bab4
DESCRIPTION
sssw2radadadTRANSCRIPT
35
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. SEJARAH PERUSAHAAN
Dimulai dengan hobi membuat kapal fiberglass untuk nelayan dan
wisata, PT. Carita Boat Indonesia sejak ahun 2004 resmi memluai kegiatan
usaha secara komersial.
Berkat usaha kerja dan inovasi yang terus-menerus maka PT.
Carita Boat Indonesia yang mempunyai karyawan lebih dari 50 orang dan
mempunyai kantor, workshop dan galangan yang berlokasi di Desa
Margagiri Kex. Bojonegara Serang Banten, Bumi Serpong Damai Sektor III-
2 Tanggerang dan Taman Tekno Blok H.1 No. 03 A Serpong Tanggerang,
sampai saat ini telah membuat kapal-kapal fibreglass yang berkualitas
tinggi yang terus-menerus berkembang.
4.2. KUNCI SUKSES
Dengan mengedepankan kemampuan rancang bangun yang di
dukung dengan teknologi informasi dan dukungan sumber daya manusia
yang profesional siap membuat pesanan pembuatan kapal fibreglass yag
berkualitas tinggi.
4.3. VISI DAN MISI
Merancang bangunan kapal-kapal fiberglass dengan konsep yang
bik dan benar. Dengan dedikasi yang tinggi. PT. Carita Boat Indonesia
bertujuan untuk menjadi pembuat kapal fiberglass yang terbaik di
Indonesia.
36
4.4. STRUKTUR ORGANISASI
Adapun Sturuktur Organisasi PT. Cari Boat Indonesia dengan
bagan sebagai berikut :
37
4.5. FASILITAS GALANGAN
Galangan PT. Carita Boat Indonesia memilki fasilitas-fasilitas
galangan sebagai berikut :
No Nama Barang Merk Jumlah Ket1 Kabel Rol 11 1 Lama ; 9 baru2 Mesin Polis 13 Spray Gun 44 Mesin Bor Aduk (Blender) BOSCH 1 (WISE)5 Gergaji Tangan 2 2 Rusak6 Water Pass 27 Kunci Pipa 18 Pahat 19 Kepala Aki 210 Mata Bor 16 MM 111 Mata Bor 18.5 MM 112 Mata Bor 4 MM 1413 Mata Bor 6 MM 414 Mata Bor 2 MM 1015 Mata Bor 4 MM 716 Mata Bor 12 MM 117 Mata Bor 8 MM 218 Mata Jig Saw No. 10 219 Mata Beton 10 M 220 SPI 2521 Klem Stainless 2.5” 1222 Klem Stainless 1.5” 123 Klem Stainless ¾” 724 Klem Stainless ½” 525 Mesin Bor BOSCH 126 Mesin Bor MAKITA 127 Mesin Bor MACTEX 128 Mesin Bor Baterai 1 Rusak29 Gerinda BOSCH 130 Gerinda MAKITA 331 Jigsaw 5 2+2(WISE)+1 Rusak32 Circle33 Circle Belanda34 Cutting Whell 14” BOSCH35 Mesin Bor Duduk36 Compresor Diesel37 Compresor Electric (Biru)38 Diesel (kuning)39 Obeng 240 Siku41 Penggaris Besi 1 M42 Penggaris Besi 2 M43 Gun Silent 1
38
44 Martil Palu 245 Tang Rivet 2 1 Rusak46 Kapi Daun 1 Set47 Kapi Gagang 148 Komputer 10 Unit49 Cetakan Kapal dan Boat 30 Unit50 Mesin Press 1 Unit51 Mesin Bubut Mini 1 Unit52 Mesin Las
- Stainless- Biasa
1 Unit
53 Trailer 4 Unit54 Mesin Ploter 1 Unit55 Meja Gambar Besi 1 Unit56 Fork Lift 1 Unit57 Rel Bongkar
Pasang/Peluncuran 30 M1 Unit
58 - Mess Pekerja- Mess Bagian Kepala Kantor
2 Unit
Tabel 4.1. Fasilitas Galangan. PT. Carita Boat Indonesia. (2007). LaporanKerja Praktek. Tanggerang – Banten
39
4.6. LAY OUT GALANGAN
Gambar 4.1. Lay Out Galangan PT.Carita Boat Indonesia
40
4.7. The Constucruction ana Classification of Vessels of Glass Renforced
Plastics, 1972
Fibre Glass Reinforced Plastik.
Pada umumnya, yang dimagsud dengan terminalogi diatas adalah
kombinasi antara polyester dan serabut – serabut gelas dengan 12 /
am.
Kombinasi – kombinasi lain memang ada, misalnya :
- Epoxid + Serabut Gelas
- Polyester + sisol
- Phenal - Serabut Glas
- Dll.
Tetapi Tidak Terlalu Dipakai.
Epoxid + Serabut gelas memang memberikan kekuatan yang diberikan
kombinasi Polyester dan Serabut Gelas. Namun harga pembuatan
EPOXID yang tinggi dan epeksamping yang timbul akibat pengerjaan
menyebkan tersisisihnya kombinasi ini dari “ pasaran “ industry.
Kedua kombinasi lain tidak memberikan kekuatan yang memuaskan.
Perkapalan Pelastik.
Diantara sekian macam pelastik yang dikenal sampai sekian saat ini,
polyester lah satu – satunya yang “Berhasil “ menguasai bidang
perkapalan.
Sebabnya adalah :
- Sipat-sipat yang dipunyainya (kekuatan , Pemuaian, DLL)
- Pembuatan ytang lebih Murah ( Dibanding Dengan Epoxid)
- Pengerjaan yang lebih gampang dan tidak berbahaya.
- DLL.
4.7.1. Bahan baku.
Bahan yang langsung merupakan bagian langsung dari kapal yang
kita akan buat.
Bahan baku ini adalah :
a. Polyester
b. Serabut Glas
c. Aktipator
d. Katalisator
41
e. Setabilisator
f. Bahan Peguat
g. Bahan- Bahan tambahan lainya
a. Polyester.
Sebagai bahan baku kita megenal polyester sebagai satu
cairan kental, berwarna agak kekuning – kunigan, bening,
berbau ………
(kusus polyester).
Bahan baku ini dihasilkan dari hasil kimia antara asam – asam
dikarbon degan alcohol – alcohol yang mempunyai hubungan
double.
- COOH
- CCOH + HO – CH
2– CH
2 – OH + HOOC – CH = - CH - COOH
Asam Phtal + Athandiol + Asam Malsin
Athylenglykol
- CH = CH2
Bhan Kimia yang Terjadi ini, Degan adanya Hubungan Double
Antara Atom – atom C ini, mempunyai sifat “ Berroaksi
Sendiri “. Reaksi ini akan lebih gampang bila diberi Aktivator.
