bab01 metpen uc

13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi primer merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara- negara maju dan didaerah perkotaan di negara berkembang. Di dunia penyakit darah tinggi primer diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian (WHO, 2013). Penyakit darah tinggi primer telah menjadi global burden Tahun 2000, dimana penyakit darah tinggi primer menyumbang 12,8% dari seluruh kematian dan 4,4% dari semua kecacatan (Ann, 2007). Hipertensi menimbulkan beban ekonomi yang cukup besar pada rumah tangga dan masyarakat secara keseluruhan di Provinsi Yunnan, Cina (Le et al., 2012). Di Amerika Serikat pada tahun 1998, jumlah pengeluaran perawatan kesehatan pada penyakit darah tinggi primer adalah sebesar $ 108.800.000.000, ini 1

Upload: danususanto

Post on 27-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

metpen

TRANSCRIPT

2

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi primer merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan didaerah perkotaan di negara berkembang. Di dunia penyakit darah tinggi primer diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian (WHO, 2013).Penyakit darah tinggi primer telah menjadi global burden Tahun 2000, dimana penyakit darah tinggi primer menyumbang 12,8% dari seluruh kematian dan 4,4% dari semua kecacatan (Ann, 2007). Hipertensi menimbulkan beban ekonomi yang cukup besar pada rumah tangga dan masyarakat secara keseluruhan di Provinsi Yunnan, Cina (Le et al., 2012).Di Amerika Serikat pada tahun 1998, jumlah pengeluaran perawatan kesehatan pada penyakit darah tinggi primer adalah sebesar $ 108.800.000.000, ini merupakan 12,6% dari total belanja nasional yang dapat dialokasikan untuk diagnosis, termasuk $ 22.800.000.000 untuk penyakit tekanan darah tinggi primer , $ 29.700.000.000 untuk komplikasi penyakit kardiovaskular, dan $ 56.400.000.000 untuk diagnosis lainnya. Pengeluaran per kapita meningkat seiring bertambahnya usia mulai dari $ 249 untuk orang-orang yang lebih muda dari 65 tahun untuk $ 3.007 untuk mereka 85 tahun dan lebih tua Per. Jumlah rata-rata menghabiskan per kondisi hipertensi adalah $ 3.787. Pengeluaran umumnya lebih tinggi bagi perempuan (Hodgson & Cai, 2001).Di Asia Selatan penyakit darah tinggi primer merupakan faktor risiko yang utama terjadinya kematian, sebanyak 1,5 juta jiwa meninggal setiap tahunnya, prevalensi lebih tinggi terjadi pada laki-laki. Angka prevalensi tersebut meningkat di Korea sebesar 19%, di Myanmar sebesar 42% dan di India meningkat dari 5% pada tahun 1960 menjadi 12% pada tahun 1990-an, di Indonesia peningkatan terjadi sebesar 30% pada tahun 2008 (WHO, 2013).Di Indonesia prevalensi penyakit darah tinggi primer berdasarkan pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 %, dengan prevalensi tertinggi di Bangka Belitung 30,9%, Kalsel 30,8%, Kaltim 29,6% dan Jabar 29,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013). Prevalensi penyakit darah tinggi primer di Jawa Timur sebesar 26,2 %. Jumlah penderita penyakit darah tinggi primer di kota Surabaya sebanyak 3 % dari jumlah total 10 penyakit terbanyak pada tahun 2013 (DinKes Kota Surabaya, 2014)Terdapat berbagai macam obat darah tinggi primer diantaranya amlodipine, amlodipin merupakan obat penyakit darah tinggi golongan antagonis kalsium generasi baru yang memiliki selektivitas tinggi dibandingkan obat-obat golongan antagonis kalsium sejenisnya, amlodipine mempunyai lama efek terapeutik dalam waktu 24 jam penuh. Sedangkan Captopril merupakan obat golongan penghambat Angiotensin Converting Enzym (ACE). Dimana Captopril telah lama digunakan sebagai terapi penyakit darah tinggi primer, pemberian terapi captopril dengan dosis 2 kali 25 mg memiliki efektivitas yang lebih baik pada pasien stroke di RSUP Sanglah Denpasar (Wijaya, 2013).Pada penelitian yang dilakukan oleh (Yanfei Wu, 2013), diketahui bahwa amlodipine memberikan kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan ARB, amlodipine lebih hemat biaya terapi bila dibandingkan dengan ARB dalam penatalaksanaan stroke akut dan Infark myocard dan terkait pemulihan jangka panjang (Yanfei Wu, 2013). Pada penelitian lain didapatkan candesartan lebih memberikan manfaat pada QALY dan lebih hemat biaya pada pengobatan penderita penyakit darah tinggi di Swedia (Granstrom et al., 2012). Rincian alokasi anggaran kesehatan pada tahun 2013 terdiri dari APBN sebanyak Rp. 26.981.611.000, APBD Provinsi sebanyak Rp. 1.330.300.000 dan APBD Kabupaten sebesar Rp. 79.750.164.766. %. APBD untuk rumah sakit sebesar Rp. 90.042.511.271,88. Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto juga mendapat Bantuan Luar Negeri (BLN) sebesar Rp. 166.000.000. APBD kesehatan terhadap APBD kab/kota sebesar 10,09 % dari total APBD Kabupaten sebesar Rp. 1.682.544.190.444,17. Anggaran kesehatan kab/kota perkapita adalah 186.792,56 dari total jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto tahun 2014. Perencanaan penganggaran dilakukan secara rutin setiap tahun dengan mengacu kepada kebijakan dan aturan yang berlaku yang disusun secara koordinasi lintas program (Dinkes Kab Mojokerto, 2013)Pada sistem jaminan kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini proporsi anggaran pengadaan obat dialokasikan maksimal sebesar 30% dari biaya perawatan kesehatan, tapi pada kenyataannya konsumsi obat nasional mencapai 40% dari anggaran belanja keseluruhan (Kementrian Kesehatan, 2009). Disini perlunya penerapan Pedoman Kajian Farmakoekonomi untuk menentukan alokasi anggaran dibidang kesehatan dan dapat meningkatkan efektifitas anggaran obat baik ditingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)Jumlah penderita penyakit darah tinggi primer di puskesmas Wates Mojokerto dari tahun 2011 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel. 1.1. Tabel data sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Wates Mojokerto tahun 2011 hingga tahun 2013.NoICD2011ICD2012ICD2013

