bab4

42
35 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. SEJARAH PERUSAHAAN Dimulai dengan hobi membuat kapal fiberglass untuk nelayan dan wisata, PT. Carita Boat Indonesia sejak ahun 2004 resmi memluai kegiatan usaha secara komersial. Berkat usaha kerja dan inovasi yang terus-menerus maka PT. Carita Boat Indonesia yang mempunyai karyawan lebih dari 50 orang dan mempunyai kantor, workshop dan galangan yang berlokasi di Desa Margagiri Kex. Bojonegara Serang Banten, Bumi Serpong Damai Sektor III- 2 Tanggerang dan Taman Tekno Blok H.1 No. 03 A Serpong Tanggerang, sampai saat ini telah membuat kapal-kapal fibreglass yang berkualitas tinggi yang terus-menerus berkembang. 4.2. KUNCI SUKSES Dengan mengedepankan kemampuan rancang bangun yang di dukung dengan teknologi informasi dan dukungan sumber daya manusia yang profesional siap membuat pesanan pembuatan kapal fibreglass yag berkualitas tinggi. 4.3. VISI DAN MISI Merancang bangunan kapal-kapal fiberglass dengan konsep yang bik dan benar. Dengan dedikasi yang tinggi. PT. Carita Boat Indonesia bertujuan untuk menjadi pembuat kapal fiberglass yang terbaik di Indonesia.

Upload: bayu-pratama-widhiyasa

Post on 22-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

sssw2radadad

TRANSCRIPT

Page 1: bab4

35

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. SEJARAH PERUSAHAAN

Dimulai dengan hobi membuat kapal fiberglass untuk nelayan dan

wisata, PT. Carita Boat Indonesia sejak ahun 2004 resmi memluai kegiatan

usaha secara komersial.

Berkat usaha kerja dan inovasi yang terus-menerus maka PT.

Carita Boat Indonesia yang mempunyai karyawan lebih dari 50 orang dan

mempunyai kantor, workshop dan galangan yang berlokasi di Desa

Margagiri Kex. Bojonegara Serang Banten, Bumi Serpong Damai Sektor III-

2 Tanggerang dan Taman Tekno Blok H.1 No. 03 A Serpong Tanggerang,

sampai saat ini telah membuat kapal-kapal fibreglass yang berkualitas

tinggi yang terus-menerus berkembang.

4.2. KUNCI SUKSES

Dengan mengedepankan kemampuan rancang bangun yang di

dukung dengan teknologi informasi dan dukungan sumber daya manusia

yang profesional siap membuat pesanan pembuatan kapal fibreglass yag

berkualitas tinggi.

4.3. VISI DAN MISI

Merancang bangunan kapal-kapal fiberglass dengan konsep yang

bik dan benar. Dengan dedikasi yang tinggi. PT. Carita Boat Indonesia

bertujuan untuk menjadi pembuat kapal fiberglass yang terbaik di

Indonesia.

Page 2: bab4

36

4.4. STRUKTUR ORGANISASI

Adapun Sturuktur Organisasi PT. Cari Boat Indonesia dengan

bagan sebagai berikut :

Page 3: bab4

37

4.5. FASILITAS GALANGAN

Galangan PT. Carita Boat Indonesia memilki fasilitas-fasilitas

galangan sebagai berikut :

No Nama Barang Merk Jumlah Ket1 Kabel Rol 11 1 Lama ; 9 baru2 Mesin Polis 13 Spray Gun 44 Mesin Bor Aduk (Blender) BOSCH 1 (WISE)5 Gergaji Tangan 2 2 Rusak6 Water Pass 27 Kunci Pipa 18 Pahat 19 Kepala Aki 210 Mata Bor 16 MM 111 Mata Bor 18.5 MM 112 Mata Bor 4 MM 1413 Mata Bor 6 MM 414 Mata Bor 2 MM 1015 Mata Bor 4 MM 716 Mata Bor 12 MM 117 Mata Bor 8 MM 218 Mata Jig Saw No. 10 219 Mata Beton 10 M 220 SPI 2521 Klem Stainless 2.5” 1222 Klem Stainless 1.5” 123 Klem Stainless ¾” 724 Klem Stainless ½” 525 Mesin Bor BOSCH 126 Mesin Bor MAKITA 127 Mesin Bor MACTEX 128 Mesin Bor Baterai 1 Rusak29 Gerinda BOSCH 130 Gerinda MAKITA 331 Jigsaw 5 2+2(WISE)+1 Rusak32 Circle33 Circle Belanda34 Cutting Whell 14” BOSCH35 Mesin Bor Duduk36 Compresor Diesel37 Compresor Electric (Biru)38 Diesel (kuning)39 Obeng 240 Siku41 Penggaris Besi 1 M42 Penggaris Besi 2 M43 Gun Silent 1

Page 4: bab4

38

44 Martil Palu 245 Tang Rivet 2 1 Rusak46 Kapi Daun 1 Set47 Kapi Gagang 148 Komputer 10 Unit49 Cetakan Kapal dan Boat 30 Unit50 Mesin Press 1 Unit51 Mesin Bubut Mini 1 Unit52 Mesin Las

- Stainless- Biasa

1 Unit

53 Trailer 4 Unit54 Mesin Ploter 1 Unit55 Meja Gambar Besi 1 Unit56 Fork Lift 1 Unit57 Rel Bongkar

Pasang/Peluncuran 30 M1 Unit

58 - Mess Pekerja- Mess Bagian Kepala Kantor

2 Unit

Tabel 4.1. Fasilitas Galangan. PT. Carita Boat Indonesia. (2007). LaporanKerja Praktek. Tanggerang – Banten

Page 5: bab4

39

4.6. LAY OUT GALANGAN

Gambar 4.1. Lay Out Galangan PT.Carita Boat Indonesia

Page 6: bab4

40

4.7. The Constucruction ana Classification of Vessels of Glass Renforced

Plastics, 1972

Fibre Glass Reinforced Plastik.

Pada umumnya, yang dimagsud dengan terminalogi diatas adalah

kombinasi antara polyester dan serabut – serabut gelas dengan 12 /

am.

Kombinasi – kombinasi lain memang ada, misalnya :

- Epoxid + Serabut Gelas

- Polyester + sisol

- Phenal - Serabut Glas

- Dll.

Tetapi Tidak Terlalu Dipakai.

Epoxid + Serabut gelas memang memberikan kekuatan yang diberikan

kombinasi Polyester dan Serabut Gelas. Namun harga pembuatan

EPOXID yang tinggi dan epeksamping yang timbul akibat pengerjaan

menyebkan tersisisihnya kombinasi ini dari “ pasaran “ industry.

Kedua kombinasi lain tidak memberikan kekuatan yang memuaskan.

Perkapalan Pelastik.

Diantara sekian macam pelastik yang dikenal sampai sekian saat ini,

polyester lah satu – satunya yang “Berhasil “ menguasai bidang

perkapalan.

Sebabnya adalah :

- Sipat-sipat yang dipunyainya (kekuatan , Pemuaian, DLL)

- Pembuatan ytang lebih Murah ( Dibanding Dengan Epoxid)

- Pengerjaan yang lebih gampang dan tidak berbahaya.

- DLL.

4.7.1. Bahan baku.

Bahan yang langsung merupakan bagian langsung dari kapal yang

kita akan buat.

