bab vi pengaruh kinerja pelayanan publik … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang...

120
BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA Dalam mekanisme pemerintahan suatu negara atau wilayah, pemerintah memiliki kewenangan sekaligus kewajiban untuk memberikan pelayanan publik kepada seluruh masyarakat yang ada dalam lingkup negara atau wilayahnya. Untuk konteks negara Indonesia, pemerintah melalui UU No. 34 Tahun 2004 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya secara otonomi, dalam hal ini lebih familiar dikenal dengan otonomi daerah. Hipotesa utama dengan pemberlakuan undang-undang ini bertujuan untuk mempercepat proses pemerataan pembangunan. Melalui desentraliasasi tersebut, Pemerintah daerah dianggap mampu untuk mengelola daerahnya dan memberikan pelayanan publik yang lebih baik ketimbang saat pemerintahan masih menggunakan sisitem sentralisasi. Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas masyarakatnya. Pelayanan publik yang prima dan memenuhi aturan standar pelayanan minimal selanjutnya harus mampu dinikmati secara nyata oleh masyarakat. Dalam pembahasan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lebak ini, secara spesifik akan dibahas bagaimana pelayanan publik memberikan pengaruh terhadap kualitas masyarakat atau sumberdaya manusia. Dugaan yang dibangun adalah adalah hubungan yang tegak lurus antara kinerja pelayanan publik dengan kualitas sumberdaya manusia suatu wilayah. Pelayanan publik yang prima akan memberikan dampak positif terhadap kualitas sumberdaya manusia, sedangkan pelayanan publik yang jauh dari standar minimal akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan kualitas sumberdaya manusia yang ada. Karena berhubungan dengan kualitas sumberdaya manusia, maka pelayanan publik yang dikupas akan condong dibatasi pada pelayanan di sektor pendidikan dan kesehatan. Dampak lanjutannya akan dapat dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan

Upload: vohanh

Post on 03-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

82

BAB VI

PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP

KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

Dalam mekanisme pemerintahan suatu negara atau wilayah, pemerintah

memiliki kewenangan sekaligus kewajiban untuk memberikan pelayanan publik

kepada seluruh masyarakat yang ada dalam lingkup negara atau wilayahnya.

Untuk konteks negara Indonesia, pemerintah melalui UU No. 34 Tahun 2004

memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya

secara otonomi, dalam hal ini lebih familiar dikenal dengan otonomi daerah.

Hipotesa utama dengan pemberlakuan undang-undang ini bertujuan untuk

mempercepat proses pemerataan pembangunan. Melalui desentraliasasi tersebut,

Pemerintah daerah dianggap mampu untuk mengelola daerahnya dan memberikan

pelayanan publik yang lebih baik ketimbang saat pemerintahan masih

menggunakan sisitem sentralisasi.

Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah pada dasarnya

ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas masyarakatnya. Pelayanan

publik yang prima dan memenuhi aturan standar pelayanan minimal selanjutnya

harus mampu dinikmati secara nyata oleh masyarakat. Dalam pembahasan

penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lebak ini, secara spesifik akan dibahas

bagaimana pelayanan publik memberikan pengaruh terhadap kualitas masyarakat

atau sumberdaya manusia. Dugaan yang dibangun adalah adalah hubungan yang

tegak lurus antara kinerja pelayanan publik dengan kualitas sumberdaya manusia

suatu wilayah.

Pelayanan publik yang prima akan memberikan dampak positif terhadap

kualitas sumberdaya manusia, sedangkan pelayanan publik yang jauh dari standar

minimal akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan kualitas

sumberdaya manusia yang ada. Karena berhubungan dengan kualitas sumberdaya

manusia, maka pelayanan publik yang dikupas akan condong dibatasi pada

pelayanan di sektor pendidikan dan kesehatan. Dampak lanjutannya akan dapat

dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan

Page 2: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

83

dalam menilai kualitas sumberdaya manusia, yakni Indeks Pembangunan Manusia

atau dapat disingkat dengan IPM.

6.1 Kinerja Pelayanan Publik Sektor Pendidikan

Dalam proses pembangunan yang integral, pendidikan merupakan salah

satu bagian yang tidak terpisahkan. Karena pendidikan adalah salah satu penentu

kualias sumberdaya manusia atau human resources suatu wilayah atau daerah.

Tingkat pendidikan akan menunjukan bagaimana tingkat kualitas sumberdaya

manusia. Pemerintah daerah sebagai stabilisator pembangunan daerah tentu saja

berkewajiban memberikan pelayanan prima pendidikan demi meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia daerahnya.

Kinerja pelayanan publik sektor pendidikan dapat ditunjukan sejauh mana

pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten Lebak memenuhi pelayanannya

sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditentukan oleh Kementrian

Pendidikan Nasional. Dengan adanya aturan berupa standar pelayanan minimal

pendidikan, diharapkan tiap pemerintah daerah mampu melaksanakan

kewajibannya dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional untuk masyarakat

yang berada dalam lingkup kepemerintahannya. Pelayanan dasar yang harus

diberikan pemerintah daerah secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni

fasilitas dan tenaga pendidikan. Fasilitas pendidikan yang diberikan berupa

ketersediaan gedung sekolah tiap satuan pendidikan, sedangkan tenaga

kependidikan adalah jumlah guru yang tersedia di Kabupaten Lebak.

6.1.1 Fasilitas dan Tenaga Pendidikan

Tingkat pelayanan publik di sektor pendidikan dapat terlihat dari kondisi

bangunan sekolah dan juga perbandingan jumlah tenaga pengajar dengan siswa

tiap satuan pendidikan yang ada di Kabupaten Lebak. Kondisi bangunan ini

mencitrakan bagaimana pelayanan infrastruktur publik bidang pendidikan yang

dilakukan oleh pemerintah daerah. Jumlah tenaga pengajar juga akan menjelaskan

bagaimana pemenuhan pelayanan ketersediaan sumberdaya pengajar. Karena guru

ini adalah faktor pertama dalam proses transfer materi pengajaran kepada siswa

untuk tiap satuan pendidikan di Kabupaten Lebak. Kondisi bangunan tiap satuan

Page 3: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

84

pendidikan hingga tahun 2009 secara umum dapat diperlihatkan pada tabel di

bawah sebagai berikut.

Tabel 21 Keadaan kondisi ruang belajar tingkat SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Lebak tahun 2009

JENJANG PENDIDIKAN

BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT Jumlah

Jml % Jml % Jml % Jml % SD 3,576 79.64 664 14.79 250 5.57 4,490 100 MI 324 46.82 170 24.57 198 28.61 692 100

SMP 925 76.89 170 14.13 108 8.98 1,203 100 MTs. 244 47.10 144 27.80 130 25.10 518 100 SMA 316 85.64 42 11.38 11 2.98 369 100 SMK 107 95.54 5 4.46 0 0.00 112 100 MA 233 65.63 93 26.20 29 8.17 355 100

JUMLAH 5,725 1,288 726 7,739

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas, kondisi bangunan di Kabupaten Lebak dapat

dikatakan cukup baik untuk beberapa tingkat pendidikan. Dimana kondisi

bangunan yang baik untuk SD, SMP, SMA dan SMA berturut-turut sebesar 79,64

persen, 76,89 persen, 85,64 persen, dan 95,54 persen. Sedangkan kondisi yang

kurang memuaskan terjadi pada MI, MTs dan MA dimana kondisi bangunan

yang bagus hanya sebesar 46,82 persen, 47,10 persen dan 65,63 persen. Dinas

Pendidikan Kabupaten Lebak memiliki kesulitan dalam melakukan pemerataan

pembangunan untuk MI, MTs dan MA karena ketiga satuan pendidikan tersebut

berada langsung di bawah Kemeterian Agama. Dimana selama ini sering terjadi

miss-koordinasi dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan di

sektor pendidikan.

Sebagian besar sekolah yang memiliki kondisi bangunan yang rusak

adalah sekolah di daerah-daerah yang sulit terjangkau atau terpencil.

Keterpencilan tersebut menyebabkan pemerintah kurang memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan dasar utama seperti fasilitas gedung sekolah. Walaupun

tidak menampik kemungkinan, sekolah yang berada di pusat pemerintahan pun

ada yang mengalami kerusakan dan belum diperbaiki. Kendala anggaran akhirnya

menjadi akar utama kenapa banyak bangunan yang belum memenuhi standar

pelayanan minimal di sektor pendidikan.

Sesuai dengan rujukan derajat pelayanan publik pendidikan, maka

pelayanan dasar pendidikan akan diterjemahkan oleh rasio jumlah sekolah dengan

jumlah penduduk usia sekolah dan rasio guru dengan penduduk usia sekolah.

Page 4: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

85

Rasio jumlah bangunan dan penduduk di tiap kecamatan secara terperinci dapat

dijelaskan melalui Gambar 12 di bawah ini.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 11 Jumlah Rasio Bangunan sekolah dengan Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Lebak Tahun 2009

Berdasarkan data rasio bangunan tiap satuan pendidikan dengan penduduk,

maka kecamatan yang memiliki rasio bangunan SD dengan penduduk cukup

tinggi adalah Kecamatan Bayah, Cibeber, Banjarsari, Cileles, Warunggunung,

Sobang, Sajira, Cimarga, Warunggunung dan Rangkasbitung. Kecamatan yang

memiliki rasio bangunan SD dengan penduduk paling rendah adalah Kecamatan

Bojongmanik dan Lebak Gedong. Kecamatan dengan rasio bangunan SMP

dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Bayah, Panggarangan, Cibeber,

Cileles, Cimarga dan Warunggunung, sedangkan kecamatan dengan angka rasio

cukup rendah adalah Bojongmanik, Kalang Anyar dan Lebak Gedong. Untuk

kecamatan dengan rasio bangunan SMA dengan penduduk cukup tinggi adalah

Kecamatan Rangkasbitung, Cileles dan Warunggunung, sedangkan yang rendah

adalah Sobang, Kalang Anyar, Cirinten, Cigemblong dan Cihara.

Indikator pelayanan publik kedua yang dapat dilihat adalah seberapa

banyak jumlah guru yang disiapkan untuk bisa memberikan pengajaran kepada

0

0,001

0,002

0,003

0,004

0,005

0,006

0,007

0,008

0,009

0,01

Rasio bangunan SD-Penduduk Usia SD

Rasio Bangunan SMP-Penduduk Usia SMP

Rasio Bangunan SMA/SMK-Penduduk

Usia SMA

MalingpingWanasalamPanggaranganBayahCilograngCibeberCijakuBanjarsariCilelesGunung KencanaBojongmanikLeuwidamarMuncangSobangCipanasSajiraCimargaCikulurWarunggunungCibadakRangkasbitungMajaCurugbitungKalang AnyarLebak GedongCirintenCigemblongCihara

Page 5: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

86

siswa. Jumlah guru tersebut akan dibandingkan dengan jumlah penduduk usia

sekolah yang ada di tiap kecamatan Kabupaten Lebak. Secara umum,

perbandingan antara guru dengan murid yang ada di Kabupaten Lebak adalah 1 :

24 (SD), 1 : 30 (SMP) dan 1 : 27 (SMA). Akan tetapi, angka tersebut bukan

berarti memberikan kabar gembira yang mutlak, karena untuk wilayah yang maju

sudah memiliki guru yang cukup, sedangkan untuk wilayah tertinggal masih

membutuhkan tambahan guru. Secara spesifik, jumlah guru dan murid di

Kabupaten Lebak Tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 12. Jumlah Rasio Guru dengan Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Lebak Tahun 2009

Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh Gambar 13, maka kecamatan

yang memiliki rasio cukup tinggi antara guru dan murid SD adalah Bayah,

Cilograng, Cibeber, Banjarsari, Warunggunung dan Rangkasbitung, sedangkan

kecamatan yang rendah rasionya adalah Wanasalam, Maja, Lebak Gedong dan

Cigemblong. Untuk rasio guru dengan siswa tingkat SMP, maka kecamatan yang

memiliki rasio cukup tinggi adalah Panggarangan, Cijaku, Muncang, Cikulur dan

Kalang Anyar, sedangkan kecamatan yang memiliki rasio rendah adalah Cileles,

Gunung Kencana, Cibadak, Maja dan Cigemblong. Rasio guru dengan murid

cukup tinggi di tingkat SMA diduduki oleh beberapa kecamatan seperti

Panggarangan, Bojongmanik, Sajira dan Cikulur, sedangkan kecamatan yang

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

Rasio Jumlah Guru SD - Penduduk Usia SD

Rasio Guru SMP -Penduduk Usia SMP

Rasio Guru SMA-Penduduk Usia SMA

MalingpingWanasalamPanggaranganBayahCilograngCibeberCijakuBanjarsariCilelesGunung KencanaBojongmanikLeuwidamarMuncangSobangCipanasSajiraCimargaCikulurWarunggunungCibadakRangkasbitungMajaCurugbitungKalang AnyarLebak GedongCirintenCigemblongCihara

Page 6: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

87

memiliki rasio sangat rendah adalah Kecamatan Sobang, Kalang Anyar, Cirinten,

Cigemblong dan Cihara.

Kondisi rasio perbandingan antara jumlah bangunan dan penduduk, serta

jumlah guru dengan murid memiliki kesamaan kondisi. Sebagian besar kecamatan

yang memiliki kondisi rasio cukup tinggi adalah kecamatan yang secara

transportasi darat lebih mudah diakses seperti Rangkasbitung, Cibeber,

Panggarangan, Warunggunung dan Banjarsari. Lain halnya dengan kecamatan

yang relatif lebih sulit diakses, kecamatan tersebut memiliki rasio yang lebih

rendah, contohnya seperti Cigemblong, Lebak Gedong, Maja, Sobang, Cirinten

dan Cihara.

6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan

Publik Sektor Pendidikan

Hasil analisis penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan

publik pendidikan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal dapat dilihat pada Tabel

29. Berdasarkan Tabel 29 terlihat bahwa penilaian sikap masyarakat terhadap

kinerja pelayanan publik bidang pendidikan Pemkab Lebak pada wilayah

tertinggal adalah buruk dengan nilai 2.667. Atribut standar pelayanan pendidikan

dasar dan menengah pada manajerial Pemkab Lebak dinilai masih buruk. Hal ini

dapat dilihat dari hasil penilaian evaluasi dan kepercayaan responden terhadap

yang masih ada di bawah rata-rata dan menilai biasa atau sedang.

Atribut-atribut produk pelayanan publik pendidikan Pemkab Lebak akan

dibagi ke dalam empat kuadran yang mencerminkan kondisi kepentingan dan

kinerja dari masing-masing atribut tersebut. Empat kuadran tersebut terdiri dari :

Pertama, kuadran I (prioritas utama) dengan tingkat kepentingan tinggi dan

kinerja atribut rendah. Kedua, kuadran II (pertahankan prestasi) dengan tingkat

kepentingan dan kinerja atribut tinggi. Ketiga, kuadran III (prioritas rendah)

dengan tingkat kepentingan dan kinerja rendah. Keempat, kuadran IV (berlebihan)

dengan tingkat kepentingan rendah tetapi kinerja tinggi.

Page 7: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

88

Tabel 22 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Pendidikan Pemkab Lebak pada Wilayah Tertinggal

Atribut bi e(Y)

i b(X) i - e i Interpretasi Kuadran

1. Ketersediaan jumlah satuan pendidikan 2. Standar jumlah rombongan belajar dan ketersediaan ruang kelas 3. Ketersediaan ruang laboratorium IPA dan peralatan eksperimen 4. Ketersesiaan ruang guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah 5. Ketersediaan kuantitas rasio guru dengan murid/peserta didik 6. Katersediaan guru per mata pelajaran 7. Guru berkualifikasi S1 8. Guru bersertifikat 9. Sertifikasi guru untuk masing-masing mata pelajaran 10. Kepala Sekolah bersertifikat dan S1 untuk sekolah dasar 11. Kepala Sekolah bersertifikat dan S1 untuk sekolah menengah 12. Pengawas bersertifikat dan kualifikasi S1 13. Rencana pengembangan kurikulum pembelajaran efektif 14. Kunjungan pengawas ke sekolah tiap bulan selama 3 jam 15. Buku teks bersertifikat 16. Pemenuhan buku teks sesuai jumlah SPM per jumlah sekolah 17. Penyediaan satu set peraga IPA 18. Ketersediaan buku pengayaan dan referensi 19. Guru mengajar 35 jam per minggu 20. Proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun 21. Penerapan kurikulum sesuai tingkat satuan pendidikan 22. Penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran pada guru 23. penerapan program penilaian pembelajaran 24. Supervisi kepala sekolah ke dalam kelas 25. penyampaian oleh guru laporan evaluasi prestasi belajar 26. Penyampaian laporan hasil ujian oleh kepala sekolah 27. Penerapan pronsip manajemen berbasis sekolah

4,90 4,78 4,83 4,85 4,85 4,33 4,55 4,75 4,65 4,28 4,30 4,73 4,70 4,73 4,53 4,15 4,80 4,63 4,45 4,45 4,25 4,38 4,25 4,30 4,05 4,30 4,15

3,00 2,28 2,75 2,33 2,20 2,15 2,20 3,08 2,63 2,65 2,95 2,48 2,98 2,65 2,30 2,00 2,03 2,13 2,40 2,40 2,78 2,83 2,55 2,63 2,13 2,03 2,38

1,90 2,20 2,55 2,53 2,65 2,18 2,35 1,68 2,03 1,63 1,35 2,25 1,73 2,08 2,23 2,15 2,78 2,50 2,05 2,05 1,48 1,55 1,70 1,68 1,93 2,28 1,78

Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk

II I II I I

III I II II IV IV II II I

III III I I

III III IV IV IV IV III III III

4,53 2,47

Total Skor ∑ ei 2.667 (40 x 27) Interpretasi Penilaian Buruk

Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Kuadran-kuadran ini dipisahkan oleh garis pembagi yang merupakan nilai

total rata-rata dari tingkat kepentingan (Y) dan nilai total rata-rata dari tingkat

kinerja (X) dari atribut kinerja pelayanan publik Pemkab Lebak. Tabel 29

menggambarkan skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja pelayanan publik

bidang pendidikan di wilayah khusus atau tertinggal secara keseluruhan.

Pada Gambar 31 dapat dilihat posisi penempatan masing-masing atribut di

dalam diagram kartesius. Diagram kartesius dibagi ke dalam empat kuadran

dengan garis tengah pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat kepentingan

(Y) yaitu sebesar 4,53 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja (X) yaitu sebesar

2,47. Hasil ringkasan matriks posisi kuadran IPA, terdapat tujuh atribut yang

menjadi prioritas utama yakni standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan,

ketersediaan ruang tenaga kependidikan, rasio guru dengan peserta didik, guru

berkualifikasi S1, kunjungan pengawas sekolah, penyediaan peraga IPA serta

ketersediaan buku pengayaan dan referensi. Terdapat enam atribut yang perlu

dipertahankan prestasinya atau berada di kuadran II yakni ketersediaan jumlah

Page 8: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

89

satuan pendidikan, ruang lab dan peralatan eksperimen, guru bersertifikat,

sertifikasi guru masing-masing mata pelajaran, pengawas berkualifikasi S1 dan

bersertifikat dan kurikulum pembelajaran efektif.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 13 Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal

Kuadran III atau prioritas rendah terdiri dari delapan atribut yakni

ketersediaan guru per mata pelajaran, buku teks bersertifikat, pemenuhan

kuantitas jumlah buku tiap sekolah, guru mengajar 35 jam per minggu, proses

pembelajaran 34 minggu per tahun, laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru,

laporan hasil ujian oleh kepala sekolah, penerapan manajemen berbasis sekolah.

Sedangkan terdapat enam atribut yang masuk ke dalam kuadran IV yakni kepala

sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah dasar, kepala sekolah

kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah menengah, kurikulum sesuai tingkat

satuan pendidikan, rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru, program

penialain pembelajaran, supervisi kepala sekolah ke dalam kelas.

0

1

2

3

4

5

6

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Ting

kat K

epen

ting

an

Kinerja Pelayana Publik

Page 9: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

90

Tabel 23 Ringkasan Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal

Kuadran I (Prioritas Utama) 1. Standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan 2. Ketersediaan ruang tenaga kependidikan 3. Rasio guru dengan peserta didik 4. Guru berkualifikasi S1 5. Kunjungan pengawas sekolah 6. Penyediaan peraga IPA 7. Ketersediaan buku pengayaan dan referensi

Kuadran II (Pertahankan Prestasi) 1. Ketersediaan jumlah satuan pendidikan 2. Ruang Lab dan peralatan eksperimen 3. Guru bersertifikat 4. Sertifikasi guru masing-masing mata pelajaran 5. Pengawas berkualifikasi S1 dan bersertifikat 6. Kurikulum pembelajaran efektif

Kuadran III (Prioritas Rendah) 1. Ketersediaan guru per mata pelajaran 2. Buku teks bersertifikat 3. Pemenuhan kuantitas jumlah buku tiap sekolah 4. Guru mengajar 35 jam per minggu 5. Proses pembelajaran 34 minggu per tahun 6. Laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru 7. Laporan hasil ujian oleh kepala sekolah 8. Penerapan manajemen berbasis sekolah

Kuadran IV (Berlebihan) 1. Kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk

sekolah dasar 2. Kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk

sekolah menengah 3. Kurikulum sesuai tingkat satuan pendidikan 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru 5. Program penilaian pembelajaran 6. Supervisi kepala sekolah ke dalam kelas

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

6.1.2.1 Kuadran I (Prioritas Utama)

Kuadran I diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA)

berarti tingkat kepentingan dari suatu atribut pelayanan publik dianggap oleh

masyarakat adalah sangat penting, tetapi kinerja dari atribut ini biasa saja. Dengan

demikian atribut ini harus menjadi prioritas utama bagi Pemkab Lebak untuk

meningkatkan kepuasan masyarakat.

6.1.2.1.1 Standar Jumlah Rombongan Belajar dengan Ruangan

Atribut standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan mendapat skor

evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,28. Sedangkan skor kepercayaan

sebesar 4,78 dengan selisih cukup besar yakni 2,20. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat masih menilai kinerja pelayanan publik pendidikan Pemkab Lebak di

wilayah tertinggal lebih buruk atau di bawah standar dibandingkan dengan

harapan yang masyarakat inginkan.

Masih terdapat banyak sekolah yang perserta didiknya belum memenuhi

syarat maksimal 32 untuk sekolah dasar dan maksimal 36 orang untuk sekolah

menengah. Selain itu, sebagian besar sekolah di wilayah tertinggal masih

kekurangan ruangan, sehingga perlu pergiliran penggunaan ruangan untuk belajar.

Oleh karena itu, pemerintah daerah harus meningkatkan kinerja karena standar

jumlah rombongan belajar dan ketersediaan ruangan merupakan prioritas utama

pilihan masyarakat di wilayah khusus.

Page 10: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

91

6.1.2.1.2 Ketersediaan Ruang Tenaga Kependidikan

Atribut ketersediaan ruang tenaga kependidikan mendapat skor evaluasi

kurang memuaskan dengan nilai 2,33. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,85

dengan selisih cukup besar yakni 2,53. Kondisi ketersediaan ruang tenaga

kependidikan pada beberapa sekolah khususnya sekolah dasar di daerah atau

wilayah tertinggal masih belum memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan.

Dimana belum tersedia satu ruangan guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi

untuk setiap guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan

penyediaan ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru pada sekolah

menengah belum terpenuhi semua.

6.1.2.1.3 Rasio Guru dengan Peserta Didik

Atribut rasio guru dengan peserta didik mendapat skor evaluasi kinerja

kurang memuaskan dengan nilai 2,20. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat

kepentingan sebesar 4,85 dengan selisih cukup besar yakni 2,65. Rasio guru

dengan peserta didik pada beberapa sekolah baik pada sekolah dasar maupun

menengah di daerah atau wilayah tertinggal masih belum memenuhi standar

pelayanan minimal pendidikan. Belum seluruh SD/MI menyediakan satu orang

guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 orang guru untuk setiap satuan

pendidikan. Rasio guru dengan murid ini tentu saja menjadi salah satu faktor yang

sangat mempengaruhi pelayanan pendidikan dan juga perkembangan pendidikan

anak didik. Karena guru adalah fasilitator utama dalam penyampaian materi-

materi pembelajaran di sekolah.

6.1.2.1.4 Guru Berkualifikasi S1 (Sarjana)

Atribut guru berkualifikasi S1 (Sarjana) mendapat skor evaluasi kinerja

kurang memuaskan dengan nilai 2,20. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat

kepentingan sebesar 4,55 dengan selisih 2,35. Ketersediaan guru yang

berkualifikasi S1 atau sarjana pada beberapa sekolah baik pada sekolah dasar

maupun menengah di daerah atau wilayah tertinggal masih belum memenuhi

standar pelayanan minimal pendidikan. SD/MI dan SMP/SMA seharusnya

mampu menyediakan dua orang guru yang memenuhi kualifikasi standar

Page 11: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

92

akademik S1 atau sarjana. Standar pelayanan minimal berupa sarjana S1 ini

mengacu pada standar pelayanan pendidikan yang mengharuskan seluruh tenaga

pengajar memiliki kemampuan terhadap keilmuannya.

6.1.2.1.5 Kunjungan Pengawas Sekolah

Atribut kunjungan pengawas sekolah mendapat skor evaluasi kinerja

kurang memuaskan dengan nilai 2,65. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat

kepentingan sebesar 4,73 dengan selisih 2,08. Kunjungan pengawas ke seluruh

satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan

selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan. Supervisi dan

pembinaan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan memberikan evaluasi

program pendidikan sehingga dapat dilakukan perbaikan demi kemajuan proses

pembelajaran peserta didik.

6.1.2.1.6 Penyediaan Peraga IPA

Atribut penyediaan peraga IPA mendapat skor evaluasi kinerja kurang

memuaskan dengan nilai 2,03. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat

kepentingan sebesar 4,80 dengan selisih 2,78. Penyediaan peraga IPA yang

dimaksud adalah satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari kerangka

manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit

IPA untuk eksperimen dasar dan poster IPA. Peraga IPA ini tentu saja sangat

substansial untuk menyokong pelajaran teks dengan praktek langsung.

6.1.2.1.7 Ketersediaan Buku Pengayaan dan Referensi

Atribut ketersediaan buku pengayaan dan referensi mendapat skor evaluasi

kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,13. Sedangkan skor kepercayaan atau

tingkat kepentingan sebesar 4,63 dengan selisih 2,13. Untuk tingkat sekolah dasar,

SD/MI minimal harus memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi.

Sedangkan pada tingkat sekolah menengah harus memiliki 200 judul buku

pengayaan dan 20 buku referensi. Buku pengayaan tersebut merupakan salah satu

gerbang dalam membuka khasanah ilmu pengetahun. Sehingga peserta didik

dalam hal ini pelajar akan memiliki tambahan pengetahuan yang mungkin tidak

Page 12: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

93

didapat di dalam kelas. Sama halnya dengan buku referensi yang juga menjadi alat

pendukung dalam proses belajar.

6.1.2.2 Kuadran II (Pertahankan Prestasi)

Kuadran II diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA)

berarti tingkat kepentingan suatu atribut produk kebijakan publik dianggap oleh

masyarakat adalah sangat penting dan kinerja atribut ini dianggap sudah baik.

Dengan demikian atribut tersebut harus dipertahankan oleh Pemkab Lebak dalam

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa

puas dan loyal kepada pemerintah. Tingkat kepuasan dan loyalitas masyarakat ini

secara langsung tentu akan mendukung program pembangunan baik dalam tingkat

lokal atau daerah maupun nasional.

6.1.2.2.1 Ketersediaan Jumlah Satuan Pendidikan

Atribut ketersediaan jumlah satuan pendidikan mendapatkan skor evaluasi

yang cukup baik dengan skor 3,00. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,90

dengan selisih sebesar 1,90. Masyarakat telah menilai bahwa ketersediaan jumlah

satuan pendidikan sudah cukup memenuhi kebutuhan dasar dalam melayani

masyarakat. Ketersediaan ini berupa tersedianya satuan pendidikan pada

pemukiman padat penduduk di atas 1.000 orang. Untuk sekolah dasar, jarak

maksimal yang mampu diakses penduduk adalah 3 km, sekolah menengah

pertama jarak maksimalnya adalah 6 km, dan sekolah menengah atas adalah 10

km.

6.1.2.2.2 Ruang Lab dan Peralatan Eksperimen

Atribut ruang laboratorium dan peralatan eksperimen mendapatkan skor

evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,75. Sedangkan skor

kepercayaan adalah 4,83 dengan selisih sebesar 2,55. Ketersediaan laboratorium

ini berupa adanya satu ruangan khusus yang digunakan untuk laboratorium IPA

yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik. Selain itu juga,

perlu disediakannya satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan

eksperimen. Laboratorium dan peralatan eksperimen ini akan menjadi wahana

Page 13: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

94

bagi peserta didik dalam memacu kreativitas dan inovasi dalam bidang ilmu alam

serta menstimulus rasa keingintahuan.

6.1.2.2.3 Guru Bersertifikat

Atribut guru bersertifikat mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di

atas rata-rata dengan skor 3,08. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,75 dengan

selisih sebesar 1,68. Pada tingkat sekolah dasar, minimal tersedia dua orang guru

yang telah memiliki sertifikat pendidik. Sedangkan untuk tingkat sekolah

menengah, minimal telah tersedia 20 persen dari keseluruhan jumlah guru.

Sertifikasi ini merupakan salah satu program departemen pendidikan nasional

dalam meningkatkan kualitas tenaga pengajar secara menyeluruh untuk seluruh

daerah. Kualitas tenaga pengajar harus memenuhi empat kriteria utama berupa

kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional dan juga sosial.

6.1.2.2.4 Sertifikasi Guru Masing-masing Mata Pelajaran

Atribut sertifikasi guru pada masing-masing mata pelajaran mendapatkan

skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,63. Sedangkan skor

kepercayaan adalah 4,65 dengan selisih sebesar 2,03. Sertifikasi guru ini berupa

adalanya masing-masing satu orang untuk mata pelajaran matematika, IPA,

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sertifikasi guru pada masing-masing mata

pelajaran ini tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar

dan juga meningkatkan prestasi akademik peserta didik. Masyarakat menilai

bahwa pelayanan pemerintah dalam hal ketersediaan sertifikasi guru masing-

masing mata pelajaran ini sudah cukup baik sehingga minimal perlu

dipertahankan performansinya.

6.1.2.2.5 Pengawas berkualifikasi S1 dan bersertifikat

Atribut pengawas berkualifikasi S1 dan juga bersertifikat mendapatkan

skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,48. Sedangkan skor

kepercayaan adalah 4,73 dengan selisih sebesar 2,25. Kabupaten minimal harus

memiliki pengawas sekolah yang telah berkualifikasi S1 dan juga telah memiliki

sertifikat pendidik. Sertifikasi ini telah menjadi hal yang mutlak dilaksanakan

Page 14: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

95

karena terkait dengan profesionalitas seorang pengawas dalam menjalankan

tugasnya untuk pengawasan sekolah.

6.1.2.2.6 Kurikulum Pembelajaran Efektif

Atribut kurikulum pembelajaran yang efektif mendapatkan skor evaluasi

yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,98. Sedangkan skor kepercayaan

adalah 4,70 dengan selisih sebesar 1,73. Pemerintah kabupaten perlu memiliki

rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif. Pembelajaran

yang efektif ini erat hubungannya dengan sistem pembelajaran yang interaktif,

inspiratif, partisipatif, prakarsa, kreatif, mengembangkan bakat, minat, fisik dan

psikis peserta didik dalam proses pembelajaran.

6.1.2.3 Kuadran III (Prioritas Rendah)

Kuadran III diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA)

berarti tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari suatu atribut produk dianggap

rendah oleh masyarakat. Sehingga atribut ini harus diperbaiki kinerjanya setelah

pihak Pemkab Lebak memperbaiki kinerja atribut yang terdapat pada kuadran I

dan mampu mempertahankan kinerja yang baik pada kuadran II.

6.1.2.3.1 Ketersediaan Guru per Mata Pelajaran

Atribut guru per mata pelajaran mendapatkan skor evaluasi yang kurang

memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,15. Sedangkan skor kepercayaan

adalah 4,33 dengan selisih sebesar 2,18. Ketersediaan guru pada tiap mata

pelajaran pada sekolah menengah ini ditunjukkan dengan menyediakan satu orang

guru untuk setiap mata pelajaran. Karena biar bagaimanapun, spesifikasi tenaga

pendidikan ini sangat menentukan dalam proses pembelajaran dalam sekolah

menengah. Proses pembelajaran yang efektif perlu ditunjang oleh ketersediaan

guru yang sesuai dengan tiap mata pelajaran sekolah tingkat menengah.

