13. bab vii
DESCRIPTION
perencanaan persampahanTRANSCRIPT
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 1
BAB VII
RENCANA INDUK PERSAMPAHAN KOTA BANDUNG
7.1. Umum
Rencana induk persampahan yang disusun dalam bab ini merupakan hasil
rumusan dari pembahasan babbab sebelumnya.
Sebagai dasar pertimbangan, maka rencana induk ini menggambarkan sistem
pengelolaan persampahan yang dapat dijadikan pedoman pengelolaan
persampahan di Kota Bandung.
7.2. Tujuan Dan Sasaran Yang Ingin Dicapai
Tujuan pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kota Bandung adalah :
a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pengelolaan persampahan Kota
Bandung
b) Membenahi dan melengkapi sistem pengelolaan yang ada
c) Meningkatkan kualitas kerja pengelolaan sampah kota
d) Mengatasi berbagai permasalahan yang ada dan mencegah permasalahan
yang mungkin dapat terjadi di masa yang akan datang.
e) Mengarahkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
kaitannya dengan pengelolaan persampahan terpadu berbasis 3R.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 2
Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah :
a) Mengembangkan sistem organisasi yang tepat, lengkap, dan efektif. Hal ini
menyangkut :
Penyusunan struktur organisasi yang tepat, lengkap, dan efektif.
Pengarahan tata kerja yang sistematis.
Pengembangan personalia menyangkut peningkatan kemampuan.
b) Meningkatkan kapasitas kerja operasional pengelolaan persampahan Kota
Bandung. Hal ini menyangkut :
Pengembangan sistem teknis operasional yang tepat dan efektif, dengan
pembagian kerja yang jelas antara tahaptahap pengelolaan dan
pengelolanya.
Mengarahkan sistem dan pola pengelolaan persampahan yang tepat dan
efektif.
Mengestimasikan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan untuk Kota Bandung di masa yang akan datang sesuai
dengan perkembangan kota
c) Meningkatkan kemampuan pembiayaan swadaya masyarakat dalam
pengelolaan persampahan.
d) Melengkapi peraturanperaturan yang ada saat ini dengan peraturan
peraturan khusus yang lebih terperinci.
e) Mengarahkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kebersihan
lingkungan dalam bentuk organisasi dengan sistem kerja yang sinkron dan
sistematis.
f) Target pelayanan sampah Kota Bandung :
Tingkat fungsionalisasi TPA melalui pemanfaatan teknologi yang
berwawasan lingkungan. Tingkat pelayanannnya sampai tahun 2025
adalah 100 %.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 3
Menggunakan teknologi biodigester sampai tahun 2025. Cakupan
pelayanannnanya adiharapkan mencapai 1 % sampai tahun 2018.
Menggunakan Tempat Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah
Lingkungan dengan target cakupan pelayanan sampai tahun 2025adalah
34 %
% sampah yang dikelola secara landfill ampai tahun 2025 adalah 25 %
Prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) adalah 30 % sampai tahun 2025.
7.3. Strategi Pengembangan
Dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut diatas, maka penerapan sistem
tidak dapat dilaksanakan sekaligus. Hal tersebut adalah mengingat kesiapan
aparat pemerintah daerah dan masyarakat kota yang perlu dipersiapkan dan
dikondisikan terlebih dahulu.
Dalam hal ini maka strategi pengembangan yang diambil adalah melalui :
a) Pengembangan bertahap
b) Proyek perintisan
Cakupan pelayanan pengelolaan sampah berdasarkan RPJMD sampai tahun
2025 adalah 90 % yang terdiri 25 % menggunakan landfill dan sisasanya (65%)
melalui 3 R, biodegeser dan tempat pengolahan sampah berbasisis teknologi
ramah lingkungan.
Pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kota Bandung akan untuk
nodilakukan dalam 3 tahapan, yaitu :
a. Tahap mendesak tahun 2014-2015
b. Tahap 1 pada periode 2016-2020
c. Tahap 2 hingga tahun 2021-2025
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 4
maka tiap tahapan pengembangan akan dilakukan :
a) Tahap Mendesak (2014-2015) :
Dilakukan untuk 2 tahun pertama, dengan penekanan pada perbaikan dan
pemecahan permasalahan yang mendesak, khususnya menyangkut :
Peningkatan kuantitas pelayanan perbaikan operasional sistem
Fase uji coba bagi sistem yang akan diterapkan
Mempersiapkan pengembangan organisasi dan pengaturan yang
mendukung sistem baru
Pembinaan kemampuan membiayai sendiri
Peningkatan SDM
Peningkatan kegiatan penyuluhan masyarakat.
