13. bab vii

28
LAPORAN AKHIR 2013 Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 1 BAB VII RENCANA INDUK PERSAMPAHAN KOTA BANDUNG 7.1. Umum Rencana induk persampahan yang disusun dalam bab ini merupakan hasil rumusan dari pembahasan bab–bab sebelumnya. Sebagai dasar pertimbangan, maka rencana induk ini menggambarkan sistem pengelolaan persampahan yang dapat dijadikan pedoman pengelolaan persampahan di Kota Bandung. 7.2. Tujuan Dan Sasaran Yang Ingin Dicapai Tujuan pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kota Bandung adalah : a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pengelolaan persampahan Kota Bandung b) Membenahi dan melengkapi sistem pengelolaan yang ada c) Meningkatkan kualitas kerja pengelolaan sampah kota d) Mengatasi berbagai permasalahan yang ada dan mencegah permasalahan yang mungkin dapat terjadi di masa yang akan datang. e) Mengarahkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam kaitannya dengan pengelolaan persampahan terpadu berbasis 3R.

Upload: winithepooh

Post on 22-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perencanaan persampahan

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 1

    BAB VII

    RENCANA INDUK PERSAMPAHAN KOTA BANDUNG

    7.1. Umum

    Rencana induk persampahan yang disusun dalam bab ini merupakan hasil

    rumusan dari pembahasan babbab sebelumnya.

    Sebagai dasar pertimbangan, maka rencana induk ini menggambarkan sistem

    pengelolaan persampahan yang dapat dijadikan pedoman pengelolaan

    persampahan di Kota Bandung.

    7.2. Tujuan Dan Sasaran Yang Ingin Dicapai

    Tujuan pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kota Bandung adalah :

    a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pengelolaan persampahan Kota

    Bandung

    b) Membenahi dan melengkapi sistem pengelolaan yang ada

    c) Meningkatkan kualitas kerja pengelolaan sampah kota

    d) Mengatasi berbagai permasalahan yang ada dan mencegah permasalahan

    yang mungkin dapat terjadi di masa yang akan datang.

    e) Mengarahkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam

    kaitannya dengan pengelolaan persampahan terpadu berbasis 3R.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 2

    Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah :

    a) Mengembangkan sistem organisasi yang tepat, lengkap, dan efektif. Hal ini

    menyangkut :

    Penyusunan struktur organisasi yang tepat, lengkap, dan efektif.

    Pengarahan tata kerja yang sistematis.

    Pengembangan personalia menyangkut peningkatan kemampuan.

    b) Meningkatkan kapasitas kerja operasional pengelolaan persampahan Kota

    Bandung. Hal ini menyangkut :

    Pengembangan sistem teknis operasional yang tepat dan efektif, dengan

    pembagian kerja yang jelas antara tahaptahap pengelolaan dan

    pengelolanya.

    Mengarahkan sistem dan pola pengelolaan persampahan yang tepat dan

    efektif.

    Mengestimasikan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan

    persampahan untuk Kota Bandung di masa yang akan datang sesuai

    dengan perkembangan kota

    c) Meningkatkan kemampuan pembiayaan swadaya masyarakat dalam

    pengelolaan persampahan.

    d) Melengkapi peraturanperaturan yang ada saat ini dengan peraturan

    peraturan khusus yang lebih terperinci.

    e) Mengarahkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kebersihan

    lingkungan dalam bentuk organisasi dengan sistem kerja yang sinkron dan

    sistematis.

    f) Target pelayanan sampah Kota Bandung :

    Tingkat fungsionalisasi TPA melalui pemanfaatan teknologi yang

    berwawasan lingkungan. Tingkat pelayanannnya sampai tahun 2025

    adalah 100 %.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 3

    Menggunakan teknologi biodigester sampai tahun 2025. Cakupan

    pelayanannnanya adiharapkan mencapai 1 % sampai tahun 2018.

    Menggunakan Tempat Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah

    Lingkungan dengan target cakupan pelayanan sampai tahun 2025adalah

    34 %

    % sampah yang dikelola secara landfill ampai tahun 2025 adalah 25 %

    Prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,

    Recycle) adalah 30 % sampai tahun 2025.

    7.3. Strategi Pengembangan

    Dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut diatas, maka penerapan sistem

    tidak dapat dilaksanakan sekaligus. Hal tersebut adalah mengingat kesiapan

    aparat pemerintah daerah dan masyarakat kota yang perlu dipersiapkan dan

    dikondisikan terlebih dahulu.

    Dalam hal ini maka strategi pengembangan yang diambil adalah melalui :

    a) Pengembangan bertahap

    b) Proyek perintisan

    Cakupan pelayanan pengelolaan sampah berdasarkan RPJMD sampai tahun

    2025 adalah 90 % yang terdiri 25 % menggunakan landfill dan sisasanya (65%)

    melalui 3 R, biodegeser dan tempat pengolahan sampah berbasisis teknologi

    ramah lingkungan.

    Pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kota Bandung akan untuk

    nodilakukan dalam 3 tahapan, yaitu :

    a. Tahap mendesak tahun 2014-2015

    b. Tahap 1 pada periode 2016-2020

    c. Tahap 2 hingga tahun 2021-2025

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 4

    maka tiap tahapan pengembangan akan dilakukan :

    a) Tahap Mendesak (2014-2015) :

    Dilakukan untuk 2 tahun pertama, dengan penekanan pada perbaikan dan

    pemecahan permasalahan yang mendesak, khususnya menyangkut :

    Peningkatan kuantitas pelayanan perbaikan operasional sistem

    Fase uji coba bagi sistem yang akan diterapkan

    Mempersiapkan pengembangan organisasi dan pengaturan yang

    mendukung sistem baru

    Pembinaan kemampuan membiayai sendiri

    Peningkatan SDM

    Peningkatan kegiatan penyuluhan masyarakat.

    Cakupan Pelayanan Persampahan mencapai 87 % - 88 %

    Persentase sampah yang dikonversi menjadi energi dengan menggunakan

    teknologi yang ramah lingkungan (waste to energy) sebanyak 1 % - 5 %

    Menggunakan teknologi biodigester sebanyak 1% setiap tahunnya

    Persentase sampah yang dikelola secara landfill sebanyak 66 % - 63 %

    Prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,

    Recycle) sebanyak 20 % - 24 %

    b) Tahap I (2016-2020) :

    Pada tahap ini sistem yang direncanakan diterapkan dengan target :

    Sistem Operasional telah sepenuhnya diterapkan mencakup :

    - Penggunaan peralatan dan sarana

    - Lokasi pembuangan jangka panjang

    - Sistem pengumpulan/pengangkutan yang terpisah

    Fungsi-fungsi perencanaan dan pelaksanaan telah dapat dilaksanakan

    dibawah sistem organisasi yang diusulkan.

    Partisipasi masyarakat telah berjalan dan dapat mengikuti sistem yang

    dikembangkan.

    Cakupan Pelayanan Persampahan mencapai 89 % - 90 %

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 5

    Tingkat fungsionalisasi TPA melalui pemanfaatan teknologi yang

    berwawasan lingkungan telah berfungsi 100 %

    % sampah yang dikonversi menjadi energi dengan menggunakan

    teknologi yang ramah lingkungan (waste to energy) sebanyak 25 % - 35 %

    Menggunakan teknologi biodigester sebanyak 1% setiap tahunnya

    Menggunakan Tempat Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah

    Lingkungan sebanyak 20 % - 34 %

    % sampah yang dikelola secara landfill sebanyak 42 % - 25 %

    Prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,

    Recycle) sebanyak 26 % - 30 %

    c) Tahap II (2021-2025):

    Dalam tahap II ini diharapkan sistem yang direncanakan telah sepenuhnya

    berjalan dan target yang dituju antara lain :

    Kapasitas pengelolaan mencapai 100%

    Penarikan retribusi mencapai 100%

    Sepenuhnya mampu membiayai sendiri

    Kualitas pelayanan ditingkatkan

    Sitem berkembang sejalan dengan perkembangan kota

    Cakupan Pelayanan Persampahan mencapai 91 % - 100 %

    Tingkat fungsionalisasi TPA melalui pemanfaatan teknologi yang

    berwawasan lingkungan telah berfungsi 100 %

    % sampah yang dikonversi menjadi energi dengan menggunakan

    teknologi yang ramah lingkungan (waste to energy) sebanyak 50 % - 75 %

    Menggunakan teknologi biodigester sebanyak 1% setiap tahunnya

    Menggunakan Tempat Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah

    Lingkungan sebanyak 40 % - 50 %

    % sampah yang dikelola secara landfill sebanyak 20 % - 15 %

    Prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,

    Recycle) sebanyak 32 % - 34 %

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 6

    7.4. Rencana Induk Minimasi Sampah

    Sebagai satu strategi dalam penerapan sistem pengelolaan persampahan yang

    direncanakan, akan akan dilakukan proyek perintisan yang mengambill pada

    beberapa lokasi kecamatan. Proyek ini adalah penentuan beberapa tempat yang

    dijadikan lokasi Tempat Pengelolaan Sampah dengan menggunakan sistem

    biodigester, bank sampah atau biopori. Hal ini adalah dalam rangka pembinaan

    masyarakat oleh Pemerintah Kota Bandung agar masyarakat mengelola sendiri

    kebersihan/persampahan di wilayahnya. Disamping itu, proyek perintisan ini

    dilakukan untuk memberi contoh sistem pengelolaan yang baik kepada

    masyarakat kota.

    Proyek perintisan ini dilaksanakan dengan sistem modul, dimana suatu daerah

    ditentukan secara bersama untuk diterapkan suatu sistem pengelolaan baru.

    Kebutuhan lahan untuk tempat pengelolaan sampah organik dengan

    menggunakan biodigester dan sarana penunjangnya adalah seluas 30 m2 dengan

    skala pelayanan tingkat RW atau di sesuaikan dengan tingkat pelayanannya,

    sedangkan untuk sistem bank sampah dan lubang biopori relatif tergantung

    ketersediannya lahan.