Bahan baku ini adalah :

a. Polyester

b. Serabut Glas

c. Aktipator

d. Katalisator

Page 7: bab4

41

e. Setabilisator

f. Bahan Peguat

g. Bahan- Bahan tambahan lainya

a. Polyester.

Sebagai bahan baku kita megenal polyester sebagai satu

cairan kental, berwarna agak kekuning – kunigan, bening,

berbau ………

(kusus polyester).

Bahan baku ini dihasilkan dari hasil kimia antara asam – asam

dikarbon degan alcohol – alcohol yang mempunyai hubungan

double.

- COOH

- CCOH + HO – CH

2– CH

2 – OH + HOOC – CH = - CH - COOH

Asam Phtal + Athandiol + Asam Malsin

Athylenglykol

- CH = CH2

Bhan Kimia yang Terjadi ini, Degan adanya Hubungan Double

Antara Atom – atom C ini, mempunyai sifat “ Berroaksi

Sendiri “. Reaksi ini akan lebih gampang bila diberi Aktivator.

Reaksi sendiri : - Waktu Tidak Terentu

- Tidak Merata

- Bergetah ( Kelebring)

Untuk Menghindari Dan menguragi perreaksian sendiri ini,

penyimpanan bahan ini memerlukan kondisi- kondisi tertentu,

antara lain :

- Dalam tempat Yang kedap Cuaca

- Temperature 15o

- Tidak kena langsung sinar matahari

- Penyimpanan jagan terlalu lama (6 Bulan)

- Tidak Sama-sama Degan Aktipator

Setelah mebekunya, polyester merupakan benda padat

bening transparent dwnagan warna ke-kuningaan, denan sifat

sbb :

Page 8: bab4

42

- Berat jenis 1,2 …. 1,27 g/cm

- Penyerapan air 0,5 …. 4,5 %

- Penyusukan waktu membeku 7 …. 8 %

- Pemuaian hampir 0 %

- Tensile strength 450 ….800 Kp/cm

- Bonding strength 700 ….1200 “

- E-Modul 24.000 ‘’

(lihat Juga Sipat- sipat umum pelastik (+) Dan (-)

Selain sifat-sifat terdebut di atas, masih ada sifat- sifat lain -

untuk bahan baku yang masih cair tadi, al :

- Bisa dikombinasikan degan bahan – bahan Peguat (

serabut gelas )

- Bisa dikombinasikan degan bahan – bahan Anty

Tranparant

- Bisa dikombinasikan degan bahan – bahan anty api

- Bisa dikombinasikan degan bahan – bahan racun –

racun tertentu

- DLL.

Teknologi Pegerjaanya pun Bisa bermacam – macam, kita

sebutkan saja al. :

- Pegerjaan degan tangan ( Handauflegeverfahren)

- Pegerjaan degan system vakum (vakuumverf)

- Pegerjaan degan system penyemprotan

( Spritzverfahren )

- Pegerjaan Degan Sistem Tekan ( Preberpurhren )

- Pegecoran ( giebverfahren )

dan beberapa lagi system – system pegerjaan lainya.

Tentang pegerjaan ini untuk sementara kita tidak singing

dahulu, dan akan di bicarakan pada jam yang lain.

b. Serabut Glas .

Pemakaianya akibat kekuatan yang tidak mencukupi dari

polyester I ada beberapa…….., untuyk polyester kita sebutkan

satu saja, E-Glas Yakni benag-benang yang dicampur dengan

sytem tertentu dengan serabut glas.

Page 9: bab4

43

Benag- benang degan 5 …… 20 nm , ( E-Glas 5 - 12 : A-

Glas 13 - 20 nm)

Sebagai bahan Perbandingan :

No A St 38 E-Glas A-Glas

1 Berat Jenis (g/ cm3) 7,8 2,5 2,5

2 Tensile strength

(kp/cm2)

3800 27…..300000 9000

3 E-Modul ( kp/ cm2) 2,1.106 0,73.106 0,6.106

Tabel 4.2 bahan Perbandingan The Constucruction ana Classification of

Vessels of Glass Renforced Plastics, 1972

Dari kekuatan serabut-serabut glas inilah sebernya tergantung

kekuatan yang diharapkan. Jadi baik polyester maupun

serabut glas ini sama pentingnya.

Serabut gelas ini bisa kita jumpai dalam beberapa bentuk :

- Roving : benang - benang tidak teranyam, panjang

tidak terbatas

- Matte : benang – benag Tidak teranyam, panjang ca. 4-

5 cm, direkat satu sama lain dalam aturan yang

tidak tertentu. Kita mengenal :

- Matte 300 (g/mg)

- Matte 450 (g/mg)

- Matte 600 (g/mg)

- Gewebe : Benang – benang dengan panjang tidak

terbatas, dianyam dengan sistem tertentu

Dari sitem anyaman kita kenal :

- Anyaman atlng

- Anyaman Koper

- Anyaman sillang Dll.

Sehari – hari kita mengenal antara lain :

- Gewebe 450 (g/mg)

- Gewebe 600 (g/mg)

- Gewebe 900 (g/mg)

Page 10: bab4

44

Pengunaan bahan penguat ini sangat mempegaruhi kekuatan

dari bagian bangunan yang dibuat.

Kalau polyester yang telah membeku masih merupakan suatu

benda yang isotrop dan hohogen, maka dengan pengunaan

serabut gelas , bagian bangunan yang jadi tidak lagi iromogen

dan isotrop.

Penyimpanan : Dalam ruangan kering (kelembaban 70 % )

c. Aktivator : Perokid, cairan degan warna coklat tua, ........2 %

Bersama – sama dengan kalisator bahaya

ledakan.

d. Katalisator : Cyklohexanonpaste, putih......tergantung

waktu,......2% nembutakan :

e. Setabilisator : Karena warna cepat berubah, dibutuhkan

setabilisator untuk melawan cahaya UV.

Juga bisa dikeruk dan disikat kembali

( schleifmaschine ).

f. Bahan penguat : Kayu, Baja ( Nichtrostastashal !)

g. Bahan Tambahan Lainya

- Pigment ( Bahan Pemberi Warna)

- Racun

- Anty Transparant

-Thixotropiemittel (dinding tegak)

4.7.2. Bahan Penolong.

Bahan- bahan yang digunakan, baik sebagai alat maupun sebagai

bahan yang nantinya tidak merupakan bagian dari barang yang

dibuat.

Bahan penolong :

- styrol

- Methylen, Acetan

- Alat- alat kerja :

Alat/ tempat

- Alat Aduk

- Alat Timbang

- Alat Kerja

Page 11: bab4

45

- Alat Potong

- Alat Pembersih Dll.

- Trennaittel.

a. Styrol

Styrol = phenylathylen, cairan tak berwarna, didapatkan dari

reaksi antara Azhaylen Dan Benzol.

RUMUS Kimia : C6 H5 CH = CH2

penting, bila polyester terlalu kental untuk

mencairkannya.hilang nanti sebagai uap styrol

suatu proses pembekuan terjadi. Bisa berakibat

bagi para karyawan ( Penyakit Kulit)

b. Methylen chloride/ azlton/ alkohol.

Untuk membersihkan alat-alat yang langsung berhubungan

dengan polyester bisa dipergunakan alkohol methylalkohol

atau methylenchlorid.

