bab vii. warna

26
BAB VII WARNA BAHAN MAKANAN A. Pendahuluan Warna merupakan salah satu parameter selain cita rasa, tektur dan nilai nutrisi yang menentukan persepsi konsumen terhadap suatu bahan pangan. Preferensi konsumen sering kali ditentukan berdasarkan penampakan luar suatu produk pangan. Warna pangan yang cerah memberikan daya tarik yang lebih terhadap konsumen. Warna pada produk pangan memiliki beberapa fungsi antara lain: 1. Sebagai indikator kematangan, terutama untuk produk pangan segar seperti buah-buahan. 2. Sebagai indikator kesegaran misalnya pada produk sayuran dan daging. 3. Sebagai indikator kesempurnaan proses pengolahan pangan misalnya pada proses penggorengan, timbulnya warna coklat sering kali dijadikan sebagai indikator akhir kematangan produk pangan. Analisa warna pada produk pangan dapat dianalisa dengan menggunakan kalorimeter atau spektrofotometer. Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur komponen warna dalam besaran value, hue, dan chroma. Nilai value menunjukkan gelap terangnya warna, nilai hue mewakili panjang gelombang yang dominan yang 121

Upload: rita-farida

Post on 25-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

warna

TRANSCRIPT

BAB VIIWARNA BAHAN MAKANAN

A. Pendahuluan

Warna merupakan salah satu parameter selain cita rasa, tektur dan nilai nutrisi yang menentukan persepsi konsumen terhadap suatu bahan pangan. Preferensi konsumen sering kali ditentukan berdasarkan penampakan luar suatu produk pangan. Warna pangan yang cerah memberikan daya tarik yang lebih terhadap konsumen. Warna pada produk pangan memiliki beberapa fungsi antara lain:1. Sebagai indikator kematangan, terutama untuk produk pangan segar seperti buah-buahan.2. Sebagai indikator kesegaran misalnya pada produk sayuran dan daging.3. Sebagai indikator kesempurnaan proses pengolahan pangan misalnya pada proses penggorengan, timbulnya warna coklat sering kali dijadikan sebagai indikator akhir kematangan produk pangan.Analisa warna pada produk pangan dapat dianalisa dengan menggunakan kalorimeter atau spektrofotometer. Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur komponen warna dalam besaran value, hue, dan chroma. Nilai value menunjukkan gelap terangnya warna, nilai hue mewakili panjang gelombang yang dominan yang akan menentukan apakah warna tersebut merah, hijau, atau kuning, sedangkan chroma menunjukkan intensitas warna.

Warna produk pangan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Pigmen yang secara alami terdapat dalam tanaman dan hewan, misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga atau kuning kemerahan pada wortel dan jagung, mioglobin menyebabkan warna merah pada daging, likopen memberikan warna merah pada tomat dan semangka, antosianin memberikan warna biru tua, jingga atau ungu pada bit dan buah kopi. 2. Reaksi karamelisasi yang terjadi apabila gula dipanaskan membentuk warna coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula karamel, atau roti yang dibakar. 3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu antara gugus amino protein, dengan gugus karbonil gula pereduksi, misalnya sate dibakar. 4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim, misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong. 5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan.