Cakupan Pelayanan Persampahan mencapai 87 % - 88 %
Persentase sampah yang dikonversi menjadi energi dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan (waste to energy) sebanyak 1 % - 5 %
Menggunakan teknologi biodigester sebanyak 1% setiap tahunnya
Persentase sampah yang dikelola secara landfill sebanyak 66 % - 63 %
Prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) sebanyak 20 % - 24 %
b) Tahap I (2016-2020) :
Pada tahap ini sistem yang direncanakan diterapkan dengan target :
Sistem Operasional telah sepenuhnya diterapkan mencakup :
- Penggunaan peralatan dan sarana
- Lokasi pembuangan jangka panjang
- Sistem pengumpulan/pengangkutan yang terpisah
Fungsi-fungsi perencanaan dan pelaksanaan telah dapat dilaksanakan
dibawah sistem organisasi yang diusulkan.
Partisipasi masyarakat telah berjalan dan dapat mengikuti sistem yang
dikembangkan.
Cakupan Pelayanan Persampahan mencapai 89 % - 90 %
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 5
Tingkat fungsionalisasi TPA melalui pemanfaatan teknologi yang
berwawasan lingkungan telah berfungsi 100 %
% sampah yang dikonversi menjadi energi dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan (waste to energy) sebanyak 25 % - 35 %
Menggunakan teknologi biodigester sebanyak 1% setiap tahunnya
Menggunakan Tempat Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah
Lingkungan sebanyak 20 % - 34 %
% sampah yang dikelola secara landfill sebanyak 42 % - 25 %
Prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) sebanyak 26 % - 30 %
c) Tahap II (2021-2025):
Dalam tahap II ini diharapkan sistem yang direncanakan telah sepenuhnya
berjalan dan target yang dituju antara lain :
Kapasitas pengelolaan mencapai 100%
Penarikan retribusi mencapai 100%
Sepenuhnya mampu membiayai sendiri
Kualitas pelayanan ditingkatkan
Sitem berkembang sejalan dengan perkembangan kota
Cakupan Pelayanan Persampahan mencapai 91 % - 100 %
Tingkat fungsionalisasi TPA melalui pemanfaatan teknologi yang
berwawasan lingkungan telah berfungsi 100 %
% sampah yang dikonversi menjadi energi dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan (waste to energy) sebanyak 50 % - 75 %
Menggunakan teknologi biodigester sebanyak 1% setiap tahunnya
Menggunakan Tempat Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah
Lingkungan sebanyak 40 % - 50 %
% sampah yang dikelola secara landfill sebanyak 20 % - 15 %
Prosentase sampah yang dikelola dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,
Recycle) sebanyak 32 % - 34 %
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 6
7.4. Rencana Induk Minimasi Sampah
Sebagai satu strategi dalam penerapan sistem pengelolaan persampahan yang
direncanakan, akan akan dilakukan proyek perintisan yang mengambill pada
beberapa lokasi kecamatan. Proyek ini adalah penentuan beberapa tempat yang
dijadikan lokasi Tempat Pengelolaan Sampah dengan menggunakan sistem
biodigester, bank sampah atau biopori. Hal ini adalah dalam rangka pembinaan
masyarakat oleh Pemerintah Kota Bandung agar masyarakat mengelola sendiri
kebersihan/persampahan di wilayahnya. Disamping itu, proyek perintisan ini
dilakukan untuk memberi contoh sistem pengelolaan yang baik kepada
masyarakat kota.
Proyek perintisan ini dilaksanakan dengan sistem modul, dimana suatu daerah
ditentukan secara bersama untuk diterapkan suatu sistem pengelolaan baru.
Kebutuhan lahan untuk tempat pengelolaan sampah organik dengan
menggunakan biodigester dan sarana penunjangnya adalah seluas 30 m2 dengan
skala pelayanan tingkat RW atau di sesuaikan dengan tingkat pelayanannya,
sedangkan untuk sistem bank sampah dan lubang biopori relatif tergantung
ketersediannya lahan.
Proyek perintisan dalam bentuk pengelolaan sampah merupakan upaya
mereduksi timbulan sampah dan memberikan manfaat jangka panjang, yaitu :
Mengurangi biaya pengelolaan dan investasi
Memperpanjang usia TPA
Memberikan kesempatan kerja
Memberikan kesempatan bersusaha
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 7
7.5. Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan
7.5.1. Umum
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka diusulkan suatu bentuk sistem
pengelolaan persampahan sebagai pedoman rencana jangka panjang
pengelolaan persampahan Kota Bandung.
Rencana jangka panjang sistem pengelolaan persampahan Kota Bandung adalah :
1. Pengembangan sistem pengelolaan terpadu dan menyeluruh dengan
koordinasi dibawah satu pengelola kebersihan kota, yang dibantu oleh
pengelola yang ada saat ini antara lain pasar, organisasi lingkungan dan
pengelola swasta.