Reaksi sendiri : - Waktu Tidak Terentu
- Tidak Merata
- Bergetah ( Kelebring)
Untuk Menghindari Dan menguragi perreaksian sendiri ini,
penyimpanan bahan ini memerlukan kondisi- kondisi tertentu,
antara lain :
- Dalam tempat Yang kedap Cuaca
- Temperature 15o
- Tidak kena langsung sinar matahari
- Penyimpanan jagan terlalu lama (6 Bulan)
- Tidak Sama-sama Degan Aktipator
Setelah mebekunya, polyester merupakan benda padat
bening transparent dwnagan warna ke-kuningaan, denan sifat
sbb :
42
- Berat jenis 1,2 …. 1,27 g/cm
- Penyerapan air 0,5 …. 4,5 %
- Penyusukan waktu membeku 7 …. 8 %
- Pemuaian hampir 0 %
- Tensile strength 450 ….800 Kp/cm
- Bonding strength 700 ….1200 “
- E-Modul 24.000 ‘’
(lihat Juga Sipat- sipat umum pelastik (+) Dan (-)
Selain sifat-sifat terdebut di atas, masih ada sifat- sifat lain -
untuk bahan baku yang masih cair tadi, al :
- Bisa dikombinasikan degan bahan – bahan Peguat (
serabut gelas )
- Bisa dikombinasikan degan bahan – bahan Anty
Tranparant
- Bisa dikombinasikan degan bahan – bahan anty api
- Bisa dikombinasikan degan bahan – bahan racun –
racun tertentu
- DLL.
Teknologi Pegerjaanya pun Bisa bermacam – macam, kita
sebutkan saja al. :
- Pegerjaan degan tangan ( Handauflegeverfahren)
- Pegerjaan degan system vakum (vakuumverf)
- Pegerjaan degan system penyemprotan
( Spritzverfahren )
- Pegerjaan Degan Sistem Tekan ( Preberpurhren )
- Pegecoran ( giebverfahren )
dan beberapa lagi system – system pegerjaan lainya.
Tentang pegerjaan ini untuk sementara kita tidak singing
dahulu, dan akan di bicarakan pada jam yang lain.
b. Serabut Glas .
Pemakaianya akibat kekuatan yang tidak mencukupi dari
polyester I ada beberapa…….., untuyk polyester kita sebutkan
satu saja, E-Glas Yakni benag-benang yang dicampur dengan
sytem tertentu dengan serabut glas.
43
Benag- benang degan 5 …… 20 nm , ( E-Glas 5 - 12 : A-
Glas 13 - 20 nm)
Sebagai bahan Perbandingan :
No A St 38 E-Glas A-Glas
1 Berat Jenis (g/ cm3) 7,8 2,5 2,5
2 Tensile strength
(kp/cm2)
3800 27…..300000 9000
3 E-Modul ( kp/ cm2) 2,1.106 0,73.106 0,6.106
Tabel 4.2 bahan Perbandingan The Constucruction ana Classification of
Vessels of Glass Renforced Plastics, 1972
Dari kekuatan serabut-serabut glas inilah sebernya tergantung
kekuatan yang diharapkan. Jadi baik polyester maupun
serabut glas ini sama pentingnya.
Serabut gelas ini bisa kita jumpai dalam beberapa bentuk :
- Roving : benang - benang tidak teranyam, panjang
tidak terbatas
- Matte : benang – benag Tidak teranyam, panjang ca. 4-
5 cm, direkat satu sama lain dalam aturan yang
tidak tertentu. Kita mengenal :
- Matte 300 (g/mg)
- Matte 450 (g/mg)
- Matte 600 (g/mg)
- Gewebe : Benang – benang dengan panjang tidak
terbatas, dianyam dengan sistem tertentu
Dari sitem anyaman kita kenal :
- Anyaman atlng
- Anyaman Koper
- Anyaman sillang Dll.
Sehari – hari kita mengenal antara lain :
- Gewebe 450 (g/mg)
- Gewebe 600 (g/mg)
- Gewebe 900 (g/mg)
44
Pengunaan bahan penguat ini sangat mempegaruhi kekuatan
dari bagian bangunan yang dibuat.
Kalau polyester yang telah membeku masih merupakan suatu
benda yang isotrop dan hohogen, maka dengan pengunaan
serabut gelas , bagian bangunan yang jadi tidak lagi iromogen
dan isotrop.
Penyimpanan : Dalam ruangan kering (kelembaban 70 % )
c. Aktivator : Perokid, cairan degan warna coklat tua, ........2 %
Bersama – sama dengan kalisator bahaya
ledakan.
d. Katalisator : Cyklohexanonpaste, putih......tergantung
waktu,......2% nembutakan :
e. Setabilisator : Karena warna cepat berubah, dibutuhkan
setabilisator untuk melawan cahaya UV.
Juga bisa dikeruk dan disikat kembali
( schleifmaschine ).
f. Bahan penguat : Kayu, Baja ( Nichtrostastashal !)
g. Bahan Tambahan Lainya
- Pigment ( Bahan Pemberi Warna)
- Racun
- Anty Transparant
-Thixotropiemittel (dinding tegak)
4.7.2. Bahan Penolong.
Bahan- bahan yang digunakan, baik sebagai alat maupun sebagai
bahan yang nantinya tidak merupakan bagian dari barang yang
dibuat.
Bahan penolong :
- styrol
- Methylen, Acetan
- Alat- alat kerja :
Alat/ tempat
- Alat Aduk
- Alat Timbang
- Alat Kerja
45
- Alat Potong
- Alat Pembersih Dll.
- Trennaittel.
a. Styrol
Styrol = phenylathylen, cairan tak berwarna, didapatkan dari
reaksi antara Azhaylen Dan Benzol.
RUMUS Kimia : C6 H5 CH = CH2
penting, bila polyester terlalu kental untuk
mencairkannya.hilang nanti sebagai uap styrol
suatu proses pembekuan terjadi. Bisa berakibat
bagi para karyawan ( Penyakit Kulit)
b. Methylen chloride/ azlton/ alkohol.
Untuk membersihkan alat-alat yang langsung berhubungan
dengan polyester bisa dipergunakan alkohol methylalkohol
atau methylenchlorid.
Dari segi harga dan bahaya kebakaran dipergunakan
mothylen, cairan tidak berwarna, degan rumus kimia CH3OH,
lebih sukar terbakar di banding degan alkohol. Dibuat dari
Co dan H2, tidak boleh diminum ( Kematian ) bisa
menyebkan kebutaan..
c. Cetakan .
Karena bahan baku adalah cairan, diperlukan cetakan dibuat
dua macam cetakan :
- Cetakan yang dibuat untuk membuat cetakan yang
sebenarnya.
- Cetakan sebenarnya untuk membuat barang yang
diinginkan.
Sebagai bahan untuk membuatcetakan ini :
- Kayu
- Gips
- Pelastik
- Semen
- Atau apa saja yang memberikan bentukl dan mutu yang
diiginkan.
46
Cetakan harus :
- Mempunyai permukaan yang halus
- Memperhatikan cara kerja
- Memudahkan pelapisan dari barang.
Cetakan tidak perlu dibuat dari satu satuan yang tidak bisa di
ceraikan.