    Proyek perintisan dalam bentuk pengelolaan sampah merupakan upaya

    mereduksi timbulan sampah dan memberikan manfaat jangka panjang, yaitu :

    Mengurangi biaya pengelolaan dan investasi

    Memperpanjang usia TPA

    Memberikan kesempatan kerja

    Memberikan kesempatan bersusaha

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 7

    7.5. Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan

    7.5.1. Umum

    Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka diusulkan suatu bentuk sistem

    pengelolaan persampahan sebagai pedoman rencana jangka panjang

    pengelolaan persampahan Kota Bandung.

    Rencana jangka panjang sistem pengelolaan persampahan Kota Bandung adalah :

    1. Pengembangan sistem pengelolaan terpadu dan menyeluruh dengan

    koordinasi dibawah satu pengelola kebersihan kota, yang dibantu oleh

    pengelola yang ada saat ini antara lain pasar, organisasi lingkungan dan

    pengelola swasta.

    Sistem pengelolaan seperti ini sangat mendukung pembagian kerja yang

    seimbang serta tercapainya hasil kerja yang efektif dan pola kerja yang efisien

    dan sistematis.

    Hal ini dapat diperoleh melalui :

    Pengembangan organisasi dengan fungsi-fungsi yang lengkap

    Pengembangan bentuk koordinasi yang sesuai dan fleksibel diantara

    pengelola-pengelola yang ada.

    Penyusunan tata kerja dan pembagian tugas yang jelas didukung pengaturan

    yang terinci.

    2. Pengembangan sistem teknis operasional penanganan persampahan Kota

    Bandung yang sistematis dan efektif, melalui :

    a) Pengembangan sistem pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan

    yang terpisah

    b) Pembentukan kelompok-kelompok kerja yang bertugas membantu dalam

    hal pengumpulan sampah dilingkungan masing-masing.

    c) Mengarahkan kelompok/organisasi yang ikut mengelola pemindahan dan

    pengangkutan sampah secara jelas dan pembebanan merata.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 8

    d) Pengembangan sistem pengumpulan yang sesuai dengan kondisi

    lingkungan masing-masing.

    Sistem pengumpulan alternatif adalah :

    Individu dengan gerobak

    Komunal dengan gerobak keliling

    Komunal dengan TPS

    Sistem yang diusulkan kesemuanya merupakan tahap pengumpulan yang

    terpisah dari tahap selanjutnya, dan diakhiri dengan membawa sampah

    kesuatu transfer depo yang lokasinya strategis.

    e) Penyediaan lokasi-lokasi pemindahan, yaitu : transfer depo.

    Disini dilakukan pemindahan sampah dari gerobak pengumpul ke truk

    pengangkut

    f) Pengembangan pola pengangkutan sampah TPS ke TPS atau dari transfer

    depo yang satu ke yang lainnya hingga penuh untuk diangkut ke

    pembuangan akhir.

    g) Pengembangan sistem pembuangan akhir yang lebih baik yaitu :

    Pemilihan lokasi yang tepat

    Sistem pembuangan Controlled Landfill/Sanitary Landfill

    Dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan

    3. Penyempurnaan sistem pembiayaan pengelolaan persampahan Kota Bandung

    antara lain :

    Kemampuan pembiayaan sendiri yang ditingkatkan

    Penetapan wajib bayar retribusi dengan tarif yang disesuaikan menurut

    tingkat pendapatan masyarakat

    4. Melengkapi peraturan-paraturan yang ada dengan peraturan yang lebih

    terinci dan pembaharuan peraturan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi

    kota.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 9

    5. Meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat dalam penanganan

    kebersihan kota.

    6. Melibatkan organisasi masyarakat dalam sistem pengelolaan persampahan

    kota.

    7.5.2. Aspek Operasional

    A. Pewadahan

    Dengan memperhatikan kondisi pewadahan yang ada saat ini, cara pewadahan

    hendaknya disesuaikan dengan kondisi setempat, dengan memperhatikan faktor

    efisiensi, kepraktisan nilai cost dan lain-lain.

    Perencanaan desain pewadahan didasarkan atas pertimbangan :

    Sesuai dengan fungsi yang diharapkan sebagai tempat atau alat untuk

    menampung sampah pada sumbernya.

    Sesuai dengan desain pola pengumpulan

    Mempunyai kapasitas untuk menampung sampah

    Penyeragama alat dan penempatan, dapat membantu kelancaran operasional

    Kemudahan dalam mekanisme pengisian dan pengosongan serta pembersihan

    Cara pemeliharaan pewadahan agar tidak cepat rusak salah satunya dengan

    memisahkan antara sampah basah dan sampah kering dalam wadah-wadah

    plastik.