Dari segi harga dan bahaya kebakaran dipergunakan

mothylen, cairan tidak berwarna, degan rumus kimia CH3OH,

lebih sukar terbakar di banding degan alkohol. Dibuat dari

Co dan H2, tidak boleh diminum ( Kematian ) bisa

menyebkan kebutaan..

c. Cetakan .

Karena bahan baku adalah cairan, diperlukan cetakan dibuat

dua macam cetakan :

- Cetakan yang dibuat untuk membuat cetakan yang

sebenarnya.

- Cetakan sebenarnya untuk membuat barang yang

diinginkan.

Sebagai bahan untuk membuatcetakan ini :

- Kayu

- Gips

- Pelastik

- Semen

- Atau apa saja yang memberikan bentukl dan mutu yang

diiginkan.

Page 12: bab4

46

Cetakan harus :

- Mempunyai permukaan yang halus

- Memperhatikan cara kerja

- Memudahkan pelapisan dari barang.

Cetakan tidak perlu dibuat dari satu satuan yang tidak bisa di

ceraikan.

Pembuatannya memerlukan kepandayan tersendiri. Cetakan

harus :

- Bersudut tidak lancip

- Licin

- Tidak berlobang – lobang

- Memudahkan pelepasan.

Page 13: bab4

47

4.8 PROSES PRODUKSI KAPAL FIBERGLASS REINFORCE PLASTIC

Untuk memproduksi kapal FRP, langkah awal yang perlu

diperhatikan dalam proses produksi adalah mempersiapkan cetakan (mold)

yang akan digunakan ubtuk membangun kapal. Proses produksi pada

kapal FRP berbeda bila dibandingkan dengan proses produksi kapal baja.

Proses produksi kapal FRP tidak memerlukan proses fabrikasi yang rumit

layaknya kapal baja, seprti weldin, assembly, cutting, tetapi cukup dengan

menggunkan cetakan saja untuk membentuk frame dari kapal yang akan di

produksi.

4.8.1. Pembentukan Pulg

Dari data ukuran utama kapal yang telah diterapkan

sebelumnya, akan dibentuk plug dari kapal yang akan dibangun

berdasarkan desain gading dan bentuk pada gambar kapal.

Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membangun

frame-frame yang berfungsi untuk membentuk bangunan kapal.

Bisanya untuk frame dan kerangkanya digunakan kayu namun

bagian luarnya stelah terbentuk frame, akan dilapisi dengan kayu

lapis atau triplek sehingga menutupi seluruh permukaan dari rangka

gading yang sudah terbentuk sebelumnya.

Material yang digunakan untuk membuat plug adalah

material kayu. Sebelum plug dibuat, harus dibuat terlebih dahulu

pondasi untuk plug sehingga dapat beridiri dengan kokoh selama

proses pembentukan. Biasanya lamanya waktu yang dibutuhkan

dalam proses pembentukan plug sekitar 1- 2 minggu

Page 14: bab4

48

Gambar 4.2. Pembentukan Plug

4.8.2. Pembentukan Mold

Setelah menyelesaikan proses pembentukan plug, kegiatan

proses produksi berikutnya adalah membentuk cetakan (mold) yang

akan digunakan untuk memproduksi bangunan kapal. Mold dibentuk

sesuai dengan bentuk dari plug yang telah diproduksi sebelumnya.

Material yang akan digunakan untuk memproduksi mold adalah

material FRP. Lapisan fiber glass dan resin itu disusun pada bagian

base line berada di atas deckline berada di bawah dimaksudkan

untuk mempermudah proses laminasi. Tebal lapisan FRP yang

dibentuk untuk memproduksi mold hanya sekitar 5 mm yang

tersusun dari CSM dan woven Roving. Antara lapisan luar plug dan

lapisan pertama dari mold yang akan dicetak, diberi wax untuk

mempermudah proses dari pelepasan plug.

Pada tahap awal pembentukan cetakan, yang akan dicetak

pertama kali adalah male molding, yang pada umumnya terbentuk

dari material kayu, melalui cetakan ini didapatkan garis besar

Page 15: bab4

49

bentuk dari bangunan kapal yang diproduksi. Cetakan yang terbuat

dari kayu ini lebih dikenal dengan nam psidow.

Gading-gading yang dibentuk adalah dari rangka kapal yang

akan diproduksi. Untuk mendapatkan desain yang sesuai dengn

bnetuk kapal, maka bagian dalam dari gading-gading kayu ini

disambungkan dengan cara melapisi bagian dalam rangka dengan

menggunakan papan kayu yang berfungsi sebgai tempat untuk

melapiskan fiberglass sehingga dapat dibentuk female molding.

Pada umunya, kerangka ini kan diberi penahan sehingga dapat

berdiri dengan baik selama proses pembentukan female molding.

Material yang digunakan untuk membentuk female mold adalah

fiberglass dan resin. Untuk proses pembentukan plug dperlukan

waktu biasanya sekitar 1 bulan.

Gambar 4.3. Pembentukan Mold

Page 16: bab4

50

4.8.3. Pembentukan badan kapal

Pada tahap ini, galangan kapal akan membentuk bagian-

bagian dari badan kapal, mulai dari bagian lambung kapal sampai

dengan superstructure. Yang digunakan untuk membuat badan

kapal adalah mold yang telah diproduksi sebelumnya, yang

kemudian dipisahkan dari plug. Mold yang telah diproduksi akan

dilapisi. Mold yang telah diproduksi akan dilapisi dengan perpaduan

dari material fiberglass dan resin pada bagian dalam dari mold.

Pada dasarnya, bentuk badan kapal yang akan diproduksi akan

sesuai dengan bentuk plug yang pada tahap pertama sudah

diproduksi.

Gambar 4.4. Pembentukan Badan Kapal

Page 17: bab4

51

Lapisan pertama yang akan diberikan adalah wax yang

befungsi untuk memudahkan proses pelepasan badan kapal yang

akan diproduksi dari mold. Proses ini dikenal dengan polishing.

Tahap ini merupakan langkah pertama yang dilakukan pada saat

cetakan telah selesai dibuat, dimana tujuan dari proses ini adalah

untuk memudahkan kapal untuk dilepas dari cetakan pada saat

proses pembuatan kapal selesai nanti.

Gambar 4.5. Wax Untuk Memudahkan Proses Pelepasan Badan Kapal

Pada tahap polishing ini menggunakan material Mirror dan

PVA dengan jumlah yang telah ditentukan, serta perlengkapan

berupa kain majun. Caranya dengan melapisi cetakan dengan

cairan mirror dan kemudian mengelap permukaan tersebut

sebanyak dua kali hingga kering. Proses ini dilakukan berulang -

ulang sebanyak 5 -- 6 kali pada penggunaan cetakan lama dan

sepuluh kali pada cetakan baru.