Sistem pengelolaan seperti ini sangat mendukung pembagian kerja yang
seimbang serta tercapainya hasil kerja yang efektif dan pola kerja yang efisien
dan sistematis.
Hal ini dapat diperoleh melalui :
Pengembangan organisasi dengan fungsi-fungsi yang lengkap
Pengembangan bentuk koordinasi yang sesuai dan fleksibel diantara
pengelola-pengelola yang ada.
Penyusunan tata kerja dan pembagian tugas yang jelas didukung pengaturan
yang terinci.
2. Pengembangan sistem teknis operasional penanganan persampahan Kota
Bandung yang sistematis dan efektif, melalui :
a) Pengembangan sistem pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan
yang terpisah
b) Pembentukan kelompok-kelompok kerja yang bertugas membantu dalam
hal pengumpulan sampah dilingkungan masing-masing.
c) Mengarahkan kelompok/organisasi yang ikut mengelola pemindahan dan
pengangkutan sampah secara jelas dan pembebanan merata.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 8
d) Pengembangan sistem pengumpulan yang sesuai dengan kondisi
lingkungan masing-masing.
Sistem pengumpulan alternatif adalah :
Individu dengan gerobak
Komunal dengan gerobak keliling
Komunal dengan TPS
Sistem yang diusulkan kesemuanya merupakan tahap pengumpulan yang
terpisah dari tahap selanjutnya, dan diakhiri dengan membawa sampah
kesuatu transfer depo yang lokasinya strategis.
e) Penyediaan lokasi-lokasi pemindahan, yaitu : transfer depo.
Disini dilakukan pemindahan sampah dari gerobak pengumpul ke truk
pengangkut
f) Pengembangan pola pengangkutan sampah TPS ke TPS atau dari transfer
depo yang satu ke yang lainnya hingga penuh untuk diangkut ke
pembuangan akhir.
g) Pengembangan sistem pembuangan akhir yang lebih baik yaitu :
Pemilihan lokasi yang tepat
Sistem pembuangan Controlled Landfill/Sanitary Landfill
Dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan
3. Penyempurnaan sistem pembiayaan pengelolaan persampahan Kota Bandung
antara lain :
Kemampuan pembiayaan sendiri yang ditingkatkan
Penetapan wajib bayar retribusi dengan tarif yang disesuaikan menurut
tingkat pendapatan masyarakat
4. Melengkapi peraturan-paraturan yang ada dengan peraturan yang lebih
terinci dan pembaharuan peraturan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi
kota.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 9
5. Meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat dalam penanganan
kebersihan kota.
6. Melibatkan organisasi masyarakat dalam sistem pengelolaan persampahan
kota.
7.5.2. Aspek Operasional
A. Pewadahan
Dengan memperhatikan kondisi pewadahan yang ada saat ini, cara pewadahan
hendaknya disesuaikan dengan kondisi setempat, dengan memperhatikan faktor
efisiensi, kepraktisan nilai cost dan lain-lain.
Perencanaan desain pewadahan didasarkan atas pertimbangan :
Sesuai dengan fungsi yang diharapkan sebagai tempat atau alat untuk
menampung sampah pada sumbernya.
Sesuai dengan desain pola pengumpulan
Mempunyai kapasitas untuk menampung sampah
Penyeragama alat dan penempatan, dapat membantu kelancaran operasional
Kemudahan dalam mekanisme pengisian dan pengosongan serta pembersihan
Cara pemeliharaan pewadahan agar tidak cepat rusak salah satunya dengan
memisahkan antara sampah basah dan sampah kering dalam wadah-wadah
plastik.
Jenis pewadahan yang direncanakan adalah sebagai berikut :
a) Untuk Sampah Rumah Tangga
Perumahan teratur dengan pola pengumpulan individual. Pewadahan dengan
bin dari drum atau plastik dengan diberi kaki, kapasitas 40 liter diberi tutup
serta diberi warna, untuk membedakan sampah organik dengan sampah
anorganik.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 10
Perumahan tidak teratur dengan pola pengumpulan komunal. Pewadahan
dibungkus dengan kantong plastik warna untuk membedakan sampah organik
dan anorganik. Penggantian bin rumah tangga dilakukan secara bertahap.
b) Untuk Sampah Komersil dan Institusi
Pewadahan dengan bin dari drum kapasitas 50 liter
c) Untuk Sampah Jalan
Pengadaan bin untuk rumah tangga, komersil dan institusi menjadi
tanggungjawab penghasil sampah, sedangkan pengadaan bin jalan menjadi
tanggungjawab Pemerintah Daerah.
a) Tahap Mendesak
Pewadahan untuk sampah rumah tangga umumnya masih menggunakan
wadah yang dipakai sekarang, yaitu bin dari drum dan sejenisnya, akan tetapi
untuk perumahan teratur rencana sistem pewadahan dengan menggunakan
wadah yang diberi warna untuk membedakan sampah organik dan anorganik,
dengan demikian pemilahan sampah dilakukan langsung dari sumber sampah.