Page 15: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

96

6.1.2.3.2 Buku Teks Bersertifikat

Atribut buku teks bersertifikat mendapatkan skor evaluasi yang kurang

memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,30. Sedangkan skor kepercayaan

adalah 4,53 dengan selisih sebesar 2,23. SD/MI harus mampu menyediakan buku

teks yang sudah disertifikasi oleh pemerintah, mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Matematika, IPA dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap

peserta didik. Sedangkan untuk sekolah menengah, mampu menyediakan buku

teks yang sudah disertifikasi oleh pemerintah mencakup semua mata pelajaran

dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik.

6.1.2.3.3 Pemenuhan Kuantitas Jumlah Buku Tiap Sekolah

Atribut pemenuhan kuantitas jumlah buku tiap sekolah mendapatkan skor

evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,00. Sedangkan

skor kepercayaan adalah 4,15 dengan selisih sebesar 2,15. Pemenuhan kuantitas

ini terkait dengan sudah terpenuhinya sesuai dengan standar pelayanan minimum

per jumlah sekolah di wilayah kabupaten atau kota. Kurang puasnya masyarakat

ini disebabkan oleh belum teredianya buku teks sesuai standar pelayanan minimal

di tiap sekolah. Sehingga pemerintah harus segera melakukan langkah strategis

dengan memenuhi kuantitas minimal jumlah buku teks tiap sekolah di Kabupaten

Lebak.

6.1.2.3.4 Guru Mengajar 35 Jam per Minggu

Atribut guru mengajar selama 35 jam per minggu mendapatkan skor

evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,40. Sedangkan

skor kepercayaan adalah 4,45 dengan selisih sebesar 2,05. Standar pelayanan

minimal ini mendeskripsikan bahwa setiap guru tetap bekerja selama 35 jam per

minggu di setiap satuan pendidikan. Rincian mengajar ini termasuk melakukan

tatap muka dikelas, merencanakan pembelajaran, membimbing peserta didik dan

melaksanakan tugas tambahan lainnya.

Page 16: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

97

6.1.2.3.5 Proses Pembelajaran 34 Minggu per Tahun

Atribut proses pembelajaran 34 minggu per tahun mendapatkan skor

evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,40. Sedangkan

skor kepercayaan adalah 4,45 dengan selisih sebesar 2,05. Standar pelayanan

minimal pendidikan menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib

menyelenggarakan proses pembelajaran selama 24 minggu per tahun. Kegiatan

tatap muka terdiri dari kela I-II selama 18 jam per minggu, kelas III selama 24

jam per minggu, IV-VI selama 27 jam per minggu dan kelas VII-IX selama 27

jam per minggu.

6.1.2.3.6 Laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru

Atribut laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru mendapatkan skor

evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,13. Sedangkan

skor kepercayaan adalah 4,05 dengan selisih sebesar 1,93. Dalam proses belajar

mengajar, setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta

hasil evaluasi peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester. Laporan

tersebut dalam bentuk laporan prestasi belajar peserta didik.

6.1.2.3.7 Laporan Hasil Ujian oleh Kepala Sekolah

Atribut laporan hasil ujian oleh kepala sekolah mendapatkan skor evaluasi

yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,03. Sedangkan skor

kepercayaan adalah 4,30 dengan selisih sebesar 2,38. Setiap kepala sekolah dalam

satuan pendidikan wajib menyampaikan laporan akhir ulangan akhir semester

(UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK) serta yang terakhir adalah ujian akhir

sekolah atau ujian nasional (UN) kepada orang tua/wali peserta didik pada setiap

akhir semester.

6.1.2.3.8 Penerapan manajemen berbasis sekolah

Atribut penerapan manajeman berbasis sekolah mendapatkan skor evaluasi

yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,38. Sedangkan skor

kepercayaan adalah 4,15 dengan selisih sebesar 1,78. Berdasarkan undang-undang

sistem pendidikan nasional dan standar pelayanan pendidikan, maka setiap satuan

Page 17: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

98

pendidikan wajib menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah

(MBS). Manajemen berbasis sekolah tersebut meliputi rencana kerja tahunan,

laporan tahunan dan komite sekolah yang berfungsi dengan baik.

6.1.2.4 Kuadran IV (Berlebihan)

Kuadran IV diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA)

berarti tingkat kepentingan rendah dan tingkat kinerja dari suatu atribut produk

dianggap tinggi oleh masyarakat. Dengan demikian terjadi kesalahan prioritas

dalam pengalokasian sumber daya. Sehingga pemerintah perlu melakukan

perbaikan strategi kebijakan dan program pembangunan yang akan

diimplementasikan pada periode selanjutnya. Dengan perbaikan kebijakan

tersebut diharapkan mampu meningkatkan efektifitas penyerapan dan disiplin

penggunaan anggaran belanja daerah yang tepat guna.

6.1.2.4.1 Kepala Sekolah Kualifikasi S1 dan Bersertifikat Untuk Sekolah

Dasar

Atribut kepala sekolah berkualifikasi S1 dan bersertifikat pendidik untuk

sekolah dasar mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di bawah rata-

rata dengan skor 2,65. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di atas

rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,28 dengan selisih sebesar 1,63.

Standar pelayanan minimal ini menunjukkan agar kabupaten atau kota telah

memiliki kepala SD/MI berkualifikasi akademik S1 dan juga telah memiliki

sertifikat pendidik. Pelayanan atribut ini dinilai telah cukup baik oleh masyarakat,

akan tetapi tingkat kepercayaan masyarakat di bawah rata-rata. Artinya

masyarakat lebih menghendaki atribut lain sebagai prioritas pembangunan di

sektor pendidikan.

6.1.2.4.2 Kepala Sekolah Kualifikasi S1 dan Bersertifikat Untuk Sekolah

Menengah

Atribut kepala sekolah berkualifikasi S1 dan bersertifikat pendidik untuk

sekolah menengah mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas

rata-rata dengan skor 2,95. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat

Page 18: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

99

di bawah rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,30 dengan selisih sebesar

1,35. Standar pelayanan minimal ini menunjuk agar kabupaten atau kota telah

memiliki kepala SMP/SMA berkualifikasi akademik S1 dan juga telah memiliki

sertifikat pendidik. Pelayanan atribut ini dinilai telah cukup baik oleh masyarakat,

akan tetapi tingkat kepercayaan masyarakat di bawah rata-rata dimana masyarakat

lebih menginginkan atribut lain sebagai prioritas pembangunan dalam sektor

pendidikan.

6.1.2.4.3 Kurikulum Sesuai Tingkat Satuan Pendidikan

Atribut kurikulum sesuai dengan tingkat satuan pendidikan mendapatkan

skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,78. Namun

tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor

kepercayaanya adalah 4,25 dengan selisih sebesar 1,48. Untuk penerapan standar

pelayanan minimal ini, setiap satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dalam hal ini

standar pelayanan pendidikan nasional yang mengatur kurikulum sesuai dengan

tingkat satuan pendidikan.

6.1.2.4.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Oleh Guru

Atribut rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru mendapatkan skor

evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,83. Namun

tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor

kepercayaannya adalah 4,38 dengan selisih sebesar 1,55. Setiap guru harus

menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan

silabus untuk setiap mata pelajaran yang dipegangnya. Rencana pelaksanaan

pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan efektifitas temu tatap muka di

kelas dan juga sistem penugasan di rumah.

6.1.2.4.5 Program Penilaian Pembelajaran

Atribut program penilaian pembelajaran mendapatkan skor evaluasi yang

cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,55. Namun tingkat kepercayaan

dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaanya adalah

Page 19: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

100

4,25 dengan selisih sebesar 1,70. Setiap guru harus mengembangkan dan

menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan

belajar peserta didik. Penilaian pembelajaran ini juga menjadi salah satu tolak

ukur yang dilakukan untuk melihat perkembangan belajar peserta didik dalam satu

masa belajar semester.

6.1.2.4.6 Supervisi Kepala Sekolah Ke Dalam Kelas

Atribut supervisi kepala sekolah ke dalam kelas mendapatkan skor

evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,63. Namun

tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor

kepercayaannya adalah 4,30 dengan selisih sebesar 1,68. Setiap kepala sekolah

untuk seluruh satuan pendidikan harus memenuhi syarat melakukan supervisi

kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester.

Supervisi kepala sekolah juga diharapkan memberikan inspirasi kepada peserta

untuk mampu belajar dengan baik dan juga menemukan cara belajar yang kreatif,

menyenangkan, menantang, partisipatif dan juga mampu menumbuhkembangkan

bakat-bakat serta minat belajar di dalam maupun luar kelas.

6.2 Kinerja Pelayanan Publik Sektor Kesehatan

Kesehatan merupakan kunci kedua dalam pembangunan modal manusia

baik pada tingkat negara maupun pada level daerah dalam hal ini kabupaten.

Kesehatan dan pendidikan menjadi dua kunci utama dalam pembangunan modal

manusia yang kelak akan mempengaruhi tingkat ekonomi atau kesejahteraan

masyarakat. Karena kesehatan, pendidikan dan ekonomi merupan tiga pilar yang

saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam membentuk kualitas penduduk

atau sumberdaya manusia. Tanpa kesehatan yang baik, pendidikan sulit untuk

berjalan dengan baik, dan bila kesehatan dan pendidikan tidak baik, maka

mustahil ekonomi keluarga/masyarakat dapat ikut membaik.

Sama halnya dengan pelayanan sektor pendidikan yang telah dibahas

sebelumnya, maka indikator kinerja pelayanan kesehatan di Kabupaten Lebak

akan dilihat dari dua perspektif, yakni dari segi ketersediaan fasilitas dan dari hal

tenaga kesehatan serta persebarannya di tiap kecamatan. Fasilitas kesehatan yang

Page 20: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

101

ditinjau adalah ketersediaan fasilitas dasar pelayanan kesehatan seperti Puskesmas

dan Puskesmas Pembantu (Pustu). Tenaga kesehatan yang coba diteliti adalah

dokter, bidan dan perawat. Kedua hal tersebut akan dilihat rasio perbandingannya

dengan masing-masing jumlah penduduk kecamatan.

6.2.1 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

Harapan utama pembangunan infrastruktur yang selama ini dilaksanakan

adalah mampu mempengaruhi tingkat ekonomi. Selain itu juga lambat laun akan

mempengaruhi tingkat kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Lebak terutama

terkait dengan aksesibilitas ke fasilitas kesehatan dan pendidikan. Berikut ini

disajikan bagaimana kondisi umum fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten

Lebak pada tahun 2009.

Tabel 24 Jumlah Fasilitas Kesehatan yang Tersedia Tiap Kecamatan tahun 2009 No. Kecamatan PUSKESMAS PUSTU/

WAHANA Poliklinik/ Balai

Pengobatan Praktek Dokter Praktek Bidan

1 Malingping 1 3 4 7 21 2 Wanasalam 2 3 1 1 13 3 Panggarangan 1 6 0 1 2 4 Cihara 1 2 0 0 2 5 B a y a h 1 6 2 3 10 6 Cilograng 1 3 10 1 10 7 Cibeber 2 3 0 1 4 8 Cijaku 1 1 1 0 9 9 Cigemblong 1 0 0 0 0 10 Banjarsari 2 3 0 0 11 11 Cileles 2 3 0 0 2 12 Gunung Kencana 1 4 1 1 6 13 Bojongmanik 1 1 0 0 3 14 Cirinten 1 2 0 0 1 15 Leuwidamar 2 5 0 0 5 16 Muncang 1 3 5 2 7 17 Sobang 1 3 0 0 3 18 Cipanas 1 3 3 2 8 19 Lebak Gedong 1 1 0 0 4 20 Sajira 2 0 1 0 9 21 Cimarga 4 2 1 1 10 22 Cikulur 1 1 0 0 10 23 Warunggunung 2 2 2 1 9 24 Cibadak 1 1 0 0 3 25 Rangkasbitung 5 3 8 21 32 26 Kalanganyar 1 2 0 0 7 27 M a j a 1 1 5 1 3 28 Curugbitung 1 4 1

1 5

Kab. Lebak 42 71 45 44 209

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Kondisi umum pelayanan publik kesehatan di Kabupaten Lebak terlihat

masih jauh dari harapan. Jumlah Puskesmas yang ada masih belum cukup untuk

memberikan pelayanan kepada seluruh penduduk di tiap kecamatan. Untuk

pelayanan kesehatan di wilayah selatan, keberadaan rumah sakit di Kecamatan

Page 21: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

102

Malingping belum bisa sepenuhnya memberikan solusi pemerataan pelayanan

kesehatan. Karena dari sisi kelengkapan peralatan pendukung dan sumberdaya

dokter masih kekurangan, sehingga jika membutuhkan pelayanan rawat inap,

sebagian besar penduduk lebih memilih untuk pergi ke Kabupaten Sukabumi yang

memiliki peralatan rumah sakit lebih lengkap dan pelayanannya lebih baik.

Pemerintah Kabupaten Lebak masih kesulitan untuk mendapatkan

sumberdaya tenaga kesehatan. Karena kendala utama masih berkutat pada

kesediaan calon tenaga kesehatan yang akan ditempatkan di tepat terpencil.

Keterpencilan masih menjadi alasan utama tenaga kesehatan untuk bisa ikut

membangunan. Selain itu juga dilengkapi dengan buruknya akses transportasi

darat yang membuat siapapun enggan untuk ditempatkan di wilayah Lebak

selatan. Namun di balik itu semua, pemerintah tetap berusaha meningkatkan

derajat kesehatan manusia, secara terperinci di Kabupaten Lebak telah tersedia

berbagai sumber daya kesehatan sebagai berikut :

a). 3 (tiga) unit Rumah Sakit, yaitu RSUD Adjidarmo, RSU Misi, dan RSUD

Malingping

b). 36 unit Puskesmas (kondisi baik 26 dan kondisi rusak ringan 10), termasuk

11 Puskesmas DTP (kondisi baik 10 dan kondisi rusak ringan 1).

c). 73 unit Puskesmas Pembantu dengan kondisi baik 16 Pustu, kondisi rusak

ringan 11 Pustu, kondisi rusak berat 46 Pustu.

d). 27 unit Puskesmas Keliling (Puskesling) termasuk 3 Puskesling Lengkap

dengan kondisi baik 3 Puskesling Lengkap dan 15 Puskesling, kondisi laik

jalan (rusak ringan) 9 Puskesling.

e). 39 Balai Pengobatan, 7 unit Apotik, 20 Toko Obat Berijin.

f). 508 Tenaga Medis/Paramedis, yang terdiri dari Dokter Umum 57 orang,

Dokter Gigi 19 orang, Bidan 199 orang, Perawat Umum 185 orang, Perawat

Gigi 10 orang, Tenaga Kesehatan lainnya 38 orang. Ratio antara jumlah

penduduk dengan Tenaga Medis/Paramedis adalah 4,51 : 10.000. 203

Mantri Keliling (Manling).

Pelayanan publik dasar kesehatan dalam penelitian ini akan menggunakan

rasio fasilitas kesehatan dan rasio jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah

penduduk. Dengan data rasio tersebut, maka akan terlihat bagaimana kuantitas

Page 22: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

103

pelayanan publik pemerintah dari segi fasilitas fisik dan ketersediaan serta

pemerataan pembangunan di sektor kesehatan. Kekurangan terbesar dalam tenaga

kesehatan adalah tenaga dokter, dimana untuk mengatasi hal tersebut, Pemkab

Lebak memberikan stimulus berupa beasiswa bagi mahasiswa yang mampu

masuk seleksi kedokteran di universitas negeri dan kelak bersedia dikontrak

selama 10 tahun untuk ditempatkan di Kabupaten Lebak. Ketersedian dokter

spesialis lebih memprihatinkan, dimana tidak tersedia satu pun dokter spesialias di

Kabupaten Lebak.

Rasio antara fasilitas kesehatan puskesmas dan puskesmas pembantu

dengan penduduk di Kabupaten Lebak rata-rata adalah 0,00005. Secara jelas akan

dirinci pada Gambar 15 di bawah ini.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 14 Grafik Rasio Fasilitas Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Lebak

Berdasarkan data di atas, maka kecamatan yang memiliki rasio Puskesmas

dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Banjarsari, Cileles, Cibeber

Leuwidamar, Sajira, Cimarga, Warunggunung dan Rangkasbitung, sedangkan

kecamatan dengan rasio cukup rendah adalah Malingping, Gunung Kencana,

Cipanas dan Lebak Gedong. Kecamatan dengan rasio puskesmas pembantu dan

penduduk cukup tinggi adalah Panggarangan, Bayah, Cileles, Leuwidamar, dan

Muncang, sedangkan kecamatan dengan rasio cukup rendah adalah Cigemblong,

Lebak Gedong, Maja, Cibadak, Cikulur, Sajira, Cijaku dan Bojongmanik.

0

0,00005

0,0001

0,00015

0,0002

0,00025

Rasio Puskesmas- Penduduk Rasio Puskesmas Pustu-penduduk

MalingpingWanasalamPanggaranganBayahCilograngCibeberCijakuBanjarsariCilelesGunung KencanaBojongmanikLeuwidamarMuncangSobangCipanasSajiraCimargaCikulurWarunggunungCibadakRangkasbitungMajaCurugbitungKalang AnyarLebak GedongCirintenCigemblongCihara

Page 23: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

104

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 15 Grafik Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Lebak

Rasio tenaga kesehatan dokter dengan penduduk di Kabupaten Lebak

masih sangatlah kurang. Dimana hanya ada dua kecamatan yang memiliki angka

rasio cukup tinggi yakni Kecamatan Rangkasbitung dan Warunggunung. Hal

tersebut sangat wajar karena dua kecamatan tersebut termasuk dalam wilayah kota

padat penduduk dan pusat kegiatan ekonomi dan juga pemerintahan. Namun

kecamatan lainnya masih kekurangan dokter umum, bahkan ada beberapa

kecamatan yang tidak memiliki sama sekali dokter yakni Cihara, Cikulur, Sajira,

Sobang, Leuwidamar dan Cijaku.

Rasio perawat dengan penduduk masih lebih baik daripada dokter, dimana

hampir di tiap kecamatan sudah terdapat perawat, walau dengan jumlah yang

masih kurang memadai. Tercatat bahwa kecamatan yang memiliki rasio perawat

dengan penduduk cukup tinggi adalah Rangkasbitung, Warunggunung, Cimarga,

Sajira, Muncang dan Banjarsari. Angka perawat tersebut cukup menggembirakan,

karena di daerah-daerah pelosok, perawat tersebut cukup efektif dalam

menggantikan peran dokter untuk pengobatan-pengobatan penyakit umum seperti

batuk, flu, demam dan sakit kepala, serta penyakit lainnya yang relatif mudah

diobati oleh perawat atau mantri.

0

0,0002

0,0004

0,0006

0,0008

0,001

0,0012

Rasio Dokter-Penduduk

Rasio Perawat-Penduduk

Rasio Bidan-Penduduk

MalingpingWanasalamPanggaranganBayahCilograngCibeberCijakuBanjarsariCilelesGunung KencanaBojongmanikLeuwidamarMuncangSobangCipanasSajiraCimargaCikulurWarunggunungCibadakRangkasbitungMajaCurugbitungKalang AnyarLebak GedongCirintenCigemblongCihara

Page 24: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

105

Jumlah bidan di Kabupaten Lebak tidak jauh berbeda kondisinya dengan

perawat. Dimana rasio bidan dengan penduduk dianggap sudah cukup tersebar

walau dengan jumlah yang masih jauh dari memadai. Terdapat empat kecamatan

yang memiliki jumlah rasio cukup tinggi, yakni Rangkasbitung, Sajira, Muncang

dan Cijaku. Namun masih terdapat beberapa kecamatan dengan jumlah bidang

sangat sedikit yang terlihat dari rendahnya rasio bidan dengan penduduk seperti

Kecamatan Cikulur, Bojongmanik, Cijaku dan Lebak Gedong. Posisi bidan ini

sangat vital perannya dalam kehidupan bermasyarakat dan proses peningkatan

kualitas kesehatan. Karena bidan adalah palang pintu proses persalinan penduduk

perempuan yang menghadapi proses kelahiran anaknya.

6.2.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan

Publik Sektor Kesehatan

Hasil analisis penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan

publik kesehatan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal dapat dilihat pada Tabel

32. Berdasarkan data pada Tabel 32 terlihat bahwa interpretasi penilaian sikap

masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik bidang kesehatan Pemkab Lebak

pada wilayah tertinggal adalah sangat buruk dengan nilai total 1.631.

Tabel 25 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Kesehatan Pemkab Lebak pada Wilayah Tertinggal

Atribut bi e(Y)

i b(X)

i - e i Interpretasi Kuadran

1. Pelayanan kunjungan ibu hamil k4 2. Pelayanan komplikasi kebidanan 3. Pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kebidanan 4. Pelayanan nifas 5. Penanganan neonatus dengan komplikasi 6. Pelayanan kunjungan bayi 7. Pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan 8. Pelayanan anak balita 9. Makanan pendamping asi anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 10. Pelayanan perawatan balita gizi buruk 11. Pelayanan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 12. Pelayanan peserta KB 13. Pelayanan penemuan dan penanganan penderita penyakit 14. Pelayanan dasar kesehatana masyarakat miskin 15. Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 16. Pelayanan gawat darurat level 1 sarana kesehatan (rumah sakit) 17. Pelayanan penyelidikan epidemiologi 18. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga

4,38 4,25 4,30 4,05 4,30 4,15 4,50 4,60 4,65 4,73 4,33 3,75 4,45 4,68 4,58 4,48 4,23 4,35

2,60 2,28 2,10 1,93 1,85 2,25 3,28 3,03 2,05 2,58 2,33 2,75 1,93 1,85 1,98 2,15 2,00 1,88

1,78 1,98 2,20 2,13 2,45 1,90 1,23 1,58 2,60 2,15 2,00 1,00 2,53 2,83 2,60 2,33 2,23 2,48

Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk

II IV III III III III II II I II IV II I I I I

III III

Rata-rata 4,37 2,27 Total Skor ∑ ei 1.631 (40 x 27)

Interpretasi Penilaian Sangat Buruk

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Page 25: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

106

Atribut-atribut standar pelayanan minimal kesehatan yang terdapat dalam

sistem manajerial Pemkab Lebak dinilai masih buruk oleh masyarakat yang

bertempat tinggal di wilayah yang cenderung tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari

hasil penilaian evaluasi dan kepercayaan responden terhadap masing-masing

atribut yang sebagian besar di bawah rata-rata dengan penilaian buruk dan

beberapa atribut saja yang dinilai biasa atau sedang.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 16 Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Kesehatan

Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal

Pada Gambar 17 dapat dilihat posisi penempatan masing-masing atribut

pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal kesehatan di dalam

diagram kartesius. Diagram kartesius dibagi ke dalam empat kuadran dengan garis

tengah pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat kepentingan (Y) yaitu

sebesar 4,37 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja (X) yaitu sebesar 2,27. Hasil

ringkasan matriks posisi kuadran IPA, terdapat lima atribut yang menjadi prioritas

utama yakni makanan pendamping asi keluarga miskin, pelayanan

penemuan/penanganan penderita penyakit, pelayanan dasar kesehatan masyarakat

miskin, pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin dan pelayanan

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Ting

kat K

epen

ting

an

Kinerja Pelayanan Publik

Page 26: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

107

darurat level 1 rumah sakit. Terdapat lima atribut yang perlu dipertahankan

prestasinya atau berada di kuadran II yakni pelayanan kunjungan ibu hamil,

pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan, pelayanan anak balita,

pelayanan perawatan balita gizi buruk dan pelayanan peserta KB.

Tabel 26 Ringkasan Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten Lebak Di Wilayah Tertinggal

Kuadran I (Prioritas Utama) 1. Makanan pendamping asi keluarga miskin 2. Pelayanan penemuan/penanganan penderita penyakit 3. Pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin 4. Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 5. Pelayanan darurat level 1 rumah sakit

Kuadran II (Pertahankan Prestasi) 1. Pelayanan kunjungan ibu hamil 2. Pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan 3. Pelayanan anak balita 4. Pelayanan perawatan balita gizi buruk 5. Pelayanan peserta KB

Kuadran III (Prioritas Rendah) 1. Pelayanan pertolongan oleh nakes kebidanan 2. Pelayanan nifas 3. Penanganan neonatus dengan komplikasi 4. Pelayanan kunjungan bayi 5. Pelayanan penyelidikan epidemiologi 6. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyaraka desa

siaga

Kuadran IV (Berlebihan) 1. Pelayanan komplikasi kebidanan 2. Pelayanan penjaringan kesehatan siswa Sekolah dasar

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Kuadran III atau prioritas rendah terdiri dari enam atribut yakni pelayanan

pertolongan oleh nakes kebidanan, pelayanan nifas, penanganan neonatus dengan

komplikasi, pelayanan kunjungan bayi, pelayanan penyelidikan epidemiologi serta

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga. Sedangkan terdapat

dua atribut yang masuk ke dalam kuadran IV yakni pelayanan komplikasi

kebidanan dan pelayanan penjaringan kesehatan sisiwa sekolah dasar.

6.2.2.1 Kuadran I (Prioritas Utama)

6.2.2.1.1 Makanan Pendamping Asi Keluarga Miskin

Atribut makanan pendamping asi keluarga miskin mendapat skor evaluasi

kurang memuaskan dengan nilai 2,05. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,65

dengan selisih cukup besar yakni 2,60. Makanan pendamping asi ini khusus untuk

diberikan kepada anak usis 6-24 bulan. Masyarakat menilai jika makanan

pendaming asi sangat penting untuk diperhatikan oleh Pemkab Lebak. Karena

tidak bisa dipungkiri hingga tahun 2009 angka kemiskinan di Kabupaten Lebak

masih sangat tinggi. Permasalahan utama keluarga miskin dari tahun ke tahun

adalah kurang diperhatikannya kesehatan bayi-bayi keluarga miskin. Oleh karena

itu tidak sedikit ditemukan kasus bayi kekurangan gizi atau gizi buruk. Oleh

karena itu, kebijakan publik di bidang kesehatan yang harus menjadi prioritas

Page 27: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

108

Pemkab lebak adalah meningkatkan kinerja dalam pelayanan makanan

pendamping asi keluarga miskin.

6.2.2.1.2 Pelayanan Penemuan/Penanganan Penderita Penyakit

Atribut pelayanan penemuan atau penanganan penderita penyakit

mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,93. Sedangkan skor

kepercayaan sebesar 4,45 dengan selisih cukup besar yakni 2,53. Pelayanan dalam

penemuan dan penanganan berbagai macam penyakit ini tentu menjadi prioritas

utama oleh masyarakat baik penyakit menular atau tidak menular. Hal itu menjadi

begitu penting saat makin maraknya penyebaran penyakit yang disebabkan oleh

virus hewan. Penanganan dini terhadap suatu penyakit akan menjadi faktor

penentu tingkat kesehatan suatu wilayah.

6.2.2.1.3 Pelayanan Dasar Kesehatan Masyarakat Miskin

Atribut pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin mendapat skor

evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,85. Sedangkan skor kepercayaan

sebesar 4,68 dengan selisih cukup besar yakni 2,83. Pelayanan dasar kesehatan

masyarakat miskin ini telah dijamin dengan asuransi kesehatan masyarakat miskin

(Askeskin). Dengan Askeskin ini masyarakat miskin memiliki jaminan untuk

mendapatkan pelayanan dasar kesehatan baik untuk level Puskesmas maupun

tingkat rumah sakit sekalipun. Namun yang terjadi sat ini, walaupun masyarakat

miskin tersebut mendapatkan pelayanan, tetapi tidak mendapatkan pelayanan yang

prima, bahkan ada sebagian yang ditelantarkan.

6.2.2.1.4 Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

Atribut pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin mendapat

skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,98. Sedangkan skor kepercayaan

sebesar 4,58 dengan selisih cukup besar yakni 2,60. Sesuai dengan petunjuk teknis

standar pelayanan minimal kesehatan, maka setiap pasien masyarakat miskin

berhak pelayanan kesehatan rujukan pasien. Pelayanan ini dikhususkan pasien

masyarakat miskin yang mendapatkan rujukan pasien di rumah sakit. Diharapkan

Page 28: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

109

melalui kebijakan pelayanan minimal tersebut, tingkat kesehatan masyarakat

miskin mampu ditingkatkan.

6.2.2.1.5 Pelayanan Darurat Level 1 Rumah Sakit

Atribut pelayanan darurat level satu rumah sakit mendapat skor evaluasi

kurang memuaskan dengan nilai 2,15. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,48

dengan selisih cukup besar yakni 2,15. Kebijakan pelayanan minimum ini

memberikan jaminan kepada seluruh masyarakat umum untuk mendapatkan

pelayanan darurat level satu pada rumah sakit. Karena sebelumnya sebagian besar

rumah sakit memerlukan dana awal untuk mengurus pasien yang memerlukan

pelayanan darurat level 1. Sehingga masyarakat pun memberikan harapan yang

lebih terhadap kebijakan salah satu pelayanan dasar di rumah sakit.

6.2.2.2 Kuadran II (Pertahankan Prestasi)

6.2.2.2.1 Pelayanan Kunjungan Ibu Hamil

Atribut pelayanan kunjungan ibu hamil mendapatkan skor evaluasi yang

cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,60. Sedangkan skor kepercayaan adalah

4,38 dengan selisih sebesar 1,78. Masyarakat di wilayah tertinggal sudah cukup

puas dengan pelayanan kunjungan pemeriksaan ibu hamil. Tingkat kepuasan ini

juga mendekati harapan yang menjadi ekspektasi masyarakat. Selain itu,

pelayanan kunjungan ibu hamil ini secara tidak langsung akan sangat menentukan

proses persalinan dan tingkat kesehatan ibu melahirkan dengan bayi.

6.2.2.2.2 Pelayanan Imunisasi Anak Tingkat Desa/Kelurahan

Atribut pelayanan imunikasi anak tingkat desa/kelurahan mendapatkan

skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 3,28. Sedangkan skor

kepercayaan adalah 4,50 dengan selisih sebesar 1,23. Pelayanan imunisasi anak

tingkat desa atau kelurahan ini menjadi salah satu program yang cukup baik

kinerjanya. Imunisasi ini menjadi hal yang sangat wajib dilaksanakan demi

kesehatan secara jangka panjang anak-anak di Kabupaten Lebak. Program

Page 29: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

110

imunisasi ini dilakukan pada dua tempat, yakni di puskesmas dan juga pada

kegiatan tingkat RW yakni Posyandu.

6.2.2.2.3 Pelayanan Anak Balita

Atribut pelayanan anak balita mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik

di atas rata-rata dengan skor 3,03. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,60

dengan selisih sebesar 1,58. Pelayanan yang telah diberikan Pemerintah Daerah

Kabupaten Lebak terhadap anak balita dianggap cukup baik kinerjanya. Pelayanan

ini dapat berupa pemeriksaan kesehatan, gigi, berat badan, kondisi gizi dan juga

kelengkapan imunisasi. Masyarakat menilai kinerja pelayanan pemerintah

terhadap anak balita sudah cukup baik sehingga perlu dipertahankan atau bahkan

dapat juga ditingkatkan kualitasnya.

6.2.2.2.4 Pelayanan Perawatan Balita Gizi Buruk

Atribut pelayanan perawatan balita gizi buruk mendapatkan skor evaluasi

yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,58. Sedangkan skor kepercayaan

adalah 4,73 dengan selisih sebesar 2,15. Pelayanan perawatan gizi buruk ini

diberikan kepada anak-anak yang termasuk ke dalam gizi buruk. Anak-anak yang

termasuk gizi buruk akan mendapatkan pelayanan perawatan dan juga suplemen

serta makanan tambahan agar beratnya kembali normal.

6.2.2.2.5 Pelayanan Peserta Keluarga Berencana

Atribut pelayanan peserta Keluarga Berencana (KB) mendapatkan skor

evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,75. Sedangkan skor

kepercayaan adalah 4,75 dengan selisih sebesar 1,00. Peserta Keluarga Berencana

akan mendapatkan layanan berupa penyediaan alat kontrasepsi kepada keluarga

untuk merencanakan jumlah anak. Kebijakan pelayanan ini kembali menjadi

prioritas utama pemerintah dalam menekan pertumbuhan jumlah penduduk yang

sempat meningkat cukup tajam selama sepuluh tahun terakhir. Dengan adanya

Page 30: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

111

program keluarga berencana ini diharapkan pertumbuhan penduduk dapat ditekan

dan keluarga yang dibentuk pun menjadi keluarga sejahtera.