Page 18: bab4

52

Gambar 4.6. Proses Polishing Pada Moulding

Setelah diberi lapisan wax, akan dilakukan porses pelapisan

menggunakan material gel coat yang berfungsi untuk memberikan

bentuk yang maksimal pada lapisan luar kapal. Selain itu, gel coat

memiliki sifat ketahanan terhadap korosi dan reaksi kimia sehingga

berfungsi juga sebagai lapisan pelindung dari badan kapal. Pada

umunya, material gel coat diberikan pewarna yaitu pigmen sehingga

nilai estetika dari badan kapal yang diproduksi lebih baik, walaupun

pada tahap akhir, lapisan terluar kapal akan diberikan cat. Proses ini

lebih dikenal dengan gel coating

Proses ini merupakan proses pembuatan lapisan terluar

pada lambung kapal. Perbandingan bahan untuk adonan gel coat

adalah resin : aerosil = 40 : 1, kemudian adonan tersebut dapat

dicampur dengan pigmen dengan perbandingan adonan : pigmen =

7 : 1. Adonan yang akan menghasilkan permukaaan yang

mengkilap ini, kemudian diaplikasikan pada mold dan didiamkan

hingga benar - benar kering dan melekat, yakni selama kurang lebih

12 – 24 jam, tergantung kondisi suhu dan cuaca.

Page 19: bab4

53

Gambar 4.7. Proses Gel Coating Pada Lambung Kapal

Setelah dilapisi dengan gel coat, maka lapisan berikutnya

yang akan digunakan adalah material Steaple Mat. Perpaduan dari

gel coat dan Steaple mat inilah yang disebut dengan skin coat.

Material Steaple Mat yang digunakan untuk membentuk bangunan

kapal ini adalah Mat yang berukuran 300 dan 450 gram/m2.

Tahapan berikutnya pada produksi badan kapal adalah

proses laminasi dari material utama penyusun kapal FRP, yaitu

fiberglass dan resin. Yang dimaksud dengan laminasi adalah

pelapisan secara berturut - turut dari fiberglass reinforcements yang

diisi atau diresapi dengan resin sebelum kering atau lapisan

Page 20: bab4

54

sebelumnya menjadi keras, sedangkan pengecoran hanya sebagai

istilah di lapangan.

Sebelum melaksanakan laminasi, perlu kiranya langkah -

langkah persiapan yang meliputi persiapan sebelum laminasi

dilakukan dan langkah proses laminasi dilakukan. Hal ini sangat

penting karena proses reaksi dan resin mempunyai batasan waktu

dan apabila melebihi waktu tersebut maka resin akan tidak

berfungsi atau menggumpal.

Untuk perbandingan antara material fiberglass tipe Chopped

Strand Mat dengan resin adalah 3 : 7 berdasarkan perbandingan

berat untuk kadar glass 30 %. Sedangkan, untuk perbandiangan

antara material woven roving dengan resin adalah 1 : 1 berdasarkan

perbandingan berat untuk kadar glass 50 %.

4.8.4. Proses produksi badan kapal dengan proses laminasi yang

digunakan terbagi atas 2 metode yaitu :

A. Hand Lay-Up.

Sistem laminasi dengan metode ini, sudah banyak

digunakan pada galangan kapal FRP di indonesia. Posesnya

dengan meletakkan lapisan fiberglass, kemudian dilapisi oleh

material resin. Proses pelapisan ini seharusnya menggunakan

tangan, ditambah dengan bantuan berupa alat tekan yang

berbentuk roll yang berfungsi untuk menyatukan material

fiberglass dan resin sehingga resin dapat menyerap ke dalam

lapisan fiberglass dengan maksimal. Apabila resin dapat

menyerap ke dalam lapisan fiberglass dengan maksimal, maka

proses curing dapat berjalan dengan baik dan hasil akhir dari

proses laminasi yang didapatkan juga maksimal.

Kemudian setelah dilapisi dengan material resin.

Dilakukan proses pelapisan lagi dengan material fiberglass.

Material fiberglass. Material fiberglass yang digunakan untuk

pembuatan bangunan kapal fiberglass adalah Steaple Mat dan

Page 21: bab4

55

Woven Roving. Kekurangan dari pada metode ini adalah

hasilnya yang tidak maksimal. Penyatuan dari susunan antara

fiberglass dan resin pada badan kapal yang dibentuk. Hal ini

dikarenakan penggunaan alat untuk menyatukan material

fiberglass dan resin hanya menggunakan rol sehingga tekanan

yang didapatkan tidak maksimal juga tidak merata diseluruh

bagian badan kapal.

Penyatuan fiberglass dan resin yang tidak maksimal juga

tidak merata menimbulkan kemungkinan terdapatnya ruang

yang berisi udara yang mengakibatkan berkurangnya nilai

kekuatan tarik dari kapal.

Proses pelapisan material fiberglass dan resin akan terus

dilakukan hingga mendapat ketebalan yang diinginkan dan

disesuaikan dengan karakteristik kapal yang akan diproduksi.

Proses ini sering digunakan karena pengerjaannya yang mudah

dan tidak memerlukan peralatan mahal, walaupun diperlukan

waktu produksi badan kapal yang lebih lama.

B. Vacuum Bagging

Pembentukan badan kapal dengan proses metode

vacuum baggging, diawali dengan metode hand lay-up. Pada

metode vacum bagging, sebelum fiberglass dan resin

mengalami proses curing, female mold dan lapisan pembentuk

badan kapal yang telah disusun (fiberglass dan resin) dibungkus

dengan vacum bag. Udara dalam vacum bag akan disedot

keluar sehingga udara di luar akan menekan ke seluruh lapisan

dari material penyusun badan kapal dengan kekuatan yang

besar. Hal ini tentunya dapat mempercepat terjadinya proses

polimerisasi. Selain itu, tekanan yang dihasilkan juga besar

sehingga penyatuan antara material fiberglass dan resin

mempunyai hasil yang lebih maksimal.

Hasil yang didapatkan melalui metode ini sangat

memuaskan. Hasil laminasi yang terbentuk pada badan kapal

sangat padat dan lebih kuat bila dibandingkan dengan metode

hand lay-up. Pada metode ini, resin yang diperlukan juga lebih

Page 22: bab4

56

sedikit kadarnya sehingga presentasi kadar glassnya lebih besar

dan mempengaruhi kekuatan kapal secara keseluruhan.

Selain itu, kelebihan dari metode ini adalah hasil

laminasinya memiliki sifat mekanis yang lebih baik bila

dibandingkan dengan proses laminasi lainnya dengan ketebalan

yang sama. Dengan metode ini, berat kapal dapat dikurangi

sehingga dapat meningkatkan efisiesnsi.

4.8.5. Release

Release merupakan proses pemisahan kapal dari cetakan

menggunakan bantuan dua buah crane, di mana hull maupun deck

di lepas secara perlahan-lahan untuk memasuki proses assembling,

Hull kapal dipisahkan dari female mould, sedangkan deck

superstructure kapal dipisahkan dari male mould.

Gambar 4.8. Proses Release Lambung Kapal

Page 23: bab4

57

Gambar 4.9. Proses Release Bangunan Atas Kapal

4.8.6. Proses Penyatuan Badan Kapal (Fabriksai/Assembling)

Bagian lambung kapal yang telah dilepaskan dari female

mold akan dirangkai atau disatukan dengan deck superstructure

dari male mold sehingga terbentuk sebuah bangunan kapal fiber.

Proses assembling merupakan proses penyatuan antara hull dan

supersturcture, dimana bagian sherr (bagian tepian body kapal)

pada kedua bagian tersebut di laminasi menggunakan material mat

450 dengan lebar kurang lebih 20 cm sebanyak 3 lapis. Kemudian

sambungan diantara kedua bagian tersebut akan diberi fender, yang

merupakan lapisan karet yang berfungsi menguatkan sambungan

antara body kapal dan superstructure, sekaligus sebagai penahan

benturan kapal dan dermaga.