Pembuatannya memerlukan kepandayan tersendiri. Cetakan
harus :
- Bersudut tidak lancip
- Licin
- Tidak berlobang – lobang
- Memudahkan pelepasan.
47
4.8 PROSES PRODUKSI KAPAL FIBERGLASS REINFORCE PLASTIC
Untuk memproduksi kapal FRP, langkah awal yang perlu
diperhatikan dalam proses produksi adalah mempersiapkan cetakan (mold)
yang akan digunakan ubtuk membangun kapal. Proses produksi pada
kapal FRP berbeda bila dibandingkan dengan proses produksi kapal baja.
Proses produksi kapal FRP tidak memerlukan proses fabrikasi yang rumit
layaknya kapal baja, seprti weldin, assembly, cutting, tetapi cukup dengan
menggunkan cetakan saja untuk membentuk frame dari kapal yang akan di
produksi.
4.8.1. Pembentukan Pulg
Dari data ukuran utama kapal yang telah diterapkan
sebelumnya, akan dibentuk plug dari kapal yang akan dibangun
berdasarkan desain gading dan bentuk pada gambar kapal.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membangun
frame-frame yang berfungsi untuk membentuk bangunan kapal.
Bisanya untuk frame dan kerangkanya digunakan kayu namun
bagian luarnya stelah terbentuk frame, akan dilapisi dengan kayu
lapis atau triplek sehingga menutupi seluruh permukaan dari rangka
gading yang sudah terbentuk sebelumnya.
Material yang digunakan untuk membuat plug adalah
material kayu. Sebelum plug dibuat, harus dibuat terlebih dahulu
pondasi untuk plug sehingga dapat beridiri dengan kokoh selama
proses pembentukan. Biasanya lamanya waktu yang dibutuhkan
dalam proses pembentukan plug sekitar 1- 2 minggu
48
Gambar 4.2. Pembentukan Plug
4.8.2. Pembentukan Mold
Setelah menyelesaikan proses pembentukan plug, kegiatan
proses produksi berikutnya adalah membentuk cetakan (mold) yang
akan digunakan untuk memproduksi bangunan kapal. Mold dibentuk
sesuai dengan bentuk dari plug yang telah diproduksi sebelumnya.
Material yang akan digunakan untuk memproduksi mold adalah
material FRP. Lapisan fiber glass dan resin itu disusun pada bagian
base line berada di atas deckline berada di bawah dimaksudkan
untuk mempermudah proses laminasi. Tebal lapisan FRP yang
dibentuk untuk memproduksi mold hanya sekitar 5 mm yang
tersusun dari CSM dan woven Roving. Antara lapisan luar plug dan
lapisan pertama dari mold yang akan dicetak, diberi wax untuk
mempermudah proses dari pelepasan plug.
Pada tahap awal pembentukan cetakan, yang akan dicetak
pertama kali adalah male molding, yang pada umumnya terbentuk
dari material kayu, melalui cetakan ini didapatkan garis besar
49
bentuk dari bangunan kapal yang diproduksi. Cetakan yang terbuat
dari kayu ini lebih dikenal dengan nam psidow.
Gading-gading yang dibentuk adalah dari rangka kapal yang
akan diproduksi. Untuk mendapatkan desain yang sesuai dengn
bnetuk kapal, maka bagian dalam dari gading-gading kayu ini
disambungkan dengan cara melapisi bagian dalam rangka dengan
menggunakan papan kayu yang berfungsi sebgai tempat untuk
melapiskan fiberglass sehingga dapat dibentuk female molding.
Pada umunya, kerangka ini kan diberi penahan sehingga dapat
berdiri dengan baik selama proses pembentukan female molding.
Material yang digunakan untuk membentuk female mold adalah
fiberglass dan resin. Untuk proses pembentukan plug dperlukan
waktu biasanya sekitar 1 bulan.
Gambar 4.3. Pembentukan Mold
50
4.8.3. Pembentukan badan kapal
Pada tahap ini, galangan kapal akan membentuk bagian-
bagian dari badan kapal, mulai dari bagian lambung kapal sampai
dengan superstructure. Yang digunakan untuk membuat badan
kapal adalah mold yang telah diproduksi sebelumnya, yang
kemudian dipisahkan dari plug. Mold yang telah diproduksi akan
dilapisi. Mold yang telah diproduksi akan dilapisi dengan perpaduan
dari material fiberglass dan resin pada bagian dalam dari mold.
Pada dasarnya, bentuk badan kapal yang akan diproduksi akan
sesuai dengan bentuk plug yang pada tahap pertama sudah
diproduksi.
Gambar 4.4. Pembentukan Badan Kapal
51
Lapisan pertama yang akan diberikan adalah wax yang
befungsi untuk memudahkan proses pelepasan badan kapal yang
akan diproduksi dari mold. Proses ini dikenal dengan polishing.
Tahap ini merupakan langkah pertama yang dilakukan pada saat
cetakan telah selesai dibuat, dimana tujuan dari proses ini adalah
untuk memudahkan kapal untuk dilepas dari cetakan pada saat
proses pembuatan kapal selesai nanti.
Gambar 4.5. Wax Untuk Memudahkan Proses Pelepasan Badan Kapal
Pada tahap polishing ini menggunakan material Mirror dan
PVA dengan jumlah yang telah ditentukan, serta perlengkapan
berupa kain majun. Caranya dengan melapisi cetakan dengan
cairan mirror dan kemudian mengelap permukaan tersebut
sebanyak dua kali hingga kering. Proses ini dilakukan berulang -
ulang sebanyak 5 -- 6 kali pada penggunaan cetakan lama dan
sepuluh kali pada cetakan baru.
52
Gambar 4.6. Proses Polishing Pada Moulding
Setelah diberi lapisan wax, akan dilakukan porses pelapisan
menggunakan material gel coat yang berfungsi untuk memberikan
bentuk yang maksimal pada lapisan luar kapal. Selain itu, gel coat
memiliki sifat ketahanan terhadap korosi dan reaksi kimia sehingga
berfungsi juga sebagai lapisan pelindung dari badan kapal. Pada
umunya, material gel coat diberikan pewarna yaitu pigmen sehingga
nilai estetika dari badan kapal yang diproduksi lebih baik, walaupun
pada tahap akhir, lapisan terluar kapal akan diberikan cat. Proses ini
lebih dikenal dengan gel coating
Proses ini merupakan proses pembuatan lapisan terluar
pada lambung kapal. Perbandingan bahan untuk adonan gel coat
adalah resin : aerosil = 40 : 1, kemudian adonan tersebut dapat
dicampur dengan pigmen dengan perbandingan adonan : pigmen =
7 : 1. Adonan yang akan menghasilkan permukaaan yang
mengkilap ini, kemudian diaplikasikan pada mold dan didiamkan
hingga benar - benar kering dan melekat, yakni selama kurang lebih
12 – 24 jam, tergantung kondisi suhu dan cuaca.
53
Gambar 4.7. Proses Gel Coating Pada Lambung Kapal
Setelah dilapisi dengan gel coat, maka lapisan berikutnya
yang akan digunakan adalah material Steaple Mat. Perpaduan dari
gel coat dan Steaple mat inilah yang disebut dengan skin coat.
