baby blues syndrome (referat)

20
BAB I PENDAHULUAN Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan kondisi fisik dan psikis ibu, dan hal ini dapat memicu perasaan tertekan (stres). Banyak ibu baru melahirkan mengalami depresi pasca persalinan atau lebih dikenal sebagai baby blues syndrome. Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity blues atau postpartum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya terjadi dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Istilah blues ini mengacu pada arti “keadaan tertekan”. Sesuai dengan arti katanya, maka tanda- tanda dari sindrom ini adalah adanya gejala-gejala gangguan emosi seperti menangis, sering merasa cemas, tidak percaya diri, sulit beristirahat dengan tenang dan mood yang sering berubah-ubah. Sindrom ini dialami oleh hampir sekitar 15-85% ibu pasca melahirkan. Baby blues syndrome perlu dibedakan dengan postpartum depression, dimana pada postpartum depression gejalanya lebih berat dan sering serta onsetnya lebih dari 2 minggu. 1-3 Banyak faktor yang bisa menyebabkan baby blues syndrome, yaitu: faktor dari ibu, bayi yang dilahirkan dan lingkungan sekitar. Kelelahan saat melahirkan, kesulitan menyusui, trauma melahirkan dan depresi saat mengandung dan canggung mengurus bayi adalah beberapa contoh faktor yang berasal dari ibu. Faktor kesulitan menyusui dan canggung menggurus bayi biasanya terjadi pada kelahiran pertama, hal ini dikarenakan sang ibu 1

Upload: asyiqinramdan

Post on 24-Oct-2015

612 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

bb

TRANSCRIPT

Page 1: Baby Blues Syndrome (Referat)

BAB I

PENDAHULUAN

Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang melelahkan.

Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan kondisi fisik dan psikis

ibu, dan hal ini dapat memicu perasaan tertekan (stres). Banyak ibu baru melahirkan

mengalami depresi pasca persalinan atau lebih dikenal sebagai baby blues syndrome.

Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity blues atau

postpartum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya terjadi dalam kurun waktu 2

minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Istilah blues ini mengacu pada arti “keadaan

tertekan”. Sesuai dengan arti katanya, maka tanda-tanda dari sindrom ini adalah adanya

gejala-gejala gangguan emosi seperti menangis, sering merasa cemas, tidak percaya diri, sulit

beristirahat dengan tenang dan mood yang sering berubah-ubah.

Sindrom ini dialami oleh hampir sekitar 15-85% ibu pasca melahirkan. Baby blues

syndrome perlu dibedakan dengan postpartum depression, dimana pada postpartum

depression gejalanya lebih berat dan sering serta onsetnya lebih dari 2 minggu.1-3

Banyak faktor yang bisa menyebabkan baby blues syndrome, yaitu: faktor dari ibu,

bayi yang dilahirkan dan lingkungan sekitar. Kelelahan saat melahirkan, kesulitan menyusui,

trauma melahirkan dan depresi saat mengandung dan canggung mengurus bayi adalah

beberapa contoh faktor yang berasal dari ibu. Faktor kesulitan menyusui dan canggung

menggurus bayi biasanya terjadi pada kelahiran pertama, hal ini dikarenakan sang ibu belum

terbiasa dan berpengalaman mengurus bayi. Bahkan ada beberapa ibu yang takut menyentuh

bayinya karena melihat bayinya sangat kecil dan rapuh.

Faktor hormon juga berpengaruh dalam terjadinya sindrom ini, dimana perubahan

keseimbangan hormon akibat melahirkan membuat ketidak-seimbangan emosi dari sang ibu.

Kondisi dari bayi yang baru lahir merupakan faktor yang berasal dari sang bayi, contohnya

saja: bayi lahir dengan berat badan rendah atau bayi lahir dengan kondisi yang tidak normal.

Faktor dari lingkungan dapat berasal dari mertua, tetangga bahkan suami atau ayah bayi

sendiri.

