seluruh saluran pencernaan kea rah posterior dengan memotong mesenteriun, sampai pada daerah cloaca. Pada ayam muda, periksalah bursa fabricius terhadap kemungkinan adanya abnormalitas tertentu.

Keluarkan hepar dan lien dan periksalah terhadap kemungkinan adanya abnormalitas tertentu

Buatlah irisan secara longitudinal pada proventriculus, ventriculus, intestinum tenue, caeca, colon dan cloaca. Periksa terhadap kemungkinan adanya lesi dan parasit.

Keluarkan saluran reproduksi dan irislah oviduct secara longitudinal. Periksa ovarium meliputi stroma dan folikelnya.

Periksalah ureter dan ren pada tempatnya yang asli. Ren dan ureter dapat dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan yang lebih teliti.

Periksa mervus dan plexus ischiadicus. Nervus ischiadicus dapat diperiksa setelah otot-otot abductor di bagian medial paha dipisahkan. Plexus ischiadicus dapat diamati setelah beberapa lobi dari ren diangkat.

Bangkai diputar sehingga kepala menghadap operator Buatlah irisan pada sisi kiri dari sudut mulut, kemudian irisan

tersebut diteruskan ke pharynx, oesophagus dan ingluvies. Periksalah terhadap kemungkinan adanya abnormalitas tertentu pada rongga mulut, oesophagus dan ingluvies.

Periksalah gladula thyroidea dan parathyroidea di daerah trachea Buatlah irisan longitudinal melalui larynx, trachea, bronchus sampai

ke pulmo. Larynx, trachea, bronchus, pulmo dan cor dapat dikeluarkan secara bersamaan setelah pulmo diankat dar perlekatannya dengan rongga dada. Periksalah pulmo terhadap ukuran, warna konsistensi, bidang irisan dan uji apung.

Periksa juga jantung terhadap kemungkinan adanya abnormalitas tertentu, meliputi keadaan pericardium, ukuran, warna dan apex cordis.

Jantung padat diperiksa dengan membuat suatu irisan longitudinal melalui atrium dan ventricle kiri dan kanan. Jantung dapat juga diperiksa dengan membuat irisan secara melintang melalui ventricle. Periksa juga aorta dan pembuluh darah jantung lainnya.

Hal | 22

Page 23: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Potonglah paruh bagian atas secara melintang di dekat daerah mata sehingga cavum nasi dan sinus infraorbitalis dapat diperiksa terhadap adanya cairan atau abnormalitas tertentu

Periksalah semua persendian kaki dan sayap dengan membuat irisan pada kulit diantara caput dan sulcus persendian. Periksa juga tendo, khususnya tendo gastroenemius dan tendo flexor digitalis.

Pecahkan femur dengan gunting yang kuat untuk memeriksa sunsum tulang

Untuk memeriksa otak maka kulit dan tulang leher di daerah persendian atlanto-occipitale diiris sehingga foramen magnum dan medulla oblongata kelihatan. Kepala dibiarkan tetap melekat pada tulang leher agar dapat dipegang dengan mudah pada waktu membuka tengkorak.

Untuk membuka tulang tengkorak biasanya dipergunakan gunting tulang atau gunting yang kuat. Otak dapat dikeluatkan dengan cara cebagai berikut: kulit di daerah kepala dibuka, kemudian buatlah irisan dengan gunting dari foramen magnum kea rah os frontalis yang membentuk sudut 400 pada kedua sisi tulang tengkorak. Selanjutnya buatlah irisan tersebut, tulang tengkoran dapat dibuka. Setelah tulang tengkorak dibuka, meninges diiris, kemudian bulbus olfactorius nervi craniales dipotong sambil mengeluarkan seluruh bagian otak. Hypopysis cerebri yang mesih melekat pada tulang tengkorak dikeluarkan sengan mengiris duramater yang mengelilingi sella tursica.

Sinus paranasales dan sinus lainnya diperiksa dengan membuat suatu potongan melalui garis median hidung.