Material Steaple Mat yang digunakan untuk membentuk bangunan
kapal ini adalah Mat yang berukuran 300 dan 450 gram/m2.
Tahapan berikutnya pada produksi badan kapal adalah
proses laminasi dari material utama penyusun kapal FRP, yaitu
fiberglass dan resin. Yang dimaksud dengan laminasi adalah
pelapisan secara berturut - turut dari fiberglass reinforcements yang
diisi atau diresapi dengan resin sebelum kering atau lapisan
54
sebelumnya menjadi keras, sedangkan pengecoran hanya sebagai
istilah di lapangan.
Sebelum melaksanakan laminasi, perlu kiranya langkah -
langkah persiapan yang meliputi persiapan sebelum laminasi
dilakukan dan langkah proses laminasi dilakukan. Hal ini sangat
penting karena proses reaksi dan resin mempunyai batasan waktu
dan apabila melebihi waktu tersebut maka resin akan tidak
berfungsi atau menggumpal.
Untuk perbandingan antara material fiberglass tipe Chopped
Strand Mat dengan resin adalah 3 : 7 berdasarkan perbandingan
berat untuk kadar glass 30 %. Sedangkan, untuk perbandiangan
antara material woven roving dengan resin adalah 1 : 1 berdasarkan
perbandingan berat untuk kadar glass 50 %.
4.8.4. Proses produksi badan kapal dengan proses laminasi yang
digunakan terbagi atas 2 metode yaitu :
A. Hand Lay-Up.
Sistem laminasi dengan metode ini, sudah banyak
digunakan pada galangan kapal FRP di indonesia. Posesnya
dengan meletakkan lapisan fiberglass, kemudian dilapisi oleh
material resin. Proses pelapisan ini seharusnya menggunakan
tangan, ditambah dengan bantuan berupa alat tekan yang
berbentuk roll yang berfungsi untuk menyatukan material
fiberglass dan resin sehingga resin dapat menyerap ke dalam
lapisan fiberglass dengan maksimal. Apabila resin dapat
menyerap ke dalam lapisan fiberglass dengan maksimal, maka
proses curing dapat berjalan dengan baik dan hasil akhir dari
proses laminasi yang didapatkan juga maksimal.
Kemudian setelah dilapisi dengan material resin.
Dilakukan proses pelapisan lagi dengan material fiberglass.
Material fiberglass. Material fiberglass yang digunakan untuk
pembuatan bangunan kapal fiberglass adalah Steaple Mat dan
55
Woven Roving. Kekurangan dari pada metode ini adalah
hasilnya yang tidak maksimal. Penyatuan dari susunan antara
fiberglass dan resin pada badan kapal yang dibentuk. Hal ini
dikarenakan penggunaan alat untuk menyatukan material
fiberglass dan resin hanya menggunakan rol sehingga tekanan
yang didapatkan tidak maksimal juga tidak merata diseluruh
bagian badan kapal.
Penyatuan fiberglass dan resin yang tidak maksimal juga
tidak merata menimbulkan kemungkinan terdapatnya ruang
yang berisi udara yang mengakibatkan berkurangnya nilai
kekuatan tarik dari kapal.
Proses pelapisan material fiberglass dan resin akan terus
dilakukan hingga mendapat ketebalan yang diinginkan dan
disesuaikan dengan karakteristik kapal yang akan diproduksi.
Proses ini sering digunakan karena pengerjaannya yang mudah
dan tidak memerlukan peralatan mahal, walaupun diperlukan
waktu produksi badan kapal yang lebih lama.
B. Vacuum Bagging
Pembentukan badan kapal dengan proses metode
vacuum baggging, diawali dengan metode hand lay-up. Pada
metode vacum bagging, sebelum fiberglass dan resin
mengalami proses curing, female mold dan lapisan pembentuk
badan kapal yang telah disusun (fiberglass dan resin) dibungkus
dengan vacum bag. Udara dalam vacum bag akan disedot
keluar sehingga udara di luar akan menekan ke seluruh lapisan
dari material penyusun badan kapal dengan kekuatan yang
besar. Hal ini tentunya dapat mempercepat terjadinya proses
polimerisasi. Selain itu, tekanan yang dihasilkan juga besar
sehingga penyatuan antara material fiberglass dan resin
mempunyai hasil yang lebih maksimal.
Hasil yang didapatkan melalui metode ini sangat
memuaskan. Hasil laminasi yang terbentuk pada badan kapal
sangat padat dan lebih kuat bila dibandingkan dengan metode
hand lay-up. Pada metode ini, resin yang diperlukan juga lebih
56
sedikit kadarnya sehingga presentasi kadar glassnya lebih besar
dan mempengaruhi kekuatan kapal secara keseluruhan.
Selain itu, kelebihan dari metode ini adalah hasil
laminasinya memiliki sifat mekanis yang lebih baik bila
dibandingkan dengan proses laminasi lainnya dengan ketebalan
yang sama. Dengan metode ini, berat kapal dapat dikurangi
sehingga dapat meningkatkan efisiesnsi.
4.8.5. Release
Release merupakan proses pemisahan kapal dari cetakan
menggunakan bantuan dua buah crane, di mana hull maupun deck
di lepas secara perlahan-lahan untuk memasuki proses assembling,
Hull kapal dipisahkan dari female mould, sedangkan deck
superstructure kapal dipisahkan dari male mould.
Gambar 4.8. Proses Release Lambung Kapal
57
Gambar 4.9. Proses Release Bangunan Atas Kapal
4.8.6. Proses Penyatuan Badan Kapal (Fabriksai/Assembling)
Bagian lambung kapal yang telah dilepaskan dari female
mold akan dirangkai atau disatukan dengan deck superstructure
dari male mold sehingga terbentuk sebuah bangunan kapal fiber.
Proses assembling merupakan proses penyatuan antara hull dan
supersturcture, dimana bagian sherr (bagian tepian body kapal)
pada kedua bagian tersebut di laminasi menggunakan material mat
450 dengan lebar kurang lebih 20 cm sebanyak 3 lapis. Kemudian
sambungan diantara kedua bagian tersebut akan diberi fender, yang
merupakan lapisan karet yang berfungsi menguatkan sambungan
antara body kapal dan superstructure, sekaligus sebagai penahan
benturan kapal dan dermaga.
Proses Assembling juga dilkukan pada floor, di mana floor
atau pan dipasang pada girder yang tingginya telah ditentukan.
58
Untuk memastikan permukaan lantai yang rata, digunakan
waterpass untuk mengukur kerataan permukaan lantai kapal.
Proses assembling antara hull dan superstructure dilakukan
dengan bantuan crane dengan cara mengikat kedua bagian
tersebut dengan laminasi dan kemudian diberi fender
Bagian-bagian sheer dari Superstructure dan hull disatukan dengan teknik laminasi menggunkan matt450 ukuran 20 cm sebanyak 3 lapis
Gambar 4.10. Assembling Antara Hull dan Superstucture.