6.2.2.3 Kuadran III (Prioritas Rendah)

6.2.2.3.1 Pelayanan Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan Kebidanan

Atribut pelayanan pertolongan oleh tenaga kesehatan kebidanan

mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan

skor 2,10. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata

yakni 4,30 dengan selisih sebesar 2,20. Rendahnya pelayanan pertolongan oleh

tenaga kesehatan kebidanan ini disebabkan oleh minimnya tenaga kesehatan di

wilayah tertinggal. Sehingga masyarakat masih kesulitan untuk bisa mengakses

pelayanan bidan. Selain itu, ditambah dengan perilaku masyarakat yang lebih

memilih pelayanan paraji atau dukun beranak dalam proses pra dan pasca

kelahiran bayi.

6.2.2.3.2 Pelayanan Nifas

Atribut pelayanan nifas mendapatkan skor evaluasi yang kurang

memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 1,93. Sama halnya dengan skor

kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,05 dengan selisih sebesar 2,13.

Pelayanan ini didapatkan untuk ibu melahirkan yang masih menjalani masa nifas

selama 40 hari. Masyarakat belum menganggap atribut ini penting untuk dijadikan

prioritas. Kinerja pelayanan yang telah diberikan pun masih dianggap belum

memuaskan dan memenuhi harapan masyarakat.

6.2.2.3.3 Penanganan Neonatus dengan Komplikasi

Atribut penanganan neonatus dengan komplikasi mendapatkan skor

evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 1,85. Sama

halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,30 dengan

selisih sebesar 2,45. Penanganan neonatus ini adalah penanganan kelahiran yang

Page 31: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

112

terdapat komplikasi dimana proses persalinan tidak berjalan dengan lancar.

Komplikasi neonatus ini cukup beragam penyebabnya, ada yang berupa kasus

bayi sungsang, pendarahan, jalan lahir terhalang ari-ari, tidak ada kontraksi dan

lain sebagainya. Tidak sedikit dari kasus ini menjadi salah satu penyebab

kematian ibu dan bayi saat persalinan.

6.2.2.3.4 Pelayanan Kunjungan Bayi

Atribut pelayanan kunjungan bayi mendapatkan skor evaluasi yang kurang

memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,25. Sama halnya dengan skor

kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,15 dengan selisih sebesar 1,90.

Pelayanan kunjungan bayi merupakan salah satu pelayanan dasar kesehatan yang

perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Pelayanan kunjungan bayi ini terdiri

dari berbagai macam, diantaranya adalah pelayanan imunisasi, konsultasi

perkembangan anak, konsultasi gizi dan konsultasi kesehatan anak. Pelayanan

bayi ini bisa jadi sebagai faktor penentu dalam menurunkan angka kematian bayi.

Karena dengan optimalnya pelayanan bayi, maka orang tua yang tengah

mengasuh bayi akan lebih antispatif dalam mengurus dan membesarkan dan

menjaga kesehatan bayinya.

6.2.2.3.5 Pelayanan Penyelidikan Epidemiologi

Atribut pelayanan penyelidkan epidemiologi mendapatkan skor evaluasi

yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,00. Sama halnya

dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,23 dengan selisih

sebesar 2,48. Pelayanan penyelidikan epidemiologi adalah penyelidikan terhadap

frekuensi, distribusi dan determinasi penyakit. Penyelidikan epidemiologi ini

dilakukan pada desa atau kelurahan yang mengalami kasus penyakit luar biasa.

Dengan adanya penyelidikan epidemiologi ini, maka pihak pemerintah dalam hal

ini dinas kesehatan akan mampu memberikan kebijakan yang tepat dalam

menangani penyakit.

6.2.2.3.6 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Siaga

Page 32: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

113

Atribut promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga

mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan

skor 1,88. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata

yakni 4,35 dengan selisih sebesar 2,48. Masyarakat menilai jika kinerja

pemerintah daerah dalam memberikan promosi kesehatan dan pemberdayaan

belum berjalan sesuai dengan harapan. Seharusnya, apabila promosi kesehatan

dapat berjalan dengan baik, maka kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

kesehatan akan meningkat. Promosi kesehatan ini akan berjalan beriringan dengan

pemberdayaan masyarakat dalam membentuk desa siaga. Dimana desa siaga ini

adalah desa yang mampu memberdayakan masyarakatnya bahu-membahu dalam

mensukseskan berbagai macam program-program pemerintah terkait dengan

kesehatan.

6.2.2.4 Kuadran IV (Berlebihan)

6.2.2.4.1 Pelayanan Komplikasi Kebidanan

Atribut pelayanan komplikasi kebidanan mendapatkan skor evaluasi yang

cukup memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,60. Namun tingkat

kepercayaan dan harapan masyarakat di atas rata-rata dengan skor

kepercayaannya adalah 4,38 dengan selisih sebesar 1,78. Pelayanan komplikasi

kebidanan ini terjadi cukup banyak di berbagai wilayah di Kabupaten Lebak.

Sehingga pelayanan komplikasi kebidanan merupakan salah satu program yang

menjadi fokus utama dalam meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Namun,

yang terjadi pada wilayah tertinggal adalah bahwa masyarakat masih belum

mengerti dan sadar untuk memanfaatkan keberadaan bidan desa dalam menangani

komplikasi kebidanan. Karena sebagian besar masih memegang teguh budaya

tradisional dalam proses persalinan dan lebih percaya kepada dukun beranak atau

paraji.

6.2.2.4.2 Pelayanan Penjaringan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar

Atribut pelayanan penjaringan kesehatan siswa sekolah dasar mendapatkan

skor evaluasi yang cukup memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,33.

Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di atas rata-rata dengan skor

Page 33: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

114

kepercayaanya adalah 4,33 dengan selisih sebesar 2,00. Pendidikan tingkat

sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan yang mencoba untuk menanamkan

perilaku dan kebiasaan. Oleh karena itu, penjaringan kesehatan kepada siswa

sekolah dasar untuk membiasakan diri hidup sehat tentu saja sangat penting.

Ketika kebiasaan hidup sehat dan bersih sudah tertanam, maka pembentukan

konsep masyarakat peduli kesehatan dan kebersihan akan terbentuk lebih mudah

dan dalam jangka waktu relatif lebih singkat.

Pelayanan publik pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Lebak dinilai

buruk oleh masyarakat di wilayah tertinggal. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan

belum terpenuhinya berbagai indikator yang menjadi standar pelayanan minimum

baik dalam hal kesehatan dan pendidikan. Rendahnya rasio belanja publik

infrastruktur untuk bidang pendidikan memberikan pengaruh kurang baik

terhadap pelayanan pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang berada dalam

kondisi rusak, sehingga murid tidak mendapatkan kenyamanan dalam belajar.

Sama halnya dengan kesehatan, rendahny rasio belanja infrastruktur kesehatan

berimplikasi negatif terhadapa pelayanan kesehatan. Masyarakat menilai bahwa,

tingkat pelayanan kesehatan, baik pada tataran puskesmas, puskesmas pembantu

maupun rumah sakit masih jauh dari memuaskan. Sehingga, hal tersebut harus

segera menjadi bahan pekerjaan rumah untuk Pemerintah Daerah Kabupaten

Lebak agar bisa meningkatkan kinerja pelayanan sesuai dengan juknis standar

pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

6.3 Disparitas Pembangunan SDM antara Wilayah Utara dengan Selatan

Penilaian sikap masyarakat terhadap buruknya kinerja pelayanan publik di

wilayah tertinggal memberikan indikasi terjadinya disparitas pembangunan antara

wilayah utara dengan selatan. Kriteria pembagian wilayah ini berdasarkan

karakteristik geografis dan kondisi infrastuktur khususnya jalan. Wilayah

pembangunan di bagian utara adalah wilayah yang secara geografis berada di

Lebak bagian utara dan disokong oleh infrastruktur yang cukup baik. Infrastruktur

tersebut berupa sekolah, puskesmas, rumah sakit dan jalan darat. Akses antara

satu kecamatan dengan kecamatan lain relatif lebih mudah untuk dijangkau. Pada

sisi lainnya, wilayah pembangunan di bagian selatan adalah wilayah

Page 34: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

115

pembangunan yang menggabungkan tiga wilayah pembangunan yakni tengah,

barat dan timur. Penggabungan tersebut sengaja dilakukan untuk mempermudah

analisis dan ketiga wilayah tersebut memiliki karakateristik infrastruktur yang

tidak jauh berbeda. Karakteristik dari wilayah selatan ini memiliki kondisi

infrastruktur yang kurang baik dan belum mencukupi standar pelayanan minimal.

Akses antara satu kecamatan dengan lainnya cukup sulit ditempuh karena kondisi

jalan yang sebagian besar masih rusak. Pembagian wilayah pembangunan antara

utara dengan selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 27 Pembagian Wilayah Pembangunan Utara dan Selatan Pembagian Wilayah Pembangunan (Kecamatan)

No. Wilayah Utara Jumlah Penduduk No. Wilayah selatan Jumlah

Penduduk 1 Cipanas 51.840 1 Malingping 63.282 2 Cimarga 28.444 2 Wanasalam 53.936 3 Warunggunung 21.198 3 Panggarangan 35.729 4 Cibadak 47.292 4 Bayah 29.964 5 Rangkasbitung 63.372 5 Cilograng 38.895 6 Kalang Anyar 57.666 6 Cibeber 32.178

7 Cijaku 55.086

8 Banjarsari 27.126

9 Cileles 22.002

10 Gunung Kencana 66.335

11 Bojongmanik 48.749

12 Leuwidamar 35.160

13 Muncang 21.713

14 Sobang 24.752

15 Sajira 32.957

16 Cikulur 48.297

17 Maja 49.822

18 Curugbitung 52.064

19 Lebak Gedong 112.781

20 Cirinten 31.074

21 Cigemblong 50.127

22 Cihara 32.618 Sumber : Bappada Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Berdasarkan informasi yang ditunjukan pada Tabel 36 di atas dapat

diketahui bahwa telah terjadi disparitas pengembangan infrastruktur dan

sumberdaya aparatur untuk sektor pendidikan dan kesehatan. Disparitas ini terjadi

antara dua wilayah, yakni wilayah bagian utara dengan wilayah di bagian selatan.

Secara rasio, wilayah bagian utara memiliki rasio infrastruktur dan aparatur

Page 35: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

116

sumberdaya yang telah mencapai angka standar pelayanan minimal, bahkan bisa

dikatakan di atas rata-rata atau lebih dari cukup. Akan tetapi hal tersebut bertolak

belakang dengan kondisi infrastruktur di wilayah selatan yang masih jauh di

bawah standar pelayanan minimal.

Tabel 28 Perbandingan Pembangunan Fisik dan Tenaga Sektor Pendidikan dan Kesehatan antara Wilayah Utara dan Selatan Tahun 2009

No Indikator Pembangunan Wilayah Pembangunan Rasio ideal Utara Selatan

1 Penduduk Usia SD - Bangunan SD 287 377 250 2 Penduduk Usia SMP - Bangunan SMP 1.287 1390 800 3 Penduduk Usia SMA - Bangunan SMA 1.552 3111 1.200 4 Penduduk Usia SD - Guru SD 24 42 32 5 Penduduk Usia SMP - Guru SMP 58 91 36 6 Penduduk Usia SMA - Guru SMA 59 140 36 7 Penduduk - Puskesmas 10.128 40.790 30.000 8 Penduduk - Puskesmas Pembantu 15.315 26.346 15.000 9 Penduduk - Dokter Umum 4.260 27.857 5.000 10 Penduduk - Perawat 1.219 4.140 833 11 Penduduk - Bidan 1.807 8.899 1.000

Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak masih memberikan porsi yang lebih

besar pembangunan pada wilayah utara, hal tersebut terlihat dalam pengembangan

infrastruktur. Ketimpangan pembangunan antara wilayah utara dan selatan ini

secara tidak langsung menjadi jurang pemisah ketimpangan kualitas sumberdaya

manusia. Selain itu, wilayah-wilayah yang cenderung memiliki rasio mendekati

ideal adalah wilayah yang secara geografis merupakan wilayah yang mudah

diakses, sebagian besar adalah wilayah di bagian utara, walaupun tidak sedikit

wilayah selatan yang maju dengan catatan kondisi aksesibilitas transportasi cukup

baik. Beberapa wilayah selatan yang cukup baik di antaranya adalah Kecamatan

Banjarsari, Malingping, Bayah, Wanasalam dan Cipanas. Kelima kecamatan

tersebut merupakan kecamatan yang memiliki infrastruktur transportasi darat yang

cukup baik dan relatif lebih mudah untuk di akses, walaupun secara jarak bisa

dianggap sangat jauh. Jadi jarak tempuh bukan faktor utama penyebab

ketimpangan, namun lebih besar disebabkan oleh kualitas dari jalan itu sendiri.

Page 36: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

117

Kerusakan infrastruktur utama jalan, baik jalan nasional, provinsi maupun

kabupaten disebabkan oleh dua faktor. Pertama adalah faktor alam, dimana

sebagian besar jalan rusak karena intensitas air yang sangat tinggi mengguyur

jalan di saat musim penghujan jalan. Kedua, faktor teknis, dimana proses

pembangunan jalan tidak sesuai dengan standar pembuatan jalan yang baik. Hal

tersebut terlihat dari buruknya drainase jalan, dimana ketika hujan besar turun, air

tidak mengalir ke drainase namun tergenang, sehingga menyebabkan percepatan

kerusakan jalan. Penyebab lainnya adalah tidak seimbangnya kapasitas jalan

dengan kendaraan yang melewatinya. Saat ini Lebak Selatan merupakan pemasok

utama bahan-bahan galian C di Provinsi Banten. Kendaraan-kendaraan yang

membawa bahan galian tersebut merupakan kendaraan dengan beban yang sangat

tinggi di atas 20 ton. Pada sisi lain, kapasitas sebagain besar jalan berkisat antara

5-10 ton, sehingga kerusakan jalan yang sangat parah akan semakin sulit

dihindari. Proses penggalian-penggalian di wilayah selatan sebetulnya telah lama

menjadi industri yang kontraproduktif atau menghadapi sebuah paradoks.

Menurut penuturan salah satu ahli perencanaan wilayah di Bappeda Lebak, pajak

yang diterima dari hasil-hasil penggalian tersebut ternyata tidak sebanding dengan

kerusakan-kerusakan yang didapatkan, diantaranya adalah kerusakan jalan akibat

ketidak seimbangan beban dengan kapasitas jalan.

6.4 Kualitas Sumberdaya Manusia

Kualitas sumberdaya manusia secara implisit akan terlihat dari tingkat

pendidikan dan juga kesehatannya. Oleh karena itu, sebagain besar negara-negara,

baik maju maupun berkembang banyak menggunakan Human Development

Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator untuk

menilai kualitas sumberdaya manusia di suatu wilayah. IPM menjadi begitu

populer di kalangan ekonomi sumberdaya karena kemampuannya dalam melihat

kualitas manusia dari sisi pendidikan, kesehatan dan juga ekonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator gabungan dari

beberapa indikator (komposit), yaitu indikator kesehatan (Indeks Lama Hidup),

Indikator Pendidikan (Indeks Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah), dan

indikator ekonomi yang ditunjukan dengan Tingkat Daya Beli Penduduk

Page 37: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

118

(Purchasing Power Parity). Gabungan ketiga indikator tersebut diharapkan mampu

mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu

wilayah.

Dibandingkan dengan indeks komposit lain, IPM dinilai sebagai indikator

yang cukup baik karena mencakup tiga sektor pembangunan yang dominan dan

memiliki sumbangan yang cukup besar dalam membentuk kualitas sumberdaya

manusia. Jika ketiga sektor tersebut mengalami peningkatan yang cukup berarti,

maka secara langsung sumberdaya manusia yang dihasilkan akan menjadi lebih

berkualitas. Namun hal tersebut bukanlah perkara yang mudah begitu saja dicapai,

perlu kerja keras dari berbagai pihak untuk bisa merealisasikannya. Sama halnya

dengan Kabupaten Lebak yang masih menjadi juru kunci IPM di Provinsi Banten,

peningkatan IPM terbentur oleh berbagai macam faktor, mulai dari kendala

anggaran, faktor akses transportasi, hingga etos budaya masyarakat itu sendiri

yang pada akhirnya menjadi palang pintu terakhir peningkatan pembangunan

manusia

6.4.1 Indeks Kelangsungan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) menggambarkan tingkat kesehatan rata-rata

yang telah dicapai suatu kelompok masyarakat. Angka harapan hidup berkaitan

erat dengan derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi angka harapan hidup,

maka dapat diasosiasikan dengan tingginya derajat kesehatan masyarakat. Angka

harapan hidup penduduk Kabupaten Lebak pada tahun 2008 adalah 63,1 tahun,

yang dapat diartikan bahwa rata-rata masa hidup penduduk Kabupaten Lebak

mulai dari lahir hingga meninggal adalah sekitar 63 tahun 1 bulan. AHH tahun

2008 tidak mengalami perubahan dibandingkan AHH tahun 2007.

Angka Kelangsungan Hidup yang tidak berubah dari tahun sebelumnya

dapat juga berarti bahwa perbaikan kualitas kesehatan penduduk sebagai implikasi

dari program pembangunan kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan.

Pembangunan yang dilakukan sepanjang tahun 2007-2008 tidak memberikan

dampak yang cukup berarti terhadap kualitas sumberdaya manusia, karena AHH

penduduk di Kabupaten Lebak jalan di tempat, atau dengan kata lain tidak

mengalami peningkatan. Seharusnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk

Page 38: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

119

perbaikan kesehatan, diantaranya adalah mempermudah penduduk untuk

mengakses fasilitas kesehatan. Semua itu dapat dilakukan dengan meningkatkan

jumlah dan penyebaran tenaga paramedis dan dokter, dalam hal ini lebih sering

disebut dengan tenaga kesehatan, sehingga rasio antara jumlah penduduk dengan

tenaga kesehatan akan semakin mengecil. Selain itu, optimalisasi peran posyandu

sebagai ujung tombak keberhasilan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di

wilayah-wilayah yang sulit terjangkau, terutama untuk peningkatan kualitas

kesehatan penduduk usia muda. Peningkatan kualitas Paraji (dukun beranak)

diharapkan cukup signifikan menekan angka kematian bayi dan ibu melahirkan.

Sumber : Bappeda Kab Lebak, Tahun 2009

Gambar 17 Tren Angka Harapan Hidup Lebak dan Rata-rata Provinsi Banten Periode Tahun 2000-2008

Bercermin dari daerah lain, jika dilihat perbandingan rata-rata angka

harapan hidup, terlihat bahwa Kabupaten Lebak masih di bawah rata-rata

provinsi. Gambar di atas menunjukan gap yang semakin lebar dari tahun ke tahun

selama sembilan tahun terakhir (2000-2008). Hal tersebut menunjukan bahwa

daerah lain mengalami percepatan angka harapan hidup yang lebih tinggi. Pada

tahun 2003 perbandingan antara harapan hidup Kabupaten Lebak dengan Provinsi

Banten masih 62,3 tahun berbanding 62,6 tahun, kemudian di tahun 2008

62,50

63,10

61,90

62,30 62,40 62,60

63,00 63,11 63,1262,4062,85

62,4062,60

63,8064,00

64,3064,45

64,60

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

AHH Kab. Lebak AHH Prov. Banten

Page 39: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

120

perbandingannya semakin menjauh, dimana 63,1 tahun untuk Kabupaten Lebak

berbanding 64,60 untuk Provinsi banten.

Indeks Kelangsungan Hidup merupakan konversi Angka Harapan Hidup

dalam persen terhadap rentang angka harapan hidup yang dapat dicapai di

Indonsia. Tahun 2008, angka harapan hidup sebesar 63,1 tahun setara dengan

63,60 persen pencapaian indeks. Hal ini mengindikasikan bahwa Angka Harapan

Hidup Kabupaten Lebak masih terbuka lebar untuk dapat ditingkatkan. Namun

meningkatkan angka harapan hidup bukanlah program yang dapat secara langsung

dirasakan hasilnya, tetapi program peningkatan AHH adalah program yang

membutuhkan investasi yang sangat besar khususnya dalam hal pembiayaan

program dan waktu yang juga cukup panjang. Karena angka harapan hidup

berhubungan dengan komposisi dan struktur umur penduduk serta jumlah

penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan.

Tabel 29 Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kelangsungan Hidup Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun 2000-2008

Tahun Angka Harapan Hidup Indeks Kelangsungan Hidup

Kab. Lebak Prov. Banten Kab. Lebak Prov. Banten 2000 62.50 62.40 62.50 62.33 2001 62.85 63.10 63.08 63.50 2002 61.90 62.40 61.50 62.33 2003 62.30 62.60 62.17 62.67 2004 62.40 63.80 62.33 64.67 2005 62.60 64.00 62.67 65.00 2006 63.00 64.30 63.33 65.50 2007 63.11 64.45 63.52 65.55 2008 63.12 64.60 63.60 66.60

Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak, Tahun 2010

6.4.2 Indeks Melek Huruf dan Indeks Lama Sekolah

Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah adalah dua indikator yang

digunakan untuk menggambarkan hasil pembangunan di bidang pendidikan.

Kedua indikator tersebut dipandang cukup untuk mewakili beberapa indikator

pendidikan lainnya.

Hasil SUSENAS tahun 2008 menunjukan bahwa persentase penduduk usia

10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis adalah sebesar 84,1 persen,

sehingga yang buta huruf sebanyak 5,9 persen, angka ini tidak jauh berbeda

Page 40: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

121

dengan keadaan beberapa tahun sebelumnya. Khusus di Kabupaten Lebak,

penduduk buta aksara selain dipengaruhi oleh jumlah penduduk tua, dipengaruhi

juga oleh keberadaan suku Baduy terutama Baduy Dalam yang masih menabukan

penduduknya untuk mengenyam pendidikan formal. Apabila peraturan adat

tersebut tidak dapat dirubah, maka pencapaian Angka Melek Huruf di Kabupaten

Lebak tidak akan pernah mencapai 100 persen.

Angka melek huruf di Kabupaten Lebak masih dikategorikan kecil bila

dibandingkan rata-rata angka melek huruf Provinsi Banten yang pada tahun 2008

mencapai 95,6 persen. Indikator rata-rata lama sekolah di Kabupaten lebak tahun

2008 lebih rendah dari angka rata-rata Provinsi banten yang sebesar 8,1 tahun,

yakni hanya 6,2 tahun, atau baru setara dengan lulusan sekolah dasar. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa angka melek huruf di kabupaten Lebak lebih rendah bila

dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten.

Tabel 30 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lamanya Sekolah Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun 2002-2008

Tahun Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama sekolah (Tahun)

Kab. Lebak Prov. Banten Kab. Lebak Prov. Banten 2002 90.19 93.84 5.30 7.90 2003 91.40 94.20 5.50 8.10 2004 93.90 94.70 6.10 8.50 2005 94.10 95.60 6.20 8.00 2006 94.10 95.60 6.20 8.10 2007 94.10 95.60 6.20 8.10 2008 94.10 95.60 6.20 8.10

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2010

Nilai indeks melek huruf sama dengan angka melek huruf karena capaian

maksimal angka melek huruf adalah 100 persen, sehingga konversi juga tidak

memerlukan formula khusus. Indeks lama sekolah tahun 2008 masih sama dengan

tahun 2007, yaitu sebesar 41,33 persen, yang mempresentasikan rendahnya rata-

rata lama sekolah yang hanya 6,2 tahun. Capaian 41,33 persen juga hanya dapat

ditingkatkan dalam jangka panjang melalui cakupan partisipasi sekolah.

Tabel 31 Perkembangan Indeks Pengetahuan Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun 2002 - 2008

Tahun Indeks Melek Huruf

Indeks Lama Sekolah

Indeks Pengetahuan Kab. Lebak Prov. Banten

2002 90.19 35.33 71.90 80.12

Page 41: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

122

2003 91.4 36.67 73.16 80.80 2004 93.9 40.67 76.16 82.02 2005 94.1 41.33 76.51 81.51 2006 94.1 41.33 76.51 81.73 2007 94.1 41.33 76.51 81.73 2008 94.1 41.33 76.51 81.73

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009

Indikator yang dapat menunjukan pembangunan pendidikan digambarkan

dengan menghitung indeks pengetahuan sebagai rata-rata dari indeks melek huruf

dan rata-rata lam sekolah. Tahun 2007 indeks pengetahuan Kabupaten Lebak

adalah 76,51, hal tersebut dapat dikatak bahwa pencapaian pembangunan bidang

pendidikan jika dilihat dari sisi outputnya adalah 76,51 persen. Angka ini

merupakan peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2002 yang hanya

mencapai angka 71,9.

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, 2009

Gambar 18 Tren Indeks Pengetahuan Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten Tahun 2003-2008

Penyumbang terbesar dari indeks komponen pendidikan berasal dari

indeks AMH yang mencapai 94,10, sedangkan indeks RLS hanya sebesar 41,33.

Data tersebut memberikan pemahaman bahwa penduduk (terutama usia tua)

kurang memberi perhatian yang labih pada pentingnya jenjang pendidikan formal

dan merasa cukup puas bila sudah dapat membaca dan menulis, terkadang

pemahan tersebut dipraktekan pada sejauh mana pendidikan yang harus ditempuh

71,973,16

76,16 76,51 76,51 76,51 76,51

80,1280,8

82,02 81,51 81,73 81,73 81,73

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Kab. Lebak Prov. Banten

Page 42: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

123

oleh keturunan-keturunan mereka, dengan landasan anggapan bahwa hanya

dengan membaca dan menulis saja sudah cukup bekal untuk mencari penghasilan.

Penomena ini kebanyak terjadi di daerah pedesaan yang penduduknya banyak

bekerja di sektor agraris atau sektor primer lainnya yang tidak memerlukan

keahlian khusus yang didapat dari pendidikan formal. Namun, keyakinan tersebut

sedikit demi sedikit mulai terkikis.

Berbeda dengan indeks kelangsungan hidup dimana terdapat kesenjangan

yang makin lebar antara angka Kabupaten Lebak dengan Provinsi Banten, pada

indeks pengetahuan tidak terlihat adanya pola kesenjangan yang semakin melebar.

Bahkan sejak tahun 2002, terdapat pola yang menyempit, sehingga hal tersebut

menunjukan bahwa telah terjadi percepatan indeks pengetahuan, walau secara

skala masih jauh dari harapan.

6.4.3 Indeks Tingkat Daya Beli

Untuk mengukur standar hidup layak, data PDRB per kapita buknlah

ukuran yang peka untuk mengukur tingkat daya beli (Purchasing Power

Parity/PPP) penduduk, sehingga tidak dapat digunakan. Pada perhitungan IPM

digunakan konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan, sehingga angkanya

diharapkan lebih mendekati untuk mengukur kemampuan daya beli penduduk.

Nilai indeks tingkat daya beli menggambarkan besar kecilnya kemampuan

daya beli penduduk. Diharapkan dengan semakin besarnya tingkat daya beli maka

kesejahteraan penduduk semakin membaik. Indeks daya beli penduduk (PPP) atau

konsumsi riil perkapita penduduk Kabupaten Lebak tahun 2008 sebesar 61,30

yang berarti tingkat daya beli penduduk Lebak 61,30 persen dari daya beli

maksimal di Indonesia. Dalam nilai uang, nilai tersebut setara dengan Rp. 625.100

pada tahun 2008.

Nilai indeks daya beli Kabupaten Lebak pada tahun 2008 sama dengan

nilai indeks daya beli Provinsi banten pada tahun yang sama. Indikasinya adalah

bahwa kemampuan daya beli yang sama antara penduduk Lebak dengan

penduduk kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten. Tentu saja hal ini

menunjukan bahwa ada peluang untuk perbaikan di bidang investasi human

capital karena secara ekonomi memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda

Page 43: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

124

dengan daerah lain. Angka yang relatif sama pada tingkat daya beli namun

memiliki perbedaan jauh dalam bidang pengetahuan dan kesehatan dibandingkan

kabupaten/kota lain di Provinsi Banten memberikan gambaran bahwa sebagian

besar pendapatan yang dihasilkan hanya digunakan untuk keperluan konsumsi.

Tabel 32 Perkembangan Pengeluaran Riil Per Kapita dan Indeks Daya Beli Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun 2002-2008

Tahun Pengeluaran Riil/Kapita (000) Indeks daya beli Kab. Lebak Prov Banten Kab. Lebak Prov. Banten

2002 581.9 608.7 51.28 57.47 2003 586 611.7 52.23 58.17 2004 615.4 621.3 59.02 60.39 2005 618.6 619.2 59.76 59.9 2006 620.13 619.99 60.12 60.08 2007 620.4 621 60.18 60.32 2008 625.1 625.3 61.3 61.3

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009

Apabila dilihat perkembangan dari tahun sebelumnya, pengeluaran riil per

kapita mengalami kenaikan yang cukup berarti, yaitu Rp. 620.400 pada tahun

2007 menjadi Rp. 625.100, naik sebesar 0,76 persen. Meskipun peningkatan ini

tampaknya diakibatkan oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang makin

membaik namun ada kekhawatiran bahwa kenaikan daya beli penduduk

dipengaruhi oleh inflasi, terutama inflasi di sektor perdagangan yang naik dari

tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,50 persen pada tahun 2008 dibandingkan 7,27

persen pada tahun 2007. Sehingga kenaikan daya beli di Kabupaten Lebak

sebagian besar hanya digunakan untuk pemenuhan konsumsi primer saja, belum

memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan.

6.4.4 Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indeks komposit nilai rata-rata dari gabungan tiga

komponen penilaian kualitas sumberdaya manusia, digunakan untuk mengukur

pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Jika ketiga

komponen tersebut memiliki kualitas yang baik, maka secara otomatis

sumberdaya manusianya pun memiliki kualitas yang baik pula. Masing-masing

Page 44: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

125

indeks dari komponen IPM memperlihatkan seberapa besar tingkat pencapaian

yang telah dilakukan selama ini di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Secara internasional, nilai IPM dibagi menjadi tiga kelompok yakni tingkat

pembangunan manusia yang rendah (0,0 hingga 0,499), tingkat pembangunan

manusia menengah (0,50 hingga 0,799) dan tingkat pembangunan manusia yang

tinggi (0,80 hingga 1,0).

Tabel 33 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lebak Menurut Komponen IPM Tahun 2002-2008

Tahun Indeks Kelangsungan

Hidup

Indeks Pengetahuan

Indeks Daya Beli

IPM Kabupaten

Lebak

IPM Provinsi Banten

2002 2003 2004

61,50 62,17 62,33

71,90 73,16 76,16

51,28 52,23 59,02

61,56 62,52 65,84

66,64 67,21 69,02

2005 62,67 76,51 59,76 66,31 68,80 2006 63,33 76,51 60,12 66,65 69,11 2007 63,52 76,51 60,18 66,74 69,27 2008 63.60 76,51 61,30 67,10 69,70

Sumber : Bappeda, IPM Kabupaten Lebak, Tahun 2009

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak pada tahun 2008

mencapai 67,10 yang merupakan rata-rata dari pencapaian indeks kelangsungan

hidup/kesehatan (63,60), indeks pengetahuan (76,51) dan indeks daya beli

(61,30). Hal tersebut berarti pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten

lebak saat ini telah mencapai 67,10 persen dari nilai maksimal. Dari tiga

komponen penyusun IPM, terlihat jelas bahwa pencapaian tertinggi didapat dari

indeks pengetahuan. Indeks daya beli yang merefleksikan kemampuan ekonomi

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya memiliki pencapaian yang

paling rendah. Namun rendahnya nilai indeks daya beli ini memang secara umum

juga terjadi di Provinsi Banten.

Dibandingkan pencapaian daerah-daerah lain di Provinsi Banten, IPM

Kabupaten Lebak dapat dikatakan masih tertinggal. IPM Provinsi Banten berada

pada level 69,70 yang berarti kabupaten/kota lain ada yang mencapai IPM di atas

angka 70%. Oleh karena itu masih banyak hal yang perlu dilakukan agar

pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak dapat setara dengan

daerah lain di Provinsi Banten.

Bidang pendidikan atau pengetahuan yang terdiri dari angka melek huruf

dan rata-rata lama sekolah mempunyai nilai sebesar 76,51 yang berarti pencapaian

Page 45: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

126

pembangunan bidang pendidikan pada tahun 2008 mencapai 76,51 persen dari

pencapaian yang diharapkan. Sumbangan terbesar indeks komponen pendidikan

berasal dari AMH yang mencapai 94,10 sedangkan indeks RLS hanya sebesar

41,33. Untuk sektor kesehatan yang diwakili indeks kelangsungan hidup,

Kabupaten Lebak baru mampu mencapai angka 63,60.