PENYAKIT AYAM YANG SECARA PRIMER MENYERANG BERBAGAI ORGAN/SISTEMA

1. Saluran pernapasanNewcastle Disease (ND)Infectious Bronchitis (IB)Infectious Laryngotracheitis (ILT)Infectious Coryza (Snot)Chronic Respiratory Disease (CRD)Swollen Head Syndrome (SHS)AspergillosisFowl Cholera

Hal | 23

Page 24: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

2. Saluran PencernaanKolibasillosisPullorum diseaseFowl typhoidFowl typhoidFowl paratyphoidKoksidiosisEnteritis ulcerativeEnteritis necroticanKandidiasisHistomoniasisND bentuk pencernaan (VVND)

3. CNSAvian Enchepalomyelitis (AE)NDMarek’s Disease (MD)Mycotic EncephalitisBotulismus

4. Organ tertentuInfectious Bursal Disease (IBD/Gumboro) – bursa fabricius dan organ limfoid lainnyaViral arthritis – persendian dan tendo Gangrenous dermatitis – kulitStaphylococcus arthritis – persendianColibacillosis – yolk sac, umbilicus, hepar, ovarium, oviductAvian tuberculosis – pencernaanStreptococcosis – persendian

5. Tumor pada berbagai organMDLimphoid leukosis (LL)

6. KulitFowl PoxMD

Hal | 24

Page 25: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

TEKNIK NEKROPSI HEWAN LABORATORIUM

Nekropsi dan pengambilan jaringan dilakukan dengan alat steril. Setelah bagian luar hewan percobaan diperiksa, kemudian tubuh difiksasi dengan cara memotong persendian pada kedua kaki depan dan kaki belakang. Rongga perut dibuka melalui sayatan pada garis tengah perut dan tubuh di bagian posterior dibuka dengan membuat sayatan pada otot di bagian dalam paha di dekat persendian pinggul. Pemeriksaan organ dalam dilakukan sesuai dengan kehendak operator berdasarkan pada tujuan utama hewan percobaan sebagai model dalam penelitian.

Jaringan untuk pemeriksaan histopatologi difiksasi dengan formalin, dengan volume tidak boleh melebihi 1/10 volume formalin

Untuk jaringan tulang, maka diperlukan dekalsifikasi sebelum difiksasi formalin 10%. Ada 2 teknik untuk dekalsifikasi

Teknik 1.

Reagensia

Sodium chloride 36% …….18 g ………… 50 mlAquadest…………………………………. 42 mlChloride acid 37% ………………………. 8 ml

Metode dekalsifikasiJaringan dimasukkan ke dalam reagensia selama 24 jam. Kemudian, dipindahkan ke dalam alcohol 70% selama 24 jam, yang kemudian dapat langsung diproses untuk sediaan histologist. Untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan, lama waktu jaringan di dalam reagensia dapat diperpanjang lebih dari 24 jam dan sering dilakukan penggantian reagensia.

Teknik 2.

Reagensia

Cairan A: Sodium citric 50 gAquadest 250 ml

Cairan B: Formic acid 90% 125 mlAquadest 125 ml

Hal | 25

Page 26: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Jika akan digunakan, cairan A dan B dicampur dalam jumlah yang sama.

Metode dekalsifikasi:

Jaringan dimasukkan ke dalam reagensia selama 7-10 hari dan penggantian reagensia dapat dilakukan sampai 3 kali. Setelah dekalsifikasi selesai, reagensia dinetralisir menggunakan sodium sulfat 5% selama 6-10 jam, yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas pewarnaan. Jaringan dicuci air mengalir selama 8-24 jam. Kemudian, jaringan dapat dimasukkan lagi ke dalam formalin 10% sampai dilakukan pemrosesan jaringanuntuk sediaan histology

Seringkali, diperlukan pemeriksaan otak, dan ini dapat dilakukan dengan cara mebuka kulit diatas tengkora. Tulang tengkorak dipotong dengan gunting yang berujung tajam, dapat dibantu dengan menggunakan haemostatic clamp untuk mempermudah fiksasi di bagian tengkorak. Kemudian, batok tengkorak dibuka dan seluruh otak diambil. Pengeluaran otak juga dapat dilakukan secara aseptic, yaitu dengan menggunakan paraffin panas (1800 C) yang diaplikasikan pada rambut dan kulit di bagian tengkorak. Setelah paraffin dingin, digunakan nyala gas untuk menyulut rambut yang tidak tertutup paraffin.