    Jenis pewadahan yang direncanakan adalah sebagai berikut :

    a) Untuk Sampah Rumah Tangga

    Perumahan teratur dengan pola pengumpulan individual. Pewadahan dengan

    bin dari drum atau plastik dengan diberi kaki, kapasitas 40 liter diberi tutup

    serta diberi warna, untuk membedakan sampah organik dengan sampah

    anorganik.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 10

    Perumahan tidak teratur dengan pola pengumpulan komunal. Pewadahan

    dibungkus dengan kantong plastik warna untuk membedakan sampah organik

    dan anorganik. Penggantian bin rumah tangga dilakukan secara bertahap.

    b) Untuk Sampah Komersil dan Institusi

    Pewadahan dengan bin dari drum kapasitas 50 liter

    c) Untuk Sampah Jalan

    Pengadaan bin untuk rumah tangga, komersil dan institusi menjadi

    tanggungjawab penghasil sampah, sedangkan pengadaan bin jalan menjadi

    tanggungjawab Pemerintah Daerah.

    a) Tahap Mendesak

    Pewadahan untuk sampah rumah tangga umumnya masih menggunakan

    wadah yang dipakai sekarang, yaitu bin dari drum dan sejenisnya, akan tetapi

    untuk perumahan teratur rencana sistem pewadahan dengan menggunakan

    wadah yang diberi warna untuk membedakan sampah organik dan anorganik,

    dengan demikian pemilahan sampah dilakukan langsung dari sumber sampah.

    Bersamaan dengan penyuluhan terhadap terhadap masyarakat untuk

    menggunakan pewadahan yang diberi warna, menjadi salah satu program

    dalam penyuluhan, karena secara berangsur-angsur diharapkan sistem ini

    dapat berjalan lancar untuk menunjang terhadap program yang akan di

    terapkan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung.

    b) Tahap I

    Sebagian besar pewadahan rumah tangga, komersial dan institusi sudah

    menggunakan bin dari drum dengan tutup dan kaki serta telah melakukan

    pemilahan dengan memasukan sampah sesuai dengan warna wadah sampah

    yaitu organik dan anorganik.

    Pengadaan bin jalan akan dilaksanakan pada jalan utama yang belum terdapat

    bin. Sedangkan bin jalan lainnya yang telah dipasang pada tahap sebelumnya

    mendapat perbaikan atau penggantian.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 11

    c) Tahap II (Arahan Jangka Panjang )

    Diharapkan seluruh sumber sampah telah mempunyai pewadahan yang baik

    dari kualitas dan memenuhi syarat kesehatan serta telah dilakukan

    pemililahan sampah langsung dari sumber sampah.

    B. Pengumpulan

    Alat pengumpul yang sesuai untuk Kota Bandung ialah gerobak dorong dan

    triseda, hal ini disesuaikan dengan keadaan kota yang relatif datar serta

    kepadatan bangunan yang ada, sehingga beban yang dipikul oleh petugas

    pengumpul tidak terlalu berat. Alat pengumpul ini dipergunakan mengumpulkan

    sampah dari sumber ke kontainer sampah dan ke Transfer Depo.

    Sistem pengumpulan dipengaruhi oleh :

    Kepadatan penduduk dan keterautan daerah atau tingkat penyebaran

    rumah di daerah pelayanan

    Kondisi fisik daerah pelayanan

    Kondisi sarana perhubungan, panjang dan lebar jalan.

    Adapun kebutuhan alat pengumpul ditentukan oleh :

    Jumlah penduduk dan timbulan sampah pada daerah pelayanan

    Jumlah ritasi operasi

    Sistem pengumpulan yang direncanakan di Kota Bandung adalah :

    Sistem door to door, yaitu sampah diambil langsung oleh petugas dari

    sumbernya yang menggunakan gerobak

    Sistem Komunal, yaitu pelanggan sendiri yang mengantarkan sampahnya

    ke alat pengumpul untuk berhenti di tempat-tempat tertentu.

    Sistem door to door akan dilaksanakan pada perumahan teratur dan daerah

    komersil/pertokoan. Sistem komunal akan diterapkan pada daerah yang belum

    teratur dan daerah yang tidak memungkinkan operasi gerobak karena kondisi

    fisiknya.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 12

    C. Pemindahan

    Pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat pengangkut sebaiknya

    menggunakan sistem transfer depo, yaitu tempat berlangsungnya pemindahan

    dari alat pengumpul ke alat pengangkut yang sifatnya tetap.

    Pemindahan merupakan fase antara pengumpulan dan pengangkutan.

    Pemilihan sistem pemindahan dipertimbangkan atas dasar :

    Jumlah sampah yang dilayani

    Luas daerah pelayanan

    Tingkat kesulitan penyediaan lahan

    Jumlah dan jenis peralatan

    Beban aktivitas dilokasi pemindahan

    Pemindahan sampah yang direncanakan adalah sebagai berikut :

    Gerobak Sampah, pemindahan sampah dari permukiman dengan sistem

    individual atau komunal tidak langsung, dengan sarana jalan atau gang dapat

    digunakan sarana gerobak.

    Fungsi utama sebagai TPS, yaitu sampah yang dihasilkan ditampung pada

    gerobak tersebut, kemudian sampah diambil oleh armada pengangkut (dump

    truck) atau arm roll truck.

    Pada lokasi proyek rintisan, pemindahan sampah dilakukan oleh gerobak

    sampah untuk selanjutnya di bawa ke Tempat Pengolahan Sampah Sementara

    (TPSS) untuk dilakukan pemilahan antara sampah organik dan anorganik.

    Sampah organik selanjutnya akan di bawa ke tempat pembuatan kompos di

    Sarimukti, sementara sampah anorganik di olah untuk dijual kepengumpul.