Proses Assembling juga dilkukan pada floor, di mana floor

atau pan dipasang pada girder yang tingginya telah ditentukan.

Page 24: bab4

58

Untuk memastikan permukaan lantai yang rata, digunakan

waterpass untuk mengukur kerataan permukaan lantai kapal.

Proses assembling antara hull dan superstructure dilakukan

dengan bantuan crane dengan cara mengikat kedua bagian

tersebut dengan laminasi dan kemudian diberi fender

Bagian-bagian sheer dari Superstructure dan hull disatukan dengan teknik laminasi menggunkan matt450 ukuran 20 cm sebanyak 3 lapis

Gambar 4.10. Assembling Antara Hull dan Superstucture.

4.8.7. OUTFITTING DAN INSTALLATION

Setelah proses assembling selesai dilakukan, maka tahapan

berikutnya adalah outfitting dan installation peralatan dan

perlengkapan kapal, diantaranya :

A. Sistem Perpipaan Kapal

Peralatan dalam sistem perpipaan terdiri dari pipa, katup

(valve), flen, filter, fitting, pompa, dan lain - lain.

B. Sistem Listrik dan Navigasi

Jaringan listrik dan panel - panelnya mulai dipasang.

Instalasi peralatan dan perlengkapan navigasi mengikuti

Page 25: bab4

59

panduan teknisi dari pabrik pembuat (supplier), serta

dilaksanakan setelah instalasi blok rumah kemudi dan

sebagaian interiornya. Penetrasi kabel – kabel yang menembus

sekat dibuat rapi dan kedap.

C. Mesin Induk dan Generator

Instalasi mesin induk dan generator dapat dilaksanakan

setelah proses assembling selesai dilakukan. Apabila perkiraan

kedatangan permesinan tersebut memerlukan waktu lama

sehingga melebihi jadual peluncuran, maka instalasi permesinan

tersebut dilaksanakan setelah peluncuran kapal (floating

condition), dan setelah melalui prosedur pengujian, seperti

pengujian di pabrik pembuat (manufacturer shop test).

Penyetelan mesin induk ini dengan mempertimbangkan sudut

kemiringan poros propeller, persyaratan ketebalan bantalan

dudukan mesin (chock past).

D. Peralatan dan Perlengkapan Kapal

Peralatan dan perlengkapan (others miscellanous and

equipment) ini mulai dipasang, seperti peralatan komunikasi,

tiang radar, sistem persenjataan, sistem pemadam kebakaran,

steering gear, sistem pengatur udara (AC) dan ventilasi

mekanik, windlass, rantai jangkar, dan lain – lain.

4.8.8. PENYELESAIAN (FINISHING)

Finishing merupakan proses penyempurnaan kapal yang

sudah di assembling, meliputi :

1. Pendempulan hull, deck, floor, dan sekat – sekat.

2. Pengecatan pada bagian kapal, seperti interior maupun

eksterior kapal, yang memerlukan pengecatan.

3. Pemasangan perlengkapan interior, seperti akomodasi, kursi -

kursi, dan lain – lain.

4. Pemasangan perlengkapan keselamatan, seperti Life Boat atau

rescue boat, Life Raft, Life Buoy, Life Jacket, perlengkapan

pemadam kebakaran, dan lain – lain.

Page 26: bab4

60

5. Pemasangan perlengkapan navigasi dan nautika.

Gambar 4.10 Proses Finishing

Page 27: bab4

61

A. Peluncuran (Launching)

Setelah kapal selesai diassembling, maka tahapan

selanjutnya adalah peluncuran kapal (ship launching). Kapal –

kapal yang terbuat dari bahan fiber biasanya memiliki ukuran

dimensi panjang kapal di bawah 30 m sehingga perhitungan

peluncuran kapal tidak serumit kapal baja.

Metode peluncuran kapal dibedakan atas :

1. Metode peluncuran membujur (end launching).

2. Metode peluncuran melintang (side launching).

3. Metode peluncuran dengan pengapungan (floating

launching).

B. Pengujian (Function Test)

Selanjutnya, sebelum diserahkan kepada pihak pemilik

kapal (owner), kapal yang telah dibangun tersebut perlu

mengalami proses pengujian antara lain :

1 Function Test, yaitu pengujian untuk menilai apakah seluruh

perlengkapan dan permesinan kapal yang terpasang di

kapal dapat berfungsi dengan baik

2 Inclining Test, yaitu pengujian untuk memperoleh

karakteristik stabilitas aktual kapal setelah dibangun.

Stabilitas hasil inclining test ini yang dipergunakan sebagai

data stabilitas akhir kapal tersebut.

3 Dock Trial, yaitu pengoperasian kapal dan seluruh

perlengkapannya di dalam areal dok antara lain :

a. Mesin penggerak kapal dan mesin bantu.

b. Sistem air minum dan sanitary.

c. Pompa - pompa dan perlengkapan kamar mesin lainnya

d. Kemudi dan mesin kemudi.

e. Panel dan lampu penerangan – navigasi dan komunikasi.

4 Sea trial, yaitu pengujian berlayar sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh sertifikasi kelaikan pelayaran. Pengujian

ini meliputi antara lain :

Page 28: bab4

62

a. Pengujian kecepatan kapal serta daya dan putaran

mesin induk kapal pada berbagai kondisi, antara lain 1/4, 2/4,

3/4, 4/4, dan 110 % MCR.

b. Pengujian cikar kiri dan cikar kanan.

c. Percobaan maju, mundur, dan crash stop.

d. Pengujian fungsi operasional perlengkapan keselamatan,

jangkar, dan lain - lain.

e. Percobaan ketahanan berlayar minimum 4 jam dan

displacement 80 % pada pengukuran pemakaian bahan

bakar.

f. Percobaan olah gerak kapal (manuvering test).

g. Percobaan gerakan kemudi pada kecepatan rendah.

h. Pengukuran getaran dan kebisingan kapal.

4.9. PERKEMBANGAN PRODUKSI KAPAL PATROLI JENIS NAVIGASI

DARI BAHAN FIBERGLASS PADA TIAP TAHUNNYA

4.9.1. Project kerja TH. 2004

Kapal Patroli

1. Kontrak kerja sama dengan PT. Samba Krida untuk

pembuatan kapal patroli dengan type Camar 07 untuk polisi

air Kalimantan.

2. Kontrak kerja sama dengan Dinas Imigrasi Jayapura untuk

pembuatan kapal patroli setempat.

3. Kontrak kerja sama dengan Dinas kelautan dan perikanan

Serang Karang Hantu untuk pembuatan kapal inspeksi type

Bima dengan panjang 6 M.

4.9.2. Project Kerja TH. 2005

Kapal Patroli :

1. Kontrak kerja sama dengan suku Dinas Perikanan dan

Kelautan Kab. Administrasi Kep. Seribu Prov. DKI Jakarta

untuk pengadaan kapal Monitoring Kerusakan Terumbu

Karang.

Page 29: bab4

63

2. Kontrak dengan PT. Samba Krida untuk pembuatan 5 unit

kapal patroli yang berukuran 7 M dengan type Camar sebagai

Kapal Patroli Polisi Air di Kalimantan.

3. Kontrak dengan kantor Dinas Imigrasi Jayapura untuk

pembuatan kapal patroli setempat.