Hal | 26

Page 27: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

LANGKAH MELAKUKAN NEKROPSI HEWAN

Hewan telah dietanasi Hewan diletakan pada papan nekropsi dengan posisi rebah dorsal

(perut menghadap atas) dan posisi kepala menjauhi operator Basahi permukaan tubuh dengan etanol atau air Dengan menggunakan forceps angkat kulit abdomen dan buat irisan

(gunting) sepanjang ventral midline-à dagu bawah (irisan sub kutan)

Prosedur Nekropsi-Membuka Abdomen

Hal | 27

Page 28: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Buat irisan pada otot dibawah kulit abodomen -à terlihat organ pada rongga abdomen

Rongga dada (chest cavity) dapat dibuka dengan memotong tulang rusuk

Dilakukan pengamatan

Prosedur Nekropsi-Membuka Thoraks

Prosedur Nekropsi-Membuka Otak

Hal | 28

Page 29: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Anatomi Saluran Pencernaan

Hal | 29

Page 30: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Organ Dalam Thoraks

Hal | 30

Page 31: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Organ Reproduksi Betina

Organ Reproduksi Jantan

Hal | 31

Page 32: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Pemanfaataan paska nekropsi

Tujuan Fiksasi

Mengawetkan morfologi sel atau jaringan sesuai dengan kondisi pada saat hewan masih hidup (struktur sel yang normal atau abnomal), hentikan proses autolisis post- mortum, organ menjadi keras

Bahan yang digunakan larutan pengawet (fixatives)

Hasil yang optimal -à cepat (ASAP)

Larutan pengawet (fixatives)

10% formalin (powder: 1 bagian formaldehyde + 9 bagian air, cair 30%: 1:3) atau 10% neutral buffer formalin (Baxter atau Fisher)--à pengecatan jaringan standar

Histochoice@(Amrosco), aceton, etanol/cold ethanol--à imunohisto/sitokimia, immunofluorescent

2.5% glutaraldehyde --àTEM

Hal | 32

Page 33: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Untuk membersihkan sisa nekropsi pada peralatan dapat menggunakan NaCl (larutan garam) 4,25 gr NaCl/500 ml air Untuk mencuci atau menghilangkan darah dan debris jaringan

Note: air (kebengkaan sel dan ruptur -à perbedaan osmosis jaringan dan air, cairan fiksatif (fusi debris ke permukaan organ)

Preservatives (pengawet) disiapkan dalam botol gelas atau botol plastik mulut lebar

Membuat mengawetkan jaringan àuntuk proses pemeriksaan jaringan

Containers atau vials yang bagian dasarnya rata -à larutan pengawet dapat menjangkau semua bagian dari organ yang diawetkan dan bentuk tetap (hindari conical vials)

Hal | 33

Page 34: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

PRINSIP BIOETHICS DALAM PENGGUNAAN HEWAN COBA

Definisi Ethics

Kata ‘ethics’ mempunyai arti 1. The principles of honor and morality, prinsip tingkah laku dan moral2. Accepted rules of conduct, peraturan yang diterima secara umum 3. The moral principles of an individual, prinsip moral tiap individu.

Penelitian menggunakan hewan mengarah juga pada tentangan dari beberapa pihak bahwa hal ini tidak sesuai dengan moral, dan bahwa manusia tidak berhak mengeksploitasi spesies lain, walaupun penelitian itu akan menguntungkan bagi manusia dan hewan.

Mereka yang meyakini bahwa pengetahuan yang diperoleh untuk kebaikan manusia dan hewan juga meyakini bahwa penggunaan hewan harus sesuai dengan kode etik yang berlaku.

Artinya ada peraturan tertentu yang harus dipatuhi untuk memastikan penelitian yang menggunakan hewan harus memenuhi etika yang berlaku.