    Motor sampah, pemindahan sampah dari permukiman dengan sistem door to

    door atau komunal dapat digunakan sarana motor sampah (motor roda tiga),

    yaitu sampah yang dihasilkan ditampung pada motor sampah tersebut,

    kemudian sampah diambil oleh armada pengangkut untuk diangkut ke TPS.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 13

    Cara ini dipakai pada daerah yang letaknya diluar jangkauan stasiun transfer

    depo.

    Transfer depo, Yaitu tempat berlangsungnya pemindahan sampah dari

    gerobak atau motor sampah ke dalam truk pengangkut yang bersifat tetap.

    Transfer depo berbentuk pelataran, pada umumnya dilengkapi dengan kantor

    lapangan untuk pusat koordinasi operasional di blok pelayanan yang

    bersangkutan, akan tetapi dapat juga tanpa perlengkapan tersebut, jadi hanya

    pelataran saja sehingga lahan yang dibutuhkan cukup kecil.

    Pertemuan antara gerobak atau motor sampah harus mengikuti jadual yang

    telah ditetapkan. Pada sistem ini sampah langsung diangkut ke TPA, sehingga

    tidak sempat tertimbun. Dengan demikian keadaan transfer depo lebih

    higienis dan tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan di sekitarnya,

    bahkan dengan menambah tanaman hias di sekitar lokasi akan

    menghilangkan kesan sebagai tempat operasional persampahan.

    Container Arm Roll Truck

    Pertimbangan lain dalam kesulitan mendapatkan lahan yang luas 200 m2

    maka dapat dipilih untuk penempatan container arm roll truck.

    Fungsi utama sebagai TPS untuk pola pelayanan komunal langsung yaitu

    sampah yang dihasilkan ditampung pada container dan kemudian sampah

    diambil oleh armada arm roll truck dan langsung dibuang ke TPA. Untuk

    stasiun transfer container uni manual cukup untuk 2 container, dimana pada

    saat pengambil container yang sudah penuh container yang kosong

    ditempatkan disamping, sarana jalan yang ada harus cukup memadai untuk

    dilintasi arm roll truck.

    D. Pengangkutan

    Suatu rencana operasi pengangkutan akan disusun untuk meningkatkan efisiensi

    yang berarti peningkatan kepasitas pelayanan, yang meliputi rencana jadual

    operasi, pembagian daerah pelayanan, dan routepengangkutan. Alat angkut yang

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 14

    cocok digunakan untuk mengangkut sampah komersil di Kota Bandung adalah

    dump truck, arm roll truck sebab waktu tempuh untuk tiap rit pengangkutan

    sampah relatif lebih jauh. Sesuai dengan sistem pemindahan yang direncanakan,

    maka alat angkut yang dibutuhkan adalah :

    Dump truck spesifikasi :

    Tonase : 2.5 ton

    Kapasitas : 10 m3

    Baha bakar : solar

    Tenaga kerja : 1 orang pengemudi dan 2 orang kernet

    Ritasi operasi : 3-4 kali per hari

    Fungsi : Mengangkut sampah dari transfer depo ke TPA

    Pada tahap mendesak, alat angkut yang dimiliki saat ini akan dimanfaatkan

    seefektif mungkin. Kebutuhan peralatan sampai akhir tahun rencana dengan

    melihat jumlah peralatan yang ada saat ini dinilai masih mampu untuk daat

    melayani sampah yang dihasilkan di Kota Bandung.

    Untuk sub sistem teknik operasional diusulkan hal-hal berikut :

    Daerah pelayanan akan diprioritaskan pada daerah urban dengan

    peningkatan kualitas serta tingkat pelayanan

    Peningkatan pelayanan penyapuan jalan dan pembersihan selokan baik di

    jalur utama maupun di jalanjalan sekunder

    Pemisahan tahapan pengelolaan antara pengumpulan dan pengangkutan

    Pengembangan sistem pengumpulan menggunakan gerobak secara individu

    dan komunal. Sebanyak mungkin tidak mengembangkan sistem pengumpulan

    individu dengan pick up kecuali kawasankawasan khusus

    Penyediaan beberapa lokasi transfer depo, sebagai lokasi tahap pemindahan

    sampah untuk dilanjutkan ke tahap pengangkutan

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 15

    Penggunaan angkutan truk untuk tahap pengangkutan dengan sistem dari TPS

    atau dari transfer depo yang satu ke yang lainnya

    Pengarahan sistem kerja dengan satu pengelola tetap untuk pembuangan

    sampah kota, agar sistem pengelolaan keseluruhan dapat terkoordinasi

    dengan baik, khususnya dalam hal pembuangan akhir

    Penyediaan tanah dan pembebasan tanah bagi lokasi transfer depo dan

    pembuangan akhir

    Menambahkan sarana truk, gerobak, dan perlengkapan lain sesuai dengan

    kebutuhan.