4. Kontrak dengan Badan Narkotika Nasional untuk pembuatan

kapal patroli dengan panjang 12 M.

4.9.3. Project Kerja Tahun 2007

Kapal Patroli

1. Kontrak kerja sama dengan TNI AD untuk pengdaan 2 unit

kapal patroli dengan panjang 10 M dan 12 M.

4.9.4. Project Kerja Tahun 2008

Kapal Patroli :

1. Kontrak kerja sama dengan BASARNAS, untuk pengadaan

Rescue Boat panjang 36 M pada kantor SAR BIAK.

2. Kerja sama dengan KPLP, untuk pengadaan 4 unit kapal

Patroli dengan panjang 28 M.

4.9.5. Project Kerja Tahun 2009

Kapal Patroli :

1. Kontrak kerja sama dengan PT. Mitsubishi Chemical, untuk

pengadaan 1 unit kapal pengawasan dengan panjang 7,7 M

2. Kontrak kerja sama dengan DEPSOS RI, untuk pengadaan

20 unit perahu penyelamat FRP.

3. Kontrak kerja sama dengan Badan Wakaf, untuk pengadaan

1 unit kapal pengawasan Lagun.

Page 30: bab4

64

4.9.6. Project Kerja Tahun 2010

Kapal Patroli :

1. Kontrak kerja sama dengan Direktorat Navigasi DEPHUB RI,

untuk pengadaan Inspection Boat dengan panjang 30 M.

2. Kontrak kerja sama dengan BASARNAS, untuk pengadaan

2 unit Rescue Boat dengan panjang 36 M .

Gambar 4.12 Pembangunan Kapal Navigasi 30 M

Page 31: bab4

65

Gambar 4.13. Pembangunan Kapal Navigasi 30 M

4.9.7. Usaha Peningkatan Produksi Kapal Patroli Jenis Navigasi

Setelah melihat perkembangan produksi kapal patroli jenis

navigasi pada tiap tahunnya di PT. Carita Boat Indonesia ( CBI )

maka usaha-usaha untuk meningkatkan produksi kapal patroli jenis

navigasi adalah sebagai berikut:

1. Menambah jam kerja pada setiap harinya dalam melakukan

pekerjaan

2. Menambah jumlah tenaga kerja yang disesuaikan dengan setiap

kali pekerjaan proses produksi.

3. Lebih memperhatikan material-material yang diperlukan supaya

tiba dengan tepat waktu.

Page 32: bab4

66

4. Setelah material-material tiba dengan tepat waktu harus

disesuaikan menurut material-material yang dibutuhkan pada

setiap kali proses produksi

5. Semua material yang dipakai di kapal harus mempunyai kualitas

yang disyaratkan dan bebas dari cacat atau rusak.

6. Guna menjaga keterjaminan kualitas material, maka galangan

harus menyediakan inventory system yang memadai.

7. Menambah dan memperbaiki peralatan, perlengkapan untuk

menunjang setiap kali proses produksi kapal-kapal patroli jenis

navigasi.

8. Galangan harus mempunyai fasilitas dan peralatan yang layak

untuk membangun kapal

9. Membuat grafik mengenai perkembangan peningkatan produksi

kapal-kapal patroli jenis navigasi pada tiap tahunnya.

10. Untuk menjamin mutu hasil kerja khususnya dalam pengadaan

material, material handling dan pembangunan, Galangan harus

memeliki standard prosedur dan sitem kontrol mutu produksi

yang memadai.

11. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dengan menambah

upah tenaga kerja pada setiap kali proses produksi yang ada di

12. Memperluas area galangan apabila tidak mendukung dalam

proses produksi kapal-kapal patroli jenis navigasi.

4.10. Metodologi Pembangunan Kapal Navigasi 30 M

Metode Pembangunan ini dibuat sebagai petunjuk awal untuk

pembangunan Kapal Navigasi 30 m. Metode pembangunan ini

dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan gambaran mengenai cara

Pembangunan Kapal Navigasi 30 m pesanan Departemen Perhubungan

Direktorat Jendral Perhubungan Laut Direktorat Kenavigasian, dengan

mempertimbangkan factor-faktor seperti : lokasi kerja, fasilitas bengkel

yang ada serta pertimbangan-pertimbangan lainnya sehingga diperoleh

gambaran bagaimana kapal tersebut harus dibangun.

1 Unit inspecton boat (Kapal Pengamat Perambuan) yang terbuat

dari fiberglass renforced plastic (FRP) yang dilengkapi dengan mesin

Page 33: bab4

67

penggerak utama 2 (dua) Unit, system propulsi menggunakan 2 (dua) unit

kemudi, berikut perlengkapan radio dan navigasi sera keselamatan kapal.

Design standard ini adalah Modem high Speed Semi Displacement.

Kapal mempunyai single chined hull dengan V- Bottom dan built spray

beams. Special propeller tunnels dipasang untuk meningkatkan efisiensi

propeller dan mengurangi tingkat getaran kebisingan.

Kapal yang dimaksud telah dirancang untuk memenuhi peraturan

klasifikasi Indonesia dan peraturan-peraturan terkait lainnya yang mulai

diberlakukan pada saat proses awal laminasi.

Kapal yang dimaksud didesain, dibangun, diperlengkapi peralatan,

di uji coba/ test dan diserahkan kepada pemilik oleh galangan sesuai

dengan peraturan klasifikasi Indonesia dan peraturan-peraturan lain yang

diberlakukan oleh pemerrintah Indonesia.

Seluruh material, perlengkapan dan peralatan kapal ini memilki

standar marine use sebagaimana yang berlaku pada standar

pembangunan kapal yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.

Sistem dan prosedur pembangunan kapal FRP ini disesuaikan

dengan rul dan Regulasi BKI Volume terbaru.

Galangan bertanggung jawab atas kinerja kapal, pemenuhan

persyaratan, perlengkapan peralatan kapal, dan pengoprasian kapal sesuai

dengan tujuan dan penggunaannya.

A. Tipe Kapal

inspecton boat dengan konstruksi fiberglass renforced plastic

(FRP) yang di desain, dihitung dan dibangun berdasarkan peraturan

klasifikasi Indonesia yang mengacu pada peraturan IMO.

B. Daerah Pelayaran Kapal dibuat dan dirancang secara maksimal untuk dapat

melaksanakan tugas dan funsinya pada daerah: perairan dalam,

dangkal dan sungai serata mampu berlayar pada kondisi tinggi

gelombang 3 meter yang dibuktikan dengan perhitungan.

4.10.1. Beberapa pertimbangan dalam membuat “Metode

Pembangunan ini adalah :

1. Memperhatikan kondisi-kondisi yang langsung berhubungan

dengan kapal yang akan dibangun yaitu : ukuran utama kapal,

Page 34: bab4

68

tipe kapal, tingkat kesulitan pembangunan, penggunaan material

khusus, penggunaan cat khusus dan spesifikasi-spesifikasi

teknis khusus lainnya bila ada.

2. Kondisi-kondisi yang telah ditetapkan pada kapal yang akan

dibangun, yaitu periode dan lama waktu pembangunan, nama

pemilik kapal, bendera kapal dan badan sertifikasi.

3. Kondisi lingkungan dari galangan, yaitu : kondisi geografis,

lokasi lay-out, ukuran kapasitas galangan, fasilitas galangan,

building berth dan kapasitas angkat crane.