Hal | 34

Page 35: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Banyak studi yang membutuhkan bermacam subyek eksperimen supaya mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara statistik. Bagaimanapun, peneliti yang menggunakan hewan percobaan sudah mengurangi penggunaan hewan dalam penelitian. Beberapa peneliti membuat suatu guideline untuk replacement (penggantian) atau reduction (pengurangan) penggunaan hewan dalam penelitian.Prinsip yang paling terkenal adalah 3R oleh Russel dan Burch:

1. Replacement atau penggantian hewan percobaan dengan kultur jaringan atau sel hewan atau dengan model matematis bila memungkinkan.

2. Refinement atau perbaikan dari prosedur yang dilakukan sedapat mungkin untuk mengurangi stress atau sakit pada hewan.

3. Reduction atau pengurangan sampai dengan jumlah minimal dari hewan percobaan yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian, tetapi juga mewakili data secara statistik dan menghasilkan hasil yang ilmiah.

EuthanasiBeberapa cara untuk menyiapkan pemeriksaan nekropsi dengan mematikan hewan sehat untuk pembanding dan hewan sakit antara lain : Dislokasi cervical Ether atau chloroform (desikator atau anaesthetic jar; perlindungan

terhadap operator) Gas CO2

Hal | 35

Page 36: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

NEKROPSI PADA TERNAK RUMINANSIA

Pada saat melakukan nekropsi, penting untuk memperhatikan biosecurity. Tempat yang tepat untuk melakukan nekropsi adalah:

- Jauh dari hewan yang lain, tempat penyimpanan pakan, dan tempat berkumpul karyawan

- Area yang dapat didisinfeksi secara menyeluruh dengan mudah.- Dapat dengan mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut karkas

tanpa harus melewati kandang hewan atau gudang pakan.- Lebih baik pada lantai konkret yang bisa dibersihkan dengan

desinfektan. Sebaiknya lantai konkret yang kasar, untuk menghindari terjadinya bahaya terpeleset karena air dan/atau darah

- Dapat juga nekropsi dilakukan di tanah, dengan pertimbangan lokasi jauh dari area hewan dan gudang pakan. Tanah tidak dapat didisinfeksi, karenanya dipilih lokasi yang terpapar sinar matahari langsung, sehingga panas matahari bisa membantu membunuh kuman pathogen.

Euthanasi dapat dilakukan apabila terjadi suatu outbreak penyakit pada kawanan ternak. Pada kasus ini, penting untuk memilih hewan yang menunjukkan gejala klinis dari penyakit, dan yang mewakili kondisi dalam kawanan ternak.

Ada beberapa cara euthanasia hewan, akan tetapi hanya beberapa cara saja yang mungkin mewakili dari aspek ekonomis, praktek, legalitas dan kemanusiaan. Setiap tidakan euthanasia mengharuskan hewan dalam keadaan pingsan tanpa rasa takut dan stress sebelum kematian. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

- Keamanan operator (Human safety)- Keamanan hewan (animal safety)- Kesejahteraan hewan (Animal welfare)- Restraint- Kepraktisan- Skill operator- Biaya- Kepentingan Diagnostik ( contoh, apabila akan mengambil sampel

otak, maka penggunaan pistol tidak sesuai)

Hal | 36

Page 37: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Contoh cara euthanasia

1. Captive bolt

2. Gunshot

3. Chemical

4. Exsanguination (bleeding out, memotong vena leher atau arteri utama pada abdomen)

Captive Bolt

Terdapat 2 macam pistol captive bolt: penetrating dan non-penetrating. Dengan penetrating captive bolt, akan terjadi kerusakan otak sedangkan dengan non-penetrating hewan hanya akan pingsan. Dengan kedua cara ini, hewan masih bernafas dan tejadi grakan pada kaki-kakinya, oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan tambahan untuk membunuh hewan secara kimia atau dengan eksanguinasi.