Meskipun gejalanya cukup ringan bila dibandingkan dengan postpartum depression,

bukan berarti sindrom ini bisa diabaikan begitu saja. Penanganan yang bisa dilakukan antara

lain: istirahat yang cukup, berolahraga teratur, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan

yang paling penting adalah melakukan relaksasi agar emosi tetap terjaga. Hypnotherapy juga

1

Page 2: Baby Blues Syndrome (Referat)

sangat efektif untuk menjaga kestabilan emosional. Dukungan moral dari keluarga dan

lingkungan akan membantu mempercepat pemulihan akibat baby blues syndrome ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Baby blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan

memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan.

Menurut Cunningham, baby blues adalah gangguan suasana hati yang berlangsung

selama 3-6 hari pasca melahirkan.

2.2 Epidemiologi

Baby blues sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi

di literatur kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang disebut

sebagai “milk fever” karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi.

Dewasa ini, baby blues syndrome atau sering juga disebut maternity blues atau postpartum

blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam

minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi

depresi/sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan,

cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan

menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa

minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.

Baby blues ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang ringan oleh sebab itu

sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksana sebagaimana

seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan

dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan

bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat

yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam

masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.

Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian khusus

pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah melaporkan

beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-

2

Page 3: Baby Blues Syndrome (Referat)

gejala tersebut. Berbagai studi mengenai baby blues syndrome di luar negeri melaporkan

angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan

disebabkan karena adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

2.3 Etiologi

Penelitian menunjukkan penyebab baby blues syndrome adalah faktor hormonal yang

akan mempengaruhi keadaan kimiawi otak. Itu merupakan proses biologis dan bukan

merupakan kesalahan seorang ibu atau bergantung pada kepribadian yang lemah. Baby blues

syndrome terjadi 50-80% pada ibu baru. Kondisi ini ditunjukkan dengan peningkatan respon

emosi. Ibu baru akan menunjukkan mood yang mudah berubah, mudah menangis, gelisah,

irritabilitas, kesulitan tidur dan merasa tidak sehat.

Lebih dari 50% dari ibu yang mengalami depresi sebelumnya setelah melahirkan anak

akan menjadi depresi kembali pada kelahiran berikutnya. Wanita akan lebih rentan apabila

pada saat hamil mereka sudah mengalami depresi atau memiliki gejala mood premenstruasi

sebelum hamil. Apabila wanita tersebut mengalami depresi selama hidupnya, risiko untuk

berkembang menjadi postpartum depression juga akan meningkat dari 10 sampai 25% begitu

pula dengan wanita yang mengidap penyakit bipolar (manic-depressive illness) akan

menempatkan wanita pada peningkatan risiko untuk mengalami postpartum depression.

Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan di bawah normal cenderung 3,64 kali

berpeluang lebih besar mengalami baby blues dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi

dengan berat badan normal.

Ketidakseimbangan hormonal.

Jumlah hormon wanita seperti estrogen dan progesteron meningkat secara tajam pada

saat kehamilan. Pada minggu-minggu setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen dan

progesteron lebih menurun dari jumlah sebelum kehamilan. Fluktuasi tiba-tiba pada tingkat

hormonal ini berhubungan dengan gejala dari depresi yang dialami seorang ibu baru. Wanita

lebih rentan pada ketidakseimbangan hormonal dari pria. Itu disebabkan terjadinya reaksi

kimia antara hormon dan otak yang meningkatkan risiko terjadinya baby blues syndrome.

Hormon Thyroid.

Kelenjar thyroid berukuran kecil dan terletak di leher. Beberapa wanita mengalami

penurunan hormon thyroid setelah melahirkan. Rendahnya hormon thyroid akan

menyebabkan gejala depresi, irritabilitas, berkurangnya minat pada aktivitas biasa,

3

Page 4: Baby Blues Syndrome (Referat)

kelemahan dan peningkatan berat badan. Akan tetapi tidak semua wanita mengalami baby

blues syndrome akibat ketidakseimbangan hormon thyroid.

Perubahan gaya hidup.