    Menyediakan lokasi transfer depo, dan lokasi pembuangan akhir yang dapat

    digunakan untuk jangka panjang dan memenuhi kriteria perencanaan yang

    ada

    E. Pengolahan Sampah

    Dalam upaya pengolahan sampah, dewasa ini Pemerintah Kota Bandung tengah

    mengembangkan Industri Daur Ulang Sampah (Bank Sampah, Biopori,

    Biodigister dan pengomposan) dalam peningkatan pengelolaan sampah di Kota

    Bandung agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya serta

    meminimalisir timbulan sampah yang diangkut ke TPA. Masyarakat termasuk

    dunia usaha dan pemerintah perlu didorong untuk mengembangkan usaha daur

    ulang sampah, baik yang berkaitan dengan penyediaan teknologi daur ulang

    yang murah dan berkualitas, maupun produk-produk daur ulang. Dibutuhkan

    kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha yang konsisten dan

    berkelanjutan untuk membuat terobosan ekologis-ekonomis yang dapat

    mengesankan investor.

    Prinsip dasar kegiatan ini adalah memanfaatkan sampah organik yang dapat

    dimanfaatkan kembali menjadi pupuk cair (Biodigister), maupun pupuk padat

    (pengomposan), sedangkan sampah anorganik terutama plastik yang masih

    memiliki nilai jual, akan dikumpulkan untuk dijual kepada pengepul yang

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 16

    selanjutnya akan diolah menjadi bijih plastik yang mempunyai nilai jual di

    pasaran.

    1. Kegiatan Biodigester

    Mengangkut sampah dengan gerobak sampah di tiap unit rumah untuk di

    bawa ke Tempat Pengelolaan Sampah Sementara dengan radius

    pelayanan ditentukan (tingkat RW sampai dengan tingkat Kecamatan)

    berdasarkan karakteristik lingkungan permukiman tersebut.

    Memilah sampah antara sampah organik dan sampah anorganik.

    Memasukan sampah organik ke mesin pencacah untuk selanjutnya hasil

    pencacahan di masukkan ke dalam komposting untuk dimanfaatkan

    sebagai kompos

    Sedangkan untuk sampah organik dari kegiatan Rumah Tangga akan di

    masukkan ke dalam Biodigester untuk dimanfaatkan sebagai pupuk cair

    yang dapat dijual, selain itu akan dihasilkan gas methan yang dapat

    digunakan sebagai energi lainnya.

    Untuk sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual akan dipilah oleh

    petugas sebagai masukan bagi petugas kebersihan tersebut.

    Untuk sampah yang tidak bisa dimanfaatkan akan kan dipress di TPS

    tingkat kelurahan atau tingkat kecamatan sebelum diangkut untuk

    dibuang ke TPA.

    Adapun secara skematis proses pengelolaan minimalisasi sampah melalui

    Biodigister adalah sebagai berikut :

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 17

    Gambar 7.1

    Skema Proses Pengelolaan Minimalisasi Sampah (Biodigister)

    2. Kegiatan Bank Sampah

    1. Warga diharuskan memilah sampah antara sampah organik dan sampah

    anorganik

    2. Untuk sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual akan dipilah dan

    di jual kepada Bank sampah yang dikelola oleh pihak RW atau petugas

    pengelola bank sampah.

    3. Untuk sampah organik dari kegiatan Rumah Tangga akan di masukkan ke

    dalam lubang biopori yang telah disiapkan di rumah-rumah penduduk.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 18

    4. Untuk sampah yang tidak bisa dimanfaatkan akan kan dipress di TPS

    sebelum dibuang ke TPA.

    Pemilahan Sampah Skala Rumah Tangga

    Sampah Organik Sampah Anorganik

    Lubang Biopori Pemilahan

    Sampah Anorganik Yang Masih Memiliki

    Nilai Jual

    Dibuang ke TPS Terdekat

    Dipress

    Di Buang Ke TPA

    Dijual KeBank Sampah

    Gambar 7. 2

    Skema Proses Pengelolaan Minimalisasi Sampah (Bank Sampah)

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 19

    Kriteria pemilihan lokasi Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) adalah

    sebagai berikut :

    1. Lokasi TPSS memiliki lebar jalan yang dapat di lalui oleh jenis kendaraan

    truk.

    2. Radius pelayanan TPSS dengan jarak 1 Km, dengan pertimbangan jarak

    tempuh maksimum untuk sarana angkutan sampah berupa gerobak

    sampah.

    3. Letak lokasi TPSS tidak jauh dari sumber sampah.

    4. Luas lahan yang diperlukan antara 100 200 m2, untuk dapat

    menampung sarana dan prasarana yang dibutuhkan di setiap lokasi TPSS.

    5. Daerah bebas bajir

    6. Tidak membahayakan/mencemarkan sumber air

    7. Setiap lokasi TPSS dapat melayani 700 sampai 800 KK.

    7.5.3. Aspek Organisasi Dan Manajemen

    A. Institusi

    Sesuai dengan strategi dan arah pengembangan yang telah diuraikan

    sebelumnya berdasarkan tahapan waktu, maka organisasi yang akan diterapkan

    untuk mengelola persampahan di Kota Bandung ini harus mampu untuk

    mengaktifkan sistem dan sub sistem yang lain karena sub sistem manajemen ini

    memegang peran yang strategis.