Pewarna makanan sebagai bahan aditif memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang di warnainya. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut di air. Ada 2 (dua) jenis zat warna yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis. Semua zat pewarna alami dapat digunakan dalam pengolahan pangan, tetapi tidak begitu dengan pewarna sintetis. Di Indonesia, penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun dilarang) diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan makanan.B. Pewarna Makanan Alami (Food Colour)Pewarna alami merupakan pewarna (pigmen) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan contohnya karotenoid, klorofil, tannin, dan kuinon. Walaupun terdapat secara alami dalam tumbuhan dan hewan, pewarna alami juga dapat timbul akibat proses pemanasan, penyimpanan atau proses-proses pengolahan pangan yang lain. Secara umum, pewarna alami dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu:1. Senyawa tetrapirol: klorofil, hem, dan bilin.2. Turunan isoprenoid: karotenoid3. Turunan benzopiran: antosianin dan flavonoid4. Senyawa buatan (artefacts) : melanoidin, karamel Dalam pemanfaatannya sebagai pewarna makanan, zat warna alami pada produk pangan dapat diamati dengan memperhatikan beberapa ciri berikut:1. Konsentrasi pigmen rendah (warna agak suram)2. Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan 3. Mudah larut dalam air4. Stabilitas pigmen rendah5. Keseragaman warna kurang baik6. Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis.7. Membutuhkan waktu lama untuk meresap kedalam produk8. Mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan.Selain itu umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh. 1. KlorofilKlorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang umum terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Klorofil akan tetapi tidak hanya terdapat pada tumbuhan, sejumlah konsentrasi tertentu klorofil juga ditemukan pada jaringan alga (rumput laut) dan cyanobacteria. Klorofil meliputi warna kuning, oranye, dan merah. Pada bahan pangan klorofil banyak diperoleh dari tomat, wortel, cabai merah, dan jeruk. Ada beberapa bentuk klorofil yang terdapat secara alami yaitu klorofil A, B, C, D dan F, namun diantara bentuk tersebut yang paling luas dalam tanaman autotrof adalah klorofil A. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil D terdapat pada ganggang merah Rhadophyta.Klorofil adalah pigmen chlorin, yang memiliki struktur yang sama dan dihasilkan melalui jalur metabolisme yang sama seperti pigmen porfirin yaitu heme. Pada prinsipnya molekul klorofil sangat besar dan terdiri dan empat cincin pirol yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh gugus metena (-CH=) membentuk sebuah molekul yang pipih. Pada karbon ke-7 terdapat residu propionat yang teresterifikasi dengan fitol dan rantai cabang mi bersifat larut dalam lipid.Klorofil A mengandung atom magnesium yang diikat oleh nitrogen dan dua cincin pirol dengan ikatan kovalen serta oleh dua buah atom nitrogen dan dua cincin pirol lain melalui ikatan koordinat kovalen yaitu N dan pirol menyumbangkan pasangan eketronnya pada magnesium (pada gambar dinyatakan dengan garis putus). Rumus bangun klorofil A tertera pada Gambar 1. Perbedaan keduanya terletak pada atom C no. 3; metil pada kiorofil A diganti dengan aldehida pada klorofil B. Molekul klorofil sampai sekarang belum dapat disintesis. Pada hakikatnya klorofil merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga sulit untuk menjaga agar molekulnya tetap utuh dengan warna hijau yang sangat menarik. Beberapa pendapat menyatakan bahwa dalam peranannya kloroplasnya pecah dan klorofilnya keluar. Klorofil dalam daun yang masih hidup berikatan dengan protein. Dalam proses pemanasan proteinnya terdenaturasi dan klorofil dilepaskan. Lepasnya klorofil dari lapisan pelindung protein akan menyebabkan klorofil mengalami perubahan warna, misalnya terbentuknya warna coklat akibat reaksi substitusi magnesium yang ditandai dengan terbentuknya foefitin. Reaksi keseluruhannya dapat dilihat pada gambar 7.1.

Gambar 7.1. Gambar klorofil A (pada klorofil B terdapat gugus aldehid pada karbon 3)