Bersamaan dengan penyuluhan terhadap terhadap masyarakat untuk
menggunakan pewadahan yang diberi warna, menjadi salah satu program
dalam penyuluhan, karena secara berangsur-angsur diharapkan sistem ini
dapat berjalan lancar untuk menunjang terhadap program yang akan di
terapkan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung.
b) Tahap I
Sebagian besar pewadahan rumah tangga, komersial dan institusi sudah
menggunakan bin dari drum dengan tutup dan kaki serta telah melakukan
pemilahan dengan memasukan sampah sesuai dengan warna wadah sampah
yaitu organik dan anorganik.
Pengadaan bin jalan akan dilaksanakan pada jalan utama yang belum terdapat
bin. Sedangkan bin jalan lainnya yang telah dipasang pada tahap sebelumnya
mendapat perbaikan atau penggantian.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 11
c) Tahap II (Arahan Jangka Panjang )
Diharapkan seluruh sumber sampah telah mempunyai pewadahan yang baik
dari kualitas dan memenuhi syarat kesehatan serta telah dilakukan
pemililahan sampah langsung dari sumber sampah.
B. Pengumpulan
Alat pengumpul yang sesuai untuk Kota Bandung ialah gerobak dorong dan
triseda, hal ini disesuaikan dengan keadaan kota yang relatif datar serta
kepadatan bangunan yang ada, sehingga beban yang dipikul oleh petugas
pengumpul tidak terlalu berat. Alat pengumpul ini dipergunakan mengumpulkan
sampah dari sumber ke kontainer sampah dan ke Transfer Depo.
Sistem pengumpulan dipengaruhi oleh :
Kepadatan penduduk dan keterautan daerah atau tingkat penyebaran
rumah di daerah pelayanan
Kondisi fisik daerah pelayanan
Kondisi sarana perhubungan, panjang dan lebar jalan.
Adapun kebutuhan alat pengumpul ditentukan oleh :
Jumlah penduduk dan timbulan sampah pada daerah pelayanan
Jumlah ritasi operasi
Sistem pengumpulan yang direncanakan di Kota Bandung adalah :
Sistem door to door, yaitu sampah diambil langsung oleh petugas dari
sumbernya yang menggunakan gerobak
Sistem Komunal, yaitu pelanggan sendiri yang mengantarkan sampahnya
ke alat pengumpul untuk berhenti di tempat-tempat tertentu.
Sistem door to door akan dilaksanakan pada perumahan teratur dan daerah
komersil/pertokoan. Sistem komunal akan diterapkan pada daerah yang belum
teratur dan daerah yang tidak memungkinkan operasi gerobak karena kondisi
fisiknya.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 12
C. Pemindahan
Pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat pengangkut sebaiknya
menggunakan sistem transfer depo, yaitu tempat berlangsungnya pemindahan
dari alat pengumpul ke alat pengangkut yang sifatnya tetap.
Pemindahan merupakan fase antara pengumpulan dan pengangkutan.
Pemilihan sistem pemindahan dipertimbangkan atas dasar :
Jumlah sampah yang dilayani
Luas daerah pelayanan
Tingkat kesulitan penyediaan lahan
Jumlah dan jenis peralatan
Beban aktivitas dilokasi pemindahan
Pemindahan sampah yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Gerobak Sampah, pemindahan sampah dari permukiman dengan sistem
individual atau komunal tidak langsung, dengan sarana jalan atau gang dapat
digunakan sarana gerobak.
Fungsi utama sebagai TPS, yaitu sampah yang dihasilkan ditampung pada
gerobak tersebut, kemudian sampah diambil oleh armada pengangkut (dump
truck) atau arm roll truck.
Pada lokasi proyek rintisan, pemindahan sampah dilakukan oleh gerobak
sampah untuk selanjutnya di bawa ke Tempat Pengolahan Sampah Sementara
(TPSS) untuk dilakukan pemilahan antara sampah organik dan anorganik.
Sampah organik selanjutnya akan di bawa ke tempat pembuatan kompos di
Sarimukti, sementara sampah anorganik di olah untuk dijual kepengumpul.
Motor sampah, pemindahan sampah dari permukiman dengan sistem door to
door atau komunal dapat digunakan sarana motor sampah (motor roda tiga),
yaitu sampah yang dihasilkan ditampung pada motor sampah tersebut,
kemudian sampah diambil oleh armada pengangkut untuk diangkut ke TPS.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 13
Cara ini dipakai pada daerah yang letaknya diluar jangkauan stasiun transfer
depo.
Transfer depo, Yaitu tempat berlangsungnya pemindahan sampah dari
gerobak atau motor sampah ke dalam truk pengangkut yang bersifat tetap.