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009

Gambar 19 Grafik Perkembangan IPM dan Elemen Penyusunnya Kabupaten Lebak Tahun 2002-2008

Terdapat kenaikan signifikan jika melihat pola tren IPM Kabupaten Lebak

pada rentang tahun 2002 hingga 2008. Pada periode 2005 sampai 2007

peningkatannya tidak cukup nyata yakni hanya 0,2 persen. Namun perkembangan

yang cukup menggembirakan terjadi pada tahun 2008 dimana persentase

kenaikkan IPM lebih besar yakni 0,5 persen dibandingkan pada tahun 2007. Hal

tersebut mengindikasikan terdapat perbaikan dalam percepatan pembangunan

manusia di Kabupaten Lebak. Kenaikan IPM yang cukup besar terutama

disumbangkan oleh indeks daya beli, sehingga memberikan sinyal bahwa

pembangunan yang selama ini dilaksanakan terutama di bidang infrastruktur

sudah memberikan hasil yang cukup berarti.

Diharapkan bahwa pembangunan infrastruktur yang selama ini

dilaksanakan selain mempengaruhi tingkat ekonomi juga lambat laun akan

mempengaruhi tingkat kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Lebak terutama

berkaitan dengan aksesibilitas ke fasilitas pendidikan dan kesehatan. Karena

61,56 62,52 65,84 66,31 66,65 66,74 67,1

0102030405060708090

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indeks Kelangsungan Hidup Indeks Pengetahuan

Indeks Daya Beli IPM Kabupaten Lebak

Page 46: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

127

kesehatan, pendidikan dan ekonomi merupakan pilar yang saling berinteraksi dan

berinter-relasi satu dengan yang lainnya dalam membentuk kualitas penduduk

(sumberdaya manusia). Tanpa kesehatan yang baik, pendidikan sulit untuk dapat

berjalan dengan baik, dan bila kesehatan dan pendidikan tidak baik maka mustahil

ekonomi keluarga/masyarakat dapat membaik.

6.5 Analisis Pengaruh Kinerja Pelayanan Publik Terhadap Kualitas

Sumberdaya Manusia

Pelayanan publik suatu wilayah akan mempengaruhi kualitas sumberdaya

manusia pada wilayah tersebut. Sama halnya dengan yang ada di Kabupaten

Lebak, pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan yang ditunjukan

dengan kinerja pelayanan berupa fasilitas dan tenaga pelayanan akan

mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia yang ditunjukan oleh tingkat Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten Lebak.

Dalam hal kinerja, secara fasilitas dan tenaga sumberdaya manusia,

Kabupaten Lebak masih berada pada titik kekurangan. Jumlah fasilitas yang ada

masih belum bisa mencukupi, kualitas yang diberikan pun masih jauh dari

harapan. Rasio antara fasilitas bangunan baik pendidikan dan kesehatan dengan

penduduk masih sangat rendah. Selain itu, rasio antara tenaga pendidik dengan

penduduk usia sekolah dan tenaga kesehatan dengan penduduk pun sama, masih

terlalu rendah.

Pada satu wilayah yang cukup bisa diakses dengan relatif mudah, fasilitas

dan tenaga pendukungnya relatif baik, sehingga kualitasnya cenderung lebih baik.

Namun untuk beberapa wilayah yang sulit diakses memiliki fasilitas dan tenaga

pendukung di bawah rata-rata, dan akibatnya kualitas yang ada pun menjadi jauh

tertinggal dari wilayah lainnya dalam lingkup Kabupaten Lebak.

Berdasarkan deskripsi dan analisa terkait dengan kinerja pelayanan publik

dan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Lebak, maka selanjutkanya akan

coba diteliti bagaimana pengaruh yang diberikan oleh kinerja pelayanan publik

terhadap kualitas sumberdaya manusia yang ada. Pengaruh yang diberikan akan

memberikan dampak yang berbeda, ada yang berpengaruh positif dan ada juga

yang berpengaruh negatif. Hasil keterkaitan pengaruh tersebut nantinya akan

dijadikan dasar atau landasan dalam menentukan kebijakan pembangunan

Page 47: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

128

selanjutnya. Harapan utamanya tentu saja adalah untuk bisa meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten lebak secara simultan dan

berkelanjutan serta sinergis antara pemerintah dengan kebutuhan masyarakat.

Dalam estimasi data berikut ini akan dibahas mengenai analisis statistik

dan ekonomi dari hasil persamaan regresi pengaruh pelayanan publik di bidang

pendidikan dan kesehatan terhadap tingkat kualitas sumberdaya manusia.

Indikator pelayanan publik pendidikan adalah rasio faslitas berupa rasio bangunan

sekolah menurut satuan jenjang pendidikan dengan jumlah penduduk dan rasio

guru dan murid tiap satuan pendidikan Kabupaten Lebak. Sedangkan indikator

pelayanan publik kesehatan adalah rasio fasilitas kesehatan berupa puskesmas,

puskesmas pembantu (pustu), rumah sakit, dokter, perawat dan bidan dengan

jumlah penduduk di Kabupaten Lebak. Kualitas sumberdaya manusia itu sendiri

akan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lebak.

Setelah dilakukan tabulasi data hasil penelitian, maka dilakukan

pembentukan model untuk melihat pengaruh pelayanan publik di bidang

pendidikan dan kesehatan terhadap kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten

Lebak. Data yang digunakan adalah data cross section tingkat kecamatan pada

tahun 2009.

Pemodelan ekonometrik untuk melihat pengaruh pelayanan publik

pendidikan dan kesehatan memiliki model yang terpisah. Hal ini dimaksudkan

untuk melihat pengaruh kedua variabel tersebut secara khusus terhadap tingkat

kualitas sumberdaya manusia yang diwakili oleh Indeks Pembangunan Manusia

(IPM). Data diolah dengan menggunakan Software Minitab 13.

6.5.1 Estimasi Pengaruh Pelayanan Publik Pendidikan terhadap Kualitas

Sumberdaya Manusia (IPM)

Setelah dilakukan tabulasi data hasil penelitian, maka dilakukan

pembentukan model untuk melihat faktor-faktor pelayanan publik bidang

pendidikan yang diduga mempunyai pengaruh terhadap kualitas sumberdaya

manusia (IPM) di Kabupaten Lebak. Faktor-faktor pelayanan publik tersebut

adalah rasio bangunan SD dengan penduduk usia SD (RBSD), rasio bangunan

SMP dengan penduduk usia SMP (RBSMP), rasio bangunan SMA dengan

Page 48: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

129

penduduk usia SMA (RBSMA), rasio guru SD dengan penduduk usia SD

(RGSD), rasio guru SMP dengan penduduk usia SMP (RGSMP) dan rasio guru

SMA dengan penduduk usia SMA (RGSMA). Pada sisi lainnya, faktor yang

menjadi indikator kualitas pelayanan publik adalah Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) di Kabupaten Lebak. Hasil estimasi model ekonometrika yang digunakan

adalah sebagai berikut :

ln IPMit = 63,26 + 1,03 ln RBSDit + 1,25 ln RBSMPit + 1,59 ln RBSMAit

- 0,18 ln RGSDit + 0,01 ln RGSMPit + 0,37 ln RGSMAit + eit

Keterangan : IPMit = Variabel dependent, yaitu Tingkat Kualitas Sumberdaya Manusia (Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Pada Tahun ke-t) β0 = Konstanta β1,… β9 = Koefisien variabel independent RBSDit = Rasio bangunan SD dengan penduduk usia SD Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t RBSMPit = Rasio bangunan SMP dengan penduduk usia SMP Kabupaten Lebak

di Kecamatan ke-i Tahun ke-t RBSMAit = Rasio bangunan SMA dengan penduduk usia SMA Kabupaten Lebak

di Kecamatan ke-i Tahun ke-t RGSDit = Rasio guru SD dengan penduduk usia SD Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t RGSMPit = Rasio guru SD dengan penduduk usia SMP Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t RGSMAit = Rasio guru SD dengan penduduk usia SMA Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t ei

Variabel

= Error Tabel 34 Analisis Ekonometrika Regresi Berganda Pengaruh Pelayanan Publik

Pendidikan terhadap IPM di Kabupaten Lebak Koefisien t-stat Prob (t-stat)

Constant 63,26 185,21 0,000 RBSD 1,03 3,33 0,000

RBSMP 1,25 3,07 0,000 RBSMA 1,59 5,80 0,000 RGSD - 0,18 - 4,76 0,000

RGSMP 0,01 6,29 0,000 RGSMA 0,37 4,54 0,000

R2 92,6 F-stat 106,75

Prob (F-stat) 0.000

Page 49: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

130

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, diperoleh bahwa nilai F-hitung

untuk model pengaruh pelayanan publik pendidikan terhadap IPM adalah 106,75.

Jika dibandingkan dengan F-tabel pada tingkat signifikansi 5 persen (α = 0,05)

sebesar 3,81 maka nilai F-hitung yang diperoleh untuk model tersebut lebih besar

dari ketiga tingkat signifikansi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pelayanan publik pendidikan di Kabupaten Lebak secara simultan sangat

signifikan mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia (IPM).

Setelah diketahui bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen, maka dilakukan penyelidikan lebih

lanjut untuk mengetahui secara spesifik variabel manakah yang berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pekerluan tersebut, dilakukan

pengujian koefisien regresi secara individual (testing individual coefficient).

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel model ekonometrika, maka nilai thitung

dari seluruh varibel independent pelayanan publik lebih besar dari ttabel (t0,025)

sebesar 2,048 sehingga berpengaruh secara siginifikan terhadap IPM.

Pada perhitungan model dapat diketahui bahwa variabel rasio bangunan

SMA (RBSMA) memberikan pengaruh paling besar terhadap IPM, yakni 1,59.

Karena model menggunakan ln, maka hal tersebut mempunyai arti bahwa apabila

terjadi peningkatan RBSMA pada tingkat kecamatan sebesar 1 persen, maka IPM

di kecamatan akan meningkat sebesar 1,59. Variabel independent lainnya yang

juga mempengaruhi peningkatan IPM secara berturut-turut adalah RBSMP (1,25),

RBSD (1,03), RGSMA (0,37), RGSD (-0,18) dan RGMP (0,01). Rasio guru SD

terhadap penduduk usia SD memiliki nilai minus berarti apabila terjadi

peningkatan 1 persen pada rasio guru SD, maka IPM menurun sebesar 0,18.

Menurunnya angka IPM ini bukan hal yang kontraproduktif, namun

mengindikasikan bahwa jumlah guru SD di Kabupaten Lebak sudah dianggap

cukup dan tidak perlu ditambah jumlahnya, sehingga kebijakan yang lebih

kontributif untuk dilakukan adalah meningkatkan kapasitas guru untuk tingkat

pendidikan sekolah dasar.

Page 50: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

131

Analisis Pengaruh Pelayanan Publik Pendidikan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM)

Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi berganda model ln

menunjukan bahwa pelayanan publik mampu mempengaruhi IPM di Kabupaten

Lebak. Peningkatan persentase rasio bangunan sekolah baik pada tingkat SD,

SMP maupun SMA mampu meningkatkan secara signifikan angka IPM. Rasio

bangunan SMA dengan jumlah penduduk usia SMA menjadi variabel yang paling

mempengaruhi angka IPM. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak terkait,

kondisi rasio bangunan SMA memang memiliki angka yang sangat rendah yakni

rata-rata kabupaten sebesar 0,00038. Angka ini sangatlah rendah khususnya di

wilayah bagian selatan yang memiliki angka rasio lebih kecil karena jumlah

bangunan SMA masih belum seimbang dengan jumlah penduduk usia SMA.

Tantangan lainnya dalam meningkatkan angka IPM di Lebak adalah dalam

hal partisipasi sekolah. Rata-rata untuk SD sudah cukup besar yakni 95,17 persen,

namun lain halnya dengan SMP dan SMA yang masih sangat rendah yakni

berturut-turut sebesar 68,79 persen dan 22,61 persen. Oleh karena itu, dalam

pemodelan sangatlah wajar apabila rasio bangunan SMU ternyata memberikan

pengaruh yang paling tinggi, karena selain jumlah SMA yang kurang juga

ditambah dengan rendahnya angka partisipasi murni siswa SMU. Penyebab

rendahnya partisipasi murni SMA ini karena jumlah sekolah yang memang masih

sangat minim, khususnya di wilayah selatan. Apabila jarak terjauh siswa mampu

dikurangi, tentu peluang penduduk usia SMA untuk melanjutkan sekolah akan

semakin meningkat.

Variabel lain yang juga cukup tinggi mempengaruhi IPM adalah rasio

bangunan SMP dan SD, besaran rasio untuk SMP sebesar 0,0012 dan SD sebesar

0,0025. Bangunan sekolah untuk SMP dan SD jmasih dianggap belum memenuhi

standar minimal perbandingan antara jumlah penduduk usia SD dan SMP dengan

bangunan sekolah itu sendiri. Rasio jumlah SD dan SMP di wilayah utara

cenderung sudah sangat baik, bahkan sudah sama dengan rasio ideal yang

diperlukan, selain itu dari sisi partisipasi juga sudah hampir 100 persen untuk SD

dan 80 persen untuk SMP. Namun hal tersebut tidak sama dengan kondisi di

Page 51: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

132

wilayah selatan yang secara kuantitas masih dianggap kurang, angka partisipasi

murni 80 persen untuk SD dan 50 persen untuk SMP.

Indikator pelayanan publik lainnya yang juga ikut mempengaruhi IPM

adalah tenaga pendidikan dalam hal ini khususnya guru. Rasio guru yang paling

tinggi memberikan pengaruh adalah rasio guru SMA kemudian disusul oleh rasio

guru SMP, hal tersebut menunjukan jika jumlah guru SMA di Kabupaten Lebak

masih kurang, sehingga apabila rasio guru mampu ditingkatkan maka IPM secara

otomatisasi akan ikut meningkat. Dalam pemodelan, peningkatan guru SD tidak

memberikan hasil positif, namun justru peningkatan guru SD akan menurunkan

angka IPM. Hal tersebut sangatlah wajar, karena jumlah guru SD baik di wilayah

utara maupun selatan sudah memenuhi kuota minimal jumlah guru.

Peningkatan jumlah bangunan sekolah dan tenaga pengajar bukan hanya

difokuskan pada kuantitas saja, namun lebih dari itu, kualitas tidak boleh

ditinggalkan. Bangunan sekolah yang ada tidak hanya memenuhi jumlah minimal,

tapi kualitas bangunan harus diperhatikan baik dari sisi kelayakan, posisi yang

strategis, keamanan, kelangkapan hingga kebersihan lingkungan. Kapasitas tenaga

pengajar seperti guru juga tetap menjadi sorotan utama dalam pelayanan publik.

Selain harus menguasai materi pelajaran, guru juga dituntut untuk bisa menguasai

teknik-teknik pengajaran yang mampu menstimulus siswa menjadi lebih aktif,

kreatif, berprestasi dan suasana belajar menjadi semakin menyenangkan.

6.5.2 Estimasi Pengaruh Pelayanan Publik Kesehatan terhadap Kualitas

Sumberdaya Manusia (IPM)

Pelayanan publik di bidang kesehatan merupakan salah satu indikator

pembangunan manusia. Dalam pemodelan, pelayanan kesehatan ini diduga

memeliki pengaruh kuat dalam pembentukan angka IPM di Kabupaten Lebak,

dalam hal ini dilihat dari IPM kecamatan. Adapun variabel yang pelayanan publik

bidang kesehatan yang menjadi variabel independent dalam pemodelan adalah

rasio puskesmas terhadap penduduk, rasio puskesmas pembantu terhadap

penduduk, rasio rumah sakit terhadap penduduk, rasio dokter terhadap penduduk,

rasio perawat terhadap penduduk dan rasio bidan terhadap penduduk. Secara

matematis, pemodelan tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Page 52: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

133

ln IPMit = 63,6 + 0,77 ln RPUSit - 0,434 ln RPSTit + 1,04 ln RRSit + 1,6 ln

RDOKit

+ 0,55 ln RPERit + β5 0,68 RBIDit + eit

Keterangan : IPMit = Variabel dependent, yaitu Tingkat Kualitas Sumberdaya Manusia (Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Pada Tahun ke-t) β0 = Konstanta β1,… β9 = Koefisien variabel independent RPUSit = Rasio puskesmas dengan penduduk Kabupaten Lebak di Kecamatan

ke-i Tahun ke-t RPSTit = Rasio puskesmas pembantu dengan penduduk Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t RRSit = Rasio rumah sakit dengan jumlah penduduk Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t RDOKit = Rasio dokter dengan jumlah penduduk Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t RPERit = Rasio perawat dengan jumlah penduduk Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t RBIDit = Rasio bidan Pembantu dengan jumlah penduduk Kabupaten Lebak di

Kecamatan ke-i Tahun ke-t eit

Variabel

= Error

Tabel 35 Analisis Ekonometrik Regresi Berganda Pengaruh Pelayanan Publik

Kesehatan terhadap IPM di Kabupaten Lebak Koefisien t-stat Prob (t-stat)

Constant 63,60 12.68 0,000 RPUS 0,77 6,06 0,001

RPUSTU - 0,43 -4,40 0,000 RSS 1,04 8,23 0,000

RDOK 1,60 4,43 0,000 RPER 0,55 -3,29 0,000 RBID 0,68 7,09 0,000

R2 91,60 F-stat 68,54

Prob (F-stat) 0,000 Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Hasil pengolahan data di atas, diperoleh bahwa nilai F-hitung untuk model

pengaruh pelayanan publik kesehatan terhadap IPM adalah 68,54. Jika

Page 53: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

134

dibandingkan dengan F-tabel pada tingkat signifikansi 5 persen (α = 0,05) sebesar

3,81 maka nilai F-hitung yang diperoleh untuk model tersebut lebih besar dari

ketiga tingkat signifikansi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan

publik kesehatan di Kabupaten Lebak secara simultan sangat signifikan

mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia (IPM).

Setelah diketahui bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen, maka dilakukan penyelidikan lebih

lanjut untuk mengetahui secara spesifik variabel manakah yang berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pekerluan tersebut, dilakukan

pengujian koefisien regresi secara individual (testing individual coefficient).

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel model ekonometrika, maka nilai thitung

dari seluruh varibel independent pelayanan publik lebih besar dari ttabel (t0,025

Hasil perhitungan dari model ekonometrika terlihat bahwa rasio

infrastruktur kesehatan cukup berpengaruh dalam meningkatkan IPM di

)

sebesar 2,048 sehingga berpengaruh secara siginifikan terhadap IPM.

Variabel pelayanan publik yang paling besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan IPM adalah rasio dokter terhadap penduduk sebesar 1,6. Hal

tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi peningkatan sebesar 1 persen pada

rasio dokter di kecamatan, maka IPM kecamatan akan meningkat sebesar 1,6.

Variabel pelayanan publik kesehatan lainnya yang juga mempengaruhi IPM

secaqra berturut-turut peringkatnya adalah rasio rumah sakit (1,04), rasio

puskesmas (0,77), rasio bidan (0,68), rasio perawat (0,55) dan rasio puskesmas

pembantu (-0,43). Pada pemodela ekonometrika terdapat satu variabel yang

bernilai negatif yakni rasio puskesmas pembantu yang bernilai -0,43, artinya

bahwa jika terjadi peningkatan sebesar 1 persen pada rasio puskesmas pembantu

maka IPM akan menurun sebesar 0,43. Hal tersebut menandakan bahwa

Pemerintah Kabupaten Lebak tidak memerlukan usaha lebih untuk meningkatkan

kuantitas jumlah puskesmas pembantu, namun lebih kepada peningkatan kualitas

pelayanan dari puskesmas pembantu.

Analisis Pengaruh Pelayanan Publik Kesehatan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM)

Page 54: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

135

Kabupaten Lebak. Rasio infrastruktur yang paling berpengaruh adalah rasio

rumah sakit dan puskesmas. Untuk konteks rumah sakit, pelayanan rumah sakit di

Kabupaten Lebak selama satu dekade terakhir menjadi sorotan utama masyarakat.

Secara kuantitatif, ketersediaan rumah sakit di Lebak masih jauh dari harapan,

apalagi melihat posisi letak rumah sakit yang hanya ada di wilayah utara. Namun

di tahun 2008 Lebak telah berhasil mendirikan satu rumah sakit di wilayah selatan

tepatnya di Kecamatan Malingping. Hal tersebut cukup menggembirkan

masyarakat di wilayah Lebak selatan. Namun hal tersebut dianggap masih belum

cukup, karena di wilayah tengah sama sekali belum tersedia rumah sakit, sehingga

penambahan satu rumah sakit untuk melayani masyarakat di Lebak tengah

merupakah satu hal yang perlu menjadi prioritas Pemkab lebak. Dengan adanya

ketersediaan rumah sakit tersebut, maka akan mampu memotong jauhnya akses

masyarakat Lebak tengah terhadap rumah sakit.

Rasio infrastruktur puskesmas juga telah menjadi faktor yang sangat

penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat pada suatu wilayah.

Karena puskesmas akan menjadi ujung tombak terdepan dalam pelayanan

kesehatan. Terjadi ketimpangan jumlah puskesmas antara wilayah utara dengan

selatan. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah untuk menyeimbangkan jumlah

puskesmas dengan kapasitas pelayanan khususnya di wilayah selatan (tertinggal)

merupakan hal yang sangat wajar dilakukan. Terlebih angka harapan hidup di

Lebak masih cukup rendah, yakni 63,6 pada tahun 2008. Penemuan kasus-kasus

gizi buruk dan penyakit-penyakit menular seperti kaki gajah, malaria dan TBC

pun lebih banyak ditemukan pada wilayah-wilayah Lebak bagian selatan.

Selanjutnya puskesmas ini akan menjadi pendeteksi dini segala macam penemuan

kasus gangguan kesehatan, sehingga ke depannya puskesmas ini akan menjadi

penyangga utama peningkatan kualitas hidup masyarakat. Karena bukan tidak

mungkin jika Kabupaten Lebak akan memiliki pelayanan puskesmas yang

dilengkapi oleh layanan-layanan prima seperti darurat level 1 atau setingkat

dengan rumah sakit dilengkapi perangkat yang dibutuhkan.

Pelayanan insfrastruktur lainnya adalah puskesmas pembantu (pustu) yang

berfungsi membantu puskesmas utama apabila secara geografis masih belum bisa

didirikan puskesmas baru untuk melayani masyarakat. Puskesmas pembantu

Page 55: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

136

adalah unit sederhana yang membantu melaksanakan kegiatan pelayanan yang

dilakukan puskesmas dalam wilayah kerja yang lebih kecil. Meski

penyelenggaraan pelayanan di puskesmas pembantu menjadi kunci dalam

memperluas jangkauan pelayanan dasar, jarang mendapat perhatian kebijakan di

tingkat lokal maupun kabupaten. Koordinasi menjadi kunci keberhasilan upaya

kesehatan antara pemerintah dan masyarakat, sehingga puskesmas pembantu ini

menjadi salah satu kunci kesuksesan pelayanan kesehatan di suatu wilayah tak

terkecuali di Kabupaten Lebak, sehingga dengan peningkatan jumlah bangunan

puskesmas pembantu secara jangka panjang akan ikut meningkatkan kualitas

hidup yang selanjutnya meningkatkan IPM Kabupaten Lebak. Akan tetapi dalam

pemodelan, penambahan jumlah puskesmas pembantu justru akan menurunkan

angka IPM, hal tersebut disebabkan oleh preferensi masyarakat yang lebih

memilih puskesmas utama dan rumah sakit dalam hal pelayanan publik karena

puskesmas utama dan rumah sakit memiliki kelengkapan fasilitas yang lebih baik.

Rasio pelayanan publik tenaga kesehatan juga memberikan sumbangan

cukup besar terhadap perkembangan IPM di Lebak, khususnya peran dokter.

Seperti telah diketahui bahwa dokter merupakan salah satu instrumen utama

tenaga kesehatan. Dokter bertugas memeriksa kesehatan dokter, memberikan

stimulan-stimulan agar pasien memiliki harapan untuk kembali pulih, dan

memberikan resep obat apabila diperlukan. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan

dokter ini menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan kualitas hidup manusia

di Kabupaten Lebak. Seharusnya tiap puskesmas minimal memiliki satu orang

dokter yang membuka praktek, tetapi pada kenyataannya ada beberapa kecamatan

yang sama sekali tidak tersedia dokter umum. Kebijakan peningkatan penyebaran

jumlah dokter merupakan salah satu hal mutlak yang perlu dilakukan agar mampu

meningkatkan kualitas hidup. Salah satu cara yang telah ditempuh adalah dengan

memberikan beasiswa khusus putra daerah yang berhasil kuliah menjadi

mahasiswa kedokteran di universitas negeri.

Perawat memiliki peranan yang cukup penting dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Rasio perawat untuk wilayah utara terlihat sudah

cukup ideal, namun wilayah selatan masih kekurangan cukup banyak. Menurut

hasil dari analisis pemodelan ekonometrika, penambahan jumlah perawat akan

Page 56: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

137

meningkatkan angka IPM, sehinga jumlah perawat secara perlahan harus tetap

diseimbangkan sesuai dengan rasio ideal, khususnya untuk wilayah selatan yang

masih kekurangan banyak perawat di Puskesmas.

Bidan memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Secara sederhana, bidan dapat dikatakan sebagai

perpanjang dari dokter, karena memiliki wewenang yang hampir sama dengan

dokter seperti memberikan resep pengobatan, pengecekan kesehatan dasar dan

membantu persalinan. Peran bidan yang sangat sentral adalah dalam hal

membantu proses persalinan dan memantau perkembangan kesehatan balita.

Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang memiliki angka

kematian ibu dan bayi saat melahirkan. Sebagian besar disebabkan oleh salah

penanganan oleh paraji atau dukun beranak. Proses persalinan kurang steril dan

bersih, peralatan yang digunakan pun masih tradisional dan sangat memungkinkan

terjadinya resiko kematian ibu dan bayi. Untuk meminimalisir hal tersebut,

kebijakan yang diambil adalah dengan menambah bidan desa yang bertugas untuk

menemani proses persalinan oleh paraji dan memberikan pelatihan khusus kepada

paraji tradisional. Karena walau bagaimanapun, tradisi orang di persdesaan tentu

lebih memilih dukun beranak daripada bidan. Alasannya cukup banyak, mulai dari

tradisi yang turun temurun, hingga ongkos ekonomi yang lebih murah dimana

paraji bisa dibayar tanpa dengan uang melainkan bisa juga dengan bahan makanan

sebagai upahnya.

Analisis Keterkaitan Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan terhadap IPM

Dalam pemodelan ekonometrika terkait pengaruh kinerja pelayanan publik

bidang pendidikan terhadap kualitas sumberdaya manusia yang ditunjukan oleh

IPM terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, variabel yang berpengaruh positif

ikut meningkatkan IPM adalah rasio gedung SD, rasio gedung SMP, rasio gedung

SMA dan rasio guru SMP dan rasio guru SMA. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa apabila Pemkab Lebak memfokuskan alokasi dana pembangunan kepada

gedung SD, SMP dan SMA serta kuantitas guru SMP dan guru SMA, maka secara

signifikan akan meningkatkan IPM pada tingkat kecamatan yang selanjutnya

meningkatkan IPM kabuipaten. Secara spesifik alokasi pengembangan akan

Page 57: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

138

memberikan hasil lebih baiak apabila diberikan kepada kecamatan-kecamatan

yang memang secara infrastruktur dan tenaga pendidikan cenderung rendah.

Hingga tahun 2008, IPM Kabupaten Lebak memang masih berkutat pada

juru kunci di Provinsi Banten yakni 67,1 dan rata-rata lama sekolah hanya 6,2

tahun atau setingkat dengan lulusan sekolah dasar. Kondisi bangunan SD dan

SMP atau yang setingkat di Kabupaten Lebak sekitar 30 persen mengalami

kerusakan yang cukup berat. Selain itu, menurut penuturan Kepala Bidang

Perencanaan Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, hingga tahun 2010 Lebak

secara keseluruhan masih kekurangan 5.000 guru sekolah dasar. Oleh karena itu,

optimalisasi, perbaikan juga penambahan bangunan SD dan SMP serta

sumberdaya pengajar guru SD dalam fokus pembangunan manusia di Kabupaten

Lebak akan menjadi salah satu faktor penentu dalam peningkatan kualitas

sumberdaya manusia secara simultan dan berkelanjutan selama lima tahun ke

depan.

Kesimpulan kedua, terdapat satu faktor yang menurunkan IPM Kabupaten

Lebak, yakni rasio guru SD. Dampak dari hasil pemodelan ekonometrika tersebut

bukan berarti mengesampingkan faktor tersebut dalam pembangunan bidang

pendidikan. Namun yang perlu diperhatikan bahwa hingga saat ini rata-rata lama

sekolah di Lebak baru 6,2 tahun, sehingga perlu memfokuskan diri dalam

pembangunan pendidikan dasar setingkat SD dan SMP. Selain itu juga, rasio SD

di kecamatan-kecamatan Kabupaten Lebak masih dianggap cukup untuk bisa

memberikan pelayanan terhadap jumlah penduduk di masing-masing kecamatan,

sehingga kebijakan penting yang perlu dipertimbangkan adalah kebijakan

peningkatan kapasitas guru SD.

Terdapat kendala yang cukup memberatkan proses pembangunan

khususnya di daerah-daerah terpencil dan sulit diakses yakni terkait dengan

budaya dan kebiasan masyarakat lokal. Sebagian besar masyarakat lokal belum

sepenuhnya sadar akan pentingnya pendidikan bagi generasi muda. Masyarakat

masih menganggap pendidikan hanya untuk belajar membaca, menulis dan

berhitung saja. Jadi apabila seorang anak sudah bisa membaca, menulis dan

berhitung maka hal itu sudah dianggap cukup. Karena pekerjaan di ladang dan

sawah tidak membutuhkan ijazah sekolah tinggi. Apabila memiliki anak

Page 58: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

139

perempuan, maka para orang tua lebih bersedia mengeluarkan uang besar untuk

segera menikahkan putrinya daripada menyekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Akibatnya, pertumbuhan tingkat IPM di Kabupaten Lebak khususnya dalam hal

lama sekolah berjalan lambat dan cukup sulit untuk ditingkatkan.

Pemodelan ekonometrika terkait dengan pengaruh pelayanan publik

kesehatan terhadap kualitas sumberdaya manusia (IPM) memiliki beberapa

indikasi. Pertama, terdapat lima faktor yang berpengaruh signifikan dan

berdampak positif meningkatkan IPM khususnya dalam hal rata-rata lama hidup.

Variabel yang berpengaruh positif tersebut adalah rasio jumlah puskesmas, rasio

rumah sakit, rasio dokter, rasio perawat dan rasio bidan. Di tahun 2008, rata-rata

lama hidup Kabupaten Lebak masih cukup rendah dan di bawah rata-rata, yakni

63,12 tahun. Kondisi ini menjelaskan bahwa kondisi kesehatan masyarakat Lebak

masih rendah karena rendahnya rata-rata lama hidup. Bahkan jumlah gizi buruk di

tahun 2009 hampir menginjak angka 5.000 anak.

Rasio Puskesmas memiliki dampak positif yang cukup besar karena

Puskesmas memiliki peran yang sangat strategis dalam pelayanan kesehatan dasar

di kecamatan. Secara kuantitas, sebenarnya Lebak masih kekurangan Puskesmas.

Dinas Kesehatan Kab. Lebak mengalami kesulitan dalam penambahan jumlah

puskesmas karena penyebaran penduduk yang masih belum merata khususnya di

daerah terpencil, selain itu juga terkendala dengan pegawai tenaga kesehatan yang

memang masih juga kekurangan. Namun Puskesmas yang ada cukup memberikan

hasil yang positif dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya

dalam hal pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Selain puskesmas, faktor pelayanan kesehatan yang sangat menentukan

lainnya adalah rasio jumlah rumah sakit. Pembangunan rumah sakit di Kecamatan

Malingping di tahun 2008 berdampak sangat besar terhadap tingkat kesehatan

masyarakat. Masyarakat wilayah Lebak Selatan yang membutuhkan pelayanan

gawat darurat dan rawat inap tidak lagi harus menempuh jarak hingga lebih dari

100 km menuju rumah sakit umum daerah di Rangkasbitung.

Faktor ketiga dan keempat yang juga berpengaruh positif lainnya adalah

rasio dokter, perawat dan bidan. Posisi dokter jelas sangat diperlukan oleh

masyarakat di Lebak, khususnya wilayah di luar Rangkasbitung. Jumlah dokter di

Page 59: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

140

daerah-daerah yang ada masih sangat minim dan perlu tamban yang tidak sedikit.

Padahal praktek dokter umum sangat diperlukan dalam hal peningkatan kesehatan

dan pelayanan penduduk yang menderita penyakit. Selain itu, hal yang cukup

mengagetkan adalaah ternyata di Lebak sama sekali tidak ada dokter spesialis.

Sebagian dokter spesialis yang mengisi praktek di rumah sakit Lebak bukan

berasal dari Lebak, namun daerah luar seperti Serang, Cilegon dan Tangerang.