Captive bolt diposisikan tepat pada tengkorak kepala hewan pada garis inajiner diantara mata. Untuk visualisasinya bayangkan 2 garis penghubung sudut mata bagian dalam dengan dasar tanduk atau pada dasar telinga. Titik persilangannya adalah posisi captive bolt ditembakkan.

Restrain yang tepat harus diperhatikan pada penggunaan captive bolt.

Gunshot

Seperti captive bolt, gunshot bisa menyebabkan kerusakan jaringan. Senapan diposisikan pada jarak 2-10 inchi dari tengkorak hewan. Titip penembakan sama dengan penggunaan captive bolt. Penggunaan

Hal | 37

Page 38: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

senapan ini lebih murah dan tidak memerlukan kontak dengan hewan pada jarak dekat.

Chemical

Sodium pentobarbital intravena dapat digunakan untuk membunuh hewan. Larutan Potassium chloride dapat digunakan, tetapi hewan harus dibuat pingsan terlebih dahulu

Exsanguination

Memotong pembuluh darah utama dapat juga menyebabkan kematian, tetapi, seperti halnya bahan kimia, cara ini dilakukan setelah hewan dipingsankan.

Eksanguinasi bisa dilakukan dengan memotong arteri carotid di leher atau aorta rectal. Rectal eksanguinasi bisa menyebabkan aliran darah ke rongga abdomen yang dapat mengganngu pemeriksaan nekropsi.

Sebelum dilakukan nekropsi, harus dipastikan hewan sudah mati

Cara terbaik adalah dengan memeriksa nafas dan detak jantung 5 menit setelah proses euthanasia

Hal | 38

Page 39: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN SAMPEL

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk membantu dokter dalam menentukan diagnosa dan pengobatan , dapat dilakukan oleh teknisi yang terdidik dalam pengawasan dokter. Sedangkan tugas didaerah wabah antara lain ialah memberikan informasi dan mengirim sampel dari ternak yang terserang atau tersangka. Untuk menjaga keutuhan bahan tersebut maka perlu dilakukan upaya yang harus diketahui oleh petugas lapangan. Berbagai hal yang harus dilakukan ialah mencantumkan :

1. Nama dan alamat dokter hewan, pejabat yang ditunjuk, atau alamat kepada Laboratorium Diagnostik penyakit harus jelas.

2. Cantumkan gejala penyakit dengan tanda-tanda klinis.3. Pemeriksaan yang diinginkan (bakteriologis, pathologi klinis, pathologi

anatomi yang lain)4. Keterangan tentang ternak yang terserang, misalnya umur, spesies,

kelamin dan bangsa5. Jumlah ternak yang terserang dalam populasi6. Jumlah kematian7. Jenis bahan yang dikirim8. Pengawet yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pemeriksaan9. Bila laporan hasil sangat diperlukan, dapat ditulis segera melalui

telegram atau telepon

Berita acara tersebut harus disertakan pada saat pengiriman bahan serta beberapa keterangan harus ditempelkan pada botol atau pembungkus bahan tersebut. Etiket bahan yang ditempel pada botol atau pembungkus bahan tersebut. Etiket yang ditempel cukup memberikan informasi tentang jenis bahan, spesifikasi ternak dan pemeriksaan yang dikehendaki. Sedapat mungkin pengirim bahan mempertimbangkan bahwa pada hari libur umumnya tidak ada pemeriksaan atau dengan catatan khusus (segera/CITO).

Pengawetan Bahan

Hal | 39

Page 40: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Pengiriman bahan ke laboratorium diagnostik dapat berupa bahan segar atau bahan yang diawetkan, tergantung pada berbagai kepentingan pemeriksaan. Misalnya untuk keperluan bedah bangkai, maka bangkai yang dikirim secepat mungkin sebelum 24 jam agar belum didapatkan perubahan pasca mati yang berarti. Untuk pemeriksaan pathologi anatomi dilakukan pengawetan bahan dengan zat yang tidak merusak, tetapi mempertahankan kondisi. Adapun dua macam cara pengawetan ialah :