Transfer depo berbentuk pelataran, pada umumnya dilengkapi dengan kantor
lapangan untuk pusat koordinasi operasional di blok pelayanan yang
bersangkutan, akan tetapi dapat juga tanpa perlengkapan tersebut, jadi hanya
pelataran saja sehingga lahan yang dibutuhkan cukup kecil.
Pertemuan antara gerobak atau motor sampah harus mengikuti jadual yang
telah ditetapkan. Pada sistem ini sampah langsung diangkut ke TPA, sehingga
tidak sempat tertimbun. Dengan demikian keadaan transfer depo lebih
higienis dan tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan di sekitarnya,
bahkan dengan menambah tanaman hias di sekitar lokasi akan
menghilangkan kesan sebagai tempat operasional persampahan.
Container Arm Roll Truck
Pertimbangan lain dalam kesulitan mendapatkan lahan yang luas 200 m2
maka dapat dipilih untuk penempatan container arm roll truck.
Fungsi utama sebagai TPS untuk pola pelayanan komunal langsung yaitu
sampah yang dihasilkan ditampung pada container dan kemudian sampah
diambil oleh armada arm roll truck dan langsung dibuang ke TPA. Untuk
stasiun transfer container uni manual cukup untuk 2 container, dimana pada
saat pengambil container yang sudah penuh container yang kosong
ditempatkan disamping, sarana jalan yang ada harus cukup memadai untuk
dilintasi arm roll truck.
D. Pengangkutan
Suatu rencana operasi pengangkutan akan disusun untuk meningkatkan efisiensi
yang berarti peningkatan kepasitas pelayanan, yang meliputi rencana jadual
operasi, pembagian daerah pelayanan, dan routepengangkutan. Alat angkut yang
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 14
cocok digunakan untuk mengangkut sampah komersil di Kota Bandung adalah
dump truck, arm roll truck sebab waktu tempuh untuk tiap rit pengangkutan
sampah relatif lebih jauh. Sesuai dengan sistem pemindahan yang direncanakan,
maka alat angkut yang dibutuhkan adalah :
Dump truck spesifikasi :
Tonase : 2.5 ton
Kapasitas : 10 m3
Baha bakar : solar
Tenaga kerja : 1 orang pengemudi dan 2 orang kernet
Ritasi operasi : 3-4 kali per hari
Fungsi : Mengangkut sampah dari transfer depo ke TPA
Pada tahap mendesak, alat angkut yang dimiliki saat ini akan dimanfaatkan
seefektif mungkin. Kebutuhan peralatan sampai akhir tahun rencana dengan
melihat jumlah peralatan yang ada saat ini dinilai masih mampu untuk daat
melayani sampah yang dihasilkan di Kota Bandung.
Untuk sub sistem teknik operasional diusulkan hal-hal berikut :
Daerah pelayanan akan diprioritaskan pada daerah urban dengan
peningkatan kualitas serta tingkat pelayanan
Peningkatan pelayanan penyapuan jalan dan pembersihan selokan baik di
jalur utama maupun di jalanjalan sekunder
Pemisahan tahapan pengelolaan antara pengumpulan dan pengangkutan
Pengembangan sistem pengumpulan menggunakan gerobak secara individu
dan komunal. Sebanyak mungkin tidak mengembangkan sistem pengumpulan
individu dengan pick up kecuali kawasankawasan khusus
Penyediaan beberapa lokasi transfer depo, sebagai lokasi tahap pemindahan
sampah untuk dilanjutkan ke tahap pengangkutan
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 15
Penggunaan angkutan truk untuk tahap pengangkutan dengan sistem dari TPS
atau dari transfer depo yang satu ke yang lainnya
Pengarahan sistem kerja dengan satu pengelola tetap untuk pembuangan
sampah kota, agar sistem pengelolaan keseluruhan dapat terkoordinasi
dengan baik, khususnya dalam hal pembuangan akhir
Penyediaan tanah dan pembebasan tanah bagi lokasi transfer depo dan
pembuangan akhir
Menambahkan sarana truk, gerobak, dan perlengkapan lain sesuai dengan
kebutuhan.
Menyediakan lokasi transfer depo, dan lokasi pembuangan akhir yang dapat
digunakan untuk jangka panjang dan memenuhi kriteria perencanaan yang
ada
E. Pengolahan Sampah
Dalam upaya pengolahan sampah, dewasa ini Pemerintah Kota Bandung tengah
mengembangkan Industri Daur Ulang Sampah (Bank Sampah, Biopori,
Biodigister dan pengomposan) dalam peningkatan pengelolaan sampah di Kota
Bandung agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya serta
meminimalisir timbulan sampah yang diangkut ke TPA. Masyarakat termasuk
dunia usaha dan pemerintah perlu didorong untuk mengembangkan usaha daur
ulang sampah, baik yang berkaitan dengan penyediaan teknologi daur ulang
yang murah dan berkualitas, maupun produk-produk daur ulang. Dibutuhkan
kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha yang konsisten dan
berkelanjutan untuk membuat terobosan ekologis-ekonomis yang dapat
mengesankan investor.