Selain dokter, faktor yang sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas

keesehatan masyarakat adalah kedudukan bidan. Posisi bidan sangat sentral

perannya dalam proses persalinan dan pasca persalinan. Program anak sehat pun

kini lebih banyak dipegang oleh bidan, mulai dari imunisasi hingga

pendampingan kesehatan serta gizi balita, sehingga bidan memegang peran yang

sangat penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten

Lebak.

Variabel yang berpengaruh menurunkan kualitas sumberdaya manusia di

Lebak adalah keberadaan Puskesmas Pembantu (Pustu). Saat ini masyarakat lebih

memilih pelayanan puskesmas dibandingkan puskesmas pembantu. Hal ini

disebabkan oleh kelangkapan peralatan dan tenaga kesehatan yang ada di

Puskesmas. Oleh karena itu, inti dari kesimpulan dalam hal pengembangan

kualitas kesehatan, pemerintah sebaiknya mampu memberikan fokus

pembangunan dalam hal ketersediaan dan juga kualitas pelayanan puskesmas dan

rumah sakit. Dalam hal tenaga kesehatan pemerintah perlu memberikan perhatian

khusus pada posisi dokter, perawat dan bidan yang akan memberikan pelayanan

prima kepada masyarakat.

Apabila sesuai dengan pemodelan ekonometrika, maka kebijakan yang

cukup efektif dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (IPM) adalah

dengan cara meningkatkan rasio belanja untuk dialokasikan pada pembangunan

insfrastruktur pendidikan dan kesehatan. Selain itu, faktor lain yang juga sangat

menentukan adalah peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga pendidikan dan

kesehatan. Agar pembangunan dan pelayanan publik berjalan secara adil dan

pertumbuhan menjadi lebih merata, maka alokasi pembangunan sebaikanya

diberikan kepada kecamatan-kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas dan tenaga

pendidikan –kesehatan rendah, sehingga peningkatan IPM akan dimulai dengan

Page 60: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

141

peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari pemerataan IPM kecamatan-

kecamatan yang ada di Kabupaten Lebak.

Page 61: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

142

BAB VII

PENGARUH KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA TERHADAP

STRUKTUR EKONOMI DAN DISPARITAS WILAYAH

Kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Lebak menjadi sorotan utama

dalam pembangunan wilayah di era otonomi daerah. Apabila ditinjau

menggunakan indikator IPM, maka kualitas sumberdaya manusia di Lebak masih

tergolong rendah dan di bawah rata-rata Provinsi Banten. Kualitas sumberdaya

manusia ini akan menjadi faktor yang cukup mempengaruhi struktur ekonomi

wilayah di Lebak. Selain struktur ekonomi, pengaruh yang bisa dicoba untuk

diteliti adalah dampaknya terhadap tingkat disparitas wilayah Lebak.

Pengaruh kualitas SDM terhadap struktur ekonomi akan dilihat dari sejauh

mana perkembangan PDRB Kabupaten, pendapatan per kapita dan laju

pertumbuhan ekonomi. Untuk bisa melihat struktur ekonomi secara detail,

khususnya melihat sektor yang menjadi basis ekonomi, maka akan dilakukan

analisis location quotient (LQ), sehingga akan bisa ditemukan sektor mana yang

menjadi basis dan non-basis. Selain itu, penelitian ini juga akan mencoba

menganalisis sejauh mana perkembangan wilayah menggunakan Tipologi

Klassen. Melalui Tipologi Klassen ini akan dilihat perkembangan ekonomi tiap

kecamatan, nantinya akan diketahui kecamatan mana yang memiliki pertumbuhan

cepat atau lambat dan penghasilan tinggi atau rendah.

Setelah dilihat bagaimana kondisi umum struktur ekonomi di Kabupaten

Lebak hingga tingkat kecamatan, maka selanjutnya akan coba dilihat tingkat

disparitas pembangunan. Disparitas ini akan ditinjau dari indeks kemiskinan, yaitu

bertujuan untuk melihat disparitas dari jumlah penduduk miskin. Analisis

disparitas kedua akan menggunakan Indeks Williamson yang dapat

memperlihatkan tingkat disparitas wilayah dari penyebaran PDRB di Lebak.

Selanjutnya akan dianalisis faktor-faktor mana saja yang menyebabkan atau

menjadi sumber disparitas pembangunan di Kabupaten Lebak. Beberapa faktor

yang diestimasi menjadi faktor penyebab disparitas adalah laju pertumbuhan

PDRB, indeks pembangunan manusia, rasio belanja infrastruktur umum, rasio

belanja infrastruktur pendidikan dan rasio belanja infrastruktur kesehatan.

Page 62: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

143

7.1 Struktur Ekonomi

Dengan melihat struktur ekonomi suatu wilayah, maka secara eksplisit

akan terlihat keragaan umum perkembangan penduduk secara ekonomi. Melalui

strukutur ekonomi ini juga akan terlihat secara deskriptif struktur pencarian

nafkan penduduk dan juga kondisi maju atau tertinggalnya wilayah berdasarkan

PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi di Lebak juga

seyogyanya mampu meningkatkan mobilitas serta penggerakan potensi dan

sumberdaya domestik atau lokal. Selain itu, pembangunan ekonomi yang ada

harus memberikan ruang yang cukup bagi partisipasi masyarakat luas sehingga

lebih familiar disebut dengan perencanaan pembangunan yang partisipatif untuk

membangun kapasitas sosial dan juga kelembagaan masyarakat. Hal tersebut

diperlukan agar mampu meningkatkan standar hidup minimum masyarakat

Kabupaten Lebak dan demi mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan.

Pembahasan struktur ekonomi dalam penelitian tesis ini akan

menggunakan beberapa indikator yakni PDRB tingkat Kabupaten Lebak,

pendapatan per kapita, laju pertumbuhan ekonomi. PDRB akan menjelaskan

bagaimana ukuran produktivitas wilayah yang merupakan total produksi kotor

dari suatu wilayah, yakni total nilai tambah dari semua barang dan jasa yang

diproduksi oleh Kabupaten Lebak dalam periode satu tahun. Indikator kedua

pembangunan yang dibahas adalah pendapatan per kapita. Pendapatan ini akan

menerangkan pendapatan rata-rata yang didapat tiap penduduk per tahunnya. Nilai

pendapatan per kapita ini didapat dengan membagi PDRB Kabupaten Lebak

dengan jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Lebak pada periode satu tahun.

Indikator pertumbuhan ekonomi umumnya didasarkan atas dasar pertumbuhan

PDRB untuk melihat perubahan perekonomian.

Untuk melihat sektor basis dan non basis akan digunakan analisis Location

Quotient (LQ). Selain itu, agar pembahasan lebih komprehensif terkait

ketertinggalan wilayah, maka akan digunakan analisis Tipologi Klassen. Dimana

dengan Tipologi Klassen ini selanjutnya akan ditemukan struktur perekonomian

tingkat kecamatan, sehingga status maju dan tertinggalnya suatu kecamatan akan

ditemukan dari perspektif pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita.

Page 63: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

144

7.1.1 PDRB Kabupaten Lebak Tingkat pendapatan (local income) dan jumlah produksi (product accounts) adalah

metode penghitungan yang digunakan untuk menentukan aktivitas perekonomian secara

keseluruhan. Untuk menentukan banyaknya produksi secara keseluruhan (aggregate

output) dalam penghitungan pendapatan di daerah dapat menggunakan metode

perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara garis besar, pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2005- 2009

menunjukan pertumbuhan positif. Pertumbuhan tersebut cukup menggembirakan bagi

Lebak yang tengah berbenah agar segera keluar dari statusnya sebagai kabupaten

tertinggal di Indonesia. Secara lebih jelas, kondisi PDRB Kabupaten Lebak atas harga

berlaku dapat dilihat pada Gambar 21 berikut ini.

Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Gambar 20 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Lebak Tahun 2005 –

2009 (Jutaan Rupiah)

Perekonomian di Kabupaten Lebak dalam kurun waktu 2005-2009

mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini didorong oleh peningkatan

produktivitas sektor pertanian sebagai sektor dominan dalam perekonomian di

Kabupaten Lebak. Kemudian disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran serta

sektor jasa-jasa.

1.869.235 2.001.375 2.192.697 2.381.827 2.506.145

66.44270.314

86.12190.149

95.169

460.063522.676

589.329644.493

673.476

26.96932.755

35.67138.311

41.005

188.336217.252

253.696282.803

294.639

1.105.975

1.239.495

1.398.841

1.630.5221.844.291

397.987

505.813

546.891

645.434

721.927

227.499

252.721

280.442

304.388

326.403

526.671

592.672

645.698

732.009

770.885

4.869.177

5.437.900

6.029.385

6.749.934

7.273.939

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

8.000.000

2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan dan Kontruksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan jasa PerusahaanJasa-jasa

Jumlah Total PDRB

Page 64: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

145

Untuk melihat struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari

distribusi persentase Nilai Tambah Bruto (NTB) sektoral terhadap PDRB atas

dasar harga berlaku. Dalam kurun waktu 2005-2009 struktur perekonomian

Kabupaten Lebak masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusinya

yang berkisar 34%-35%, sedangkan peranan terkecil dipegang oleh sektor listrik,

gas dan air bersih dengan kontribusinya yang hanya berkisar 0,56%-0,57%. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22.

Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Gambar 21 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lebak Tahun

2005-2009 (Persentase) Dari tabel di atas terlihat bahwa struktur perokonomian Kabupaten Lebak

pada kurun waktu 2005-2009 tidak banyak mengalami pergeseran, masih

didominasi oleh tiga sektor utama yaitu dimulai dari sektor pertanian,

perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Dari ketiga sektor utama

tersebut, sektor pertanian terus mengalami penurunan kontribusi terhadap total

PDRB yang mengindikasikan bahwa di Kabupaten Lebak perlahan namun pasti

telah terjadi pergeseran struktur ekonomi, dimana peran sektor primer mulai

diambil oleh sektor tersier. Hal ini dibuktikan oleh sektor perdagangan, hotel dan

38,39 36,8 36,58 35,29 34,45

1,36 1,35 1,49 1,34 1,31

9,45 9,61 9,76 9,55 9,26

0,55 0,6 0,65 0,57 0,56

3,87 4 4,2 4,19 4,05

22,71 22,79 23,13 24,16 25,35

8,17 9,3 8,89 9,56 9,924,67 4,65 4,6 4,51 4,49

10,82 10,9 10,7 10,84 10,6

0

50

100

150

2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan dan Kontruksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan

Jasa-jasa

Page 65: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

146

restoran, pengangkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa yang mengalami trend

kenaikan kontribusi terhadap total PDRB dalam lima tahun terakhir.

Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Gambar 22 PDRB Kecamatan atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah)

Kondisi yang cukup berbeda ditunjukan oleh PDRB Kecamatan pada

rentang tahun 2005-2009. Sebagian besar kecamatan atau sekitar 27 kecamatan

memiliki PDRB berkisar pada angka yang merata antara Rp 100.000.000.000 –

Rp. 300.000.000.000. Akan tetapi terjadi anomali pada satu kecamatan, yakni

Kecamatan Rangkasbitung yang berbeda sendiri dengan memiliki PDRB selama

lima tahun terakhir sebesar Rp. 800.000.000.000 – Rp. 1000.000.000.000.

Perbedaan tingkat PDRB tersebut menunjukan adanya disparitas yang

sangat mencolok antara satu wilayah yang menjadi pusat atau kutub pertumbuhan

dengan wilayah lain dalam satu kabupaten. Walau terjadi disparitas, secara umum

pertumbuhan angka PDRB menunjukan angka yang positif dan terus menaik

dengan sekali mengalami penurunan pada tahun 2008. Penyebab disparitas ini

sebagian besar terjadi penyedotan sumberdaya dari kecamatan-kecamatan

penghasil produk pertanian primer kepada kecamatan yang menjadi tempat

pengolahan atau penjualan. Sehingga nilai tambah dari penjualan produk banyak

terjadi di Kecamatan Rangkasbitung. Pada sisi lainnya, kecamatan penghasil

justru tidak mendapatkan nilai tambah yang besar dalam meningkatkan PDRB

pada level kecamatan.

0,00

200.000,00

400.000,00

600.000,00

800.000,00

1.000.000,00

1.200.000,00

2005 2006 2007 2008 2009

Malingping

Wanasalam

Panggarangan

Bayah

Cilograng

Cibeber

Cijaku

Banjarsari

Cileles

Gunung Kencana

Bojongmanik

Leuwidamar

Muncang

Sobang

Cipanas

Sajira

Cimarga

Cikulur

Warunggunung

Cibadak

Rangkasbitung

Maja

Curugbitung

Page 66: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

147

7.1.2 Tenaga Kerja

Pada tahun 2009, jumlah total penduduk di atas 10 tahun yang telah

bekerja adalah sebanyak 473.846 jiwa. Angka ini adalah sepertiga dari jumlah

penduduk total Kabupaten Lebak. Jumlah pengangguran terbuka di tahun 2009

masih cukup tinggi, yakni berkisar pada angka 15 persen. Pengangguran ini lebih

banyak disebabkan oleh pekerjaan tak tetap masyarakat yang tinggal di perdesaan.

Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani tak tetap yang menunggu musim tanam

dan panen.

Secara umum, sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak adalah sektor

pertanian. Hal ini sangatlah wajar karena lebih dari 70 persen penduduk masih

tinggal di wilayah perdesaan yang lapangan kerja utama penduduknya berada

pada sektor pertanian dan perikanan. Persentase ini dari tahun ke tahun semakin

menurun proporsinya seiring dengan makin berkembangnya sektor-sektor lain di

luar pertanian.

Sektor utama lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar adalah

sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 16,08. Komoditas yang

mayoritas menjadi bahan dagangan adalah bahan-bahan primer pertanian,

perkebunan dan perikanan. Karena sebagian bahan tersebut masih primer dan

belum mampu diolah semuanya, maka nilai tambah yang diterima pun cenderung

tidak terlalu tinggi, sehingga cukup sulit untuk meningkatkan pendapatan secara

signifikan.

Tabel 36 Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2009

Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah Total Persentase Pertanian 254.880 53,68 Pertambangan dan Penggalian 12.518 2,64 Industri Pengolahan 26.147 5,51 Listrik, gas dan air minum 1.339 0,28 Bangunan/konstruksi 21.473 4,52 Perdagangan, hotel dan restoran 76.376 16.08 Angkutan dan Komunikasi 34.697 7,31 Bank dan lembaga keuangan 2.577 0,54 Jasa-jasa 44.839 9,44 Lainnya - - Jumlah Total 473.846 100

Sumber : BPS Kab. Lebak, Tahun 2010

Page 67: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

148

7.1.3 Pendapatan per Kapita

Secara garis besar pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak tahun 2005-2009

menunjukan pertumbuhan positif, PDRB perkapita penduduk Lebak pada tahun

2008 mencapai angka 3,01 juta (ADHK) dan 5,78 juta (ADHB), dimana angka ini

terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan adanya

perubahan peningkatan kesejahteraan penduduk. Idealnya peningkatan PDRB

perkapita selalu di atas nilai inflasi. Adapun nilai PDRB perkapita selama kurun

waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Gambar 23 PDRB Per Kapita atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lebak Tahun

2005 – 2009

Sama halnya dengan pendapatan per kapita kecamatan yang berada di

Kabupaten Lebak, dalam kurun lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Pada kecamatan yang berada di level bawah di tahun 2005

masih memiliki pendapatan per kapita sekitar Rp. 3.000.000 namun lima tahun

kemudian telah meningkat menjadi hampir menyentuh angka Rp 4.000.000.

Pada level kecamatan tingkat menengah, pendapatan perkapita meningkat

dari Rp. 4.000.000 di tahun 2005 menjadi Rp. 6.000.000 pada tahun 2009.

Peningkatan ini dapat dikatakan cukup baik karena tingkat kesejahteraan

masyarakat pun mengalami peningkatan tajam. Sedangkan untuk kecamatan

dengan tingkat ekonomi tinggi juga mengalami peningkatan yang tidak jauh

berbeda. Dimana pada tahun 2005 sebesar Rp. 6.000.000 menjadi Rp. 8.000.000

lima tahun kemudian (tahun 2009).

4.151.754 4.543.3204.987.323

5.467.9305.778.044

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

7000000

2005 2006 2007 2008 2009

Page 68: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

149

Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Gambar 24 PDRB per Kapita Kecamatan atas Dasar Harga Berlaku 2005-2009 (Rupiah)

7.1.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Secara terminologis, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu

ukuran kuantitatif yang menggambarkan suatu perekonomian dalam tahun tertentu

apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Mengingat kondisi

perekonomian pasca krisis global yang memicu kondisi perekonomian baik

perekonomian regional, nasional maupun internasional, Pemerintah Kabupaten

Lebak berupaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang secara mapan (steady economic growth).

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Lebak Tahun 2005-2009

berada pada kondisi yang fluktuatif akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh

krisis global pada pertengahan tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebak mengalami fluktuasi yang ternyata mengarah secara negatif. Selama lima

tahun terakhir, kenaikkan laju pertumbuhan tidak sebanding dengan penurunan

yang terjadi pada tahun sebelumnya. Artinya bahwa kenaikan laju pertumbuhan

ekonomi lebih rendah daripada penurunan laju.

Dari beberapa lapangan usaha, terdapat tiga sektor yang mengalami

penurunan laju selama lima tahun terakhir, yakni sektor listrik, gas dan air bersih,

sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

8.000.000

9.000.000

1 2 3 4 5

Malingping

Wanasalam

Panggarangan

Bayah

Cilograng

Cibeber

Cijaku

Banjarsari

Cileles

Gunung Kencana

Bojongmanik

Leuwidamar

Muncang

Sobang

Cipanas

Sajira

Cimarga

Cikulur

Warunggunung

Cibadak

Rangkasbitung

Maja

Curugbitung

Page 69: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

150

Penurunan ini memiliki beberapa alasan yang cukup mendasar yakni imbas dari

krisis global sehingga mayoritas masyarakat menurunkan daya beli dan konsumsi.

Sedangkan dari sisi pengusaha pun ikut menurunkan kapasitas produksinya.

Secara lebih lengkap perkembangan LPE Kabupaten Lebak periode Tahun 2005 –

2009 dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Gambar 25 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Lebak Tahun 2005-2009 (Persentase)

Pada tingkat kecamatan, laju pertumbuhan ekonomi pun mengalami

perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2005, terdapat beberapa kecamatan

yang mengalami laju pertumbuhan negatif, kecamatan tersebut sebagian besar

adalah kecamatan yang berada di wilayah selatan dan utara Kabupaten Lebak

seperti Panggarangan, Cibeber, Cijaku, Banjarsari, Sajira dan Maja. Di tahun

2006, laju pertumbuhan perekonomian pun masih ada yang negatif yakni Bayah,

Cibeber, Banjarsari, Gunung Kencana, Sajira, Cikulur dan Warunggunung.

Pertumbuhan ekonomi tiap kecamatan secara umum mengalami

pertumbuhan yang konstan, yakni berkisar pada angka 3-5 persen. Namun terjadi

penurunan yang sangat besar di tahun 2008 pada beberapa Kecamatan, yakni

Bojongmanik, Panggarangan, Cijaku, Cipanas dan Rangkasbitung. Keempat

kecamatan di luar Rangkasbitung tersebut mengalami penurunan yang cukup

tinggi karena kecamatan tersebut hanya mengandalkan pertanian primer sebagai

0

5

10

15

20

25

30

35

2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan dan Kontruksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan

Jasa-jasa

LPE Kabupaten Lebak

Page 70: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

151

sumber PDRB-nya, sehingga pada saat ada imbas ekonomi global, pertumbuhan

kecamatan-kecamatan tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis.

Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Gambar 26 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Persentase)

Penurunan pertumbuhan ekonomi karena krisis global ini memang

sangatlah wajar. Karena sangat terkait dengan perdagangan internasional, baik

ekpor maupun impor. Terlebih cukup banyak bahan-bahan baik mentah maupun

jadi yang ada di Indonesia termasuk Lebak berasal dari impor kepada negara luar.

Sedangkan untuk penurunan Kecamatan Rangkasbitung, disebabkan oleh

penurunan kecamatan-kecamatan lain yang menyuplai berbagai sumberdaya

ekonomi. Selain itu juga, karena kondisi politik yang di tahun 2008 tengah terjadi

pergulatan politik pemilihan kepala daerah, sehingga kegiatan perekonomian dan

pembangunan banyak yang tertunda akibat terkonsentrasi pada pesta demokrasi

lokal di Kabupaten Lebak.

7.1.5 Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient (LQ) adalah suatu metode untuk menghitung

perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di Kabupaten Lebak

terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala Provinsi

Banten. Dengan kata lain, melalui LQ dapat menghitung perbandingan antara

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

2005 2006 2007 2008 2009

MalingpingWanasalamPanggaranganBayahCilograngCibeberCijakuBanjarsariCilelesGunung KencanaBojongmanikLeuwidamarMuncangSobangCipanasSajiraCimargaCikulurWarunggunungCibadakRangkasbitungMajaCurugbitungKalang AnyarLebak GedongCirintenCigemblongCihara

Page 71: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

152

share output sektor-i di kota/kabupaten dan share output sektor-i di provinsi.

Analisis Location Quotient (LQ) di Kabupaten Lebak akan menggunakan data

PDRB Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten tiap sektor atas dasar harga berlaku

tahun 2009. Sehingga akan membandingkan jumlah tenaga kerja per sektor pada

kabupaten dengan provinsi. Secara terperinci, tabulasi data dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 37 Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Lebak Tahun 2009 Berdasarkan PDRB atas Dasar Harga Berlaku per Sektor (Miliar)

No. Jenis Lapangan Usaha Kab Lebak Prov. Banten LQ Peringkat 1 Pertanian 2,506.14 2,553.99 4.73 1 2 Pertambangan dan Penggalian 95.16 438.40 1.04 6 3 Industri Pengolahan 673.47 15,031.25 0.21 8 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 41.00 1,371.85 0.14 9 5 Bangunan dan Kontruksi 294.63 1,232.64 1.15 4 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,844.29 7,316.08 1.21 3 7 Pengangkutan dan Komunikasi 721.92 3,544.35 0.98 7

8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 326.40 1,464.15 1.07 5

9 Jasa-jasa 770.88 2,161.15 1.72 2 Jumlah Total PDRB 7,273.93 35,113.86

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 7.1.5.1 Analisis Sektor Basis

Berdasarkan hasil perhitungan LQ, maka di Kabupaten Lebak terdapat

enam sektor yang menjadi unggulan atau menjadi sektor basis karena angka LQ

lebih besar dari satu (LQ>1). Hal tersebut menunjukan bahwa Kabupaten Lebak

sebetulnya memiliki potensi besar untuk bisa menjadi kabupaten yang mandiri

secara ekonomi dan finansial, secara spesifik sektor tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Pertanian

Berdasarkan hasil perhitungan LQ PDRB tahun 2009, Kabupaten Lebak

memiliki enam sektor yang menjadi sektor basis. Terlihat bahwa Kabupaten

Lebak masih bergantung banyak pada sektor primer pertanian. Hingga tahun

2009, pertanian merupakan sektor yang paling banyak memberikan kontribusi

terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Dilihat dari struktur

perekonomian Kabupaten Lebak, persentase nilai sektor ini sebesar 38 persen,

Page 72: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

153

sebagian besar disumbangkan oleh subsektor bahan makanan yang terdiri dari

komoditas padi, palwija dan hortikulura.

Komoditas sektor pertanian terdiri dari tanaman bahan utama atau pangan,

tanaman perkebunan, peternakan dan kehutanan dan perikanan. Tanaman pangan

utama banyak tersebar di hampir seluruh kecamatan di Lebak, hampir 70 persen

sawah yang ada telah dialiri oleh irigasi teknis dan mampu menghasilkan panen

tiga kali dalam setahun. Pada tahun 2009, jumlah produksi padi di Kabupaten

Lebak sebesar 428.524 ton, yang terbagi atas padi sawah sebanyak 401.524 ton

dan padi gogo sebanyak 27.278 ton. Total produksi padi sebanyak 428.524 ton

tersebut setara dengan beras sebanyak 231.402,96 ton, cukup memenuhi

kebutuhan pangan untuk 1.233.905 penduduk Kabupaten Lebak selama 20 bulan

dengan asumsi beras tidak dijual ke luar daerah.

Sedangkan untuk komoditas palawija, yang terdiri dari jagung kedelai

kacang tanah, kacang hijau dan ubi kayu serta ubi jalar, produksi yang tertinggi

ada pada ubi kayu dengan total produksi sebanyak 30.749 Ton. Jagung merupakan

komoditas palawija dengan hasil produksi terbesar kedua dengan total produksi

sebesar 12.286 Ton. Untuk komoditas hortikultura, tiga hasil produksi tertinggi

ada pada tanaman pisang sebesar 112.545,8 Ton, disusul oleh rambutan sebesar

5.276,765 Ton dan durian sebesar 3.319,596 Ton.

Pada tahun 2009 produksi ayam ras pedaging sebanyak 3.476.499 Kg, atau

55% dari total produksi daging Kabupaten Lebak. Produksi tertinggi kedua adalah

ayam buras yaitu sebesar 1.508.408 kg. Untuk produksi telur, pada tahun 2004-

2009 mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 5,7%. Telur ayam buras

memberikan konstribusi terbesar pada tahun 2009 yaitu sebanyak 1.453.715 Kg.

Potensi perikanan di Kabupaten Lebak terdiri atas Perikanan Tangkap dan

Perikanan Budidaya. Perikanan tangkap terbagi atas perikanan tangkap laut dan

perairan umum. Untuk perikanan budidaya dikelompokan menjadi budidaya air

tawar dan budidaya air payau. Pada Tahun 2009 produksi jenis ikan tangkap laut

sebagian besar jenis ikan Cakalang dan Tongkol dengan masing-masing produksi

sebesar 305.455 kg dan 284.810 Kg. Untuk ikan tangkap diperairan umum

produksi terbesar pada jenis ikan tawes sebanyak 10.900 Kg. Sedangkan produksi

Page 73: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

154

budidaya ikan pada tahun 2009 produksi terbesar pada jenis ikan mas sebanyak

1.118.436 Kg.

Luas kawasan hutan di Kabupaten Lebak adalah 95.922 Ha atau 31,55 %

dari luas wilayah Kabupaten Lebak. Adapun luas lahan kritis yang masih harus

ditangani seluas 22.206,88 ha. Komoditas kehutanan yang memiliki prospek pasar

yang baik adalah bambu. Luas tanaman bambu pada tahun 2009 tercatat sebesar

2.046,00 ha atau setara dengan 197.858 rumpun/11.169.665 batang. Sedangkan

produksinya sebesar 2.139.800 btg/tahun. Sentra areal bambu terutama terdapat di

kecamatan Cimarga, Sajira dan Cikulur.

Untuk bidang perkebunan, luas areal perkebunan yang ada di wilayah

Kabupaten Lebak adalah 66.783,10 Ha atau 22. 09 % dari luas Kabupaten Lebak,

terdiri dari perkebunan rakyat seluas 51.117,55 ha, perkebunan besar negar seluas

8.879,50 ha dan perkebunan besar swasta seluas 6.786,05 ha. Komoditas

perkebunan yang diusahakan di Kabupaten Lebak sebanyak 15 jenis tanaman,

diantaranya 10 komoditas unggulan utama yaitu : kelapa (12.651,30 ton), karet

(3.870,20 ton), kelapa sawit (2.777,11 ton), kakao (1.527,36 ton), cengkeh

(725,70 ton), kopi (494,20 ton), aren (1.331,80 ton), lada (21,40 ton), pandan

(83,40 ton), kelapa hibrida (44,00 ton), vanili (2,7 ton), jambu mete (2,4 ton), teh

(4,70 ton), kapuk (14,20 ton) dan jarak pagar (123,60).

b. Jasa-jasa

Sektor jasa termasuk ke dalam sektor basis di Kabupaten Lebak yang

memberikan konstribusi cukup besar terhadap PDRB yakni sebesar 2.161,15

miliar rupiah. Secara terperinci sektor jasa-jasa terdiri dari dua sub sektor yakni

sektor pemerintahan umum dan sub sektor swasta. Dalam subsektor swasta itu

sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yakni sosial kemasyarakatan, hiburan dan

rekreasi serta perseorangan dan rumah tangga. Jumlah tenaga kerja yang disedot

untuk sektor jasa ini pun termasuk cukup banyak yakni 44.839 pekerja. Untuk

jumlah usaha tiap subsektor terdiri dari sektor jasa pendidikan terdiri dari 1.520

unit usaha, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 624 unit usaha, jasa kemasyarakatan

(sosial budaya) 5.692 unit usaha dan jasa perorangan melayani rumah tangga 221

unit usaha.

Page 74: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

155

Pemasukan sektor jasa-jasa juga banyak disumbangkan oleh subsektor

swasta pariwisata. Hal tersebut sangat wajar karena pariwisata merupakan salah

satu sektor yang terus dikembangkan di Kabupaten Lebak. Hal ini wajar

mengingat keindahan alam, baik pantai maupun tempat-tempat wisata yang ada di

Kabupaten Lebak cukup banyak dan menarik. Penataan obyek wisata terus

dilakukan guna meningkatkan kenyamanan pengunjung yang datang untuk

menikmati keindahan alam di Kabupaten Lebak.

c. Perdagangan, hotel dan restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran terdiri dari tiga subsektor yakni

perdagangan besar dan eceran, hotel dan restoran. Distribusi sektor perdagangan

ini cukup memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan dan menjadi

sektor basis hingga tahun 2009. Jumlah badan usaha yang teredapat di kabupaten

lebak cukup banya dan beragam, diantaranya yakni PT sebanyak 55, 71 koperasi,

140 CV dan 748 PO.

Usaha hotel dan penginapan di Kabupaten Lebak dapat dikatakan sedang

dalam proses berkembang. Hal tersebut dapat terlihat dari jumlah wisatawan baik

domestik maupun mancanegara yang pada tahun 2009 berjumlah total sebanyak

220.733 wisatawan dan jumlah tamu yang menginap sejumlah 27.901 orang.

Dimana jumlah hotel yang ada di Kabupaten Lebak secara keseluruhan berjumlah

24 buah. Jumlah restoran yang ada menjadi penyokong pariwisata serta perhotelan

ada sejumlah 253 buah restoran.

d. Bangunan dan konstruksi

Sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Lebak terdiri dari proyek

pembangunan gedung-gedung dan konstruksi jembatan. Pembangunan

infrastruktur gedung pada rentang waktu lima tahu terakhir (2005-2009) sangat

gencar. Pembangunan yang cukup besar adalah pembangunan gedung baru rumah

sakit umum daerah Ajidarmo di Rangkasbitung dan juga rumah sakit umum

daerah di wilayah selatan yakni Malingping. Selain itu, pembangunan jembatan-

jembatan yang menghubungkan desa pun cukup banyak, sehingga interaksi antar

spasial wilayah tiap kecamatan cukup baik walau belum bisa dikatakan sempurna.

Dengan besaran distribusi terhadap PDRB sejumlah 294,63 miiar rupiah,

sektor bangunan dan konstruksi ini memberikan cukup banyak tempat dalam hal

Page 75: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

156

tenaga kerja yang diberdayakan. Pada tahun 2009 saja tercatat tenaga kerja yang

diberdayakan untuk sektor bangunan dan konstruksi ini sebanyak 21.473 pekerja.

Dengan LQ yang lebih dari satu untuk tingkat Provinsi Banten, sektor bangunan

dan konstruksi ini menjadi sektor basis dan sangat potensial untuk lebih

dikembangkan, terlebih kondisi ruang wilayah Lebak yang masih sangat luas

untuk dilaksanakan pengembangan-pengembangan khususnya dalam

pembangunan bangunan dan konstruksi.

e. Keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan menjadi sektor

kelima yang menjadi sektor basis di Kabupaten Lebak. Sektor ini terbagi menjadi

empat subsektor yakni sub sektor bank, lembaga keuangan lainnya, sewa

bangunan dan jasa perusahaan. Di tahun 2009, sumbangan sektor-sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap PDRB Kabupaten Lebak

cukup besar yakni sejumlah 326,40 miiar rupiah.

Perputaran uang di sektor keuangan ini cukup memberikan multiplier

effect terhadap pembangunan. Tidak sedikit perusahaan baik besar atau UKM

yang mendapatkan kucuran dana pinjaman keuangan dari lembaga-lembaga

keuangan daerah. Potensi lembaga keuangan ini mampu menggerakkan sektor riil

yang ada di Kabupaten Lebak, sehingga pada akhirnya mampu menggerakan roda

ekonomi serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian.

f. Pertambangan dan penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian terbagi menjadi tiga sub sektor yakni

pertambangan migas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Pada tahun

2009, sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap

PDRB cukup tinggi yakni sebesar 95,16 miliar rupiah.