Ibu baru mengalami banyak perubahan gaya hidup, dan beberapa diantaranya akan

berkontribusi dalam terjadinya baby blue syndrome. Lingkungan yang meningkatkan risiko

gejala baby blues syndrome antara lain:

Perubahan jadwal sehari-hari akibat bayi yang baru lahir

Kepikiran pada berat badan dan bentuk tubuh setelah hamil

Kelelahan dan kurang tidur setelah melahirkan anak

Sedikitnya dukungan dalam merawat bayi

Khawatir akan kemampuan untuk menjadi ibu yang baik depresi

Yang perlu diperhatikan sementara perubahan gaya hidup meningkatkan risiko

menjadi depresi pada beberapa wanita, lainnya dapat mengatasi perubahan tersebut tanpa

mengalami.

2.4 Patofisiologi

Baby blues bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor biologis dan faktor

emosi. Ketika bayi lahir, terjadi perubahan level hormon yang sangat mendadak pada ibu.

Hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) secara mendadak mengalami penurunan 72

jam setelah melahirkan dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh

kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan serta

di lain sisi terjadi peningkatan dari hormon menyusui.

Perubahan hormon yang cepat inilah bisa mencetuskan terjadinya baby blue

syndrome. Level neurosteroid berasal dari hormon progesteron yang mengalami fluktuasi

selama siklus menstruasi dan memuncak saat kehamilan. Hormon sex yang dinamakan

neurosteroid berikatan dengan beberapa tipe reseptor termasuk reseptor GABAA untuk

memodulasi eksitabilitas dari sel otak. Kekurangan delta subunit reseptor GABAA pada

wanita menunjukkan sikap depresi dan gangguan cemas setelah melahirkan. Pemberian

antidepresan saat kehamilan akan berefek panjang pada sistem serotonin dan berpengaruh

pada sensitivitas reseptor GABAA.

Sebagian besar ibu tidak siap untuk untuk menghadapi kelahiran bayinya, mereka

juga sangat khawatir bayi mereka yang terkena penyakit jaundice dan kesulitan makan yang

merupakan memiliki masalah kesehatan yang umum bagi bayi. Selain itu, ibu yang pertama

4

Page 5: Baby Blues Syndrome (Referat)

kali memiliki bayi merasa tidak sanggup merawat bayinya seorang diri di rumah baik itu dari

segi kasih sayang maupun dari segi finansial. Baby blues syndrome juga sangat mungkin

terjadi oleh para ibu yang pernah mengalami trauma melahirkan atau mengalami kejadian

yang sangat menyedihkan selama mengandung.

2.5 Gambaran Klinis

Baby blues syndrome ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan kesepian

atau menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak bisa tidur. Baby blues

syndrome relatif ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu. Perbedaan dengan postpartum

depression adalah pada frekuensi, intensitas dan lamanya durasi gejala. Dalam postpartum

depression, gejala yang lebih sering, lebih intens dan lebih lama.

Beberapa gejala baby blue syndrome:1-3

1. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa sebab

2. Mudah kesal, mudah tersinggung dan tidak sabar

3. Tidak memiliki atau kurang bertenaga

4. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga

5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau menjadi terlalu memperhatikan dan kuatir

terhadap bayinya

6. Tidak percaya diri

7. Sulit beristirahat dengan tenang atau tidur lebih lama

8. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan

9. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan

10. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya

Berikut adalah perbedaan gejala klinis dari baby blues syndrome, postpartum

depression dan postpartum psychotic:

Tabel 1. Perbedaan gejala klinis dari baby blues syndrome, postpartum depression dan

postpartum psychotic.