Gambar 7.2. Reaksi klorofil2. KarotenoidKarotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye, merah oranye, serta larut dalam minyak (lipida). Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0,5%) bersama-sama dengan klorofil (9,3%), terutama pada bagian permukaan atas daun, dekat dengan dinding sel-sel palisade.Karena itu pada dedaunan hijau selain klorofil terdapat juga karotenoid. Karotenoid terdapat dalam buah pepaya, kulit pisang, tomat, cabai merah, mangga, wortel, ubi jalar, dan pada beberapa bunga yang berwarna kuning dan merah. Ada 2(dua) cara penggolongan karotenoid yang mungkin dilakukan. Sistem yang pertama mengenal dua golongan utama, karoten, berupa hidrokarbon dan xanthofil yang mengandung oksigen dalam bentuk gugus hidroksil, metoksil, karboksil, keto dan epoksi. Sistim kedua membagi karotenoid menjadi 3 (tiga) golongan yaitu asiklik, monosiklik dan bisiklik. Karoten sendiri merupakan campuran dan beberapa senyawa yaitu -, -, -karoten. Salah satu pigmen yang termasuk kelompok xantofil adalah kriptoxantin yang mempunyal rumus mirip sekali dengan -karoten. Perbedaannya hanya bahwa kriptoxantin memiliki gugus hidroksil. Beberapa jenis karotenoid yang banyak terdapat di alam dan bahan makanan adalah -karoten (berbagai .buah-buahan yang kuning dan merah), likopen (tomat), kapxantin (cabai merah), dan biksin (annatis). Sedangkan pigmen kriptoxantin merupakan pigmen utama pada jagung yang berwarna kuning, lada, pepaya, dan jeruk keprok.Karoten dan likopen merupakan molekul yang simetrik, artinya separuh bagian kin merupakan bayangan cermin dan bagian kanannya. -karoten dan likopen merupakan molekul yang serupa, perbedaannya terletak pada cincin pada karbon ujung. Pada karoten cincinnya tertutup, sedang pada likopen terbuka. Struktur dari -karoten dan likopen dapat dilihat pada gambar 3.-karoten banyak terkandung dalam wortel dan lada, kadang-kadang bebas dan kadang-kadang bercampur dengan - dan -karoten. Tidak , semua karoten benar-benar simetrik, misalnya - dan -karoten mempunyai cincin terminal yang tidak sama.

Gambar 7.3. Struktur -, -, -karoten, kriptoxantin dan likopen

3. Mioglobin dan Hemoglobin Hemoglobin mempunyai BM sekitar 68.000 dan terdiri dari protein yang disebut globin. Pada molekul tersebut terikat empat gugusan heme. Molekul globin terdiri dan empat rantai peptida yang tersusun dalam bentuk konfigurasi tetra-hedral. Gugusan-gugusan heme terletak di dalam suatu kantung-kantung pada permukaan molekul globin. Setiap kantung dibentuk oleh suatu lipatan satu rantai peptide.

Zat kimia warna daging adalah pigmen heme atau tepatnya pigmen mioglobin. Dalam daging ternak jumlah besi yang ada sebagian besar terdapat pada mioglobin (95%) dibanding hanya 10% pada badan ternak yang masih hidup. Mioglobin bukan merupakan satu-satunya pigmen yang terdapat dalam daging. Pigmen lain yang ada dalam daging adalah sitokrom dan flavin.

Mioglobin mirip dengan hemoglobin, hanya lebih kecil bentuknya, kira-kira hanya seperempat dan besar hemoglobin. Yang unik dan mioglobin adalah sebuah molekulnya terdiri dan satu heme dan satu molekul protein (gambar 4). Protein pada molekul mioglobin hanya terdini satu rantai polipeptida yang terdin dan 150 buah asam amino. BM mioglobin adalah 17.000.

Gambar 7. 4. Kompleks Heme dari mioglobin

Heme yang terdapat dalam mioglobin sama dengan heme pada hemoglobin, yaitu terdini dan porfirin yang mengandung sebuah atom besi (Fe). Heme juga disebut feroprotoporfirin. Mioglobin merupakan bagian dan protein sarkoplasma daging, bersifat iarut dalain air dan dalam larutan garam encer. Panjang gelombang absorpsi maksimumnya 555 nm (pada bagian hijau) serta nampak oleh kita sebagai warna abu-abu. Sedang metmioglobin mempunyai panjang gelombang maksimum 505 nm dan 627 nm, dan nampak oleh kita sebagai warna coklat.