4.8.7. OUTFITTING DAN INSTALLATION
Setelah proses assembling selesai dilakukan, maka tahapan
berikutnya adalah outfitting dan installation peralatan dan
perlengkapan kapal, diantaranya :
A. Sistem Perpipaan Kapal
Peralatan dalam sistem perpipaan terdiri dari pipa, katup
(valve), flen, filter, fitting, pompa, dan lain - lain.
B. Sistem Listrik dan Navigasi
Jaringan listrik dan panel - panelnya mulai dipasang.
Instalasi peralatan dan perlengkapan navigasi mengikuti
59
panduan teknisi dari pabrik pembuat (supplier), serta
dilaksanakan setelah instalasi blok rumah kemudi dan
sebagaian interiornya. Penetrasi kabel – kabel yang menembus
sekat dibuat rapi dan kedap.
C. Mesin Induk dan Generator
Instalasi mesin induk dan generator dapat dilaksanakan
setelah proses assembling selesai dilakukan. Apabila perkiraan
kedatangan permesinan tersebut memerlukan waktu lama
sehingga melebihi jadual peluncuran, maka instalasi permesinan
tersebut dilaksanakan setelah peluncuran kapal (floating
condition), dan setelah melalui prosedur pengujian, seperti
pengujian di pabrik pembuat (manufacturer shop test).
Penyetelan mesin induk ini dengan mempertimbangkan sudut
kemiringan poros propeller, persyaratan ketebalan bantalan
dudukan mesin (chock past).
D. Peralatan dan Perlengkapan Kapal
Peralatan dan perlengkapan (others miscellanous and
equipment) ini mulai dipasang, seperti peralatan komunikasi,
tiang radar, sistem persenjataan, sistem pemadam kebakaran,
steering gear, sistem pengatur udara (AC) dan ventilasi
mekanik, windlass, rantai jangkar, dan lain – lain.
4.8.8. PENYELESAIAN (FINISHING)
Finishing merupakan proses penyempurnaan kapal yang
sudah di assembling, meliputi :
1. Pendempulan hull, deck, floor, dan sekat – sekat.
2. Pengecatan pada bagian kapal, seperti interior maupun
eksterior kapal, yang memerlukan pengecatan.
3. Pemasangan perlengkapan interior, seperti akomodasi, kursi -
kursi, dan lain – lain.
4. Pemasangan perlengkapan keselamatan, seperti Life Boat atau
rescue boat, Life Raft, Life Buoy, Life Jacket, perlengkapan
pemadam kebakaran, dan lain – lain.
60
5. Pemasangan perlengkapan navigasi dan nautika.
Gambar 4.10 Proses Finishing
61
A. Peluncuran (Launching)
Setelah kapal selesai diassembling, maka tahapan
selanjutnya adalah peluncuran kapal (ship launching). Kapal –
kapal yang terbuat dari bahan fiber biasanya memiliki ukuran
dimensi panjang kapal di bawah 30 m sehingga perhitungan
peluncuran kapal tidak serumit kapal baja.
Metode peluncuran kapal dibedakan atas :
1. Metode peluncuran membujur (end launching).
2. Metode peluncuran melintang (side launching).
3. Metode peluncuran dengan pengapungan (floating
launching).
B. Pengujian (Function Test)
Selanjutnya, sebelum diserahkan kepada pihak pemilik
kapal (owner), kapal yang telah dibangun tersebut perlu
mengalami proses pengujian antara lain :
1 Function Test, yaitu pengujian untuk menilai apakah seluruh
perlengkapan dan permesinan kapal yang terpasang di
kapal dapat berfungsi dengan baik
2 Inclining Test, yaitu pengujian untuk memperoleh
karakteristik stabilitas aktual kapal setelah dibangun.
Stabilitas hasil inclining test ini yang dipergunakan sebagai
data stabilitas akhir kapal tersebut.
3 Dock Trial, yaitu pengoperasian kapal dan seluruh
perlengkapannya di dalam areal dok antara lain :
a. Mesin penggerak kapal dan mesin bantu.
b. Sistem air minum dan sanitary.
c. Pompa - pompa dan perlengkapan kamar mesin lainnya
d. Kemudi dan mesin kemudi.
e. Panel dan lampu penerangan – navigasi dan komunikasi.
4 Sea trial, yaitu pengujian berlayar sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh sertifikasi kelaikan pelayaran. Pengujian
ini meliputi antara lain :
62
a. Pengujian kecepatan kapal serta daya dan putaran
mesin induk kapal pada berbagai kondisi, antara lain 1/4, 2/4,
3/4, 4/4, dan 110 % MCR.
b. Pengujian cikar kiri dan cikar kanan.
c. Percobaan maju, mundur, dan crash stop.
d. Pengujian fungsi operasional perlengkapan keselamatan,
jangkar, dan lain - lain.
e. Percobaan ketahanan berlayar minimum 4 jam dan
displacement 80 % pada pengukuran pemakaian bahan
bakar.
f. Percobaan olah gerak kapal (manuvering test).
g. Percobaan gerakan kemudi pada kecepatan rendah.
h. Pengukuran getaran dan kebisingan kapal.
4.9. PERKEMBANGAN PRODUKSI KAPAL PATROLI JENIS NAVIGASI
DARI BAHAN FIBERGLASS PADA TIAP TAHUNNYA
4.9.1. Project kerja TH. 2004
Kapal Patroli
1. Kontrak kerja sama dengan PT. Samba Krida untuk
pembuatan kapal patroli dengan type Camar 07 untuk polisi
air Kalimantan.
2. Kontrak kerja sama dengan Dinas Imigrasi Jayapura untuk
pembuatan kapal patroli setempat.
3. Kontrak kerja sama dengan Dinas kelautan dan perikanan
Serang Karang Hantu untuk pembuatan kapal inspeksi type
Bima dengan panjang 6 M.
4.9.2. Project Kerja TH. 2005
Kapal Patroli :
1. Kontrak kerja sama dengan suku Dinas Perikanan dan
Kelautan Kab. Administrasi Kep. Seribu Prov. DKI Jakarta
untuk pengadaan kapal Monitoring Kerusakan Terumbu
Karang.
63
2. Kontrak dengan PT. Samba Krida untuk pembuatan 5 unit
kapal patroli yang berukuran 7 M dengan type Camar sebagai
Kapal Patroli Polisi Air di Kalimantan.
3. Kontrak dengan kantor Dinas Imigrasi Jayapura untuk
pembuatan kapal patroli setempat.
4. Kontrak dengan Badan Narkotika Nasional untuk pembuatan
kapal patroli dengan panjang 12 M.
4.9.3. Project Kerja Tahun 2007
Kapal Patroli
1. Kontrak kerja sama dengan TNI AD untuk pengdaan 2 unit
kapal patroli dengan panjang 10 M dan 12 M.
4.9.4. Project Kerja Tahun 2008
Kapal Patroli :
1. Kontrak kerja sama dengan BASARNAS, untuk pengadaan
Rescue Boat panjang 36 M pada kantor SAR BIAK.