    B. Struktur Organisasi

    Arah pengembangan dari struktur organisasi pengelolaan persampahan adalah

    PD. Kebersihan dituntut harus mampu mengemban fungsi utama dan subsub

    kegiatan yang dikembangkan :

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 20

    Perencanaan

    Pengumpulan dan Pemindahan

    Pengangkutan dan Pembuangan Akhir

    Retribusi

    Perlengkapan

    C. Personalia

    Masalah personalia yang perlu diperhatikan adalah aspek kualitas dan kuantitas

    sumber daya manusia untuk menjalankan struktur organisasi yang ada. Melihat

    heterogenitas tingkat pendidikan para karyawan pengelolaan persampahan yang

    ada, maka dalam pola rekruitmen karyawan baru harus mulai ditingkatkan

    peranan dan mekanismenya terutama untuk tingkat jabatan sub seksi sampai

    kepala dinas. Sedangkan untuk tenaga operasional dilapangan tidak terlalu

    diperlukan tingkat pendidikan yang tinggi.

    Jumlah tenaga staf untuk struktur organisasi yang akan dibentuk hendaknya

    memperhatikan standar ratio yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya

    Departemen Pekerjaan Umum yaitu 1 orang karyawan/tenaga staff melayani

    1.000 orang penduduk daerah pelayanan, sedangkan untuk tenaga operasional

    adalah 1 orang untuk melayani 500 orang penduduk.

    Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk menjalankan struktur

    organisasi yang ada diperlukan peningkatan keterampilan dan kemampuan

    manajemen staff pengelola kebersihan melalui training dan latihan, khususnya

    menyangkut :

    Sistem dan pola yang direncanakan.

    Perencanaan sistem pengelolaan persampahan kota yang fleksibel mengikuti

    perkembangan kota.

    Diperlukan pengawas lapangan minimal 2 orang yang masingmasing

    menangani sub unit pengumpul/pemindahan dan pengangkutan/ pembuangan

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 21

    akhir dan secara langsung membawahi petugas kebersihan yang terdiri dari

    sopir truk, kernet, petugas gerobak, dan lain - lain.

    D. Uraian Tugas

    PD Kebersihan Kota Bandung khusus menangani persampahan Kota Bandung.

    Secara garis besar tugas tugas dalam organisasi tersebut telah jelas dalam SK

    Walikota.

    E. Tata Laksana Kerja

    Diperlukan tata kerja yang jelas dan sistematis dengan penugasan secara tertulis

    bagi tiaptiap sub unit sehingga dapat dilakukan pemantauan dan evaluasi untuk

    pengendalian operasi dan pengembangan sistem pengelolaan secara efektif.

    Untuk hal ini dapat dikembangkan bentukbentuk formulir pengendalian seperti

    formulir penugasan, pengawasan, penagihan.

    F. Pendidikan dan latihan

    Untuk dapat menunjang penerapan sistem yang diusulkan, akan dilakukan

    pendidikan dan latihan bagi staff pengelola kebersihan dalam upaya peningkatan

    kemampuan di bidang masing-masing.

    Pendidikan dan latihan diusulkan dalam 2 kelompok :

    Pendidikan dan latihan teknik manajemen

    Pendidikan dan laihan teknik operasional

    Untuk tenaga satff lebih ditekankan kepada masalah manajemen, sedangkan

    tenaga operasional harus diberikan tambahan pengetahuan tentang aspek teknik

    dan operasional dari persampahan serta masalah peningkatan peran serta

    masyarakat.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 22

    7.5.4. Aspek Pembiayaan Dan Retribusi

    A. Sub sistem pembiayaan meliputi :

    Peningkatan keampuan pembiayaan dari masyarakat

    Secara bertahap dilakukan perluasan daerah penarikan retribusi kebersihan

    yang tarifnya disesuaikan berdasarkan kelas pendapatan masyarakat

    Mengembangkan wajib bayar retribusi kebersihan khususnya bagi daerah

    yang terlayani

    B. Retribusi

    Peran serta masyarakat untuk menunjang pengelolaan persampahan perlu

    ditingkatkan sehingga usaha kearah membiayai sendiri (self financing) dapat

    segera dicapai dengan cara :

    Meningkatkan jumlah pelanggan dan meningkatkan kualitas pelayanan.

    Struktur retribusi disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat, yang

    ditetapkan metode subsidi silang dimana yang kuat membantu yang lemah.

    Klasifikasi wajib retribusi untuk Kota Bandung akan diuraikan sebagai berikut :

    1. Permukiman/Rumah Tangga

    Kelompok rumah tangga diusulkan terbagi menjadi 3 kelas, dengan kriteria

    sebagai berikut :

    a) Kelas I

    Kondisi rumah permanen dengan luas bangunan antara 250 m2- >

    350 m2

    Fasilitas rumah tangga lengkap

    Terletak di jalan besar dengan pola pelayanan door to door.