Perubahan warna pada mioglobin selanjutnya dapat terjadi pada proses pengolahan misalnya curing (gambar 5). Proses curing daging melibatkan pemberian nitrat dan garam dapur. Pada umumnya proses curing terjadi karena: (1) reaksi biologis yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan NO, yang mampu mereduksi feri menjadi fero; (2) terjadinya denaturasi globin oleh panas. Bila daging yang di-curing dipanaskan pada suhu 150F atau lebih, maka terjadilah proses denaturasi tersebut. Hasil akhir curing membentuk pigmen nitrosilmioglobin bila tidak dimasak, dan nitrosil hemokromogen bila telah dimasak.

Gambar 7.5. Reaksi mioglobin yang berujung pada perubahan warna.

4. Antosianin Antosianin dan antoxantin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada umumnya larut dalam air. Flavonoid mengandung dua cincin benzena yang dihubungkan oleh tiga atom karbon. Ketiga karbon tersebut dirapatkan oleh sebuah atom oksigen sehingga terbentuk cincin di antara dua cincin benzena.

Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa, dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula.

Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan kemudian menjadi biru. Warna merah bunga mawar dan biru pada bunga jagung terdiri dan pigmen yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila ada bunga mawar pigmennya berupa garam asam, sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral.

Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna (hue). Pada konsentrasi yang encer antosianin berwama biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah, dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Adanya tanin akan banyak mengubah warna antosianin. Dalam pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan keasaman larutan banyak menentukan warna produk tersebut. Misalnya pemasakan bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH 8 atau lebih (dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet, etapi bila ditambahkan cuka warna akan menjadi merah terang kembali. Tetapi jarang makanan mempunyai pH yang sangat tinggi. Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet. Karena itu pada pengalengan bahan yang mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus (lacquer).

5. TaninTanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak berwarna sampai berwarna kuning atau cokiat. Asam tanat yang dapat dibeli di pasaran mempunyai BM 1.701 dan kemungkinan besar terdiri dan sembilan molekul asam galat dan sebuah molekul glukosa.

Istilah tanin yang digunakan pada kalangan ahli pangan ada dua. Condensed tannin merupakan dimer 4,8 atau 2,8 C-C atau ikatan dimer eter 3,3 dan senyawa katekih. Yang kedua yang disebut hydrolized tannin, termasuk ke dalamnya galotanin dan elogitanin. Senyawa-senyawa tersebut biasanya digunakan untuk menyamak kulit dan masing-masing merupakan polimer asam galat dan asam elagat (ellagic acid). Di samping itu ada tanin yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu kelompok tanin tersebut di atas.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa tanin terdiri dan katekin, leukoantosianin, dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi dengan ion logam. Senyawa-senyawa yang dapat bereaksi dengan protein dalam proses penyamakan kulit kemungkinan besar terdiri dan katekin dengan BM yang sedang, sedangkan katekin dengan BM rendah banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran.

Katekin dan epikatekin saling merupakan isomer, yaitu pada katekin hidroksil-hidroksil pada cincin benzena berbentuk trans, sedangkan pada epikatekin berbentuk cis (pada karbon nomor 2 dan 3) (gambar 7.6).

Gambar 7.6. Struktur katekin

Di dalam teh terdapat katekin dan epikatekin yang teresterifikasi dengan asam galat. Sedang katekin dan leukoantosianin banyak terdapat pada jaringan tanaman apel, anggur, almond, dan pear. Leukoantosianin da1am buah apel merupakan suatu dimer dan dua molekul 1-epikatekin.

Adanya tanin dalam bahan makanan dapat ikut menentukan cita rasa bahan makanan tersebut. Rasa sepat bahan makanan biasanya disebabkan oleh tanin. Misalnya dalam bir, adanya tanin kemungkinan besar berasal dan malt dan hop, dan menurut hasil analisis kandungan tanin dalam bir sekitar 25 - 55 ppm.