2. Kerja sama dengan KPLP, untuk pengadaan 4 unit kapal
Patroli dengan panjang 28 M.
4.9.5. Project Kerja Tahun 2009
Kapal Patroli :
1. Kontrak kerja sama dengan PT. Mitsubishi Chemical, untuk
pengadaan 1 unit kapal pengawasan dengan panjang 7,7 M
2. Kontrak kerja sama dengan DEPSOS RI, untuk pengadaan
20 unit perahu penyelamat FRP.
3. Kontrak kerja sama dengan Badan Wakaf, untuk pengadaan
1 unit kapal pengawasan Lagun.
64
4.9.6. Project Kerja Tahun 2010
Kapal Patroli :
1. Kontrak kerja sama dengan Direktorat Navigasi DEPHUB RI,
untuk pengadaan Inspection Boat dengan panjang 30 M.
2. Kontrak kerja sama dengan BASARNAS, untuk pengadaan
2 unit Rescue Boat dengan panjang 36 M .
Gambar 4.12 Pembangunan Kapal Navigasi 30 M
65
Gambar 4.13. Pembangunan Kapal Navigasi 30 M
4.9.7. Usaha Peningkatan Produksi Kapal Patroli Jenis Navigasi
Setelah melihat perkembangan produksi kapal patroli jenis
navigasi pada tiap tahunnya di PT. Carita Boat Indonesia ( CBI )
maka usaha-usaha untuk meningkatkan produksi kapal patroli jenis
navigasi adalah sebagai berikut:
1. Menambah jam kerja pada setiap harinya dalam melakukan
pekerjaan
2. Menambah jumlah tenaga kerja yang disesuaikan dengan setiap
kali pekerjaan proses produksi.
3. Lebih memperhatikan material-material yang diperlukan supaya
tiba dengan tepat waktu.
66
4. Setelah material-material tiba dengan tepat waktu harus
disesuaikan menurut material-material yang dibutuhkan pada
setiap kali proses produksi
5. Semua material yang dipakai di kapal harus mempunyai kualitas
yang disyaratkan dan bebas dari cacat atau rusak.
6. Guna menjaga keterjaminan kualitas material, maka galangan
harus menyediakan inventory system yang memadai.
7. Menambah dan memperbaiki peralatan, perlengkapan untuk
menunjang setiap kali proses produksi kapal-kapal patroli jenis
navigasi.
8. Galangan harus mempunyai fasilitas dan peralatan yang layak
untuk membangun kapal
9. Membuat grafik mengenai perkembangan peningkatan produksi
kapal-kapal patroli jenis navigasi pada tiap tahunnya.
10. Untuk menjamin mutu hasil kerja khususnya dalam pengadaan
material, material handling dan pembangunan, Galangan harus
memeliki standard prosedur dan sitem kontrol mutu produksi
yang memadai.
11. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dengan menambah
upah tenaga kerja pada setiap kali proses produksi yang ada di
12. Memperluas area galangan apabila tidak mendukung dalam
proses produksi kapal-kapal patroli jenis navigasi.
4.10. Metodologi Pembangunan Kapal Navigasi 30 M
Metode Pembangunan ini dibuat sebagai petunjuk awal untuk
pembangunan Kapal Navigasi 30 m. Metode pembangunan ini
dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan gambaran mengenai cara
Pembangunan Kapal Navigasi 30 m pesanan Departemen Perhubungan
Direktorat Jendral Perhubungan Laut Direktorat Kenavigasian, dengan
mempertimbangkan factor-faktor seperti : lokasi kerja, fasilitas bengkel
yang ada serta pertimbangan-pertimbangan lainnya sehingga diperoleh
gambaran bagaimana kapal tersebut harus dibangun.
1 Unit inspecton boat (Kapal Pengamat Perambuan) yang terbuat
dari fiberglass renforced plastic (FRP) yang dilengkapi dengan mesin
67
penggerak utama 2 (dua) Unit, system propulsi menggunakan 2 (dua) unit
kemudi, berikut perlengkapan radio dan navigasi sera keselamatan kapal.
Design standard ini adalah Modem high Speed Semi Displacement.
Kapal mempunyai single chined hull dengan V- Bottom dan built spray
beams. Special propeller tunnels dipasang untuk meningkatkan efisiensi
propeller dan mengurangi tingkat getaran kebisingan.
Kapal yang dimaksud telah dirancang untuk memenuhi peraturan
klasifikasi Indonesia dan peraturan-peraturan terkait lainnya yang mulai
diberlakukan pada saat proses awal laminasi.
Kapal yang dimaksud didesain, dibangun, diperlengkapi peralatan,
di uji coba/ test dan diserahkan kepada pemilik oleh galangan sesuai
dengan peraturan klasifikasi Indonesia dan peraturan-peraturan lain yang
diberlakukan oleh pemerrintah Indonesia.
Seluruh material, perlengkapan dan peralatan kapal ini memilki
standar marine use sebagaimana yang berlaku pada standar
pembangunan kapal yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.
Sistem dan prosedur pembangunan kapal FRP ini disesuaikan
dengan rul dan Regulasi BKI Volume terbaru.
Galangan bertanggung jawab atas kinerja kapal, pemenuhan
persyaratan, perlengkapan peralatan kapal, dan pengoprasian kapal sesuai
dengan tujuan dan penggunaannya.
A. Tipe Kapal
inspecton boat dengan konstruksi fiberglass renforced plastic
(FRP) yang di desain, dihitung dan dibangun berdasarkan peraturan
klasifikasi Indonesia yang mengacu pada peraturan IMO.
B. Daerah Pelayaran Kapal dibuat dan dirancang secara maksimal untuk dapat
melaksanakan tugas dan funsinya pada daerah: perairan dalam,
dangkal dan sungai serata mampu berlayar pada kondisi tinggi
gelombang 3 meter yang dibuktikan dengan perhitungan.
4.10.1. Beberapa pertimbangan dalam membuat “Metode
Pembangunan ini adalah :
1. Memperhatikan kondisi-kondisi yang langsung berhubungan
dengan kapal yang akan dibangun yaitu : ukuran utama kapal,
68
tipe kapal, tingkat kesulitan pembangunan, penggunaan material
khusus, penggunaan cat khusus dan spesifikasi-spesifikasi
teknis khusus lainnya bila ada.
2. Kondisi-kondisi yang telah ditetapkan pada kapal yang akan
dibangun, yaitu periode dan lama waktu pembangunan, nama
pemilik kapal, bendera kapal dan badan sertifikasi.
3. Kondisi lingkungan dari galangan, yaitu : kondisi geografis,
lokasi lay-out, ukuran kapasitas galangan, fasilitas galangan,
building berth dan kapasitas angkat crane.
4. Berbagai potensi dari galangan yaitu (tingkat kemampuan
penguasaan desain, tingkat kemampuan penguasaan
ketrampilan pekerja, tingkat penguasaan teknologi yang
digunakan, tingkat kemampuan perencanaan dan pengendalian
dan kemampuan dalam mobilisasi personil.tenaga kerja).