Baby Blues Syndrome Postpartum Depression Postpartum Psychotic

Terjadi pada 30-75%

ibu melahirkan

Gangguan suasana hati

dan pikiran (mood)

Terjadi pada 10-15%

ibu melahirkan

Gangguan suasana hati

dan pikiran dengan

Terjadi pada 0,1-0,2%

ibu melahirkan

Depresi dengan

gangguan mood

5

Page 6: Baby Blues Syndrome (Referat)

Munculnya rasa sedih

Murung, gelisah, tidak

nyaman

Kebingungan yang

subjektif

Menjadi mudah/sering

menangis

Kadang sulit tidur

Terjadi 3-5 hari setelah

melahirkan

Berlangsung selama

beberapa hari sampai

beberapa minggu

Tanpa pemicu khusus

Tidak dipengaruhi

kondisi social budaya

dan tingkat ekonomi

Bisa terjadi pada orang

yang tidak pernah dan

berasal dari anggota

keluarganya yang tidak

pernah mengalami

penyimpangan mood

Tidak berpikir ingin

bunuh diri

Jarang ada yang

berpikir ingin

menyakiti sang bayi

Hampir tidak pernah

merasa bersalah dan

tidak berdaya.

Bisa kembali normal

dengan sendirinya bila

dukungan dan bantuan

perasaan tertekan yang

merata

Mudah/sering menangis

Hampir selalu sulit

tidur

Terjadi antara 3-6 bulan

setelah melahirkan,

biasanya 12 minggu

Berlangsung selama

beberapa bulan, bila

tidak mendapatkan

perawatan bisa

mencapai beberapa

tahun

Pemicu utama terjadi

bila tidak mendapatkan

dukungan dari suami

dan/atau anggota

keluarga

Sangat dipengaruhi

kondisi social budaya

dan tingkat ekonomi

Sangat erat

hubungannya dengan

pengalaman

penyimpangan mood

yang pernah/sedang

dialami. Bisa terjadi

pada ibu yang anggota

keluarga lainnya pernah

mengalami

penyimpangan mood.

Kadang berpikir ingin

menyakiti sang bayi.

Khayalan yang kacau

(bayi cacat/meninggal,

mengingkari kelahiran,

menganggap dirinya

belum menikah,

perawan, terus menerus

meragukan keyakinan

diri, mudah

terpengaruh,

memberontak)

Mengeluh letih, tidak

bisa tidur, gelisah,

menangis, emosi tidak

terkendali, curiga,

bingung, bukan dirinya

sendiri, kata-kata

menyakitkan, obsesi

pada kesehatan bayi.

Mengeluh tidak bisa

berdiri, tidak bisa

berjalan/bergerak

Terjadi beberapa hari.

Rata-rata 2-3 minggu

setelah kelahiran,

hampir selalu dalam

kurun 8 minggu

50% berasal dari

keluarga yang pernah

mengalami

penyimpangan mood.

Ingin bunuh diri atau

membunuh sang bayi.

Bisa merasa ada suara-

suara yang

6

Page 7: Baby Blues Syndrome (Referat)

anggota keluarga lain

bisa membuat sang ibu

baru tersebut tenang

Sering merasa

berlebihan merasa

bersalah dan tidak

berdaya

Perlu mendapatkan

bantuan dan treatment

menyuruhnya bunuh

diri atau membunuh

sang bayi

Dari populasi

penderita, 5% bunuh

diri, 4% membunuh

bayinya, 67%

mengalami kejadian

kedua kali

penyimpangan

emosional (affective

disorder) sepanjang

tahun

Proses kelahiran

menjadi salah satu

ketegangan yang

berkembang menjadi

penyimpangan mood

yang hebat

Harus mendapatkan

bantuan, pengawasan

dan treatment

Berikut adalah perbedaan antara baby blues syndrome dengan postpartum depression.