Kandungan tanin dalam teh dapat digunakan sebagai pedoman mutu, karena tanin memberikan kemantapan rasa. Rasa yang terlalu sepat tidak diinginkan lagi. Beberapa jenis senyawa telah diisolasi dan teh-teh Indonesia yang meliputi epikatekol, katekol galat, dan 5-hidroksikatekol.6. KaramelKaramel dihasilkan dari berbagai sumber gula, tapi biasanya dari sirup jagung. Karamel berbentuk amorf yang berwarna coklat gelap dan dapat diperoleh dan pemanasan yang terkontrol terhadap molase,hidrolisat pati, dekstrosa, gula invert, laktosa, sirup malt, dan sukrosa. Pati dihidrolisis dengan asam dampai DE 8 -9, dilanjutkan dengan hirolisis -amilase sampai DE 12-14. Kemudian dengan amiloglukosidase sampai DE 90-95. Komposisi karamel sangat kompleks dan sukar didefinisikan. Bila diencerka kararnel membentuk koloid yang bermuatan listrik. Karena sifat mi, pemakaian karamel harus memperharikan pH bahan. Di bawah pH 2,0 (tiuk isolistrik karamel), karamel bermuatan positif dan akan mengendap. Untuk mencegah terjadinya pengendapan, maka harus diusahakan pH di atas titik isolistrik.

Ada tiga macam kelas karamel yang membedakan penggunaannya dalam bahan makanan yaitu:a. Karamel tahan asam, digunakan untuk mewarnai minuman yan mengandung CO2 dan yang bersifat asam. Karamel mi berbentu cairan.b. Karamel untuk roti, juga berbentuk cairan, merupakan kelas yang lebih rendah dan digunakan dalam produk-produk seperti biskuit, cake, dan roti.c. Karamel kering, digunakan untuk campuran dalam bentuk kering atau untuk produk cair dalam jumlah banyak.Penggunaan karamel biasanya dicampur dengan zat pewarna buatan (azo dye) dengan perbandingan yang harus dijaga agar tidak terjadi kekeruhan. Karamel membantu mempertajam warna dan menghasilkan warna yang lebih menarik.C. Pewarna Makanan Buatan/Pewarna Sintesis (Non Food Colour)Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Pewarna ini digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan kedalam makanan. Pewarna sintetis dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati dalam tubuh kita. Akumulasi pewarna buatan dalam tubuh dapat terjadi bila zat warna ini ditambahkan dalam jumlah berlebihan atau dalam jumlah kecil namun dikonsumsi secara terus-terusan dalam jangka waktu yang lama. Contoh-contoh zat pewarna sintesis yang digunakan antara lain indigoten, allura red, fast green, tartrazine.Beberapa ciri pewarna sintetik yaitu:1. Warna cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan.2. Tidak mudah larut dalam air3. Membutuhkan bahan pewarna lebih sedikit, karena dalam konsentrasi rendah sudah mampu mewarnai dengan baik.4. Cepat meresap ke dalam produk

Berdasarkan peraturan pemerintah, tentang bahan tambahan pangan beberapa bahan tambahan pangan dalam bentuk pewarna yang diizinkan di Indonesia adalah sesuai dengan table 7.1 berikut:

Table 7.1. Zat warna pangan yang diizinkan di IndonesiaWarnaNamaNomor Indeks warna

1. Zat warna alamMerahMerahKuningKuningKuningKuningHijauBiruCoklatHitamHitamPutih2. Zat warna sintetikMerahMerahMerahOranyeKuningKuningHijauBjruBiruUnguAlkanatCochineal red (karmin)AnnatoKarotenKurkuminSafronKiorofilUltramarinKaramelCarbon blackBesi oksidaTitanium dioksida

CarmoisineAmaranthErythrosimSunset yellow FCFTartrazineQuineline yellowFast green FCFBrilliant blue FCFIndigocarmine (indigotine)Violet GB7552075470751207513075300751007581077007-772667749977891

14720161854543015985191404700542053420904209042640

Selanjutnya dosis pemakaian pada bahan makan diatur oleh pemerintah dalam SNI 01-0222-1995. Di negara-negara yang telah maju, suatu zat pewarna sintetik harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai zat pewarna makanan. Zat pewarna yang diijinkan penggunaannya dalam makanan dikenal sebagai permitted color atau certified color. Untuk penggunaannya zat warna tersebut harus menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi.

Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Proses pmbuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dahulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dan 0,00014% dan timbal tidak boleh lebih dan 0,001%, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada. Karena informasi data-data mengenai zat pewarna di Indonesia masih terbatas, maka dalam pembahasan zat pewarna banyak diambil contoh dan negara maju, yaitu Amerika Serikat.

Ada dua macam yang tergolong certified color yaitu dye dan lake. Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan dye telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang ditetapkan oleh FDA. Sedangkan zat pewarna lake yang hanya terdiri dan satu warna dasar, tidak merupakan warna campuran, juga harus mendapat sertifikat. Dalam certified color terdapat spesifikasi yang mencantumkan keterangan yang penting mengenai zat pewarna tertentu misalnya bentuk garam, kelarutan, dan residu yang terdapat di dalamnya.Beberapa contoh pewarna sintetik yaitu:1. FD & C Yellow No 5 (Tartrazine) No Indeks 19140Tartrazine merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah larut dalam air, dengan larutannya berwarna kuning keemasan. Kelarutannya dalam alkohol 95% hanya sedikit, dalam gliserol dan glikol mudah larut. Tartrazine tahan terhadap cahaya, asam asetat, HCl, dan NaOH 10%. NaOH 30% akan menjadikan warna berubah kemerah-merahan. Mudah luntur oleh adanya oksidator, FeSO4 membuat larutan zat berwarna menjadi keruh, tetapi Al tidak berpengaruh. Adanya tembaga (Cu) akan mengubah warna kuning menjadi kemerah-merahan.

Gambar 7.7. Tartrazine2. FD & C Yellow No 6 (Sunset Yellow) No Indeks 15985Sunset yellow termasuk golongan monazo, berupa tepung berwarna jingga, sangat mudah larut dalam air, dan menghasilkan larutan jingga kekuningan. Sedikit larut dalam alkohol 95% dan mudah larut dalam gliserol dan glikol. Ketahanan terhadap cahaya dan oksidator hampir sama dengan tartrazine, sedangkan ketahanan terhadap FeSO4 lebih rendah. Pemakaian alat-alat tembaga akan menyebabkan warna larutan zat warna menjadi coklat gelap, opaque, dan keruh. Dengan Al, warna larutan hanya sedikit berubah menjadi kemerahan.3. FD & C Red No 4 (Panceau SX) No. Indeks 14700Panceau SX berupa tepung merah, mudah larut dalam air, dan memberikan larutan berwarna merah jingga. Larut dalam gliserol dan glikol, mudah larut dalam alkohol 95%. Sifat ketahanannya hampir sama dengan amaranth, sedikit luntur oleh asam asetat 10%. NaOH 30% akan membuat larutan berwarna kekuningan. Zat wama mi dapat diendapkan dengan tawas 5%, sedangkan larutan encer zat warna yang encer dalam asam tidak begitu terpengaruh oleh Al. Cu membuat warna larutan menjadi kuning, gelap, dan keruh baik pada larutan netral maupun asam.4. FD & C Blue No I (Brilliant Blue) No Indeks 42090Zat pewarna ini termasuk triphenylmethane dye, merupakan tepung berwarna ungu perunggu. Bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan, larut dalam glikol dan gliserol, agak larut dalam alkohol 95%. Zat pewarna ini tahan terhadap asam asetat, tetapi agak luntur oleh cahaya. Agak tahan terhadap HC1 10%, tetapi menjadi berwama kehijauan,sedangkan dalam HCI 30% menjadi hijau kekuningan. Agak tahan terhadap NaOH 10% dalam NaOH 30% akan membentuk warna merah anggur. Terhadap alkali lain warna menjadi merah pada suhu tinggi. Lebih tahan terhadap reduktor dibandingkan dengan golongan azo dyes dan zat warna mi tidak terpengarub oleh gula invert, sedangkan amaranth akan kehilangan warnanya. Zat warna mi tidak terpengaruh oleh Cu maupun Al.