5. Kondisi-kondisi yang berpengaruh di sekitar galangan, yaitu :
penggunaan equipment material import dan seberapa mudah
untuk memperoleh pengadaannya dan kerjasama serta
dukungan dari perusahaan-perusahaan pendukung/pemasok
dan sebagainya.
4.10.2. Ukuran Utama Kapal
Ukuran utama Kapal Navigasi 30 m pesanan Departemen
Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Laut Direktorat
KENAVIGASIAN adalah sebagai berikut :
Panjang Keseluruhan : 30.00 m
Lebar Kapal Maksimum : 6.20 m
Tinggi Geladak tengah kapal : 3.35 m
Sarat Air Sesuai Desain : 1.20 m
Mesin Penggerak : 2 (dua) Unit Marine Diesel Engine
Propulsi : Fixed Pitch Propeller
Kecepatan minimum : 19.00 knots
ABK : 12 orang
Jarak jelajah Kapal : 1500 Nm
69
4.10.3. Tempat Pembangunan
Tempat pembangunan Kapal Navigasi 30 m akan
dilaksanakan di Area Bengkel dan Assembly PT. CARITA BOAT
INDONESIA (CBI) dengan sistim pembangunan disesuaikan
dengan diagram alir dari proses pembangunan kapal sebagai
berikut :
4.10.4. Metode Pembangunan
Metode Pembangunan Kapal Navigasi 30 m akan
dilaksanakan dalam 2 (dua) proses pokok yaitu :
A. Proses pembangunan konstuksi lambung, dan
B. Proses outfitting.
1. Proses Pembangunan Konstruksi Lambung
Konstruksi lambung kapal akan dibangun di Bengkel
Fabrikasi dan Bengkel Assembly Hall PT. CARITA BOAT
INDONESIA yang telah ditetapkan, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Persiapan
Galangan kapal yang akan dipakai pada proses produksi
ini adalah galangan kami yang ada di Bojonegara-
Serang Banten. Adapun persiapan-persiapan yang
diperlukan antara lain :
1) Building set up, disini akan direncanakan posisi
kapal di Galangan.
2) Material set up, dimana akan dipersiapkan posisi
gudang material selama proses produksi berlansung.
3) Tools set up, berupa peralatan yang dibutuhkan
selama proses produksi.
b. Proses Produksi
Tahapan dalam pelaksanaan proses produksi:
1) Wooden Plug
Pada pembangunan kapal FRP langkah pertama
adalah dengan membuat bentuk hull dari kapal.
Dalam istilah perkapalan proses ini kita sebut
sebagai wooden plug atau master dari cetakan
70
(Moulding). Proses ini diawali dengan membuat
bentuk frame – frame dari belakang (buritan), tengah
kapal (midship section) sampai dengan bagian depan
kapal (haluan) yang didasarkan pada ukuran dari
design kapal. Semua material yang digunakan dalam
proses ini adalah berupa kayu papan dan kayu ring.
Wooden plug sangat mempengaruhi terhadap
kualitas kehalusan permukaan kapal, sehingga pada
proses ini dilakukan pekerjaan penghalusan secara
seksama, mulai dari dempul, ampelas baik manual
maupun elektrik.
2) FRP Moulding
Proses ini merupakan kelanjutan dari wooden plug.
Proses pekerjaannya berupa pembuatan cetakan
dari kapal (moulding) yang semuanya terbuat dari
bahan Fiberglass Reinforce Plastic (FRP) dan
dilakukan bertahap lapis demi lapis. Lapisan pertama
yaitu gelcoat yang merupakan campuran dari resin,
katalis, pigment, HDK, kobalt. Kemudian dilanjutkan
dengan kombinasi antara lapisan chopped strand
mat (CSM) 300 dan 450, Woven Roving 600 serta
lapisan Kevlar pada bagian Bottom sebatas garis air.
Setelah diperoleh ketebalan tertentu maka FRP
moulding dilepaskan dari wooden plug. Proses ini
berlaku pada bagian kapal yaitu :
a) Mould Hull.
b) Mould Deck (tanpa Kevlar).
c) Mould Superstructure (tanpa Kevlar).
Pada moulding kemudian dibuat body kapal
sesungguhnya dengan menggunakan bahan FRP
Fiberglass Reinforce Plastic (FRP) dan dilakukan
bertahap lapis demi lapis hingga diperoleh
ketebalan tertentu yang sesuai dengan peraturan
71
standarisasi pembangunan kapal FRP di
Indonesia dalam hal ini adalah Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI). Adapun susunan lapisannya
yaitu gelcoat, chopped strand mat (CSM) 300 dan
450, Woven Roving 600 yang di kombinasi sesuai
peraturan yang berlaku. Hull, deck maupun
superstructure diperkuat dengan membuat tulang
(frame) baik secara melintang (transverse)
maupun memanjang (longitudinal) dan lantai
kapal akan dilapisi kayu dari jenis kayu tahan
cuaca, sehingga akan diperoleh kekuatan kapal
yang nantinya kapal tersebut laik laut.
3). Join Hull, Deck & Superstructure
Assembly (penggabungan) dilakukan terlebih dahulu
antara hull kapal dan deck. Kemudian antara deck
dan bangunan atas kapal (superstructure). Pada tiap
bagian sambungan di beri screw dan lem dan
dihaluskan sampai bentuk surface atau permukaan
kelihatan menyatu.
2. Proses Outfitting.
Secara umum proses Outfitting akan dikerjakan
menjadi dua sistim pekerjaan.
a. On Block Sytem
Material atau sistim akan melekat di block tersebut, ini
dimaksudkan bila material tersebut mengalami kesulitan
untuk dipasang bila block sudah jadi.
b. On Board System
Material/sistim akan dipasang setelah block jadi, proses
ini lebih banyak digunakan dalam proses pembangunan
dan pemasangan outfitting.
Dalam pemasangan outfitting secara umum meliputi :
Instalasi mesin dan listrik secara umum telah di
sesuaikan dengan ketentuan-ketentuan serta syarat-
72
syarat yang ada di (BKI dan pabrikan) dan harus
bermutu baik
Mesin, peralatan kelistrikan dan perlengkapannya
dari jenis Marine use, mempunyai layanan purna jual,
bersertifikat dan seuai untuk digunakan di laut dan layak
untuk pengoprasian di daerah tropis.
Perencanaan kamar mesin telah dirancang
sedemikian rupa sehingga mempunyai tempat yang
leluasa untuk memudahkan pemeliharaan. Perlindungan
dan penyanggah di pasang pada bagian-bagian
komponen mesin yang berputar seperti poros baling-
baling, roda gigi/fly wheel dan sebagainya.
Kebutuhan listrik di supply oleh generator set yang
cukup untuk memenuhi system listrik kapal. Untuk
keperluan navigasi dan komunikasi) dan emergency
light, kapal harus dilengkapi dengan transfomator (AC-
DC) dan mampu menyediakan arus DC 24 Volt.