Tabel 2. Perbedaan baby blues dan postpartum depression

Karakteristik Baby Blues Syndrome Postpartum Depression

Insidens30-75% dari wanita yang

melahirkan

10-15% dari wanita yang

melahirkan

Onset 3 – 5 hari setelah melahirkanDalam waktu 3-6 bulan setelah

melahirkan

Durasi Hari sampai mingguBulan sampai tahun jika tidak

diobati

Stressor terkait Tidak ada Ada, terutama kurang

7

Page 8: Baby Blues Syndrome (Referat)

dukungan

Pengaruh sosial dan

budaya

Tidak ada; ada dalam semua

budaya dan kelas sosioekonomiAda hubungan yang kuat

Riwayat gangguan mood Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat

Riwayat gangguan mood

dalam keluargaTidak ada hubungan Ada hubungan

Rasa sedih Ada Ada

Mood labil AdaSering pada awalnya kemudian

depresi secara bertahap

Anhedonia Ada Sering

Gangguan tidur Kadang-kadang Hampir selalu

Keinginan untuk bunuh

diriTidak ada Kadang-kadang

Keinginan untuk

menyakiti bayiJarang Sering

Rasa bersalah,

ketidakmampuan

Tidak ada, jika ada biasanya

ringanSering dan biasanya berat

Rujukan: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical

Psychiatry. 10th edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

2.6 Diagnosis

Baby blues syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang wanita

pasca melahirkan karena penderita beranggapan bahwa kehadiran bayi akan mengganggu

atau merusak suatu hal dalam hidupnya seperti karier, kecantikan/penampilan dan aktivitas

rutin yang dianggap penting dalam hidupnya. Penderita baby blues syndrome kebanyakannya

adalah kalangan wanita karier, artis, model dan wanita modern tetapi sindrom ini tidak

menutup kemungkinan menyerang pada wanita muda (pernikahan dini) dan semua wanita

pasca melahirkan.

Perubahan sikap yang negatif dengan kondisi emosional yang kurang terkontrol

seperti sering marah, cepat tersinggung, dan menjauh dari bayi yang baru dilahirkan, susah

tidur dan tiba-tiba sering menangis. Apabila ini tidak segera ditangani berdampak negatif

terhadap kesehatan jiwa penderita. Sindrom ini umumnya terjadi dalam 14 hari pertama

setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau empat setelah

8

Page 9: Baby Blues Syndrome (Referat)

persalinan. Seseorang terdiagnosis baby blues syndrome apabila terlihat secara psikologis

kejiwaannya seperti di bawah ini:

Perasaan cemas, khawatir ataupun was was yang berlebihan, sedih, murung, dan

sering menangis tanpa ada sebab (tidak jelas penyebabnya).

Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala dalam beberapa kasus sering

migrain.

Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus anak.

Adanya perasaan putus asa

Jika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien mengalami

postpartum depression. Apabila gejala diatas tidak disadari dan lama kelamaan tekanan atau

stres yang dirasakan semakin kuat atau semakin besar maka penderita akan mengalami

depresi pasca melahirkan yang berat.

Jika telah mengalami hal ini maka diperlukan penanganan secara berkala, gejala dari

depresi tersebut adalah:

Kelelahan yang berkepanjangan, susah tidur, dan insomnia.

Hilangnya perasaan bahagia dan minat untuk melakukan hal-hal yang

menyenangkan.

Tidak memperhatikan diri sendiri dan menarik diri dari keluarga dan teman.

Tidak memperhatikan atau bahkan perhatian yang berlebihan pada anak.

Perasaan takut telah menyakiti anak.

Tidak tertarik pada seks.

Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim, terganggu proses berpikir dan

konsentrasi.

Kesulitan dalam membuat keputusan sederhana.

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung

postpartum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simptom yang tampak dapat

disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum blues bila memenuhi kriteria dan gejala

yang ada. Kekurangan hormone thyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami

kelelahan luar biasa (fatique) ditemukan juga pada ibu yang mengalami postpartum blues

mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat rendah.

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan

pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa

kuesioner dengan alat bantu. Endinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan

9

Page 10: Baby Blues Syndrome (Referat)

kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan

depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas

perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada

postpartum blues. Kuesiner ini terdiri dari 10 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki

4 pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi

perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu

dan rata rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai scoring lebih besar 12 memiliki

sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis postpartum blues. EPDS

dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat

diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian.