Jenis Penyakit NJenis PenyakitNJenis PenyakitN

1I 10Penyakit darah tinggi primer 5.744I 10Penyakit darah tinggi primer 6.005I 10Penyakit darah tinggi primer 5.396

2J 00Infeksi akut saluran pernafasan atas5.357J06Nasopharingitis Akuta (Common Cold)4.783J 06Infeksi akut saluran pernafasan atas3.089

3M 79.1Myalgia1.515E 11Kencing manis (DM)1.415J 00Common Cold3.083

4K 29Gastritis1.457M 79.1Mialgia/muscle spasme1.412K 29Gastritis dan duodenitis1.452

5K 05Penyakit Gusi dan periodental1.366J02Pharingitis1.258M 79.1Mialgia1.286

6E 11Kencing manis (DM)1.239K 29Gastritis1.073E 11DM (NIDDM)1.219

7J 11Influenza, virus tak terdeteksi970M 06Rematik artritis lain1.000M 06Rematik artritis lain1.085

8M 06Rematik artritis lain928K 05.2Penyakit Gusi dan jaringan periodental952J 02Pharingitis876

9R 51Pusing796J 06Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas858K 05.2Periodontitis akut803

10A 09Diare dan Gastroenteritis non spesifik791Dyspepsia846R 51Nyeri kepala684

Jumlah Total20.163Jumlah Total19.602Jumlah Total17.687

Sumber : Data primer laporan tahunan jumlah penyakit terbanyak Puskesmas Wates Mojokerto

Dari tabel 1.1 data jumlah sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas Mojokerto diatas dapat diketahui bahwa jumlah penyakit darah tinggi primer di puskesmas Mojokerto selalu menempati peringkat pertama selama tiga tahun terakhir dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Berikut adalah tabel data proporsi penderita penyakit darah tinggi primer terhadap jumlah total sepuluh penyakit terbanyak selama tiga tahun berturut-turut. Tabel 1.2. Tabel proporsi penderita penyakit darah tinggi primer terhadap jumlah sepuluh penyakit terbanyak Puskesmas Wates Mojokerto dari tahun 2011 - 2013.Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di PuskesmasWates MojokertoJumlah kunjungan penderita penyakit darah tinggi primer