    b) Kelas II

    Kondisi rumah permanen dengan luas bangunan antara 60 m

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 23

    Fasilitas rumah tangga memadai

    Pelayanan door to door

    c) Kelas III

    Kondisi rumah permanen dengan luas bangunan 30 m2 -

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 24

    4. Sekolah

    Pembagian kelas untuk sekolah menjadi 2 dengan kriteria sebagai berikut:

    a) Kelas I

    Tingkat SLTP ke atas

    SD dengan jumlah kelas >12 ruangan

    b) Kelas II

    Tingkat SD dan TK

    5. Fasilitas Kesehatan

    Pembagian kelas untuk fasilitas kesehatan menjadi 3, dengan kriteria sebagai

    berikut :

    a) Kelas I

    Mempunyai fasilitas rawat inap > 10 tempat tidur

    b) Kelas II

    Mempunyai fasilitas menginap < 10 tempat tidur

    Tanpa fasilitas menginap tetapi menghasilkan sampah relatif besar

    c) Kelas III

    Puskesmas

    Puskesmas pembantu

    6. Kantor

    Klasifikasi kantor diusulkan menjadi 2 kelas, dengan kriteria sebagai berikut :

    a) Kelas I

    Jumlah karyawan > 50 orang

    b) Kelas II

    Jumlah karyawan < 50 orang

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 25

    7. Hotel

    Pembagian kelas hotel menjadi 2 kelas, dengan kriteria sebagai berikut :

    a) Kelas I

    Tempat tidur > 25

    b) Kelas II

    Tempat tidur < 25

    8. Industri

    Pembagian kelas industri menjadi 3, dengan kriteria sebagai berikut :

    a) Kelas I

    Industri besar

    b) Kelas II

    Industri sedang

    c) Kelas III

    Industri kecil

    9. Rumah Makan

    Pembagian kelas untuk rumah makan menjadi 2 dengan kriteria :

    a) Kelas I

    Rumah makan dengan bangunan permanen dan terletak dijalan

    utama

    Omset penjualan > 75 porsi

    b) Kelas II

    Rumah makan dengan bangunan semi permanen

    Omset penjualan < 75 porsi

    10. Perusahaaan Transportasi

    Pembagian kelas untuk perusahaan transportasi dengan kriteria :

    Angkutan Kota

    Taxi

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 26

    Minibus/Non Bus

    Bus Umum

    Bus Pariwisata

    7.5.5. Aspek Pengaturan

    Dalam sub sistem pengaturan, arahan dalam pengelolaan persampahan Kota

    Bandung adalah sebagai berikut :

    1. Disusun petunjuk pelaksanaan tentang pengelolaan kebersihan di Kota

    Bandung dengan berbasis masyarakat.

    2. Disusun petunjuk teknis tentang kemandirian pengelola persampahan.

    Diperlukan untuk memandirikan pengelola persampahan Kota Bandung,

    agar tidak tergantung pada subsidi dari pemerintah Kota Bandung.

    7.5.6. Peran Serta Masyarakat

    1. Ditingkatkan kegiatan penyuluhan masyarakat yang terutama ditujukan

    untuk:

    a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kebersihan

    dan kesehatan lingkungan

    b) Menginformasikan sistem pengelolaan kebersihan yang akan diterapkan

    di Kota Bandung

    2. Mengarahkan kegiatan kelompokkelompok kerja dan organisasi

    masyarakat agar dapat aktif dan sinkron dengan sistem pengelolaan

    persampahan yang diterapkan di Kota Bandung

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 27

    Peran serta masyarakat yang diterapkan dalam sistem pengelolaan

    persampahan Kota Bandung adalah sebagai berikut :

    Membiasakan hidup dilingkungan yang lebih bersih dan teratur, memelihara

    kebersihan minimal dilingkungannya.

    Masyarakat turut aktif melaksanakan dalam sikus pengelolaan persampahan

    sesuai dengan peran yang diminta.

    Kesadaran untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat, terutama

    tempat-tempat umum.

    Masyarakat saling mengingatkan bila melihat anggota nasyarakat lain yang

    kedapatan melanggar peraturan yang berlaku.

    Masyarakat membayar retribusi persampahan sesuai dengan ketentuan.

    Tokoh masyarakat, ulama dan sesepuh lainnya turut aktif menyebarkan

    informasi dan penerangan masalah penanganan kebersihan secara bersama-

    sama, serta turut membina dilingkungannya.

    Berikut ini usulan tehapan pembinaan, sehingga komponen peran serta

    masyarakat dapat meningkat menjadi sub sistem pengelolaan persampahan :

    Identifikasi kondisi/struktur sosial dan budaya masyarakat secara mendalam.

    Penyusunan konsep penyuluhan kepada masyarakat.

    Penerbitan surat keputusan Walikota dalam rangka peningkatan pembinaan

    peran serta masyarakat dibidang kebersihan. Program ini memerlukan

    partisipasi dari instansi pemerintah, swasta lembaga lainnya, pengurus

    mesjid, unsur kecamatan dan kelurahan.

    Penjadualan daerah yang akan mendapat prioritas program penyuluhan,

    sesuai dengan kriteria.

    Pelaksanaan program secara bertahap sesuai jadual.

    Memperluas daerah yang dinyatakan bebas sampah.

  • LAPORAN AKHIR 2013

    Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 28

    Memelihara kondisi daerah yang telah mendapat penyuluhan.

    Setiap tahap pelaksanaan harus diiringi dengan kesiapan pengelolaan

    selanjutnya.