Sektor pertambangan dan penggalian Lebak saat ini banyak didominasi

oleh bahan galian A dan C yang sebagian besar terdiri dari batu kapur, bentonit,

feldspar, pasir, pasir kuarsa, tanah liat, zeolit dan batubara. Wilayah yang

memiliki banyak potensi pertambangan sebagian besar berada di wilayah bagian

selatan, karena memiliki batuan yang cenderung sudah tua, sehingga menjadi

bahan utama galian. Pada satu hampir tiga dekade ke belakang, Lebak sempat

terkenal sebagai penghasil emas utama di Jawa Barat (sebelum memisahkan diri

Page 76: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

157

menjadi Provinsi Banten). Wilayah yang terkenal sebagai penghasil emas adalah

daerah Cikotok, namun dalam tiga tahun terkahir, yakni di tahun 2007 sudah

ditutup. Wilayah itu sebelumnya menjadi donor terbesar pterhadap PAD dan

PDRB dalam sektor penggalian dan pertambangan di Lebak. Karena dalam satu

tahun bisa menghasilkan emas seberat 270 kg dan perak 450 kg.

7.1.5.2 Analisis Sektor non-Basis

Sektor non basis adalah sektor yang secara ekonomi lebih cenderung untuk

melakukan impor dari wilayah luar dalam proses pemenuhan kebutuhannya. Hal

tersebut sangat wajar karena setiap wilayah memilki keberagaman sumberdaya

dan potensi. Sektor yang bukan unggulan terdiri dari tiga sektor karena angka LQ

lebih kecil dari satu (LQ<1), yakni :

a. Pengangkutan dan komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi terbagi menjadi dua subsektor yakni

pengangkutan yang terdiri dari angkutan rel, angkutan jalan raya, angkutan laut,

angkutan sungai dan penyeberangan, angkutan udara dan jasa penunjang

angkutan, sedangkan sub sektor kedua adalah komunikasi. Kontribusi sektor

pengangkutan dan komunikasi terhadap PDRB cukup tinggi yakni sebesar 721.92

miliar rupiah. Angka ini cukup tinggi namun menjadi sektor non basis karena

jumlah sumbangan PDRB dari wilayah lain di Provinsi Banten jauh lebih besar.

Jasa pengangkutan dan komunikasi di Lebak memang masih cukup

terbatas. Pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Lebak ditekankan pada

pengembangan sistem transportasi darat. Sistem transportasi darat mencakup

sarana dan prasarana jaringan jalan, terminal, angkutan umum dan kereta api.

Untuk udara, laut dan sungai penyeberang hampir tidak tersedia. Sama halnya

dengan komunikasi, masih banyak wilayah yang belum tersentuh oleh sinyal

telepon kabel maupun telpon non kabel (telepon genggam). Wilayah yang belum

terjamah oleh sinyal komunikasi lebih banyak terdapat di wilayah selatan. Untuk

bisa berkomunikasi dengan sanak saudara atau rekan kerja, masyarakat perlu

mencari perbukitan yang agak tinggi agar bisa mendapatkan sinyal komunikasi.

Kesulitan dalam komunikasi ini bisa saja mempengaruhi ketertarikan investor

dalam menginvestasikan dananya untuk proses pembangunan di Lebak selatan,

Page 77: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

158

selain itu bisa juga menghambat informasi terkait harga-harga komoditas seperti

pertanian dan komoditas lainnya.

b. Industri pengolahan

Sektor industri pengolahan terbagi menjadi sektor industri migas yang

terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair, dan sub sektor industri

non-migas. di Kabupaten Lebak belum menjadi sektor unggulan yang mampu

meningkatkan secara signifikan proses pemerataan pembangunan dan juga

pertumbuhan ekonomi. Namun, bukan berarti industri pengolahan tidak bisa

ditingkatkan, justru merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.

Di tahun 2009, sektor ini memberikan distribusi terhadap PDRB sebesar 673.47

miliar rupiah.

Potensi industri di Kabupaten Lebak secara keseluruhan pada tahun 2009

sebanyak 14.636 unit usaha, yang terdiri dari industri kecil sebanyak 14.617 unit

usaha dan industri menengah/besar sebanyak 19 unit usaha. Jumlah tenaga kerja

yang terserap dalam kegiatan industri tersebut sebanyak 31.188 orang dengan total

nilai investasi sebesar Rp. 115.247.331.000,-. Dari potensi industri kecil

sebagaimana tersebut di atas, maka yang merupakan komoditas unggulan atau

yang menjadi andalan pada umumnya sebanyak 10 industri kecil. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 46.

Permasalahan yang kerap dihadapi oleh para pengusaha/pengrajin industri

kecil antara lain adalah keterbatasan pengetahuan/keterampilan dalam teknik

produksi dan manajemen usaha. Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lebak

belum dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai akibat keterbatasan teknologi

dan modal usaha serta jaringan pemasaran yang belum meluas. Jumlah investasi

swasta di Kabupaten Lebak yang berskala kecil/menengah/besar selama empat

tahun terakhir menunjukan adanya peningkatan yang bergerak pada bidang

industri, pertanian, perkebunan, pertambangan, pariwisata dan perdagangan, yang

terdiri dari :

1. Perusahaan PMDN pada tahun 2004 sebanyak 1 perusahaan dan tahun 2009

menjadi 5 perusahaan,

2. Perusahaan PMA pada tahun 2004 sebanyak 2 perusahaan dan tahun 2009

menjadi 19 perusahaan,

Page 78: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

159

3. Perusahaan non fasilitas pada tahun 2004 sebanyak 34 perusahaan dan tahun

2009 menjadi 1.017 perusahaan.

Tabel 38 Sentra Industri Kecil di Kabupaten Lebak Tahun 2009 No. Industri Jumlah Unit

Usaha Lokasi / Kecamatan

1. Gula Merah Aren 2.752 Muncang, Leuwidamar, Bojongmanik, Sajira, Cijaku, Panggarangan, Malingping, Cibeber, Gunung Kencana, Bayah dan Cipanas

2. Bata/Genteng 585 Cimarga, Rangkasbitung, Sajira, Malingping dan Warunggunung

3. Tenun Baduy 90 Leuwidamar 4. Tempurung Kelapa 40 Leuwidamar 5. Pandai Besi 60 Bojongmanik, Cibeber dan

Rangkasbitung 6. Konveksi 10 Rangkasbitung dan Cimarga 7. Anyaman Pandan 3.848 Cikulur, Cileles, Banjarsari,

Cijaku, Malingping dan Bojongmanik

8. Anyaman Bambu 2.746 Sajira, Cibeber, Rangkasbitung dan Cibadak

9. Emping Melinjo 281 Warunggunung, Cikulur dan Gunungkencana

10. Sale/Keripik Pisang 2.786 Bayah Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Tahun 2010

c. Listrik, gas dan air bersih

Sektor listrik, gas dan air bersih terdiri dari tiga sub sektor, yakni sub

sektor listrik, gas kota dan air bersih. Pada tahun 2009, sektor ini memberikan

distribus terhadap PDRB sebesar 41 miliar rupiah. Angka tersebut relatif rendah

apabila dibandingkan dengan kedelapan sektor lainnya yang menjadi sektor utama

pembangunan.

Kondisi terbaru di tahun 2009 tercatat bahwa masih terdapat 45 persen

wilayah yang belum dialiri oleh ketenagalistikan, dengan kata lain baru 55 persen

wilayah yang mampu dialiri listrik. Untuk gas kota, saat ini Lebak belum

menerapkan hal tersebut, karena masih terkendala permasalan teknis dan

penduduk lebih memilih enegi minyak tanah dan kayu bakar. Pelayanan untuk air

bersih masih terbatas wilayah yang berada pada lingkaran Rangkasbitung, baru

ada lima kecamatan yang mampu dilayani oleh PDAM yakni Rangkasbitung,

Cimarga, Cibadak, Kalanganyar dan Warunggunung.

Page 79: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

160

7.1.6 Analisis Tipologi Klassen

Tipologi Klassen adalah suatu cara untuk mengetahui gambaran mengenai

pola dan struktur pertumbuhan ekonomi dari masing-masing daerah. Tipologi

Klassen menggunakan data terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per

kapita, sehingga dapat dijelaskan struktur ekonomi suatu wilayah berdasarkan

daerah referensinya.

Tabel 39 PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak Tahun 2005-2009

Indikator Pembangunan Jumlah LPE Kabupaten Tahun 2005 15,97 % PDRB Kabupaten Tahun 2005 Rp. 4.869.177.000.000 LPE Kabupaten Tahun 2009 7,77 % PDRB Kabupaten Tahun 2009 Rp. 7.273.939.000.000 LPE Rata-rata Kabupaten Tahun 2005-2009 11,672 % PDRB rata-rata Kabupaten Tahun 2005-2009 Rp. 6.072.067.000.000

Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Tabel 47, laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Lebak cukup tinggi pada tahun 2005, yakni 15.97 persen,

kemudian turun menjadi 7.77 persen di tahun 2009. Secara rata-rata selama lima

tahun terakhir, laju pertumbuhan ekonomi berada pada angka 11.672 persen.

Angka ini menunjukan trend pertumbuhan ekonomi ke arah negatif. Untuk tingkat

kecamatan, secara umum seluruh kecamatan mengalami pertumbuhan ekonomi

yang sangat fluktuatif.

Pada tahun 2005, terdapat dua kecamatan yang laju pertumbuhan ekonomi

dan PDRB-nya di atas rata-rata kabupaten (daerah cepat maju dan cepat tumbuh)

yakni Kecamatan Bayah dan Kecamatan Cileles. Kemudian, Kecamatan Cikulur

adalah kecamatan yang berkembang pesat. Terdapat dua kecamatan maju tapi

tertekan yakni Rangkasbitung dan Wanasalam. Sedangkan 23 kecamatan lainnya

adalah kecamatan yang relatif tertinggal karena memiliki angka laju pertumbuhan

ekonomi dan PDRB kecamatan di bawah rata-rata Kabupaten Lebak. Ilustrasi

persebaran Matriks Klassen kecamatan di Kabupaten Lebak secara jelas dapat

dilihat pada Gambar 28.

Page 80: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

161

Tabel 40 PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kabupaten Lebak tahun 2005-2009

No. Nama Kecamatan

LPE Kecamatan Tahun 2005

(%)

LPE Kecamatan

Tahun 2009 (%)

LPE Rata-rata

Kecamatan Tahun

2005-2009 (%)

PDRB Kecamatan Tahun 2005

PDRB Kecamatan Tahun 2009

PDRB Rata-rata

Kecamatan Tahun2005-

2009

1 Malingping 3.33 5.73 2.86 4,692,340 6,231,752 5,426,432 2 Wanasalam 7.94 2.62 3.084 5,253,890 6,999,367 6,105,802 3 Panggarangan -5.36 2.57 -6.882 3,597,241 5,339,121 4,419,415 4 Bayah 17.39 3.19 4.494 4,950,201 6,366,471 5,542,955 5 Cilograng 10.24 2.03 5.722 4,105,052 6,154,197 5,199,943 6 Cibeber -0.47 6.35 3.088 4,843,053 6,301,753 5,552,416 7 Cijaku -4.89 4.69 -7.366 4,622,437 6,064,796 5,450,304 8 Banjarsari -1.44 3.43 0.944 4,572,454 5,947,938 5,214,329 9 Cileles 22 3.27 6 5,013,113 5,826,545 5,515,602

10 Gunung Kencana 12.93 3.97 3.838 4,419,763 5,600,252 4,880,737 11 Bojongmanik 0.4 3.32 -8.048 3,134,037 5,001,081 3,890,488 12 Leuwidamar 8.7 4.83 3.772 3,644,373 4,786,642 4,171,513 13 Muncang 4.36 4.55 5.062 2,775,127 4,498,654 3,561,610 14 Sobang 6.25 5.3 5.362 2,687,971 4,196,169 3,423,039 15 Cipanas 4.25 4.23 -2.19 3,827,946 5,459,732 4,657,477 16 Sajira -12.34 4.3 -1.204 3,906,912 4,814,269 4,296,329 17 Cimarga -6.73 4.31 2.37 2,900,458 4,022,203 3,524,888 18 Cikulur 18.95 5.35 5.462 3,421,979 4,489,416 3,875,760 19 Warunggunung 12.96 6.12 5.058 3,565,700 4,917,800 4,182,139 20 Cibadak 6.44 4.37 3.994 3,852,785 5,029,622 4,516,722 21 Rangkasbitung 3.75 3.85 0.906 5,699,750 8,489,861 7,231,485 22 Maja -5.04 0.22 2.2 2,964,049 4,356,473 3,691,703 23 Curugbitung 5.58 3.32 7.054 3,381,457 5,737,104 4,620,497 24 Kalang Anyar 0 2.88 0.576 0 8,398,530 3,247,105 25 Lebak Gedong 0 3.66 0.732 0 5,449,567 2,043,000 26 Cirinten 0 2.53 1 0 4,910,629 1,792,315 27 Cigemblong 0 2.38 0 0 6,056,528 2,300,898 28 Cihara 0 2.03 0 0 4,212,621 1,633,292

Sumber : BPS Kabupaten Lebak , Tahun 2010

Penyebab ketertinggalan sebagian besar kecamatan di Kabupaten Lebak

disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, adalah faktor geografis, dimana

sebagian besar kecamatan berada di wilayah selatan kabupaten yang sulit

terjangkau. Kedua, adalah faktor dominasi pertanian sebagai mata pencaharian

dan sumber pendapatan masyarakat, sehingga nilai tambahnya cukup rendah.

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian primer yang

secara nilai tambah sangatlah rendah. Ketiga, adalah faktor aksesibilitas

transportasi yang tidak didukung oleh jalan yang layak, sebagian besar jalan

utama menuju kecamatan rusak sehingga menghambat investasi. Untuk bisa

mengakses wilayah paling selatan atau terjauh di Lebak apabila diukur melalui

Rangkabitung memerlukan waktu tempuh kurang lebih 8 jam dengan kondisi

jalan yang rusak sangat parah. Pada akhirnya, proses pembangunan pun berjalan

lambat dan wilayah semakin tertinggal karena perkembangan investasi di Lebak

masih jauh dari harapan.

Page 81: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

162

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 27 Matriks Tipologi Klassen Kabupaten Lebak Tahun 2005

Berbagai macam penyebab ketertinggalan di atas, seharusnya dapat

menjadi titik tolak Lebak untuk menjadi lebih maju. Karena di balik segala

kekurangan dan hambatan, sebetulnya terdapat peluang baik dalam hal geografis,

dan dominasi sektor pertanian dalam struktur perekonomiam maupun dari

buruknya aksesibilitas. Apabila Pemkab Lebak segera menjadikan pertanian

sebagai ujung tombang pembangunan yang mengarah kepada agroindustri dari

hulu hingga hilir serta didukung dengan perbaikan aksesibilitas tentu akan

memberikan sumbangan terbesar dalam pertumbuhan ekonomi.

Struktur ekonomi berdasarkan matrik Tipologi Klassen di tahun 2009

mengalami perubahan yang cukup drastis menuju ke arah negatif atau memburuk.

Hal tersebut disebabkan oleh depresi dan goncangan ekonomi pada tahun periode

tahun 2007-2008, sehingga sebagian besar kecamatan mengalami laju

pertumbuhan ekonomi yang negatif. Hal tersebut terlihat dari laju pertumbuhan

ekonomi dan PDRB tiap kecamatan dan tercatat bawah hanya ada dua kecamatan

yang dianggap maju namun tertekan, yakni Kecamatan Rangkasbitung dan

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000

Laju

Per

tum

buha

n Ek

onom

i (%

)

PDRB per Kapita (Rupiah)

Low Growth, Low Income

High Growth, Low Income

Low Growth, High Income

High Growth, High Income

Page 82: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

163

Kalang Anyar. Kecamatan-kecamatan lainnya masih berada pada kuadran III dari

Tipologi Klassen.

Tabel 41 Ringkasan Matriks Tipologi Daerah Klassen Kabupaten Lebak Tahun

2005 PDRB per kapita (y) Laju Pertumbuhan (r)

(yi

(y < y) i > y)

(ri

HGLI (High growth but low income/

daerah berkembang cepat)

> r)

1. Cikulur

HGHI (High growth and high income/

daerah cepat maju dan cepat tumbuh)

1. Bayah 2. Cileles

(ri

LGLI (Low growth and low income/

daerah relatif tertinggal)

< r)

LGHI (High income but low growth/

daerah maju tapi tertekan)

1. Rangkasbitung 2. Wanasalam

1. Malingping 2. Panggarangan 3. Cilograng 4. Cibeber 5. Cijaku 6. Banjarsari 7. Gunung Kencana 8. Bojongmanik 9. Leuwidamar 10. Muncang 11. Sobang

12. Cipanas 13. Sajira 14. Cimarga 15. Warunggunung 16. Cibadak 17. Maja 18. Curugbitung 19. Kalang Anyar 20. Lebak Gedong 21. Cirinten 22. Cigemblong 23. Cihara

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Kecamatan Kalang Anyar sebelumnya adalah kecamatan hasil pemekaran

dari kecamatan Rangkasbitung, sehingga sangat wajar jika kecamatan ini

termasuk sebagai daerah yang maju tapi tertekan. Sebanyak 26 kecamatan lainnya

di tahun 2009 termasuk pada kuadran III Tipologi Klassen atau masih terjebak ke

dalam bagian dari daerah-daerah yang relatif tertinggal, karena memiliki laju

pertumbuhan ekonomi dan PDRB kecamatan di bawah rata-rata kabupaten.

Secara terperinci, struktur penyebaran ekonomi kecamatan tahun 2009 menurut

Tipologi Klassen dapat dilihat pada Gambar 28.

Page 83: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

164

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 28 Matriks Tipologi Klassen Kabupaten Lebak Tahun 2009

Secara rata-rata, dalam rentang tahun 2005-2009, pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Lebak berdasarkan Tipologi Klassen masih berada di tingkat bawah.

Dimana hampir 90 persen kecamatan yang ada di Lebak merupakan kecamatan

yang relatif tertinggal. Hanya kecamatan Rangkasbitung dan Wanasalam saja

yang berada pada level lebih baik, dimana dapat dikatakan sebagai daerah maju

tetapi tertekan karena memiliki pendapatan tinggi tapi pertumbuhan yang rendah.

Kecamatan di Kabupaten Lebak yang berada pada posisi tertinggal terlihat

kesulitan untuk mampu keluar dari lingkaran ketertinggalan. Hal tersebut

menunjukan strategi yang digunakan dalam pengembangan wilayah masih belum

menemukan titik paling strategis dalam mempengaruhi pembangunan di

sekitarnya.

Kecamatan Rangkasbitung merupakan kecamatan yang menjadi pusat

pemerintahan Kabupaten Lebak, sehingga tentu sangat wajar jika termasuk

sebagai kecamatan yang dianggap maju. Karena sebagian besar transaksi

perdagangan, jasa dan perputaran uang terjadi di Rangkasbitung. Untuk

Kecamatan Wanasalam, terbilang maju karena di kecamatan ini memiliki struktur

sumber PDRB yang lebih variatif. Dimana sumber pendapatan kecamatan ini

selain pertanian juga didukung oleh sektor lainnya seperti perikanan dan industri

pengolahan ikan, kopra dan perdagangan yang langsung dikirim ke wilayah lain,

sehingga nilai tambah pendapatan cenderung lebih tinggi.

0

1

2

3

4

5

6

7

0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000

Laju

Per

tum

buha

n Ek

onom

i (%

)

PDRB per Kapita (Rupiah)

Low Growth, Low Income Low Growth, High Income

Page 84: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

165

Tabel 42 Ringkasan Matriks Tipologi Daerah Klassen Kabupaten Lebak Tahun 2009

PDRB per kapita (y) Laju Pertumbuhan (r)

(yi

(y < y) i > y)

(ri

HGLI (High growth but low income/

daerah berkembang cepat)

> r)

HGHI (High growth and high income/

daerah cepat maju dan cepat tumbuh)

(ri

LGLI (Low growth and low income/

daerah relatif tertinggal)

< r)

LGHI (High income but low growth/

daerah maju tapi tertekan)

1. Rangkasbitung 2. Kalang Anyar

1. Malingping 2. Panggarangan 3. Cilograng 4. Cibeber 5. Cijaku 6. Banjarsari 7. Gunung

Kencana 8. Bojongmanik 9. Leuwidamar 10. Muncang 11. Sobang 12. Cipanas 13. Sajira

14. Cimarga 15. Warunggunung 16. Cibadak 17. Maja 18. Curugbitung 19. Lebak Gedong 20. Cirinten 21. Cigemblong 22. Cihara 23. Cikulur 24. Bayah 25. Cileles 26. Wanasalam

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Kondisi ketertinggalan tersebut menunjukan bahwa pembangunan selama

lima tahun terakhir pasca pemberlakuan otonomi daerah di Kabupaten Lebak

belum berjalan dengan baik. Konsep desentralisasi ini tanpa disadari telah menjadi

konsep yang kontraproduktif. Pada satu sisi, demokratisasi memberikan ruang

yang cukup lapang dalam mengembangkan pembangunan yang aspiratif. Namun,

menjadi kontraproduktif terhadap pembangunan wilayah di perdesaan, karena

terbukti selama lima tahun berjalannya pemerintahan, pembangunan cenderung

lamban dan sebagian besar kecamatan berada pada titik ktitis ketertinggalan.

Seharusnya realita ini mampu memberikan dorongan kepada pemerintah untuk

bisa menyelesaikan permasalahan dengan strategi dan kebijakan pembangunan

wilayah yang tepat guna tanpa mengurangi pembangunan yang aspiratif.

Berdasarkan data PDRB kabupaten, maka Kabupaten Lebak masih

didominasi oleh sektor-sektor primer, yakni pertanian. Dimana terlihat bahwa

hingga tahun 2009 sektor pertanian masih memberikan sumbangan terbesar dalam

perekoniman yakni sebesar 34,45 persen dari total PDRB. Sama halnya dengan

analisis LQ, pertanian hingga tahun 2009 masih menjadi sektor basis atau

unggulan, kemudian diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa-

jasa serta listrik, gas dan air bersih.

Page 85: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

166

Namun dominasi sektor pertanian tersebut tidak diikuti oleh

perkembangan perekonomian kecamatan-kecamatan yang sebagian besar atau

sekitar 90 persen berada pada kuadran wilayah tertinggal sesuai dengan Tipologi

Klassen. Ketertinggalan tersebut bisa jadi disebabkan oleh ketergantungan

wilayah terhadap distribusi sektor pertanian primer seperti pertanian. Karena

seperti telah diketahui bahwa sektor primer pertanian tersebut memiliki nilai

tambah yang rendah, sehingga perekonomian cenderung lambat berkembang dan

akhirnya pendapatan masyarakat secara umum pun menjadi rendah. Oleh karena

itu, pembangunan ke depan seharusnya berorientasi pada pembangunan industri

berbasis padat karya. Secara pendapatan mampu meningkatkan penghasilan

daerah, namun tetapi mampu menyerap banyak tenaga kerja.

7.2 Disparitas Pembangunan Wilayah

Disparitas pembangunan adalah tingkat ketimpangan pembangunan suatu

wilayah. Angka disparitas ini akan menggambarkan kondisi keberimbangan suatu

wilayah. Semakin tinggi disparitas, maka semakin tidak berimbangan

pembangunan suatu wilayah, artinya ada satu wilayah yang maju namun ada

wilayah lain yang tertinggal. Salah satu ciri penting dalam pembangunan wilayah

itu sendiri adalah upaya untuk mencapai keberimbangan. Pembangunan yang

berimbang yang dimaksudkan ini adalah terpenuhinya potensi-potensi

pembangunan sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah/daerah yang

jelas-jelas beragam. Dalam penelitian ini, diambil dua indikator yang diasumsikan

mampu menggambarkan tingkat disparitas pembangunan wilayah, yakni Indeks

Kemiskinan Manusia dan Indeks Williamson.

7.2.1 Indeks Kemiskinan Manusia

Untuk mengukur tingkat kemiskinan di daerah, maka dapat digunakan

suatu garis yang disebut sebagai garis kemiskinan. Garis kemiskinan ini terdiri

dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non-makanan

(GKMN). Tabel 51 akan menunjukan bagaimana perkembangan jumlah,

persentase penduduk miskin dan juga angka garis kemiskinan Kabupaten Lebak

dalam rentang tahun 2005-2008.

Page 86: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

167

Tabel 43 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin serta Garis Kemiskinan Tahun 2005-2008

Tahun Jumlah Persen (%) Garis Kemiskinan (Rp.) 2005 141.000 12,29 119,757 2006 172.440 14,55 125,277 2007 181.070 14,43 129,911 2008 156.940 12,05 160,190

Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak, Tahun 2009

Pada Tabel 51, diperlihatkan bagaimana garis kemiskinan penduduk

Kabupaten Lebak pada tahun 2008 sebesar Rp. 160.190 per kapita per bulan.

Angka ini menunjukan suatu peningkatan yang cukup signifikan dari tahun

sebelumnya yang hanya Rp. 129.911. Sejak tahun 2005, garis kemiskinan di

Kabupaten Lebak cenderung mengalami kenaikan, sama halnya dengan angka

jumlah penduduk miskin yang juga menurun di tahun 2008, walaupun ada

kenaikan dari tahun 2005 hingga 2007. Secara grafis dapat dilihat pada Gambar

30, 31 dan 32.

Terjadinya peningkatan garis kemiskinan tersebut disebabkan oleh

melonjaknya harga komoditi kebutuhan dasar di tingkat produsen yang relatif

cukup tinggi. Hal itu terlihat dengan meningkatnya angka inflasi Kabupaten

Lebak di tahun 2008 menjadi sebesar 7,58 persen dari tahun sebelumnya yang

hanya 5,70 persen.

Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak, Tahun 2009

Gambar 29 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Lebak Tahun 2005-2008

Inflasi tertinggi terjadi pada sektor angkutan dan telekomunikasi sebesar

12,63 pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar 2,48 persen.

141.000 172.440 181.070 156.940

0

50000

100000

150000

200000

2005 2006 2007 2008

Page 87: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

168

Setelah itu, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 11,50 persen

dibandingkan pada tahu sebelumnya (2007) yang hanya 7,27 persen.

Tingginya inflasi ini tidak terlepas oleh pengaruh dari kenaikkan harga

bahan bakar minyak (BBM), baik yang bersubsidi maupun tidak bersubsidi.

Kenaikkan harga BBM tentu saja diikuti oleh sektor yang sebagian besar

menggunakan BBM dalam proses produksinya. Sehingga dampak turunan tidak

langsung tersebut menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi di tahun 2008.

Selain itu, penyebab inflasi ini juga bisa saja disebabkan oleh dampak dari krisis

ekonomi global terutama berkaitan dengan harga barang-barang impor atau

barang yang bahan dasar atau suku cadangnya berasal dari impor.

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009 Gambar 30 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Lebak Tahun 2005-2008

Setelah mengetahui besarnya perkiraan batas garis kemiskinan, maka

langkah selanjutnya adalah dapat menghitung jumlah dan persentase penduduk

miskin di Kabupaten lebak, hal tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 31. Tabel

tersebut bagaimana menjelaskan perkembangan jumlah penduduk dan persentase

penduduk miskin di Kabupaten Lebak pada rentang tahun 2005-2008.

Pada jangka waktu tahun 2006-2008, penduduk miskin di Kabupaten

Lebak menunjukan penurunan, baik dalam jumlah maupun persentasenya. Bahkan

di tahun 2008 jumlah penduduk miskin mendekati jumlah pada tahun 2005 yang

kemudian kembali mengalami peningkatan pada tahun 2006 karena kenaikan

harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi.

12,29

14,55 14,4312,05

02468

10121416

2005 2006 2007 2008

Page 88: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

169

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009

Gambar 31 Angka Garis Kemiskinan Manusia Kabupaten Lebak Tahun 2005-2008

Berbagai usaha pembangunan telah dilakukan oleh Kabupaten Lebak

dalam empat tahun terakhir baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sehingga angka kemiskinan telah menunjukan angka yang semakin menurun. Hal

tersebut terlihat pada tahun 2008 penduduk miskin telah berkurang sebanyak

13,33 persen, dari sebanyak 181.070 menjadi 156.940 penduduk.

Namun demikian, hal yang kini menjadi sorotan utama Kabupaten Lebak

adalah kondisi seluruh kecamatan yang masih berada pada kuadran daerah

tertinggal jika berdasarkan Tipologi Klassen. Menurunnya angka kemiskinan ini

belum tentu menjadi indikator utama meningkatnya kinerja pelayanan publik

pemerintah daerah, tetapi bisa menjadi bumerang bagi pemerintah daerah,

khususnya pembangunan modal manusia yakni pendidikan dan kesehatan. Karena

modal manusia ini adalah suatu pembangunan yang bersifat jangka panjang,

investasi yang baru akan terasa dampaknya setelah 10-20 tahun diberlakukannya

kebijakan.

UNDP (United Nations Development Programme) membentuk Indeks

Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index) sebagai tanggapan atas

ketidakpuasan ukuran kemiskinan dengan pendekatan besarnya pendapatan per

hari. Menurut pandangan UNDP, kemiskinan manusia harus diukur dalam satuan

hilangnya tiga hal utama, yakni kehidupan (lebih dari 30 persen penduduk negara-

negara yang paling miskin cenderung hidup kurang dari 40 tahun), pendidikan

dasar (diukur oleh persentase penduduk dewasa yang buta huruf) dan keseluruhan

ketetapan ekonomi (diukur oleh persentase penduduk yang tidak memiliki akses

119.757 125.277 129.911160.190

0

50.000

100.000

150.000

200.000

2005 2006 2007 2008

Page 89: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

170

terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih ditambah persentase anak-anak

dibawah umur 5 tahun yang kekurangan berat badan).

Angka IKM menunjukan proporsi penduduk yang secara luas dipengaruhi

oleh hilangnya tiga hal utama yakni daya hidup, ilmu pengetahuan dan ketetapan

ekonomi. Angka IKM yang rendah berarti menunjukan hal yang baik. Rendahnya

IKM, berarti hal itu menunjukan sedikitnya persentase penduduk yang mengalami

kehilangan tiga hal mendasar dalam kehidupan. Sementara sebaliknya, IKM yang

tinggi menunjukan keadaan sebaliknya karena proporsi kehilangan lebih besar.

Indeks ini berlandaskan pada konsep derivasi, dimana kemiskinan dipandang

sebagai akibat tidak tersedianya kesempatan dan pilihan dalam kehidupan.

Pengukuran kemiskinan dari sudut pandang IKM seringkali lebih relevan

dibandingkan dengan kemiskinan dari sudut pandang pendapatan. Sehingga

mampu memberikan perhatian yang lebih fokus pada penyebab kemiskinan dan

secara langsung terkait dengan strategi pemberdayaan dan upaya-upaya lainnya

untuk meningkatkan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Kemiskinan dari sudut pandang pendapatan yang dinyatakan dengan

dalam bentuk proporsi penduduk yang hidup di bwah garis kemiskinan (angka

kemiskinan) mengukur derivasi relatif pada standar kehidupan yang sudah

tercapai. Sedangkan IKM mengukur derivasi-derivasi yang dapat menghambat

kesempatan yang dimiliki penduduk untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Oleh karena itu, penggabungan antara kedua ukuran ini akan menghasilkan

gambaran menarik tentang kondisi kemiskinan.

Tabel 52 telah menyajikan komponen IKM Kabupaten Lebak tahun 2002

dan 2008 serta hasil perhitungannya. Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa

IKM Kabupaten Lebak tahun 2008 mengalami penurunan dari tahun 2002, yaitu

32,43 persen pada tahun 2002 menjadi 27,09 persen pada tahun 2008. Penurunan

angka IKM ini mengindikasikan meningkatnya kesejahteraan penduduk

Kabupaten Lebak pada beberapa tahun terakhir.

Page 90: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

171

Tabel 44 IKM dan Komponennya Kabupaten lebak Tahun 2002 dan 2008 No. Komponen Ikm Tahun

2002 2008 1 % penduduk < 40 tahun 22.8 20.1 2 Angka Harapan Hidup 61.9 63.1 3 % Buta Huruf Dewasa 9.8 5.9 4 % Penduduk tanpa akses ke air bersih 65.2 54.9 5 % Penduduk tanpa akses ke Fasilitas Kesehatan 52.5 45.6 6 Balita Kurang Gizi 16.5 11

Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) 32.43 27.09 Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak, Tahun 2009

Apabila diperhatikan masing-masing indikator pembentuk indeks

komposit IKM, tampak bahwa standar hidup layak masyarakat yang diukur

melalui tiga jenis variabel masih relatif rendah. Hal tersebut ditunjukan dengan

masih tingginya persentase penduduk yang berusia pendek yang meninggal

sebelum usia 40 tahun sebesar 20,1 persen, banyaknya penduduk yang belum

memiliki akses ke fasilitas air bersih sebesar lebih dari setengah penduduk

Kabupaten Lebak (54,9 persen) dan persentase penduduk yang jarak ke fasilitas

kesehatan lebih dari 5 kilometer (km) sebesar 45,6 persen. Namun trend

perkembangan tiap komponen pembentuk IKM dari tahun 2002 dan 2008

memperlihatkan perkembangan yang cukup baik dan menggembirakan, dimana

menandakan pesatnya perkembangan pembangunan di Kabupaten Lebak

berpengaruh terhadap tingkat kesejahteran penduduknya.