N%

Tahun 201120.1635.74428.48

Tahun 201219.6026.00530.63

Tahun 201317.6875.39630.50

Rata - rata19.1505.71529.87

Berdasarkan data tabel 1.2 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita penyakit darah tinggi primer di Puskesmas Wates Mojokerto selalu menjadi penyakit terbanyak nomor satu selama 3 tahun terakhir sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 dengan rata-rata 29,87% dari seluruh jumlah 10 penyakit terbanyak dan menimbulkan beban biaya anggaran kesehatan kab/kota perkapita sebesar 186.792,56.1.2 Batasan Masalah Terdapat variabel masalah yang timbul sebagai akibat tingginya jumlah penderita penyakit tekanan darah tinggi primer dimana akan berdampak pada biaya, produktifitas dan progresifitas penyakit yang ditimbulkan sebagai akibat penyakit darah tinggi primer tersebut apabila tidak dilakukan penatalaksanaan dengan benar.Adanya keterbatasan dana maka perlu diipertimbangkan secara cermat mengenai utilitas-biaya penatalaksanaan penderita darah tinggi primer dengan farmakoterapi amlodipin dan captopril Analisis utilitas-biaya yang akan diteliti terbatas pada penatalaksanaan penderita darah tinggi primer dengan farmakoterapi amlodipin dan captopril dengan membandingkan biaya total (biaya yang dikeluarkan oleh penderita penyakit darah tinggi primer) dengan output/QALYs penderita penyakit darah tinggi primer serta membandingkan rasio utilitas-biaya kedua intervensi kemudian memilih rasio utilitas-biaya yang paling untuk direko mendasikan.

1.3 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dan kajian masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik penderita penyakit darah tinggi primer pada saat melakukkan pemeriksaan pertama kali di Puskesmas Wates Mojokerto ?2. Bagaimana Quality Adjusted Life Years penderita penyakit darah tinggi primer sebelum mendapatkan pengobatan dengan amlodipin ?3. Bagaimana Quality Adjusted Life Years penderita penyakit darah tinggi primer sebelum mendapatkan pengobatan dengan captopril ?4. Berapa besar Total Cost pada pengobatan penderita penyakit darah tinggi primer dengan amlodipin ?5. Berapa besar Total Cost pada pengobatan penderita penyakit darah tinggi primer dengan captopril ?

6. Bagaimana pengaruh pengobatan penderita penyakit darah tinggi primer dengan amlodipin terhadap Quality Adjusted Life Years penderita darah tinggi primer ?7. Bagaimana pengaruh pengobatan penderita penyakit darah tinggi primer dengan captopril terhadap Quality Adjusted Life Years penderita darah tinggi primer ?8. Berapa besar nilai cost utility ratio penderita penyakit darah tinggi primer yang mendapat pengobatan dengan amlodipin ?9. Berapa besar nilai cost utility ratio penderita penyakit darah tinggi primer yang mendapat pengobatan dengan captoril ? 10. Jenis obat manakah (amlodipin atau captopril) yang memiliki utilitas-biaya paling rendah pada penatalaksanaan penderita penyakit darah tinggi primer ?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Menganalysis nilai Cost Utility Ratio pengobatan penyakit darah tinggi primer dengan amlodipin dan captopril, yang lebih memberikan utility terhadap kualitas dan kuantitas hidup penderita penyakit darah tinggi primer dengan metode Cost Utility Analysis. 1.4.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi karakteristik penderita penyakit darah tinggi primer pada saat melakukkan pemeriksaan pertama kali di Puskesmas Wates Mojokerto2. Mengidentifikasi Quality Adjusted Life Years (kuantitas dan kualitas hidup) penderita penyakit darah tinggi primer sebelum mendapatkan pengobatan dengan amlodipin dan captopril 3. Melakukan penatalaksanaan pada penderita penyakit darah tinggi primer dengan amlodipin 4. Melakukan penatalaksanaan pengobatan pada penderita penyakit darah tinggi primer dengan captopril 5. Mengidentifikasi biaya total penatalaksanaan penderita penyakit darah tinggi primer dengan amlodipin dan captoril6. Menganalysis Quality Adjusted Life Years (kuantitas dan kualitas hidup) penderita penyakit darah tinggi primer yang mendapatkan pengobatan dengan amlodipin dan captopril 7. Menganalysis Cost Utility Ratio dari penderita penyakit darah tinggi primer yang mendapat penatalaksanaan dengan amlodipin dan captopril 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah Sebagai bahan informasi untuk mengambil keputusan dalam menentukan alokasi dana bagi program kuratif di era JKN 2. Bagi Institusi kesehatan Menyediakan informasi bagi institusi kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan dan puskesmas untuk pengambilan keputusan dalam mengalokasikan dana dan dapat menerapkan kajian farmakoekonomi di era JKN3. Bagi peneliti Sebagai wujud penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dan menambah pengetahuan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu Ekonomi Manajerial Program Kesehatan.1