1. PendinginanBahan yang dipakai : es, es keringDengan es : bahan dapat dimasukkan dalam kontainer, kemudian dikelilingi dengan es yang diletakkan pada kontainer yang sedikit lebih besar. Untuk memperl lama cairnya es, dapat ditambahkan garam dapur atau serbuk gergaji. Bahan yang diawetkan dengan cara ini misalnya air susu, serum darah.Dengan es kering atau dry es : bahan yang dikirim, dibungkus rapi atau dalam kontainer yang dilapisi dengan bahan yang memisahkan antara dry ice dengan bahan. Keadaan ini dipertahankan agar tidak terjadi pembekuan yang tidak diinginkan. Untuk mencegah terjadinya pecanya kontainer maka perlu dipertimbangkan agar tidak ditutup terlalu rapat.

2. Mempergunakan bahan kimiaBahan yang dipakai : alkohol, formalin, asam borat. Pengiriman contoh untuk pemeriksaan histopahatologi dapat

menggunakan larutan formalin 10 % atau Paraformaldehyda 4% dalam phospat buffer saline. Caranya ialah dengan memotong jaringan yang dicurugai kira-kira 1 cm2, masukkan kedalam larutan secepat mungkin sejak kematian atau biopsi. Jumlah cairan tersebut dipersiapkan 10 kali volume potongan jaringan tersebut. Bahan lain yang dapat digunakan ialah alkohol 96 % atau 70 %, hanya saja bahan ini kurang baik apabila dibandingkan dengan formalin, karena dapat mengeraskan jaringan akibat dehydrasi jaringan.

Pengiriman contoh bahan untuk pemeriksaan terhadap virus, dapat digunakan gliserin 50 %. Sedang bahan yang dapat dipakai untuk menghambat pertumbuhan bakteri ialah asam borat.

Pengiriman BahanPemilihan bahan contoh yang dikirim sangat tergantung kepada

jenis penyakit yang dicurigai, dipertimbangkan pula predileksi dari

Hal | 40

Page 41: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

penyakit atau organ yang diserang. Dengan pertimbangan-pertimbangan itulah dapat dipilih bahan contoh apa yang diperiksa.

1. Tinja atau isi ususTinja dapat dikirim dalam keadaan segar apabila tidak memerlukan waktu yang lama, maka dapat disimpan dalam pendingin dengan termos berisi es. Bila diperlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan, maka bahan pengawet yang digunakan adalah formalin 5-10%. Pemeriksaan tinja pada umumnya digunakan untuk meneliti adanya :

Telur cacing Larva Cacing dewasa Darah Oocyst protozoa

Pemeriksaan tinja dapat dilakukan antara lain dengan cara :

Pemeriksaan sederhana atau native Pemeriksaan dengan pewarna Pemeriksaan dengan metode apung atau flotation methodePemilihan cara ini sangat tergantung pada tujuan pemeriksaan.

2. Air susuPada umumnya untuk pemeriksaan bakteriologi, air susu harus disimpan dalam botol dan dimasukkan dalam kontainer yang sejuk atau harus dalam keadaan segar, misalnya untuk penyakit mastitis.

3. Jaringan Jaringan sebagai contoh yang harus diperiksa secara bakteriologis, histopathologis atau parasitologis. Pemilihan jaringan tergantung pada predileksi atau kesukaan organ yang diserang oleh penyebab penyakit tersebut. Usahakan jaringan tidal lebih dari 4 jam harus sudah dipotong secara benar dan dicelupkan kedalam larutan formalin 10 % atau Paraformaldehyda 4% dalam phospat buffer saline sebagai pengawet untuk pemeriksaan histophatologis. Bahan seperti hati, limpa atau ginjal harus dipotong kecil seperti kubus 1 cm tegak lurus pada permukaan untuk melihat struktur anatominya. Botol atau kontainer yang dipakai lebih baik bermulut lebar tetapi rapat agar mudah untuk mengambil potongan jaringan yang terendam.