7.2.2 Indeks Williamson

Melalui pengunaan nilai PDRB per kapita, maka dapat diketahui kondisi

ketimpangan atau disparitas dalam suatu wilayah. Nilai PDRB per kapita dapat

digunakan untuk mendeskripsikan ketimpangan wilayah melalui alat berupa

Indeks Williamson. Kriteria pengukuran adalah : semakin besar nilai indeks yang

menunjukan variasi produksi antar wilayah, semakin besar pula tingkat perbedaan

ekonomi dari masing-masing wilayah dengan rata-ratanya, sebaliknya semakin

kecil nilai ini maka menunjukan kemerataan antar wilayah yang baik.

Page 91: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

172

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 32 Perkembangan Indeks Williamson Kabupaten Lebak

Tahun 2005-2009

Berdasarkan perhitungan Indeks Williamson, disparitas pembangunan di

Kabupaten Lebak hingga tahun 2009 masih relatif tinggi. Saat terjadi krisis di

tahun 2008, angka disparitas di Kabupaten meningkat sangat tajam, yakni 0,711.

Hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan kondisi wialayah dalam hal ini kecamatan

dalam menanggapi terjadinya krisis akibat dari ketergantungan yang sangat tinggi

terhadap sektor primer pertanian.

Tingginya angka disparitas Indeks Williamson ini konsisten dengan

kondisi umum wilayah kecamatan-kecamatan di Kabupaten lebak. Dimana

pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita kecamatan-kecamatan sebagian besar

jauh di bawah rata-rata kecamatan. Hal itu mengindikasikan terjadinya disparitas

antar wilayah yang cukup mencolok, dimana satu kecamatan jauh tinggi

sedangkan kecamatan lainnya tetap tertinggal di belakang.

Angka disparitas yang tinggi ini dapat dikatakan sangat wajar bagi

kabupaten seperti Kabupaten Lebak. Karena secara geografis, Lebak memiliki

wilayah luas dengan tingkat keragaman wilayah yang sangat variatif. Setiap

wilayah kecamatan dikaruniai sumberdaya berbeda satu dengan lainnya, ada yang

berlimpah sumberdaya baik sumberdaya alami maupun buatan, sedangkan ada

wilayah lainnya yang kekurangan sumberdaya. Luasnya wilayah Lebak menjadi

kendala utama dalam proses pemerataan pembangunan. Kendala ini juga

ditambah dengan rendahnya aksesibilitas, sehingga mesin-mesin pertumbuhan

0,683 0,686

0,695

0,771

0,690

0,62

0,64

0,66

0,68

0,7

0,72

0,74

0,76

0,78

1 2 3 4 52009 2008 2007 2006 2005

Page 92: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

173

seperti pemberdayaan masyarakat dalam mengolah sumberdaya pertanian yang

menjadi potensi utama terhambat karena sulitnya transportasi. Akibatnya, biaya

ekonomi dalam proses produksi menjadi sangat tinggi dan mengurangi

keuntungan. Kendala aksesibilitas dan luasnya wilayah ini juga menyebabkan

terbengkalainya wilayah-wilayah yang jaraknya sangat jauh dari ibukota

kabupaten sehingga beberapa wilayah di selatan kurang diperhatikan dan

pertumbuhan pun berjalan lambat.

Faktor lain penyebab disparitas adalah terjadinya pemusatan aktivitas

ekonomi di Rangkasbitung sebagai pusat pemerintahan dimana sektor industri dan

jasa berkembang pesat. Akibatnya terjadi mobilisasi sumberdaya alam maupun

sumberdaya manusia secara besar-besaran dari luar Rangkasbitung menuju

Rangkasbitung.

Penyebab disparitas pembangunan wilayah di Kabupaten Lebak tidak

terlepas oleh pengaruh yang besar dari faktor sosial ekonomi. Faktor sosial seperti

keterampilan, tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat yang rendah di luar

Kecamatan Rangkasbitung mengakibatkan rendahnya tingkat pendapatan.

Kemudian rendahnya pendapatan ini menurunkan kualitas kesejahteraan

masyarakat. Pada akhirnya ketiga hal tersebut selamanya menjadi lingkaran setan

yang membuat sebagian besar wilayah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lebak

semakin tertinggal dan terbelakang.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini menjadi perhatian yang

sangat khusus, baik sebagai objek utama penelitian maupun fokus kebijakan

Pemkab Lebak. Dari sisi kualitas kesehatan, di tahun 2008, angka harapan hidup

sebesar 63,12 tahun, masih di bawah rata-rata Banten yang telah mencapai 64,60

tahun. Indeks kelangsungan hidup pun masuh di bawah rata-rata Banten yang

telah mencapai 66,60, Kabupaten Lebak baru mencapai 63,60.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia atau human resources

Kabupaten Lebak ini pun dilengkapi dengan rendahnya kualitas pendidikan

masyarakat yang diindikasikan dengan angka melek huruf dan rata-rata lama

sekolah. Angka melek huruf Kabupaten Lebak tahun 2008 adalah 94,10,

sedangkan pada tingkat Provinsi Banten sudah mencapai 95,60. Untuk rata-rata

lama sekolah, Kabupaten Lebak masih jauh di bawah rata-rata yakni 6,20 tahun,

Page 93: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

174

sedangkan Provinsin Banten sudah mencapai 8,10 tahun. Tingginya angka rata-

rata lama sekolah Provinsi Banten ini tidak terlepas dari masukan angka yang

tinggi dari kabupaten dan kota yang telah maju seperti Kabupaten dan Kota

Tangerang serta Kota Serang dan Kota Cilegon.

Akibat dari rendahnya tingkat kelangsungan hidup, angka melek huruf dan

rata-rata lama sekolah yang di bawah rata-rata, maka IPM Kabupaten Lebak pun

masih di bahwa banten yakni 67,10 sedangkan Banten itu sendiri sebesar 69,70.

Ketertinggalan IPM pada tingkat kabupaten pun diturunkan pada tingkat

kecamatan, dimana tingkat kualitas kesehatan dan pendidikan kecamatan di luar

Rangkasbitung masih di bawah rata-rata. Pada akhirnya, tingkat sumberdaya

manusia ini kembali mempengaruhi pendapatan per kapita tiap kecamatan dan

tentu saja angka disparitas wilayah di Kabupaten Lebak yang ditunjukan dengan

Indeks Williamson yang tinggi selama lima tahun terakhir (2005-2009).

Tingginya angka Indeks Williamson juga dilengkapi dengan masih

tingginya indeks kemiskinan manusia. Jumlah penduduk miskin suatu wilayah

secara sederhana dapat menjelaskan terjadinya disparitas pada wilayah tersebut.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lebak Tahun 2009 sebesar 12 persen,

kemudian angka disparitas sesuai dengan Indeks Williamson adalah 0,69.

7.2.3 Analisis Sumber Disparitas

Analisis sumber disparitas di Kabupaten Lebak memiliki beberapa faktor

yang diduga berpengaruh. Pertama adalah pertumbuhan PDRB yang merupakan

indikator tumbuh kembangnya suatu perekonomian. Kedua adalah IPM, dimana

IPM ini menjadi indikator tinggi atau rendahnya kualitas sumberdaya manusia.

Ketiga adalah rasio belanja infrastruktur umum, rasio ini menunjukan bagaimana

sikap pemerintah dalam mengalokasikan dananya untuk pembangunan

infrastruktur umum seperti jalan, jembatan, irigasi, sumberdaya air dan listrik.

Keempat adalah rasio belanja infrastruktur pendidikan yang menunjukan tingkat

belanja pemerintah dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur di bidang

pendidikan seperti gedung-gedung sekolah dan sarana pendukung infrastruktur

pendidikan lainnya. Kelima adalah rasio belanja infrastruktur kesehatan berupa

belanja pembangunan puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.

Page 94: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

175

7.2.3.1 Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan PDRB diduga menjadi salah satu sumber disparitas

pembangunan wilayah di Kabupaten Lebak. Selama kurun waktu tujuh tahun,

pertumbuhan PDRB mengalami angka yang cukup flusktuatif. Angka

pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2005, yakni mencapai angka 15,97,

sedangkan angka paling rendah didapat pada tahun 2009, yakni hanya mencapai

77,7 persen. Secara terperinci perkembangan dari tahun ke tahun dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 33 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009 (Persentase)

7.2.4 Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat untuk mengukur

pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Indeks

Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang merupakan rata-rata

gabungan tiga komponen penilai kualitas sumber daya manusia. Jika ketiga

komponen tersebut memiliki kualitas yang baik, maka secara otomatis sumber

daya manusianya memiliki kualitas yang baik pula. Masing-masing indeks dari

komponen IPM memperlihatkan seberapa besar tingkat pencapaian yang telah

dilakukan selama ini di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Indeks

Pembangunan Manusia dianggap menjadi salah satu penyebab disparitas karena

dianggap mencerminkan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Lebak.

11,61

9,51

15,97

11,61

10,95

11,957,77

02468

1012141618

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 95: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

176

Sumberdaya manusia itu sendiri secara jangka panjang menjadi faktor yang

mempengaruhi tingkat kesejahteraan manusia di suatu wilayah.

IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2008 mencapai 67,10 yang merupakan

rata-rata dari pencapaian indeks kelangsungan hidup/kesehatan (63,60), indeks

pengetahuan (76,51) dan indeks daya beli (61,30). Hal tersebut berarti pencapaian

pembangunan manusia di Kabupaten Lebak saat ini telah mencapai 67,10 persen

dari nilai maksimal. Dari tiga komponen penyusun IPM, terlihat jelas bahwa

pencapaian tertinggi didapat dari indeks pengetahuan. Indeks daya beli yang

merefleksikan kemampuan ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

konsumsinya memiliki pencapaian yang paling rendah. Namun rendahnya nilai

indeks daya beli ini memang secara umum juga terjadi di Provinsi Banten.

Dibandingkan pencapaian daerah-daerah lain di Provinsi Banten, IPM

Kabupaten Lebak dapat dikatakan masih tertinggal. IPM Provinsi Banten berada

pada level 69,70 yang berarti kabupaten/kota lain ada yang mencapai IPM di atas

angka 70%. Oleh karena itu masih banyak hal yang perlu dilakukan agar

pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak dapat setara dengan

daerah lain di Provinsi Banten.

Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2010

Gambar 34 Grafik Pertumbuhan IPM Kabupaten Lebak Tahun 2002-2008

Bidang pendidikan atau pengetahuan yang terdiri dari angka melek huruf

dan rata-rata lama sekolah mempunyai nilai sebesar 76,51 yang berarti pencapaian

pembangunan bidang pendidikan pada tahun 2008 mencapai 76,51 persen dari

pencapaian yang diharapkan. Sumbangan terbesar indeks komponen pendidikan

0,12

-1,3

0,64 0,660,34

0,090,36

-1,5

-1

-0,5

0

0,5

1

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 96: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

177

berasal dari AMH yang mencapai 94,10 sedangkan indeks RLS hanya sebesar

41,33. Untuk sektor kesehatan yang diwakili indeks kelangsungan hidup,

Kabupaten Lebak baru mampu mencapai angka 63,60.

Selama kurun waktu tujuh tahun, perkembangan IPM di Kabupaten Lebak

mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Angka terendah didapat pada tahun 2004

yakni turun sebesar -1,3 poin dari tahun sebelumnya. Namun meningkat kembali

pada tahun 2005 sebesar 0,64. Pada tahun-tahun berikutnya yakni tahun 2005

hingga 2008 IPM Lebak mengalami peningkatan yang cukup baik yakni berturut-

turut sebesar 0,66, 0,34, 0.09 dan 0,36.

7.2.5 Rasio Belanja Infrastruktur Umum

Rasio belanja insfrastruktur umum selama enam tahun terakhir cukup

fluktuatif, namun persentasenya beskisar tidak jauh dari angka 10 persen atau

rasio sebesar 0,1. Jumlah belanja infrastruktur umum pada tahun 2009 yang

tercantum dalam APBD adalah sejumlah Rp. 12.407.069.640 dari total APBD

sebesar Rp. 891.424.808.045. Sehingga rasio belanja infrastruktur umum tahun

2009 sebesar 0,113. Secara terperinci, perkembangan rasio belanja infrastruktur

umum Kabupaten Lebak selama kurun waktu 2003-2009 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 35 Grafik Perkembangan Rasio Belanja Infrastruktur Umum Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009 (Persentase)

12,412,3

11,2

12,3

11,2

11,411,3

10,5

11,0

11,5

12,0

12,5

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 97: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

178

7.2.6 Rasio Belanja Infrastuktur Pendidikan

Rasio belanja infrastruktur pendidikan Pemerintah Kabupaten Lebak

masih belum memberikan belanja yang cukup dalam memenuhi kebutuhan

bangunan pendidikan, dimana pada tahun 2009 saja pemerintah hanya

memberikan 0,4 persen untuk keperluan belanja infrastruktur pendidikan. Hal

tersebut secara terperinci ditunjukan pada gambar di bawah ini yang menerangkan

perkembangan rasio belanja bidang pendidikan Kabupaten Lebak selama kurun

tahun 2003 sampai 2009.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 36 Grafik Perkembangan Rasio Belanja Infrastruktur Pendidikan Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009 (Persentase)

7.2.7 Rasio Belanja Infrastruktur Kesehatan

Fasilitas kesehatan di Kabupaten Lebak dapat terbilang masih belum

mencukupi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya. Karena secara

ideal jarak terjauh masyarakat dalam menempuh fasilitas kesehatan adalah 5 km.

selain itu juga ditambah dengan rasio fasilitas kesehatan dan penduduk yang

belum mencapai titik minimum atau memenuhi standar pelayanan minimum.

0,25

0,28 0,31

0,22

0,3

0,38

0,49

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 98: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

179

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 37 Grafik Perkembangan Rasio Belanja Infrastruktur Kesehatan Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009 (Persentase)

Belum mencukupinya pelayanan tersebut tentu saja berkorelasi positif

dengan jumlah belanja yang dianggarkan pemerintah daerah. Dimana pada tahun

2009 saja rasio belanja untuk infrastruktur pelayanan kesehatan hanya 0,6 persen

dari tital APBD. Perkembangan rasio belanja infrastruktur kesehatan dalam tujuh

tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 38.

7.2.8 Estimasi Sumber-sumber Disparitas Pembangunan wilayah

Dalam pemodelan ekonometrika, terdapat beberapa faktor yang dianggap

menjadi sumber disparitas. Variabel-variabel yang diduga menjadi sumber

disparitas pembangunan wilayah adalah pertumbuhan PDRB (Y), pertumbuhan

IPM, rasio belanja insfrastuktur umum (RBIU), rasio belanja infrastruktur umum,

rasio belanja infrastuktur pendidikan (RBIP) dan rasio belanja infrastuktur

kesehatan (RBIK). Disparitas pembangunan wilayah akan menggunakan indikator

Indeks Williamson yang menunjukan disparitas atau ketimpangan dari sisi

pendapatan penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Lebak. Adapun estimasi

pemodelan secara matematis dapat dilihat di bawah ini.

ln Iw = 1,30 – 0,00242 Yt – 0,00468 IPMt – 0,0225 RBIUt – 0,124 RBIPt + 0,0135 RBIKt

0,47 0,48

0,43

0,46 0,49

0,52

0,59

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 99: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

180

Keterangan : IWt : Indeks Williamson di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t Yt : Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t IPMt : Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t RBIUt : Rasio Belanja Infrastruktur Umum di Kab. Lebak pada Tahun ke-t RBIPt : Rasio Belanja Infrastruktur Pendidikan di Lebak pada Tahun ke-t RBIKt

Variabel

: Rasio Belanja Infrastruktur Kesehatan di Kab. Lebak pada Tahun ke-t Tabel 45 Analisis Ekonometrik Regresi Berganda Sumber Disparitas

Pembangunan Wilayah di Kabupaten Lebak Koefisien t-stat Prob (t-stat)

Constant 1,301 17,64 0,000 Laju PDRB - 0,00242 - 2,90 0.004

IPM - 0,00467 - 4,74 0.000 RBIU - 0,0225 - 6,26 0.000 RBIP - 0,124 - 3,29 0.001 RBIK 0,0135 1,06 0.291

R2 72,3 F-stat 158,05

Prob (F-stat) 0,000 Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2011

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, diperoleh bahwa nilai F-hitung

untuk model sumber disparitas pembangunan adalah 158,05. Jika dibandingkan

dengan nilai F-tabel pada tingkat signifikansi 5 persen (2,90), nilai F-hitung yang

diperoleh untuk model tersebut lebih besar dari ketiga tingkat signifikansi

tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan PDRB, IPM, rasio

belanja infrastruktur umum, rasio belanja infrastruktur pendidikan dan rasio

belanja infrastruktur kesehatan secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat

disparitas yang dinilai melalui Indeks Williamson di Kabupaten Lebak.

Setelah diketahui bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen, maka dilakukan penyelidikan lebih

lanjut untuk mengetahui secara spesifik variabel manakah yang berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pekerluan tersebut, dilakukan

pengujian koefisien regresi secara individual (testing individual coefficient).

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel model ekonometrika, maka nilai thitung

dari pertumbuhan PDRB, pertumbuhan IPM, rasio belanja infrastruktur umum

dan rasio belanja infrastuktur pendidik lebih besar dari ttabel (t0,025) sebesar 2,571

sehingga berpengaruh secara siginifikan terhadap disparitas pembangunan

Page 100: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

181

wilayah. Rasio belanja infrastruktur kesehatan tidak menjadi salah satu sumber

disparitas karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (t0,025

Rasio belanja infrasruktur umum menjadi salah satu sumber utama

terjadinya disparitas pembangunan wilayah. Infrastruktur umum yang dimaksud

adalah berupa jalan, jembatan, listrik, saluran irigasi dan sumberdaya air bersih.

).

Pada perhitungan model dapat diketahui bahwa variabel rasio belanja

infrastruktur pendidikan (RBIP) memberikan pengaruh paling besar terhadap

menurunnya angka disparitas, yakni 0,125. Karena model menggunakan ln, maka

hal tersebut mempunyai arti bahwa apabila terjadi peningkatan RBIP pada tingkat

kabupaten sebesar 1 persen, maka Indeks Williamson akan menurun sebesar

0,125. Variabel independent lainnya yang juga mempengaruhi penurunan Indeks

Williamson secara berturut-turut adalah RBIU (0,0225), pertumbuhan IPM

(0,00467) dan pertumbuhan PDRB (0,00242).

Analisis Sumber-sumber Disparitas Pembangunan wilayah

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak secara sisitematis akan ikut

menurunkan tingkat disparitas pembangunan wilayah (Indeks Williamson).

Ketimpangan proporsional pada PDRB per kapita secara signifikan menjadi salah

satu sumber ketimpangan pembangunan yang diukur dengan Indeks Williamson

di Kabupaten Lebak. Oleh karena itu, agar tingkat ketimpangan pembangunan

mampu ditekan sekecil mungkin, maka tidak ada langkah lain kecuali dengan

meningkatkan pertumbuhan PDRB dan juga memperkecil tingkat proporsional

pada PDRB per kapita tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Lebak.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah dengan meningkatnya IPM

Kabupaten Lebak maka secara sisitematis akan menurunkan tingkat disparitas

pembangunan wilayah (Indeks Williamson). Pertumbuhan IPM ini secara

signifikan menjadi salah satu sumber terjadinya ketimpangan di Kabupaten

Lebak. Rendahnya angka IPM di Lebak menyebabkan tingginya tingkat disparitas

pembangunan wilayah. Oleh karena itu, agar angka disparitas menurun maka

langkah yang bisa diambil oleh Pemkab Lebak adalah dengan cara meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia yang dihitung melalui IPM. Bukan hanya kualitas

saja, namun penyebaran yang lebih merata kualitas manusia yang berdaya di

masing-masing kecamatan pun harus tetap diperhatikan.

Page 101: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

182

Hubungan sebab akibat yang didapat adalah dengan adanya peningkatan rasio

belanja dalam infrastruktur umum, maka secara sisitematis akan menurunkan

tingkat disparitas pembangunan wilayah (Indeks Williamson). Dengan

pembangunan infrastruktur utama seperti jalan yang menghubungkan satu wilayah

dengan wilayah lainnya dalam lingkup Kabupaten Lebak akan menjadi stimulus

tak langsung proses pembangunan lokal. Membaiknya akses transportasi akan

memberikan dampak yang cukup baik terhadap perkembangan investasi di Lebak

khususnya di bagian selatan yang selama ini sulit dicapai. Tumbuhnya investasi

ini akan menjadi dorongan kuat dalam peningkatan kapasitas ekonomi lokal yang

selanjutnya mampu meningkatkan PDRB per kapita kecamatan.

Rasio belanja infrastruktur pendidikan (RBIP) Kabupaten Lebak menjadi

salah satu sumber utama terjadinya ketimpangan pembangunan. Dalam penjelasan

pada bab pelayanan publik pendidikan dapat terlihat bahwa terjadi rasio

perbandingan infrastruktur sekolah antara wilayah utara dengan selatan. Sehingga

agar mampu menekan tingkat disparitas, maka salah satu kebijakan yang dapat

dijalankan adalah dengan cara meningkatkan belanja di bidang infrastrktur

pendidikan di wilayah-wilayah yang hingga saat ini benar-benar memerlukan

bantuan dan tambahan bangunan sekolah.

Rsio belanja infrastruktur kesehatan tidak berpengaruh nyata terhadap

tingkat diaparitas pembangunan wilayah yang diukur dengan Indeks Williamson

tingkat Kabupaten Lebak, sehingga rasio belanja infrastruktur di bidang kesehatan

merupakan bukan sumber utama terjadinya ketimpangan pembangunan di

Kabupaten Lebak.

Pada hasil perhitungan dari pemodelan sumber-sumber disparitas terlihat

bahwa rasio belanja infrastruktur umum dan pendidikan mampu menurunkan

angka disparitas. Hasil ini berhubungan erat dengan pembahasan sebelumnya

terkait dengan pengaruh pelayanan publik terhadap IPM. Hubungan yang terlihat

adalah dengan meningkatkan rasio bangunan sekolah pada pemodelan maka akan

meningkatkan rasio belanja infrastruktur, selanjutnya peningkatan insfrastruktur

ini akan menurunkan tingkat disparitas. Alokasi anggaran yang lebih tepat

seharusnya dapat diberikan kepada kecamatan-kecamatan dengan IPM rendah dan

rasio infrastruktur rendah.

Page 102: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

183

7.3 Keterkaitan Kualitas Sumberdaya Manusia, Struktur Ekonomi dan

Disparitas Pembangunan Wilayah

Pelayanan publik di Kabupaten Lebak memiliki keterkaitan yang sangat

erat dengan kualitas sumberdaya manusia yang ada. Kenyataan yang terjadi

menerangkan bahwa pelayanan publik dalam bidang pendidikan dan kesehatan

masih di bawah rata-rata. Masih banyak kekurangan dalam hal insfrastruktur dan

juga tenaga pelayan baik tenaga pendidik maupun tenaga kesehatan. Selain itu,

apabila ditinjau dari sisi penilaian sikap masyarakat, kinerja pelayanan publik

pendidikan dan kesehatan masih kurang memuaskan. Akibatnya, IPM Lebak

hingga tahun 2008 masih di bawah rata-rata Provinsi Banten, yakni 67,10 dengan

usia harapan hidup 63 tahun dan rata-rata lama sekolah 6,2 tahun atau setingkat

sekolah dasar. Setelah dianalisis dengan pemodelan ekonometrika, kualitas

sumberdaya manusia yang ditunjukan oleh IPM ini dipengaruhi oleh rasio

bangunan dan guru SD, SMP dan SMA. Dari keenam faktor tersebut, terdapat tiga

faktor yang secara positif ikut meningkatkan IPM yakni rasio bangunan SD dan

SMP serta rasio guru SD. IPM tersebut juga dipengaruhi oleh pelayanan

kesehatan berupa rasio bangunan puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit,

dokter, perawat dan bidan, namun faktor yang secara positif meningkatkan IPM di

Kabupaten Lebak adalah rasio puskesmas, rumah sakit, dokter dan bidan.

Keterkaitan selanjutnya dalam penelitan adalah antara kualitas sumberdaya

manusia itu sendiri terhadap struktur perekonomian dan tingkat disparitas di

Kabupaten Lebak. Kondisi umum sumberdaya manusia yang dirujuk berdasarkan

angka IPM ini memberikan warna tersendiri yang cukup khas terhadap struktur

ekonomi wilayah. Hingga tahun 2009, PDRB Kabupaten Lebak sebesar 7,3 triliun

rupiah dengan rata-rata per kapita 5,8 juta per tahun. Angka PDRB per kapita

Lebak termasuk di bawah rata-rata apabila dibandingkan denga standar

penghasilan menurut World Bank yang mengharuskan seorang berpenghasilan

sebesar Rp. 20.000 per hari atau setara dengan 7,2 juta per tahun. Rendahnya

penghasilan penduduk Lebak sangatlah wajar, karena hal tersebut disebabkan oleh

rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Rendahnya tingkat pendidikan akan

menyebabkan penduduk sulit untuk mencari pekerjaan yang ber-salary tinggi,

pilihan untuk mencapai penghidupan yang layak pun mau tak mau ikut terbatas.

Page 103: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

184

Sama halnya dengan tingkat kesehatan yang rendah, ikut menyumbangkan

produktivitas pekerja yang kurang optimal. Alhasil, pendapatan per kapita

penduduk pun masih di bawah rata-rata standar internasional. Selain itu, kondisi

PDRB tersebut ikut mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi, dimana dalam

lima tahun terakhir, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lebak mengalami tren

pertumbuhan yang negatif, di tahun 2009 LPE lebak sebesar 7,7 persen.

Dengan kondisi sumberdaya manusia yang secara pendidikan setingkat

dengan sekolah dasar, maka hal tersebut cukup mempengaruhi sebaran tenaga

kerja yang ada di Lebak. Tenaga kerja yang ada sebagian besar menempati sektor-

sektor primer. Hal tersebut terlihat dari analisis Location Quotient yang

menerangkan bahwa terdapat enam sektor yang menjadi basis seperti pertanian,

jasa-jasa, perdagangan, hotel dan restoran, bangunan dan konstruksi, keungan,

sewa dan jasa perusahaan, serta pertambangan dan penggalian. Di antara beberapa

sektor basis tersebut yang masih paling dominan adalah pertanian primer. Hal ini

menunjukan bahwa ciri-ciri karakteristik penduduk Lebak yang masih memiliki

level pendidikan cukup rendah, sehingga sektor yang paling banyak memberikan

sumbangan adalah pertanian primer, dimana menyumbangankan angka 38 persen

terhadap PDRB Lebak di tahun 2009.

Kaitan lainnya antara kualitas sumberdaya manusia dengan struktur

ekonomi dapat dilihat pada keragaan struktur perekonomian yang dianalisis

menggunakan Tipologi Klassen. Dengan tingkat sumberdaya manusia Kabupaten

Lebak yang ada saat ini, berdasarkan hasil dari analisis Tipologi Klassen dapat

dijelaskan bahwa hampir 80-90 persen kecamatan di Lebak termasuk dalam

daerah yang relatif tertinggal. Pada tahun 2009, sebanyak 26 kecamatan dari total

28 kecamatan termasuk ke dalam daerah yang relatif tertinggal. Hanya ada dua

kecamatan yang cukup baik, itu pun termasuk ke dalam daerah yang relatif

tertekan karena memiliki pendapatan tinggi namun pertumbuhan rendah, yakni

Kecamatan Rangkasbitung dan Kalang Anyar. Khusus Kalang Anyar, walaupun

termasuk ke dalam wilayah dengan pendapatan tinggi namun pertumbuhan

rendah, namun pada hakikatnya kecamatan ini sebelumnya adalah bagian dari

Rangkasbitung sebelum memekarkan diri pada tahun 2007. Status ketertinggalan

Page 104: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

185

wilayah ini menandakan bahwa sebagian besar wilayah di Lebak memiliki angka

pendapatan yang relatif rendah dengan pertumbuhan yang rendah pula.

Kualitas sumberdaya manusia juga selanjutnya akan mempengaruhi

tingkat kesejahteraan melalui Indeks Kemiskinan Manusia. Jumlah penduduk

miskin Kabupaten Lebak pada tahun 2008 masih tergolong sangat tinggi yakni

sebanyak 156.940 jiwa atau setara dengan 12,05 persen dari total penduduk.

Angka penduduk miskin di Lebak ini disebabkan oleh sebagian besar penduduk

yang masih memiliki tingkat pendidikan rendah, akibatnya mereka kesulitan

untuk bisa mendapatakan pekerjaan yang layak. Dengan pekerjaan yang kurang

layak seperti buruh kasar atau buruh tani, maka penghasilan mereka pun cukup

rendah. Dengan rendahnya penghasilan mereka akan kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan sebagian besar penghasilan tersebut hanya bisa digunakan

untuk kebutuhan-kebutuhan dasar saja. Garis kemiskinan penduduk Lebak di

tahun 2009 telah mencapai angka Rp. 160.190. Angka tersebut dapat

diterjemahkan bahwa penduduk yang memiliki penghasilan per bulan lebih kecil

dari Rp. 160.190 akan termasuk ke dalam penduduk miskin.

Keterkaitan terakhir adalah hubungan antara pengaruh kualitas

sumberdaya manusia yang dilihat dari IPM terhadap angka Indeks Williamson.

Selama lima tahun terakhir, Indeks Williamson mengalami angka yang fluktuatif,

namun apabila diambil garis regresi, angka tersebut cenderung mengalami

peningkatan. Di tahun 2009 angka disparitas masih sangat tinggi yakni 0,69,

sedangkan pada tahun 2008 angka tersebut jauh lebih tinggi yakni 0,77 karena

dampak dari krisis ekonomi global yang berimbas pada perekonomian daerah.

Berdasarkan perhitungan dari analisis regresi berganda, didapatkan bahwa angka

perkembangan IPM signifikan menjadi sumber disparitas di Lebak. Meningkatnya

IPM akan menurunkan angka disparitas pembangunan wilayah (Indeks

Williamson) di Kabupaten Lebak. Beberapa faktor lain yang juga ternyata

menjadi sumber disparitas dan apabila meningkat akan menurunkan menurunkan

angka disparitas adalah pertumbuhan PDRB, rasio belanja infrastruktur umum,

dan pendidikan.

Pengaruh negatif dari faktor-faktor indikator pembangunan yang

seharusnya diprediksi mampu menurunkan angka disparitas adalah fenomena

Page 105: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

186

yang sangat wajar. Hal tersebut disebabkan karena proses pembangunan yang

telah dilaksanakan selama ini masih belum merata. Dimana wilayah yang lebih

banyak mendapatkan perhatian adalah wilayah utara, sedangkan wilayah di

selatan masih belum mendapatkan porsi yang seharusnya. Akibatnya,

pembangunan yang dilaksanakan justru hanya akan memperlebar jurang pemisah

antara wilayah utara dengan selatan, atau dengan kata lain angka disparitas akan

semakin meningkat. Oleh karena itu, agar mampu menurunkan angka disparitas

pembangunan, maka langkah utama yang harus dijalankan adalah segera

mengimplemetasikan pemerataan pembangunan. Wilayah utara dan selatan harus

dibanguan sebagaimana porsinya.

Dengan diketahuinya peran IPM terhadap perkembangan perekonomian

Lebak seharusnya pemerintah segara melakukan langkah-langkah strategis untuk

meningkatkan IPM. Tentu saja, meningkatnya kualitas sumberdaya manusia

tersebut akan memberikan dampak turunan atau lebih popular disebut dengan

multiplier effect terhadap perkembangan pembangunan daerah, khususnya di

Kabupaten Lebak yang tengah berbenah dan berhias diri agar mampu bangkit dari

keterpurukan.