4. Berbagai potensi dari galangan yaitu (tingkat kemampuan

penguasaan desain, tingkat kemampuan penguasaan

ketrampilan pekerja, tingkat penguasaan teknologi yang

digunakan, tingkat kemampuan perencanaan dan pengendalian

dan kemampuan dalam mobilisasi personil.tenaga kerja).

5. Kondisi-kondisi yang berpengaruh di sekitar galangan, yaitu :

penggunaan equipment material import dan seberapa mudah

untuk memperoleh pengadaannya dan kerjasama serta

dukungan dari perusahaan-perusahaan pendukung/pemasok

dan sebagainya.

4.10.2. Ukuran Utama Kapal

Ukuran utama Kapal Navigasi 30 m pesanan Departemen

Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Laut Direktorat

KENAVIGASIAN adalah sebagai berikut :

Panjang Keseluruhan : 30.00 m

Lebar Kapal Maksimum : 6.20 m

Tinggi Geladak tengah kapal : 3.35 m

Sarat Air Sesuai Desain : 1.20 m

Mesin Penggerak : 2 (dua) Unit Marine Diesel Engine

Propulsi : Fixed Pitch Propeller

Kecepatan minimum : 19.00 knots

ABK : 12 orang

Jarak jelajah Kapal : 1500 Nm

Page 35: bab4

69

4.10.3. Tempat Pembangunan

Tempat pembangunan Kapal Navigasi 30 m akan

dilaksanakan di Area Bengkel dan Assembly PT. CARITA BOAT

INDONESIA (CBI) dengan sistim pembangunan disesuaikan

dengan diagram alir dari proses pembangunan kapal sebagai

berikut :

4.10.4. Metode Pembangunan

Metode Pembangunan Kapal Navigasi 30 m akan

dilaksanakan dalam 2 (dua) proses pokok yaitu :

A. Proses pembangunan konstuksi lambung, dan

B. Proses outfitting.

1. Proses Pembangunan Konstruksi Lambung

Konstruksi lambung kapal akan dibangun di Bengkel

Fabrikasi dan Bengkel Assembly Hall PT. CARITA BOAT

INDONESIA yang telah ditetapkan, dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Persiapan

Galangan kapal yang akan dipakai pada proses produksi

ini adalah galangan kami yang ada di Bojonegara-

Serang Banten. Adapun persiapan-persiapan yang

diperlukan antara lain :

1) Building set up, disini akan direncanakan posisi

kapal di Galangan.

2) Material set up, dimana akan dipersiapkan posisi

gudang material selama proses produksi berlansung.

3) Tools set up, berupa peralatan yang dibutuhkan

selama proses produksi.

b. Proses Produksi

Tahapan dalam pelaksanaan proses produksi:

1) Wooden Plug

Pada pembangunan kapal FRP langkah pertama

adalah dengan membuat bentuk hull dari kapal.

Dalam istilah perkapalan proses ini kita sebut

sebagai wooden plug atau master dari cetakan

Page 36: bab4

70

(Moulding). Proses ini diawali dengan membuat

bentuk frame – frame dari belakang (buritan), tengah

kapal (midship section) sampai dengan bagian depan

kapal (haluan) yang didasarkan pada ukuran dari

design kapal. Semua material yang digunakan dalam

proses ini adalah berupa kayu papan dan kayu ring.

Wooden plug sangat mempengaruhi terhadap

kualitas kehalusan permukaan kapal, sehingga pada

proses ini dilakukan pekerjaan penghalusan secara

seksama, mulai dari dempul, ampelas baik manual

maupun elektrik.

2) FRP Moulding

Proses ini merupakan kelanjutan dari wooden plug.

Proses pekerjaannya berupa pembuatan cetakan

dari kapal (moulding) yang semuanya terbuat dari

bahan Fiberglass Reinforce Plastic (FRP) dan

dilakukan bertahap lapis demi lapis. Lapisan pertama

yaitu gelcoat yang merupakan campuran dari resin,

katalis, pigment, HDK, kobalt. Kemudian dilanjutkan

dengan kombinasi antara lapisan chopped strand

mat (CSM) 300 dan 450, Woven Roving 600 serta

lapisan Kevlar pada bagian Bottom sebatas garis air.

Setelah diperoleh ketebalan tertentu maka FRP

moulding dilepaskan dari wooden plug. Proses ini

berlaku pada bagian kapal yaitu :

a) Mould Hull.

b) Mould Deck (tanpa Kevlar).

c) Mould Superstructure (tanpa Kevlar).

Pada moulding kemudian dibuat body kapal

sesungguhnya dengan menggunakan bahan FRP

Fiberglass Reinforce Plastic (FRP) dan dilakukan

bertahap lapis demi lapis hingga diperoleh

ketebalan tertentu yang sesuai dengan peraturan

Page 37: bab4

71

standarisasi pembangunan kapal FRP di

Indonesia dalam hal ini adalah Biro Klasifikasi

Indonesia (BKI). Adapun susunan lapisannya

yaitu gelcoat, chopped strand mat (CSM) 300 dan

450, Woven Roving 600 yang di kombinasi sesuai

peraturan yang berlaku. Hull, deck maupun

superstructure diperkuat dengan membuat tulang

(frame) baik secara melintang (transverse)

maupun memanjang (longitudinal) dan lantai

kapal akan dilapisi kayu dari jenis kayu tahan

cuaca, sehingga akan diperoleh kekuatan kapal

yang nantinya kapal tersebut laik laut.

3). Join Hull, Deck & Superstructure

Assembly (penggabungan) dilakukan terlebih dahulu

antara hull kapal dan deck. Kemudian antara deck

dan bangunan atas kapal (superstructure). Pada tiap

bagian sambungan di beri screw dan lem dan

dihaluskan sampai bentuk surface atau permukaan

kelihatan menyatu.

2. Proses Outfitting.

Secara umum proses Outfitting akan dikerjakan

menjadi dua sistim pekerjaan.

a. On Block Sytem

Material atau sistim akan melekat di block tersebut, ini

dimaksudkan bila material tersebut mengalami kesulitan

untuk dipasang bila block sudah jadi.

b. On Board System

Material/sistim akan dipasang setelah block jadi, proses

ini lebih banyak digunakan dalam proses pembangunan

dan pemasangan outfitting.

Dalam pemasangan outfitting secara umum meliputi :

Instalasi mesin dan listrik secara umum telah di

sesuaikan dengan ketentuan-ketentuan serta syarat-

Page 38: bab4

72

syarat yang ada di (BKI dan pabrikan) dan harus

bermutu baik

Mesin, peralatan kelistrikan dan perlengkapannya

dari jenis Marine use, mempunyai layanan purna jual,

bersertifikat dan seuai untuk digunakan di laut dan layak

untuk pengoprasian di daerah tropis.

Perencanaan kamar mesin telah dirancang

sedemikian rupa sehingga mempunyai tempat yang

leluasa untuk memudahkan pemeliharaan. Perlindungan

dan penyanggah di pasang pada bagian-bagian

komponen mesin yang berputar seperti poros baling-

baling, roda gigi/fly wheel dan sebagainya.

Kebutuhan listrik di supply oleh generator set yang

cukup untuk memenuhi system listrik kapal. Untuk

keperluan navigasi dan komunikasi) dan emergency

light, kapal harus dilengkapi dengan transfomator (AC-

DC) dan mampu menyediakan arus DC 24 Volt.