4. ParasitParasit yang berukuran besar dapat dimasukkan dalam botol atau pot bermulut besar dengan pengawet formalin 5-10 %. Sedangkan ektoparasit atau entoparasit yang berukuran kecil dan terikat pada

Hal | 41

Page 42: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

jaringan atau kerokan, lebih baik dikirim bersama keropeng yang diambil dari tepi daerah terserang. Kerokan tersebut dimasukkan ke dalam pot kecil yang berisi larutan KOH 10 % atau NaOH 10 % dengan maksud jaringan tersebut larut.

5. Ternak pasca matiPengiriman sebaiknya kurang dari 24 jam sejak kematian, agar sebelum terjadi perubahan yang berarti, yang disebabkan oleh proses kematian. Untuk memperlama kemungkinan, dapat disimpan didalam almari es untuk dibekukan.

Hal | 42

Page 43: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

DAFTAR PUSTAKA

APHIS. Guidelines for Necropsy. USDA National Veterinany Servis Laboratory. Ames IA.

Bagian Patologi. 2002. Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik dan Nekropsi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Cabana, EM. 2008. Veterinary Necropsy Procedures. CLSU Alumni Assosiasion, inc. Central Luzon State University. Philiphines.

Munson, Linda. __. Necropsy of Wild Animals. Wildlife Health Center , School of Veterinary Medicine University of California, Davis

Severidt, Julie A, et all. 2002. Dairy Cattle Necropsy Manual. Colorado State University Integrated Livestock Management Program. Colorado.

Hal | 43

Page 44: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Lampiran 1. Nekropsi kit

Necropsy Kit

1. Protective clothing : Rubber Gloves Rubber Boots or Plastic Foot Protectors Rubber Apron Coveralls Mask (to cover mouth and nose) and Eye Goggles or Face Shield

2. Necropsy documentation Camera and film Field notebook

3. Necropsy equipment Sharp knife (including sharpening stone or steel) Scissors (small and large) Forceps String Ax or hatchet Hack saw or bone saw Small and large shears Chisel and mallet “Come-along” or block and tackle Scalpels and razor blades Alcohol lamp or gas burner for sterilizing instruments Plastic ruler or measuring tape

4. Specimen containers and sampling equipment Rigid plastic containers with tight fitting lids (approximately 1 liter) Small vials, tissue cassettes, or tags to identify specific sampels Sterile vials or blood tubes Plastic bags with closure tops (zip-lock or whirl-pack) Parafilm or sealing tape Aluminum foil Sterile syringes and needles (20 g) Sterile swabs in transport tubes Labeling tape or tags, waterproof labeling pens, and pencil Microscope slides and slide boxes for transport

Hal | 44

Page 45: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

WHO rabies kit (or drinking straw in a small jar of glycerin) Transport materials Ice coolers Leak-proof, break-proof containers Absorptive packing materials Sealing tape Sterile buffered glycerin (50%) (see Appendix I for formulation) “Easy blood” (see Appendix I for formulation) Fixatives 10% buffered formalin (see Appendix I for formulation) 100% acetone for cytologies 70% ethyl alcohol for parasites

5. Disinfecting materials Pail and brush Disinfectant Borax Sodium hypoclorite (0.5%) (10% Chlorox) 70% ethyl alcohol (for disinfecting instruments)

6. Equipment Microscope: A microscope with a mirror for a light source or adapted for car

batteries (A field scope will permit assessment for anthrax before opening a carcass).

Centrifuge: A portable centrifuge for spinning blood is optimal. (Eg. Mobilespin centrifuge from Vulcon Technologies, 718 Main, Grandview, MO 640330 USA; 816-966-1212 or FAX 816-966-8879

Hal | 45

Page 46: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Hal | 46

Page 47: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Lampiran 2. Nekropsi Unggas dan Hewan Laboratorium

Hal | 47

Page 48: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Hal | 48

Page 49: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Hal | 49

Page 50: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Lampiran 3. Nekropsi Ternak Ruminansia

Hal | 50

Page 51: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Hal | 51

Page 52: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Hal | 52

Page 53: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Lampiran 4. Nekropsi Anjing

Hal | 53

Page 54: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Hal | 54

Page 55: Bahan Ajar Praktikum Patologi Sistemik Dan Nekropsi

Hal | 55