Page 106: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

187

BAB VIII

STRATEGI ALTERNATIF KEBIJAKAN

Strategi alternatif kebijakan terbagi dalam tiga tahap, yakni tahap input,

tahap pemaduan dan tahap keputusan. Pertama, tahap input merupakan tahap awal

dalam kerangka kerja perumusan strategi. Pada tahap ini, hasil audit lingkungan

internal dan eksternal Kabupaten Lebak dikembangkan untuk menyusun matriks

IFE dan EFE. Kedua, tahap pemaduan menggunakan informasi yang diturunkan

dari tahap input untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan

kekuatan dan kelemahan internal. Pemaduan faktor-faktor strategis ini merupakan

kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak dan kelak memberikan

perkembangan positif dalam pembangunan wilayah yang terdesentralisir di

Kabupaten Lebak. Tahapan ini akan menggunakan analisis yang sering disebut

dengan analisis SWOT.

Langkah selanjutnya dalam perumusan strategi alternatif adalah tahap

keputusan dengan analisis QSPM. Dengan QSPM ini akan ditentukan peringkat

strategi sebagai acuan prioritas strategi yang akan diimplementasikan. Penentuan

peringkat ini merupakan tahapan akhir dalam perumusan strategi alternatif

kebijakan pembangunan. Penentuan peringkat ini dilakukan dengan pemberian

daya tarik relatif strategi-strategi yang telah dihasilkan oleh analisis SWOT

dengan menggunakan analisa Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Dengan adanya pembobotan nilai sesuai dengan penilaian stakeholder tersebut

diharapkan kebijakan alternatif yang didapat pun memiliki tingkat efektifitas lebih

baik dalam melakukan perbaikan pembangunan.

8.1 Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation )

Analisis matriks IFE dan EFE dilakukan untuk mengkuantifikasi secara

subjektif faktor-faktor strategis internal dan eksternal. Faktor-faktor strategis

tersebut kemudian diberi rating dan bobot oleh responden yang dianggap memiliki

banyak pengetahuan tentang kondisi pelayanan publik pendidikan dan kesehatan

di Kabupaten Lebak, sehingga alternatif kebijakan diharapkan akan lebih tajam

dan mengenai terhadap permasalahan utama di Kabupaten Lebak.

Page 107: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

188

Total skor IFE menurut perhitungan adalah sebesar 2,079. Angka ini

menunjukan bahwa Kabupaten Lebak memiliki kondisi dan kemampuan internal

yang rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan. Dengan

kondisi ini Lebak sebetulnya mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa

mengatasi segala kendala yang ada baik dalam hal pengembangan sumberdaya

manusia sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dan wawancara yang dilakukan

terhadap stakeholder, maka dapat diketahui beberapa faktor-faktor strategis

internal utama yang berpengaruh di Kabupaten Lebak. Tiga kekuatan utama yang

memiliki nilai tertinggi adalah Kabupaten Lebak memiliki potensi yang cukup

besar dalam sektor pertanian, perikanan dan perkebunan (0,243), terdapat enam

sektor utama yang menjadi sektor basis di Kabupaten Lebak (0,238) dan industri

pengolahan dan perdagangan mulai meningkat aktivitas dan distribusinya

terhadap PDRB (0,191). Pada sisi lainnya, terdapat tiga faktor kelamahan utama

yakni baru terpenuhinya 60 persen wilayah yang telah tersedia energi listrik PLN

(0,148) lalu kemudian disusul oleh tingginya angak disparitas pembangunan

wilayah yang ditunjukan oleh Indeks Wiliamson dan hampir 90 persen wilayah

termasuk ke dalam daerah yang relatif tertinggal (0,137), dan aksesibilitas

transportasi terkendala dengan rusaknya jalan utama (0,122).

Kekuatan internal mengenai Kabupaten Lebak memiliki potensi yang

cukup besar dalam sektor pertanian, perikanan dan perkebunan mendapatkan skor

yang cukup besar sangatlah wajar. Karena hingga tahun 2009, distribusi sektor

pertanian terhadap PDRB masih sangat tinggi, yakni 38 persen. Secara geografis,

kondisi tanah Lebak sangat cocok untuk berbagai pengembangan komoditas

pertanian unggulan, mulai dari tanaman utama, hortikultura hingga tanaman

perkebunan. Selain itu, dalam RPJMD Lebak, pertanian memang telah dijadikan

sebagai salah satu platform pembangunan.

Page 108: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

189

Tabel 46 Matriks IFE Pembangunan Wilayah Sumberdaya Manusia Kabupaten Lebak Tahun 2010

No Faktor Strategis Internal

Bobot (A)

Rating (B)

Skor (AxB)

Kekuatan

1 Kabupaten lebak memiliki potensi yang cukup besar dalam sektor pertanian, perikanan dan perkebunan

0.064 3.8 0.2432

2 Adanya beasiswa khusus bagi mahasiswa berprestasi, khususnya mahasiswa kedokteran di universitas negeri

0.069 2.4 0.1656

3 Industri pengolahan dan perdagangan mulai meningkat aktivitas dan distribusinya terhadap PDRB

0.053 3.6 0.1908

4

Terdapat enam sektor utama yang menjadi sektor basis di kabupaten lebak, yakni pertanian, jasa-jasa, perdagangan, bangunan/konstruksi, keuangan, dan pertambangan/penggalian

0.068 3.5 0.238

5 Fokus utama Pemerintah daerah Kabupaten Lebak dalam bidang pendidikan dan kesehatan tercantum dalam RPJMD

0.058 2.3 0.1334

Kelemahan

1 IPM Kabupaten Lebak masih di bawah rata-rata Provinsi Banten 0.052 2 0.104

2

Kualitas dan kuantitas tenaga kependidikan dan kesehatan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal seperti guru, dokter, bidan dan perawat

0.057 1.8 0.1026

3 Fasilitas Bangunan sektor pendidikan dan kesehatan belum memberikan pelayanan yang optimal

0.064 1.6 0.1024

4 Belum terpenuhinya sarana-prasarana pendukung kegiatan belajar dan pelayanan kesehatan

0.078 1.3 0.1014

5 Aksesibilitas transportasi terkendala dengan rusaknya jalan utama 0.061 2 0.122

6 Baru 60 persen wilayah yang telah tersedia energi listrik (PLN) 0.087 1.7 0.1479

7

Tingginya angka disparitas Pembangunan wilayah yang ditunjukan oleh Indeks Williamson dan 90 persen wilayah termasuk ke dalam daerah yang relatif tertinggal

0.076 1.8 0.1368

8 Tingginya angka kemiskinan yang ditunjukan oleh Indeks Kemiskinan Manusia 0.065 1.2 0.078

9 Rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap performance pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan

0.063 1.9 0.1197

10 Rendahnya pendapatan per kapita penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi 0.085 1.1 0.0935

Total Keseluruhan 1 2.0793 Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Page 109: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

190

Dalam perhitungan IFE ini, Lebak memiliki paling banyak kelemahan,

dimana yang sebetulnya menjadi dalah satu permasalah yang cukup pelik adalah

rendahnya angka IPM Lebak. Dari tahun ke tahun IPM Lebak selalu tertinggal

dan hampir dipastikan menempati posisi juru kunci apabila dibandingkan dengan

kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten. Rendahnya IPM ini pun menempati

posisi kelima dalam perhitungan matriks IFE, hal tersebut menunjukan bahwa

pembangunan sumberdaya manusia di Lebak memang belum berjalan

sebagaimana mestinya. Pelayanan baik dari sisi fasilitas bangunan maupun

aparatur publik yang memberikan pelayanan masih belum memberikan pelayanan

yang optimal, sehingga kualitas sumberdaya manusia di Lebak cenderung

tertinggal dari wilayah lain.

Kondisi yang cukup memprihatinkan tentu saja tingginya angka

kemiskinan yang ditunjukan oleh Indeks Kemiskinan Manusia. Hingga tahun

2008, jumlah penduduk miskin masih di atas 10 persen. Penilaian kuesioner pun

menempatkan faktor ini sebagai kelemahan yang menempati posisi terakhir. Hal

ini menunjukan bahwa pemerintah masih belum serius dalam menangani

permasalahan penduduk miskin. Selain itu, kondisi ini juga mencitrakan bahwa

pendapatan masyarakat masih cukup rendah dan belum tersedianya lapangan

pekerjaan baru yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga pada

akhirnya akan mampu menekan jumlah penduduk miskin.

Kekuatan internal yang memiliki skor terkecil menurut matriks IFE adalah

fokus utama Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak dalam bidang pendidikan dan

kesehatan. Kekuatan internal ini pada dasarnya merupakan kekuatan utama karena

terkait dengan kebijakan pemerintah yang mendukung program peningkatan

kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu pemerintah daerah seharusnya

kembali mefokuskan diri dalam mengembangkan sumberdaya manusia agar

secara jangka panjang akan meningkatkan tingkat kesejahteraan. Implemetasi

kebijakan dalam RPJMD tentu saja akan menjadi solusi konstruktif dalam

peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang terlihat dalam IPM Kabupaten

Lebak.

Page 110: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

191

8.2 Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation)

Total skor IFE menurut perhitungan adalah sebesar 2,392. Angka ini

menunjukan bahwa Kabupaten Lebak memiliki kondisi dan kemampuan internal

yang sedang dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Keadaan

yang ditunjukan oleh mastriks IFE tentu saja memberikan banyak peluang bagi

Lebak agar bisa meningkatkan secara signifikan kualitas sumberdaya manusia

yang adal. Begitu pula dengan ancaman yang ada masih bersifat klasik dan hampir

terjadi pada seluruh wilayah lainnya di luar Lebak, seharusnya Lebak bisa lebih

banyak belajar dari tempat lain agar mampu mengatasi ancaman tersebut.

Tabel 47 Matriks IFE Pembangunan Wilayah Sumberdaya Manusia Kabupaten Lebak Tahun 2010

No Faktor Strategis Eksternal

Bobot (A)

Rating (B)

Skor (AxB)

Peluang

1 Adanya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 0.083 3.6 0.2988

2 Jaminan kesehatan masyarakat miskin 0.092 3.9 0.3588

3 Peluang block grand pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan dari pemerintah pusat 0.091 3.2 0.2912

4 Kerjasama dengan pihak swasta/investor dalam mengambangkan industri pengolahan 0.088 2.9 0.2552

5 Program bantuan pengentasan masyarakat miskin 0.099 2.6 0.2574

6 Tingginya permintaan terhadap komoditas pertanian dan hasil olahannya 0.081 3.4 0.2754

Ancaman 1 Dampak perekonomian global 0.097 1.7 0.1649

2

Diskoordinasi program perencanaan pembangunan dengan kabupaten yang berhubungan erat secara spasial dengan Kabupaten Lebak

0.094 1.2 0.1128

3 Bencana alam potensial (tsunami, gempa bumi, banjir, longsor, dll) 0.089 1.1 0.0979

4 persaingan antar daerah dalam menghasilkan komoditas pertanian maupun bahan olahan 0.092 1.4 0.1288

5 Kendala investasi yang masih rendah 0.094 1.6 0.1504 Total Keseluruhan 1 2.3916

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dan wawancara yang dilakukan

terhadap stakeholder, maka dapat diketahui beberapa faktor-faktor strategis

internal utama yang berpengaruh di Kabupaten Lebak. Lebak memiliki tiga

peluang utama yang memiliki nilai tertinggi adalah jaminan kesehatan masyarakat

miskin (0,3588), adanya program bantuan operasional sekolah (0,299) dan

Page 111: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

192

banyaknya peluang block grand pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan

dari pemerintah pusat (0,291). Pada sisi lainnya, terdapat tiga faktor ancaman

utama yakni dampak perekonomian global (0,165), kendala investasi yang masih

rendah (0,150) dan adanya persaingan antar daerah dalam menghasilkan

komoditas pertanian maupun bahan olahan (0,123).

Peluang utama dari faktor strategis berupa jaminan kesehatan masyarakat

miskin merupakan faktor yang sangat tepat dalam meningkatkan tingkat kesehatan

masyarakat. Dampak lanjutannya tentu akan meningkatkan IPM kabupaten secara

jangka panjang. Dengan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin ini akan

sangat bermanfaat bagi masyarakat level bawah. Karena justru masalah utama dari

masyarakat menengah ke bawah ini adalah akses mereka terhadap pelayanan

kesehatan. Sudah diketahui bersama bahwa biaya untuk bisa mendapatkan

pelayanan kesehatan sangat tinggi dan akhirnya sulit diakses oleh masyarakat

yang kurang mampu.

Sama halnya dengan peluang adanya program bantuan operasional sekolah

yang memberikan banyak manfaat. Bantuan operasional sekolah ini khusus

diberikan untuk sekolah dasar dan menengah pertama. Dimana dengan adanya

BOS, sekolah dasar dan sekolah menengah pertama akan diberikan pelayanan

secara gratis kepada seluruh masyarakat. Program ini tentu akan mampu

menstimulus jumlah peserta didik. Karena masyarakat yang sebelumnya kesulitan

untuk mengkases layanan pendidikan akan dipermudah karena akan dibebaskan

biaya pendidikan hingga sekolah menengah pertama. Selanjutnya, apabila

program ini berjalan dengan sukses, tentu akan ikut meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia yang terlihat pada angka IPM Kabupaten Lebak.

Kendala ancaman yang selama ini dihadapi oleh Kabupaten Lebak adalah

dampak dari perekonomian global. Sistem perekonomian global ini menjadi

momok ancaman yang sangat meresahkan masyarakat. Karena naik turunnya

perekonomian dunia akan berpengaruh langsung padi tingkat harga baik harga

ongkos produksi maupun harga jual komoditas. Kejadian menurun laju

perekonomian secara drastis pada beberapa kecamatan di tahun 2008 bukan lain

disebabkan oleh menurunnya perekonomian global atau saat itu terjadi depresi

ekonomi secara internasional. Akibatnya wilayah yang menggantungkan hidupnya

Page 112: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

193

pada sektor-sektor pimer mengalami dampak negatif yang luar biasa. Akibatnya,

laju pertumbuhan ekonomi turun secara drastis dengan angka minus di atas 20

persen dan angka disparitas semakin meningkat hampir mencapai angka 0,8.

Pada konteks lainnya, Lebak bukan berarti sama sekali tertutup peluang

untuk bisa menghadapai segala macam ancaman yang menyulitkan. Kenyataanya,

Kabupaten Lebak memiliki satu peluang yang sangat bagus dan dalam

perhitungan EFE mendapatkan angka yang paling kecil, yakni peluang dalam

kerjasama dengan pihak swasta/investor dalam pengembangan industri

pengolahan. Kerjasama dalam pengembangan industri pengolahan berbasis

kearifan lokal ini akan menjadi faktor yang cukup besar dalam meningkatkan

perekonomian daerah. Dalam satu hal akan meningkatkan nilai tambah dan pada

hal lainnya akan menyerap tenaga kerja daerah.

8.2.1 Analisis Matriks I-E (Internal-External)

Hasil analisis matriks IE diperoleh dari pemetaan skor total IFE dan skor

total EFE pada matriks IE. Total skor IFE yang diperoleh adalah sebesar 2,078

dan skor total untuk EFE sebesar 2,392. Total skor IFE diletakan pada sumbu x

(horizontal) dan total skor EFE pada sumbu y (vertikal). Hasil pemetaan kedua

skor tersebut menghasilkan infornasi penting berupa posisi Kabupaten Lebak ada

pada sel (kuadran) ke V. Arti penting berupa posisi di sel ke V tersebut

menunjukan bahwa Kabupaten Lebak ada pada posisi jaga dan pertahankan (hold

dan maintain). Segala kekuatan dan kelemahan pada internal serta peluang dan

ancaman pada eksternal harus disikapi dengan seksama dan mampu menjaga itu

semua. Tujuan utamanya tentu saja agar mampu mempercepat proses

desentralisasi pembangunan dimana akan meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia dan akhirnya meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Lebak itu sendiri. Adapun hasil dari analisis matriks IE dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Page 113: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

194

Total Rata-rata Tertimbang IFE

Kuat (3,00-4,0) Rata-rata (2,0-2,99) Lemah (1,0-1,99)

4,0 2,0 3,0 1,0

Tota

l Rat

a-ra

ta T

ertim

bang

EFE

Tinggi (3,00-4,0)

4,0

I II

II

Sedang (2,0-2,99)

2,0

IV V VI

Lemah (1,0-1,99)

3,0

VII VIII IX

1,0

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 38 Hasil Analisis Matriks Internal-Eksternal (I-E) Pembangunan

Sumberdaya Manusia di Kabupaten lebak

Berdasarkan hasil analisis di atas, formasi kondisi pembangunan

sumberdaya manusia berada pada sel ke V, artinya juga Kabupaten Lebak berada

pada kondisi internal rata-rata dan respon terhadap faktor-faktor eksternal yang

dihadapi tergolong sedang. Pemerintah Kabupaten Lebak diharapkan semakin

sensitif dan proaktif dalam memberikan respon terhadap faktor-faktor strategis

eksternal dan semakin berupaya memperkuat potensi kekuatan internalnya.

Strategi dan kebijakan yang sedang dijalankan harus bisa terus dievaluasi dan

diperbaiki sehingga mampu mengekstraksi kebijakan yang tepat guna dan

mengakselerasi proses desentralisasi pembangunan di Kabupaten Lebak. Di saat

yang akan mendatang, diharapkan posisi Kabupaten Lebak dapat terus bergerak

menuju ke sel II, IV dan kemudian puncaknya pada sel ke-I, yang berarti faktor-

faktor strategis internal maupun eksternal sama-sama dalam kondisi kuat.

8.2.2 Analisis SWOT

Strategi alternatif pengembangan human resources atau sumberdaya

manusia wilayah tertinggal di Kabupaten Lebak akan menggunakan analisis

SWOT. Melalui analisis SWOT ini, akan dianalisis beberapa akar utama

permasalahan yang terjadi dan solusi penyelesaian. Dimana pada intinya, SWOT

Page 114: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

195

ini menganalisis faktor internal dan eksternal, baik yang positif maupun negatif

dalam proses pembangunan wilayah.

Berdasarkan analisis SWOT, maka akan mengevaluasi secara kualitatif

berdasarkan data yang tersedia berupa Strengths (kekuatan), Weaknesses

(kelemahan), Opportunities (kesempatan) dan Threats (peluang) pembangunan

sumberdaya manusia di Kabupaten Lebak. Analisis SWOT tersebut dibentuk

berdasarkan pertimbangan atas matriks IFE dan EFE yang terdiri dari empat

strategi yakni S-O (Strengths-Opportunities), W-O (Weaknesses-Opprtunities),

S-T (Strengths-Threats) dan yang keempat adalah strategi W-T (Weaknesses-

Threats).

8.2.2.1 Strategi Strengths-Opportunities (S-O)

Strategi S-O bagi Kabupaten Lebak dirumuskan dengan memperhitungkan

kekuatan internal seperti terdapat pada hasil analisis IFE untuk memanfaatkan

peluang eksternal yang terdapat pada hasil analisis EFE. Adapun hasil alternatif

strategi adalah sebagai berikut :

1. Perancangan program agroindustri agar mampu meningkatkan nilai tambah

produksi komoditas pertanian, perikanan dan perkebunan dengan sinergisasi

investasi yang saling menguntungkan.

2. Pembinaan siswa dan mahasiswa berprestasi agar diarahkan untuk mengenyam

pendidikan yang erat hubungannya dengan tenaga pendidik dan kesehatan

3. Lebak seharusnya memiliki komoditas unggulan yang bisa menjadi icon dan

pondasi utama pembangunan ekonomi.

4. Implementasi dan evaluasi RPJMD khususnya yang berfokus pada

pembangunan pendidikan dan kesehatan

8.2.2.2 Strategi Weaknesses-Opportunities (W-O)

Berbagai kelemahan internal Kabupaten Lebak dapat ditangani dengan

memanfaatkan peluang eksternal yang telah tersedia, sehingga akan tercipta

strategi dalam menangani kelemahan tersebut agar wilayah mampu berkembang

lebih cepat. Kelemahan internal Kabupaten merupakan suatu faktor bahan

evaluasi untuk kemudian bisa diperbaiki ke depannya, walaupun dengan proses

Page 115: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

196

yang terbilang tidak mudah, namun tetap mungkin untuk dilakukan. Hal tersebut

dapat diwujudkan melalui strategi berikut ini :

1. Optimalisasi bantuan operasioanal sekolah agar bisa meningkatkan rata-rata

lama sekolah

2. Pendataan kembali masyarakat miskin agar jaminan kesehatan masyarakat

miskin mampu terdistribusi dengan baik

3. Memberikan dorongan kepada sekolah-sekolah dan dinas kesehatan agar bisa

mendapatkan bantuan block grand fasilitas pendidikan dan kesehatan

4. Menurunkan angka kemiskinan dengan program pembinaan kelompok

mandiri

5. Memperluas jaringan listrik hingga pelosok daerah yang belum terjangkau

6. Memperbaiki aksesibilitas transportasi jalan darat agar mampu meningkatkan

minat investasi dan merangsang aktivitas perekonomian lainnya antar wilayah

di Lebak

7. Melakukan rekrutmen pegawai pendidikan dan kesehatan, khususnya untuk

wilayah-wilayah yang relatif masih kekurangan sumberdaya tenaga pengajar

dan kesehatan

8. Peningkatan kapasitas profesionalisme aparatur guna meningkatkan mutu

pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan

8.2.2.3 Strategi Strengths-Threats (S-T)

Sejumlah ancaman yang dihadapi Kabupaten Lebak dapat dihindari atau

minimal mampu dikurangi dengan upaya memanfaatkan kekuatan internal yang

telah dimiliki. Jadi strategi S-T ini adalah strategi yang memadukan ancaman

eksternal dengan kekuatan internal. Adapun perumusan strateginya adalah terdiri

dari berikut ini :

1. Menjalin kerjasama dengan wilayah sekitar yang menjadi satelit Lebak,

khususnya dalam melaksanakan perencanaan dan penyelesaian masalah

2. Menemukan, mempromosikan dan meningkatkan daya saing komoditi dan

produk lokal sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian

dan meningkatkan peluang terhadap pasar regional serta global

Page 116: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

197

3. Mengembangkan sistem pengelolaan sumberdaya alam ramah lingkungan serta

berkelanjutan dan penerapan deteksi dini bagi bencana alam

8.2.2.4 Strategi Weaknesses-Threats (W-T)

Strategi W-T ditujukan untuk mengurangi kekurangan internal dan

menghindari ancaman eksternal yang dapat menghambat proses pembangunan di

Kabupaten Lebak. Harapannya kekurangan internal dan ancaman eksternal ini

dapat dihilangkan dan menjadi potensi besar dalam pembangunan. Strategi S-T

yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut, yakni :

1. Mengembangkan dan mengoptimalkan pasar-pasar kabupaten sebagai sumber

pendapatan daerah dan penyerap tenaga kerja

2. Meningkatkan insentif yang dapat menggairahkan investasi yang berorientasi

pasar guna membangun perekonomian daerah

3. Mendorong daerah (kecamatan) untuk menggali potensi daerah yang memiliki

keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga mampu menjadi daerah

mandiri

8.2.3 Analisis QSPM

Langkah terkahir dalam merumuskan strategi alternatif kebijakan adalah

tahap memutuskan kebijakan melalui analisis QSPM. Melalui analisis ini, maka

ditentukanlah peringkat strategi sebagai acuan prioritas strategi yang akan

diimplementasikan. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam perumusan

strategi. Penentuan peringkat dilakukan dengan pemberian daya tarik relatif

terhadap strategi-strategi yang telah dihasilkan oleh analisis SWOT dengan

menggunakan analisa QSPM. Hasil analisis QSPM yang telah dihitung akan

mengindikasikan urutan alternatif strategi yang terbaik. Matriks QSPM tersebut

menunjukan urutan TAS dari yang tertinggi hingga terendah, hasilnya adalah

seperti yang tertulis di bawah ini :

1. Memberikan dorongan kepada sekolah-sekolah dan dinas kesehatan agar bisa

mendapatkan bantuan block grand fasilitas pendidikan dan kesehatan (6,064).

Page 117: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

198

2. Memperbaiki aksesibilitas transportasi jalan darat agar mampu meningkatkan

minat investasi dan merangsang aktivitas perekonomian lainnya antar wilayah

di Lebak (6,021)

3. Melakukan rekrutmen pegawai pendidikan dan kesehatan, khususnya untuk

wilayah-wilayah yang relatif masih kekurangan sumberdaya tenaga pengajar

dan kesehatan (5,852)

4. Optimalisasi bantuan operasional sekolah agar bisa meningkatkan rata-rata

lama sekolah (5,592)

5. Peningkatan kapasitas profesionalisme aparatur guna meningkatkan mutu

pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan (5,194)

6. Pembinaan siswa dan mahasiswa berprestasi agar diarahkan untuk mengenyam

pendidikan yang erat hubungannya dengan tenaga pendidik dan kesehatan

(5,028)

7. Pendataan kembali masyarakat miskin agar jaminan kesehatan masyarakat

miskin mampu terdistribusi dengan baik (5,012)

8. Memperluas jaringan listrik hingga pelosok daerah yang belum terjangkau

(4,993)

9. Lebak seharusnya memiliki komoditas unggulan yang bisa menjadi icon dan

pondasi utama pembangunan ekonomi (4,991)

10. Menemukan, mempromosikan dan meningkatkan daya saing komoditi dan

produk lokal sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian

dan meningkatkan peluang terhadap pasar regional serta global (4,887)

11. Implementasi dan evaluasi RPJMD khususnya yang berfokus pada

pembangunan pendidikan dan kesehatan (4,830)

12. Perancangan program agroindustri agar mampu meningkatkan nilai tambah

produksi komoditas pertanian, perikanan dan perkebunan dengan sinergisasi

investasi yang saling menguntungkan (4,745)

13. Menurunkan angka kemiskinan dengan program pembinaan kelompok

mandiri (4,619)

14. Mengembangkan dan mengoptimalkan pasar-pasar kabupaten sebagai

sumber pendapatan daerah dan penyerap tenaga kerja (4,448)

Page 118: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

199

15. Menjalin kerjasama dengan wilayah sekitar yang menjadi satelit Lebak,

khususnya dalam melaksanakan perencanaan dan penyelesaian masalah

(4,422)

16. Mengembangkan sistem pengelolaan sumberdaya alam ramah lingkungan

serta berkelankutan dan penerapan deteksi dini bagi bencana alam (4,386)

17. Meningkatkan insentif yang dapat menggairahkan investasi yang berorientasi

pasar guna membangun perekonomian daerah (4,279)

18. Mendorong daerah (kecamatan) untuk menggali potensi daerah yang

memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga mampu menjadi

daerah mandiri (4,173)

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh matriks QSPM, maka dapat

terlihat bahwa terdapat lima strategi dengan nilai TAS tertinggi dan harus

diprioritaskan agar pembangunan sumberdaya manusia berkembang dengan pesat.

Pertama, memberikan dorongan kepada sekolah-sekolah dan dinas kesehatan agar

bisa mendapatkan bantuan block grant fasilitas pendidikan dan kesehatan. Kedua,

memperbaiki aksesibilitas transportasi jalan darat agar mampu meningkatkan

minat investasi dan merangsang aktivitas perekonomian lainnya antar wilayah di

Lebak. Ketiga, melakukan rekrutmen pegawai pendidikan dan kesehatan,

khususnya untuk wilayah-wilayah yang relatif masih kekurangan sumberdaya

tenaga pengajar dan kesehatan. Keempat, optimalisasi bantuan operasioanal

sekolah agar bisa meningkatkan rata-rata lama sekolah. Kelima, peningkatan

kapasitas profesionalisme aparatur guna meningkatkan mutu pelayanan publik di

bidang pendidikan dan kesehatan.

Hasil pembobotan strategi alternatif berdasarkan analisis QSPM konsisten

dengan kondisi umum sumberdaya manusia dan pembahasan sebelumnya terkait

pengaruh sumberdaya terhadap struktur ekonomi dan disparitas pembangunan

wilayah. Seperti yang ditunjukan prioritas strategi utama QSPM yang

merekomendasikan untuk mendorong kepada sekolah-sekolah dan dinas

kesehatan untuk mendapatkan bantuan berupa block grant fasilitas pendidikan dan

kesehatan. Melalui strategi ini diharapkan mampu meningkatkan meningkatkan

pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu sesuai dengan

pembahasan pada bab pengaruh pelayanan publik terhadap IPM. Dimana rasio

Page 119: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

200

bangunan sekolah dan fasilitas kesehatan mampu meningkatkan angka IPM pada

level Kecamatan di kabupaten Lebak

Strategi kedua yang diprioritaskan adalah dengan memperbaiki

aksesibilitas transportasi jalan darat agar mampu meningkatkan minat investasi

dan merangsang aktivitas perekonomian lainnya antar wilayah di Lebak. Dampak

seperti ini sebetulnya tidak hanya akan mempengaruhi minat investasi dan

aktivitas ekonomi, namun akan ikut menstimulus aktivitas lainnya. Apabila

aksesibilitas transportasi darat telah diperbaiki, maka proses pembangunan

sumberdaya manusia pun akan berjalan dengan baik. Dari sisi masyarakat, dengan

membaiknya akses akan memberikan kemudahan aktivitas mereka, baik dalam

mencapai fasilitas pelayanan publik pendidikan maupun kesehatan. Dari

perspektif aparat sendiri juga akan menjadi insentif tidak langsung yang menjadi

faktor penarik agar semakin banyak aparat yang bersedia ditempatkan di tempat

terpencil agar pemerataan pembangunan berjalan dengan baik. Pada akhirnya,

profesionalisme pelayanan publik di bidang kesehatan dan pendidikan akan

mencapai titik optimal sesuai standar pelayanan minimal pelayanan publik.

Strategi lainnya yang juga mendapatkan predikat sebagai prioritas adalah

Melakukan rekrutmen pegawai pendidikan dan kesehatan, khususnya untuk

wilayah-wilayah yang relatif masih kekurangan sumberdaya tenaga pengajar dan

kesehatan. Strategi ini sesuai dengan hasil pembahasan pengaruh pelayanan

publik terhadap IPM. Peningkatan tenaga pendidikan seperti guru SMP, guru

SMA, dokter, perawat dan bidan akan memicu peningkatan IPM secara signifikan.

Melalui kebijakan ini diharapkan mampu mempercepat proses peningkatan

kualitas sumberdaya manusia, khususnya untuk kecamatan-kecamatan yang

memiliki angka IPM rendah.

Strategi keempat yang juga menjadi prioritas adalah terkait penggunaan

dana bantuan operasional sekolah (BOS). Penggunaan dana bos yang diberikan

oleh Kemeterian Pendidikan Nasional harus digunakan sesuai dengan kebutuhan.

Karena tujuan digulirkannya program BOS ini tidak lain dan tidak bukan adalah

untuk bisa meningkatkan angka partisipasi sekolah hingga memasuki jenjang

wajib sekolah sembilan tahun. Melalui dana BOS ini, sejak tiga tahun terakhir

pendidikan SD dan SMP digratiskan untuk seluruh sekolah negeri. Apabila angka

Page 120: BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK … · dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan . 83 ... 6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap

201

partisipasi sekolah meningkat, tentu selanjutnya akan meningkatkan rata-rata lama

sekolah dan output akhirnya adalah meningkatnya angka IPM Kabupaten Lebak.

Strategi terakhir atau kelima yang menjadi prioritas adalah

profesionalisme pelayanan publik di bidang kesehatan dan pendidikan akan

mencapai titik optimal sesuai standar pelayanan minimal pelayanan publik.

Dengan meningkatnya pelayanan publik, selanjutnya akan meningkatkan kinerja

dan pasti akan memberikan kepuasan kepada masyarakat. Karena perlu diakui

bahwa permasalahan dalam pembahasan yang cukup pelik salah satunya adalah

terkait buruknya pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan yang

menyebabkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Profesionalisme

pelayanan publik juga menunjukan bagaimana kesuksesan proses manajerial

dalam level pemerintah daerah di era otonomi daerah yang sudah berjalan hampir

satu dekade ini.

Kelima prioritas strategi di atas dianggap sudah cukup tepat dalam

meningkatkan proses pemeratan pembangunan nasional. Selain itu akan mampu

menjawab permasalahan yang menjadi teka teki utama pertanyaan dan

pembahasan dalam penelitian tesis ini yakni keterkaitan tiga pilar dalam

pembangunan yakni pelayanan publik, kualitas sumberdaya manusia dan tingkat

disparitas pembangunan wilayah. Dengan meningkatkan kinerja pelayanan publik

maka kualitas sumberdaya manusia akan baik dan tinggi. Berkualitasnya

sumberdaya manusia di suatu wilayah akan menurunkan tingkat disparitas

pembangunan wilayah yang dihitung dengan indeks Williamson. Apabila tingkat

disparitas di suatu daerah sudah pada angka yang relatif rendah atau bahkan sudah

merata, maka tentu saja sudah bisa dipastikan bahwa pelayanan publik yang

diberikan oleh pemerintah daerah sudah jauh lebih baik dan di atas dari standar

pelayanan minimal pelayanan publik.