2.7 Penatalaksanaan

Disebabkan keparahan postpartum blues biasanya ringan dan menghilang secara

spontan, tidak ada pengobatan khusus selain dukungan dan reassurance yang diindikasikan.

Gejala-gejala yang timbul mungkin menyebabkan penderitaan tetapi biasanya tidak

mempengaruhi kemampuan ibu untuk berfungsi dan merawat bayinya. Konsultasi kejiwaan

umumnya tidak diperlukan. Namun, pasien harus diinstruksikan untuk menghubungi dokter

kandungan atau primary care providernya jika gejala menetap lebih dari dua minggu untuk

menidentifikasi dini gangguan afektif yang lebih parah. Wanita dengan riwayat penyakit

jiwa, terutama depresi postpartum harus dipantau lebih dekat karena mereka berisiko lebih

tinggi untuk terkena penyakit nifas yang signifikan.1

Postpartum blues seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu

yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu

yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi.

Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk minta

pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak,

tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira

menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai. Penangganan gangguan mental pascasalin

pada prinsipnya tidak berbeda dengan penangganan gangguan mental pada momen-momen

lainnya. Para ibu yang mengalami postpartum blues membutuhkan pertolongan yang

sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik

lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan

pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka

membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali merasa gembira mendapat

10

Page 11: Baby Blues Syndrome (Referat)

pertolongan praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk

mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan

beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi.

Bila memang diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari

seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetri

memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya

gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penangganan yang tepat bila terjadi

gangguan tersebut, bahkan merujuk kepada para ahli psikologi/konseling bila memang

diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan

bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang

memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang

mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penangganannya. Postpartum blues juga

dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur

ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak

perfeksionis dalam hal menguruskan bayi, membicarakan rasa cemas dan

mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.

Dalam penangganan para ibu yang mengalami postpartum blues dibutuhkan

pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling, emosional, bantuan-bantuan

praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka

mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan

penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual, social dan psikologis secara bersama-

sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu: suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.

11

Page 12: Baby Blues Syndrome (Referat)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity blues atau

postpartum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya terjadi dalam kurun waktu 2

minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Banyak faktor yang bisa menyebabkan baby

blues syndrome, yaitu: dari ibu, bayi yang di lahirkan dan lingkungan sekitar.

Ketidakseimbangan hormonal, hormon thyroid, perubahan gaya hidup juga dilaporkan

sebagai faktor yang menyebabkan baby blues syndrome.

Baby blues ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan kesepian atau menolak

bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak bisa tidur. Baby blues relatif ringan dan

biasanya berlangsung 2 minggu. Perbedaan dengan syndrome of postpartum distress adalah

pada frekuensi, intensitas dan lamanya durasi gejala. Dalam postpartum depression, gejala

yang lebih sering, lebih intens dan lebih lama. Seseorang terdiagnosis baby blues syndrome

apabila terlihat secara psikologis kejiwaannya seperti di bawah ini:

Perasaan cemas, khawatir ataupun was was yang berlebihan, sedih, murung, dan

sering menangis tanpa ada sebab (tidak jelas penyebabnya).

Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala dalam beberapa kasus sering migrain.

Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus anak.

Adanya perasaan putus asa

Jika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien mengalami

postpartum depression. Apabila gejala diatas tidak disadari dan lama kelamaan tekanan atau

stres yang dirasakan semakin kuat atau semakin besar maka penderita akan mengalami

depresi pasca melahirkan yang berat.

Meskipun gejalanya cukup ringan bila dibandingkan dengan postpartum depression,

bukan berarti sindrom ini bisa di abaikan begitu saja. Penanganan yang bisa dilakukan antara

lain: istirahat yang cukup, berolahraga teratur, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan

yang paling penting adalah melakukan relaksasi agar emosi tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Baby Blues Syndrome (Referat)

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. 7th

edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2000.

2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral

sciences/clinical psychiatry. 10th edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins;

2007.

3. Ryan D. Psychiatric disorders in the postpartum period. BC Med Journal. 2005;

47:100-3.

13