Prinsip dasar kegiatan ini adalah memanfaatkan sampah organik yang dapat
dimanfaatkan kembali menjadi pupuk cair (Biodigister), maupun pupuk padat
(pengomposan), sedangkan sampah anorganik terutama plastik yang masih
memiliki nilai jual, akan dikumpulkan untuk dijual kepada pengepul yang
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 16
selanjutnya akan diolah menjadi bijih plastik yang mempunyai nilai jual di
pasaran.
1. Kegiatan Biodigester
Mengangkut sampah dengan gerobak sampah di tiap unit rumah untuk di
bawa ke Tempat Pengelolaan Sampah Sementara dengan radius
pelayanan ditentukan (tingkat RW sampai dengan tingkat Kecamatan)
berdasarkan karakteristik lingkungan permukiman tersebut.
Memilah sampah antara sampah organik dan sampah anorganik.
Memasukan sampah organik ke mesin pencacah untuk selanjutnya hasil
pencacahan di masukkan ke dalam komposting untuk dimanfaatkan
sebagai kompos
Sedangkan untuk sampah organik dari kegiatan Rumah Tangga akan di
masukkan ke dalam Biodigester untuk dimanfaatkan sebagai pupuk cair
yang dapat dijual, selain itu akan dihasilkan gas methan yang dapat
digunakan sebagai energi lainnya.
Untuk sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual akan dipilah oleh
petugas sebagai masukan bagi petugas kebersihan tersebut.
Untuk sampah yang tidak bisa dimanfaatkan akan kan dipress di TPS
tingkat kelurahan atau tingkat kecamatan sebelum diangkut untuk
dibuang ke TPA.
Adapun secara skematis proses pengelolaan minimalisasi sampah melalui
Biodigister adalah sebagai berikut :
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 17
Gambar 7.1
Skema Proses Pengelolaan Minimalisasi Sampah (Biodigister)
2. Kegiatan Bank Sampah
1. Warga diharuskan memilah sampah antara sampah organik dan sampah
anorganik
2. Untuk sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual akan dipilah dan
di jual kepada Bank sampah yang dikelola oleh pihak RW atau petugas
pengelola bank sampah.
3. Untuk sampah organik dari kegiatan Rumah Tangga akan di masukkan ke
dalam lubang biopori yang telah disiapkan di rumah-rumah penduduk.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 18
4. Untuk sampah yang tidak bisa dimanfaatkan akan kan dipress di TPS
sebelum dibuang ke TPA.
Pemilahan Sampah Skala Rumah Tangga
Sampah Organik Sampah Anorganik
Lubang Biopori Pemilahan
Sampah Anorganik Yang Masih Memiliki
Nilai Jual
Dibuang ke TPS Terdekat
Dipress
Di Buang Ke TPA
Dijual KeBank Sampah
Gambar 7. 2
Skema Proses Pengelolaan Minimalisasi Sampah (Bank Sampah)
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 19
Kriteria pemilihan lokasi Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) adalah
sebagai berikut :
1. Lokasi TPSS memiliki lebar jalan yang dapat di lalui oleh jenis kendaraan
truk.
2. Radius pelayanan TPSS dengan jarak 1 Km, dengan pertimbangan jarak
tempuh maksimum untuk sarana angkutan sampah berupa gerobak
sampah.
3. Letak lokasi TPSS tidak jauh dari sumber sampah.
4. Luas lahan yang diperlukan antara 100 200 m2, untuk dapat
menampung sarana dan prasarana yang dibutuhkan di setiap lokasi TPSS.
5. Daerah bebas bajir
6. Tidak membahayakan/mencemarkan sumber air
7. Setiap lokasi TPSS dapat melayani 700 sampai 800 KK.
7.5.3. Aspek Organisasi Dan Manajemen
A. Institusi
Sesuai dengan strategi dan arah pengembangan yang telah diuraikan
sebelumnya berdasarkan tahapan waktu, maka organisasi yang akan diterapkan
untuk mengelola persampahan di Kota Bandung ini harus mampu untuk
mengaktifkan sistem dan sub sistem yang lain karena sub sistem manajemen ini
memegang peran yang strategis.