5. FD & C Green No 3 (Fast Green) No Indeks 42053Tepung zat warna mi berwarna ungu kemerahan atau ungu kecoklatan, dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan. Zat ini juga larut dalam alkohol 95%, tetapi lebih mudah larut dalam campuran air dan alkohol. Zat ini juga larut dalam gliserol dan glikol. Fast green agak mudah luntur dengan adanya cahaya dan tidak tahan terhadap HCl 30%. Bila ditambahkan alkali, akan berwarna ungu. Kontak dengan Cu akan menjadikannya berwarna kecokiatan, sedangkan dengan Al warna akan hilang terutama bila dalam larutan asam.6. FD & C. Violet No 1 (Benzylviolet 4B)Zat pewarna ini berbentuk tepung berwarna ungu, larut dalam air, gliserol, glikol, dan alkohol 95%. Menghasilkan warna ungu cerah. Tidak larut dalani minyak dan eter. Zat pewarna ini mudah luntur oleh cahaya, sedangkan terhadap asam asetat agak tahan.7. FD & C Red No 3 (Erythrosine) No indeks 45430Zat pewarna mi termasuk golongan fluorescein. Berupa tepung coklat larutannya dalam alkohol 95% menghasilkan warna merah yan berfluoresensi, sedangkan larutannya dalam air berwarna merah cherry tanpa fluoresensi. Larut dalam gliserol dan glikol, bersifat kurang tahan terhadap cahaya dan oksidator, tetapi tahan terhadap reduktor dan NaOH 10%. Mudah diendapkan oleh asam, karena itu tidak dapat dipergunakan dalam produk minuman (beverages). Erythrosine juga dapat diendapkan oleh tawas dan FeSO4. Logam Cu hanya sedikit berpengaruh terhadap warna larutan.8. FD & C Blue No 2 (Indigotin/Indigo Carmine) No. Indeks 73015Indigotine merupakan tepung berwarna biru, cokiat, kemerahmerahan, mudah larut dalam air dan larutannya berwarna biru. Larut dalam gliserol dan glikol, sedikit larut dalani alkohol 95%. Zat warna mi sangat tidak tahan terhadap cahaya, karena itu warnanya cepat menghilang. Walaupun begitu ketahanannya terhadap asam baik, sedangkan terhadap NaOH pekat kurang tahan. Tidak tahan terhadap oksidator, tetapi agak tahan terhadap reduktor. Indigotine tidak terpengaruh oleh Cu maupun Al, balk larutan netralnya maupun asam.D. Perubahan Fisiko Kimia Zat Warna Pigmen-pigmen alam biasanya akan mengalami perubahan kimia, misalnya yang terjadi pada pematangan buah-buahan atau curing daging. Pigmen juga sangat sensitif terhadap pengaruh kimia dan fisik selama pengolahan. Terutama panas sangat berpengaruh terhadap pigmen bahan pangan, perlakuan mekanik dan penggilingan juga mempengaruhi perubahan warna bahan pangan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pigmen tanaman dan hewan terkumpul di dalam sel-sel tenunan dan dalam pigment body, misalnya klorofil yang terdapat dalam kloroflast. Jika sel-sel ini pecah karena penggilingan atau pukulan, maka pigmen akan keluar dan sebagian akan teroksidasi karena kontak dengan udara. Setiap pigmen mempunyai kestabilan yang berlainan terhadap berbagai kondisi pengolahan, seperti ditunjukkan pada Tabel 7.2. Tabel 7.2. Kestabilan Zat Warna Makanan

Soial latihan :

1. Hal-hal apa yang menyebabkan timbulnya warna bahan pangan2. Sebutkan jenis-jenis pewarna alami makanan3. Sebutkan jenis-jenis pewarna sintetik3. Jelaskan beberapa ciri pewarna sintetik4. Jelaskan perubahan fisiko kimia warna

121