Untuk kondisi emergency seluruh kebutuhan listrik
NAVKOM (khususnya komunikasi) dan emergency light,
kapal wajib disediakan battery 200AH dengan di dukung
system re-charging 60A dengan waktu pengisian paling
lama 3 jam saat battery habis.
Kapal ini harus dilengkapi dengan emergency
Generator Set yang akan digunakan apabila kapal
berlabuh di Dermaga atau tempat-tempat tertentu yang
tidak memiliki fasilitas yang memadai.
1) Mesin Penggerak / Mesin Induk
Meisn Induk menggunakkkan Marine Diesel Engine,
dengan spesifikasi sebagai tersebut :
Jumlah mesin utama : 2 (dua) unit
Merk : MAN
Model : D2848 LE 403
Jumlah Cylinder : 8
Convigurasi : 900
73
Bahan Bakar : Disesel fule /solar
Konsumsi bahan bakar : 162 Liter/jam
Daya : 800 HP, 2300 RPM
Tipe : Marine Diesel Engine
Sistem pendingin : Tertutup
Sistem start : Electric
Mesin tersebut dilengkapi dengan marine Gear box
dengan ratio yang di sesuaikan dengan buku-buku
petunjuk operasional dan pemeliharaan, serta standar
spare part sesuai dengan regulasi yang ditetapkan.
a) Sistem Propulsi
Propulsi baling-baling dan baling-baling
Sistem propulsi yang digunakan adakah Long Shaft.
Dimana tenaga mesin induk dihubungkan melaui
gear box menuju shaft propeller dan stern tube yang
menggerakkan baling-baling.
Shaft Propeller ditumpu oleh 2 (dua) bantlan karet
yang menyatu dengan bracket dari baja dengan
sistem pelumas air laut dan dibuat sistem pelumas
air laut dan dibuat sitem pengedap agar air laut dan
dibuat sstem pengedap agar laut tidak masuk ke
dalam kamar mesin.
Shaft Propeller : Bahan yang digunakan
stainless steel (AISI 316),
dimensi ukuran ditentukan
sesuai dengan peraturan
klasifikasi.
Propeller : 2 (dua) buah type Fixed
Pitch Propeller, 4 daun yang
terbuat dari nickel
Alumunium-Bronze.
Propeller Cadangan : Propeeller di sediakan
cadangan masing-masing 1
unit (PS danSB)
74
Pekerjaan engine installation berupa pembuatan
dudukan engine (engine mounting), pemasangan
engine, pemasangan shaft propeller, pemasangan
propeller, pemasangan kemudi dan instalasi kemudi .
Pada dudukan mesin diperkuat dengan membuat
frame-frame ukuran tertentu sehingga akan meredam
getaran engine (engine vibration). Shaft dan propeller
dipasang pada kemiringan tertentu sehingga akan
diperolah kekuatan atau daya dorong yang efektif.
Kemudi (rudder) dipasang tepat dibelakang propeller
yang dihubungkan secara hydraulic dengan stir yang
ada di ruang kabin.
2) Instalasi Peralatan Kelistrikan
Sumber listrik berasal dari Generator. Generator
menyuplai sumber listrik untuk start engine, lampu
penerangan, lampu navigasi, pompa-pompa dan alat
listrik lain. Pemasangan lampu navigasi mengikuti
peraturan yang berlaku pada dunia maritime,
sedangkan lampu penerangan dipasang menurut
perencanaan. Generator di setting menyuplai seluruh
kebutuhan listrik di kapal.
3) Instalasi Interior dan Peralatan lain
Interior yang dimaksud adalah furniture sesuai spek,
peralatan makan dan peralatan dapur, serta tempat
tidur.
4.10.5. Penyelesaian
Merupakan pemasangan accessories yang ada di kapal.
Selain itu berupa pengecatan pada kapal. Pengecatan pada kapal
dibagi pada 2 bagian yaitu bottom dan top side. Pada bottom terdiri
dari cat primer dan cat anti fouling yang anti terhadap binatang dan
tumbuhan laut sedangkan pada topside terdiri dari cat primer dan
cat finish yang warnanya sesuai dengan keinginan owner dan
ketentuan yang berlaku.
75
4.10.6. Uji Labuh
Pada uji labuh berupa tes pada peralatan – perlatan yang
terpasang di kapal, seperti peralatan navigasi dan komunikasi,
pompa-pompa dan peralatan lain di dalam kapal.
4.10.7. Peluncuran
Proses peluncuran (launching) dilaksanakan setelah proses
pekerjaan lambung kapal (hull) sudah selesai dilaksanakan. Untuk
mempermudah proses ini di galangan akan disediakan rel
peluncuran dan sepatu peluncur. Pelaksanaan peluncuran akan
dilaksanakan secara memanjang.
4.10.8. Pekerjaan Terapung
Apabila ada pekerjaan hull, deck dan interior belum
terselesaikan di galangan maka pekerjaan tersebut akan dilanjutkan
ketika kapal sudah berada di atas air. Kemudian apabila semua
item – item dalam kapal sudah terpasang maka akan dilanjutkan
dengan pengetesan di atas garis air, yaitu berupa :
A. Main engine fixing and main engine bearing fixing Yang berupa
pengecekan kinerja mesin induk, RPM, heating engine.
B. Inclining test
Merupakan pengujian kestabilan dari kapal. Pengujian ini
dilakukan apabila semua peralatan kapal sudah terpasang di
dalam kapal. Uji kemiringan kapal (inclining test) dilakukan untuk
mengetahui berat dan titi kapal. Pelaksanan ujui kemiringan
kapal (inclininhg test) akan disaksikan olh pemilik kapal/
pengawas pemabangunan kapal, las dan instansi yang
berwenang. Dalam pelaksanaan uji kemiringan kapal,
diusahakan seminimal mungkin adanya barang-barang yang
tidak menjadi bagian dari kapal. Hasil uji kemiringan akan
terdokumentasi dengan lengkap dan akurat serta merupakan
bagain dari dokumentsai kapal.
C. Final Checking
Sebelum akan dilakukan sea trial, kapan akan di adakan
pemerikasaan akhir yang dilakukan oleh pihak galangan
76
bersama-sama dengan pengawas pembangunan kapal/ pemilik
kapal dan pemeriksaan akhir lambung kapal bagian luar.
D. Sea trial
Adalah pengujian berupa kecepatan kapal, maneuvering dan
fungsi peralatan komunikasi navigasi.
4.10.9 Training/ Familiarisasi
A. Training/familiarisasi diberikan kepada pihak owner ketika
semua peralatan sudah lengkap dan berfungsi dengan baik.
Training ini berupa pengenalan dari semua peralatan yang ada
di kapal. Familiarisasi akan dilakukan kurang lebih 30 (tiga
puluh) hari.
B. Penyerahan Kapal
Setelah selesai pembangunan kapal dan hasil uji coba kapal
berhasil dalam kondisi laik laut lengkap dengan disertai seluruh
dokumen legal dan teknis, kapal harus diserahkan oleh
galangan kepada pemilik dermaga Distrik Navigasi di mana
serah terima kapal dilaksanakan.