B. Struktur Organisasi
Arah pengembangan dari struktur organisasi pengelolaan persampahan adalah
PD. Kebersihan dituntut harus mampu mengemban fungsi utama dan subsub
kegiatan yang dikembangkan :
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 20
Perencanaan
Pengumpulan dan Pemindahan
Pengangkutan dan Pembuangan Akhir
Retribusi
Perlengkapan
C. Personalia
Masalah personalia yang perlu diperhatikan adalah aspek kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia untuk menjalankan struktur organisasi yang ada. Melihat
heterogenitas tingkat pendidikan para karyawan pengelolaan persampahan yang
ada, maka dalam pola rekruitmen karyawan baru harus mulai ditingkatkan
peranan dan mekanismenya terutama untuk tingkat jabatan sub seksi sampai
kepala dinas. Sedangkan untuk tenaga operasional dilapangan tidak terlalu
diperlukan tingkat pendidikan yang tinggi.
Jumlah tenaga staf untuk struktur organisasi yang akan dibentuk hendaknya
memperhatikan standar ratio yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum yaitu 1 orang karyawan/tenaga staff melayani
1.000 orang penduduk daerah pelayanan, sedangkan untuk tenaga operasional
adalah 1 orang untuk melayani 500 orang penduduk.
Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk menjalankan struktur
organisasi yang ada diperlukan peningkatan keterampilan dan kemampuan
manajemen staff pengelola kebersihan melalui training dan latihan, khususnya
menyangkut :
Sistem dan pola yang direncanakan.
Perencanaan sistem pengelolaan persampahan kota yang fleksibel mengikuti
perkembangan kota.
Diperlukan pengawas lapangan minimal 2 orang yang masingmasing
menangani sub unit pengumpul/pemindahan dan pengangkutan/ pembuangan
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 21
akhir dan secara langsung membawahi petugas kebersihan yang terdiri dari
sopir truk, kernet, petugas gerobak, dan lain - lain.
D. Uraian Tugas
PD Kebersihan Kota Bandung khusus menangani persampahan Kota Bandung.
Secara garis besar tugas tugas dalam organisasi tersebut telah jelas dalam SK
Walikota.
E. Tata Laksana Kerja
Diperlukan tata kerja yang jelas dan sistematis dengan penugasan secara tertulis
bagi tiaptiap sub unit sehingga dapat dilakukan pemantauan dan evaluasi untuk
pengendalian operasi dan pengembangan sistem pengelolaan secara efektif.
Untuk hal ini dapat dikembangkan bentukbentuk formulir pengendalian seperti
formulir penugasan, pengawasan, penagihan.
F. Pendidikan dan latihan
Untuk dapat menunjang penerapan sistem yang diusulkan, akan dilakukan
pendidikan dan latihan bagi staff pengelola kebersihan dalam upaya peningkatan
kemampuan di bidang masing-masing.
Pendidikan dan latihan diusulkan dalam 2 kelompok :
Pendidikan dan latihan teknik manajemen
Pendidikan dan laihan teknik operasional
Untuk tenaga satff lebih ditekankan kepada masalah manajemen, sedangkan
tenaga operasional harus diberikan tambahan pengetahuan tentang aspek teknik
dan operasional dari persampahan serta masalah peningkatan peran serta
masyarakat.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 22
7.5.4. Aspek Pembiayaan Dan Retribusi
A. Sub sistem pembiayaan meliputi :
Peningkatan keampuan pembiayaan dari masyarakat
Secara bertahap dilakukan perluasan daerah penarikan retribusi kebersihan
yang tarifnya disesuaikan berdasarkan kelas pendapatan masyarakat
Mengembangkan wajib bayar retribusi kebersihan khususnya bagi daerah
yang terlayani
B. Retribusi
Peran serta masyarakat untuk menunjang pengelolaan persampahan perlu
ditingkatkan sehingga usaha kearah membiayai sendiri (self financing) dapat
segera dicapai dengan cara :
Meningkatkan jumlah pelanggan dan meningkatkan kualitas pelayanan.
Struktur retribusi disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat, yang
ditetapkan metode subsidi silang dimana yang kuat membantu yang lemah.
Klasifikasi wajib retribusi untuk Kota Bandung akan diuraikan sebagai berikut :
1. Permukiman/Rumah Tangga
Kelompok rumah tangga diusulkan terbagi menjadi 3 kelas, dengan kriteria
sebagai berikut :
a) Kelas I
Kondisi rumah permanen dengan luas bangunan antara 250 m2- >
350 m2
Fasilitas rumah tangga lengkap
Terletak di jalan besar dengan pola pelayanan door to door.