Untuk kondisi emergency seluruh kebutuhan listrik

NAVKOM (khususnya komunikasi) dan emergency light,

kapal wajib disediakan battery 200AH dengan di dukung

system re-charging 60A dengan waktu pengisian paling

lama 3 jam saat battery habis.

Kapal ini harus dilengkapi dengan emergency

Generator Set yang akan digunakan apabila kapal

berlabuh di Dermaga atau tempat-tempat tertentu yang

tidak memiliki fasilitas yang memadai.

1) Mesin Penggerak / Mesin Induk

Meisn Induk menggunakkkan Marine Diesel Engine,

dengan spesifikasi sebagai tersebut :

Jumlah mesin utama : 2 (dua) unit

Merk : MAN

Model : D2848 LE 403

Jumlah Cylinder : 8

Convigurasi : 900

Page 39: bab4

73

Bahan Bakar : Disesel fule /solar

Konsumsi bahan bakar : 162 Liter/jam

Daya : 800 HP, 2300 RPM

Tipe : Marine Diesel Engine

Sistem pendingin : Tertutup

Sistem start : Electric

Mesin tersebut dilengkapi dengan marine Gear box

dengan ratio yang di sesuaikan dengan buku-buku

petunjuk operasional dan pemeliharaan, serta standar

spare part sesuai dengan regulasi yang ditetapkan.

a) Sistem Propulsi

Propulsi baling-baling dan baling-baling

Sistem propulsi yang digunakan adakah Long Shaft.

Dimana tenaga mesin induk dihubungkan melaui

gear box menuju shaft propeller dan stern tube yang

menggerakkan baling-baling.

Shaft Propeller ditumpu oleh 2 (dua) bantlan karet

yang menyatu dengan bracket dari baja dengan

sistem pelumas air laut dan dibuat sistem pelumas

air laut dan dibuat sitem pengedap agar air laut dan

dibuat sstem pengedap agar laut tidak masuk ke

dalam kamar mesin.

Shaft Propeller : Bahan yang digunakan

stainless steel (AISI 316),

dimensi ukuran ditentukan

sesuai dengan peraturan

klasifikasi.

Propeller : 2 (dua) buah type Fixed

Pitch Propeller, 4 daun yang

terbuat dari nickel

Alumunium-Bronze.

Propeller Cadangan : Propeeller di sediakan

cadangan masing-masing 1

unit (PS danSB)

Page 40: bab4

74

Pekerjaan engine installation berupa pembuatan

dudukan engine (engine mounting), pemasangan

engine, pemasangan shaft propeller, pemasangan

propeller, pemasangan kemudi dan instalasi kemudi .

Pada dudukan mesin diperkuat dengan membuat

frame-frame ukuran tertentu sehingga akan meredam

getaran engine (engine vibration). Shaft dan propeller

dipasang pada kemiringan tertentu sehingga akan

diperolah kekuatan atau daya dorong yang efektif.

Kemudi (rudder) dipasang tepat dibelakang propeller

yang dihubungkan secara hydraulic dengan stir yang

ada di ruang kabin.

2) Instalasi Peralatan Kelistrikan

Sumber listrik berasal dari Generator. Generator

menyuplai sumber listrik untuk start engine, lampu

penerangan, lampu navigasi, pompa-pompa dan alat

listrik lain. Pemasangan lampu navigasi mengikuti

peraturan yang berlaku pada dunia maritime,

sedangkan lampu penerangan dipasang menurut

perencanaan. Generator di setting menyuplai seluruh

kebutuhan listrik di kapal.

3) Instalasi Interior dan Peralatan lain

Interior yang dimaksud adalah furniture sesuai spek,

peralatan makan dan peralatan dapur, serta tempat

tidur.

4.10.5. Penyelesaian

Merupakan pemasangan accessories yang ada di kapal.

Selain itu berupa pengecatan pada kapal. Pengecatan pada kapal

dibagi pada 2 bagian yaitu bottom dan top side. Pada bottom terdiri

dari cat primer dan cat anti fouling yang anti terhadap binatang dan

tumbuhan laut sedangkan pada topside terdiri dari cat primer dan

cat finish yang warnanya sesuai dengan keinginan owner dan

ketentuan yang berlaku.

Page 41: bab4

75

4.10.6. Uji Labuh

Pada uji labuh berupa tes pada peralatan – perlatan yang

terpasang di kapal, seperti peralatan navigasi dan komunikasi,

pompa-pompa dan peralatan lain di dalam kapal.

4.10.7. Peluncuran

Proses peluncuran (launching) dilaksanakan setelah proses

pekerjaan lambung kapal (hull) sudah selesai dilaksanakan. Untuk

mempermudah proses ini di galangan akan disediakan rel

peluncuran dan sepatu peluncur. Pelaksanaan peluncuran akan

dilaksanakan secara memanjang.

4.10.8. Pekerjaan Terapung

Apabila ada pekerjaan hull, deck dan interior belum

terselesaikan di galangan maka pekerjaan tersebut akan dilanjutkan

ketika kapal sudah berada di atas air. Kemudian apabila semua

item – item dalam kapal sudah terpasang maka akan dilanjutkan

dengan pengetesan di atas garis air, yaitu berupa :

A. Main engine fixing and main engine bearing fixing Yang berupa

pengecekan kinerja mesin induk, RPM, heating engine.

B. Inclining test

Merupakan pengujian kestabilan dari kapal. Pengujian ini

dilakukan apabila semua peralatan kapal sudah terpasang di

dalam kapal. Uji kemiringan kapal (inclining test) dilakukan untuk

mengetahui berat dan titi kapal. Pelaksanan ujui kemiringan

kapal (inclininhg test) akan disaksikan olh pemilik kapal/

pengawas pemabangunan kapal, las dan instansi yang

berwenang. Dalam pelaksanaan uji kemiringan kapal,

diusahakan seminimal mungkin adanya barang-barang yang

tidak menjadi bagian dari kapal. Hasil uji kemiringan akan

terdokumentasi dengan lengkap dan akurat serta merupakan

bagain dari dokumentsai kapal.

C. Final Checking

Sebelum akan dilakukan sea trial, kapan akan di adakan

pemerikasaan akhir yang dilakukan oleh pihak galangan

Page 42: bab4

76

bersama-sama dengan pengawas pembangunan kapal/ pemilik

kapal dan pemeriksaan akhir lambung kapal bagian luar.

D. Sea trial

Adalah pengujian berupa kecepatan kapal, maneuvering dan

fungsi peralatan komunikasi navigasi.

4.10.9 Training/ Familiarisasi

A. Training/familiarisasi diberikan kepada pihak owner ketika

semua peralatan sudah lengkap dan berfungsi dengan baik.

Training ini berupa pengenalan dari semua peralatan yang ada

di kapal. Familiarisasi akan dilakukan kurang lebih 30 (tiga

puluh) hari.

B. Penyerahan Kapal

Setelah selesai pembangunan kapal dan hasil uji coba kapal

berhasil dalam kondisi laik laut lengkap dengan disertai seluruh

dokumen legal dan teknis, kapal harus diserahkan oleh

galangan kepada pemilik dermaga Distrik Navigasi di mana

serah terima kapal dilaksanakan.