b) Kelas II
Kondisi rumah permanen dengan luas bangunan antara 60 m
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 23
Fasilitas rumah tangga memadai
Pelayanan door to door
c) Kelas III
Kondisi rumah permanen dengan luas bangunan 30 m2 -
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 24
4. Sekolah
Pembagian kelas untuk sekolah menjadi 2 dengan kriteria sebagai berikut:
a) Kelas I
Tingkat SLTP ke atas
SD dengan jumlah kelas >12 ruangan
b) Kelas II
Tingkat SD dan TK
5. Fasilitas Kesehatan
Pembagian kelas untuk fasilitas kesehatan menjadi 3, dengan kriteria sebagai
berikut :
a) Kelas I
Mempunyai fasilitas rawat inap > 10 tempat tidur
b) Kelas II
Mempunyai fasilitas menginap < 10 tempat tidur
Tanpa fasilitas menginap tetapi menghasilkan sampah relatif besar
c) Kelas III
Puskesmas
Puskesmas pembantu
6. Kantor
Klasifikasi kantor diusulkan menjadi 2 kelas, dengan kriteria sebagai berikut :
a) Kelas I
Jumlah karyawan > 50 orang
b) Kelas II
Jumlah karyawan < 50 orang
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 25
7. Hotel
Pembagian kelas hotel menjadi 2 kelas, dengan kriteria sebagai berikut :
a) Kelas I
Tempat tidur > 25
b) Kelas II
Tempat tidur < 25
8. Industri
Pembagian kelas industri menjadi 3, dengan kriteria sebagai berikut :
a) Kelas I
Industri besar
b) Kelas II
Industri sedang
c) Kelas III
Industri kecil
9. Rumah Makan
Pembagian kelas untuk rumah makan menjadi 2 dengan kriteria :
a) Kelas I
Rumah makan dengan bangunan permanen dan terletak dijalan
utama
Omset penjualan > 75 porsi
b) Kelas II
Rumah makan dengan bangunan semi permanen
Omset penjualan < 75 porsi
10. Perusahaaan Transportasi
Pembagian kelas untuk perusahaan transportasi dengan kriteria :
Angkutan Kota
Taxi
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 26
Minibus/Non Bus
Bus Umum
Bus Pariwisata
7.5.5. Aspek Pengaturan
Dalam sub sistem pengaturan, arahan dalam pengelolaan persampahan Kota
Bandung adalah sebagai berikut :
1. Disusun petunjuk pelaksanaan tentang pengelolaan kebersihan di Kota
Bandung dengan berbasis masyarakat.
2. Disusun petunjuk teknis tentang kemandirian pengelola persampahan.
Diperlukan untuk memandirikan pengelola persampahan Kota Bandung,
agar tidak tergantung pada subsidi dari pemerintah Kota Bandung.
7.5.6. Peran Serta Masyarakat
1. Ditingkatkan kegiatan penyuluhan masyarakat yang terutama ditujukan
untuk:
a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kebersihan
dan kesehatan lingkungan
b) Menginformasikan sistem pengelolaan kebersihan yang akan diterapkan
di Kota Bandung
2. Mengarahkan kegiatan kelompokkelompok kerja dan organisasi
masyarakat agar dapat aktif dan sinkron dengan sistem pengelolaan
persampahan yang diterapkan di Kota Bandung
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 27
Peran serta masyarakat yang diterapkan dalam sistem pengelolaan
persampahan Kota Bandung adalah sebagai berikut :
Membiasakan hidup dilingkungan yang lebih bersih dan teratur, memelihara
kebersihan minimal dilingkungannya.
Masyarakat turut aktif melaksanakan dalam sikus pengelolaan persampahan
sesuai dengan peran yang diminta.
Kesadaran untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat, terutama
tempat-tempat umum.
Masyarakat saling mengingatkan bila melihat anggota nasyarakat lain yang
kedapatan melanggar peraturan yang berlaku.
Masyarakat membayar retribusi persampahan sesuai dengan ketentuan.
Tokoh masyarakat, ulama dan sesepuh lainnya turut aktif menyebarkan
informasi dan penerangan masalah penanganan kebersihan secara bersama-
sama, serta turut membina dilingkungannya.
Berikut ini usulan tehapan pembinaan, sehingga komponen peran serta
masyarakat dapat meningkat menjadi sub sistem pengelolaan persampahan :
Identifikasi kondisi/struktur sosial dan budaya masyarakat secara mendalam.
Penyusunan konsep penyuluhan kepada masyarakat.
Penerbitan surat keputusan Walikota dalam rangka peningkatan pembinaan
peran serta masyarakat dibidang kebersihan. Program ini memerlukan
partisipasi dari instansi pemerintah, swasta lembaga lainnya, pengurus
mesjid, unsur kecamatan dan kelurahan.
Penjadualan daerah yang akan mendapat prioritas program penyuluhan,
sesuai dengan kriteria.
Pelaksanaan program secara bertahap sesuai jadual.
Memperluas daerah yang dinyatakan bebas sampah.
-
LAPORAN AKHIR 2013
Master Plan Persampahan Kota Bandung VII - 28
Memelihara kondisi daerah yang telah mendapat penyuluhan.
Setiap tahap pelaksanaan harus diiringi dengan kesiapan pengelolaan
selanjutnya.